Top Banner
EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN PROVINSI DKI JAKARTA DIANA SISKAYATI A34204036 DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
90

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

Mar 11, 2019

Download

Documents

vuongkhue
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN

PROVINSI DKI JAKARTA

DIANA SISKAYATI A34204036

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2009

Page 2: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

RINGKASAN

DIANA SISKAYATI (A34204036). Evaluasi Keberadaan dan Penggunaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Rumah Susun Provinsi DKI Jakarta. (Dibimbing oleh NURHAYATI HADI SUSILO ARIFIN)

Pesatnya urbanisasi di kota-kota besar dan metropolitan telah

menyebabkan permasalahan keterbatasan terhadap ketersediaan lahan bagi

perumahan. Untuk menyediakan perumahan layak huni bagi masyarakat

berpenghasilan rendah, pembangunan rumah susun sederhana (rusuna)

merupakan salah satu solusi dalam penyediaan hunian secara vertikal dengan

memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien. Pemerintah DKI Jakarta sampai

tahun 2006, telah menyediakan 19.324 unit rumah susun yang tersebar dalam 30

lokasi di Wilayah Kotamadya DKI Jakarta. Sasaran pembangunan rumah susun

tahun 2007-2011, yakni pemenuhan kebutuhan rumah susun layak huni di

Indonesia sebanyak 1.000 menara atau sekitar 350.000 unit rumah susun,

dengan harga sewa/jual yang terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan

menengah-bawah di kawasan perkotaan berpenduduk lebih dari 1,5 juta jiwa per

100 km2 (Kebijakan Pemerintah tentang pembangunan rumah susun di

perkotaan tahun 2007).

Pembangunan rumah susun ini tidak hanya terbatas pada aspek fisik

bangunannya saja, tetapi keberadaan ruang terbuka hijau (RTH) di lingkungan

rumah susun juga harus diperhitungkan. Kehadiran dan keberadaan RTH/taman

sebagai bagian dari lingkungan rumah susun, tidak hanya merupakan tempat

berkumpul penghuni untuk bersosialisasi dan berekreasi, melainkan juga

memberi kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan estetika.

Tujuan studi ini adalah mengidentifikasi keberadaan dan karakteristik

RTH/taman, mengevaluasi penggunaan dan kebutuhan RTH/taman, serta

menyusun konsep RTH/taman yang sesuai dengan lingkungan rusuna di Provinsi

DKI Jakarta. Studi dilakukan di kawasan permukiman rusuna yang meliputi 5

Wilayah Kotamadya Provinsi DKI Jakarta (10 lokasi sampel, 30% dari rusuna

yang ada di DKI Jakarta), yaitu rusuna Pulo Gebang, rusuna Klender, rusuna

Bandar Kemayoran, rusuna Tanah Abang, rusuna Sindang Koja, rusuna

Penjaringan, rusuna Harum Tebet Barat Raya, rusuna Berlian Tebet Barat Raya,

rusuna Flamboyan, dan rusuna Tambora.

Page 3: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

Studi dilakukan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2008, mencakup

beberapa tahapan, yaitu tahap persiapan, pengumpulan data, analisis dan

evaluasi, serta penyusunan konsep. Pengumpulan data dilakukan melalui

pengamatan langsung, wawancara/kuesioner, dan studi pustaka. Metode studi

yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis

deskriptif untuk mengevaluasi kondisi dan penggunaan RTH/taman, sedangkan

analisis kuantitatif untuk mengetahui proporsi dan kecukupan RTH/taman bagi

penghuni rumah susun.

Luas rata-rata RTH/taman di lingkungan rusuna di DKI Jakarta adalah

42,1% dari luas lahan atau berkisar antara 2,0 - 8,0 m2/jiwa. Berdasarkan standar

dan kebutuhan RTH/taman per jiwa di lingkungan permukiman untuk bermain

dan berolahraga adalah 1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan Ruang Departemen

Pekerjaan Umum, 2006), maka luas RTH/taman di lingkungan rusuna ini sudah

mencukupi. Sedangkan berdasarkan Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, bahwa luas RTH 30% dari luas lahan, maka luas

RTH/taman pada lingkungan rusuna ini sudah mencukupi. Tetapi terdapat pula

luas RTH/taman pada lingkungan rusuna yang dijadikan sampel memiliki luas

RTH dibawah 30% luas lahan, hal ini dikarenakan adanya perubahan desain

awal berupa penambahan bangunan pada area terbuka atau RTH/taman.

Mengingat luas RTH total di wilayah DKI Jakarta saat ini hanya sekitar 9% dari

luas wilayahnya, dan target Pemerintah DKI Jakarta menyediakan RTH seluas

13,94%, maka keberadaan dari luas RTH rusuna yang ada saat ini dapat

dianggap cukup baik. Namun keberadaan RTH yang ada ini perlu masih

diimbangi dengan perencanaan dan perancangan serta pengelolaan yang baik

agar penggunaannya lebih efektif dan bermanfaat bagi lingkungan.

RTH/taman di lingkungan rusuna tersebut dalam bentuk taman

serbaguna, taman bermain, taman koleksi pribadi penghuni, lapangan sepak

bola, lapangan olah raga, dan lahan terbengkalai. RTH/taman digunakan oleh

penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat

berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

Fasilitas yang ada pada RTH/taman antara lain lampu dan bangku taman, taman

bermain, tempat sampah, serta hydrant. Pemeliharaan RTH/taman dilakukan

oleh pihak pengelola dan penghuni rumah susun. Kondisi RTH/taman tersebut

berbeda-beda, dimana ada yang terawat dan tidak terawat. Hal ini disebabkan

oleh pengelolaan dan pemeliharaan dari pengelola yang tidak terlaksana dengan

Page 4: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

baik, dan juga sikap kurang peduli penghuni rumah susun dalam menjaga dan

memelihara lingkungan rumah susunnya.

RTH/taman rumah susun perlu mempunyai konsep dasar yang

mengakomodasi beberapa fungsi, yaitu : meningkatkan kualitas lingkungan,

memenuhi kebutuhan akan ruang rekreasi ruang luar (out door) bagi penghuni

rumah susun, serta menyediakan ruang sosialisasi dan kebersamaan. Konsep

dasar RTH/taman rumah susun tersebut di atas, dikembangkan secara teknis

mencakup acuan luas minimal, jenis ruang, desain, fasilitas, tata hijau dan jenis

tanaman, serta pengelolaannya.

Jenis ruang disesuaikan dengan karakter penghuni rumah susun untuk

memenuhi kebutuhan rekreasi, sosialisasi dan kualitas lingkungan yang baik.

Desain dibuat sederhana tetapi menarik, efisien, mudah dalam pengelolaannya,

serta menjamin keamanan dan kenyamanan. Sarana atau fasilitas pada

RTH/taman disesuaikan dengan ruang aktivitas, menggunakan bentuk yang

sederhana, kuat dan tahan lama untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan

pengelolaannya. Tata hijau yang dikembangkan ditujukan untuk kualitas

lingkungan ekologis, keindahan, fungsi fisik (pembatas, screen, alas, atap),

mudah dipelihara dan tidak membahayakan.

Pengelolaan/pemeliharaan RTH/taman rumah susun yang selama ini

dilaksanakan oleh pengelola rumah susun (PPRS, Dinas Perumahan, dan

Perumnas) perlu melibatkan partisipasi penghuni rumah susun melalui kegiatan

gotong royong yang terjadwal dan berkesinambungan. Metode pemeliharaan

seperti ini dapat meningkatkan kebersamaan, intensitas bertemu, dan

komunikasi para penghuni rumah susun.

Page 5: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI LINGKUNGAN RUMAH SUSUN

PROVINSI DKI JAKARTA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : DIANA SISKAYATI

A34204036

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Page 6: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

LEMBAR PENGESAHAN Judul Skripsi : Evaluasi Keberadaan dan Penggunaan Ruang

Terbuka Hijau di Lingkungan Rumah Susun Provinsi DKI Jakarta

Nama Mahasiswa : Diana Siskayati Nomor Pokok : A34204036 Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui :

Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc.

NIP. 19620121 198601 2 001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr

NIP. 19571222 198203 1 002

Tanggal Lulus :

Page 7: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

RIWAYAT HIDUP

Diana Siskayati lahir di Jakarta pada tanggal 10 Juli 1986. Penulis adalah

anak kedua dari dua bersaudara, putri pasangan Bapak Kasidi dan Ibu Enung

Nuryati. Penulis memulai pendidikan formal di SDN 14 Pagi Sumur Batu Jakarta

Pusat tahun 1992 dan lulus tahun 1998, kemudian menyelesaikan pendidikan

menengah pertama di SLTPN 228 Sumur Batu Jakarta Pusat pada tahun 2001.

