EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang) SKRIPSI AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
184
Embed
Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani … · iii mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI
BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I
Sukamandi, Kabupaten Subang)
SKRIPSI
AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
RINGKASAN
AMELIA KARTIKA YUSTIARNI. “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Di bawah bimbingan RACHMAT PAMBUDY. Indonesia merupakan negara terpadat keempat setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Setiap tahunnya jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dan pada tahun 2010 mencapai 237,56 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk Indonesia diikuti oleh peningkatan jumlah konsumsi beras, karena 95 persen penduduk Indonesia menkonsumsi beras sebagai makanan pokok. Hal ini mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan produksi beras dengan meningkatkan produksi padi. Produksi padi dapat ditingkatkan melalui penggunaan benih padi bersertifikat. Salah satu perusahaan benih padi bersertifikat di Indonesia adalah PT. Sang Hyang Seri (PT.SHS). Dalam memproduksi benih padi, PT. SHS melakukan kerjasama dengan petani penangkar benih yang berada di daerah sekitar. PT. SHS melakukan program kemitraan penangkaran benih padi dengan petani sekitar untuk memenuhi kebutuhan produksi benih padinya. Program kemitraan disamping memberikan keuntungan bagi perusahaan, juga memberikan keuntungan bagi petani mitra, diantaranya mendapatkan kepastian pasar, mendapatkan harga jual benih yang lebih tinggi sehingga pendapatan mereka meningkat dan mendapatkan tambahan ilmu serta teknologi yang efisien dari perusahaan tersebut. Evaluasi kemitraan dapat dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra telah berjalan, sehingga dapat diketahui masalah-masalah yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan. Dengan mengetahui permasalahannya, maka diharapkan dapat dilakukan perbaikan-perbaikan untuk meningkatkan kinerja kemitraan.
Selain mengevaluasi pelaksanaan kemitraan berdasarkan peraturan yang telah disepakati, kesuksesan dari pelaksanaan kemitraan dapat dicapai dengan mengetahui tingkat kepuasan petani terhadap jalannya kemitraan. Peningkatan pendapatan juga menjadi salah satu tolak ukur kesuksesan pelaksanaan kemitraan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani penangkar benih padi mitra, (2) Menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap jalannya kemitraan, dan (3) Menganalisis tingkat pendapatan petani penangkar benih yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS bila dibandingkan dengan petani penangkar benih padi non mitra.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Subang, dimana petani mitra pada penelitian ini adalah petani penangkar benih padi yang melakukan kemitraan dengan PT. SHS Sukamandi, sedangkan petani non mitra adalah petani penangkar benih padi yang berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang. Petani penangkar benih pada penelitian ini adalah petani penangkar benih padi yang menghasilkan benih padi kelas benih sebar (BR). Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) karena PT. SHS merupakan salah satu produsen benih padi terbesar di Indonesia, dimana lokasi lahan penangkaran benih padi milik PT. SHS berada di Sukamandi, Kabupaten Subang. Untuk petani non
iii
mitra, pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Subang karena satu-satunya lokasi petani penangkar benih padi yang menghasilkan benih padi kelas benih sebar di Kabupaten Subang hanya berada di Kecamatan Subang. Pemilihan petani responden dilakukan secara purposive untuk petani mitra dan simple random sampling untuk petani non mitra dengan mengambil sampel masing-masing sebanyak 30 orang. Penelitian dilakukan untuk musim tanam 2010/2011.
Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis keragaan usahatani penangkaran benih padi mitra dan non mitra serta mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT. SHS. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0.
Kemitraan yang terjalin antara PT. SHS dengan petani mitra termasuk ke dalam kemitraan inti plasma. Hasil analisis matriks evaluasi kemitraan menunjukkan bahwa terdapat enam poin kerjasama yang tidak memiliki kesesuaian antara kesepakatan kerjasama dengan realisasi. Poin-poin tersebut adalah penjualan hasil panen, penyediaan sarana produksi, kegiatan pembasmian tikus, respon terhadap keluhan, pengangkutan hasil panen dan pembayaran hasil panen. Walaupun begitu, kemitraan memberikan beberapa manfaat, diantaranya yaitu mendapatkan bantuan modal, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan serta mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi. Berdasarkan metode Importance Performance Analysis (IPA) dapat diketahui atribut-atribut yang berada pada prioritas utama adalah atribut harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga beli hasil panen, serta ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Secara keseluruhan, berdasarkan metode Customer Satisfaction Index (CSI) petani mitra dinyatakan cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah 62,08.
Dari analisis pendapatan usahatani penangkaran benih padi diketahui bahwa usahatani penangkaran benih padi pada petani mitra memberikan pendapatan atas biaya tunai dan biaya total yang lebih tinggi dibandingkan pada petani non mitra. R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani mitra yaitu 1,219 dan 1,120. Sedangkan R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total pada petani non mita yaitu 1,063 dan 1,024. Dari nilai R/C rasio atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kemitraan antara PT. SHS dengan petani mitra memberikan keuntungan bagi petani mitra. Pelaksanaan kemitraan dapat diteruskan, terutama dengan adanya perbaikan-perbaikan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
EVALUASI KEMITRAAN DAN ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI
BERSERTIFIKAT (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I
Sukamandi, Kabupaten Subang)
AMELIA KARTIKA YUSTIARNI H34070041
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
Judul Skripsi : Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani
Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Evaluasi
Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi
Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I
Sukamandi, Kabupaten Subang)” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan
dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Desember 2011
Amelia Kartika Yustiarni
H34070041
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis adalah
anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Rodip Sukarman, SH dan
Ibunda Ir. Dyah Mardiani Herdanaratri.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD N Kranji I Purwokerto
pada tahun 2001 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2004
di SMP N I Purwokerto. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA N I
Purwokerto diselesaikan pada tahun 2007.
Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB
(USMI) pada tahun 2007.
Selama mengikuti pendidikan, penulis tercatat sebagai pengurus
Himpunan Profesi Mahasiswa Peminat Agribisnis pada Departemen d’Prime
(Departemen of Public Relation and Information Media) periode tahun 2008-2009
dan sebagai kepala Departemen d’Prime (Departemen of Public Relation and
Information Media) pada periode tahun 2009-2010.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Evaluasi
Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi
Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I
Sukamandi, Kabupaten Subang)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan
antara PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani penangkar benih padi mitra,
menganalisis tingkat kepuasan petani penangkar benih padi mitra terhadap
jalannya kemitraan selama ini, serta menganalisis tingkat pendapatan petani
penangkar benih padi mitra bila dibandingkan dengan petani penangkar benih
padi non mitra.
Namun demikian, sangatlah disadari bahwa masih terdapat kekurangan
dalam skripsi ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu,
penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun ke arah penyempurnaan
pada skripsi ini sehingga bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Desember 2011
Amelia Kartika Yustiarni
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tuaku yang terhebat, papa Rodip Sukarman, SH, mama Ir. Dyah
Mardiani Herdanaratri dan adikku Bintang Wicaksono Ajie serta keluarga
tercinta untuk setiap dukungan, cinta, kasih dan doa yang diberikan. Semoga
ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
2. Dr. Ir. Rachmat Pambudy MS selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis
selama penyusunan skripsi ini.
3. Anita Primaswari W, SP. MSi selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran
demi perbaikan skripsi ini.
4. Yeka Hendra F, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan yang
telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi
perbaikan skripsi ini.
5. Febriantina Dewi, SE. MM. MSc selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa Departemen
Agribisnis.
6. Seluruh staf pengajar, sekretariat Departemen Agribisnis, Komdik, Dekanat
FEM, perpustakaan FEM, perpustakaan LSI terutama Ibu Ida dan Mbak Dian
atas bantuan yang diberikan kepada penulis selama proses perkuliahan,
penyusunan skripsi, seminar, dan sidang.
7. Ibu Elda D Adiningrat selaku Ketua Umum Asosiasi Benih Indonesia, Dr.
Nizwar Safaat selaku Direktur Litbang PT. Sang Hyang Seri, Bapak
Bachrudin SP, serta pihak PT. Sang Hyang Seri lainnya, atas waktu,
kesempatan, informasi, dukungan serta bantuannya selama ini. Terima kasih
untuk petani mitra PT. Sang Hyang Seri serta petani anggota kelompok tani
Katiga atas waktu dan ketersediaannya menjadi responden.
8. Teh Eka, Teh Bunga, dan Teh Rini, atas dukungan dan bantuannya selama
penulis menyelesaikan penelitian.
x
9. Abdul Ghofir, atas masukan, bantuan, dukungan, dan doa yang diberikan
selama penyusunan skripsi ini, serta waktu yang telah diluangkan untuk
menemani penulis menyelesaikan penelitian. Terima kasih untuk selalu
mendengarkan keluh kesah penulis dan menjadi tempat berbagi.
10. Anggriani Putri, Dini Amrilla Utomo, Indah Soekma, dan Anggie Millanisa,
atas masukan, bantuan, dukungan dan doa yang diberikan. Terima kasih atas
persahabatan yang indah.
11. Desi Natalis Singarimbun selaku pembahas seminar, Hata Madia K,
Oktiarachmi Budiningrum, Ardie Aryono, Adi Febrian, Pandu Aditama, Risa
Maya P, Citra Sari, Astri Yulita, Annisa Milky dan Febriandini Harvina S.
Terima kasih atas bantuan serta masukan-masukan yang diberikan selama
penulis menyelesaikan skripsi.
12. Teman-teman seperjuangan HIPMA khususnya d’Prime, Jauhar Samudera N,
Listia Nur Isma, Decy Ekaningtyas, Anindha Paramastri dan Jihan Kartika D.
Terima kasih atas persahabatan dan pengalaman berharga.
13. Tim Gladikarya Cileungsi, Hengky Agustian, Sri Lestari, Arini Ungki, dan
Ayu Triwidyaratih yang membuat penulis belajar akan banyak hal.
14. Teman-teman Agribisnis angkatan 44. Terima kasih untuk hari-hari yang
penuh kenangan, semangat, tawa dan optimisme.
15. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas
bantuannya.
Bogor, Desember 2011
Amelia Kartika Yustiarni
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................. xvii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... xviii
I PENDAHULUAN ........................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ........................................................... 6 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................... 9 1.4. Manfaat Penelitian ............................................................. 10 1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 10
II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 12 2.1. Kemitraan ............................................................................. 12 2.1.1 Pola dan Aturan Kemitraan ........................................ 12 2.1.2 Manfaat dan Kendala dalam Kemitraan .................... 14 2.1.3 Evaluasi Kemitraan ..................................................... 15 2.2. Kepuasan Petani Terhadap Kemitraan ............................... 16 2.3. Pengaruh Kemitraan Terhadap Pendapatan Petani ............ 17 2.4. PT. Sang Hyang Seri sebagai Produsen Benih Padi .......... 19 2.5. Perbedaan dengan Penelitian Sebelumnya ........................ 21
IV METODE PENELITIAN ............................................................ 50 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 50 4.2. Jenis dan Sumber Data ....................................................... 50 4.3. Teknik Penentuan Sampel ................................................. 51 4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................. 51 4.4.1. Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani ............... 52 4.4.2. Pendapatan Usahatani ............................................... 53 4.4.3. Analisis R/C ............................................................. 53 4.4.4. Penilaian Tingkat Kepuasan .................................... 55 4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ....................... 55 4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis .. 57 4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index ........... 60
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ...................... 63 5.1. Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri ............................ 63 5.3.1. Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri ..................... 63 5.3.2. Budaya Perusahaan .................................................. 64 5.3.3. Visi, Misi dan Motto Perusahaan ............................. 64 5.3.4. Struktur Organisasi Perusahaan ............................... 65 5.2. Gambaran Umum Kabupaten Subang ............................... 66 5.3. Karakteristik Petani Responden ......................................... 67 5.3.1. Umur Responden ..................................................... 67 5.3.2. Jenis Kelamin Responden ......................................... 68 5.3.3. Tingkat Pendidikan ................................................... 69 5.3.4. Pengalaman Usahatani Penangkaran Benih Padi ...... 69 5.3.5. Luas Lahan dan Status Kepemilikan ....................... 70
VI EVALUASI KEMITRAAN PT. SANG HYANG SERI DAN PETANI PENANGKAR BENIH PADI ..................................... 72
6.1. Gambaran Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Penangkar Benih ................................................................ 72 6.2. Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan ................................... 74 6.3. Surat Perjanjian Kerjasama ................................................ 76 6.4. Evaluasi Pelaksanaan Kemitraan ...................................... 78 6.5. Kendala-kendala di Dalam Pelaksanaan Kemitraan ........... 84 6.6. Manfaat Kemitraan ............................................................. 85
VII ANALISIS KEPUASAN PETANI TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN ................................................ 88
7.1. Analisis Kepuasan Petani Mitra ......................................... 88 7.1.1. Tingkat Kesesuaian Atribut ..................................... 88 7.1.2. Importance Performance Analysis ............................ 90 7.1.3. Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam Kemitraan ................................... 98
VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA ................................................................... 100
1. Produksi dan Konsumsi Beras Nasional 2005-2010 ............................ 1
2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia 1983-2003 ............................ 2
3. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi di Indonesia 2005-2011 ........................................................................................... 3
4. Kebutuhan Benih Padi Potensial dan Total Produksi Benih Padi (Ton) 2002-2008 .......................................................................... 4
5. Produksi Benih Padi Inbrida PT. Sang Hyang Seri 2007-2010 ........... 7
6. Luas Lahan Kerjasama dan Jumlah Penangkar Benih Padi Mitra Per Musim Tanam ...................................................................... 8
7. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat ....................................... 27
8. Standar Lapangan Kelas Benih Bersertifikat ....................................... 27
9. Kelas Benih dan Warna Label Benih Sertifikasi .................................. 28
10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio ................. 54
12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan Terhadap Kinerja .................................................................................. 57
13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) ................................ 62
14. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Umur Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 68
15. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Jenis Kelamin Musim Tanam 2010/2011 ..................................................... 68
16. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pendidikan Musim Tanam 2010/2011 ................................................. 69
17. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Pengalaman Menjadi Petani Penangkar Benih Padi Musim Tanam 2010/2011 ...... 70
18. Responden Petani Mitra dan Non Mitra Berdasarkan Luas Lahan Usahatani Musim Tanam 2010/2011 ........................................ 71
19. Status Kepemilikan Lahan Responden Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .......................................................... 71
20. Pembagian Areal Lahan PT. SHS Cabang Khusus Sukamandi Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 73
21. Pembagian Areal Lahan Kerjasama Musim Tanam 2010/2011........... 75
22. Manfaat Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dengan Petani Mitra .......... 85
23. Tingkat Kesesuaian Atribut Pada Responden Petani Mitra ................. 89
27. Kegiatan Pengolahan Lahan Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 103
28. Kegiatan Penanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 105
29. Kegiatan Penyulaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 106
30. Kegiatan Pengontrolan Tanaman Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .......................................................... 107
31. Kegiatan Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 107
32. Penggunaan Pupuk Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 108
33. Penggunaan Obat-obatan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 109
34. Penerimaan Usahatani pada Petani Mitra dan Petani Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 112
35. Biaya Tenaga Kerja Luar Keluarga Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................. 114
36. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Mesin Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 ............................................ 115
37. Biaya Pemupukan Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 117
38. Biaya Pestisida Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................................... 118
39. Biaya Pembuatan Pagar Plastik Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .......................................................... 120
40. Biaya Penyusutan Peralatan Pertanian Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................. 121
41. Biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .................................................. 123
42. Struktur Biaya Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat Pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011 .............. 124
43. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Penangkaran Benih padi Pada Petani Mitra dan Non Mitra ................ 126
xvi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Pola Kemitraan Inti Plasma .................................................................. 33
2. Pola Kemitraan Sub Kontrak ............................................................... 33
3. Pola Kemitraan Dagang Umum ........................................................... 34
4. Pola Kemitraan Keagenan .................................................................... 35
6. Pola Kemitraan Sederhana (Pemula) ................................................... 36
7. Pola Kemitraan Tahap Madya .............................................................. 37
8. Pola Kemitraan Tahap Utama .............................................................. 37
9. Model Diskonfirmasi Harapan dari Kepuasan dan Ketidakpuasan ...................................................................................... 38
Sumber : BPS2 dan *USDA3, 2011 (diolah) Peningkatan konsumsi beras ternyata tidak diimbangi oleh peningkatan
produksi beras. Pada tahun 2009 terjadi penurunan produksi beras sebesar 1,94
juta ton dibanding tahun 2008. Hal ini mempengaruhi jumlah impor beras ke
Indonesia. Peningkatan produksi beras dapat dilakukan melalui perluasan lahan
pertanian dan peningkatan kualitas tanaman padi. Namun cara pertama memiliki
banyak halangan, mengingat setiap tahunnya lahan subur semakin berkurang
karena adanya alih fungsi (konversi) lahan pertanian untuk keperluan non
1 http://bps.go.id/ [28 Oktober 2010] 2 http://bps.go.id/ [18 Oktober 2011] 3 http://www.usda.gov/ [15 November 2011]
2
pertanian, terutama di daerah Jawa, seperti pembuatan daerah industri, daerah
perkantoran, daerah wisata dan daerah pemukiman. Berdasarkan Sensus Pertanian
(SP) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik selama 10 tahun sekali yaitu tahun
1973, 1983, 1993 dan 2003 diketahui bahwa selama periode 1983-1993 konversi
lahan pertanian mencapai 1.280.268 hektar dan sebagian besar terjadi di Jawa.
