EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III Erwin Saputra Mahasiswa Sarjana S1 Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta NIM = 0844290001 Email : [email protected]Al Ikbal Arbi Kepala Lab dan Studio Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta Email : [email protected]ABSTRAK Persaingan yang tajam, ketidakpastian dan tuntutan yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan atau keinginan pelanggan, terutama keinginan konsumen atau pelanggan akan sebuah produk. Hal ini membuat produk menjadi alat strategis atau alat bersaing bagi perusahaan agar dapat tetap survive dalam pasar yang sangat bersaing melalui metode Green Quality Function Deployment III yang akan dapat dilakukan sebuah penelitian untuk dapat menerapkan dalam mengevaluasi konsep suatu produk. Floveyor merupakan alat untuk mengangkut bahan material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan material yang sudah dihaluskan ke satu tempat ke tempat lain. Metode ini digunakan untuk mempertimbangkan aspek kualitas, biaya dan lingkungan ke dalam matriks-matriksnya. Dari aspek kualitas berupa performa (Performance), kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan, dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek biaya yang berupa harga (price), pelayanan (service), dan pesaing (competitor). Dan pada aspek lingkungan berupa lingkungan hidup yang mencangkup tanah, air dan lingkungan. Sehingga dapat dilakukan evaluasi yang nantinya aspek-aspek tersebut terjabarkan dalam House Of Quality dengan menggunakan Fuzzy-Multi Attribute Utility Theory (F-MAUT), akan diperoleh bobot nilai sehingga melalui evaluasi konsep produk digunakan Fuzzy Pairwaise Comparison dengan nilai “sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%. Kata kunci : Konsep produk, green desain, QFD, F-MAUT ABSTRACT Fierce competition, uncertainty and high demands for the fulfillment of customer needs or desires, especially desires of consumers or customers of a product. This makes the product a strategic tool or a tool to compete for the company to continue to survive in a highly competitive market through the method of Green Quality Function Deployment III to be able to do a study to be applied in evaluating the concept of a product.Floveyor a means to transport materials, cutting and deliver materials that have been mashed into one place to another. This method is used to consider aspects of quality, cost and environmental concerns into the matrix-matrix. From the aspect of quality of performance (Performance), reliability, durability, service ability, and perceived quality. Aspect of the cost price (price), service (service), and competitors (competitors). And on the environmental aspects of the enviroment which covers soil, water and enviroment. So it can be evaluated that these aspects will span the 'hierarchy in the House Of Quality using Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory (F-MAUT), so that weight value will be obtained through evaluation of product concepts used Pairwaise Fuzzy Comparison with the "very successful" at 27%, "moderately successful" by 20%, and “failed” by 53%. Key words: concept of products, green design, QFD, F-MAUT
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI KONSEP PRODUK DENGAN PENDEKATAN GREEN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT III
Erwin Saputra
Mahasiswa Sarjana S1 Teknik Industri UPI Y.A.I Jakarta NIM = 0844290001
ABSTRAK Persaingan yang tajam, ketidakpastian dan tuntutan yang tinggi untuk pemenuhan kebutuhan atau keinginan pelanggan, terutama keinginan konsumen atau pelanggan akan sebuah produk. Hal ini membuat produk menjadi alat strategis atau alat bersaing bagi perusahaan agar dapat tetap survive dalam pasar yang sangat bersaing melalui metode Green Quality Function Deployment III yang akan dapat dilakukan sebuah penelitian untuk dapat menerapkan dalam mengevaluasi konsep suatu produk. Floveyor merupakan alat untuk mengangkut bahan material, mengaluskan, dan mengantarkan bahan material yang sudah dihaluskan ke satu tempat ke tempat lain. Metode ini digunakan untuk mempertimbangkan aspek kualitas, biaya dan lingkungan ke dalam matriks-matriksnya. Dari aspek kualitas berupa performa (Performance), kehandalan, daya tahan, kemampuan pelayanan, dan kualitas yang dipersepsikan. Aspek biaya yang berupa harga (price), pelayanan (service), dan pesaing (competitor). Dan pada aspek lingkungan berupa lingkungan hidup yang mencangkup tanah, air dan lingkungan. Sehingga dapat dilakukan evaluasi yang nantinya aspek-aspek tersebut terjabarkan dalam House Of Quality dengan menggunakan Fuzzy-Multi Attribute Utility Theory (F-MAUT), akan diperoleh bobot nilai sehingga melalui evaluasi konsep produk digunakan Fuzzy Pairwaise Comparison dengan nilai “sangat sukses” sebesar 27%, “cukup sukses” sebesar 20% , dan “gagal” sebesar 53%. Kata kunci : Konsep produk, green desain, QFD, F-MAUT
