Top Banner
EVALUASI KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PRODUK SARI APEL MENGGUNAKAN METODE FUZZY-QFD (STUDI KASUS DI PT. BATU BHUMI SURYATAMA) SKRIPSI Oleh: Nadhira Prima Wihananda 135100300111097 JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2017
108

EVALUASI KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT …repository.ub.ac.id/8088/1/Nadhira Prima Wihananda.pdf · evaluasi kinerja green supply chain management produk sari apel menggunakan

Oct 22, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • EVALUASI KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT PRODUK SARI APEL MENGGUNAKAN

    METODE FUZZY-QFD (STUDI KASUS DI PT. BATU BHUMI SURYATAMA)

    SKRIPSI

    Oleh: Nadhira Prima Wihananda

    135100300111097

    JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2017

  • i

    EVALUASI KINERJA GREEN SUPPLY CHAIN

    MANAGEMENT PRODUK SARI APEL MENGGUNAKAN

    METODE FUZZY-QFD

    (STUDI KASUS DI PT. BATU BHUMI SURYATAMA)

    Oleh: Nadhira Prima Wihananda

    135100300111097

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

    JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

    UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

    2017

  • ii

  • iii

  • iv

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan pada tanggal 14 April 1995

    di Malang dari pasangan Bapak Pudji Winarno

    dan Ibu Nur Mahanani. Penulis mengenyam

    dunia pendidikan berawal dari Taman Kanak-

    kanak Sriwedari tahun 1999, Sekolah Dasar

    Sriwedari tahun 2001, Sekolah Menengah

    Negeri 1 Malang pada tahun 2007 dan

    Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Malang

    pada tahun 2010. Pada tahun 2013, penulis

    menyelesaikan pendidikan SMA dan melanjutkan ke perguruan

    tinggi dengan jalur SBMPTN di Jurusan Teknologi Pertanian,

    Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang

    dan dinyatakan lulus sebagai Sarjana Teknik pada tahun 2017.

    Pada masa pendidikan, penulis aktif dalam beberapa

    organisasi. Organisasi yang pernah diikuti adalah HIMATITAN

    (Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian),

    FORAGRIN (Forum Agroindustri Indonesia), AIESEC dan ESP

    (English for Spesific Purposes). Penulis juga aktif dalam

    beberapa kepanitiaan. Penulis pernah bergabung dalam divisi

    Marketing dan berlanjut menjadi Steering Commitee (SC) dalam

    acara Himatitan Great Event (Hi-Great). Penulis juga pernah

    mengikuti kepanitiaan Brawijaya Agritech Event (BRAVE) dan

    ESP Great Present (EGP) sebagai divisi Marketing. bergabung

    dalam divisi acara dalam pekan keakraban mahasiswa TIP dan

    divisi Finance and Logistics dalam The Little Leader Project.

    Penulis juga berperan aktif dalam beberapa kegiatan sosial

    seperti Ruang Sinau, Bina desa dan Apa Kabar Veteran.

  • v

    Alhamdulillah... Terimakasih Ya Allah

    Karya kecil ini saya persembahkan kepada seluruh keluargaku,

    sahabat dan teman-teman yang telah mendukungku.

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN TA

    Yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama Mahasiswa : Nadhira Prima Wihananda

    NIM : 135100300111097

    Jurusan : Teknologi Industri Pertanian

    Fakultas : Teknologi Pertanian

    Judul : Evaluasi Kinerja Green Supply Chain Management Produk Sari Apel menggunakan Metode Fuzzy-QFD (Studi Kasus di PT. Batu Bhumi Suryatama)

    Menyatakan bahwa,

    TA dengan judul diatas merupakan karya asli penulis tersebut

    diatas. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan ini tidak

    benar saya bersedia dituntut sesuai hukum yang berlaku.

    Malang, 22 November 2017

    Pembuat Pernyataan,

    Nadhira Prima Wihananda

    NIM. 135100300111097

  • vii

    NADHIRA PRIMA WIHANANDA. 135100300111097. Evaluasi Kinerja Green Supply Chain Management Produk Sari Apel menggunakan Metode Fuzzy-QFD (Studi kasus di PT. Batu Bhumi Suryatama). TA. Pembimbing: Ir. Usman Effendi, MS. dan Mas’ud Effendi, STP, MP.

    RINGKASAN

    Sari apel menjadi produk khas Kota Batu yang cukup membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar Kota Batu. PT. Batu Bhumi Suryatama merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi sari apel bermerek “Flamboyan” di Kota Batu. Produk ini telah didistribusikan di beberapa kota seperti Malang, Semarang, Bekasi dan Jakarta. Masalah yang dihadapi PT. Batu Bhumi Suryatama adalah keluhan pelanggan akan pelayanan yang diberikan. Pendekatan proses dalam merancang sistem pengukuran kinerja supply chain memungkinkan kita untuk mengidentifikasikan masalah pada suatu proses sehingga dapat diketahui akar dari permasalahan yang ada dan dapat mengambil tindakan koreksi sebelum masalah tersebut meluas dan melakukan pencegahan dini apabila ada tanda-tanda proses berjalan di luar batas kendali.

    Salah satu metode yang dapat digunakan dalam mengevaluasi kinerja rantai pasok adalah Fuzzy-Quality Function Deployment (Fuzzy-QFD). Metode ini merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan dengan menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi. Tahap analisis informasi dibantu dengan metode Fuzzy untuk menghilangkan ketidakpastian akibat samarnya informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Penelitian juga mempertimbangkan konsep Green Supply chain Management untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dalam rantai pasok.

    Daya tahan produk dan harga memiliki nilai tingkat kepentingan tertinggi menurut peritel. Berdasarkan hasil penilai tingkat kepuasan konsumen terdapat 5 kriteria yang memiliki nilai lebih rendah daripada perusahaan pesaing. Sehingga, perlu dilakukan perbaikan pada beberapa kriteria tersebut.

  • viii

    Strategi perbaikan yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan evaluasi kinerja karyawan untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Jika dikaitkan dengan penerapannya pada GSCM, evaluasi kinerja karyawan dapat dilakukan dengan perbaikan komunikasi dan pemberian motivasi dari top management. Manajemen puncak berfokus kepada manajemen kinerja GSCM, pengukuran dan penilaian kinerja serta pemberian reward. Selain itu, dalam proses implementasi GSCM komunikasi internal, penggunaan sistem saran sangat diperlukan dalam mewujudkan tujuan perusahaan mengembangkan praktik hijau. Kinerja perusahaan yang baik didukung dengan adanya kinerja yang baik dari seluruh stakeholder termasuk supplier. Hal yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kompetensi supplier melalui pelatihan dan penyuluhan. Pelatihan yang diberikan dapat berupa pelatihan dalam hal material handling ataupun penerapan green supply chain management untuk menghasilkan

    Kata kunci : Evaluasi kinerja rantai pasok, Green Supply

    Chain Management, Sari Apel, Quality Function Deployment

  • ix

    NADHIRA PRIMA WIHANANDA. 135100300111097. Green Supply Chain Management Work Perfomance Analysis using Fuzzy-QFD for Apple Extract (Case Study at PT. Batu Bhumi Suryatama). Undergraduate Thesis. Supervisor: Ir. Usman Effendi, MS. and Mas’ud Effendi, STP, MP.

    SUMMARY Apple Extract is a typical product of Batu City which

    increase the income of the people around Batu City. PT. Batu Bhumi Suryatama is one of the companies that produce apple Extract "Flamboyan" in Batu City. This product has been distributed in several cities such as Malang, Semarang, Bekasi and Jakarta. PT. Batu Bhumi often get an evaluation from retailers in terms of services that are less good when compared with competitors. The process approach in designing a supply chain performance measurement system allows us to identify problems in a process so that it can identify the root of the problem and can take corrective actions before the problem is widespread and early prevention if there are signs of the process running out of control.

    One method that can be used in evaluating supply chain performance is Fuzzy-Quality Function Deployment (Fuzzy-QFD). This method is a practice for designing a process in response to customer needs by translating what customers need to be what the organization produces. The study also considers the concept of Green Supply Chain Management to integrate environmental aspects in the supply chain. Product durability and price have the highest level of interest value according to the retailer. Based on the results of the assessment of the level of customer satisfaction there are 5 criteria that have lower value than a competitor company. Thus, it needs to be improved on some of these criteria. Improvement strategy that can be done is to conduct employee performance evaluation to improve company performance. If associated with its application to GSCM, employee performance evaluation can be done with improved communication and motivation from top management. Top management focuses on GSCM performance management, performance measurement and assessment and

  • x

    rewarding. In addition, in the process of implementing GSCM internal communication, the use of suggestion systems is necessary in realizing the company's goal of developing green practices. Good corporate performance is supported by good performance from all stakeholders including suppliers. What can be done is to improve supplier competence through training and counseling. The training can be in the form of training in material handling or application of green supply chain management to produce Keyword : Apple Extract, Green Supply Chain Management,

    Supply Chain Management Work Performance Analysis, Quality Function Deployment

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat allah swt atas berkat, rahmat dan anugerah-nya, sehingga tugas akhir dengan judul “Evaluasi Kinerja Green Supply Chain Management Produk Sari Apel Menggunakan Metode Fuzzy-QFD (Studi Kasus Di PT. Batu Bhumi Suryatama) ini dapat terselesaikan. pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Ir. Usman Effendi, MP. dan Bapak Mas’ud Effendi, STP. MP. Selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, ilmu, dan pengetahuan kepada penyusun.

    2. Bapak Dr. Sucipto, STP. MP. selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya.

    3. Ibu Dr. Retno Astuti, STP. MT selaku dosen penguji atas segala saran dan masukannya.

    4. Pihak PT. Batu Bhumi Suryatama, Bu Fifi, yang telah mengijinkan dan menyediakan tempat serta waktu dalam penelitian tugas akhir ini.

    5. Kepada kedua orang tua, Bapak Pudji Winarno dan Ibu Nur Mahanani yang telah memberikan do’a dan materi maupun moril demi kelancaran penulis dalam menyelesaikan TA ini.

    6. Kepada adikku Nadissa Puspita Wihananda dan Nu’man Prakosa Wihananda yang selalu memberikan semangat dan doa untuk segera menyelesaikan TA ini.

    7. Kepada sahabat seperjuanganku yang tercinta, Gina dan Tim Flamboyan (Adet, tito, eko syahrul) yang dengan tulus memberikan doa dan support dalam hal apapun untuk menyelesaikan TA ini.

    8. Kepada sahabatku yang mantuable, Naura, Vina, Galuh. Risci dan Kinanti memberikan motivasi dalam mengerjakan TA ini.

    9. Teman-teman USF Squad Kompak yang saling bahu-membahu memberikan dukungan dalam pengerjaan TA.

  • xii

    10. Kepada teman-teman seperjuangan risnanda, dewa nyoman, ola, paramitha dan kak rida yang selalu memberi semangat tulusnya sehingga mampu menyelesaikan TA bersama-sama

    11. Teman-teman dari Organisasi, komunitas Turun Tangan Malang dan kawan seperjuangan TIP’13.

    Penyusun menyadari bahwa tugas akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan tugas akhir ini. Penyusun berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang membutuhkan.