Pada tahun 2004, penulis berhasil menyelesaikan pendidikan menengah atas di

SMUN 5 Jakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan ke tingkat

perguruan tinggi dan diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)

pada Program Studi Arsitektur Lanskap, Departemen Budidaya Pertanian di

Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Selama menjadi mahasiswa, penulis berpartisipasi dalam kepanitiaan

kegiatan masa perkenalan mahasiswa Arsitektur Lanskap angkatan 42 sebagai

seksi konsumsi. Selain itu, penulis juga menjadi seksi dana usaha (danus) pada

kepanitiaan kegiatan fieldtrip mahasiswa Arsitektur Lanskap angkatan 42.

Penulis juga mengikuti kegiatan magang di Sub Bidang Pemeliharaan Koleksi,

Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, serta mengikuti berbagai

kegiatan seminar dan pelatihan, diantaranya Seminar Work Experience,

International Workshop IFLA, pelatihan terarium, dan sebagainya. Penulis juga

melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kelurahan Katulampa, Kecamatan

Bogor Timur, Kotamadya Bogor dengan membuat program Desain Taman

Kelurahan dan Penyuluhan Ruang Terbuka Hijau pada tahun ajaran 2007/2008.

Page 8: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala berkat dan limpahan rahmat

hidayah-Nya, Penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Evaluasi Keberadaan dan Penggunaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Rumah Susun Provinsi DKI Jakarta”. Penulis menyadari

penyelesaian penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pertanian di Institut Pertanian Bogor tidak akan berhasil tanpa

adanya bantuan, dukungan, saran dan kritik membangun dari berbagai pihak.

Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Bapak, Ibu, dan Kakak tercinta serta keluarga besar, atas segala kasih

sayang, perhatian, doa, pengorbanan dan dukungan yang terbaik.

2. Dr. Ir. Nurhayati Hadi Susilo Arifin, MSc., selaku Dosen Pembimbing

Akademik dan Pembimbing Skripsi, atas bimbingan, arahan, ilmu,

pengalaman, kasih sayang, dan saran yang diberikan.

3. Bapak Sapto, Bapak Joko, Bapak Alex, beserta staf (Dinas Perumahan),

Bapak Eno, Ibu Wiwid, beserta staf (Perum Perumnas), Bapak Maman, Ibu

Sueke, beserta staf (Kantor Regional Khusus Usaha Rumah Sewa) atas

data dan informasi yang diberikan, segala bantuan dan dukungan yang

begitu besar dalam proses penelitian ini.

4. PPRS (Perhimpunan Penghuni Rumah Susun) atas data-data dan

informasi mengenai rumah susun yang telah diberikan, sehingga

membantu dalam proses penelitian ini.

5. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr., dan Dr. Ir. Afra D. N. Makalew, MSc.,

selaku Dosen Penguji atas semua masukan, saran, dan kritik membangun.

6. Teman-teman satu bimbingan Bu Nunung yaitu Fuji, Krishta, dan Karina.

7. Tim Sukses seminar : Fuji Rasyid, Karina Dwi Pradita, dan Fauziah Crew.

8. Mahasiswa Arsitektur Lanskap angkatan 41, bersama-sama kita

menghadapi keadaan suka dan duka kegiatan perkuliahan serta kenangan

indah persaudaraan yang terjalin selama masa studi Penulis di IPB.

9. Seluruh Keluarga Besar Departemen Arsitektur Lanskap, atas ilmu dan

pengetahuan yang telah diberikan.

10. Keluarga besar kost-an Fauziah (Fauziah Crew), atas hangatnya

kekeluargaan yang diberikan selama Penulis berdomisili di Darmaga,

Bogor.

Page 9: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

11. Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan, saran dan kritik

membangun yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna seperti yang

diharapkan. Namun, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pembaca, khususnya dalam rangka pengembangan RTH/taman di lingkungan

rumah susun sederhana (rusuna).

Bogor, Juli 2009

Penulis

Page 10: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.......... ................................................................. 1

1.2. Tujuan . ...................................................................................... 2

1.3. Kegunaan. ................................................................................. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kota ........................................................................................... 3

2.2. Permukiman Rumah Susun ...................................................... 3

2.3. Prinsip Dasar Pembangunan Rumah Susun ............................. 4

2.4. Dasar Perencanaan Rumah Susun ........................................... 5

2.5. Ruang Terbuka Hijau ................................................................. 7

2.6. Ruang Terbuka Hijau Permukiman ............................................ 9

BAB III. METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Studi ............................................................. 12

3.2. Batasan Studi ............................................................................ 13

3.3. Metode Studi.............................................................................. 14

3.4. Teknik Pengambilan Sampel.Rumah Susun ............................. 17

BAB IV. KONDISI UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

4.1. Geografis dan Administratif ....................................................... 18

4.2. Demografi .................................................................................. 19

4.3. Pola Penggunaan Lahan ........................................................... 19

4.4. Ruang Terbuka Hijau Kota ........................................................ 20

4.5. Jumlah dan Sebaran Rumah Susun .......................................... 21

4.6. Sistem Manajemen/Pengelolaan Rumah Susun ....................... 24

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Umum Rumah Susun .................................................... 27

5.1.1. Rumah Susun Pulo Gebang ............................................ 28

5.1.2. Rumah Susun Klender .................................................... 30

5.1.3. Rumah Susun Bandar Kemayoran .................................. 32

5.1.4. Rumah Susun Tanah Abang ........................................... 34

5.1.5. Rumah Susun Sindang-Koja ........................................... 36

v

Page 11: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

5.1.6. Rumah Susun Penjaringan ............................................. 38

5.1.7. Rumah Susun Harum Tebet Barat Raya ......................... 40

5.1.8. Rumah Susun BerlianTebet Barat Raya ......................... 42

5.1.9. Rumah Susun Flamboyan ............................................... 44

5.1.10. Rumah Susun Tambora .................................................. 46

5.2. RTH/Taman Rumah Susun………….……………………………. 48

5.3. Analisis Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Jumlah

Penghuni ……………………………………………….………… … 52

5.4. Analisis Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Luas Lahan…… 53

5.5. Evaluasi Kondisi dan Penggunaan RTH/Taman Rusun……….. 54

5.6. Keinginan Penghuni Rumah Susun Terhadap RTH/taman…… 57

BAB VI. KONSEP

6.1. Konsep Dasar RTH/Taman Rumah Susun ................................ 58

6.2. Peningkatan Kualitas RTH/Taman Rumah Susun ..................... 58

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan…... ......................................................................... 65

7.2. Saran ......................................................................................... 66

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 68

LAMPIRAN ..................................................................................................... 69

vi

Page 12: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Minimum Ruang Terbuka Menurut Simonds (2003) .................. 7

2. Klasifikasi Taman Berdasarkan Jumlah Penduduk .............................. 10

3. Standar dan Kebutuhan akan RTH (Dirjen Penataan Ruang DPU) ..... 11

4. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data ....................................... 14

5. Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta (2007) .................................... 19

6. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan (2004) .......................................... 20

7. Penyebaran Rumah Susun di Provinsi DKI Jakarta ............................. 23

8. Kondisi Umum Rusuna ......................................................................... 27

9. Kondisi RTH/Taman Rusuna ................................................................ 49

10. Bentuk dan Komposisi RTH/Taman Rusuna ........................................ 51

11. Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Luas RTH Per Jiwa .................. 52

12. Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Luas Lahan .............................. 53

13. Evaluasi Kondisi RTH/Taman Rusuna ................................................. 55

14. Karakteristik Responden ...................................................................... 75

15. Pendapat Responden tentang RTH/Taman Rusuna ............................ 76

vii

Page 13: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

... 1. Peta Lokasi Studi ................................................................................... 13

