EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI MAN MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Disusun oleh: SURYANI EMA LESTARI NIM: 12490114 PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2017
65
Embed
EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI MAN …digilib.uin-suka.ac.id/29760/2/12490114_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf · EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF DI MAN MAGUWOHARJO,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EVALUASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN INKLUSIF
DI MAN MAGUWOHARJO, SLEMAN, YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh:
SURYANI EMA LESTARI
NIM: 12490114
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
vi
MOTTO
“Dan Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam, dan Kami
angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang
Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.”
(QS. al-Israa’ Ayat 70)1
1 Nandang Burhanudin, Mushaf Al-Burhan Edisi Wanita (Bandung: CV. Media Fitrah
Rabbani, 2011), 289.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
Almamater Tercinta
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
viii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرمحن الرحيمر ع ل ى السص د اللص د الحل ل حل ب هلل ااحل حل د ا ل ع ل ى الحل درحل ل حل احل حل ي ا حل . د ب حل مص حل حل حل
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu
melimpahkan rahmat dan inayahNya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu penulis curahkan kepada
Nabi Muhammad Saw, keluarga, sahabat, tabi‟in, dan para pengikut beliau yang
setia menjalankan ajaran-ajarannya hingga akhir zaman.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis sampaikan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis haturkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ahmad Arifi, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan pengarahan sejak
awal penulis masuk perkuliahan.
2. Bapak Dr. Imam Machali, S.Pd.I., M.Pd., Ketua Prodi Manajemen
Pendidikan Islam (MPI) yang telah memberikan layanan akademik selama
penulis menempuh perkuliahan.
3. Bapak Drs. M. Jamroh Latief, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau untuk memberikan arahan
selama penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya
Prodi Manajemen Pendidikan Islam yang telah mendidik dan membimbing
penulis dengan ketulusan dan dedikasi tinggi.
5. Segenap Karyawan dan TU yang telah memberikan bantuan yang berkaitan
dengan administrasi.
6. Pimpinan dan Staf Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah
memberikan fasilitas kepustakaan sebagai bahan referensi dalam penulisan
skripsi ini.
ix
7. Bapak Drs. Aris Fu‟ad, Kepala MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta
yang telah mengizinkan penulis melaksanakan penelitian di lingkungan
sekolah yang beliau pimpin.
8. Ibu Dra. Hj. Alfiyah selaku ketua inklusi, Ibu Lisa Puspitasari, S.Pd. selaku
Guru Pembimbing Khusus (GPK), Ibu Dra. Jazamah Fitriyani selaku guru
Bahasa Inggris, Arditya Rachmawan, Muhammad Rifki, Sifa, dan Ovinia Nur
Indah Sari selaku peserta didik ABK di MAN Maguwoharjo, Sleman,
Yogyakarta yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk melakukan
wawancara dengan penulis.
9. Bapak dan Ibu tercinta, serta saudara-saudara penulis yang selalu
memberikan dukungan baik moril maupun spiritual kepada penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Semoga semua amal ibadah semua pihak mendapat balasan yang lebih
baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua
pihak. Amin.
Yogyakarta, 10 Agustus 2017
Penulis,
Suryani Ema Lestari
NIM. 12490114
x
ABSTRAK
Suryani Ema Lestari. Evaluasi Kebijakan Pendidikan Inklusif di MAN
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017.
Latar belakang penelitian ini bermula dari hasil observasi awal penulis
pada tanggal 06 Desember 2016. Penulis menemukan bahwa MAN Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta sebagai sekolah inklusif menggunakan sistem pendidikan
yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didiknya, yaitu melalui layanan
belajar untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Namun, layanan ini kurang
maksimal karena tidak adanya Guru Pembimbing Khusus (GPK).
