EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI
EVALUASI KINERJA DALAM PERUSAHAAN YANG TERDESENTRALISASI
Akuntansi pertanggungjawaban adalah suatu system yang mengukur hasil-hasil dari pusat-pusat pertanggungjawaban dan membandingkan hasil-hasil tersebut dengan hasil yang diharapkan.
Empat jenis utama pusat pertanggungjawaban : Pusat biaya
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab hanya terhadap laba.
Pusat pendapatan
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab hanya terhadap penjualan.
Pusat laba
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawab terhadap pendapatan maupun laba.
Pusat investasi
Suatu pusat pertanggungjawaban yang manajernya bertanggungjawaa terhadap pendapatan,biaya,dan investasi.
Informasi mempunyai peran penting agar para manajer bertanggungjawab terhadap hasil.
Tanggungjawab juga mencakup akuntabilitas yang secara tidak langsung mencerminkan pengukuran kinerja,yang berarti bahwa hasil aktual dibandingkan dengan hasil yang diperkirakan atau di anggarkan.
Perusahaan yang memiliki banyak pusat pertanggungjawaban biasanya memilih salah satu pendekatan pengambilan keputusan untuk mengelola kegiatan mereka yang rumit dan beragam : tersentralisasi atau terdesentralisasi.
Keputusan tersentralisasiBerbagai keputusan dibuat pada tingkat manajemen puncak,dan manajer pada jenjang yang lebih rendah.
Keputusan desentralisasiMemperkenankan manajer pada jenjang yang lebih rendah untuk membuat dan mengimplementasikan keputusan-keputusan penting yang berkaitan dengan wilayah pertanggungjawaban mereka.Desentralisasi adalah praktik pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada jenjang yang lebih rendah.
Kemudahan mengumpulkan dan menggunakan informasi lokal
Fokus manejemen pusatMelatih dan memotifasi para manajer segmenMeningkatkan daya saing,membuka segmen-
segmen kepada berbagai kekuatan pasar.
Pengembalian atas investasiPengembalian atas investasi ( Return on Invesment-ROI) adalah ukuran
kinerja yang paling lazim bagi suatu pusat investasi.
ROI = LABA OPERASI/ AKTIVA OPERASI RATA-RATA
Aktiva operasi adalah seluruh aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba operasi termasuk kas,piutang,persediaan,tanah,gedung dan peralatan.
Aktiva operasi rata-rata = ( nilai bersih buku awal + nilai bersih buku akhir) : 2
Margin dan perputaranRumus kedua untuk ROI adalah margin dikali dengan perputaran ROI = margin x perputaran
(laba operasi : penjualan) x ( penjualan : aktiva operasi rata-rata)
keunggulan
1. Mendorong manajer untuk menfokuskan pada hubungan antara penjualan,beban,dan investasi sebagaimana yang diharapkan dari manajer pusat investor
2. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi biaya
3. Mendorong manajer memfokuskan pada efisiensi aktiva operasi
Kelemahan
1. Mengakibatkan fokusan yang sempit pada profitabilitas divisi dengan mengorbankan profitabilitas keseluruhan perusahaan
2. Mendorong manajer untuk berfokus pada kepentingan jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan jangka panjang.
• Laba residu (economic value added-EVA) adalah laba operasional setelah pajak dikurangi dengan total biaya modal tahunan. Jika EVA positif, perusahaan telah menciptakan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan telah menyia-nyiakan modal.
• EVA = Laba operasional setelah pajak – (Biaya tertimbang rata-rata atas modal x Total modal terpakai)
Contoh:Jika suatu perusahaan menerbitkan surat obligasi 10 tahun dengan
tingkat bunga tahunan 8% dan tingkat pajak adalah 40%, Setelah berjalan, para pemegang saham menerima pengembalian rata-rata 6% lebih tinggi daripada pengembalian atas obligasi pemerintah jangka panjang. Jika tingkat obligasi sekitar 6%, maka biaya rata-rata ekuitas adalah 12%.