Selama periode berikutnya yaitu tahun 1993-2003 besaran konversi lahan yang
terjadi adalah 1.264.109 hektar dan sebagian besar terjadi di Sumatera. Konversi
lahan pertanian di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konversi Lahan Pertanian di Indonesia, 1983-2003
Wilayah Total Lahan Pertanian (ha) Konversi Lahan (ha)
SP 19831) SP 19932) SP 20033) 1983-1993 1993-2003 Jawa 5.422.449 4.407.029 4.019.887 -1.015.420 -387.142 Bali & Nusa Tenggara
1.208.164 1.060.218 1.095.551 -147.946 +35.333
Sumatera 5.668.811 5.416.601 4.249.706 -252.210 -1.166.895 Sulawesi 1.637.811 1.772.444 2.184.508 +134.693 +412.064 Kalimantan 2.222.153 2.191.596 2.096.230 -30.557 -95.366 Maluku 378.662 400.339 351.970 +21.717 -48.369 Irian Jaya 166.322 175.777 142.043 +9.455 -33.734 INDONESIA 16.704.272 15.424.004 14.139.895 -1.280.268 -1.284.109
Sumber: Badan Pusat Statistik, dalam Lokollo et al. 2007 (diolah) 1)Sensus Pertanian Seri J3, 1983 2)Sensus Pertanian Seri J3, 1993 3)Sensus Pertanian Seri A3, 2003 Selama kurun waktu 1983-2003, luas areal pertanian di Jawa mengalami
pengurangan sebanyak 1.402.562 hektar atau sekitar 70.128,1 hektar per tahun
dan terus menurun setiap tahunnya. Luas areal pertanian tersebut termasuk di
dalamnya luas lahan tanaman padi. Pada tahun 2008 luas lahan padi nasional
diketahui seluas 12,66 juta hektar. Penurunan luas lahan pertanian berpengaruh
terhadap penurunan produksi pertanian termasuk padi. Untuk itulah perlu
dilakukan usaha peningkatan produksi melalui peningkatan kualitas tanaman padi
seperti pengembangan varietas dan penggunaan benih bersertifikat. Luas panen,
produktivitas dan produksi padi di Indonesia tahun 2005-2010 dapat dilihat pada
Tabel 3.
3
Tabel 3. Luas Panen, Produktivitas, Produksi Padi di Indonesia 2005-2011
Permasalahan: 1. Keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS 2. Penjualan hasil panen yang tidak sesuai perjanjian
Evaluasi Kemitraan
Analisis Deskriptif
IPA dan CSI
Gambar 10. Kerangka Pemikiran Operasional
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Sang Hyang Seri (Persero) Regional Manajer I
Sukamandi di Sukamandi, Kabupaten Subang. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara sengaja (purposive) karena PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS)
merupakan salah satu perusahaan produsen benih padi terbesar di Indonesia
dimana lokasi lahan penangkaran benih padi milik PT. SHS berada di Sukamandi,
Kabupaten Subang. Selain itu, penelitian juga dilakukan di Kecamatan Subang,
Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara
sengaja (purposive) sebagai lokasi penelitian untuk petani non mitra. Perbedaan
lokasi penelitian disebabkan karena petani penangkar benih non mitra kelas benih
sebar yang berada di Kabupaten Subang, hanya berlokasi di daerah tersebut.
Petani penangkar benih lainnya memproduksi benih yang berbeda kelas benihnya
dengan PT. Sang Hyang Seri, yaitu kelas benih pokok atau kelas benih dasar.
Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2011. Pemilihan
waktu penelitian pada bulan tersebut karena pada bulan tersebut telah memasuki
masa panen.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan sumber data dan
informasi terdiri atas data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif
maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengamatan serta wawancara
langsung dengan petani responden serta pihak PT. SHS menggunakan panduan
kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan dengan metode
wawancara terstruktur. Sedangkan data sekunder sebagai pendukung data-data
primer diperoleh dari instansi-instansi terkait seperti Balai Pusat Statistika,
Departemen Pertanian, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Kabupaten
Subang, LSI IPB dan instansi-instansi terkait lainnya. Data sekunder juga
diperoleh melalui beberapa literatur yang berasal dari buku, internet serta hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.
51
4.3 Teknik Penentuan Sampel
Pemilihan petani responden didasarkan pada petani yang bermitra serta
petani yang tidak bermitra. Pengambilan contoh petani responden mitra dilakukan
pada petani penangkar benih yang bermitra dengan PT. SHS. Responden yang
diambil adalah petani penangkar benih yang menanam padi varietas Ciherang.
Sedangkan pengambilan contoh petani responden yang tidak bermitra dilakukan
pada petani penangkar benih di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang.
Penarikan contoh dilakukan dengan dua metode, yaitu metode purposive untuk
petani mitra serta Simple Random Sampling untuk petani non mitra, karena
sifatnya yang homogen. Responden non mitra dipilih secara acak dengan cara
diundi. Sedangkan penarikan sample dengan cara purposive pada petani mitra
disebabkan karena adanya keterbatasan data mengenai jumlah penangkar benih di
PT. SHS yang memproduksi varietas Ciherang pada musim tanam 2010-2011.
Jumlah responden petani penangkar mitra dan non mitra sengaja diambil masing-
masing sebanyak 30 orang petani.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif,
kemudian dilakukan langkah pengolahan dan analisis data. Pada analisis
pendapatan usahatani, analisis kualitatif bertujuan untuk menganalisis keragaan
usahatani penangkaran benih padi baik pada petani mitra dan non mitra serta
mengevaluasi jalannya kemitraan antara petani penangkar benih padi dengan PT
Sang Hyang Seri. Sedangkan analisis kuantitatif bertujuan untuk menganalisis
tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan menggunakan metode
IPA dan CSI serta menganalis tingkat pendapatan usahatani petani mitra bila
dibandingkan dengan usahatani petani non mitra berdasarkan penerimaaan dan
biaya usahatani. R/C rasio digunakan untuk mengetahui tingkat efisiensi
usahatani. Data yang diperoleh berasal dari kuisioner dan diolah menggunakan
bantuan software komputer Microsoft Excel dan Minitab 14. Untuk melakukan uji
validitas dan reliabilitas digunakan SPSS 17,0.
52
4.4.1 Struktur Penerimaan dan Biaya Usahatani
Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh
dengan harga jual.
= x
Dimana : TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani
Py = Harga jual produk y
Menurut Soekartawi (2002), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua,
yaitu (a) biaya tetap (fixed cost) dan (b) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya
tetap umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus
dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Jadi besarnya
biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi (output yang
diperoleh). Sedangkan biaya tidak tetap (variable cost) didefinisikan sebagai
biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dilakukan. Untuk
menghitung biaya tetap dapat digunakan rumus sebagai berikut:
FC = ∑
di mana: FC = biaya tetap
= jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap
= harga input
n = macam input
Apabila besarnya biaya tetap tidak dapat dihitung dengan rumus karena tidak
diketahui secara pasti jumlah fisik dari input yang membentuk biaya tetap, maka
sekaligus ditentukan nilainya. Rumus ini juga digunakan untuk menentukan biaya
tidak tetap.
Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya tidak tetap
(VC). Dari pernyataan tersebut, rumus yang digunakan untuk menetukan total
biaya adalah:
TC = FC + VC
Pengelompokan biaya usahatani yang lain adalah biaya tunai dan biaya
tidak tunai (diperhitungkan) (Hernanto, 1995). Biaya tunai dan biaya tidak tunai
berasal dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang termasuk ke dalam
biaya tunai misalnya iuran irigasi dan pajak tanah. Sedangkan biaya variabel yang
53
termasuk biaya tunai adalah biaya input produksi dan upah tenaga kerja. Biaya
tetap yang merupakan biaya tidak tunai atau biaya diperhitungkan adalah biaya
penyusutan dan biaya untuk tenaga kerja keluarga. Sedangkan biaya variabel yang
merupakan biaya diperhitungkan adalah sewa lahan.
4.4.2 Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani pada penelitian ini akan dibedakan menjadi dua.
Pertama pendapatan atas seluruh biaya tunai (pendapatan tunai) dan pendapatan
atas biaya total (pendapatan total). Biaya tunai adalah biaya yang benar-benar
dikeluarkan petani dalam usahatani penangkaran benih padi. Sedangkan biaya
total adalah biaya yang dikeluarkan petani dimana semua input milik keluarga
juga diperhitungkan sebagai biaya. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa
besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan
usahataninya. Biaya diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa
sebenarnya pendapatan kerja petani jika penyusutan, sewa lahan dan nilai kerja
keluarga diperhitungkan.
Secara umum pendapatan adalah selisih antara penerimaan usahatani
dengan biaya usahatani pada periode tertentu. Secara matematis pendapatan
usahatani ditulis sebagai berikut:
Pendapatan Tunai = TR - BT
Pendapatan Total = TR – (BT+BD)
di mana : TR = Penerimaan (Rp)
BT = Biaya Tunai (Rp)
BD = Biaya Diperhitungkan (Rp)
4.4.3 Analisis R/C
Pada analisis usahatani, rasio yang digunakan untuk menganalisis
keuntungan dari pendapatan usahatani adalah rasio R/C. Rasio R/C merupakan
rasio perbandingan antara penerimaan dan biaya. Rasio R/C dibedakan menjadi
dua, yaitu rasio R/C atas biaya tunai dan rasio R/C atas biaya total. Rasio R/C atas
biaya tunai dihitung dengan membandingkan antara penerimaan total dengan
biaya tunai dalam satu periode tertentu. Rasio R/C atas biaya total dihitung
54
dengan membandingkan antara penerimaan total dengan biaya total dalam satu
periode tertentu. Secara matematis, hal ini dapat dituliskan sebagai berikut:
Rasio R/C atas biaya tunai =
Rasio R/C atas biaya total =
Di mana :
TR = Total Penerimaan
TC = Total Biaya = BT + BD
Suatu usahatani dinyatakan menguntungkan apabila rasio R/C lebih besar
dari satu (rasio R/C > 1). Nilai tersebut mengartikan bahwa setiap satu rupiah
biaya yang dikeluarkan akan memberikan tambahan penerimaan lebih besar dari
satu rupiah. Sebaliknya apabila rasio R/C kurang dari satu (rasio R/C < 1) maka
usaha akan mengalami kerugian, karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan
akan memberikan tambahan penerimaan kurang dari satu rupiah. Jika rasio R/C
sama dengan satu (rasio R/C = 1) berarti kegiatan tersebut berada pada kondisi
keuntungan normal. Karena setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan
memberikan tambahan penerimaan sebesar satu rupiah.