2. Tahapan Studi ........................................................................................ 16

3. Peta Administratif DKI Jakarta ............................................................... 18

4. Peta Penyebaran Rumah Susun di Provinsi DKI Jakarta ...................... 22

5. Struktur Organisasi UPT Pengelola Rumah Susun ............................... 24

6. Prosedur Pembentukan PPRS .............................................................. 25

7. Kondisi Lingkungan Rusuna Pulo Gebang ............................................ 28

8. Kondisi RTH/Taman Rusuna Pulo Gebang ........................................... 29

9. Kondisi Lingkungan Rusuna Klender ..................................................... 30

10. Kondisi RTH/Taman Rusuna Klender .................................................... 31

11. Kondisi Lingkungan Rusuna Bandar Kemayoran .................................. 33

12. Kondisi RTH/Taman Rusuna Bandar Kemayoran ................................. 34

13. Kondisi Lingkungan Rusuna Tanah Abang ............................................ 35

14. Kondisi RTH/Taman Rusuna Tanah Abang ........................................... 36

15. Kondisi Lingkungan Rusuna Sindang-Koja ............................................ 37

16. Kondisi RTH/Taman Rusuna Sindang-Koja ........................................... 38

17. Kondisi Lingkungan Rusuna Penjaringan .............................................. 39

18. Kondisi RTH/Taman Rusuna Penjaringan ............................................. 40

19. Kondisi Lingkungan Rusuna Harum Tebet Barat Raya ......................... 41

20. Kondisi RTH/Taman Rusuna Harum Tebet Barat Raya ........................ 42

21. Kondisi Lingkungan Rusuna Berlian Tebet Barat Raya ......................... 43

22. Kondisi RTH/Taman Rusuna Berlian Tebet Barat Raya ........................ 44

23. Kondisi Lingkungan Rusuna Flamboyan ............................................... 45

24. Kondisi RTH/Taman Rusuna Flamboyan .............................................. 46

25. Kondisi Lingkungan Rusuna Tambora ................................................... 47

26. Kondisi RTH/Taman Rusuna Tambora .................................................. 48

27. Pengguna RTH/Taman Rusun ............................................................... 56

28. Kegiatan pada RTH/Taman Rusun ........................................................ 56

29. Waktu Pemanfaatan RTH/Taman Rusun .............................................. 56

30. Pola Pembagian Ruang ......................................................................... 59

31. Bentuk Ruang Aktif RTH/Taman Rusun ................................................ 60

32. Bentuk Ruang Pasif RTH/Taman Rusun ............................................... 60

viii

Page 14: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

0

33. Bentuk Ruang Umum/Serbaguna Rusun ............................................... 61

34. Fasilitas Pendukung RTH/Taman Rusun ............................................... 62

ix

Page 15: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pesatnya urbanisasi di kota-kota besar dan metropolitan seperti DKI

Jakarta, telah menyebabkan permasalahan keterbatasan terhadap ketersediaan

lahan bagi perumahan. Akibat langka dan semakin mahalnya lahan/tanah di

perkotaan, pembangunan perumahan baru layak huni bagi masyarakat

berpenghasilan rendah belum mencukupi dan memadai. Keadaan ini

menimbulkan ketidakteraturan penataan ruang dan kawasan, serta berdampak

buruk terhadap kondisi sosial dan lingkungan. Hal ini terlihat adanya permukiman

masyarakat pada area yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang kota, seperti

permukiman kumuh di bantaran sungai/kali, di pinggir rel kereta, dan sebagainya.

Untuk mewujudkan kota Jakarta yang indah, sehat, dan nyaman, baik

sebagai pusat kegiatan ekonomi maupun permukiman, Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dihadapkan pada kendala kemampuan manajerial dengan terbatasnya

lahan dan dana untuk dapat memberikan pelayanan sarana dan prasarana publik

yang memadai dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat (Pemerintah Provinsi

DKI Jakarta, 2002). Dalam hal ini, lahan merupakan masalah utama

pembangunan perumahan sebagai pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Terbatasnya lahan perkotaan menyebabkan Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta dituntut untuk dapat memanfaatkan lahan secara efisien dengan

meningkatkan intensitas penggunaannya, yaitu memanfaatkan sumber daya

ruang dan tanah secara maksimal, penyediaan sarana dan prasarana sosial dan

budaya, serta taman dan ruang terbuka hijau (RTH). Semakin langka dan

mahalnya harga tanah/lahan di pusat kota untuk pembangunan perumahan,

pembangunan rumah susun sederhana (rusuna) bagi masyarakat

berpenghasilan rendah merupakan salah satu solusi dalam penyediaan hunian

secara vertikal dengan memanfaatkan lahan secara efektif dan efisien.

Pembangunan rumah susun ini tidak hanya terbatas pada aspek fisik

bangunannya saja, tetapi keberadaan RTH/taman di lingkungan rumah susun

juga harus diperhitungkan. Berdasarkan Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, luas RTH kota adalah minimal 30% dari luas kota

tersebut. Namun, penentuan luas RTH kota umumnya dihitung berdasarkan

jumlah penduduk, dimana luasan RTH/taman di lingkungan permukiman untuk

Page 16: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

2

bermain dan berolahraga adalah 1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan Ruang

Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Kehadiran dan keberadaan RTH/taman

sebagai bagian dari lingkungan rumah susun, tidak hanya merupakan tempat

berkumpul penghuni untuk bersosialisasi dan berekreasi, melainkan juga

memberi kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan estetika.

Tetapi pada kenyataannya, keberadaan RTH/taman di lingkungan rumah susun

memiliki fungsi dan manfaat yang belum mencukupi kebutuhan penghuni.

Penggunaannya juga belum sesuai dengan fungsi penggunaannya, serta masih

terbatasnya fasilitas yang terdapat pada RTH/taman tersebut.

Dengan mengidentifikasi keberadaan dan karakteristik RTH/taman di

lingkungan rumah susun sederhana (rusuna) serta mengevaluasi efektivitas

penggunaannya, maka dapat diketahui secara jelas permasalahan dalam

penyediaan RTH/taman di lingkungan rusuna. Dengan demikian dapat

direncanakan konsep atau bentuk RTH/taman yang sesuai dengan lingkungan

dan kebutuhan penghuni rusuna.

1.2. Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam studi ini, yaitu:

1. Mengidentifikasi keberadaan dan karakteristik RTH/taman di lingkungan

rumah susun sederhana (rusuna) Provinsi DKI Jakarta.

2. Mengevaluasi penggunaan dan kebutuhan RTH/taman di lingkungan

rumah susun sederhana (rusuna) Provinsi DKI Jakarta.

3. Menyusun konsep RTH/taman yang sesuai dengan lingkungan rumah

susun sederhana (rusuna) Provinsi DKI Jakarta.

1.3. Kegunaan Kegunaan studi ini adalah :

1. Memberikan masukan kepada Pemerintah DKI Jakarta dalam penyediaan

RTH/taman di lingkungan rumah susun sederhana (rusuna).

2. Memberikan masukan kepada masyarakat maupun pengelola rumah

susun dalam mengelola RTH/taman di lingkungan rumah susun

sederhana (rusuna) Provinsi DKI Jakarta.

Page 17: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kota Menurut Simonds (2003) kota adalah lanskap buatan manusia yang

terjadi akibat aktivitas manusia dalam mengelola lingkungan untuk keperluan

hidupnya. Kota merupakan kawasan yang memiliki keaktifan, keanekaragaman,

dan kompleksitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawasan lainnya

(Branch, 1995). Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan

utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang). Kota merupakan lingkungan binaan yang terus

tumbuh dan berkembang sehingga membutuhkan suatu kebijakan terhadap

perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian ruangnya.

Lanskap kota adalah gambaran dan bentuk alam dari suatu kota dengan

segala kehidupan yang ada di dalamnya, baik bersifat alami maupun buatan

manusia, yang merupakan bagian atau total lingkungan hidup manusia beserta

makhluk lainnya (Rahman, 1984). Struktur ruang kota adalah susunan pusat-

pusat permukiman sistem jaringan prasarana dan sarana di kota yang berfungsi

sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis

memiliki hubungan fungsional (Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan

RTH Kawasan Perkotaan). Tata ruang dalam lanskap kota yaitu suatu

pembagian wilayah ke dalam suatu kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai

fungsi-fungsi tertentu seperti kawasan permukiman, industri, niaga dan termasuk

ruang terbuka hijau (UU RI No. 26 Tahun 2007).

2.2. Permukiman Rumah Susun

Menurut Laurie (1990) rumah menjadi permukiman/perumahan apabila

terdiri dari kelipatannya, baik sebagai sekumpulan kesatuan yang terpisah di atas

petak-petak lahan ataupun sebagai komplek rumah gedung, kondominium,

rumah susun, ataupun apartemen. Sementara itu, Undang-Undang RI Nomor 26

Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mendefinisikan perumahan sebagai

kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Page 18: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

4

Sedangkan permukiman diartikan sebagai bagian dari lingkungan hidup di luar

kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang

berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang

dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan.

Peningkatan jumlah penduduk yang sangat cepat mengakibatkan

kebutuhan akan perumahan dan permukiman meningkat, namun lahan yang ada

sangat terbatas. Semakin terbatasnya ketersediaan lahan untuk pembangunan

perumahan dan permukiman, pembangunan rumah susun merupakan salah satu

solusi dalam penyediaan hunian secara vertikal dengan memanfaatkan lahan

secara efektif dan efisien. Undang-undang No.16 Tahun 1985 tentang Rumah

Susun menyebutkan bahwa rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat

yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang

distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan

merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan

secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian

bersama, benda bersama, dan tanah bersama. Berdasarkan Kebijakan dan

Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun di Perkotaan Tahun 2007,

pembangunan rumah susun bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan rumah

susun layak huni dan terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan menengah-

bawah di kawasan perkotaan, sehingga akan berdampak pada : 1) Peningkatan efisiensi penggunaan tanah, ruang dan daya tampung kota;

2) Peningkatan kualitas hidup masyarakat berpenghasilan menengah-bawah

dan pencegahan tumbuhnya kawasan kumuh perkotaan;

3) Peningkatan efisiensi prasarana, sarana dan utilitas (PSU) perkotaan;

4) Peningkatan produktivitas masyarakat dan daya saing kota;

5) Peningkatan pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat

berpenghasilan menengah-bawah;

6) Peningkatan penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi.