    Malang, 22 November 2017

    Penyusun,

    Nadhira Prima Wihananda

  • xiii

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR....................................... i LEMBAR PERSETUJUAN.................................................. ii LEMBAR PENGESAHAN....................................................... iii RIWAYAT HIDUP.................................................................. iv LEMBAR PERUNTUKAN.................................................... v LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN.................................. vi RINGKASAN......................................................................... vii SUMMARY............................................................................ ix KATA PENGANTAR............................................................. xi DAFTAR ISI.......................................................................... xiii DAFTAR TABEL................................................................... xv DAFTAR GAMBAR.................................................................xvi DAFTAR LAMPIRAN..............................................................xvii I. PENDAHULUAN................................................................1

    1.1 Latar Belakang........................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah..................................................... 3

    1.3 Tujuan........................................................................ 3

    1.4 Manfaat...................................................................... 3

    II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................5 2.1 Apel........................................................................ 5 2.2 Sari Apel................................................................ 6 2.3 Manajemen Rantai Pasok....................................... 9 2.4 Green Supply Chain Management........................ 11 2.5 Evaluasi Kinerja Rantai Pasok...................................13 2.6 Key Peforrmance Indicator.................................... 15 2.7 Quality Function Deployment.................................. 16 2.8 Fuzzy...................................................................... 18 2.9 Fuzzy QFD.............................................................. 19 2.10 Penelitian Terdahulu.............................................. 19

    III. METODE PENELITIAN............................................... 23

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian................................ 23 3.2. Batasan Masalah................................................... 23 3.3. Prosedur Penelitian................................................ 23

    3.3.1. Survei Pendahuluan.................................... 24 3.3.2. Studi Literatur............................................... 24 3.3.3. Identifikasi dan perumusan masala............. 24

    file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578911file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578912file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578913file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578914file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578915file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578921file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578922file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578923file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578924file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578925file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578926file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578927file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578928file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578929file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578930file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578931file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578932file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578933file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578934file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578935file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578936file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578937file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578938

  • xiv

    3.3.4. Penentuan Sumber data dan Metode Pengumpulan data....................................... 26

    3.3.5. Penentuan Responden................................ 27 3.3.6. Penyusunan kuesioner sesuai dengan perspektif

    GSCM........................................................... 28 3.3.7. Validasi Instrumen........................................ 31 3.3.8. Analisis dengan Metode Fuzzy QFD........... 32 3.3.9. Analisa dan Pembahasan............................. 40 3.3.10. Kesimpulan dan Saran................................ 40

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................... 34 4.1. Gambaran Umum Perusahaan.............................. 41 4.2. Manajemen Rantai Pasok PT. Batu Bhumi

    Suryatama............................................................. 42 4.3. Profil Responden.................................................... 45 4.4. Analisis QFD.......................................................... 47

    4.4.1. Penyusunan Fuzzy-QFD level 1 (House Of Quality)........................................................... 47

    4.4.2. Penyusunan Fuzzy-QFD level 2 (Part Deployment)................................................... 71

    4.5. Implikasi Manajerial............................................... 79 V. KESIMPULAN DAN SARAN.......................................... 83

    5.1. Kesimpulan............................................................. 83 5.2. Saran...................................................................... 83

    DAFTAR PUSTAKA..............................................................85 LAMPIRAN............................................................................93

    file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578939file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578939file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578940file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578941file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578941file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578942file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578943file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578944file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578945file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578932file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578933file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578934file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578934file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578935file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578933file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578936file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578936file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578937file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578937file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578933file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578932file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578933file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578934file:///E:\TERUNTUK%20SKRIPSIKU%20SAYANG\A5\DAFTAR%20ISI%20fixxxx.docx%23_Toc487578946

  • xv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Apel....................................4 Tabel 2.2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Minuman Sari

    Buah Apel........................................................... 5 Tabel 3.1 Penentuan KPI Evaluasi Kinerja Rantai Pasok .... 22 Tabel 3.2 Penentuan KPI sesuai dengan Perspektif

    GSCM ..................................................................... 23 Tabel 3.3 Skor Skala Likert .................................................... 24 Tabel 3.4 Konversi Skala Likert kedalam Skala Bilangan

    Fuzzy ...................................................................... 26 Tabel 3.5 Simbol Kekuatan Hubungan Objek Penilaian

    Whats dengan Hows .............................................. 30 Tabel 3.6 Simbol Hubungan Antar Respon Teknis ............... 30 Tabel 4.1 Karakteristik Responden ....................................... 38 Tabel 4.2 Nilai Importance to Customer ................................ 40 Tabel 4.3 Nilai CuSP, CoSP, Goal ........................................ 41 Tabel 4.4 Penentuan Nilai Improvement Ratio ..................... 45 Tabel 4.5 Nilai Sales Point ..................................................... 46 Tabel 4.6 Nilai Raw Weight dan Normalized Raw Weight .. 47

    Tabel 4.7 Nilai Pembobotan Respon Teknis dan Urutan Prioritas .................................................................. 55

    Tabel 4.8 Nilai Benchmarking dan Target Teknis ................. 56 Tabel 4.9 Spesifikasi Part ...................................................... 57 Tabel 4.10 Critical Part ............................................................ 58 Tabel 4.11 Nilai Kepentingan dan Bobot Spesifikasi Part ...... 59 Tabel 4.12 Bobot Kepentingan Critical Part dan Prioritas ..... 63

  • xvi

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Diagram Alir Pembuatan Sari Apel................... 6 Gambar 2.2 Supply Chain Management.............................. .. 8

    Gambar 2.3 Fungsi Operasional dan Aktivitas GSCM ......... 11 Gambar 2.4 Peran QFD diilustrasikan dalam lingakaran

    komunikasi Perusahaan .................................... 14 Gambar 2.5 Fungsi Keanggotaan Triagular Fuzzy ............... 15

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ...................................... 19 Gambar 3.2 Tahapan Penyebaran Kuesioner ...................... 24 Gambar 3.3 Variabel Linguistik Penelitian ............................ 26 Gambar 4.1 Manajemen Rantai Pasok PT. Batu Bhumi

    Suryatama ......................................................... 35 Gambar 4.2 Hubungan Antara Kebutuhan Konsumen

    (Whats) dan Respon Teknis (Hows) ................. 51 Gambar 4.3 Hubungan Antar Respon Teknis PT. Batu

    Bhumi Suryatama .............................................. 53 Gambar 4.4 Hubungan Antara Spesifikasi Part dengan

    Critical Part ........................................................ 60

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Kuesioner Penelitian untuk Peritel.................. 91 Lampiran 2 Kuesioner untuk Produsen................................101 Lampiran 3 Kuesioner untuk Supplier..................................107 Lampiran 4 Diagram Alir Proses Produksi Sari Apel...........111 Lampiran 5 Data Hasil Kuesioner Kepentingan

    Konsumen..........................................................113 Lampiran 6 Data Hasil Kuesioner Kepuasan Perusahaan...115 Lampiran 7 Data Hasil Kuesioner Kepuasan Pesaing..........117 Lampiran 8 Konversi Nilai Tingkat Kepentingan kedalam

    Fuzzy Number.................................................. 119 Lampiran 9 Perhitungan Importance to Customer (ITC)..... 121 Lampiran 10 Konversi Nilai Customer Satisfaction

    Performance (CuSP) kedalam Fuzzy Number............................................................. 123

    Lampiran 11 Konversi Nilai Competitive Satisfaction Performance (CoSP) kedalam Fuzzy Number............................................................. 125

    Lampiran 12 Perhitungan Nilai Customer Satisfaction Performance (CuSP)........................................ 127

    Lampiran 13 Perhitungan Nilai Competitive Satisfaction Performance (CoSP)........................................ 129

    Lampiran 14 Perhitungan Nilai Goal...................................... 131 Lampiran 15 Perhitungan Nilai Improvement Ratio............... 133 Lampiran 16 Perhitungan Nilai Raw Weight (RW) dan

    Normalized Raw Weight (NRW)....................... 135 Lampiran 17 Perhitungan Nilai Bobot Respon Teknis........... 137 Lampiran 18 Perhitungan Nilai Bobot Benchmarking............ 139 Lampiran 19 Matriks House Of Quality.................................. 141 Lampiran 20 Perhitungan Nilai Kepentingan dan Bobot

    Spesifikasi Part................................................. 143 Lampiran 21 Rata-rata Geometri Hasil Kuesioner Part

    Deployment.......................................................145 Lampiran 22 Perhitungan Nilai Prioritas Bobot Critical

    Part.................................................................. 147 Lampiran 23 Matriks Part Deployment.................................. 149

  • 1

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar belakang Sari apel merupakan minuman ringan yang terbuat dari

    buah apel dan air minum dengan atau penambahan gula dan tambahan makanan yang diizinkan (Khurniyati dan Estiasih, 2015). Sari apel menjadi produk khas Kota Batu yang cukup membantu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar Kota Batu. Berdasarkan data pusat statistik Kota Batu 2015, produksi buah apel meningkat sebanyak 83,3% sejak tahun 2012 hingga 2014. Saat ini, Kota Batu mampu menciptakan beberapa produk olahan apel seperti sari apel, pie apel, jenang apel, selai apel

    dan lain sebagainya. Meningkatnya permintaan sari apel menyebabkan peningkatan pada pengusaha sari apel di Kota Batu. Tentunya, keadaan ini akan meningkatkan persaingan sehingga setiap perusahaan berusaha untuk merencanakan serta membangun strategi perbaikan guna meningkatkan kinerja serta mempertahankan eksistensinya.

    PT. Batu Bhumi Suryatama merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi sari apel bermerek “Flamboyan” di Kota Batu. Bahan baku, seperti apel yang didapatkan berasal dari petani sekitar dan gula yang didapatkan dari pengusaha lokal yang telah memiliki kontrak dengan PT. Batu Bhumi Suryatama. Produk ini telah didistribusikan di beberapa kota seperti Malang, Semarang, Bekasi dan Jakarta. PT. Batu Bhumi Suryatama mampu memproduksi 200 kardus sari apel setiap kali produksi, namun jumlah ini dapat meningkat hingga 5 kali lipat pada waktu tertentu seperti Hari Raya Idul Fitri. Untuk dapat menawarkan produk yang berkualitas baik dengan harga yang bersaing serta serta pelayanan konsumen yang memuaskan guna mempertahankan eksistensinya di tengah pesaing yang terus bermunculan dan terus menciptakan strategi yang inovatif. PT. Batu Bhumi Suryatama sering menerima keluhan terhadap pelayanan yang diberikan kepada peritel seperti kurang baiknya pelayanan yang diberikan jika dibandingkan dengan pesaing. Masalah ini tentunya dapat memperburuk kerjasama yang telah terjalin dan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Salah satu analisis yang dapat

  • 2

    dilakukan yaitu dengan menganalisis sistem rantai pasok yang diterapkan oleh perusahaan dan menemukan akar permasalahan yang ada dan kemudian ditentukan beberapa solusi perbaikan kinerja.