Tabel 10. Contoh Perhitungan Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio
No Uraian Jumlah Harga per Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
A Total Penerimaan B Biaya tunai 1 Benih 2 Pupuk 3 Obat-obatan 4 Tenaga kerja luar keluarga 5 ..... Total biaya tunai
C Biaya yang diperhitungkan 1 Penyusutan 2 Tenaga kerja keluarga Total biaya yang diperhitungkan
D Total biaya (B+C) E Pendapatan atas biaya tunai (A-B) F Pendapatan atas biaya total (A-D) G R/C atas biaya tunai (A/B) H R/C atas biaya total (A/D)
55
4.4.4 Penilaian Tingkat Kepuasan
4.4.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan penelitian mengenai tingkat kepuasan petani mitra
diadakan uji validitas dan reabilitas terhadap atribut-atribut yang akan digunakan
untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Uji
validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menguji kuisioner yang akan
digunakan agar terhindar dari kesalahan acak yang akan menurunkan keandalan
pengukuran. Validitas berhubungan dengan kemampuan suatu alat ukur untuk
mengukur secara tepat apa yang harus diukur. Validitas dalam penelitian
kuantitatif ditunjukkan oleh koefisien validitas.
Pengujian validitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing
variabel yang ditanyakan dapat dipakai sebagai alat ukur (Rangkuti 2006). Uji
validitas dilakukan dengan menggunakan software SPSS 17,0. Validitas suatu
atribut dapat dilihat pada hasil output SPSS pada tabel dengan judul Item Total
Statistic. Menilai valid atau tidaknya suatu atribut dapat dilihat dari nilai
Corrected Item-Total Correlation. Suatu variabel dinyatakan valid bila nilai
Corrected Item-Total Correlation > 0,3 dan dikatakan tidak valid bila nilai
Corrected Item-Total Correlation < 0,3 (Nugroho 2005). Apabila dalam
pengujian terdapat atribut yang tidak valid maka atribut tersebut dikeluarkan,
kemudian proses analisis diulang untuk atribut yang valid saja. Sedangkan uji
reliabilitas mempunyai pengertian apakah sebuah instrumen dapat mengukur
sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Suatu konstruk atau
variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0,60
(Nugroho 2005).
Atribut yang digunakan sebagai pre sampling pada kuisioner pertama
berjumlah 18 atribut. Hasil pengujian menunjukkan bahwa data reliabel tetapi
terdapat dua atribut yang tidak valid, karena memiliki nilai Corrected Item-Total
Correlation < 0,3, yaitu kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen dan
penyediaan lahan sewa. Kemudian dilakukan pengujian terhadap ke-16 variabel
yang valid dan didapatkan hasil bahwa data telah valid dan reliabel. Ke-16
variabel dinyatakan valid karena memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation
> 0,3 dan nilai cronbach Alpha > 0,60 yaitu 0,887.
56
Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah
atribut ke-16 dan atribut ke-17 dihilangkan pada uji validitas dan reliabilitas
pertama, maka atribut ke-18 yaitu ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh
inti menjadi atribut 16 pada uji validitas dan reliabilitas kedua. Selanjutnya
keenam belas atribut tersebut digunakan dalam perhitungan Importance
Performance Analysis (IPA) serta Customer Satisfaction Index (CSI). Penentuan
atribut dilakukan berdasarkan pelaksanaan kemitraan, perjanjian kontrak
kerjasama serta teori service quality (servqual). Atribut yang digunakan pada pre
sampling kuisioner pertama dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Atribut Pelayanan Kemitraan No Atribut Atribut
Keandalan (reliability) 6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma
12 Bantuan biaya panen 15 Harga beli hasil panen
Ketanggapan (responsiveness) 1 Prosedur penerimaan mitra 8 Respon inti terhadap keluhan petani 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama dan penyakit tanaman
13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 18 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh inti
Jaminan (assurance) 10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping
Empati (emphaty) 11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi
Berwujud (tangible) 2 Kualitas Benih Pokok 3 Harga benih pokok 4 Harga sarana produksi 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi
14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen 16* Kemampuan pabrik menampung gabah hasil panen 17* Penyediaan lahan sewa
(*) Atribut yang dihilangkan
57
4.4.4.2 Metode Importance Performance Analysis (IPA)
Metode IPA digunakan karena metode ini dapat memberikan penilaian
terhadap kinerja setiap atribut yang telah ditentukan dengan cara mengukur
tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya, serta menggolongkannya ke
dalam skala prioritas tertentu. Tingkat kepentingan kualitas pelayanan adalah
seberapa penting suatu atribut dalam kemitraan dinilai oleh konsumen, dalam hal
ini adalah petani mitra. Pada metode IPA tingkat pelaksanaan atau pelayanan
suatu perusahaan dinilai memuaskan apabila pelayanannya sesuai dengan harapan
dari petani mitra. Tingkat kepentingan dan kepuasan petani diukur menggunakan
skala likert dengan empat kategori sebagaimana terdapat pada Tabel 12.
Tabel 12. Skala Likert Pengukuran Tingkat Kepentingan dan Kepuasan terhadap Kinerja
Kategori Skor
Tingkat Kepentingan Tingkat Kinerja
Sangat Penting Sangat Puas 4
Penting Puas 3
Tidak Penting Tidak Puas 2
Sangat Tidak Penting Sangat Tidak Puas 1
Pengukuran tingkat kepuasan menggunakan skala dilakukan untuk
mengurangi subjektifitas responden (Sumarwan 2004). Penggunaan empat skala
pengukuran dimaksudkan untuk menghindari kecenderungan responden memilih
nilai tengah (cukup) dalam menilai atribut evaluasi kemitraan (Aritonang 2005).
Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total
tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Nilai kepuasan petani mitra
atas kinerja kemitraan dinyatakan dengan huruf X, sedangkan tingkat kepentingan
(harapan) petani dinyatakan dengan huruf Y. Atribut kemitraan dikatakan telah
sesuai dengan harapan petani apabila nilai kesesuai yang dihasilkan lebih besar
atau sama dengan 100 persen. Sebaliknya, bila nilai kesesuai kurang dari 100
persen, maka atribut kemitraan dinyatakan belum sesuai dengan harapan petani
mitra. Secara matematis analisis kesesuaian dirumuskan sebagai berikut:
58
Tki = x 100%
Dimana: Tki = Tingkat kesesuaian responden
Xi = Skor penilaian tingkat kinerja/kepuasan petani mitra
Yi = Skor penilaian kepentingan petani mitra
Hasil perhitungan dinyatakan dalam diagram kartesius. Pada penggunaan
diagram kartesius, sumbu mendatar (X) merupakan skor tingkat pelaksanaan
kinerja/kepuasan, sedangkan sumbu tegak (Y) merupakan skor tingkat
kepentingan/harapan. Rumusan matematis untuk setiap faktor tersebut adalah
sebagai berikut:
∑ ∑ X = Y = n n
Dimana: X = Skor rata-rata tingkat kinerja/kepuasan
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan
n = Jumlah responden
Diagram kartesius merupakan sebuah bagan yang dibagi menjadi empat
bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik
(X,Y). Kedua titik tersebut diperoleh melalui perhitungan sebagai berikut:
∑ ∑ X = Y =
k k Dimana : X = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan seluruh atribut mutu pelayanan
dari perusahaan
Y = Skor rata-rata tingkat kepentingan/harapan seluruh atribut mutu
pelayanan
k = Banyaknya atribut mutu pelayanan yang diberikan oleh perusahaan
yang dapat mempengaruhi keputusan petani
Kedua garis tersebut membagi diagram kartesius yang merupakan matriks
IPA ke dalam empat kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran
IV. Diagram kartesius dijelaskan pada Gambar 11.
59
Tingkat Kepentingan
Y
Y
X X
Tingkat Kepuasan
Sumber : Supranto (2006)
Keterangan:
Kuadran I : Kuadran I yang merupakan Kuadran Prioritas Utama
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap mempengaruhi
kepuasan petani, namun manajemen belum melaksanakannya
sesuai yang diharapkan petani, sehingga petani tidak puas.
Kinerja atribut-atribut yang masuk ke dalam kuadran ini harus
ditingkatkan oleh perusahaan dengan melakukan perbaikan
secara terus-menerus.
Kuadran II : Kuadran II yang merupakan Kuadran Pertahankan Prestasi
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap penting oleh petani
dan telah dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan yang
diharapkan, sehingga sangat memuaskan petani. Kinerja atribut-
atribut yang terdapat dalam kuadran ini harus dipertahankan.
Kuadran I
Prioritas Utama
Kuadran II
Pertahankan Prestasi
Kuadran III
Prioritas Rendah
Kuadran IV
Berlebihan
Gambar 11. Diagram Kartesius Metode Importance Performance Analysis
60
Kuadran III : Kuadran III yang merupakan Kuadran Prioritas Rendah
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh
petani dan pelaksanaannya oleh perusahaan biasa-biasa saja.
Peningkatan kinerja atribut dalam kuadran ini perlu
dipertimbangkan lagi karena manfaat yang diperoleh sangat
kecil.
Kuadran IV : Kuadran IV yang merupakan Kuadran Berlebihan
menunjukkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting oleh
petani namun pelaksanaannya oleh perusahaan dirasa
berlebihan. Atribut-atribut dalam kuadran ini dapat dikurangi
pelaksanaannya untuk menghemat biaya.
4.4.4.3 Metode Customer Satisfaction Index (CSI)
Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menetukan tingkat
kepuasan konsumen secara menyeluruh berdasarkan atribut-atribut kualitas jasa
yang diukur. Atribut-atribut yang diukur berbeda-beda untuk masing-masing
industri, bahkan untuk masing-masing perusahaan. Menurut Aritonang (2005)
terdapat empat langkah dalam perhitungan Customer Satisfaction Index (CSI),
yaitu:
1. Menentukan Mean Important Score (MIS) dan Mean Satisfaction Score
(MSS). Nilai ini berasal dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja tiap
anggota:
∑ ∑ MIS = dan MSS = n n Dimana: n = jumlah responden
Yi = Nilai kepentingan atribut ke- i
Xi = Nilai kinerja atribut ke- i
61
2. Membuat Weight Factors (WF)
Bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS
seluruh atribut.
=
∑
Dimana: p = Jumlah atribut kepentingan
i = Atribut ke- i
3. Membuat Weight Scor (WS)
Bobot ini merupakan perkalian antara Weight Factor (WF) dengan rata-
rata tingkat kepuasan (Mean Satisfaction Score = MSS)
= x
Dimana: i = Atribut aspek kemampuan kelompok ke- i
4. Menentukan Customer Satisfaction Index (CSI)
∑ CSI = x 100 %
5
Pada umumnya bilai nilai CSI di atas 50 persen dapat dikatakan bahwa
konsumen sudah merasa puas sebaliknya bila nilai di bawah 50 persen konsumen
belum dikatakan puas. Skala kepuasan konsumen yang dipakai dalam penelitian
ini dibagi ke dalam lima kriteria dari tidak puas sampai dengan sangat puas.
Kriteria ini mengikuti modifikasi kriteria yang dilakukan oleh PT. Sucofindo
dalam melakukan survei kepuasan pelanggan, sepert dijabarkan dalam Tabel 13.
62
Tabel 13. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) Nilai CSI Kriteria CSI
0,81-1,00 Sangat Puas
0,66-0,80 Puas
0,51-0,65 Cukup Puas
0,35-0,50 Kurang Puas
0,00-0,34 Tidak Puas Sumber: Ihsani (2005) dalam Lestari (2009)
4.5 Definisi Operasional
Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Petani Penangkar Benih Padi adalah petani yang menghasilkan benih padi
sebagai komoditi produksinya.
2. Petani Penangkar Benih Mitra adalah petani penangkar benih yang
menjalin kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri dan terikat kontrak.
3. Petani penangkar benih non mitra adalah petani penangkar benih yang
berada di Kecamatan Subang, Kabupaten Subang, yang merupakan petani
mandiri. Petani ini tidak terikat kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri.
4. Harga beli hasil panen adalah harga beli yang dibayarkan PT. Sang Hyang
Seri kepada petani, sesuai dengan kadar air serta kotoran yang terkandung
pada hasil panen.
63
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum PT. Sang Hyang Seri
5.1.1 Sejarah Singkat PT. Sang Hyang Seri
PT. Sang Hyang Seri (PT. SHS) merupakan perintis dan pelopor usaha
perbenihan di Indonesia serta satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
yang mempunyai core business pembenihan pertanian. Sebelum menjadi BUMN,
pada tahun 1940-an, PT. SHS adalah perusahaan perkebunan milik asing (Inggris)
bernama Pamanukan & Tjiasem yang berlokasi di kawasan Sukamandi,
Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang. Namun dengan adanya nasionalisasi pada
tahun 1957 pengelolaan perusahaan berpindah tangan kepada Yayasan
Pembangunan Daerah Jabar (YPDB).
Bersamaan dengan proyek penelitian dan mekanisasi serta proyek hewani
yang dilakukan pemerintah, YPDB pun akhirnya merubah statusnya menjadi
proyek ”Produksi Pangan Sukamandijaya” pada 1966. Pada perkembangannya,
ketiga proyek tersebut dilebur menjadi Lembaga Sang Hyang Seri pada tahun
1968 yang kemudian disahkan oleh pemerintah melalui peraturan pemerintah (PP)
Nomor 22 tahun 1971 (disempurnakan dengan PP 44/1985) menjadi perusahaan
umum (perum). Selanjutnya, pengelolaan Sang Hyang Seri menjadi tanggung
jawab pemerintah. Kebutuhan operasional perusahaan benih ini pun secara
otomatis mendapat sokongan pemerintah melalui pinjaman dana bantuan dari
Bank Dunia.
Bisnis benih yang dikelola PT. SHS mengalami perkembangan pesat.
Perusahaan ini melebarkan sayap wilayah pelayanannya ke Klaten Jawa Tengah
(1973) dan Malang Jawa Timur (1977) dengan mendirikan distrik benih.
Kemudian perusahaan binaan BUMN ini kembali melakukan ekspansi ke luar
Pulau Jawa dengan mendirikan beberapa kantor cabang seperti di kawasan
Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan.
Dari tahun ke tahun, bisnis benih PT.SHS semakin meluas dan perusahaan
kembali berganti status dari perum menjadi persero melalui PP No. 18 tahun
1995. Perusahaan ini memperluas core business-nya menjadi benih pertanian dan
usaha lain yang langsung menunjang usaha pembenihan sekaligus meningkatkan
64
pendapatan dan kinerja perusahaan. Misalnya, benih tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Selain core
bussines, PT. SHS dapat pula melakukan kegiatan penunjang core bussines dan
optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan pada 2008. Pembinaan terhadap
perusahaan dilakukan oleh lembaga Kementerian BUMN sesuai PP 64/2001
tertanggal 13 September 2001.