2.3. Prinsip Dasar Pembangunan Rumah Susun Pembangunan rumah susun di kawasan perkotaan didasarkan pada

konsep pembangunan berkelanjutan, yang menempatkan manusia sebagai pusat

pembangunan. Prinsip dasar pembangunan rumah susun (Kebijakan dan

Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun di Perkotaan Tahun 2007)

meliputi :

Page 19: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

5

1) Keterpaduan : pembangunan rumah susun dilaksanakan prinsip keterpaduan

kawasan, sektor, antar pelaku, dan keterpaduan dengan sistem perkotaan;

2) Efisiensi dan Efektivitas : memanfaatkan sumber daya secara optimal,

melalui peningkatan intensitas penggunaan lahan dan sumberdaya lainnya;

3) Penegakan Hukum : mewujudkan adanya kepastian hukum dalam bermukim

bagi semua pihak, serta menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan yang hidup di

tengah masyarakat;

4) Keseimbangan dan Keberkelanjutan : mengindahkan keseimbangan

ekosistem dan kelestarian sumberdaya yang ada;

5) Partisipasi : mendorong kerjasama dan kemitraan Pemerintah dengan badan

usaha dan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam proses

perencanaan, pembangunan, pengawasan, operasi dan pemeliharaan, serta

pengelolaan rumah susun;

6) Kesetaraan : menjamin adanya kesetaraan peluang bagi masyarakat

berpenghasilan menengah-bawah untuk dapat menghuni rumah susun yang

layak bagi peningkatan kesejahteraannya;

7) Transparansi dan Akuntabilitas : menciptakan kepercayaan timbal-balik

antara Pemerintah, badan usaha dan masyarakat melalui penyediaan

informasi yang memadai, serta dapat mempertanggung-jawabkan kinerja

pembangunan kepada seluruh pemangku kepentingan.

2.4. Dasar Perencanaan Rumah Susun Rumah susun sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan

perumahan yang layak bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah,

memerlukan standar perencanaan rumah susun sebagai dasar

pembangunannya. Standar perencanaan rumah susun ini diperlukan agar harga

jual/sewa rumah susun dapat terjangkau oleh kelompok sasaran yang dituju,

tanpa mengurangi asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, keserasian

rumah susun dengan tata bangunan dan lingkungan kota.

Standar perencanaan rumah susun di kawasan perkotaan berdasarkan

Kebijakan dan Rencana Strategis Pembangunan Rumah Susun di Perkotaan

Tahun 2007 adalah sebagai berikut :

Page 20: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

6

1) Kepadatan Bangunan

Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan

yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien

Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

• Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas dasar

bangunan dengan luas lahan/persil, tidak melebihi dari 0,4;

• Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan antara luas lantai

bangunan dengan luas tanah, tidak kurang dari 1,5;

• Koefisien Bagian Bersama (KB) adalah perbandingan Bagian Bersama

dengan luas bangunan, tidak kurang dari 0,2.

2) Lokasi

Rumah susun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang, rencana

tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan transportasi umum, serta

dengan mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

3) Tata Letak

Tata letak rumah susun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan,

lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan memperhatikan faktor-faktor

kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan dan keserasian.

4) Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian

Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan

terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara secara

alami, kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota.

5) Jenis Fungsi Rumah Susun

Jenis fungsi peruntukkan rumah susun adalah untuk hunian dan

dimungkinkan dalam satu rumah susun/kawasan rumah susun memiliki jenis

kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

6) Luasan Satuan Rumah Susun

Luas satuan rumah susun (sarusun) minimum 21 m2, dengan fungsi utama

sebagai ruang tidur/ruang serbaguna dan dilengkapi kamar mandi dan dapur.

7) Kelengkapan Rumah Susun

Rumah susun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang

menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam

menjalankan kegiatan sehari-hari.

Page 21: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

7

8) Transportasi Vertikal

• Rumah susun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6 lantai,

menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal;

• Rumah susun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai,

menggunakan lift sebagai transportasi vertikal.

2.5. Ruang Terbuka Hijau

Permendagri No. 1 Tahun 2007, ruang terbuka dinyatakan sebagai ruang-

ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas, baik dalam bentuk area/kawasan

maupun dalam bentuk area memanjang/jalur, dimana dalam penggunaannya

lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan. Ruang Terbuka

Hijau (RTH) adalah bagian dari ruang terbuka yang pemanfaatannya sebagai

tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang

sengaja ditanam (budidaya tanaman), seperti lahan pertanian, pertamanan,

perkebunan dan sebagainya (UU RI No. 26 Tahun 2007). RTH merupakan lahan

atau areal permukaan tanah yang didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk

fungsi perlindungan habitat tertentu, daratan kota/lingkungan, pengaman jaringan

prasarana, dan budidaya pertanian (Perda No. 6 Tahun 1999).

Standar luas ruang terbuka untuk umum (Tabel 1.) menurut Simonds

(2003) secara hirarki mempertimbangkan kebutuhan dalam suatu wilayah

adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Luas Minimum Ruang Terbuka menurut Simonds (2003)

Unit Sosial Luas Minimum Ruang Terbuka

Keluarga (rata-rata 3-6

jiwa)

Untuk setiap keluarga, duplex atau row house

minimum 27 m2 ruang bebas, tertutup atau

setengah tertutup, tidak termasuk tempat parkir.

Untuk bangunan bertingkat 9 m2.

Cluster (3 sampai 10

keluarga,11-43 jiwa)

18 m2 per unit rumah tinggal yang dapat

diperluas, dilengkapi tempat duduk, pohon,

patung, air mancur, semak-semak, bunga,

rumput ataupun perlengkapan bermain.

Ketetanggaan (1.200

keluarga, 4.320 jiwa)

Minimum 12.000 m2 per 1000 penduduk

disediakan untuk lapangan bermain sekolah,

rekreasi atau taman. Daerah ini tidak termasuk

Page 22: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

8

daerah untuk parkir kendaraan.

Komuniti (10.000 keluarga,

36.000 jiwa)

Minimum 20.000 m2 ruang untuk publik per 1000

penduduk untuk lapangan bermain sekolah,

lapangan atletik dan taman. Dalam luas ini

termasuk ruang publik ketetanggaan tetapi tidak

termasuk jalan dan tempat-tempat parkir.

Kota Minimum 10% luas keseluruhan sebagai ruang

terbuka, taman atau tempat bermain. Dalam luas

ini termasuk ruang publik komuniti tetapi tidak

termasuk jalan-jalan dan tempat parkir. Diambil

pendekatan 40.000 m2 per 1000 penduduk.

Wilayah Minimum 80.000 m2 per 1000 penduduk sebagai

tempat-tempat terbuka, taman, tempat bermain

atau rekreasi seperti berburu, memancing atau

perlindungan alam. Luas ini termasuk ruang

publik komuniti, kota serta tempat-tempat parkir

yang berbentuk pelebaran jalan berdasarkan

keadaan topografi dan lanskap dimana jalan

tersebut dilewati.

Tujuan pengadaan dan penataan RTH di wilayah perkotaan menurut

Permendagri No. 1 Tahun 2007, yaitu : (1) menjaga keserasian dan

keseimbangan ekosistem lingkungan, (2) mewujudkan keseimbangan antara

lingkungan alam dan lingkungan buatan bagi kepentingan masyarakat, (3)

meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, indah, bersih, dan nyaman.

Proporsi RTH pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari luas wilayah kota (UU

RI No. 26 Tahun 2007). Proporsi 30 % merupakan ukuran minimal untuk

menjamin keseimbangan ekosistem kota, yang selanjutnya akan meningkatkan

ketersediaan udara bersih yang diperlukan masyarakat, serta dapat

meningkatkan nilai estetika kota.