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Melakukan evaluasi kebijakan dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif di MAN Maguwoharjo, Sleman,
Yogyakarta; dan 2) Menemukan kendala dan mengatasi kendala dalam
penyelenggaraan pendidikan inklusif di MAN Maguwoharjo, Sleman,
Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil latar di
MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara
mereduksi data (data reduction), mendisplaykan data (display data), dan
penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verification).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penyelenggaraan pendidikan
inklusif di MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta sesuai dengan tujuan
pendidikan inklusif yang terdapat dalam Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor
47 Tahun 2008 dan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009, yaitu: memberi
kesempatan seluas-luasnya, pelayanan pendidikan yang bermutu, dan pelayanan
pendidikan yang tidak diskriminatif; 2) Pendidikan inklusif di MAN
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta masih menemui kendala-kendala dalam
beberapa aspek. Pertama, aspek pendidik dan tenaga pendidik yaitu: kinerja GPK
belum maksimal dan kekurangmampuan guru dalam menyampaikan materi
pelajaran ke ABK. Kedua, aspek sarana prasarana dan pembiayaan yaitu: belum
mampu membeli printer braille karena keterbatasan dana. Ketiga, aspek
pembinaan dan pengawasan yaitu: pembinaan hanya fokus pada GPK dan
pengawasan bersifat formal. Keempat, aspek kerjasama yaitu: belum menjalin
kerjasama dengan psikolog atau terapis. Kelima, aspek peserta didik yaitu: masih
ada ABK yang mengalami kesulitan belajar saat berada di asrama; dan 3) Solusi
yang ditawarkan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut adalah: Pertama,
aspek pendidik dan tenaga pendidik, sekolah perlu melakukan pelatihan kepada
para guru tentang bagaimana cara bersikap dan cara menghadapi peserta didik
xi
ABK di sekolah. Kedua, aspek saran prasarana dan pembiayaan, perlu adanya
kerjasama antara pemerintah dan sekolah untuk menyediakan printer braille baru
demi kelancaran proses pembelajaran di sekolah. Ketiga, aspek pembinaan dan
pengawasan, Dikpora DIY perlu melakukan peninjauan langsung ke lapangan
guna mengetahui realitas di lapangan, apakah sudah sesuai dengan laporan hasil
evaluasi yang ada atau sebaliknya. Keempat, aspek kerjasama, sekolah perlu
menjalin kerjasama dengan tenaga ahli seperti psikolog atau terapis untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan inklusif. Kelima, aspek peserta didik,
guru perlu merekam materi pelajaran saat jam pelajaran berlangsung atau
membentuk kelompok belajar.
Kata kunci: Evaluasi Kebijakan, Pendidikan Inklusif, Madrasah Aliyah Negeri
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN .......................................... ii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................. iii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN KONSULTAN ................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... v
HALAMAN MOTTO ......................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
HALAMAN ABSTRAK ....................................................................................... x
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
TRANSLITERASI ............................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xvii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xix
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 5
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian........................................................... 5
D. Telaah Pustaka ...................................................................................... 6
E. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 10
BAB II: KAJIAN TEORI & METODE PENELITIAN
A. Kajian Teori ........................................................................................ 12
Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan Nomor 0543b/U/1987,
tanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan أ
ba‟ b be ة
ta‟ t te ث
Ṡa‟ Ṡ es (dengan titik di atas) ث
jim j je ج
ḥa ḥ ha (dengan titik di bawah) ح
kha kh ka dan ha خ
dal d de د
ẑal ẑ zet (dengan titik di atas) ذ
ra‟ r er ر
zai z zet ز
sin s es ش
syin sy es dan ye ش
ṣad ṣ es (dengan titik dibawah) ص
ḍad ḍ de (dengan titik dibawah) ض
ṭa‟ ṭ te (dengan titik dibawah) ط
ẓa‟ ẓ zet (dengan titik dibawah) ظ
ain „ koma terbaik di atas„ ع
gain g ge غ
fa‟ f ef ف
qaf q qi ق
kaf k ka ك
lam l el ل
mim m em و
nun n en
wawu w we و
ha‟ h ha
hamzah „ apostrof ء
ya‟ y ye ي
xv
B. Konsonan Rangkap
Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap
يتعقدي
عدة
ditulis
ditulis
muta‟aqqidīn
„iddah
C. Ta’ Marbutah di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h
بت
جسيت
ditulis
ditulis
hibbah
jizyah
(ketentua ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah
terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya,
kecuali bila dikehendaki lafal aslinya).
Bila diikuti dengan kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah,
maka ditulis dengan h.