5.1.2 Budaya Perusahaan
Budaya perusahaan terhimpun dalam tata nilai PT. SHS, dengan akronim
“andalan bersama”, meliputi:
1. Amanah: bekerja adalah kepercayaan dari perusahaan dan karunia dari
Tuhan Yang Maha Esa.
2. Handal: SDM dapat diandalkan dalam bekerja (efisien & efektif) memiliki
pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan Visi,
Misi dan Tujuan Perusahaan.
3. Antusias: bekerja penuh semangat, kerja keras, dan cerdas untuk
menghasilkan kinerja yang terbaik.
4. Berdedikasi: integritas dan loyalitas didedikasikan bagi perusahaan.
5. Sahaja: rendah hati, saling menghormati, dan mampu menempatkan diri.
6. Maju: inovatif, menghargai pendapat dan prestasi orang lain.
5.1.3 Visi, Misi dan Motto Perusahaan
Visi
Menjadi Perusahaan Agroindustri Benih Nasional Kelas Dunia.
Misi
Menghasilkan produk agroindustri bermutu melalui pemanfaatan
sumberdaya perusahaan secara efisien dan efektif untuk memberikan
manfaat optimal bagi stakeholders.
Motto
Mutu dan pelayanan terjamin.
65
5.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Dalam struktur organisasi PT. SHS, perusahaan terdiri dari Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi. Dewan Komisaris sebagai bagian tertinggi
memegang seluruh wewenang di luar yang telah didelegasikan Direksi,
sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar. Fungsi Dewan Direksi adalah
melaksanakan pengawasan dan penasehat bagi Direksi dalam menjalankan
tugasnya. Selain itu Dewan Komisaris pun berfungsi sebagai pemberi arahan
strategi dan optimalisasi efektifitas serta efisiensi tindakan Direksi dalam
pencapaian target. Sementara itu fungsi Dewan Direksi adalah mewakili
perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan sejalan dengan tugas utama
Direksi untuk memimpin, mengelola dan mengatur perusahaan menuju
tercapainya maksud dan tujuan perusahaan. Dewan Direksi terdiri dari Direktur
Utama, Direktur Keuangan, Direktur Penelitian dan SDM, Direktur Produksi, dan
Direktur Pemasaran. Dewan Komisaris dan Dewan Direksi menempati kantor
pusat di Jakarta.
Dalam kegiatan pengelolaan perusahaan, setiap Kantor Regional PT. SHS
dipimpin oleh General Manajer yang membawahi berbagai bagian. Kantor
Regional PT. SHS terdiri dari lima Kantor Regional, yaitu Kantor Regional I dan
Pusat Benih Sumber (Sukamandi, Kabupaten Subang), Kantor Regional II
(Malang), Kantor Regional III (Medan), Kantor Regional IV (Metro) dan Kantor
Regional V (Sidrap). Kantor Regional I Sukamandi membawahi Unit Bisnis
Daerah Sukamandi, Ciamis, Serang, Tegal dan Banyumas serta membawahi
Satuan Tugas Kalimantan Barat dengan wilayah pelayanan di Jawa Barat, Banten
dan Sebagian Jawa Tengah.
Kantor Regional I Sukamandi dipimpin oleh General Manager yang
(emphaty) dan berwujud (tangible). Hasil penilaian ini akan menunjukkan atribut-
atribut apa saja yang perlu diperbaiki kinerjanya oleh perusahaan inti agar
meningkatkan kualitas pelayanan.
7.1.1 Tingkat Kesesuaian Atribut
Tingkat kesesuaian petani mitra merupakan persentase perbandingan
antara total skor kinerja atau kepuasan dengan total skor kepentingan atau
harapan. Skor kinerja atau kepuasan menunjukkan pelaksanaan serta pelayanan
yang telah diberikan PT. SHS selama kemitraan berlangsung berdasarkan masing-
masing atribut yang telah ditetapkan. Sedangkan skor kepentingan atau harapan
menunjukkan sejauh mana harapan dan keinginan petani terhadap jalannya
kemitraan sesuai dengan atribut yang telah ditetapkan. Petani responden dianggap
puas terhadap kinerja suatu atribut bila tingkat kesesuaiannya lebih dari atau sama
dengan seratus persen. Sebaliknya bila tingkat kesesuain atribut kurang dari
seratus persen maka petani responden belum puas terhadap kinerja atribut
tersebut. Tingkat kesesuaian atribut pelayanan kemitraan antara PT. SHS dan
petani mitra disajikan pada Tabel 23.
89
Tabel 23. Tingkat Kesesuaian Atribut Pada Responden Petani Mitra
No Atribut Skor Kepentingan
Skor Kinerja
Tingkat Kesesuaian
(%) 1 Prosedur Penerimaan Mitra 3,33 3,43 103 2 Kualitas Benih Pokok 3,47 2,77 79,81 3 Harga benih pokok 3,13 2,00 63,83 4 Harga sarana produksi 3,33 1,63 48,99 5 Ketersediaan dan kemudahan dalam
memperoleh sarana produksi 3,33 1,83 55
6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 2,47 1,50 60,81 7 Pelayanan dan materi yang diberikan
dalam pembinaan plasma 2,90 2,63 90,81
8 Respon inti terhadap keluhan petani 3,40 2,40 70,59 9 Bantuan inti dalam menangulangi hama
dan penyakit tanaman 3,13 2,70 86,17
10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping 3,40 3,30 97,06
11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 3,23 3,53 109,28
12 Bantuan biaya panen 3,50 2,73 78,10 13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen 3,50 3,13 89,52 14 Penyediaan sarana transportasi untuk
panen 3,57 2,23 62,62 15 Harga beli gabah benih sebar oleh inti 3,60 2,23 62,04 16 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen
oleh inti 3,63 1,50 41,28
Dari Tabel 23 diketahui bahwa dari enam belas atribut hanya dua atribut
yang memiliki tingkat kesesuain atribut lebih dari seratus persen, yaitu prosedur
penerimaan petani mitra serta pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi.
Hal ini menunjukkan bahwa petani mitra sudah puas dengan kinerja dari kedua
atribut tersebut. Sedangkan atribut ketepatan waktu pembayaran hasil panen oleh
inti memiliki tingkat kesesuain atribut yang paling rendah. Hal ini menunjukkan
bahwa petani masih belum puas dengan waktu pembayaran hasil panen yang
sering terlambat.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanannya, perusahaan harus mampu
memahami apa yang diinginkan oleh petani mitra berkaitan dengan upaya
memuaskan kebutuhannya. Karena itu perlu dilihat seberapa penting atribut-
atribut pelayanan yang telah diberikan kepada petani, serta seberapa puas petani
akan pelaksanaan atribut-atribut pelayanan tersebut.
90
7.1.2 Importance Performance Analysis (IPA)
Tabel 24. Koordinat Atribut Kepuasan
No Atribut Kepentingan
(X)
Kepuasan
(Y) Kuadran
Input
1 Prosedur Penerimaan Mitra
(responsiveness) 3,33 3,43 II
2 Kualitas Benih Pokok (tangible) 3,47 2,77 II
3 Harga benih pokok (tangible) 3,13 2,00 III
4 Harga sarana produksi (tangible) 3,33 1,63 I
5 Ketersediaan dan kemudahan dalam
memperoleh sarana produksi (tangible) 3,33 1,83 I
Produksi
6 Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma
(reliability) 2,47 1,50 III
7 Pelayanan dan materi yang diberikan dalam
pembinaan plasma (reliability) 2,90 2,63 IV
8 Respon inti terhadap keluhan petani
(responsiveness) 3,40 2,40 I
9 Bantuan inti dalam menangulangi hama
dan penyakit tanaman (responsiveness) 3,13 2,70 IV
10 Pengetahuan dan kemampuan komunikasi
pendamping (assurance) 3,40 3,30 II
11 Pendamping mudah ditemui dan dihubungi
(emphaty) 3,23 3,53 IV
Output
12 Bantuan biaya panen (reliability) 3,50 2,73 II
13 Ketepatan waktu pemberian biaya panen
(responsiveness) 3,50 3,13 II
14 Penyediaan sarana transportasi untuk panen
(tangible) 3,57 2,23 I
15 Harga beli hasil panen (reliability) 3,60 2,23 I
16 Ketepatan waktu pembayaran hasil panen
oleh inti (responsiveness) 3,63 1,50 I
Rata-rata 3,31 2,47
91
Metode IPA digunakan untuk menggolongkan atribut-atribut pelayanan
kemitraan ke dalam skala prioritas, sehingga dapat diukur sejauh mana kinerja
atribut pelayanan yang dilaksanakan oleh PT.SHS, serta sejauh mana pelaksanaan
atribut tersebut yang mempengaruhi harapan petani, sehingga petani merasa puas.
Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa hasil nilai rata-rata untuk tingkat
kepentingan adalah 3,31. Atribut-atribut dengan nilai kepentingan berada di atas
rata-rata berjumlah 11 atribut. Sedangkan untuk tingkat kepuasan didapat nilai
rata-ratanya adalah 2,47. Atribut dengan nilai kepuasan berada di atas rata-rata
berjumlah 8 atribut. Untuk dapat melihat posisi atribut di dalam skala prioritas,
maka digunakan matriks kepentingan-kepuasan. Posisi koordinat (X,Y) suatu
atribut dalam matriks ditentukan dari skor kepentingan dan skor kepuasan, di
mana skor kepuasan menjadi koordinat X dan skor kepentingan menjadi koordinat
Y.
Matriks kepentingan-kepuasan menggolongkan atribut ke dalam empat
kuadran, yaitu kuadran I, kuadran II, kuadran III dan kuadran IV. Atribut yang
berada pada kuadran I merupakan atribut dengan prioritas utama, dimana petani
merasa bahwa atribut tersebut penting pengaruhnya bagi kepuasan petani, namun
PT. SHS belum melaksanakannya sesuai dengan harapan petani sehingga petani
merasa tidak puas. Atribut yang berada pada kuadran II merupakan atribut yang
harus dipertahankan prestasinya, karena merupakan atribut yang dianggap penting
oleh petani mitra dan telah dilaksanakan oleh PT. SHS sesuai dengan yang
diharapkan sehingga sangat memuaskan. Atribut yang berada pada kuadran III
merupakan atribut prioritas rendah, karena kurang dianggap penting oleh petani
mitra dan pelaksanaannya oleh PT. SHS biasa-biasa saja. Sedangkan atribut yang
berada pada kuadran IV merupakan atribut yang dianggap berlebihan
pelaksanaannya oleh petani, karena dirasa kurang penting namun PT. SHS
melaksanakannya secara berlebihan. Diagram yang menggambarkan tingkat
kepentingan-kepuasan responden petani mitra dapat dilihat pada Gambar 13.
92
Gambar 13. Diagram Kartesius Hasil Perhitungan IPA
Keterangan: 1 = Prosedur penerimaan mitra 2 = Kualitas benih pokok 3 = Harga benih pokok 4 = Harga sarana produksi 5 = Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi 6 = Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma 7 = Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma 8 = Respon inti terhadap keluhan petani 9 = Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman 10 = Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping 11 = Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 12 = Bantuan biaya panen 13 = Ketepatan waktu pemberian biaya panen 14 = Penyediaan sarana transportasi untuk panen 15 = Harga beli hasil panen 16 = Ketepatan waktu pembayaran hasil panen
Berdasarkan Gambar 13 dapat dilihat bahwa masih terdapat enam atribut
yang harus menjadi prioritas utama dalam meningkatkan kepuasan petani
terhadap jalannya kemitraan. Keenam atribut tersebut adalah harga sarana
produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi,
respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana transportasi untuk panen, harga
Kepuasan
Kepe
ntin
gan
3,53,02,52,01,5
3,75
3,50
3,25
3,00
2,75
2,50
2,473
3,308
161514
1312
11
10
9
8
7
6
54
3
2
1
Scatterplot of Kepentingan vs Kepuasan
Kuadran I Kuadran II
Kuadran III Kuadran IV
93
beli hasil panen dan ketepatan waktu pembayaran hasil panen. Atribut yang harus
dipertahankan kinerjanya adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih
pokok, pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya
panen dan ketepatan pemberian bantuan biaya panen. Atribut dengan prioritas
rendah diantaranya adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan
pembinaan plasma. Sebaliknya terdapat tiga atribut yang termasuk ke dalam
kategori berlebihan, yaitu pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan
plasma, bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman serta
pendamping mudah ditemui dan dihubungi. Berikut adalah penjelasan mengenai
keenam belas atribut berdasarkan analasisi IPA:
1. Prosedur Penerimaan Mitra
Menurut responden petani mitra, prosedur penerimaan mitra sudah
memuaskan dan tepat. Prosedur penerimaan mitra pada PT. SHS tergolong
tidak rumit dan pelayanannya sangat ramah. Selain itu persyaratan yang
harus dipenuhi cukup mudah. Walaupun tidak berhubungan langsung
dengan kegiatan usahatani, namun prosedur penerimaan mitra
berhubungan dengan kenyamanan petani terhadap PT. SHS dan jalannya
kemitraan. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti
harus mempertahankan kinerja atribut tersebut karena pelaksanaannya
yang dianggap sangat penting dan sangat memuaskan.
2. Kualitas Benih Pokok
Kualitas benih pokok yang diberikan oleh PT. SHS sangat
memuaskan petani mitra. Walaupun dipengaruhi oleh faktor-faktor
lainnya, namun kualitas benih pokok jelas merupakan faktor utama
keberhasilan suatu usahatani. Petani mitra menyatakan hasil panennya
dapat mencapai enam ton per hektar bahkan lebih setiap musimnya.
Kualitas benih milik PT. SHS memang sudah tidak diragukan lagi, karena
perusahaan juga dituntut untuk menghasilkan benih sebar dengan kualitas
tinggi pula. Atribut ini berada pada kuadran II, dimana perusahaan inti
harus tetap mempertahankan kualitas benih pokoknya, karena dianggap
sangat penting dan dianggap sudah sangat memuaskan.