Fungsi RTH di wilayah perkotaan, antara lain : (1) pengaman keberadaan

kawasan lindung perkotaan, (2) pengendali pencemaran dan kerusakan tanah,

air, dan udara, (3) tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman

hayati, (4) pengendali tata air, dan (5) sarana estetika kota (Permendagri No. 1

Tahun 2007). Selain mempunyai fungsi, RTH juga mempunyai manfaat yang

Page 23: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

9

dijabarkan dalam Permendagri No. 1 Tahun 2007, antara lain : (1) sarana untuk

mencerminkan identitas daerah, (2) sarana penelitian, pendidikan dan

penyuluhan, (3) sebagai sarana rekreasi dan aktivitas sosial, (4) meningkatkan

nilai ekonomi lahan, (5) memperbaiki iklim mikro, dan (6) meningkatkan

cadangan oksigen. Menurut Nurisyah (1997), manfaat RTH dapat diberikan

melalui fungsionalisasi dan penataan dari massa tanaman yaitu meningkatkan

kualitas visual dan estetika alami, perbaikan iklim mikro, memantau dan menjaga

kualitas udara, penyaring dan peredam kebisingan, konservasi tanah dan air,

habitat kehidupan liar, perlindungan plasma nutfah, bernilai ekonomi dan sosial.

Menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007, lokasi RTH terbagi menjadi

enam kawasan peruntukan ruang kota, yaitu : (1) kawasan pusat perdagangan

meliputi taman lingkungan sekitar pusat perdagangan, (2) kawasan perdagangan

meliputi taman lingkungan kantor, dan jalur hijau jalan, (3) kawasan pendidikan

(sekolah/kampus) meliputi jalan lingkungan kampus, pusat lingkungan dan

taman, (4) kawasan industri dan fasilitasnya meliputi jalur hijau jalan, taman

lingkungan pabrik, (5) kawasan permukiman meliputi halaman rumah, taman

lingkungan, fasilitas perumahan, bantaran sungai, daerah rawan erosi, jalur hijau

jalan raya dan jalan lingkungan. (6) kawasan pertanian dan perkebunan meliputi

ladang, kebun, sawah, hutan, cagar alam, daerah rawan erosi, bantaran sungai

dan konservasi pesisir pantai.

Jenis RTH kawasan perkotaan (Permendagri No. 1 Tahun 2007) yaitu :

(1) pertamanan meliputi taman kota, taman wisata, taman rekreasi, taman

lingkungan perumahan dan permukiman, taman lingkungan perkantoran, taman

hutan raya, (2) hutan kota, hutan lindung, dan cagar alam sebagai tempat

rekreasi dan konservasi, (3) kebun raya dan kebun binatang, (4) lapangan olah

raga seperti golf, sepak bola dan sebagainya, (5) pemakaman umum, (6) lahan

pertanian, (7) jalur hijau meliputi koridor utilitas, blueway meliputi bantaran sungai

dan kanal/danau, water front meliputi pantai, (8) daerah penyangga (buffer zone),

dan (9) taman atap (roof garden).

2.6. Ruang Terbuka Hijau Permukiman Pesatnya pertumbuhan penduduk antara lain disebabkan oleh tingginya

perpindahan (migrasi) penduduk dari pedesaan ke perkotaan yang akan

memberikan pengaruh besar terhadap terjadinya perkembangan permukiman

baru serta peningkatan jumlah kepadatan penduduk dan hunian di perkotaan.

Page 24: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

10

Pertambahan penduduk tersebut cenderung melebihi ambang batas kapasitas

daya dukung lingkungannya, yang akan menimbulkan beban terhadap sumber

daya alam, sosial, individu maupun lingkungan terbangun yang ada. Hal tersebut

mendorong terjadinya penurunan kualitas lingkungan permukiman.

Untuk meningkatkan kualitas lingkungan permukiman tersebut, salah satu

cara yang dapat ditempuh adalah menyediakan ruang terbuka bersama bagi

masyarakat, yang dapat menciptakan interaksi satu sama lain, juga tersedianya

sarana dan prasarana bermain bagi anak-anak serta dapat menampung berbagai

aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya. Salah satu upaya secara fisik dalam

pengendalian dan peningkatan mutu lingkungan permukiman adalah dengan

adanya pengadaan RTH/taman pada lingkungan permukiman. Penentuan luas

RTH kota umumnya dihitung berdasarkan jumlah penduduk (Tabel 2.). Standar

dan kebutuhan akan RTH kota DKI Jakarta (Tabel 3.) mencakup luasan

RTH/taman di lingkungan permukiman untuk bermain dan berolahraga adalah

1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006).

Tabel 2. Klasifikasi Taman Berdasarkan Jumlah Penduduk*

*Sumber: Dinas Pertamanan dan Keindahan Kota DKI Jakarta, 2005

Page 25: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

11

Tabel 3. Standar dan Kebutuhan akan RTH*

*Sumber : Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, 2006

Pembangunan mal/apartemen yang marak tumbuh di Jakarta hendaknya

juga memperhatikan ketersediaan RTH/taman. Selain sebagai daerah resapan

air yang dapat mengurangi terjadinya banjir, RTH juga akan menjadikan udara

sekitar menjadi lebih sehat. Carpenter et.al. (1975) menyatakan bahwa fungsi

tanaman sangat menentukan kualitas ruang terbuka yang bervegetasi, karena

fungsinya dapat juga sebagai peredam kebisingan kendaraan bermotor dan

sebagai pereduksi suhu melalui peningkatan kelembaban udara. Jenis tanaman

dalam pengadaan RTH/taman hendaknya dipilih berdasarkan kriteria tertentu

(Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, 2006), antara lain : tahan terhadap

hama dan penyakit, cepat tumbuh, berumur relatif panjang, berbentuk indah,

serbuk sarinya tidak bersifat alergis, serta daun dan akarnya tidak bersifat

mematikan tanaman lain disekitarnya.

Pemeliharaan RTH/taman lingkungan permukiman ini sebenarnya lebih

diharapkan dilakukan oleh para penghuni atau masyarakat setempat. Kegiatan

pemeliharaan tersebut, meliputi : penyiraman, pemangkasan, pembersihan,

maupun pergantian tanaman yang rusak atau mati, penyulaman, dan

penanaman kembali. Pada ruang terbatas, perlu perletakan wadah (pot) tanaman

secara baik dan artistik, perlunya perbandingan proporsional antara tanaman

pelindung dan tanaman perdu, semak dan penutup tanah dari unsur peneduh,

hias, dan produktivitasnya.

Page 26: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

12

BAB III METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Studi Studi dilakukan di kawasan permukiman rumah susun sederhana

(rusuna) di wilayah Provinsi DKI Jakarta. Waktu pelaksanaan studi berlangsung

dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2008. Lokasi studi meliputi 5 (lima)

Wilayah Kotamadya Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari 10 lokasi sampel

(Gambar 1) yaitu :

1) Wilayah Jakarta Timur ( ) :

a. Rumah susun sederhana (rusuna) Pulo Gebang Jl. Raya Cakung

Timur, Kel. Pulo Gebang, Kec. Cakung, Jakarta Timur.

b. Rumah susun sederhana (rusuna) Klender Jl. I Gusti Ngurah Rai, Kel.

Malaka Jaya dan Kel. Malaka Sari, Kec. Klender, Jakarta Timur.

2) Wilayah Jakarta Pusat ( ) :

c. Rumah susun sederhana (rusuna) Bandar Kemayoran Kel. Kebon

Kosong, Kec. Kemayoran, Jakarta Pusat.

d. Rumah susun sederhana (rusuna) Tanah Abang Jl. K.H. Mas

Mansyur, Kel. Kebon Kacang, Kec.Tanah Abang, Jakarta Pusat.

3) Wilayah Jakarta Utara ( ) :

e. Rumah susun sederhana (rusuna) Sindang-Koja Jl. Sindang Koja,

Kel. Koja Selatan, Kec. Koja, Jakarta Utara.

f. Rumah susun sederhana (rusuna) Penjaringan Kel. Penjaringan, Kec.

Penjaringan, Jakarta Utara.

4) Wilayah Jakarta Selatan ( ):

g. Rumah susun sederhana (rusuna) Harum Tebet Barat Raya Jl. Tebet

Barat Raya, Kel. Tebet Barat, Kec. Tebet, Jakarta Selatan.

h. Rumah susun sederhana (rusuna) Berlian Tebet Barat Raya Jl. Tebet

Barat Raya, Kel. Tebet Barat, Kec. Tebet, Jakarta Selatan.

5) Wilayah Jakarta Barat ( ) :

i. Rumah susun sederhana (rusuna) Flamboyan Jl. Flamboyan, Kel.

Cengkareng Barat, Kec. Cengkareng, Jakarta Barat.

j. Rumah susun sederhana (rusuna) Tambora Jl. Angke Jaya, Kel.

Angke, Kec. Tambora, Jakarta Barat.

Page 27: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

13

Gambar 1. Peta Lokasi Studi

3.2. Batasan Studi

Studi mengenai evaluasi keberadaan dan penggunaan ruang terbuka

hijau (RTH) hanya dilakukan di lingkungan rumah susun sederhana (rusuna)

Page 28: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

14

kelas menengah-bawah yang terdapat di 5 (lima) Wilayah Kotamadya Provinsi

DKI Jakarta dengan mengambil 10 lokasi sampel (30 % rusuna di DKI Jakarta).