و نيب ءأل كراي ا ditulis karāmah al-auliyā‟
2. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah, dan dammah
ditulis t.
ditulis zakātul fiṭri زكب ة انفطر
D. Vokal Pendek
kasrah
fathah
dammah
ditulis
ditulis
ditulis
i
a
u
E. Vokal Panjang
fathah + alif
جب هيت
fathah + ya‟ mati
يسعى
kasrah + ya‟ mati
كر يى
dammah + wawu mati
فر و ض
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
ditulis
a
jāhiliyyah
a
yas‟ā
ī
karīm
u
furūd
F. Vokal Rangkap
fathah + ya‟ mati
بيكى
fathah + wawu mati
ditulis
ditulis
ditulis
ai
bainakum
au
xvi
ditulis qaulum قو ل
G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
تىأأ
عدثأ
نئ شكر تى
ditulis
ditulis
ditulis
a‟antum
u‟idat
la‟in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti Huruf Qamariyah
أانقر
انقيب ش
ditulis
ditulis
al-Qur‟ān
al-Qiyās
2. Bila diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf
syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)-nya.
انسب ء
انشص
ditulis
ditulis
as-Samā‟
asy-Syams
I. Huruf Besar
Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD
J. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat
ذو ي انفر و ض
م ال انستأ
ditulis
ditulis
ẓawī al-firūḍ
ahl as-sunnah
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Susunan Pengurus Komite MAN Maguwoharjo ................................... 48
Tabel 2 : Tujuan Khusus Madrasah 4 Tahun ke Depan ........................................ 49
Tabel 3 : Data Keadaan Guru ................................................................................ 52
Tabel 4 : Daftar Nama Guru ................................................................................. 53
Tabel 5 : Daftar Nama Karyawan ......................................................................... 55
Tabel 6 : Jumlah Siswa Tahun 2016-2017 ............................................................ 60
Tabel 7 : Jumlah Siswa ABK dan Prestasinya ...................................................... 61
Tabel 8 : Jumlah Ruangan MAN Maguwoharjo ................................................... 63
Tabel 9 : Keadaan Sarana dan Prasarana .............................................................. 64
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Triangulasi atau Hubungan Tiga Komponen .................................... 13
Gambar 2 : Proses Merumuskan Kebijakan ......................................................... 18
Gambar 3 : Struktur Organisasi MAN Maguwoharjo Tahun 2016/2017 ............. 51
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Pedoman Observasi
Lampiran II : Pedoman Wawancara
Lampiran III : Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan bagi anak berkelainan selama ini, disediakan dalam tiga
macam lembaga pendidikan, yaitu: Sekolah Luar Biasa/Sekolah Berkelainan
(SLB), Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), dan Pendidikan Terpadu. SLB
sebagai lembaga pendidikan khusus tertua, menampung anak dengan jenis
kelainan yang sama, sehingga ada SLB Tunanetra, SLB Tunarungu, SLB
Tunagrahita, SLB Tunadaksa, SLB Tunalaras, dan SLB Tunaganda.
Sedangkan SDLB menampung berbagai jenis anak berkelainan, sehingga di
dalamnya mungkin terdapat anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita,
tunadaksa, tunalaras, dan/atau tunaganda. Sedangkan Pendidikan Terpadu
adalah sekolah reguler yang menampung anak berkelainan dengan kurikulum,
guru, sarana pengajaran, dan kegiatan belajar mengajar yang sama. Namun,
sekolah inklusi yang ada selama ini baru menampung anak tunanetra, itupun
perkembangannya kurang menggembirakan, karena banyak sekolah umum
yang keberatan menerima anak berkelainan.1
Umumnya, lokasi SLB berada di Ibu Kota Kabupaten. Padahal anak-
anak berkelainan tersebar hampir di seluruh daerah (Kecamatan/Desa), tidak
hanya di Ibu Kota Kabupaten. Akibatnya, sebagian anak berkelainan,
terutama yang kemampuan ekonomi orang tuanya lemah, terpaksa tidak
1 Peni Puspito, “Kebijakan Pendidikan Inklusi di Indonesia,” 21 Februari 2015, diakses
14 Desember 2016, http://pepenk26.blogspot.co.id/2015/02/kebijakan-pendidikan-inklusi-di.html.
2
disekolahkan, karena lokasi SLB yang jauh dari rumah. Sementara, jika di
sekolahkan di sekolah terdekat, sekolah tersebut tidak bersedia menerima,
dengan alasan tidak mampu melayaninya. Sebagian yang lain, ada yang
diterima di sekolah terdekat. Namun, karena ketiadaan pelayanan khusus,
akibatnya mereka beresiko tinggal kelas dan akhirnya putus sekolah.