94
3. Harga Benih Pokok
Harga benih pokok termasuk ke dalam atribut prioritas rendah pada
kuadran III, karena dianggap kurang penting pengaruhnya bagi petani dan
pelaksanaanya oleh perusahaan yang biasa-biasa saja. Petani menganggap
bahwa harga beli benih pokok yang ditawarkan PT. SHS sudah tepat dan
bukan merupakan masalah, karena harga benih pokok sesuai dengan
kualitas benih itu sendiri. Bila dibandingkan dengan harga pasaran, harga
benih pokok PT. SHS memang sedikit lebih mahal, sehingga menjadi
kurang memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan menurunkan harga benih
pokok.
4. Harga sarana produksi
Atribut ini berada pada kuadran I yang merupakan prioritas utama
dalam peningkatan kepuasan petani mitra. Atribut ini dinilai penting oleh
petani, karena petani berharap mendapatkan harga sarana produksi yang
jauh lebih murah dibandingkan bila membeli di kios. Namun pada
kenyataannya, PT. SHS menyediakan sarana produksi dengan harga yang
jauh lebih mahal. Menurut PT. SHS hal ini dikarenakan sarana produksi
yang dijual oleh PT. SHS tidak bersubsidi seperti yang dijual di kios-kios.
Karena itu PT. SHS tidak pernah memaksa petani untuk membeli sarana
produksi di perusahaan. Namun petani menyatakan bahwa akan lebih baik
bila perusahaan menyediakan sarana produksi dengan harga yang jauh
lebih murah dan berkualitas.
5. Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi
Ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi
merupakan atribut yang menjadi prioritas utama dan terdapat pada kuadran
I. Karena sebagian besar responden mengharapkan ketersediaan serta
kemudahan dalam memperoleh sarana produksi dari PT. SHS. Sedangkan
pada kenyataannya, tidak jarang PT. SHS tidak memiliki stok sarana
produksi atau tidak menyediakan jenis pupuk atau pestisida yang
diinginkan petani, sehingga tidak memuaskan.
95
6. Frekuensi pelaksanaan pembinaan plasma
Menurut responden petani mitra, atribut ini kurang penting
pengaruhnya bagi petani, karena pelaksanaan pembinaan dirasa kurang
perlu bagi petani. Para petani menganggap bahwa mereka sudah terbiasa
dan mampu melakukan usahatani penangkaran benih padi secara benar,
karena sudah berpengalaman. PT. SHS pun termasuk jarang melakukan
pembinaan plasma. Sehingga atribut ini termasuk ke dalam atribut prioritas
rendah pada kuadran III, karena kurang penting dan kurang memuaskan.
7. Pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan plasma
Atribut ini berada pada kuadran IV dimana pelaksanaanya
dianggap berlebihan. Responden petani merasa pemberian materi
pembinaan kurang penting, karena menganggap dirinya sudah
berpengalaman dalam usahatani penangkaran benih padi. Walaupun begitu
PT. SHS, dalam pelaksanaannya memberikan pembinaan serta penyuluhan
terutama dalam pengenalan teknologi-teknologi baru seperti penggunaan
threser, serta memperkenalkan padi hibrida kepada petani. Penyuluhan-
penyuluhan mengenai budidaya serta penggunaan pupuk dan pestisida
juga sering diadakan dengan mendatangkan produsen sarana produksi
tertentu, sehingga atribut ini dirasa sangat memuaskan, walaupun dianggap
kurang penting pada awalnya.
8. Respon inti terhadap keluhan petani
Dalam merespon keluhan petani, kinerja PT.SHS dianggap belum
memuaskan oleh petani mitra padahal atribut ini sangat penting
pengaruhnya bagi petani. Sehinggu atribut ini berada pada kuadran I yaitu
kuadran prioritas utama. Walaupun PT. SHS melalui pendamping lapang
selalu siap memberikan arahan serta respon terhadap keluhan petani,
namun petani mengharapkan adanya solusi nyata dari permasalahan
tersebut, terutama mengenai masalah ketepatan pembayaran hasil panen.
Untuk keluhan lain seperti harga dan ketersediaan sarana produksi, serta
harga beli hasil panen, PT. SHS memberikan respon yang dianggap kurang
memuaskan bagi petani.
96
9. Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit tanaman
Atribut ini berada pada kuadran IV dimana petani merasa bahwa
pelaksanaannya kurang penting pengaruhnya bagi petani, namun PT. SHS
melaksanakannya secara berlebihan. Contohnya dalam penanggulangan
tikus, PT. SHS mengadakan wajib gropyok tikus, tetapi dalam
pelaksanaannya tidak semua petani merasa hal ini penting, karena tidak di
semua lokasi lahan PT. SHS terdapat hama tikus. Namun hal ini dirasa
memuaskan petani. PT. SHS juga sering mengadakan pembinaan yang
mendatangkan perusahaan-perusahaan produsen pestisida untuk
memberikan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang tepat.
Sedangkan petani merasa mereka sudah bisa melakukannya dengan benar.
10. Pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping
Menurut petani pengetahuan dan kemampuan komunikasi
pendamping sangatlah penting untuk menunjang kegiatan usahatani.
Atribut ini berada pada kuadran II, dimana PT. SHS dianggap telah
memberikan pelayanan yang memuaskan melalui pendamping lapangnya,
sehingga wajib untuk terus dipertahankan. Pendamping mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan petani, memberikan masukan dan memberikan
respon yang baik terhadap semua keluhan petani. Pendamping juga
mampu berkomunikasi menggunakan bahasa daerah, serta mampu
menjelaskan dengan baik sehingga mudah dimengerti oleh petani.
11. Pendamping mudah ditemui dan dihubungi
Atribut ini termasuk ke dalam kuadran IV yaitu kategori berlebihan
karena hampir setiap hari pendamping mendatangi lokasi lahan petani.
Petani menganggap atribut ini kurang penting mempengaruhi petani,
karena tidak perlu setiap hari pendamping datang ke lokasi karena petani
bisa mencari ke kantor yang lokasinya tidak jauh dari lokasi. Namun
petani merasa sangat puas, karena dapat kapan saja menemui pendamping,
terutama bila ada kendala atau masalah yang tiba-tiba terjadi.
97
12. Bantuan biaya panen
Atribut ini termasuk ke dalam kuadaran II dimana PT. SHS harus
mempertahakan kinerjanya yang sudah baik. Petani menganggap bantuan
biaya panen sangat penting karena membantu petani dalam kegiatan panen
dan sangat memuaskan. Bantuan biaya panen yang diberikan oleh PT. SHS
adalah sebesar Rp 1.500.000,00.
13. Ketepatan waktu pemberian biaya panen
Ketepatan waktu pemberian biaya panen termasuk ke dalam
kategori pertahankan prestasi pada kuadran II, dimana PT. SHS dianggap
telah memberikan bantuan panen sesuai dengan kebutuhan petani, yaitu
sebelum panen atau ketika panen. Atribut ini memberikan kepuasan dan
PT. SHS diharapkan mampu mempertahankan kinerjanya dengan baik.
14. Penyediaan sarana transportasi untuk panen
Atribut ini merupakan atribut prioritas utama pada kuadran I
dimana pelaksanaannya masih mengecewakan bagi petani namun sangat
mempengaruhi kepuasan petani. PT. SHS menyediakan truk sebagai
sarana pengangkutan hasil panen, namun dalam pelaksanaannya jumlah
truk yang disediakan tidak mencukupi, sehingga banyak petani yang sudah
panen namun belum bisa membawa hasil panennya ke perusahaan. Hal ini
mengakibatkan banyak petani yang harus bermalam di sawah untuk
menjaga hasil panennya. Panas serta hujan juga memperngaruhi kadar air
serta kotoran yang nantinya akan merugikan petani.
15. Harga beli hasil panen
Dalam menetukan harga beli PT. SHS melakukan rafaksi harga di
mana harga beli ditentukan berdasarkan kadar air serta kotoran yang
dikandung. Hal ini menyebabkan harga beli yang diterima petani jauh
lebih rendah dibanding di pasaran. Rafaksi harga dimaksudkan agar petani
lebih memperhatikan kualitas hasil panennya. Walaupun begitu atribut ini
termasuk ke dalam kuadran I dimana dalam pelaksanaannya belum sesuai
dengan keinginan petani. PT. SHS dapat membantu terutama dengan
melakukan kontrol mutu melalui penetapan SOP serta memperbanyak
jumlah truk panen, sehingga kualitas hasil panen tetap terjaga.
98
16. Ketepatan waktu pembayaran hasil panen
Ketepatan waktu pembayaran hasil panen merupakan hal yang
sangat penting dan mempengaruhi kepuasan petani. Atribut ini berada
pada kuadran I yaitu kuadran prioritas utama. Dalam pelaksanaanya PT.
SHS sering terlambat memberikan pembayaran untuk hasil panen sehingga
memberikan rasa tidak puas bagi petani. Keterlambatan pembayaran hasil
panen disebabkan karena PT. SHS menunggu pencairan dana dari pusat.
Menurut petani, keterlambatan pembayaran dapat terjadi lebih dari satu
bulan bahkan hingga musim tanam berikutnya. Uang atau modal
merupakan hal yang sangat penting dalam suatu usahatani sehingga hal ini
sangat merugikan petani mitra. Permasalahan ini dapat diatasi melalui
pengalokasian dana yang tepat oleh perusahaan.
7.1.3 Tingkat Kepuasan Petani Terhadap Keseluruhan Pelayanan dalam
Kemitraan
Untuk mengukur tingkat kepuasan petani mitra secara keseluruhan
digunakan alat analisis CSI (Customer Satisfaction Index). Pada penelitian ini
petani mitra dianggap sebagai konsumen dari pelayanan jasa kemitraan yang
diberikan oleh PT. SHS. Tingkat kepuasaan secara keseluruhan diukur
berdasarkan rataan total dari tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan.
Berdasarkan hasil perhitungan CSI, diperoleh hasil CSI untuk keseluruhan atribut
pelayanan kemitraan adalah sebesar 62,08 persen. Angka tersebut menunjukkan
bahwa secara keseluruhan petani mitra merasa cukup puas terhadap jalannya
kemitraan, karena nilai tersebut berada pada selang 0,51-0,65. Hal ini
menunjukkan bahwa pelayanan dalam kemitraan belum maksimal, untuk itu perlu
dilakukan perbaikan atribut pelayanan terutama atribut yang berada pada kuadran
prioritas utama. Hasil analisis tingkat kepuasan dapat dilihat pada Tabel 25.
Total Biaya Tunai 12.671.144,45 89,38 12.337.522,15 91,67
B. Biaya Diperhitungkan
1. TKDK 918.166,62 6,48 719.333,36 5,35
2. Biaya Penyusutan 587.146,7 4,14 401.224 2,98
Total Biaya
Diperhitungkan
1.505.313,32 10,62 1.120.557,36 8,33
C. Biaya Total 14.176.457,77 100,00 13.458.079,51 100,00
Dari uraian biaya produksi, diketahui bahwa biaya tunai terbesar
yang dikeluarkan dalam usahatani penangkaran benih padi adalah biaya
TKLK pada petani mitra yaitu sebesar 31,57 persen dari biaya total, dan
biaya sewa lahan pada petani non mitra, sebesar 35,77 persen dari biaya
total. Penggunaan biaya terbesar pada biaya diperhitungkan adalah biaya
TKDK yaitu sebesar 6,48 persen dari biaya total pada petani mitra dan
5,35 persen dari biaya total pada petani non mitra. Perbedaan biaya yang
cukup jauh antara petani mitra dan petani non mitra salah satunya
disebabkan karena lokasi penangkaran yang jauh antara petani mitra dan
125
non mitra, yang menyebabkan adanya perbedaan budaya atau kebiasaan
dalam penggunaan tenaga kerja dan sarana produksi, serta perbedaan upah
tenaga kerja dan harga sarana produksi.
8.2.3 Analisis Pendapatan Usahatani
Dari hasil penerimaan usahatani dan biaya produksi usahatani
penangkaran benih padi dapat diperoleh nilai pendapatan usahatani. Pendapatan
usahatani pada penelitian ini terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari
pengurangan antara penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sedangkan pendapatan
atas biaya tunai diperoleh dari pengurangan antara penerimaan total dengan biaya
total. Penerimaan total adalah total penerimaan ketika penerimaan tunai ditambah
penerimaan diperhitungkan. Biaya total adalah biaya tunai ditambah biaya
diperhitungkan.
Pada petani mitra, penerimaan tunai dan penerimaan total per hektar yang
diperoleh adalah Rp 15.441.299,37 dan Rp 15.880.032,21. Biaya tunai dan biaya
total yang dikeluarkan per hektarnya oleh petani mitra adalah Rp 12.671.144,45
dan Rp 14.176.457,77. Sehingga diperoleh pendapatan tunai petani mitra adalah
Rp 2.770.154,92 per hektar dan pendapatan total petani mitra adalah Rp
1.703.574,44 per hektar. Sedangkan penerimaan tunai dan penerimaan total per
hektar yang diperoleh petani non mitra adalah Rp 13.118.858,00 dan Rp
13.774.762,50. Biaya tunai dan biaya total per hektar yang dikeluarkan petani non
mitra adalah Rp 12.337.522,15 dan Rp 13.458.079,51. Sehingga untuk petani non
mitra pendapatan tunai yang diperoleh adalah Rp 781.335,85 per hektar dan
pendapatan total yang diperoleh adalah Rp 316.682,99 per hektar.
8.2.4 Analisis Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (R/C Rasio)
Selain pendapatan usahatani, dapat diketahui pula R/C rasio petani mitra
dan non mitra. R/C rasio pada penelitian ini terdiri dari R/C atas biaya tunai dan
R/C atas biaya total. R/C rasio atas biaya tunai diperoleh dari pembagian antara
penerimaan tunai dengan biaya tunai. Sedangkan R/C atas biaya total diperoleh
dari pembagian antara penerimaan total dengan biaya total.