3.3. Metode Studi Studi evaluasi keberadaan dan penggunaan ruang terbuka hijau (RTH) di

lingkungan rumah susun sederhana (rusuna), dilakukan melalui pengumpulan

data primer dan sekunder (Tabel 4.). Data primer berdasarkan pengamatan

langsung di lapangan, wawancara dengan dinas/instansi terkait dan

menyebarkan daftar pertanyaan/kuesioner kepada penghuni rumah susun pada

masing-masing lokasi yang dijadikan sampel. Sedangkan data sekunder

diperoleh dari berbagai sumber seperti literatur, data statistik, browsing internet,

dan laporan penelitian terdahulu.

Tabel 4. Jenis, Sumber, dan Cara Pengambilan Data

Aspek No. Jenis Data Sumber Data Pengambilan

Data

Kondisi

Umum dan

Rusuna

Jakarta

1.

Kondisi Geografis,

Administratif, dan

Demografis

Dinas Perumahan,

Dinas Pertamanan,

Pemda

Studi Pustaka,

Wawancara

2.

Pola Penggunaan

Lahan dan Kondisi

RTH

Dinas Perumahan,

Dinas Pertamanan,

Pemda

Studi Pustaka,

Wawancara

3. Kebijakan Rusuna

dan RTH

Dinas Perumahan,

Dinas Pertamanan,

Pemda

Studi Pustaka,

Wawancara

4. Jumlah dan

Sebaran Rusuna

Dinas Perumahan,

Pemda, Perumnas

Studi Pustaka,

Wawancara

Kondisi

Rusuna

(10 Sampel

Rusun)

1.

Tahun

Pembangunan

Rusuna

Pengelola Wawancara

2. Luas Lahan (Ter-

buka & Terbangun) Pengelola Wawancara

3. Jumlah Unit

Rusuna

Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

Page 29: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

15

Metode studi yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis

kuantitatif. Analisis deskriptif untuk mengevaluasi kondisi dan penggunaan

RTH/taman, sedangkan analisis kuantitatif untuk mengetahui proporsi dan

kecukupan RTH/taman bagi penghuni rumah susun. Studi ini dilakukan dalam

beberapa tahapan (Gambar 2), yaitu : tahap persiapan, pengumpulan data,

analisis dan evaluasi data, serta penyusunan konsep.

4. Jumlah & Karakter

Penghuni Rusuna

Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

5. Status Kepemilikan

Rusuna

Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

6. Fasilitas & Utilitas Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

7. Keberadaan RTH/

Taman Rusuna

Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

8. Manajemen/Sistem

Pengelolaan

Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang,

Studi Pustaka

Kondisi

RTH/Taman

Rusuna

1. Luas RTH/Taman Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

2.

Konsep/Desain

dan Kondisi RTH/

Taman

Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

3. Fasilitas & Utilitas Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

4. Vegetasi Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

5. Pemeliharaan Pengelola,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

6. Aktivitas

(Pengguna RTH)

Pengelola,

Penghuni,

Pengamatan

Wawancara,

Survei Lapang

7.

Persepsi &

Preferensi tentang

RTH/Taman

Penghuni Rusuna Wawancara/

Kuesioner

Page 30: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

16

Gambar 2. Tahapan Studi

1) Tahap Persiapan

Kegiatannya meliputi penyusunan usulan penelitian, kolokium,

pengurusan izin penelitian, serta penentuan sampel rusuna.

2) Tahap Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan menggunakan metode survei/

pengamatan lapang, wawancara/kuesioner, dan studi pustaka yang

berdasarkan dua pendekatan, yaitu :

Pendekatan pada tapak ditujukan untuk melihat keberadaan dan

kondisi RTH/taman di lingkungan rumah susun sederhana (rusuna).

Pendekatan penghuni rumah susun melalui wawancara dengan

menggunakan kuesioner untuk mengetahui karakter, persepsi dan

aktivitas penghuni rumah susun sebagai pengguna RTH/taman di

lingkungan rumah susun sederhana (rusuna).

Page 31: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

17

3) Tahap Analisis dan Evaluasi

Analisis kecukupan ruang terbuka hijau (RTH)/taman berdasarkan

jumlah penghuni rumah susun dan proporsi luas RTH/taman terhadap

total luas lahan.

Evaluasi kondisi dan penggunaan RTH/taman di lingkungan rumah

susun sederhana (rusuna).

4) Tahap Penyusunan Konsep

Penyusunan konsep dilakukan berdasarkan analisis yang telah

dilakukan sebelumnya, sehingga disusun konsep RTH/taman yang dapat

diterapkan di lingkungan rusuna.

3.4. Teknik Pengambilan Sampel Dalam studi ini, penentuan lokasi sampel rusuna dengan cara Purpossive

Sampling yang berdasarkan : a. Sampel rusuna adalah 30 % dari jumlah rusuna di DKI Jakarta (10 lokasi

sampel).

b. Sampel diambil merata pada setiap kotamadya (5 wilayah kotamadya).

Sedangkan responden dipilih secara simple random sampling dimana

setiap responden mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel, yaitu :

a. Responden merupakan penghuni rusuna yang sedang menggunakan

RTH/taman.

b. Jumlah responden 30 orang pada setiap lokasi rusuna.

Page 32: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

18

BAB IV KONDISI UMUM PROVINSI DKI JAKARTA

4.1. Geografis dan Administratif Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah sebuah provinsi

sekaligus Ibukota Negara Indonesia, mempunyai luas 658,28 km2 (termasuk

Kepulauan Seribu) dengan luas daratan ± 650 km2. Jakarta terletak di bagian

barat laut Pulau Jawa. Secara geografis terletak pada 106˚22'42'' BT sampai

dengan 106˚19'12'' BT dan 5˚19'12'' LS sampai dengan 5˚23'54'' LS. Jakarta

bertopografi landai yang berkisar antara 0-50 m dpl dan dialiri oleh 13 sungai

besar dan kecil yang umumnya berhulu di daerah pegunungan Puncak Jawa

Barat dan wilayah Jakarta sebagai hilirnya.

Kota Jakarta yang merupakan Kota Metropolitan dibagi menjadi 5 (lima)

wilayah administrasi dan 1 (satu) kabupaten, yaitu wilayah Jakarta Selatan,

Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Timur, dan Jakarta Pusat serta Kabupaten

Kepulauan Seribu yang dahulunya merupakan kecamatan di Jakarta Utara serta

terdiri dari 44 Kecamatan dan 267 Kelurahan. Secara administratif Provinsi DKI

Jakarta berbatasan dengan :

• Selatan : Kabupaten Bogor dan Depok

• Utara : Laut Jawa

• Barat : Kabupaten Tanggerang

• Timur : Kabupaten Bekasi

Gambar 3. Peta Administratif DKI Jakarta

Page 33: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

19

4.2. Demografi Kota Jakarta juga dikenal sebagai suatu kota yang memiliki tingkat

keragaman sosial ekonomi penduduk yang tinggi. Jumlah penduduk DKI Jakarta

pada tahun 2007 sekitar 7.563.080 jiwa, namun pada siang hari, angka tersebut

akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi,

Tangerang, Bogor, dan Depok. Jumlah penduduk wilayah DKI Jakarta cenderung

meningkat setiap tahun yaitu terjadi peningkatan jumlah penduduk 2% pertahun.

Posisi DKI Jakarta sebagai pusat perekonomian negara, telah mendorong

banyak orang dari luar Jakarta berbondong-bondong mencari rezeki di Ibu Kota

Indonesia ini. Para pendatang tersebut, banyak yang tidak dibekali dengan

keahlian atau keterampilan khusus, sehingga kehadiran mereka menimbulkan

beberapa dampak sosial yang sangat sulit tertangani, seperti masalah

pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007

Wilayah

Jumlah Penduduk

Luas (Ha)Kepadatan (Jiwa/Ha)

Jiwa Persentase

(%)

Jakarta Pusat 875.275 11,6 4.815 182

Jakarta Utara 1.184.799 15,7 13.739 86

Jakarta Barat 1.571.957 20,8 12.525 126

Jakarta Selatan 1.744.633 23,1 14.573 120

Jakarta Timur 2.166.390 28,6 19.306 112

Kepulauan Seribu 20.026 0,3 870 23

Total 7.563.080 100 65.828 115

Sumber : Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya

4.3. Pola Penggunaan Lahan Pola penggunaan lahan eksisting di wilayah DKI Jakarta didominasi oleh

penggunaan untuk perumahan yaitu sebesar 62,42% dari luas wilayah. Dari

Tabel 6. dapat dilihat bahwa permukiman masih merupakan penggunaan lahan

yang tertinggi. Setiap tahun, kebutuhan akan permukiman terus meningkat,

sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Peningkatan kebutuhan itu makin terasa

di kawasan perkotaan akibat migrasi dan urbanisasi.