ABSTRACT
Fierce competition, uncertainty and high demands for the fulfillment of customer needs or desires, especially desires of consumers or customers of a product. This makes the product a strategic tool or a tool to compete for the company to continue to survive in a highly competitive market through the method of Green Quality Function Deployment III to be able to do a study to be applied in evaluating the concept of a product.Floveyor a means to transport materials, cutting and deliver materials that have been mashed into one place to another. This method is used to consider aspects of quality, cost and environmental concerns into the matrix-matrix. From the aspect of quality of performance (Performance), reliability, durability, service ability, and perceived quality. Aspect of the cost price (price), service (service), and competitors (competitors). And on the environmental aspects of the enviroment which covers soil, water and enviroment. So it can be evaluated that these aspects will span the 'hierarchy in the House Of Quality using Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory (F-MAUT), so that weight value will be obtained through evaluation of product concepts used Pairwaise Fuzzy Comparison with the "very successful" at 27%, "moderately successful" by 20%, and “failed” by 53%.
Key words: concept of products, green design, QFD, F-MAUT
Gambar 2.1 The House Of Quality Sumber : Ariani, Manajemen Kualitas, hal 89
Keterangan : 1. Bagian A (Customer Need and Benefit)
berisi daftar semua kebutuhan dan harapan
pelanggan.
2. Bagian B (Planning Matrix) berisi hubungan
penting antara kebutuhan kepentingan antara
kebutuhan dan harapan dengan pelanggan,
dan tingkat kepuasan pelanggan terhadap
organisasi atau perusahaan.
3. Bagian C (Technical Response) berisi
penggambaran teknik disusun dari
kebutuhan dan harapan pelanggan pada
bagian A.
4. Bagian D (Relationship) berisi pertimbangan
tim tentang hubungan yang kuat atau lemah
antara kebutuhan dan harapan pelanggan
dengan tanggapan teknis.
5. Bagian E (Technical Correlations) mengenai
hubungan teknis, berisi penilaian mengenai
penerapan antar hubungan elemen-elemen
dalam tanggapan teknis dari tim
pengembangan.
6. Bagian F (Technical Matrix) berisi
perbandingan dengan performansi teknis
milik pesaing.
2.6 Green Desain
Ditemukan pertama kali oleh Nautilus
Cornelius Drebbel pada tahun 1780-an.
Bersamaan dengan pesatnya pembangunan fisik
dalam lingkungan binaan di seluruh dunia,
berkembang pula suatu kesadaran di dunia
arsitektur terhadap kondisi lingkungan yang
tercemar.
Green desain adalah suatu pendekatan pada
bangunan yang dapat meminimalisir pengaruh-
pengaruh membahayakan pada kesehatan
manusia dan lingkungan. Perancang green
desain berupaya untuk menjaga aliran udara, air,
dan tanah, dengan memilih bahan bangunan
dalam praktek-praktek konstruksi yang
dilaksanakan. Green desain yang baik dapat
menekan pemakaian energi, air dan bahan-
bahan. Tidak itu saja, juga mampu mengurangi
jumlah buangan oleh pemakai bangunan,
sehingga tidak banyak merusak tanah di
sekelilingnya.
D Relationship
(tanggapan atas kebutuhan pelanggan)
A Customer Needs and
Benefit
F Technical Matriks
(Prioritas tanggapan teknis, target teknis,
Benchmarking)
B Planning Matriks
(Riset Pasar & Perencanaan Strategik)
E. Technical Correlation
C. Technical Response
2.7 Fuzzy Multi-Attribute Utility Theory
Menurut Schaefer, Fuzzy Multi-Attribute
Utility Theory merupakan suatu skema yang
evaluasi akhir, v(x), dari suatu objek x
didefinisikan sebagai bobot yang dijumlahkan
dengan suatu nilai yang relevan terhadap nilai
dimensinya. Ungkapan yang biasa digunakan
untuk menyebutnya adalah nilai utilitas. Nilai
evaluasi seluruhnya dapat didefinisikan dengan
persamaan:
……………… (2.1)
Dimana vi(x) merupakan nilai evaluasi dari
sebuah objek ke i dan wi merupakan bobot yang
menentukan nilai dari seberapa penting elemen
ke i terhadap elemen lainnya. Dan n merupakan
jumlah elemen. Total dari bobot adalah 1.