    Manajemen rantai pasok (supply chain management) adalah intergrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman ke pelanggan (Heizer dan Render, 2008). Manajemen rantai pasok diperlukan oleh perusahaan yang sudah mengarah pada pengelolaan dengan sistem just in time untuk menekankan pada ketepatan waktu kedatangan material dari pemasok sampai ke tangan konsumen sesuai dengan yang ditetapkan (Widyarto, 2012). Menurut Pujawan dan Mahendrawathi (2010), pendekatan proses dalam merancang sistem pengukuran kinerja supply chain memungkinkan kita

    untuk mengidentifikasikan masalah pada suatu proses sehingga bisa mengambil tindakan koreksi sebelum masalah tersebut meluas dan melakukan pencegahan dini apabila ada tanda-tanda proses berjalan di luar batas kendali. Selain itu, PT. Batu Bhumi Suryatama belum memiliki suatu sistem pengukuran kinerja rantai pasok yang menyeluruh dan komprehensif.

    Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan dalam evaluasi sistem kinerja rantai pasok seperti Quality Function Deployment, Supply chain operations reference (SCOR), Green Supply chain Management dan lain sebagainya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fuzzy dan Quality Function Deployment (QFD) dan dipadukan dengan mempertimbangkan konsep Green Supply chain Management. QFD merupakan praktek untuk merancang suatu proses sebagai tanggapan terhadap kebutuhan pelanggan dengan menerjemahkan apa yang dibutuhkan pelanggan menjadi apa yang dihasilkan organisasi (Tutuhatunewa, 2010). Dalam kasus ini informasi yang digunakan adalah kebutuhan-kebutuhan perusahaan untuk menghasilkan rantai pasok yang terorganisasi secara baik. Tahap analisis informasi dibantu dengan metode Fuzzy untuk menghilangkan ketidakpastian akibat samarnya informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Penelitian juga mempertimbangkan konsep Green

  • 3

    Supply chain Management untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dalam rantai pasok. 1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana sistem rantai pasok yang diterapkan di PT. Batu

    Bhumi Suryatama ? 2. Apa sajakah yang menyebabkan kinerja sistem rantai pasok

    PT. Batu Bhumi Suryatama kurang optimal ? 3. Bagaimana usulan perbaikan kinerja sistem rantai pasok di

    masa mendatang? 1.3 Tujuan

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi sistem rantai pasok yang diterapkan di PT.

    Batu Bhumi Suryatama. 2. Menentukan penyebab sistem rantai pasok yang kurang

    optimal. 3. Menentukan usulan perbaikan kinerja sistem rantai pasok di

    masa yang akan datang.

    1.4 Manfaat

    Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

    1. Sebagai rekomendasi bagi perusahaan dalam melakukan perbaikan sistem rantai pasok sehingga dapat meningkatkan produktivitas.

    2. Sebagai referensi yang mampu memberikan pemahaman secara rinci dan jelas mengenai tahapan evaluasi rantai pasok dengan metode yang digunakan bagi akademis.

  • 5

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Apel

    Apel (Malus sylvestris Mill.) merupakan tanaman yang biasa tumbuh di iklim subtropis. Tiga jenis gula utama yang biasa ditemukan pada buah apel adalah fruktosa, glukosa, dan sukrosa dengan kadar yang beragam tergantung pada tingkat perkembangan, iklim dan cara penanaman buahnya (Sa’adah dan Estiasih, 2015). Kandungan gizi buah apel dapat dilihat pada Tabel 2.1. Salah satu jenis apel yang digunakan sebagai minuman sari buah adalah apel manalagi. Jenis apel manalagi enak dimakan dan segar. Kulit buah manalagi berpori dan berwarna hijau muda kekuningan sehingga warna kulit akan tetap hijau walaupun dalam keadaan terbuka maupun tertutup. Daging buah apel manalagi berwarna putih serta kurang berair. Ukuran buah bervariasi antara 5-20 butir per kg (Kurniawan, 2014).

    Tabel 2.1 Kandungan Gizi Buah Apel

    Kandungan Gizi

    Jumlah Kandungan Gizi Jumlah

    Energi 218 kJ (52 kkal)

    Niasin (Vit. B3) 0.09 mg

    Karbohidrat 13.81 g Asam pantotenat (B5)

    0.061 mg

    Gula 10.39 g Vitamin B6 3 mg Serat diet (dietary fiber)

    2.4 g Folat (Vit.B9) 4.6 mg

    Lemak 0.17 g Kalsium 6 mg Protein 0.26 g Zat Besi 0.12 mg Air 85.56 g Magnesium 5 mg Vitamin 3 mg Fosfor 11 mg Tiamin (Vit. B1) 0.017 mg Kalium 107 mg Riboflavin (Vit. B2)

    0.026 mg Seng 0.04 mg

    Sumber : USDA Nutrient Database. Raw Apple

  • 6

    2.2 Sari Apel

    Menurut SNI 01-3719-1995, minuman sari buah merupakan minuman ringan yang dibuat dari campuran sari buah dan air minum dengan atau tanpa penambahan gula dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.Minuman sari buah adalah sari buah yang diencerkan dengan menggunakan air. Menurut sa’dah dan estiasih (2015), kandungan sari buah pada minuman ini minimal harus 35% dengan atau tanpa penambahan gula. Spesifikasi persyaratan mutu minuman sari buah berdasarkan SNI 01-3719-1995 dapat dilihat pada Tabel 2.2. Sari apel merupakan minuman ringan yang terbuat dari buah apel dan air minum dengan atau penambahan gula dan tambahan makanan yang diizinkan dan melalui proses perebusan buah apel. (Khurniyati dan Estiasih, 2015).

    Minuman sari buah dalam kemasan adalah sari buah dengan kadar gula yang lebih rendah daripada sirup buah sehingga proses pembuatan minuman ini juga diawali dengan penghancuran, pengepresan, penyaringan, penambahan gula, pengawet (natrium benzoat), buffer sitrat, esens dan pewarna, perebusan pengemasan dalam gelas plastik menggunakan cup sealer (Chayati, dkk., 2010).

    Proses pembuatan sari apel dapat dilihat pada Gambar 2.1. Menurut Hapsari dan Estiasih (2015), Sari buah merupakan hasil pengepresan atau ekstraksi buah yang sudah disaring. Ada tiga macam minuman buah yang dapat dibedakan dari kandungan buahnya, yaitu : sari buah yang diperoleh dari buah, baik buah tunggal atau campuran dari beberapa buah, sari buah yang telah diencerkan dengan air, minuman rasa buah yaitu sari buah yang telah diencerkan dengan air namun dengan total kandungan sari buah minimal 10 persen.

  • 7

    Tabel 2.2 Spesifikasi Persyaratan Mutu Minuman Sari Buah No Jenis uji Satuan Peryaratan

    1. Keadaan 1.1 Aroma 1.2 Rasa

    - -

    Normal Normal

    2. Bilangan formal MI NaOH 0,1 N/100 ml

    Min. 7

    3. BTM Pemanis buatan Pewarna buatan Pengawet

    - - Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 Sesuai dengan SNI 01-0222-1995

    - - Sesuai dengan SNI 01-0222-1995 Sesuai dengan SNI 01-0222-1995

    4. Cemaran Logam 4.1 Tembaga (Cu) 4.2 Timbal (Pb) 4.3 Timah (Sn) 4.4 Raksa (Hg) 4.5 Seng (Zn)

    mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg

    Maks. 5,0 Maks. 0,3 Maks. 40,0/250* Maks. 0,03 Maks. 5,0

    5. Cemaran Arsen (As)

    mg/kg Maks. 0,2

    6. Cemaran Mikroba 6.1 Angka lempeng total 6.2 Bakteri bentuk coli 6.3 Escherichia coli 6.4 Staphylococcus auereus 6.5 Salmonella 6.6 Kapang 6.7 Khamir

    Koloni/ml APM/ml APM/ml Koloni/ml Koloni/25ml Koloni/ml Koloni/ml

    Maks. 2x10

    2

    Maks. 20

  • 8

    APEL

    Pencucian

    Pengupasan

    Kulit dan

    pembuangan biji

    Pencacahan

    Ekstraksi dengan

    air mendidih

    Penyaringan

    Filtrat sari buah

    Pencampuran

    Penyaringan

    Pengendapan dalam

    tangki + 48 jam

    Penyaringan

    Pencampuran

    Pengemasan

    Pasteurisasi 85oC selama 1 menit

    Scrap

    · Gula Pasir

    · Asam Malat

    · Natrium Benzoat

    · Air Mendidih

    Sari Buah Apel

    Essence

    Gambar 2.1 Diagram Alir pembuatan sari apel (Nasution, 2007)

  • 9

    2.3 Manajemen Rantai Pasok

    Menurut Furqon (2014), rantai pasokan merupakan segala aktivitas yang terintegrasi termasuk didalamnya juga aliran informasi yang berkaitan dengan tiga aspek, yaitu: (1) sumber; (2) proses produksi, dan (3) proses penghantaran produk. Terdapat tiga komponen dalam rantai pasokan, yaitu : 1) Rantai pasokan hulu (upstream supply chain), meliputi berbagai aktivitas perusahaan dengan para penyalur, antara lain berupa pengadaan bahan baku dan bahan pendamping. 2) Rantai pasokan internal (internal supply chain), meliputi semua proses

    pemasukan barang ke gudang yang digunakan sampai pada proses produksi. Aktivitas utamanya antara lain produksi dan pengendalian persediaan. 3) Rantai pasokan hilir (downstream supply chain), meliputi semua aktivitas yang melibatkan

    pengiriman produk kepada pelanggan. Fokus utama kegiatannya adalah distribusi, pergudangan, transportasi dan pelayanan. Menurut Ninlawan et al (2010), Supply chain management sebagai suatu pengelolaan jaringan hubungan

    dalam perusahaan dan antara interdependen organisasi dan unit produksi, logistik, pemasaran dan sistem terkait yang memfasilitasi arus bahan secara forward and reverse, pelayanan, keuangan dan informasi dari produsen untuk pelanggan akhir dengan manfaat yaitu memberi nilai tambah, memaksimalkan keuntungan melalui efisiensi dan mencapai kepuasan pelanggan.