Page 34: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

20

Tabel 6. Jenis dan Luas Penggunaan Lahan Per Wilayah Kotamadya (2004)

No. Wilayah

Kota

Jenis dan Luas Penggunaan (Ha)

Perumahan Industri Kantor/

Gudang

RTH/

Taman Lainnya

Luas

Tanah

1. Jakarta

Selatan

10.428,43

(71,6%)

236,08

(1,6%)

1.757,50

(12,1%)

190,91

(1,3%)

1.960,07

(13,4%) 14.573

2. Jakarta

Timur

13.542,84

(72,1%)

1.130,13

(6,0%)

1.798,45

(9,6%)

217,77

(1,2%)

2.083,80

(11,1%) 18.773

3. Jakarta

Pusat

2.968,84

(62,0%)

92,93

(1,9%)

1.068,65

(22,3%)

170,04

(3,6%)

489,54

(10,2%) 4.790

4. Jakarta

Barat

9.023,34

(71,5%)

512,17

(4,1%)

1.253,93

(9,9%)

209,41

(1,7%)

1.607,15

(12,8%) 12.615

5. Jakarta

Utara

7.495,36

(52,7%)

2.171,39

(15,3%)

1.474,61

(10,3%)

126,56

(0,9%)

2.952,07

(20,8%) 14.220

Jumlah 43.467,81 4.142,7 7.353,14 914,69 9.548,40 64.971

Sumber : DKI Jakarta Dalam Angka, tahun 2004

4.4. Ruang Terbuka Hijau Kota

RTH merupakan bagian dari kota yang tidak didirikan bangunan atau

sedikit mungkin unsur bangunan, terdiri dari unsur alam (antara lain vegetasi dan

air) dan unsur binaan (antara lain produksi budi daya, pertanian kota, taman kota,

jalur hijau kota, dan berbagai upaya pelestarian lingkungan) yang berfungsi

meningkatkan kualitas lingkungan. Berbagai fungsi yang terkait dengan

keberadaannya (fungsi ekologis, sosial, ekonomi, dan arsitektural) dan nilai

estetika yang dimilikinya (obyek dan lingkungan) tidak hanya dapat dalam

meningkatkan kualitas lingkungan dan untuk kelangsungan kehidupan

perkotaan, tetapi juga dapat menjadi nilai kebanggaan dan identitas kota. Untuk

mendapatkan RTH yang fungsional dan estetik dalam suatu sistem perkotaan

maka luas minimal, pola dan struktur, serta bentuk dan distribusinya harus

menjadi pertimbangan dalam membangun dan mengembangkannya.

Berdasarkan Undang-undang RI No. 26 tahun 2007, luas RTH kota

adalah minimal 30% dari luas kota tersebut. Rencana Induk Djakarta 1965-1985

mengalokasikan ruang terbuka hijau (RTH) seluas 37,2%. Namun, akibat

pergantian Gubernur terjadi pula perubahan kebijakan dimana telah memangkas

kebutuhan ruang terbuka hijau (RTH) di Jakarta. Mengacu Perda No. 5/1984,

Page 35: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

21

RUTRK (Rencana Umum Tata Ruang Kota) Jakarta 1985-2005, alokasi RTH

menyusut menjadi 25,85%. Sesuai Perda No. 6/1999, Rencana Tata Ruang

Wilayah Jakarta 2000-2010 mempunyai target RTH seluas 13,94%. Namun

sampai saat ini, Jakarta hanya memiliki ruang terbuka hijau (RTH) sejumlah

5.059 Ha (9%) dari luas DKI Jakarta sebesar 65.828 Ha dengan kondisi fungsi

relatif cukup baik. Standar dan kebutuhan akan RTH kota DKI Jakarta mencakup

luasan RTH/taman di lingkungan permukiman untuk bermain dan berolahraga

adalah 1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, 2006).

RTH kota terdapat dalam berbagai bentuk, alami maupun non-alami,

antara lain cagar alam, hutan lindung, hutan kota, taman kota, jalur hijau, jalur

pengaman fasilitas umum, lahan pertanian dan pemakaman, serta RTH pada

area rekreasi dan permukiman (real estate). Berbagai bentuk RTH dalam wilayah

Provinsi DKI Jakarta ini memiliki keragaman dalam fungsi dan kepentingan, dan

juga dalam ukuran serta kondisi dan kualitas penataannya. Namun, ada

kecenderungan terjadinya penurunan luas dan konversi lahan RTH karena

digunakan untuk pembangunan berbagai fasilitas sosial ekonomi yang terus

meningkat. Walaupun demikian, terlihat juga kecenderungan perbaikan fungsi

RTH pada berbagai bagian kota walau tidak merata.

4.5. Jumlah dan Sebaran Rumah Susun Berdasarkan pelaksana proyek pembangunan, rumah susun dibedakan

menjadi dua yaitu rumah susun yang dibangun oleh Dinas Perumahan dan

rumah susun yang dibangun oleh Perum Perumnas. Kedua instansi ini

bertanggung jawab dalam penyediaan hunian di Jakarta, termasuk rumah susun.

Sedangkan berdasarkan hak kepemilikannya, rumah susun dibedakan menjadi

rumah susun sederhana sewa (rusunawa) dan rumah susun sederhana milik

(rusunami).

Penyebaran rusuna di DKI Jakarta (Gambar 4.) yang dibangun oleh

Perumnas yaitu rusunami (rumah susun Klender, Kebon Kacang Tanah Abang,

dan Kemayoran), rusunawa (rumah susun Pulo Gebang, Cengkareng, dan

Kemayoran/Dakota), rumah susun hasil kerjasama (rumah susun Koja kerjasama

Perumnas dengan Pemda DKI dimana tanah rumah susun merupakan tanah

milik Pemda, dan rumah susun Pasar Jum’at kerjasama Perumnas dengan Dinas

Pekerjaan Umum (PU) dimana tanah rumah susun merupakan tanah milik Dinas

PU). Sedangkan penyebaran rumah susun sederhana (rusuna) di DKI Jakarta

Page 36: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

22

yang dibangun oleh Dinas Perumahan (Tabel 7.) yaitu di wilayah Jakarta Pusat

(rumah susun Jati Rawasari, Karet Tengsin, Jati Bunder, Petamburan,

Bendungan Hilir II, dan Tanah Tinggi), Jakarta Utara (rumah susun Kapuk Muara,

Marunda, Nelayan Muara Angke, Penjaringan, Sindang, Semper, dan Sukapura),

Jakarta Barat (rumah susun Flamboyan, Tambora, Pegadungan, Budha Tzu Chi,

dan Cengkareng), Jakarta Selatan (rumah susun Tebet Barat I dan II), serta

Jakarta Timur (rumah susun Pulo Jahe, Pondok Bambu, Cipinang Muara, Tipar

Cakung, Cakung Barat, Pinus Elok, Pulo Gebang, dan Bidara Cina).

Gambar 4. Peta Penyebaran Rumah Susun di Provinsi DKI Jakarta

Page 37: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

23

Tabel 7. Penyebaran Rumah Susun di Provinsi DKI Jakarta

No. Jakarta Pusat Jakarta Utara Jakarta Barat Jakarta Selatan Jakarta Timur

Lokasi Blok Unit Lokasi Blok Unit Lokasi Blok Unit Lokasi Blok Unit Lokasi Blok Unit

1. Jati

Rawasari 2 180 Kapuk Muara 6 700 Flamboyan 6 560

Berlian

Tebet Barat 1 120 Pulo Jahe 3 48

2. Karet

Tengsin 4 468 Marunda 174 1.680 Tambora 8 900

Harum

Tebet Barat 4 320

Pondok

Bambu 2 200

3. Jati Bunder 1 40 Nelayan Muara

Angke 11 664 Pegadungan 2 200

Cipinang

Muara 3 230

4. Petamburan 6 600 Penjaringan 17 950 Budha Tzu

Chi 14 1.100

Tipar

Cakung 10 1.000

5. Bendungan

Hilir II 3 614 Sindang 3 290 Cengkareng 13 1.728

Cakung

Barat 2 160

6. Tanah

Tinggi 6 436 Semper 4 360 Pinus Elok 4 400

7. Tanah

Abang 60 960 Sukapura 1 100

Pulo

Gebang 4 192

8. Kemayoran 34 2.176 Bidara Cina 7 688

9. Klender 78 1.280

Sumber : Dinas Perumahan DKI Jakarta

Page 38: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

24

4.6. Sistem Manajemen/Pengelolaan Rumah Susun Pengelolaan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) milik Dinas

Perumahan dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola Rumah

Susun, sedangkan pengelolaan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) milik

Perumnas dilaksanakan oleh Kantor Regional Khusus Usaha Rumah Sewa.