………… (2.2)
Secara ringkas, langkah-langkah yang dilakukan
dalam metode MAUT dapat dituliskan sebagai
berikut :
1. Pecah sebuah keputusan ke dalam
dimensi yang berbeda
2. Tentukan bobot relatif pada masing-
masing dimensi
3. Daftar semua alternatif.
4. Masukkan utility untuk masing-masing
alternatif sesuai atributnya.
5. Kalikan utility dengan bobot untuk
menemukan nilai masing-masing
alternatif.
Matrik perbandingan fuzzy yang baru diturunkan
dari matrik perbandingan Saat yang mengadopsi
sistem fuzzy dalam skala penilaiannya. Jika
matrik perbandingan tersebut diatas konsisten
maka akan memenuhi syarat seperti berikut ini :
………… (2.3)
Adapun skala perbandingan fuzzy-nya adalah
sebagai berikut :
……………(2.4)
Kita dapat menggunakan persamaan dibawah ini
untuk menghitung index konsistensi (CI). Matrik
perbandingan akan menjadi konsisten jika
(Consistency Ratio) 1 . 0 ��RICI CR . Adapun
variasi nilai dari RI (Random Index) dapat dilihat
dari tabel berikut: Tabel 2.1 Skala Random Index
Perhitungan Bobot Prioritas
…………… (2.5)
Integrasi Fuzzy-AHP
Penggunaan AHP dalam menyelesaikan
problem MCDM sering dikritisi sehubungan
dengan kurang mampunya pendekatan ini untuk
mengatasi faktor ketidakpresisian yang dialami
oleh pengambil keputusan ketika harus
memberikan nilai yang pasti dalam pairwise
comparison (Deng, 1999). Tulisan ini
mengajukan penggunaan teori fuzzy set untuk
menangani ketidakpresisian yang terjadi. Tidak
seperti dalam metoda AHP orisinal yang
menggunakan skala 1-9 dalam pairwise
comparison, tulisan ini, sebagai gantinya,
menggunakan fuzzy numbers.
Pairwise comparison dengan Fuzzy numbers
Seperti dibahas sebelumnya, tulisan ini
menggunakan fuzzy numbers (bilangan fuzzy)
untuk membantu pengambil keputusan
menghadapi ketidakpresisian. Bilangan fuzzy
dapat dituliskan sebagai berikut: F {(x, (x)),x R}
A = μ , dimana x merupakan bilangan real, R :
−∞ < x < +∞ dan (x) A μ merupakan tingkat
keyakinan (degree of belief) dari x, yang bernilai
dalam interval [0,1]. Tulisan ini menggunakan
triangular fuzzy numbers, yang merupakan
bagian dari L-R fuzzy sets (Dubois, 1980).
Bilangan fuzzy di atas dapat ditabulasikan
sebagai berikut: Tabel 2.2 Fungsi keanggotaan bilangan fuzzy
(fuzzymembership function) Fuzzy membership function Lower
value Mean Upper
value Equally important (E) 1.0 1.0 3.0 Moderately more important (M) 1.0 3.0 5.0 Strongly more important (S) 3.0 5.0 7.0 Very strongly more important (V) 5.0 7.0 9.0 Extremely more important (EX) 7.0 9.0 11.0
Mengukur tingkat kesuksesan konsep produk
Sekarang mari kita lihat problem keputusan
seperti pemilihan konsep produk (product
concept selection) yang tepat untuk
dikembangkan. Dengan menggunakan analogi
choice between gambles1, problem ini dapat
digambarkan sebagai pemilihan lotere yang
dapat memaksimalkan expected utility. Dengan
menggunakan analogi lotere ini, pengambil
keputusan dihadapkan pada ketidakpastian dari
peristiwa seperti apakah produk akan “sangat
sukses” dengan probabilitas p1, “cukup sukses”
dengan probabilitas p2, atau “gagal” dengan
probabilitas p3. Payoff atau reward, R akan
diperoleh perusahaan dari pemilihan suatu
konsep produk terjadinya suatu peristiwa terjadi.