Permasalahan tersebut akan mengakibatkan tidak terlaksananya hak anak
dalam memperoleh pendidikan.2
Untuk mensukseskan program wajib belajar, Pemerintah berupaya
meningkatkan perhatian terhadap anak-anak berkelainan, baik yang telah
masuk sekolah tetapi belum mendapatkan pelayanan pendidikan khusus,
maupun anak-anak berkelainan yang belum sempat mengenyam pendidikan
sama sekali, karena tidak diterima di sekolah terdekat atau karena lokasi SLB
jauh dari tempat tinggalnya. Bentuk perhatian Pemerintah mengenai hal ini
adalah dengan mengeluarkan peraturan tentang pendidikan inklusif.3
Pendidikan inklusif disahkan oleh Pemerintah Indonesia dengan dikeluarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang Memiliki
Kelainan, Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Seiring dengan disahkannya peraturan tersebut, di beberapa kota
khususnya di kota Yogyakarta, banyak sekolah yang mencoba menerapkan
2 Ibid.
3 Pendidikan Inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Lihat Pasal 1
Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik yang
Memiliki Kelainan, Memiliki Potensi Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
3
pendidikan inklusif, bahkan tidak sedikit yang mengklaim sekolahnya sebagai
sekolah inklusif. Menurut data dari Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olahraga
(Disdikpora) Kabupaten Sleman, sampai saat ini, memiliki 33 Sekolah Dasar
(SD), 7 Sekolah Menengah Pertama (SMP), 2 Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK), dan 1 Madrasah Aliyah (MA) yang menyelenggarakan pendidikan
inklusif.4
Dengan menjamurnya sekolah berlabel inklusif ini, tentu saja menarik
minat para orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya di sekolah tersebut.
Namun sayangnya, relevansi antara pelabelan dan pelaksanaannya di
lapangan belum sesuai. Banyak sekolah berlabel inklusif memberikan
kesempatan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)5 untuk bersekolah di sekolah
tersebut. Namun, layanan yang diberikan belum sesuai dengan standar
sekolah inklusif, misalnya tidak adanya guru khusus yang menangani ABK
dan tidak ada fasilitas yang memadai.
Berangkat dari permasalahan tersebut, penulis menemukan salah satu
sekolah di Yogyakarta yang merupakan sekolah inklusif, yaitu MAN
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta. MAN Maguwoharjo, Sleman,
Yogyakarta merupakan salah satu madrasah inklusif pertama di Indonesia
yang mendapatkan banyak perhatian dari Dinas Pendidikan Pusat untuk
menunjang proses pembelajaran para siswa ABK.
4 Edi S., “Seputar Pendidikan Inklusi di Kabupaten Sleman,” 06 Oktober 2014, diakses 15
Desember 2016, http://www.pendidikan-diy.go.id/dinas_v4/?view=v_berita&id_sub=3358. 5 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah mereka yang membutuhkan layanan
pendidikan secara khusus, karena memiliki kekurangan secara permanen atau temporer sebagai
akibat dari kelainan secara fisik, mental atau gabungannya atau kondisi emosi. Lihat Safrudin
Aziz, Pendidikan Seks Anak Berkebutuhan Khusus (Yogyakarta: Gava Media, 2015), 52
4
Berdasarkan hasil observasi awal penulis yang dilakukan pada tanggal
06 Desember 2016, MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta sebagai
sekolah inklusif menggunakan sistem pendidikan yang disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didiknya, yaitu melalui layanan belajar untuk siswa ABK,
seperti: guru membantu siswa ABK dalam menemukan gaya belajarnya,
kurikulum yang digunakan, serta sarana pendukung pembelajaran siswa
ABK. Selain itu, semua warga sekolah baik kepala sekolah, tenaga pendidik,
maupun siswa normal menyambut baik keberadaan siswa ABK tersebut.