    Definisi lain mengenai supply chain mengatakan bahwa SCM adalah integrasi suatu proses bisnis dari end user melalui original supplier (yang menyediakan servis dan informasi yang menambah nilai bagi konsumen). Selain itu, juga ada yang mengatakan bahwa manajemen rantai pasokan adalah kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistem distribusi, kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian tradisional dan berbagai kegiatan penting yang berhubungan dengan supplier dan distributor, kegiatannya meliputi penetapan ( Djokopranoto , 2002 ):

    - pengangkutan

  • 10

    - pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer) - supplier - distributor - hutang maupun piutang - pergudangan

    Dalam supply chain management, memilih pemasok yang tepat adalah sebuah keputusan yang strategis. Para pemasok dapat mempengaruhi waktu, kualitas produksi, dan tingkat-tingkat persediaan. Hubungan antara para pemasok dan organisasi sedang mengalami perubahan di banyak perusahaan. Di beberapa perusahaan, para manajer yang inovatif membentuk kemitraan strategis dengan para pemasok kunci dalam mengembangkan berbagai produk baru atau teknik-teknik produksi yang baru (Bateman dan Scott, 2007). Bahkan pada tingkat yang lebih tinggi, manajemen supply chainakan

    melibatkan pemasok dalam desain produk dan proses produksi untuk menciptakan sinergi serta mengurangi biaya yang tidak perlu (Mussry, 2007)

    Gambar 2.2 Supply Chain Management (Pujawan, 2005)

    Menurut Pujawan (2005), Supply Chain Management adalah suatu metode atau pendekatan secara integrative dalam pengelolaan aliran produk,informasi dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak dari hulu ke hilir yang terdiri atas para supplier, pabrik serta jaringan distribusi dan jasa logistik. Manajemen rantai pasok merupakan manajemen aliran bahan, informasi, dan finansial melalui sebuah jaringan kerja organisasi (yaitu pemasok, pengolah, penyedia logistik, pedagang besar/distributor, dan pengecer) yang bertujuan untuk

  • 11

    memproduksi dan mengirimkan produk atau jasa untuk pelanggan. Manajemen rantai pasok mencakup koordinasi serta kolaborasi proses dan kegiatan melalui fungsi yang berbeda, seperti pemasaran, penjualan, produksi, perancangan produk, pengadaan, logistik, pembiayaan, dan teknologi informasi dalam jaringan kerja organisasi (Tang, 2006).

    2.4 Green Supply chain management

    GSCM merupakan konsep manajemen rantai pasok tradisonal yang terintegrasi dengan aspek lingkungan yang meliputi rancangan produk, pemilihan supplier, pengadaan material, aktivitas manufaktur, aktivitas pengemasan, aktivitas pengiriman produk ke konsumen, serta manajemen penggunan akhir produk (end-of-life product) (Sundarakani et al., 2010). Menurut Penfield (2007), Green Supply chain management sebagai proses menggunakan input yang ramah lingkungan dan mengubah input tersebut menjadi keluaran yang dapat digunakan kembali pada akhir siklus hidupnya sehinnga menciptakan rantai pasok yang berkelanjutan.

    Menurut Chain et al. (2015). GSCM bertujuan untuk meminimalkan atau menghilangkan limbah termasuk emisi berbahaya kimia, energi dan limbah padat disepanjang rantai pasokan seperti desain produk, bahan sumber daya dan seleksi, proses manufaktur, pengiriman produk akhir dan end-of-life manajemen. Menurut Ninlawan et al. (2010), GSCM bertujuan untuk mengeliminasi atau meminimasi waste (energi, gas emisi,

    bahan kimia berbahaya, limbah) di sepanjang jaringan rantai pasok. GSCM juga dapat didefinisikan sebagai green procurement (pengadaan ramah lingkungan), green manufacturing (manufaktur ramah lingkungan), green distribution (distribusi ramah lingkungan), dan reverse logistic (logistik terbalik). Gambar fungsi operasional dan aktivitas GSCM ditunjukkan oleh Gambar 2.3.

    Ninlawan et al. (2010) menjelaskan terdapat beberapa

    fungsi operasional dan aktivitas-aktivitas dalam GSCM diantaranya:

  • 12

    1. Pengadaan hijau (Green Procurement) Pengadaan hijau berkaitan dengan keadaan lingkungan pembelian yang terdiri dari keterlibatan dalam kegiatan pengurangan pembelian, pemakaian ulang dan daur ulang bahan pada proses pembelian. Pengadaan hijau adalah salah suatu solusi untuk lingkungan dan ekonomi konservatif bisnis dan konsep memperoleh pilihan produk dan jasa yang meminimalkan dampak lingkungan. Adapun kegiatan-kegiatan dalam pengadaan hijau antara lain : a. Pemilihan supplier Dalam sistem pengadaan hijau,

    pemasok tempat pembelian bahan hanya dari “mitra hijau” yang memiliki standar mutu lingkungan dan lulus proses audit serta mempertimbangkan pemasok yang mendapatkan ISO dan sertifikat terkait prestasi dalam konsep green.

    b. Mempromosikan kegiatan daur ulang dalam usaha meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan yang berbahaya bagi lingkungan.

    2. Manufaktur hijau (Green Manufacturing) Manufaktur hijau

    merupakan proses produksi yang menggunakan input dengan dampak lingkungan yang rendah, sangat efisien dan menghasilkan sedikit bahkan tidak adanya limbah atau polusi. Manfaat dari penerapan manufaktur hijau yaitu dapat menurunkan biaya bahan baku, keuntungan efisiensi produksi dan meningkatkan citra perusahaan. Kegiatan-kegiatan dalam manufaktur hijau antara lain: a. Pengontrolan penggunaan zat berbahaya, pemeliharaan

    kualitas air dan kontrol kualitas input sebelum pengolahan. b. Teknologi efisiensi energi yaitu dengan mengurangi daya

    konsumsi dalam produk, meningkatkan masa hidup produk untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, meningkatkan kapasitas mesin,desain produk, dan lain-lain.

    c. Mempromosikan penggunaan kembali/ daur ulang, meningkatkan kesadaran lingkungan dan mengurangi penggunaan bahan yang berbahaya bagi lingkungan.

  • 13

    3. Distribusi hijau (Green Distribution) Kegiatan dalam distribusi hijau yaitu kemasan hijau dan logistik hijau. a. Kemasan hijau, meliputi hemat kemasan, menggunakan

    bahan yang ramah lingkungan, bekerja sama dengan vendor untuk standarisasi kemasan, meminimalkan penggunaan bahan dan waktu untuk membongkar dan mempromosikan program daur ulang.

    b. Logistik hijau, meliputi pengiriman langsung ke pengguna situs, penggunaan kendaraan bahan bakar alternatif dan mendistribusikan produk dalam batch besar.

    4. Logistik balik (Reverse Logistic) Logistik balik merupakan

    proses mengambil produk dari konsumen akhir untuk tujuan meningkatkan nilai dan pembuangan yang tepat. Kegiatan-kegiatan dalam logistik balik antara lain pengumpulan, gabungan inspeksi/ pemilihan/ penyortiran, pemulihan, redistribusi dan pembuangan.

    Gambar 2.3. Fungsi Operasional dan Aktivitas GSCM (Ninlawan et al., 2010)

    2.5 Evaluasi Kinerja Rantai Pasok

    Muhammad dan Sumarauw (2014) menyatakan Supply chain management berfokus pada mengintegrasikan dan

  • 14

    mengelola aliran barang dan jasa dan informasi melalui rantai suplai untuk membuatnya responsif terhadap kebutuhan pelanggan sambil menurunkan total biaya. Seiring dengan perkembangan pasar sekarang ini yang semakin berkembang, kebutuhan pelanggan pun semakin tinggi. Maka dibutuhkan peran serta pemasok dalam pengelolaan dan pendistribusian produk sampai ke pelanggan akhir. Salah satu kunci sukses di setiap organisasi adalah kemampuan untuk mengukur kinerja. Menurut Suliantoro dan Nugrahani (2015), pengukuran kinerja supply chain adalah mengenai peletakkan metrik-metrik yang tepat pada tempatnya untuk menilai kondisi supply chain

    perusahaan. Manajemen kinerja menggunakan metrik-metrik tersebut untuk mendukung tujuan strategis perusahaan.

    Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada adalah ukuran kinerja rantai pasok yang

    diharapkan. Tujuan dari rantai pasok yang efisien adalah untuk memiliki produk atau barang yang tepat dengan jumlah yang tepat, tersedia pada tempat yang tepat pada tingkat harga yang tepat (Bateman dan Scott, 2007). Pengukuran kinerja rantai pasok dapat mengontrol kinerja perusahaan secara langsung maupun tidak langsung, mengetahui tingkat kinerja perusahaan saat ini apakah tujuan yang ditetapkan tercapai atau tidak. Hasil pengukuran kinerja dapat digunakan sebagai landasan bagi perusahaan untuk meningkatkan kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan (Vanany, 2009).

    Tolak ukur keberhasilan konsep manajemen rantai pasok adalah kontinyuitas pasokan dengan biaya yang seminimal mungkin. Hal ini menjelaskan bahwa bottle neck harus dihindari dalam suatu rantai pasok karena dapat berpengaruh terhadap kelancaran aliran barang dari produsen kepada konsumen. Adanya penumpukan barang akan menimbulkan biaya yang lebih besar. Penerapan konsep manajemen rantai pasok membutuhkan faktor pendukung seperti infrastruktur dan sistem informasi yang memadai (Sutardi & Endang, 2007). Konsep manajemen rantai pasok yang efektif adalah menjadikan pemasok sebagai partner dalam menyusun strategi perusahaan untuk memuaskan pasar sasaran. Keunggulan bersaing perusahaan bergantung pada

  • 15

    kinerja pemasok. Untuk itu diperlukan hubungan erat antara perusahaan dengan pemasok untuk jangka waktu yang panjang (Sarinah &Djatna, 2015).

    2.6 Key Performance Indikator

    Menurut Satriyanto, dkk (2007), Key performance indicator merupakan indikator yang memberika informasi sejauh mana kita telah berhsil mewujudkan target kerja yang ditetapkan, yakni : indikator KPI harus bersifat terukur dan merujuk pada hasil kerja (output kerja); serta ukuran keberhasilan harus

    menunjukkan indikator kerja yang jelas, spesifik dan terukur. Menurut Soemohadiwidjojo (2015), Key Performance Indicator atau indikator kinerja utama adalah serangkaian indikator kunci yang bersifat terukur dan memberikan informasi sejauh mana sasaran strategis dibebankan kepada suatu organisasi sudah berhasil dicapai.

    Seorang karyawan pada sebuah perusahaan tahu bahwa ada kegiatan yang sangat penting bagi tim manajemen. Dalam arti menentukan paket kontrol indikator yang mewakili keberhasilan beberapa konsepsi bisnis indikator kinerja utama muncul. Indikator kinerja utama (KPI) adalah indikator keuangan dan non keuangan yang digunakan oleh organisasi untuk menguji seberapa sukses pencapaian pencapaian tujuan jangka panjang. KPI adalah indikator statis dan stabil yang membawa lebih banyak makna saat membandingkan informasi. Mereka membantu menghilangkan emosi dari objek bisnis, dan membuat seseorang fokus pada hal yang sebenarnya merupakan pekerjaan itu, dan itu menghasilkan keuntungan (Velimirovica et.al, 2011). Menurut moeheriono (2012), ada beberapa kata kunci untuk mengidentifikasi KPI yaitu : memiliki proses bisnis; tujuan yang jelas dari proses bisnis; ada ukuran kuantitatif dan kualitatif dari dari hasil dan dibandingkan dengan tujuan; serta investigasi unsur-unsur yang memengaruhi tujuan.