Anggaplah bahwa suatu perusahaan memiliki dua sumber pembiayaan $2.000.000 obligasi jangka panjang dengan bunga 9% dan $6.000.000 saham biasa dipertimbangkan sebagai resiko rata-rata. Jika tingkat pajak 40% dan tingkat bunga obligasi pemerintah jangka panjang 6%, perhitungannya adalah:
Jumlah Persen X Biaya Setelah Pajak = Biaya yang Dibebankan
Obligasi $2.000.000 0,25 0.09 (1-0,4) = 0,054 0,0135
Ekuitas 6.000.000 0,75 0,06+0,06 = 0,120 0,09
Total 8.000.000 0,1035
Jadi biaya tertimbang rata-rata atas modal perusahaan adalah 10,35%
Contoh:Anggaplah Manalo,Inc tahun lalu memiliki pendapatan operasi bersih setelah pajak sebesar $900.000. Tiga sumber pembiayaan digunakan oleh perusahaan: $2.000.000 dari obligasi hipotek dengan bunga 8%, $3.000.000 dari obligasi tanpa jaminan dengan bunga 10%, dan $10.000.000 di saham biasa yang tidak berisiko.Mahalo membayar tingkat pajak marginal 40%. Biaya setelah pajak dari obligasi hipotek adalah 0,048 [(1-0,4)x0,08]. Biaya setelah pajak dari obligasi tanpa jaminan adalah 0.06 [(1-0,4)x0,10]. Biaya untuk saham biasa adalah 12% (6% pengembalian atas obligasi pemerintah jangka panjang ditambah 6% premi rata-rata).
Biaya tertimbang rata-rata atas modal untuk mahalo:
Jumlah Persen x Biaya setelah pajak
= Biaya yang dibebankan
Oligasi Hipotek $2.000.000 0,133 0,048 0,006
Obligasi tanpa jaminan
3.000.000 0,200 0,060 0,012
Saham biasa 10.000.000 0,667 0,120 0,080
Total 15.000.000
Biaya rata-rata tertimbang atas modal
0,098
Untuk Mahalo, jumlah modal yang dipakai $8.000.000, sehingga
biaya modal adalah $784.000 yaitu dari (0,098 x $8.000.000).
Sehingga EVA Mahalo adalah:
Pendapatan operasional setelah pajak $900.000
Dikurangi: Biaya modal($784.000)
EVA $116.000
EVA positif berarti Mahalo mendapat laba operasional lebih
dan di atas biaya modal yang digunakan.
Dalam kasus divisi alat pembersih bahwa manager divisi menolak proyek
1 karena akan menurunkan ROI divisi, namun keputusan tersebut
membenani laba perusahaan sebesar $300.000. EVA untuk tiap proyek
dihitung sebagai berikut:Proyek IEVA = Pendapatan proyek – Biaya modal
= $1.300.000 - (0,10 X $10.000.000) = $1.300.000 - $1.000.000 = $300.000
Proyek IIEVA = $640.000 – (0,10 x $4.000.000)
= $640.000 - $400.000 =$240.000
Pembayaran Insentif ManajerAgar manajer tidak memenfaatkan tunjangan secara berlebihan maka diperlukan system pembayaran insentif yang terstruktur dengan baik dan mampu membantu menciptakan kesesuaian tujuan antara manjer dan pemilik.
Kompensasi Manajemen : Mengupayakan Kesesuaian TujuanYakni meliputi berbagai insentif yang berkaitan dengan kinerja. Beberapa bentuk penghargaan menajerial adalah berupa kenaikan gaji, bonus berdasarkan laba perusahaan, opsi saham, dan kompensasi nonkeuangan.
Kompensasi KeuanganYakni meliputi gaji dan bonus. Banyak perusahaan yang menggunakan kombinasi gaji dan bonus sebagai imbalan kinerja melalui penetapan tingkat gaji yang wajar dan pemberian bonus yang sesuai dengan perolehan laba perusahaan.
Masalah Dalam Pengaturan Kompensasi Berdasar LabaBonus dalam bentuk tunai mampu mendorong orientasi jangka pendek. Untuk jangka panjang banyak perusahaan yang mendesak para eksekutif puncaknya membeli dan memiliki saham perusahaan dalam jumlah tertentu.
1. Dampak terhadap Ukuran Kinerja Divisi
Harga yang dikenakan untuk barang yang ditransfer mempengaruhi biaya
divisi pembeli dan pendapatan divisi penjual.
ABC, Inc.
DIVISI A DIVISI BMemproduksi komponen dan mentransfernya ke C dengan harga transfer $30 per unit.
Harga transfer = $30 per unit
Pendapatan bagi A
Meningkatkan laba bersih
Meningkatkan ROI
Membeli komponen dari A dengan harga transfer $30 per unit dan menggunakan komponen itu untuk memproduksi produk akhir.Harga transfer = $30 per unit
Biaya bagi B
Menurunkan laba bersih
Menurunkan ROI
Ket: Pendapatan harga transfer = Biaya harga transfer dampak nol bagi ABC, Inc.
2. Dampak terhadap Otonomi
Karena keputusan penetapan harga transfer mempengaruhi profitabilitas perusahaan secara keseluruhan, manajemen sering tergoda untuk mencampuri dan mendikte harga transfer yang dikehendaki, namun bila sering digunakan maka organisasi secara efektif telah menangguhkan proses desentralisasi segala keunggulannya.