126
Tabel 43. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Usahatani Penangkaran Benih Padi pada Petani Mitra dan Non Mitra Musim Tanam 2010/2011
Uraian Satuan Petani Mitra Petani Non
Mitra
A. Penerimaan
a. Penerimaan Tunai
b. Penerimaan Diperhitungkan
c. Penerimaan Total
Rp/Ha
Rp/Ha
Rp/Ha
15.441.299,37
438.732,84
15.880.032,21
13.118.858,00
655.904,50
13.774.762,50
B. Biaya
a. Biaya Tunai
b. Biaya Diperhitungkan
c. Biaya Total
Rp/Ha
Rp/Ha
Rp/Ha
12.671.144,45
1.505.313,32
14.176.457,77
12.337.522,15
1.120.557,36
13.458.079,51
C. Pendapatan Atas Biaya Tunai Rp/Ha 2.770.154,92 781.335,85
D. Pendapatan Atas Biaya Total Rp/Ha 1.703.574,44 316.682,99
E. R/C Rasio Atas Biaya Tunai 1,219 1,063
F. R/C Rasio Atas Biaya Total 1,120 1,024
Pada petani mitra, berdasarkan analisis R/C rasio diketahui bahwa R/C
rasio atas biaya tunai pada petani mitra sebesar 1,219. Ini menunjukkan bahwa
setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan
penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp1,219. Sedangkan R/C rasio atas biaya
total pada petani mitra diketahui sebesar 1,120. Ini menunjukkan bahwa setiap
satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani mitra akan memberikan
penerimaan kepada petani mitra sebesar Rp 1,120.
Pada petani non mitra diketahui R/C rasio atas biaya tunai sebesar 1,063.
Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang dikeluarkan petani
non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani non mitra sebesar Rp
1,063. Sedangkan R/C rasio atas biaya total pada petani non mitra diketahui
sebesar 1,024. Ini menunjukkan bahwa setiap satu rupiah biaya tunai yang
dikeluarkan petani non mitra akan memberikan penerimaan kepada petani mitra
sebesar Rp 1,024.
127
Analisis R/C atas biaya tunai dan total baik pada petani mitra dan non
mitra menunjukkan bahwa kedua usahatani layak untuk diusahakan. Hal ini dapat
dilihat dari nilai R/C keduanya yang bernilai lebih dari satu (R/C > 1). Suatu
usahatani dinyatakan layak apabila R/C lebih dari satu. Nilai R/C petani mitra
baik R/C atas biaya tunai maupun biaya total lebih besar dibandingkan petani non
mitra. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan usahatani yang dilakukan oleh petani
mitra lebih menguntungkan.
Dari Tabel 43 juga diketahui bahwa walaupun biaya tunai serta biaya total
yang dikeluarkan petani mitra lebih besar dibandingkan petani non mitra, namun
pendapatan petani mitra baik tunai maupun total jauh lebih tinggi dibandingkan
petani non mitra. Hal ini disebabkan karena penerimaan petani mitra baik tunai
maupun total juga lebih besar dibandingkan petani non mitra. Penerimaan petani
mitra yang tinggi disebabkan karena rata-rata hasil produksi petani mitra yang
lebih tinggi, sehingga memberikan nilai penerimaan yang tinggi juga, walaupun
harga beli PT. SHS lebih rendah dibanding pasaran. Tingginya pendapatan petani
mitra menunjukkan bahwa usahatani yang dijalankan petani mitra lebih
menguntungkan dibanding petani non mitra. Hal ini senada dengan hasil analisis
R/C yang telah dijelaskan sebelumnya.
Walaupun begitu tetap harus diperhatikan mengenai biaya yang
dikeluarkan, dimana biaya tunai dan biaya total yang dikeluarkan oleh petani
mitra masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra. Disinilah
peran kemitraan sebaiknya ditingkatkan. Salah satunya dengan menyediakan
sarana produksi dengan harga yang lebih murah atau dengan menetapkan Standar
Operasional Prosedur (SOP) mengenai penggunaan sarana produksi seperti pupuk
serta pestisida dan obat-obatan agar tidak berlebihan dalam penggunaannya. Bila
dilihat, tingginya penerimaan petani mitra disebabkan oleh tingginya hasil panen
bukan dari harga beli. Hal ini harus diwaspadai, karena apabila hasil panen petani
mitra sedang mengalami penurunan, maka pendapatan yang diterima petani mitra
menjadi rendah. Selain itu, penyebab rendahnya hasil panen pada petani non mitra
disebabkan karena adanya serangan hama dan penyakit, salah satunya adalah
wereng. Apabila penelitian dilakukan ketika lahan penangkaran benih pada petani
128
non mitra dalam keadaan normal, tidak menutup kemungkinan bahwa hasil
pendapatan petani non mitra lebih tinggi dibandingkan pada petani mitra.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
kemitraan yang terjalin antara petani mitra dengan PT. SHS memberikan manfaat
bagi petani mitra terutama dalam pemberian bantuan modal biaya panen, adanya
kepastian pasar, peningkatan pendapatan petani serta peningkatan pengetahuan
dan teknologi bagi petani mitra. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
permasalahan-permasalahan yang merugikan PT. SHS maupun petani mitra serta
mempengaruhi kepuasan petani mitra terhadap jalannya kemitraan. Kemitraan
masih dapat diteruskan apabila kedepannya PT. SHS terus memperbaiki kinerja
pelayanan kemitraan, mencari solusi nyata mengenai segala keluhan petani serta
lebih memperhatikan kesejahteraan petani mitra. Walaupun demikian, kemitraan
tetap menjadi pilihan, karena kemitraan merupakan solusi bagi petani yang
memiliki masalah permodalan serta tidak memiliki lahan pertanian.
IX KESIMPULAN DAN SARAN
9.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan uraian hasil penelitian yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan beberapa hal dari hasil penelitian antara lain:
1. Pelaksanaan kemitraan yang terjalin antara PT. Sang Hyang Seri dengan
petani penangkar benih padi di daerah sekitar perusahaan merupakan
kemitraan inti plasma. Kemitraan memberikan beberapa manfaat bagi PT.
SHS dan petani mitra. Manfaat yang diperoleh PT. SHS adalah
pemenuhan kebutuhan bahan baku dan tenaga kerja. Sedangkan manfaat
yang diperoleh petani mitra adalah mendapatkan bantuan modal dalam
panen, mendapatkan jaminan pasar, meningkatkan pendapatan petani serta
mendapatkan tambahan pengetahuan, ketrampilan serta teknologi dalam
budidaya. Berdasarkan matriks evaluasi kemitraan masih terdapat enam
poin dari enam belas poin kerjasama yang dalam pelaksanaannya masih
belum sesuai dengan kesepakatan, sehingga menimbulkan masalah.
Keenam poin tersebut adalah 1) Penjualan hasil panen, 2) Penyediaan
sarana produksi, 3) Kegiatan pembasmian tikus, 4) Respon terhadap
keluhan, 5) Pengangkutan hasil panen dan 6) Pembayaran hasil panen.
Permasalahan yang dihadapi selama pelaksanaan kemitraan diantaranya
adalah kurangnya pertemuan rutin untuk pembinaan, masih terdapat petani
yang menjual hasil panennya selain ke PT. SHS, banyaknya penggunaan
pupuk anorganik yang menurunkan kesuburan tanah, kurangnya
ketersediaan sarana produksi yang dibutuhkan petani serta harganya yang
tinggi, masih banyak petani yang tidak mengikuti kegiatan pembasmian
tikus, belum adanya solusi nyata dari keluhan petani seperti keterlambatan
pembayaran hasil panen, kurangnya sarana pengangkutan hasil panen serta
keterlambatan pembayaran hasil panen oleh PT. SHS. Permasalahan ini
disebabkan karena kurangnya kontrol perusahaan terhadap pelaksanaan
kemitraan, kesepakatan kerjasama yang kurang rinci sehingga
menciptakan celah, serta tidak adanya evaluasi kemitraan yang dilakukan
oleh PT. SHS.
130
2. Berdasarkan analisis kepuasan menggunakan metode IPA diketahui bahwa
masih terdapat enam atribut yang harus menjadi prioritas utama, yaitu
harga sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan dalam memperoleh
sarana produksi, respon inti terhadap keluhan, penyediaan sarana
transportasi panen, harga beli hasil panen dan ketepatan waktu
pembayaran hasil panen. Atribut yang perlu dipertahankan kinerjanya
adalah prosedur penerimaan petani mitra, kualitas benih pokok,
pengetahuan dan kemampuan komunikasi pendamping, bantuan biaya
panen dan ketepatan waktu pemberian biaya panen. Atribut dengan
prioritas rendah adalah harga benih pokok dan frekuensi pelaksanaan
pembinaan plasma. Sedangkan atribut yang pelaksanaannya dianggap
berlebihan adalah pelayanan dan materi yang diberikan dalam pembinaan,
bantuan inti dalam menanggulangi hama penyakit serta keberadaan
pendamping yang mudah ditemui dan dihubungi. Secara umum diketahui
bahwa petani merasa cukup puas, karena nilai CSI yang diperoleh adalah
62,08.
3. Berdasarkan hasil analisis pendapatan usahatani diketahui bahwa
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani mitra
adalah Rp 2.700.154,92 dan Rp 1.703.574,44. Tingkat pendapatan petani
mitra lebih tinggi bila dibandingkan dengan petani non mitra dimana
pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total petani non
mitra adalah Rp 781.335,85 dan Rp 316.682,99. Hal ini senada dengan
nilai R/C atas biaya tunai (1,219) dan R/C atas biaya total (1,120) petani
mitra yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai R/C atas biaya tunai
(1,063) dan nilai R/C atas biaya total (1,024) petani non mitra. Hal ini
menunjukkan bahwa kegiatan usahatani pada petani mitra lebih
menguntungkan dibandingkan kegiatan usahatani yang dilakukan oleh
petani non mitra. Walaupun begitu, kedua kegiatan usahatani sudah layak
untuk dijalankan, karena nilai R/C pada petani mitra maupun non mitra,
baik nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total lebih besar daripada satu
(R/C >1).
131
9.2 Saran
Agar dapat meningkatkan kinerja kemitraan, maka rekomendasi upaya
perbaikan, yaitu:
1. Petani mitra disarankan untuk lebih mematuhi perjanjian kerjasama
mengenai penjualan hasil panen agar tidak menjual hasil panennya selain
kepada perusahaan. Terkait dengan hal ini, PT. SHS sebagai perusahaan
inti harus mencari solusi nyata mengenai masalah pembayaran hasil panen
melalui pengalokasian dana secara tepat, agar petani merasa lebih puas.
PT. SHS sebaiknya menyediakan sarana produksi, seperti pupuk dan obat-
obatan dengan harga yang lebih murah dibandingkan dengan di kios-kios,
atau minimal dengan harga sama, dan dikenakan sebagai pinjaman yang
dapat dibayar ketika panen. Penambahan jumlah sarana transportasi juga
harus menjadi prioritas perusahaan ke depannya, dengan menambah
jumlah truk pengangkut hasil panen. Dalam menjalankan kemitraan, akan
lebih baik bila PT. SHS menerapkan sistem reward dan punishment bagi
petani mitra, dimana petani yang berhasil memproduksi benih padi
melebihi target akan diberikan hadiah sedangkan bagi petani yang
melanggar peraturan diberikan sanksi secara tegas. Hal ini diharapkan
mampu mempengaruhi kinerja petani mitra dalam pelaksanaan kemitraan
serta dalam memproduksi benih padi. Berhubungan dengan hal ini, PT.
SHS sebaiknya lebih tegas dalam pemberian sanksi bagi petani yang tidak
mengikuti kegiatan gropyok tikus. PT. SHS harus meningkatkan kesadaran
petani akan pentingnya kegiatan gropyok tikus.
2. PT. SHS sebaiknya meningkatkan kontrol terhadap pelaksanaan kemitraan
serta rutin melaksanakan evaluasi kemitraan. Selain itu, PT. SHS
sebaiknya merumuskan hak dan kewajiban baik PT. SHS maupun petani
mitra secara lebih rinci, serta melibatkan petani mitra. Peraturan-peraturan
tidak tertulis dapat diperkuat dengan merumuskannya ke dalam peraturan
tertulis yang disepakati kedua belah pihak dengan sanksi yang jelas bagi
pelanggaran. Petani mitra juga sebaiknya turut berperan dalam kontrol
terhadap pelaksanaan kemitraan. Sehingga diharapkan penyimpangan-
132
penyimpangan terhadap peraturan yang dilakukan baik oleh PT. SHS
maupun petani mitra dapat berkurang.
3. PT. SHS sebaiknya melakukan kegiatan kontrol terhadap mutu dan
kualitas benih padi yang dihasilkan oleh petani mitra. Kegiatan kontrol
mutu dapat dilakukan dengan melakukan penyeragaman prosedur melalui
penetapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam hal teknis budidaya,
seperti SOP mengenai penggunaan pupuk maupun penggunaan pestisida.
Penerapan SOP ini diharapkan dapat mengontrol kualitas benih padi yang
dihasilkan. Peningkatan kualitas hasil panen tidak hanya menguntungkan
bagi PT. SHS, namun juga berpengaruh terhadap harga beli hasil panen
yang diterima oleh petani, sehingga nantinya diharapkan kualitas benih
padi semakin meningkat dan harga yang diterima petani dapat meningkat
karena sesuai dengan ketentuan PT. SHS. Penerapan SOP mengenai
penggunaan pupuk dan pestisida juga diharapkan dapat mengurangi biaya
yang dikeluarkan oleh petani.
4. Selain penerapan SOP, kontrol mutu dapat dilakukan melalui pelaksanaan
pembinaan plasma. PT. SHS disarankan untuk melaksanakan pembinaan
sesuai dengan kebutuhan petani mitra atau mengenai teknologi-teknologi
tepat guna yang belum diketahui oleh petani. Melalui pendampingan
lapang, PT. SHS disarankan untuk lebih mengawasi pelaksanaan budidaya
agar kualitas hasil panen sesuai harapan.
5. Perlu adanya penelitian lanjutan mengenai pengukuran tingkat kepuasan
secara menyeluruh dengan menggunakan metode servqual dimana
penilaian dilakukan terhadap kedua belah pihak yaitu PT. SHS dan petani
mitra. Selain itu perlu adanya penelitian lanjutan mengenai analisis
perbandingan pendapatan dimana diharapkan kondisi lahan dan budidaya
baik pada petani mitra maupun non mitra dalam keadaan normal, sehingga
dapat terlihat pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani mitra.