  • 16

    2.7 Quality Function Deployment

    Menurut Franceschini (2002) , saat ini perusahaan mempekerjakan spesialis yang memiliki pengetahuan teknis yang baik, yang sebenarnya membawa keuntungan subtantial kepada pengguna akhir melalui produk yang lebih baik dan lebih murah. Secara individu, mereka memiliki pengetahuan teknis yang mengesankan, namun ada beberapa kesulitan penting dalam mengintegrasikannya untuk memenuhi permintaan pelanggan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan teknik yang mampu mengintegrasikan kelipatan fungsi dan membantu kedua peserta berbicara dengan orang lain, sekaligus memanfaatkan kekayaan pengetahuan khusus yang terakumulasi oleh spesialis. Peran QFD diilustrasikan dalam lingkaran komunikasi perusahaan dapat dilihat pada Gambar 2.4. Secara mendasar Quality Function Deployment merupakan terjemahan dari bahasa Jepang yang terdiri atas tujuh kata huruf kanji yaitu Hin Shitsu Ji No Ten Kai. Setelah dilakukan penyesuaiaan dari Bahasa Jepang menjadi Quality Function Deployment. QFD adalah suatu proses perencanaan sistematis yang dikembangkan untuk membantu tim proyek dalam menyusun semua elemen-elemen yang dibutuhkan untuk mendefinisikan, mendesain dan meghasilkan sebuah produk (jasa) yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan (Djati, 2003).

    Menurut Wagiono dan Hamrah (2007), tugas menerjemahkan permintaan permintaan pelanggan sasaran menjadi prototype yang berfungsi dibantu beberapa metode yang dikenal sebagai penyebaran fungsi mutu Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD jauh lebih maju dari analisis preferensi konsumen atau pelanggan, karena dalam struktur QFD informasi keinginan pelanggan diakomodasikan dalam kemampuan teknik dalam perencanaan produksi.

    Manfaat dari QFD antara lain: fokus pada pelanggan, efisiensi waktu, orientasi kerjasama tim, dan orientasi pada dokumentasi. Metode QFD memiliki beberapa tahap perencanaan dan pengembangan melalui matriks , yaitu (Djati, 2003) :

  • 17

    1. Matriks Perencanaan Produk (House of Quality) : HoQ lebih dikenal dengan rumah pertama (R1) yang menjelaskan tentang customer needs, technical requirements, co-relationshio, relationship, customer competitive evaluation, competitive technical asessment, dan targets.

    Gambar 2.4 Peran QFD diilustrasikan dalam lingkaran komunikasi perusahaan (Franceschini, 2002)

    2. Matriks Perencanaan Bagian (Part Deployment) : Lebih dikenal dengan sebutna rumah kedua (R2) adalah matrik untuk mengidentifikasi faktor-faktor teknis critical terhadap pengembangan produk.

    3. Matriks Perencanaan Proses (Process Planning) : Lebih dikenal dengan rumah ketiga (R3) yang merupakan matriks untuk mengidentifikasi pengembangan proses pembuatan suatu produk.

    4. Matriks Perencanaan Manufaktur/ Produksi (Manufacturing/ Production Planning) : lebih dikenal dengan rumah keempat (R4) yang memaparkan tindakan yang perlu diambil didalam perbaikan produksi suatu produk

  • 18

    2.8 Fuzzy

    Himpunan fuzzy memiliki dua atribut yaitu linguistik dan

    numeris. Linguistik adalah nama suatu kelompok yang mewakili suatu keadaan tertentu dengan menggunakan bahasa alami, misalnya dingin, sejuk, panas yang mewakili variabel temperatur. Numeris adalah suatu nilai yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel. (Ula, 2014). Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggotaan yang memiliki interval 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. Beberapa fungsi keanggotaan yang bisa digunakan di antaranya: grafik keanggotaan kurva linier, kurva segitiga, kurva trapesium, kurva bentuk bahu, kurva-S, bentuk lonceng (Wibowo, 2015).

    Logika Fuzzy dapat menangani variabel informasi dan linguistik yang tidak tepat secara matematis dengan baik dan mensimulasikan pengolahan informasi yang kerap digunakan dalam bahasa sehari-hari. Kalimat ini bersifat alami atau bahasa sintetis adalah nilai variabel linguistik yang mewakili konsep linguistik tersebut seperti sangat rendah, rendah, sedang, dan seterusnya. Jadi, pendekatan penggunaan kata-kata yang sistematis untuk mengkarakterisasi nilai-nilai variabel, nilai probabilitas, hubungan antara variabel, dan sebagainya, biasanya digambarkan sebagai logika fuzzy (Temponi et al., 1999).

    Gambar 2.4 Fungsi Keanggotaan Triangular Fuzzy

    (Jumadi, dkk., 2015)

  • 19

    2.9 Fuzzy QFD

    Metode QFD adalah alat analisis yang berguna yang banyak digunakan dalam desain dan pengembangan produk. Untuk mengatasi tantangan yang berkaitan dengan ketidakpastian dan ketidaktepatan di QFD, berbagai peneliti telah mengembangkan banyak pendekatan QFD fuzzy dengan menggabungkan teori himpunan fuzzy dengan QFD. Pendekatan-pendekatan ini mencakup metode perhitungan QFD konvensional dengan menggunakan variabel fuzzy, outranking fuzzy, entropi, hubungan preferensi fuzzy yang tidak lengkap, hubungan preferensi fuzzy berformat ganda, integral fuzzy, proses jaringan analitik fuzzy, pengambilan keputusan fuzzy multicriteria (MCDM), pemrograman tujuan fuzzy, berbasis set kasar seperti pendekatan sistem pakar fuzzy. Menurut Su

    dan Lin (2008), Pada proses QFD, sering ditemukan kendala dalam menangkap persyaratan konsumen dari data kualitatif atau data linguistik, seperti persepsi konsumen, pendapat dan evaluasi kepentingan konsumen atau kekuatan hubungan sering terjadi ketidakjelasan dan ketidakpastian. Hal ini sulit untuk diperkirkan secara tepat sebagai data numerik. Berdasarkan kondisi tersebut, maka data linguistik yang digunakan dalam proses QFD konvensional dapat diatasi dengan pendekatan fuzzy set theory.

    2.10 Penelitian Terdahulu

    Penelitian yang dilakukan oleh Zarei (2011) dengan judul Food Suppy Chain Leanless Using A Developed QFD Model adalah salah satu inisiatif yang telah digunakan beberapa perusahaan di dunia dalam upaya mengahadapi persaingan pasar global yang semakin ketat. Pendekatan yang dilakukan dengan menggunakan alat-alat seperti Just in Time (JIT). Di sisi lain, banyak peneliti telah berfokus pada rantai pasokan makanan dalam beberapa tahun terakhir karena pentingnya masalah ini dalam konteks manajemen rantai pasokan. Dengan menghubungkan Lean Attributes (LA) dan Lean Enabler (LEs), penelitian ini menggunakan Quality Function Deployment (QFD)

  • 20

    untuk mengidentifikasi LE yang layak agar diterapkan secara praktis guna meningkatkan kelangkaan rantai makanan. Selanjutnya, logika fuzzy digunakan untuk menangani penilaian linguistik yang mengekspresikan hubungan dan korelasi yang dibutuhkan pada QFD. Untuk menggambarkan implikasi praktis dari metodologi, pendekatan ini dicontohkan dengan bantuan studi kasus di industri pengalengan.

    Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Budiasih dan Wessiani (2011) dengan judul Penerapan Metode Fuzzy-QFD untuk Peningkatan Kualitas Produk Dodol Rumput Laut Sebelum Proses Pemasaran dengan tujuan membahas kelayakan dodol rumput laut dari Probolinggo dan dibandingkan dengan dodol rumput laut dari lombok untuk mengatahui respon pasar. Metode yang digunakan adalah metode fuzzy-QFD. Hasil yang didapatkan yaitu atribut-atribut produk yang dipentingkan oleh konsumen beserta tingkat kepuasan terhadap produk dodol dari Probolinggo anatara lain atribut harga sesuai dengan kualitas sebesar 6,77, atribut tahan lama dengan nilai 6,30, atribut produk bersih dengan nilai sebesar 6,51, atribut warna alami dengan nilai 6,37, atribut aroma manis dengan nilai 6,84, atribut rasa manis dengan nilai sebesar 6,24, atribut kenyal dengn nilai sebesar 5,89, atribut tidak lengket dengan nilai sebesar 6,26, atribut ukuran kecil dengan nilai sebesar 5,44, atribut desain kemasan menarik dengan nilai 7,07 dan atribut kemasan kuat dengan nilai 5,64. Nilai kepuasan tertinggi terletak pada atribut desain kemasan menarik dan atribut dengan nilai kepuasan terendah adalah atribut ukuran kecil. Secara keseluruhan, nilai atribut berada dibawah nilai goal. Sehingga perlu diadakannya perbaikan untuk memperbaiki kualitas dodol Probolinggo.

    Mahmood et al. (2012) melakukan penelitian yang berjudul Green Supply chain management in Malaysian Aero Composite Industry yang bertujuan untuk peningkatan program manajemen ramah lingkungan di Malaysia yang memiliki potensi untuk menawarkan nilai ekonomi yang lebih besar terutama dalam pembuatan komponen komposit material dan sub-rakitan untuk aplikasi pesawat. Kuesioner yang disebarkan sebanyak

  • 21

    20 kuesioner yang didalamnya terdapat pertanyaan tertutup dengan opsi jawaban menggunakan skala likert (1-4). Hasil analisis menunujukkan bahwa subtituution of enviromental questionable materials (GR2) dan use of cleaner technology process to make saving (energy, water, wastes) (GR11) adalah variabel yang tidak dipengaruhi oleh item GSCM di CTRM. Selain itu, use of cleaner technology process to make saving (energy, water, wastes) tidak signifikan dengan praktek 20 GSCM lainnya di ACM. Kesimpulan yang dapat diambil bahwa responden merasa cukup puas dengan pencapaian kegiatan rantai pasok yang ramah dengan lingkungan. Namun, upaya yang dilakukan oleh masing-masing perusahaaan dalam menerapkan green supply chain berbeda-beda. Beberapa indikator menjadi penting untuk diaplikasikan di suatu perusahaan tapi belum tentu di perusahaan lainnya.

  • 23

    III. METODE PENELITIAN

    3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

    Penelitian dilaksanakan di PT Batu Bhumi Suryatama di Jalan Diran nomor 37, Batu, Jawa Timur pada bulan Juli 2017. Pengolahan data dilaksanakan di Laboratorium Komputasi dan Analisis Sistem, Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang.

    3.2. Batasan Masalah

    Batasan masalah digunakan untuk menghindari pembahasan yang terlalu meluas sehingga permasalahan yang diteliti dapat lebih terfokus. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini, yaitu : 1. Proses bisnis rantai pasok terintegrasi dalam perancangan

    model kerja yang terdiri dari aktivitas pengadaan, manufaktur, distribusi.