Problem keputusan selanjutnya dapat
digambarkan sebagai berikut : S1: sangat sukses R1i
P(S1|Ai)
Konsep produk, A i S2: cukup sukses
R2i P(S2|Ai)
S3 :gagal R3i
P(S3|Ai)
Pengambil keputusan selanjutnya akan memilih
konsep produk dengan expected utility yang
paling besar, dimana expected utility
dari setiap konsep produk, EU(Ai) adalah
EU(Ai) = P(S1|Ai) U(R1i) + P(S2|Ai) U(R2i)+
P(S3|Ai) U(R3i)
Kemungkinan sukses atau gagalnya produk
di pasar sulit ditentukan secara akurat.
Pengambil keputusan akan menggunakan
subyektifitas-nya ketika mengukur apakah
konsep produk akan berhasil atau tidak. Tentu
ada beberapa kriteria yang dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kesuksesan alternatif
konsep produk yang ada. Problem keputusan
kemudian dapat distrukturkan menjadi problem
MCDM dengan hirarki keputusan seperti terlihat
dalam Gambar 3. Untuk keperluan diskusi,
hanya ada tiga kriteria desain (form, ease of use,
dan durability) dan tiga kemungkinan peristiwa
(S1 = sangat sukses, S2 = cukup sukses, S3 =
gagal) yang diperhitungkan
Tujuan utama Kriteria Alternative peristiwa
Gambar 2.2 Hirarki Keputusan untuk Mengukur Kesuksesan Konsep Produk
Gambar 2.2 di atas memperlihatkan ukuran
kesuksesan produk di pasar ditentukan oleh
kriteria yang impresisi, yaitu form, ease of use,
dan durability. Dengan menggunakan
pendekatan AHP, pertama kali kita mencoba
mencari bobot dari masing kriteria. Tabel 2.3
memperlihatkan hasil pairwise comparison
untuk kriteria.
Tabel
2.3
Fuzzy pairwise comparisons untuk kriteria
Terlihat bahwa kriteria Form sebagai kriteria
terpenting, sebagaimana kriteria tersebut dinilai
moderately more important dibandingkan
kriteria Ease of use, dan strongly more important
dibandingkan kriteria Durability. Dari
persamaan (5), diperoleh bilangan fuzzy untuk
bobot dari masing-masing kriteria sebagai
berikut:
vform = (0.25, 0.64, 1.40); vease of use = (0.10,
0.26, 0.73); vdurability = (0.05, 0.10, 0.30).
Proses pairwise comparison kemudian
dilanjutkan pada level alternatif peristiwa untuk
setiap konsep produk. Tabel 2.4 memperlihatkan
matriks pairwise comparison untuk konsep
produk tertentu.
Tabel 2.4 Fuzzy pairwise comparisons untuk alternatif
peristiwa dari konsep produk From S1 S2 S3 S1 (1,1,1) M S2 (1,1,1) S3 S V (1,1,1) Ease of use S1 S2 S3
S1 (1,1,1) S2 E (1,1,1) S3 M S (1,1,1) Durability S1 S2 S3 S1 (1,1,1) S V S2 (1,1,1) M S3 (1,1,1)
Form Ease of use Durability
Form (1,1,1) M S
Ease of use (1,1,1) M
Durability (1,1,1)
Menentukan probabilitas peristiwa
Form Ease of use Form
S3 (gagal) S1 (sangat sukses) S2 (cukup sukses)
Hasil penilaian setiap kandidat pemasok
berdasarkan masing-masing kriteria diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 2.5 Hasil Penilaian Alternatif berdasarkan Kriteria Form Ease of use Durability
global adalah : Form Ease of use Form Bobot A B C D E F G H I S1 A1 B1 C1 D1 E1 F1 G1 H1 I1 S2 A2 B2 C2 D2 E2 F2 G2 H2 I2 S3 A3 B3 C3 D3 E3 F3 G3 H3 I3