Sistem penetapan harga transfer harus mampu memenuhi 3
tujuan yaitu:Kinerja yang akurat, berarti tidak satupun
manajer divsisi akan memperoleh manfaat atas beban manajer divisi lainnya.
Kesesuaian tujuan, berarti para manajer divisi memilih tindakan-tindakan yang memaksimalkan laba perusahaan secara keseluruhan.
Otonomi, berarti manajemen pusat tidak boleh mencampuri kemandirian manajer divisi dalam membuet keputusan. Masalah penetapan harga transfer (Transfer Pricing Problem) berkaitan dengan upaya menciptakan sistem yang secara simultan memenuhi ketiga tujuan di atas.
Pendekatan biaya kesempatan (apportunity cost approach) mencapai tujuan
dengan mengidentifikasi harga terendah yang mau diterima divisi penjual
dan harga tertinggi yang mau dibayar divisi tertinggi. Harga transfer minimum (minimum transfer price) adalah harga
transfer yang akan membuat keadaan divisi penjual tidak menjadi lebih buruk apabila barang dijual kepada divisi internal daripada dijual kepada pihak luar. Atau disebut batas bawah (floor) dari jangkauan penawaran.
Harga transfer maksimum (maximum transfer price) adalah harga transfer yang akan membuat keadaan divisi pembeli tidak menjadi lebih buruk apabila suatu input dibeli dari divisi internal daripada jika barang yang sama dibeli secara eksternal. Atau disebut batas atas (ceiling).
Apabila pasar luar dengan persaingan sempurna untuk produk yang ditransfer, maka harga transfer yang sesuai adalah harga pasar. Pada pendekatan biaya kesempatan juga mengisyaratkan bahwa harga transfer yang sesuai adalah harga pasar. Karena harga transfer yang minimum bagi divisi penjualan adalah harga pasar dan harga maximum bagi divisi pembeli adalah juga harga pasar, maka satu-satunya harga transfer yang memungkinkan adalah harga pasar.
Pada kenyataannya, menetapkan harga transfer yang berbeda dengan harga pasar akan mengurangi profitabilitas keseuruhan perusahaan.
Pembeli dan penjual mampu mempengaruhi harga sampai derajat tertentu.
Dengan contoh melalui jumlah yang besar, atau melalui penjualan produk
yang erat kaitannya tetapi berbeda, atau melalui penjualan produk yang
unik.
Dalam hal ini, harga transfer yang dinegosiasikan mungkin dapat menjadi
alternatif praktis.
1. Biaya distribusi dapat dihindari
Negosiasi mampu memperbaiki profitabilitas untuk masing-masing divisi dan perusahaan secara keseluruhan.
2. Kapasitas berlebih
Dalam pasar yang kurang sempurna, divisi penjual mungkin tidak mampu menjual seluruh produksinya, yang mengakibatkan adanya kapasitas berlebih.
Ada tiga kelemahan harga transfer yang dinegosiasi yang bisa
disebutkan, antara lain:1.Manajer divisi yang menguasai informasi khusus
mungkin mengambil keuntungan dari manajer divisi lainnya.
2.Ukuran-ukuran kinerja mungkin terganggu oleh ketrampilan negosiasi dari para manajer.
3.Negosiasi dapat menghabiskan sejumlah waktu dan sumber daya yang besar.
Keunggulan harga transfer yang dinegosiasiHarga transfer yang dinegosiasi menawarkan harapan untuk melengkapi tiga kriteria kesesuaian tujuan, otonomi dan akurasi evaluasi kinerja. Harga transfer yang dinegosiasi diidentifikasi sebagai alat yang melaluinya kesesuaian tujuan perusahaan keseluruhan mampu dicapai.
Harga transfer berdasarkan biayaTiga bentuk harga transfer berdasarkan biaya yang akan dipertimbangkn adalah: 1. Biaya penuh2. Biaya penuh ditambah mark-up3. Biaya variabel ditambah biaya tetap
Penetapan harga transfer biaya penuhBiaya penuh meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, overhead variabel, dan bagian dari overhead tetap.penetapan harga transfer biaya penuh dapat merusak intensif dan dapat mengganggu ukuran-ukuran kinerja. Kebaikannya hanya teletak pada kesederhanaan perhitungannya.
Biaya penuh ditambah markupBiaya markup mempunyai persoalan yang sama seperti biaya penuh. Namun, biaya ini agak kurang merusak apabila markup dapat dinegosiasikan. Pendekatan ini lebih baik adalah negosiasi karena lebih banyak kasus yang dapat diatasi dan biaya-biaya kesempatan dapat dipertimbangkan.