    2. Alur rantai pasok yang diteliti yaitu : supplier, manufacturer dan retail outlets.

    3. Supplier yang menjadi narasumber adalah petani apel, supplier gula dan supplier kemasan (cup)

    4. Penelitian ini menggunakan metode QFD fase I dan fase II 5. Kriteria Green Supply Chain Management yang digunakan

    meliputi Green Procurement, Green Manufacturing dan Green Distribution.

    3.3. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah dalam melakukan penelitian yang akan dilaksanakan. Pembuatan tahapan penelitian ini sangat penting untuk direncanakan agar penelitian dapat terarah dengan baik. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.

  • 24

    3.3.1. Survei Pendahuluan

    Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui keadaan yang ada pada perusahaan. Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang menjadi topik penelitian. PT. Batu Bhumi Suryatama menetapkan konsep make to order yang memerlukan ketepatan waktu dalam manajemen rantai pasok. Kegiatan survei dilakukan dengan melakukan diskusi mengenai permasalahan yang kerap muncul dan pengamatan saat adanya proses produksi.

    3.3.2. Studi Literatur

    Studi literatur merupakan landasan dasar dan sebagai kerangka berfikir dalam penelitian. Studi literatur dilakukan untuk mengetahui landasan teori yang berkaitan dengan rantai pasok, evaluasi kinerja rantai pasok, metode fuzzy dan quality function deployment dan key performance indikator. Sumber literatur yang didapatkan berasal dari buku ataupun jurnal terkait.

    3.3.3. Identifikasi dan perumusan masalah

    Identifikasi masalah dilakukan setelah melakukan survei pendahuluan untuk mengetahui bagaimana kondisi di tempat penelitian. Selanjutnya akan ditemukan masalah-masalah yang terjadi di perusahaan dan akan dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari penyelesaiannya. Selanjutnya masalah yang teridentifikasi dijadikan rumusan masalah sebagai fokus penelitian. Rumusan masalah akan dikaji secara rinci dan diberikan solusi dari analisis yang telah dilakukan.

  • 25

    Penelitian Pendahuluan

    (Identifikasi Supply Chain

    Perusahaan)

    Studi Literatur

    Identifikasi dan

    Perumusan

    Masalah

    Penentuan

    Responden

    Analisis dan Pembahasan

    Penyusunan

    kuesioner sesuai

    perspektif GSCM

    Valid

    Kesimpulan

    dan Saran

    Tidak

    Ya

    Pengolahan data dengan

    metode Fuzzy QFD

    Penetuan Sumber

    data dan Metode

    pengumpulan data

    Penambahan atau

    pengurangan KPI

    Uji Validasi

    Instrumen

    Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

  • 26

    3.3.4. Penentuan Sumber data dan Metode Pengumpulan data A. Tipe Data

    Ada dua tipe yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

    1) Data primer Data primer merupakan hasil wawancara atas kebutuhan dari para stakeholder yang diwawancarai dan diteliti sebelumnya, serta jawaban atas kuesioner yang diajukan kepada para pakar seperti lembaga, kendala, kebutuhan dan tujuan yang berkaitan dengan rantai pasok produk sari apel.

    2) Data sekunder Data sekunder diperoleh baik dari literatur-literatur yang mendukung penelitian seperti jurnal, dan buku yang dapat memperkaya analisa dan hasil penelitian. Data sekunder ini berguna sebagai pendukung dan pelengkap data primer. Data yang diperlukan seperti literatur mengenai rantai pasok dan penerapan green supply chain serta penerapan QFD di berbagai penelitian sebagai acuan dalam penelitian kali ini.

    B. Teknik Pengumpulan Data

    Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara: 1) Teknik observasi, yaitu dengan cara mengadakan

    penelitian secara langsung terhadap keadaan yang sebenarnya di dalam PT. Batu Bhumi Suryatama yang berhubungan erat dengan permasalahan yang diteliti.

    2) Teknik wawancara, yaitu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan wawancara langsung terhadap pemilik PT. Batu Bhumi Suryatama, pemilik toko dan supplier yang berhubungan dengan informasi yang lebih menyeluruh tentang rantai pasok agroindustri produk sari apel di Kota Batu.

    3) Teknik penyebaran kuesioner, yaitu teknik yang dilakukan dengan jalan memberikan kuesioner kepada masing-masing pakar melalui cara dengan mengisi kuesioner secara objektif, yang bertujuan menggali

  • 27

    pendapat pakar mengenai tujuan, kendala, kebutuhan rantai pasok.

    4) Teknik Dokumentasi, yaitu teknik yang digunakan untuk mengambil data internal perusahaan seperti profil PT. Batu Bhumi Suryatama yang meliputi jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Batu Bhumi Suryatama, jumlah tenaga kerja, proses produksi dan daerah pemasaran.

    3.3.5. Penentuan Responden

    a. Responden QFD fase pertama Responden merupakan konsumen dari PT. Batu Bhumi

    Suryatama, yaitu pemilik toko, yang telah bekerjasama minimal 1 tahun serta menjual produk sari apel “flamboyan” dan pesaingnya yaitu sari apel “siiplah”. Menurut Sriwahyuni (2006), responden yang telah berumur antara 17-55 tahun dapat memberikan penilaian secara obyektif. Berikut beberapa kriteria stakeholder yang dapat menjadi pakar yakni pada responden

    QFD tahap pertama : 1. Responden yang dipilih merupakan pihak-pihak dari

    perusahaan yang mengetahui secara keseluruhan perusahaan dan berkompeten dibidangnya.

    2. Responden merupakan kepala departemen/staff ahli, dimana berada pada departemen yang berkaitan langsung dengan aktivitas rantai pasok pada perusahaan

    3. Responden memiliki pemahaman mengenai SOP pengolahan sari apel dari hulu hingga ke hilir, serta bertanggung jawab atas kinerja perusahaan secara keseluruhan.

    Berdasarkan kriteria diatas pihak yang menjadi responden pakar pada fase pertama adalah kepala administrasi PT. Batu Bhumi Suryatama.

    b. Responden QFD fase kedua

    QFD fase kedua melibatkan pihak yang berbeda yaitu PT. Batu Bhumi Suryatama dengan Supplier. Adapun pada fase

  • 28

    kedua PT. Batu Bhumi Suryatama berperan sebagai konsumen sehingga kuesioner pakar diberikan kepada supplier. Adapun kriteria supplier yang digunakan adalah supplier yang telah

    berkerjasama dengan PT. Batu Bhumi Suryatama minimal 1 tahun.

    3.3.6. Penyusunan kuesioner sesuai dengan perspektif GSCM

    a. Penentuan KPI evaluasi kinerja rantai pasok Indikator kinerja utama adalah serangkaian indikator kunci

    yang bersifat terukur dan memberikan informasi sejauh mana sasaran strategis dibebankan kepada suatu organisasi sudah berhasil dicapai. Konsep manajemen rantai pasok yang efektif adalah menjadikan pemasok sebagai partner dalam menyusun strategi perusahaan untuk memuaskan pasar sasaran. KPI yang didapatkan disesuaikan pula dengan keinginan perusahaan dalam menggali informasi kinerja rantai pasok dari pemilik toko. Adapun KPI evaluasi kinerja rantai pasok yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1.

    Tabel 3.1 Penentuan KPI evaluasi kinerja rantai pasok

    Objek penilaian Sumber Kriteria

    Pengiriman tepat waktu

    Shafiee et al., (2014) 3 bulan Fleksibilitas perusahaan dalam menerima pesanan

    PT. Batu Bhumi Suryatama (2017)

    Adanya safety stock

    Kualitas Produk Akhir yang tetap baik hingga ke tangan konsumen

    Bigliardi et al., (2010) dan PT. Batu Bhumi Suryatama (2017)

    Tidak ada produk cacat, rasa enak

    Desain Kemasan Produk

    PT. Batu Bhumi Suryatama (2017)

    Desain yang mencolok, mudah untuk dibawa

    Harga Terjangkau PT. Batu Bhumi Suryatama (2017)

    Dibawah atau rata-rata harga pasar

  • 29

    b. Penentuan respon teknis sesuai dengan perspektif GSCM (How) GSCM juga dapat didefinisikan sebagai green

    procurement (pengadaan ramah lingkungan), green manufacturing (manufaktur ramah lingkungan) dan green distribution (distribusi ramah lingkungan). Adapun KPI GSCM yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Penetuan KPI sesuai dengan perspektif GSCM

    Perspektif Respon Teknis GSCM

    Green Procurement

    Mempertimbangkan pemasok yang mendapatkan ISO dan sertifikat terkait prestasi dalam konsep green (Muma et al., 2014))

    Green Manufacture

    Pengelolaan persediaan (inventory management) (Rao et al., 2005)

    Perencanaan dan pengendalian produksi (Srivastava, 2007)

    Efisensi Teknologi (Al-Odeh dan Smallwood (2012)

    Evaluasi Kinerja Karyawan

    Green Distribution Desain gudang yang tidak mengandung bahan pencemar (Zhang dan Zheng, 2010)

    Melakukan sekali pengiriman dalam ukuran besar (ochieng, et al., 2016)

    Menggunakan sistem informasi untuk efisiensi sistem distribusi (ochieng, et al., 2016)

    c. Penyusunan Kuesioner Teknik kuesioner dalam penelitian ini menggunakan model

    pertanyaan tertutup dan terbuka. Pada kuesioner tertutup, responden dapat memilih beberapa pilihan yang sudah disediakan dalam masing-masing pertanyaan. Pada kuesioner terbuka, tidak menyediakan pilihan jawaban sehingga responden dapat mengisi dengan jawaban sesuai pendapatnya masing-masing secara tertulis. Kuesioner yang digunakan terdiri dari dua jenis yaitu:

  • 30

    o Kuesioner untuk konsumen Kuesioner konsumen fase I diberikan kepada konsumen

    dari perusahaan yaitu toko tempat menjual produk sari apel Flamboyan serta produk pesaing yaitu produsen sari apel “siiplah”. Sari apel “siiplah” dipilih menjadi pembanding dalam penelitian ini dikarenakan posisinya yang cukup baik dipasaran dan dapat dikatakan sebagai market leader dalam bisnis

    penjualan produk sari apel. Kuesioner diberikan kepada 2 orang pemilik toko yang telah berkerjasama dengan 2 merek sari apel tersebut. Adapun kuesioner yang diberikan dapat dilihat pada Lampiran 1. Teknik kuesioner yang digunakan

    berbentuk pertanyaan tertutup dan terbuka. Skala yang digunakan dalam penilaian ini adalah skala Likert dengan 5 kategori dari “sangat tidak penting” sampai dengan “sangat penting”. Skor dari skala Likert dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.3.

    Tabel 3.3 Skor Skala Likert

    Skala Keterangan

    1 Sangat tidak penting 2 Tidak penting 3 Cukup penting 4 Penting 5 Sangat penting

    Sumber: Istijanto (2009)

    o Kuesioner untuk pakar Kuesioner untuk pakar pada fase pertama diberikan

    kepada kepala administrasi yang mengetahui keseluruhan proses rantai pasok dari hulu hingga ke hilir. Susunan kuesioner yang diberikan kepada PT. Batu Bhumi Suryatama dapat dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3.