DAFTAR PUSTAKA
Alviah A. 2007. Analisis Efektivitas Strategi Promosi Benih Padi dan Palawija pada PT. Sang Hyang Seri (Studi Kasus Petani Desa Dukuh Kecamatan Ciasem Kabupaten Subang) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Aryani L. 2009. Analisis Pengaruh Kemitraan terhadap Pendapatan Usahatani Kacang Tanah (Kasus Kemitraan PT Garudafood dengan Petani Kacang Tanah di Desa Palangan, Kecamatan jangkar, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Damayanti MN. 2009. Kajian Keberhasilan Pelaksanaan Kemitraan dalam Meningkatkan Pendapatan Antara Petani Semangka di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dengan CV Bimandiri [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Darmowiyono S. 1999. Refleksi Pertanian Hal.81-110. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Dhesinta, Menallya. 2006. Peranan Kemitraan Terhadap Peningkatan Pendapatan Peternakan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan PT. Sierad Produce dengan Peternak di Kabupaten Sukabumi) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Firwiyanto M. 2008. Analisis Tingat Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Kasus Kemitraan Peternak Plasma Rudi Jaya PS, Sawangan, Depok) [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Hafsah MJ. 2000. Kemitraan Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Hernanto F. 1996. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya
Kartasapoetra A. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum.1992. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta
Lestari M. 2009. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus Kemitraan PT. X di Yogyakarta) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
134
Lokollo et al. 2007. Dinamika Sosial Ekonomi Perdesaan: Analisis Perbandingan Antar Sensus Pertanian
Mugnisjah WQ, Setiawan A. 1995. Produksi Benih. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara
Noviyanti M. 2005. Analisis Efisiensi Supply Chain Produk Benih Padi pada PT Sang Hyang Seri (Persero) [skripsi]. Bogor: Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Nugroho BA. 2005. Strategi Jitu Memilih Metode Statistika Penelitian dengan SPSS. Yogyakarta : ANDI
Prastiwi. 2010. Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar Kuningan dan Ubi Jalar Jepang (Studi Kasus Kemitraan PT Galih Estetika dan Petani Ubi Jalar di Kabupaten Kuningan) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Puspitasari. 2009. Pengaruh Kemitraan Terhadap Produktivitas dan Pendapatan Petani Kakao di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rangkuti F. 2003. Measuring Customer Satisfaction. Ed ke-2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Roslinawati E. 2007. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih Padi pada PT Sang Hyang Seri RM I Sukamandi, Subang, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Sadjad S. 1975. Pedoman Uji Daya Berkecambah Benih Tanaman Pangan di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor
Sadjad S, Suwarno F, Hadi S. 2001. Tiga Dekade Berindustri Benih di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia
Soekartawi, Soehardjo A, Dillon JL, Hardaker JB. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: Penebit Universitas Indonesia
Sumardjo, Sulaksana J, Aris W. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia dan MMA-IPB
135
Supranto J. 2006. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta
Suratiyah, Ken. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.
LAMPIRAN 2. Atribut dan Indikator Kinerja Pelayanan Kemitraan
Atribut Indikator Kepuasan
Prosedur Penerimaan Mitra
PT. SHS
4 = Persyaratan sangat mudah, cepat memperoleh tanggapan
dan pelayanan sangat ramah
3 = Persyaratan mudah, cepat memperoleh tanggapan dan
pelayanan ramah
2 = Persyaratan rumit, lambat dan kurang ramah
1 = Persyaratan sangat rumit, pelayanan sangat lambat dan
tidak ramah
Kualitas Benih Pokok 4 = Hasil produksi lebih dari 6 ton
3 = hasil produksi 5-6 ton
2 = Hasil produk 3-5 ton
1 = hasil produksi <3 ton
Penetapan Harga Benih
Pokok
4 = Harga Benih Pokok PT. SHS lebih murah dari harga pasar
3 = Harga benih pokok PT. SHS sama dengan harga pasar
2 = Harga benih pokok PT. SHS lebih mahal dari pasar
1 = Harga benih pokok PT. SHS jauh lebih mahal dari pasar
Penetapan Harga Sarana
Produksi
4 = Harga Sarana Produksi PT. SHS lebih murah dari harga
pasar
3 = Harga Sarana Produksi PT. SHS sama dengan harga pasar
2 = Harga Sarana Produksi PT. SHS lebih mahal dari pasar
1 = Harga Sarana Produksi PT. SHS jauh lebih mahal dari
pasar
Ketersediaan dan
Kemudahan Memperoleh
Sarana Produksi
4 = Sarana Produksi selalu tersedia saat dibutuhkan, bahkan
lebih dari yang dibutuhkan
3 = Sarana Produksi tersedia saat dibutuhkan.
2 = Harus menunggu beberapa waktu untuk mendapatkan
sarana produksi karena stok tidak ada
1 = sarana produksi tidak tersedia
Frekuensi Pelaksanaan
Pembinaan Plasma
4 = 1 bulan sekali
3 = 1 musim 2 kali
2 = 1 musim sekali
1 = insidentil, jika petani membutuhkan
Pelayanan dan Materi yang
Diberika dalam Pembinaan
4 = Materi yang diberikan sangat sesuai dan sangat
dibutuhkan petani
3 = materi yang diberikan sesuai
2 = materi yang diberikan biasa saja
1 = materi yang diberikan tidak sesuai dan tidak penting
139
Respon Inti terhadap
Keluhan
4 = Semua keluhan direspon dengan sangat baik dalam waktu
yang cepat dengan adanya solusi nyata
3 = semua keluhan direspon dengan baik dalam waktu yang
agak cepat
2 = Semua keluhan direspon kurang baik dan dalam waktu
agak lama
1 = semua keluhan tidak direspon dengan baik
Bantuan Inti dalam
Menanggulangi Hama dan
Penyakit
4 = Inti memberikan bantuan melalui pelaksanaan gropyok
tikus serta adanya bantuan dalam bentuk pestisida gratis.
3 = Inti memberikan bantuan melalui pelaksanaan gropyok
tikus serta adanya bantuan pestisida dalam bentuk pinjaman
2 = Inti hanya memberikan batuan melalui pelaksanaan
gropyok tikus
1 = Inti tidak melakukan kegiatan gropyok tikus
Pengetahuan dan
Kemampuan Berkomunikasi
Pendamping
4 = pendamping dapat berkomunikasi dengan sangat baik dan
menjawab semua pertanyaan yang diajukan petani
3= tidak semua pertanyaan dapat dijawab, namun kemampuan
komunikasi pendamping baik
2= tidak semua pertanyaan dapat dijawab dan cara
berkomunikasi pendamping tidak terlalu baik
1= semua pertanyaan tidak dapat dijawab pendamping dan
cara berkomunikasi tidak baik
Pendamping Mudah Ditemui
dan Dihubungi
4 = pendamping mendatangi lokasi setiap hari
3= pendamping mendatangi lokasi dua kali dalam satu minggu
2 = pendamping mendatangi lokasi satu kali seminggu
1= pendamping mendatangi lokasi jika dibutuhkan petani
Bantuan Biaya Panen 4 = Bantuan panen lebih dari biaya panen yang dikeluarkan
3 = Bantuan panen sama dengan biaya panen yang
dikeluarkan
2= Bantuan biaya panen lebih kecil dari biaya panen yang
dikeluarkan
1= Tidak ada biaya bantuan panen
Ketepatan Pemberian Biaya
Panen
4 = Dibayarkan sebelum panen
3 = Dibayarkan ketika panen
2 = Dibayarkan setelah panen
1 = Dibayarkan musim berikutnya
Penyediaan Sarana
Pengangkutan Hasil Panen
4 = Jumlah Truk Lebih dari yang dibutuhkan
3 = Jumlah truk sesuai dengan kebutuhan
140
2 = Jumlah truk kurang dari yang dibutuhkan
1 = Tidak ada truk
Penetapan Harga Beli Hasil
Panen
4 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS lebih mahal dari
harga pasar
3 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS sama dengan harga
pasar
2 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS lebih murah dari
pasar
1 = Harga Beli Hasil Panen oleh PT. SHS jauh lebih murah
dari pasar
Ketepatan Pembayaran Hasil
Panen
4 = Dibayarkan ketika hasil panen diterima SHS
3 = 1 minggu sampai 1 bulan setelah panen
2 = > 1 bulan setelah panen
1 = Dibayarkan musim berikutnya
141
LAMPIRAN 3. Matriks Evaluasi Kemitraan PT. Sang Hyang Seri dan Petani
Mitra Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama
Poin Kerjasama Ketentuan Realisasi Peraturan Tertulis Peraturan Tidak Tertulis Pembinaan dan Pengawalan teknis produksi
PT. SHS mengecek ke lahan sekaligus memberi bimbingan
Sesuai
Pembayaran Benih Pokok
Petani diwajibkan membeli benih pokok sebanyak 25 kg/Ha/musim
Jenis varietas ditentukan oleh PT. SHS
Sesuai
Pembayaran bagi hasil Petani diwajibkan
membayar bagi hasil sebesar 1.200 kg/Ha/musim
Pembayaran dengan dipotong dari hasil panen
Sesuai
Pembayaran biaya operasional
Petani diwajibkan membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp 130.000/Ha/musim
Sesuai
Penjualan hasil panen Petani menjual hasil panen
kepada PT. SHS setiap musimnya setelah dipotong kewajiban bagi hasil
Wajib memasukkan seluruhnya ke PT. SHS
Kurang Sesuai
Sesuai Pengelolaan areal Petani wajib mengelola
lahan dengan baik dan tidak dipindahtangankan maupun dijualbelikan
Sesuai Sanksi terhadap pelanggaran aturan
Petani bersedia diberhentikan apabila tidak mentaati peraturan
Ketentuan Luas Lahan garapan
Tidak diatur Petani berhak mengolah lahan milik PT. SHS dengan syarat 1 KTP maksimal 2 Ha sawah
Sesuai
Penerapan Jadwal Tebar Tanam Panen
Tidak diatur Petani melakukan kegiatan tebar, tanam, dan panen sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh PT. SHS
Sesuai
Penyediaan Sarana Produksi
Tidak diatur PT. SHS menyediakan sarana produksi seperti pupuk dan obat-obatan dalam bentuk pinjaman
Kurang Sesuai
142
Kegiatan pembasmian tikus
Tidak diatur Petani wajib mengikuti “gropyok tikus” bersama PT. SHS seminggu dua kali, setiap rabu dan sabtu
Kurang Sesuai
Penetapan harga beli hasil panen oleh PT. SHS
Tidak diatur Harga ditentukan berdasarkan survey, kemudian dimusyawarahkan. Harga dipengaruhi oleh kadar air dan kotoran.
Sesuai
Pembagian Risiko budiaya
Tidak diatur Risiko ditanggung oleh petani, kecuali penyebab turunnya produksi disebabkan oleh bencana alam
Sesuai
Respon terhadap keluhan
Tidak diatur PT. SHS merespon setiap keluhan petani. Penyampaian keluhan disampaikan ketika pengecekan ke lahan atau petani langsung ke kantor PT. SHS
Kurang Sesuai
Pengangkutan hasil panen
Tidak diatur PT. SHS menyediakan sarana transportasi untuk pengangkutan.
Kurang Sesuai
Pembayaran Hasil Panen
Tidak diatur Pembayaran hasil panen dilakukan setelah hasil panen diterima PT. SHS dengan dengan lamanya waktu sesuai perjanjian sebelumnya
Tidak Sesuai
143
LAMPIRAN 4. Kendala-kendala Kemitraan Berdasarkan Kesepakatan Kerjasama
Poin Kerjasama Keterangan Kendala
Pembinaan dan Pengawalan teknis produksi
Frekuensi diadakannya pembinaan serta pengawalan teknis
Untuk pembinaan dan pengawalan teknis tidak ada kendala, namun untuk pembinaan berupa pertemuan rutin masih jarang dilaksanakan
Kualitas SDM Tidak ada kendala Pembayaran Benih Pokok
Kualitas Benih Pokok Tidak ada kendala
Ketersediaan Benih Pokok Tidak ada kendala Varietas benih Tidak ada kendala Pembayaran bagi hasil Pembayaran bagi hasil
sebesar 1200 kg/ha Tidak ada kendala
Pembayaran biaya operasional
Pembayaran biaya operasional sebesar Rp 130.000,00 per /musim
Tidak ada kendala
Penjualan hasil panen Petani wajib memasukkan
seluruh hasil panen ke PT. SHS
Masih terdapat petani yang menjual sedikit hasil panennya ke luar selain PT. SHS, karena pembayarannya yang lebih cepat
Kondisi tanah saat diberikan
Tidak ada kendala
Pengelolaan areal Pengelolaan tanah Banyaknya penggunaan pupuk anorganik
menurunkan kesuburan tanah Petani tidak diperbolehkan
memindahtangankan lahan Tidak ada kendala
Sanksi terhadap pelanggaran aturan
Petani bersedia diberhentikan sebagai petani mitra bila melanggar peraturan
Tidak ada kendala
Ketentuan Luas Lahan garapan
Maksimal luas lahan garapan 2 Ha/KTP
Tidak ada kendala
Penerapan Tebar Tanam Panen
Tebar, tanam, dan panen dilakukan sesuai jadwal yang ditentukan PT.SHS
Tidak ada kendala
Penyediaan Sarana Produksi
Ketersediaan Pupuk dan Obat-obatan
Pupuk dan obat-obatan yang dibutuhkan oleh petani terkadang tidak tersedia tepat waktu. Selain itu pupuk dan obat-obatan yang disediakan PT. SHS kurang beragam sesuai keinginan petani
Harga Pupuk dan Obat-obatan
Harga pupuk dan obat-obatan yang disediakan PT. SHS lebih tinggi dariapada harga di kios-kios, karena tidak bersusidi
144
Kegiatan pembasmian tikus
Dilaksanakan dua kali dalam seminggu
Masih ada petani yang tidak mengikuti gropyok tikus
Penetapan harga beli benih padi oleh PT. SHS
Melalui survey 3 desa 3 varietas.
Tidak ada kendala
Diterapkannya rafaksi harga
Banyak petani yang merasa bahwa rafaksi harga merugikan
Pembagian Risiko budiaya
Risiko ditanggung petani Tidak ada kendala
Respon terhadap keluhan
Respon terhadap segala keluhan
Belum adanya solusi nyata dari keluhan petani, seperti mengenai keterlambatan pembayaran hasil panen
Pengangkutan hasil panen
Ketersediaan truk pengangkut
Kurangnya truk pengangkut mengakibatkan keterlambatan pengangkutan serta banyaknya tumpukan hasil panen di lahan. Hal ini dapat mempengaruhi kadar air dan kotoran pada hasil panen.