Proses pembelajaran antara siswa normal dengan siswa ABK di MAN
Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta berada dalam satu ruang kelas yang
sama. Hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri, karena tidak adanya
guru pembimbing khusus bagi siswa ABK. Guru pembimbing khusus yang
ada di MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta sifatnya tidak tetap dan
hanya diperbantukan dari Dinas Pendidikan. Sehingga guru pembimbing
khusus selalu berpindah ke sekolah lain ketika tidak lagi dibutuhkan. Hal ini
menjadikan layanan belajar yang diperoleh siswa ABK kurang maksimal.
Berdasarkan fenomena tersebut, penulis ingin mengeksplorasi lebih
lanjut mengenai bagaimana penyelenggaraan kebijakan pendidikan inklusif di
MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dan berusaha melihat dan
menemukan kendala serta berupaya mencari solusi dalam memecahkan
kendala tersebut guna meningkatkan kualitas dari pelaksana pendidikan di
satuan sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan inklusif di MAN Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta?
2. Bagaimana kendala yang dihadapi dari penyelenggaraan pendidikan
inklusif di MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta dan solusi untuk
mengatasi kendala tersebut?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan
untuk:
1. Melakukan evaluasi kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif
di MAN Maguwuharjo, Sleman, Yogyakarta.
2. Menemukan kendala dan mengatasi kendala dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif di MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah
keilmuan tentang pendidikan inklusif, dan dapat dijadikan bahan kajian
bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat digunakan untuk pengembangan
penelitian lebih lanjut.
6
2. Secara praktik, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan bagi pihak sekolah dalam usaha meningkatkan kualitas
pembelajaran di sekolah inklusif
D. Telaah Pustaka
Penelitian tentang pendidikan inklusif yang secara khusus membahas
tentang evaluasi kebijakan pendidikan inklusif di MAN Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta, sampai saat ini belum penulis temukan, akan tetapi
penelitian-penelitian yang membahas tentang pendidikan inklusif sudah
banyak ditemukan, antara lain:
1. Penelitian Heppy Budi Kurniawan yang berjudul “Manajemen
Penyelenggaraan Pembelajaran Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus
(Studi Kasus SMK Negeri 8 Surakarta).”6 Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, SMK Negeri 8 Surakarta menyelenggarakan pembelajaran inklusi
bagi anak berkebutuhan khusus dengan model terintegrasi, fasilitas dan
sarana prasarana cukup mendukung dalam penyelenggaraan
pembelajarannya, karakteristik pembelajarannya dengan penanganan yang
menyesuaikan jenis kebutuhannya, dan pembelajarannya dengan
mengikutkan siswa ABK untuk pentas pada suatu kegiatan event dan
standar kriteria ketuntasan minimal (KKM) lebih rendah dibanding anak-
anak reguler.
6 Heppy Budi Kurniawan, “Manajemen Penyelenggaraan Pembelajaran Inklusi Bagi
Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Kasus SMK Negeri 8 Surakarta),” Tesis, Surakarta: Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2015.
7
Terdapat persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian
yang akan dilakukan penulis, yaitu sama-sama mendeskripsikan
penyelenggaraan pendidikan inklusif bagi anak berkebutuhan khusus di
sekolah. Sedangkan perbedaannya terletak pada fokus penelitian. Dalam
penelitian di atas fokus pada model penyelenggaraan dan karakteristik
pembelajaran inklusif, sedangkan penulis fokus pada evaluasi kebijakan
dan kendala dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif.
2. Penelitian Astri Hanjarwati dan Siti Aminah yang berjudul “Evaluasi
Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Yogyakarta Mengenai
Pendidikan Inklusi.”7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa, program
pendidikan inklusi di Kota Yogyakarta yang dilaksanakan melalui
Peraturan Walikota No.47 Tahun 2008 berlangsung dengan baik. Dengan
adanya perwal ini, mendorong lembaga-lembaga pendidikan mulai dari
tingkat pendidikan dasar, menengah, hingga pendidikan tinggi untuk
memberikan akses pendidikan yang lebih baik bagi ABK.