    Kuesioner pakar pada fase II diberikan kepada supplier dengan tujuan untuk mengetahui teknis sistem rantai pasok yang telah diberlakukan. Kuesioner diberikan kepada 2 supplier yang telah berkerjasama. Pada kuesioner ini diharapkan para pakar mampu memberikan penilaian untuk mengidentifikasi seberapa tinggi hubungan masing-masing kebutuhan

  • 31

    perusahaan dengan kebutuhan teknis. Teknik kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan terbuka adapun susunan kuesioner yang diberikan pada supplier dapat dilihat pada Lampiran 4. Adapun tahapan penyebaran kuesioner yang dilakukan adalah sebagai dapat dilihat pada Gambar 3.2.

    SUPPLIERPT. BATU BHUMI

    SURYATAMATOKO

    QFD LEVEL II QFD LEVEL I

    Gambar 3.2 Tahapan Penyebaran Kuesioner

    3.3.7. Validasi Instrumen

    Uji validitas dilakukan untuk memerikasa pakah model pengukuran yang telah dibuat dapat menyelesaikan permasalahan atau tidak. Validasi dilakukan terhadap model pengukuran yang telah diidentifikasi dan dikembangkan pada tahap sebelumnya. Validasi dilakukan dengan metode face validity, yaitu meminta pendapat atau opini dari expert atau narasumber stakeholder terkait, yang memiliki pemahaman dan

    pengetahuan tentang indikator-indikator pada model pengukuran green supply chain management, sehingga model pengukuran benar dan dapat diterima di perusahaan. Proses validitas ini dilakukan bersama pihak PT. Batu Bhumi Suryatama untuk mengetahui apa saja informasi yang ingin digali dan harapan perusahaan terhadap supplier.

  • 32

    3.3.8. Analisis dengan Metode Fuzzy QFD

    Pengolahan data merupakan cara yang digunakan untuk menganalisis dan mengolah data. Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode QFD (Quality Function Deployment). Tahapan I dalam menggunakan metode QFD adalah sebagai berikut (Zagloel dan Nurcahyo, 2013): 1. Pengumpulan suara konsumen (Voice of Customer)

    Dalam mengumpulkan suara konsumen, prosedur umum yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi kebutuhan konsumen (Voice of Customer)

    yang mana pada penelitian ini konsumen yang dibutuhkan adalah karyawan perusahaan yang bersinggungan langsung dengan rantai pasok di PT. Batu Bhumi Suryatama

    b. Menentukan KPI GSCM yang sesuai dan membuat kuesioner 2. Penyusunan HoQ (House of Quality)

    Langkah-langkah dalam pembuatan HoQ atau rumah kualitas adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan matriks perencanaan (Planning Matrix) yang

    meliputi : a. Importance to Customer (ITC)

    Tahapan ini merupakan hasil kuesioner tingkat kepentingan. Perhitungan nilai importance to customer

    dilakukan dengan menghitung rata-rata nilai hasil kuesioner tingkat kepentingan (harapan) konsumen. Tingkat kepentingan ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    ITC = Nilai 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 kepentingan

    Responden.................................(1)

    Keterangan: ITC = nilai tingkat kepentingan konsumen terhadap objek penilaian ∑ nilai objek penilaian kepentingan = nilai total dari keseluruhan objek penilaian

    ∑ responden = total responden

  • 33

    b. Menentukan bobot kriteria Setelah kriteria data terkumpul langkah selanjutnya

    adalah mengolah data tersebut dengan menggunakan fuzzy QFD, dimana fuzzy yang digunakan adalah triangular fuzzy number. Dari hasil penilaian oleh pengambil keputusan untuk setiap objek penilaian ini kemudian diterjemahkan ke dalam skala kepentingan yang kemudian diubah menjadi triangular fuzzy number. Pada triangular fuzzy number, hasil penilaian responden dikonversikan menjadi suatu nilai batas atas, nilai tengah, dan nilai batas bawah untuk tiap-tiap responden. Konversi penilaian linguistik dalam triangular fuzzy number dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan bentuk variabel linguistiknya dapat dilihat pada Gambar 3.3.

    Tabel 3.4 Konversi Skala Likert ke dalam skala bilangan Fuzzy

    Skala linguistik Skala Likert Skala bilangan Fuzzy

    Sangat tidak penting 1 (1,1,2) Tidak penting 2 (1,2,3) Cukup penting 3 (2,3,4) Penting 4 (3,4,5) Sangat penting 5 (4,5,5)

    Contohnya adalah konsumen 1 memberikan penilaian 2

    terhadap kebutuhan 1 berarti nilai TFNnya adalah ( 1,2,3). Fuzzy Quality Function deployement dengan Symetrical Fuzzy Number (STFNs) juga menerapkan cara cara yang sama dalam perhitungan importance to customer. Rumus perhitungan nilai Importance to Customer (IC) (Chan and Wu, 2005):

    𝑔𝑚 =𝑔𝑚1+𝑔𝑚2+⋯+𝑔𝑚𝐾

    𝐾=

    𝑔𝑚𝑘

    𝐾, 𝑚 = 1,2,… . ,𝑀𝐾𝑘=1 ............(2)

    Keterangan: 𝑔𝑚= Total nilai objek penilaian kepentingan K= Jumlah responden

  • 34

    Gambar 3.3 Variabel Linguistik Penelitian Keterangan:

    VP : Menunjukkan Sangat Tidak Penting/ Sangat Tidak memuaskan

    P : Menunjukkan Tidak Penting/Tidak Memuaskan A : Menunjukkan Cukup Penting/ Cukup Memuaskan G : Menunjukkan Penting/Memuaskan VG : Menunjukkan Sangat Penting/Sangat Memuaskan

    c. Customer Satisfaction Performance(CSP)

    CuSP merupakan hasil kuesioner tingkat kepuasan konsumen. Nilai CPS didapatkan dari rata-rata hasil kuesioner tingkat kepuasan konsumen pada sari apel di PT. Batu Bhumi Suryatama dan Produsen sari apel siiplah. Nilai CSP ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    CSP = Nilai 𝑜𝑏𝑗𝑒𝑘 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛 kepuasan

    Responden..............................(3)

    Keterangan: CSP = nilai tingkat kepuasan konsumen terhadap objek penilaian kinerja perusahaan ∑ nilai objek penilaian kepuasan = total nilai objek penilaian kepuasan konsumen ∑ responden = total responden

    M (X)

    VP P A G VG

    1 2 3 4 5X

  • 35

    d. Goal Goal merupakan perbandingan nilai terbaik tingkat

    kepuasan konsumen sari apel di PT. Batu Bhumi Suryatama dengan pesaing . Penetapan nilai goal dinyatakan melalui diskusi dengan memperhatikan nilai ITC dan CuSP e. Improvement Ratio (IR)

    Improvement ratio merupakan penentuan tingkatan yang

    ingin dicapai untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Nilai Improvement ratio didapatkan dari hasil perbandingan antara nilai goal dengan nilai CSP. Rasio pengembangan merupakan suatu ukuran seberapa besar yang harus dilakukan oleh pihak perusahaan dalam usaha meningkatkan kualitas pelayanan dengan memperbaiki kinerja sistem rantai pasok yang telah ada. Semakin tinggi nilai rasio pengembangan, semakin keras usaha yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan kualitas. Nilai IR ini diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

    IR = 𝐺𝑜𝑎𝑙

    𝐶𝑆𝑃.......................................................(4)

    Keterangan: IR = besarnya usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai goal Goal = nilai sasaran yang ingin dicapai perusahaan CSP = nilai tingkat kepuasan konsumen terhadap objek penilaian

    f. Sales Point Nilai sales point merupakan nilai yang menunjukkan

    pengaruh pemenuhan kebutuhan konsumen mengenai suatu produk. Nilai Sales point ini ditentukan berdasarkan pada

    seberapa jauh kebutuhan pelanggan dapat dipenuhi (kinerja perusahaan saat ini mampu memenuhi harapan pelanggan). Nilai Sales point yang umum digunakan yaitu: - Tidak memiliki sales point : 1

    Kebutuhan konsumen dengan nilai ITC ≤ 2, maka ditetapkan nilai sales point sebesar 1 (No Sales Point), artinya apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka tidak akan terjadi peningkatan penjualan.

  • 36

    - Nilai sales point menengah : 1.2

    Kebutuhan konsumen dengan nilai 2 < ITC ≤ 3, maka ditetapkan nilai sales point sebesar 1,2 (Medium Sales Point), artinya apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka akan terjadi peningkatan penjualan, meskipun tidak terlalu besar. - Nilai sales point tinggi : 1.5

    Kebutuhan konsumen dengan nilai ITC > 3, maka ditetapkan nilai sales point sebesar 1,5 (Strong Sales Point), artinya apabila kebutuhan tersebut terpenuhi maka akan terjadi peningkatan penjualan. g. Raw Weight (RW)

    RW merupakan kepentingan keseluruhan konsumen yang terdiri dari ITC, IR, dan sales point. perhitungan RW adalah sebagai berikut:

    RW = ITC x IR x 𝑆𝑎𝑙𝑒𝑠 𝑃𝑜𝑖𝑛𝑡........................................(5) Keterangan:

    RW = perhitungan keseluruhan kepentingan pada setiap objek penilaian ITC = nilai tingkat kepentingan konsumen terhadap objek penilaian IR = besarnya usaha yang dilakukan perusahaan untuk mencapai goal. Sales point = nilai sales point

    h. Normalized Raw Weight Normalized raw weight digunakan untuk menghitung nilai

    raw weight dalam bentuk presentase. Rumus perhitungan NRW adalah:

    NRW = 𝑅𝑎𝑤 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡

    𝑅𝑎𝑤 𝑊𝑒𝑖𝑔ℎ𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙..............................................(6)

    Keterangan: NRW = presentase nilai Raw weight dari masing-masing objek penilaian RW = perhitungan keseluruhan kepentingan pada setiap objek penilaian RW total = total perhitungan keseluruhan kepentingan pada setiap objek penilaian

  • 37

    2. Respon teknis (Technical Response)

    Respon teknis merupakan tanggapan dari entitas internal sebagai developer yang akan digunakan dalam menentukan kebutuhan konsumen (voice of customer) dan fokus terhadap perbaikan kinerja sistem rantai pasok di PT. Batu Bhumi Suryatama. Data respon teknis dari perusahaan terhadap kebutuhan konsumen ini diperoleh dari wawancara dengan pihak pemilik PT. Batu Bhumi Suryatama pada QFD fase pertama dan diperoleh dari supplier pada QFD fase kedua. 3. Relationship

    Tahapan Relationship merupakan penilaian terhadap kekuatan hubungan antara tiap elemen yang terdapat pada Technical Response dengan tiap kebutuhan konsumen.

    Hubungan ini dapat ditunjukkan dengan simbol seperti pada Tabel 3.5.