Pembayaran Hasil Panen
Ketepatan waktu pembayaran hasil panen
Keterlambatan pembayaran hasil panen sering terjadi
145
LAMPIRAN 5. Kuisioner Penelitian Usahatani
KUISIONER Untuk Mengetahui Keragaan Usahatani Penangkaran Benih Padi
Peneliti:
Amelia Kartika Y H34070041
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
146
Saya Amelia Kartika, mahasiswa Departemen Agribisnis IPB yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I, Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Dimohon ketersediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna mengisi kuisioner ini secara lengkap. Sesuai etika penelitian, saya bersifat netral dan menjamin kerahasiaan informasi bapak/ibu sebagai responden. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
A. Identitas Responden
1. Nama Responden : ...........................................................................
KUISIONER Untuk Mengetahui Kondisi Kemitraan dari Sisi Petani Mitra
Peneliti:
Amelia Kartika Y H34070041
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011
158
Saya Amelia Kartika, mahasiswa Departemen Agribisnis IPB yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I, Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Dimohon ketersediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna mengisi kuisioner ini secara lengkap. Sesuai etika penelitian, saya bersifat netral dan menjamin kerahasiaan informasi bapak/ibu sebagai responden. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih. Petunjuk Umum : Berilah tanda “ √ ” pada tempat yang telah disediakan.
IDENTITAS RESPONDEN
Nama : .............................................................................
Usia : ............................... tahun Pendidikan Terakhir : ( ) Tidak sekolah ( ) SMA ( ) SD ( ) Diploma ( ) SMP ( ) Sarjana Jumlah Tanggungan : ( ) 0 orang ( ) 3-5 orang Keluarga ( ) 1-2 orang ( ) > 5 orang Penghasilan per bulan : ( ) ≤ 500.000 ( ) 501.000 – 999.000 ( ) 1.000.000-1.999.000 ( ) ≥ 2.000.000 Pengalaman Bermitra : ( ) Pernah, dengan .............................................., Dengan yang lain Selama ............................ bulan ( ) Belum Pernah Pengalaman Bermitra : ......................... bulan Dengan SHS
Berapa kali pernah : .......................... kali Berganti kemitraan Lama Berusahatani : ( ) ≤ 2 tahun ( ) 5-6 tahun Penangkaran ( ) 3-4 tahun ( ) ≥ 7 tahun Benih Padi Alasan Melakukan : ( ) Usaha turun temurun Penangkaran ( ) Banyak diusahakan di daerah sekitar Benih Padi ( ) Tinggi pendapatannya
( ) Pekerjaan Utama ( ) Pekerjaan Sampingan
( ) Lainnya, ...................................................... Pekerjaan lain yang : ( ) Tidak ada Dilakukan selain ( ) Ada, yaitu ....................................................... Penangkaran benih Luas Lahan yang : ........................................... Digarap (m2)
Periode Panen : ...........................................
Biaya Garap per : ........................................... Musim Tanam (Rp) Penghasilan per : ........................................... Bulan (Rp)
159
PELAKSANAAN KEMITRAAN Alasan anda dalam melaksanakan kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri (boleh pilih lebih dari satu dan diurutkan berdasarkan kepentingan): ( ) Ingin mendapatkan bantuan modal ( ) Ingin mendapatkan jaminan pasar ( ) Ingin meningkatkan pendapatan / keuntungan ( ) Ingin mendapatkan tambahan pengetahuan dan ketrampilan bertani serta teknologi ( ) Risiko usaha ditanggung bersama ( ) Lainnya, ................................................................................................... Apakah dalam pelaksanaan kemitraan ini anda mengetahui dan memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan PT. Sang Hyang Seri): ( ) Ya Apa hak dan kewajiban yang anda miliki sebagai petani mitra? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ( ) Tidak Mengapa anda tidak mengetahui dan memahaminya? ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ ........................................................................................................................ Apakah anda terlibat dalam pembuatan peraturan.kontrak kemitraan dengan PT. Sang Hyang Seri? ( ) Ya ( ) Tidak, alasan ..................................................................
Apakah anda mendapat bantuan modal awal? ( ) Ya, sejumlah ....................................... ( ) Tidak Apaka anda membeli Sarana Produksi di PT. Sang Hyang Seri? ( ) Ya, alasan ................................................................................................. ( ) Tidak, alasan ............................................................................................ Fasilitas apa yang diberikan oleh PT. Sang Hyang Seri selama kemitraan berlangsung?
Harapan kepada PT. Sang Hyang Seri? ........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................ Apakah akan tetap bergabung dengan PT. Sang Hyang Seri? ( ) Ya ( ) Tidak, alasan ......................................................................
160
TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN KEMITRAAN
A. Petunjuk A Tingkat Kepentingan Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan harapan anda terhadap pelaksanaan kemitraan PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani mitra. Berilah tanda “√” pada kolom jawaban yang anda pilih.
B. Petunjuk B Tingkat Kepuasan Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan apa yang anda rasakan terhadap pelaksanaan kemitraan PT. Sang Hyang Seri RM I dengan petani mitra selama ini. Berilah tanda “√” pada kolom jawaban yang anda pilih.
No. Atribut
Kepentingan Kepuasan 1
Sangat Tidak
Penting
2 Tidak
Penting
3 Penting
4 Sangat Penting
1 Sangat Tidak Puas
2 Tidak Puas
3 Puas
4 Sangat Puas
1. Prosedur Penerimaan Mitra PT. SHS
2. Penetapan Harga Benih Pokok 3. Kualitas Benih Pokok 4. Penetapan Harga Sarana Produksi 5. Kecukupan Penyediaan Sarana Produksi 6. Penetapan Harga Sarana Produksi 7. Pengetahuan dan kemampuan berkomunikasi pendamping 8. Pendamping mudah ditemui dan dihubungi 9. Frekuensi Pembinaan Plasma 10. Pelayanan dan Bimbingan Materi 11. Respon terhadap keluhan 12. Bantuan inti dalam menanggulangi hama dan penyakit 13. Bantuan biaya panen 14. Ketepatan pemberian biaya panen 15. Penyediaan Sarana Pengangkutan Hasil Panen 16. Ketepatan Pembayaran Hasil Panen
161
LAMPIRAN 7. Kuisioner Kemitraan untuk PT. Sang Hyang Seri
KUISIONER Untuk Mengetahui Kondisi Kemitraan Petani Mitra dan Perusahaan
Peneliti:
Amelia Kartika Y H34070041
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
162
Saya Amelia Kartika, mahasiswa Departemen Agribisnis IPB yang sedang melakukan penelitian untuk keperluan skripsi dengan judul “Evaluasi Kemitraan dan Analisis Pendapatan Usahatani Penangkaran Benih Padi Bersertifikat (Kasus Kemitraan: PT. Sang Hyang Seri Regional Manajer I, Sukamandi, Kabupaten Subang)”. Dimohon ketersediaan Bapak/Ibu meluangkan waktu untuk melakukan wawancara guna mengisi kuisioner ini secara lengkap. Sesuai etika penelitian, saya bersifat netral dan menjamin kerahasiaan informasi bapak/ibu sebagai responden. Atas bantuan dan kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.
Responden Nama : No : Jabatan : Tanggal: No Pertanyaan Jawaban
A Kondisi PT. Sang Hyang Seri
1. Apakah visi dan misi PT. Sang Hyang Seri?
2. Bagaimana struktur organisasi PT. Sang Hyang Seri?
3. Bagian mana yang terkait dengan program kemitraan?
4. Apa kaitan kemitraan dengan divisi / bidang pekerjaan
yang anda tangani?
5. Menurut anda, seberapa penting peranan kemitraan
terhadap sustainability perusahaan?
B Pelaksanaan kemitraan
1. Bagaimana awal mula terjadinya kemitraan antara PT.
Sang Hyang Seri dengan petani mitra?
2. Apakah tujuan yang ingin dicapai PT. Sang Hyang Seri
melaksanakan kemitraan ini?
3. Pola kemitraan seperti apa yang terjadi antara PT. Sang
Hyang Seri dengan petani mitra?
163
4. Bagaimana bentuk pembinaan yang diberikan kepada
petani?
5. Bagaiman bentuk permodalan kepada petani?
6. Bagaiman penyediaan sarana produksi untuk petani
mitra?
7. Adakah pendampingan secara teknis maupun non teknis
dari PT. Sang Hyang Seri sebagai perusahaan mitra?
8. Apakah petani mitra dilibatkan dalam pembuatan
peraturan dan kontrak kemitraan?
9. Apakah dalam pelaksanaanya, seluruh petaani mitra
patuh terhadap peraturan dan kontrak kemitraan?
10. Apa saja hak dan kewajiban masing-masing pelaku
mitra?
11. Apa peran pemerintah dalamn kemitraan ini?
12. Apakah PT. Sang Hyang Seri melakukan kerjasama
dengan pihak lain dalam pelaksanaan kemitraan dengan
petani?
13. Apa sajakah permasalahan yang ditemui dalam
pelaksanaan kemitraan ini?
14. Bagaimanakah dampak permasalahan kemitraan tersebut
terhadap perusahaan?
164
15. Apa harapan terhadap kemitraan ini di masa depan?
C Sistem Produksi
1. Apa sajakah jenis varietas benih padi yang dihasilkan
oleh PT. Sang Hyang Seri?
2. Apakah setiap tahunnya PT. Sang Hyang Seri memiliki
target produksi benih padidalam kemitraan ini?
3. Kapankan pembelian benih terhadap petani mitra
dilakukan?
4. Bantuan apakah yang diberikan oleh PT. Sang Hyang
Seri dalam hal budidaya?
5. Upaya apakah yang dilakukan PT. Sang Hyang Seri
untuk meningkatakn penguasaan teknologi petani
terutama dalam budidaya?
6. Bagaimanakan proses sertifikasi benih yang dilakukan?
7. Bagaimanakah proses pengemasan terhadap benih
bersertifikat?
D Pemasaran Hasil
1. Bagaimana sistem pemasaran benih padi yang dilakukan
dalam kemitraan ini?
2. Bagaimana saluran distribusi pemasaran benih padi dari
petani mitra ke PT. Sang Hyang Seri?
165
3. Bagimana sistem penetapan harga beli hasil benih padi?
4. Bagaimana sistem sortasi dan grading yang ditetapkann
perusahaan terhadap pasokan benih padi?
5. Berapa lama rata-rata lama waktu pembayaran hasil
panen benih padi yang diterima?
6. Berapa harga rata-rata yang diterima petani dari hasil
budidaya benih padinya?
E Pembiayaan / Pendanaan
1. Apakah PT. Sang Hyang Seri memiliki perencanaan
biaya khusus dalam kemitraan ini?
2. Bagaimana aliran dana PT. Sang Hyang Seri hingga
sampai ke petani mitra?
3. Bagaiman bentuk pengawasan yang dilakukan atas dana
yang diberikan?
4. Bagaimana sistem pengembalian dana yang dilakukan
petani?
166
Lampiran 8. Surat Perjanjian Kerjasama
KANTOR REGIONAL - I SUKAMANDI, SUBANG - JAWA BARAT, TELP. (0260) 520798, 521900, FAX. (0260) 520813
SURAT PERJANJIAN KERJA SAMA PENANGKAR PADI / PALAWIJA CALON BENIH Nomor : …………/SHS.06.1/ KS I/……./20……..
Pada hari ini ……………… tanggal ……… bulan ……………… tahun dua ribu ………………… kami yang bertanda tangan di bawah ini : I. Nama : …………………………………….. Jabatan : …………………………………….. Alamat : PT. Sang Hyang Seri (Persero) – Sukamandi Yang berdasarkan SK Direksi No. ……… Tertanggal …………………… dan Surat Kuasa Direksi No.
SKU ……………………..Tertanggal …………………………… Yang dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama PT. Sang Hyang Seri (Persero) yang untuk selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.
II. Nama : …………………………………….. Pekerjaan/Jabatan : …………………………………….. Nomor KTP : …………………………………….. Alamat : …………………………………….. Yang berdasarkan surat permohonan tanggal …………………………………………..yang dalam hal ini
bertindak untuk dan atas nama diri sendiri, yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA Dengan ini menyatakan bahwa antara kedua belah pihak tersebut, tercapai kata sepakat untuk mengadakan/membuat perjanjian kerjasama MT ……………………. Dalam usaha memproduksi padi/palawija, dengan menggunakan tanah HGU PT. Sang Hyang Seri (Persero).
- Luas Areal : ………………………… Ha - Lokasi / Blok : …………………………
Dengan Persyaratan / Ketentuan sbb : 1. PIHAK PERTAMA, wajib melakukan pembinaan dan pengawalan teknis produksi yang dilaksanakan
oleh PIHAK KEDUA. 2. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar benih pokok sebanyak 25 Kg / Ha / Musim kepada PIHAK
PERTAMA. 3. PIHAK KEDUA diwajibkan membayar bagi hasil sebesar 1.200 Kg / Ha / Musim kepada PIHAK
PERTAMA. 4. PIHAK KEDUA membayar biaya operasional kerjasama sebesar Rp. 130.000,-/ Ha / Musim yang terdiri
dari : Biaya Roguing, Sanitasi, Materai dan PHT. 5. PIHAK KEDUA berhak atas semua hasil panen dan memasukkan/menjual kepada PIHAK PERTAMA
apabila dibutuhkan setelah dipotong kewajiban bagi hasil. 6. PIHAK KEDUA diwajibkan mengelola areal dengan baik dan tidak dipindah tangankan kepada orang lain
maupun dijual belikan. 7. PIHAK KEDUA diwajibkan mematuhi ataupun mentaati persyaratan dan ketentuan yang berlaku di PT.
Sang Hyang Seri (Persero) yang tidak tertulis dalam kontrak ini dalam hal pemanfaatan lahan. 8. PIHAK KEDUA bersedia diberhentikan sebagai petani kerjasama apabila tidak mengikuti ataupun
mentaati aturan dan ketentuan yang ada.
PIHAK KEDUA PIHAK PERTAMA
MENGETAHUI,
Kepala Desa
Bachrudin, SP
LAMPIRAN 9. Peta Lahan dan Varietas PT. Sang Hyang Seri