Penelitian di atas memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis, yaitu sama-sama mengevaluasi pendidikan inklusif.
Perbedaannya adalah terletak pada kajian yang diteliti. Dalam penelitian di
atas, fokus penelitian dititikberatkan pada evaluasi pelaksanaan pendidikan
inklusif Kota Yogyakarta, sedangkan penulis fokus pada evaluasi
kebijakan dan kendala dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif di
MAN Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
7 Astri Hanjarwati dan Siti Aminah, “Evaluasi Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota
Yogyakarta Mengenai Pendidikan Inklusi,” Jurnal Inklusi, Vol.1, No.2, Juli-Desember 2014, 221-
248.
8
3. Penelitian Asep Ahmad Sopandi yang berjudul “Pengembangan
Kurikulum Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di SMK Negeri 4 Padang
Dalam Setting Pendidikan Inklusif.”8 Hasil penelitian menunjukkan
bahwa, guru SMKN 4 Padang dalam mengembangkan kurikulum SBKh
melakukan identifikasi siswa berkebutuhan khusus dengan menggunakan
teknik observasi, wawancara, tes psikologi, dan tes buatan sendiri.
Hambatan yang dihadapi guru dalam mengembangkan kurikulum SBKh
adalah minimnya wawasan tentang karakteristik SBKh yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam menyusun kurikulum, dan kurang
optimalnya koordinasi dan kerjasama dengan pihak terkait yang
menunjang penyusunan dan pelaksanaan kurikulum tersebut.
Persamaan penelitian di atas dengan penelitian yang akan
dilakukan penulis adalah sama-sama menggunakan setting pendidikan
inklusif. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian, penelitian di atas
fokus pada cara guru mengembangkan kurikulum bagi siswa berkebutuhan
khusus, sedangkan penulis fokus pada evaluasi kebijakan dan kendala
dalam penyelenggaraan pendidikan inklusif.
4. Penelitian Nurjanah yang berjudul “Sekolah Inklusi Sebagai Perwujudan
Pendidikan Tanpa Diskriminasi (Studi Kasus Pelaksanaan Sistem
Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 9 Surakarta).”9 Hasil penelitian
8 Asep Ahmad Sopandi, “Pengembangan Kurikulum Bagi Siswa Berkebutuhan Khusus di
SMK Negeri 4 Padang Dalam Setting Pendidikan Inklusif,” PEDAGOGI: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Vol.13, No.1, April 2013, 1-9. 9 Nurjanah, “Sekolah Inklusi Sebagai Perwujudan Pendidikan Tanpa Diskriminasi (Studi
Kasus Pelaksanaan Sistem Pendidikan Inklusi di SMK Negeri 9 Surakarta),” Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2013.
9
menunjukkan bahwa: Pertama, pelaksanaan sistem pendidikan inklusi di
SMK Negeri 9 Surakarta masih banyak terdapat kelemahan terutama dari
segi pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dikarenakan
ketidakberadaan GPK (Guru Pendamping Khusus) dan kurangnya
perhatian pemerintah. Kedua, kepedulian yang dibangun antar siswa dalam
sebuah kelas inklusi di SMK Negeri 9 Surakarta berjalan dengan baik
dikarenakan pihak sekolah telah melakukan sosialisasi tentang keberadaan
ABK sejak awal.
Terdapat persamaan antara penelitian di atas dengan penelitian
yang akan dilakukan penulis, yaitu sama-sama menggunakan setting
pendidikan inklusif. Perbedaannya terletak pada fokus penelitian,
penelitian di atas fokus pada pelaksanaan sistem pendidikan inklusif dan
kepedulian yang dibangun antar siswa dalam kelas inklusif, sedangkan
penulis fokus pada evaluasi kebijakan dan kendala dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusif.
5. Penelitian Prastiyono yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pendidikan
Inklusif (Studi di Sekolah Galuh Handayani Surabaya).”10
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: Pertama, implementasi kebijakan pendidikan
inklusif di sekolah Galuh Handayani belum optimal atau masih belum
sesuai harapan masyarakat. Kedua, faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan maupun kegagalan implementasi kebijakan pendidikan
10
Prastiyono, “Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif (Studi di Sekolah Galuh