    Tabel 3.5 Simbol Kekuatan Hubungan Objek penilaian Whats Dengan

    Hows

    Simbol Keterangan Nilai

    Ada hubungan kuat 9

    Ada hubungan sedang 3 Ada hubungan lemah 1 (kosong) Tidak ada hubungan antar keduanya 0

    Sumber: Wijaya (2011)

    4. Technical Correlation Tahap ini menentukan hubungan antar respon teknis

    satu dengan lainnya untuk memudahkan dalam menentukan keputusan yang akan diambil dengan menggunakan simbol hubungan yang dapat dilihat pada Tabel 3.6. Bagian ini juga menggambarkan hubungan dan ketergantungan antar karakteristik teknik yang satu dengan karakteristik teknik yang lainnya. Antar elemen karakterisik teknik tersebut, mungkin saling mempengaruhi, baik positif (saling mendukung) ataupun negatif (saling bertentangan). Penentuan hubungan respon teknis dilakukan dengan wawancara kepada responden ahli

  • 38

    yaitu pemilik PT. Batu Bhumi Suryatama pada QFD fase pertama dan diperoleh dari supplier pada QFD fase kedua

    Tabel 3.6 Simbol Hubungan Antar Respon Teknis

    Simbol Keterangan

    ++ + (kosong) - --

    Ada hubungan kuat positif Ada hubungan positif Tidak ada hubungan Ada hubungan negatif Ada hubungan kuat negatif

    Sumber: Wijaya (2011)

    5. Technical Importance

    Tahapan ini terdiri dari 3 informasi, yaitu: a. Tingkat kepentingan (ranking) persyaratan teknis

    Nilai yang telah dihitung dari repon teknis berdasarkan peringkat kebutuhan konsumen pada planning matrix dan hubungannya dengan relationship akan dijadikan peringkat. Nilai yang besar akan dipilih dan dijadikan dasar prioritas dalam proses perbaikan respon teknis. b. Analisis Benchmarking

    Tahapan ini untuk menentukan penilaian kinerja rantai pasok produk sari apel di PT. Batu Bhumi Suryatama dengan pesaing. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi kekurangan yang ada pada perusahaan yang sedang diteliti. Nilai Benchmarking dapat diperoleh dari rumus berikut:

    𝐵𝑒𝑛𝑐ℎ𝑚𝑎𝑟𝑘𝑖𝑛𝑔 =(CuSP x Nilai hub 𝑤ℎ𝑎𝑡𝑠 dan ℎ𝑜𝑤𝑠 )

    Nilai hub 𝑤ℎ𝑎𝑡𝑠 dan ℎ𝑜𝑤𝑠..........(7)

    Keterangan: CuSP = nilai tingkat kepuasan konsumen terhadap objek penilaian produk perusahaan

    c. Menentukan Target Tahapan ini berisi tentang target-target yang ingin

    dicapai perusahaan pada kinerja yang akan dikembangkan. Dalam menentukan nilai target setiap karakteristik teknis, dipetimbangkan berdasarkan infomasi yang terdapat pada bagian prioritas dan hasil dari poses bencmarking. Nilai target yang diwujudkan dalam bentuk spesifikasi baru ini ditetapkan

  • 39

    secara bersama-sama dengan tim pengembang dengan mempertimbangkan kondisi teknologi atau metode yang dimiliki saat ini.

    Tahap 2 proses QFD adalah proses penyusunan part

    deployment yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu (Sriwahyuni, 2006): 1) Menentukan Spesifikasi Part (Respon teknis)

    Spesifikasi Part ini disusun dari respon teknis yang terpilih dari matrik HOQ. Respon teknis yang terpilih yaitu respon teknis yang mempunyai hubungan kuat dengan tingkat kepentingan pelanggan yang paling berpengaruh pada produk atau yang mempunyai bobot relatif besar. Dari persyaratan teknik terpilih tersebut maka diperoleh spesifikasi part. 2) Manentukan Critical Part (Karakteristik Bagian)

    Penentuan critical part ini dilakukan dengan menganalisis desain-desain bagian kritis terhadap produk yang dihasilkan. Pada bagian ini perusahaan akan menetukan persyaratan-persyaratan desain perbaikan kinerja. 3) Menentukan Nilai Kepentingan

    Nilai kepentingan ini digunakan untuk menentukan prioritas dan membuat keputusan. Nilai kepentingan menggambarkan kepentingan setiap respon teknis terpilih bagi perusahaan untuk menghasilkan kinerja yang sesuai dengan desain yang diinginkan. 4) Mengembangkan Matrik Hubungan Antara Spesifikasi

    Part dengan Critical Part

    Matriks hubungan ini digunakan untuk mengidentifikasi derajat pengaruh antara setiap spesifikasi part dengan critical part. Hubungan yang terjadi antara spesifikasi part dengan critical part dapat merupakan hubungan yang kuat, sedang atau

    lemah. Selain itu, mungkin saja tidak ada hubungan antara spesifikasi part dengan part kritis. Pada penyusunan matriks hubungan ini digunakan simbol untuk menyatakan derajat kekuatan hubungan seperti pada penyusunan HOQ. Hubungan dan ketergantungan antar karakteristik bagian yang satu dengan karakteristik bagian yang lainnya dapat dilihat pada Tabel 3.5.

  • 40

    5) Menentukan Bobot Kepentingan Nilai bobot diperoleh dengan cara mengalikan antara

    nilai bobot relatif spesifikasi part dengan hubungan antara critical part dengan spesifikasi part. 3.3.9. Analisa dan Pembahasan

    Analisis yang dilakukan adalah dari data-data yang diperoleh setelah melakukan pengamatan dan pengolahan. Hasil yang diperoleh akan dikaitkan dengan hasil kajian teori dan hasil-hasil penelitian lain yang relevan. Pada pembahasan akan disebutkan mengenai hasil evaluasi kinerja sistem rantai pasok dengan berbasis konsep green supply chain management yang selanjutnya dapat diberikan usulan perbaikan.

    3.3.10. Kesimpulan dan Saran

    Berdasarkan hasil penelitian dilakukan proses penyusunan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menjawab tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan di awal. Kesimpulan diambil dengan mempertimbangkan hasil yang diperoleh dari penelitian yang didukung dengan teori sebagai landasan berfikir. Saran diberikan kepada PT Batu Bhumi Suryatama untuk dipertimbangkan dalam perbaikan kinerja sistem rantai pasok.

  • 41

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Perusahaan

    PT. Batu Bhumi Suryatama merupakan salah satu perusahaan yang menghasilkan produk sari buah apel dengan merek flamboyan, berdiri pada tanggal 26 Februari 2005 berlokasi di Jalan Diran No. 37 Kota Batu, didirikan oleh H. Achmad Musthofa MQ, Sh., Ir. H. Hasnoel Usman, MM., H. Panji Hartoyo, yang mana salah satu dari ketiganya merupakan pemilik tunggal saat ini. Pada tanggal 1 Januari 2006 perusahaan ini mulai beroperasi yang mana pada saat itu perusahaan hanya mampu memproduksi sari apel sebanyak 100 kardus dalam satu hari kerja, setiap 1 dus berisi 24 cup dengan netto 200ml/cup. Saat ini, proses produksi di PT. Batu Bhumi Suryatama dilakukan secara semi otomatis dengan jumlah karyawan yang sedikit, sekitar 8 orang saja. Masih terdapat beberapa proses yang masih dilakukan secara manual namun pada proses pengemasan telah tersedia alat pengemas minuman sari apel. Hal ini bertujuan untuk mengimbangi permintaan pasar atau konsumen yang meningkat. Berdasarkan hasil penjualan, konsumen dominan untuk membeli pada netto120ml/cup dengan jumlah 48 cup setiap dusnya. Tahun 2007 produksi minuman sari buah apel meningkat menjadi 150 – 200 dus perharinya. Pada tahun 2008 perusahaan mempunyai inovasi perubahan jumlah cup dalam setiap dusnya. Jumlah awal cup dalam 1 dus dengan netto 120ml/cup berisi 48 cup menjadi 24 cup perdus dengan netto 120ml/cup. Hingga saat ini PT. Batu

    Bhumi Suryatama mampu memproduksi + 200 kardus per produksi dengan bantuan 13 karyawan. Jumlah tersebut dapat meningkat 5 kali lipat jika menjelang Hari Raya Idul Fitri (high season). Proses produksi diadakan setidaknya 2 hari sekali

    namun, jika permintaan konsumen tinggi maka proses produksi dilakukan setiap hari. Adapun proses produksi pembuatan sari apel dapat dilihat pada Lampiran 4.

  • 42

    Pemasaran yang dilakukan pertama kali dengan memanfaatkan koneksi pertemanan dan merambah ke pusat toko oleh-oleh, tempat wisata, koperasi dan perkantoran. Tahun 2012 PT. Batu Bhumi Suryatama memiliki konsep baru yaitu wisata edukasi dengan segmen pasar lembaga pendidikan yang dimulai dari TK sampai Universitas. Konsep baru tersebut memiliki keuntungan bagi perusahaan diantaranya pengunjung dapat mengenal produk minuman sari apel flamboyan, pengunjung dapet mengetahui proses pembuatan minuman sari apel, dan akhirnya pengunjung membeli produk minuman sari buah apel flamboyan. PT. Batu Bhumi Suryatama telah mendistribusikan produk sari apelnya tidak hanya di Jawa Timur, namun di beberapa provinsi yang lain seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Barat.

    4.2 Manajemen Rantai Pasok PT Batu Bhumi Suryatama

    Setelah melihat dan mengamati secara langsung kondisi di PT. Batu Bhumi Suryatama, maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi rantai pasok yang telah diterapkan oleh perusahaan. Jika berkaca dari konsep rantai pasok yang disebutkan oleh Pujawan (2005), maka terdapat 3 aliran dalam sebuah proses rantai pasok yaitu aliran barang, aliran informasi dan aliran finansial. Aliran barang yang mengalir terdapat 2 macam yaitu bahan baku yang berasal dari supplier dan terima manufacturer (perusahaan) serta produk sari apel yang mengalir dari perusahaan kemudian retailer dan berakhir di end customer. Aliran informasi yang bergerak dalam sistem rantai pasok perusahaan yaitu jadwal pengiriman, kapasitas, data penjualan dan jumlah permintaan,. Aliran finansial yang mengalir dalam sistem rantai pasok yang telah diterapkan yaitu uang dan invoice. Berdasarkan hasil wawancara, PT. Batu Bhumi Suryatama tidak berkerjasama dengan distributor dikarenakan jarak toko yang masih dapat dijangkau dan telah memiliki armada sendiri. Sistem rantai pasok yang diterapkan PT. Batu Bhumi Suryatama dapat dilihat pada Gambar 4.1

    Terdapat 4 pelaku di dalam sistem rantai pasok perusahaan tersebut, yaitu supplier, manufacture, retailer dan

  • 43

    end custumer. Keempat pelaku tersebut memiliki perannya masing-masing dalam sistem rantai pasok, yaitu : a. Supplier

    Supplier yang berkerjasama dengan PT. Batu Bhumi Suryatama adalah supplier buah apel, gula serta kemasan. Jumlah supplier buah apel yaitu 2 orang, untuk supplier gula