Pengelola rumah susun mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Penyusunan program dan rencana kegiatan operasional;

2. Pelaksanaan Inventarisasi dan seleksi para calon penghuni rumah susun;

3. Pelaksanaan tata cara penghunian;

4. Pelaksana penyuluhan tentang penghunian rumah susun kepada penghuni

rumah susun;

5. Pemeliharaan satuan rumah susun yang disewakan, fasilitas, utilitas, benda

bersama, bagian bersama, dan tanah bersama;

6. Pemeliharaan kebersihan, keindahan, dan keamanan lingkungan rusun;

7. Penjagaan dan pemeliharaan tata-tertib penghunian rumah susun;

8. Pemungutan sewa/retribusi/biaya lain-lain yang berkaitan dengan rumah

susun dan menyetorkannya ke Perbendaharaan dan Kas Daerah sesuai

dengan peraturan yang berlaku;

9. Penyelenggaraan administrasi pengelolaan rumah susun;

10. Pengawasan dan penertiban terhadap penggunaan satuan rumah susun baik

dari segi peruntukan maupun dari segi status haknya;

11. Pelaksanaan kegiatan ketatausahaan.

Berikut adalah struktur organisasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelola

Rumah Susun :

Gambar 5. Struktur Organisasi UPT Pengelola Rumah Susun

Page 39: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

25

Berbeda dengan rumah susun sederhana sewa (rusunawa), pengelola

rumah susun sederhana milik (rusunami) adalah PPRS (Perhimpunan Penghuni

Rumah Susun) yang merupakan badan independent yang wajib mengelola

rumah susun pemerintah maupun swasta berdasarkan peraturan dan undang-

undang yang berlaku. PPRS bertugas mengelola keseluruhan lingkungan rumah

susun sederhana,milik (rusunami), sedangkan bangunan/ruang yang ditempati

penghuni menjadi tanggung jawab penghuni. Prosedur Pembentukan PPRS

adalah sebagai berikut :

Gambar 6. Prosedur Pembentukan PPRS

Proses Pengesahan Perhimpunan Penghuni Rumah Susun (PPRS) :

1. Pemohon : Mengajukan permohonan

2. Tata Usaha Dinas Perumahan : Menyampaikan permohonan kepada

Kepala Dinas

3. Kepala Dinas Perumahan : Memerintahkan Subdin Perizinan untuk

diteliti

4. Kasubdin Perizinan : Meneliti dan mengkaji dan menyiapkan

surat pengantar dan verbal rancangan

kep. Gubernur DKI

Page 40: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

26

5. Seksi PPRS dan Rumah Kost : Meneliti dan mengkaji materi AD/ART

untuk diserahkan kepada Kepala Dinas

melalui TU

6. Biro Hukum : Menerima dan meneliti berkas

7. Ass. Pembangunan : Menerima berkas dari Biro Hukum untuk

diparaf dan diteruskan kepada Ass.

Kemasyarakatan

8. Ass. Kemasyarakatan : Memberi paraf dan meneruskan berkas

kepada Sekretaris Daerah

9. Sekretaris Daerah : Berkas diparaf dan disampaikan kepada

Gubernur untuk ditandatangani

10. Gubernur : Menandatangani berkas permohonan

11. Biro Hukum : Memberikan penomoran berkas yang

telah ditandatangani Gubernur dan

menyampaikan ke Kepala Dinas

Perumahan cq kasie PPRS

Page 41: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

27

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Kondisi Umum Rumah Susun Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, kondisi umum rusuna (10

sampel) terlihat pada Tabel 8. Pengamatan yang dilakukan yaitu melihat

keberadaan dan kondisi RTH/taman di lingkungan rusuna, serta melihat

penggunaan dan aktivitas penghuni rumah susun sebagai pengguna RTH/taman.

Tabel 8. Kondisi Umum Rusuna (10 sampel)

Dari Tabel 8. terlihat bahwa seluruh (100%) lokasi rusuna yang dijadikan

sampel terdapat RTH/taman di lingkungan rusuna tersebut. Bentuk RTH/taman

yang ada pada setiap rusuna hampir sama dengan rusuna lainnya, yaitu berupa

taman bermain, lapangan olahraga, lahan terbengkalai, dan kebun koleksi

penghuni. Namun kondisi RTH/taman tersebut berbeda-beda, dimana ada yang

terawat dan tidak terawat. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan dan pemeliharaan

Page 42: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

28

dari pengelola yang tidak terlaksana dengan baik, dan juga sikap kurang peduli

penghuni rusuna dalam menjaga dan memelihara lingkungan rusunnya.

5.1.1. Rumah Susun Pulo Gebang

Rumah susun sederhana (rusuna) Pulo Gebang dibangun di atas lahan

Hak Pengelolaan Perum Perumnas yang berlokasi di Jalan Raya Cakung Timur

Kel. Pulo Gebang Kec. Cakung, Jakarta Timur. Status kepemilikan rumah susun

ini adalah sewa (rusunawa). Bangunan rusunawa Pulo Gebang adalah tipe F.21

berlantai 5 sebanyak dua menara kembar (twin block) yang meliputi blok Seruni

1, Seruni 2, Seruni 3, Seruni 4 dengan kapasitas 240 unit terdiri dari 192 unit

hunian dan 48 unit fasilitas umum/sosial/bisnis. Kapasitas penghuni/tingkat

hunian baru mencapai ± 315 penghuni.

Gambar 7. Kondisi Lingkungan Rusuna Pulo Gebang

Rusunawa Pulo Gebang berdiri pada tahun 2000 dan baru dipasarkan

tahun 2002. Pengelola rusuna ini adalah Kantor Regional Khusus Usaha Rumah

Sewa Cabang Jakarta II yang merupakan bagian dari Perum Perumnas.

Page 43: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

29

Pengelolaannya mencakup perbaikan kerusakan bangunan fisik rusunawa

beserta fasilitas dan lingkungan (RTH/taman), pengalokasian dan seleksi

penghuni rusunawa, serta pembuatan surat perjanjian sewa. Fasilitas yang ada

meliputi area parkir, ruang terbuka dan RTH/taman, penerangan listrik dari PLN,

sumber air berasal dari PDAM, dan gas untuk kompor PGN.

Sebelum dibangun menjadi rusuna, lahan ini dahulunya merupakan

sawah. RTH yang terdapat di rusunawa Pulo Gebang antara lain taman depan

kantor (Kantor Regional Khusus Usaha Rumah Sewa) yang berupa taman pasif

(display garden), tanaman balkon (planter balkon), dan lahan hijau yang masih

terbengkalai. Di sekitar rusuna Pulo Gebang terdapat RTH berupa lahan

pertanian (sayuran) yang dikerjakan oleh petani. Namun pada tahun 2008,

dilaksanakan proyek pembangunan rusun di lahan pertanian tersebut dengan

berbagai fasilitas penunjang seperti masjid, taman bermain, sekolah, dan

lapangan olahraga. Penghijauan di rusunawa Pulo Gebang merupakan hasil

kerjasama dengan Dinas Pertanian.

Gambar 8. Kondisi RTH/Taman Rusuna Pulo Gebang

Page 44: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

30

Pada taman pasif, penghuni rusuna hanya dapat menikmati secara visual

RTH/taman tersebut. Hal ini disebabkan rumput pada taman kantor terdapat

larangan untuk diinjak, sehingga membuat penghuni tidak dapat menggunakan

dan memasuki area taman tersebut secara langsung. Sedangkan lahan

pertanian (sayuran) yang terdapat di lingkungan rusuna ini dimanfaatkan

penghuni rusunawa untuk membeli sayuran yang dipanen oleh petani, dan

menikmati pemandangan ladang sayur yang hijau dari teras kamar/selasar

rusuna. Penghuni memanfaatkan planter balkon yang ada untuk menanam

tanaman yang disukai (hobi), serta memeliharanya. Penghuni lebih sering

bersosialisasi di selasar/balkon dibandingkan di lingkungan/RTH/taman rusuna.

5.1.2. Rumah Susun Klender

Rumah susun sederhana (rusuna) Klender dibangun di atas lahan milik

Perum Perumnas yang berlokasi di Jalan I Gusti Ngurah Rai Kel. Malaka Jaya

dan Kel. Malaka Sari Kec. Klender, Jakarta Timur. Luas lahan rusuna Klender

yaitu ± 7,9 Ha dengan perbandingan lahan terbangun 4,4 Ha dan lahan

terbuka/RTH ± 3,5 Ha (hampir 0,5 dari luas keseluruhan).

Gambar 9. Kondisi Lingkungan Rusuna Klender

Page 45: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

31

Rusuna Klender terdiri dari 78 blok dengan jumlah keseluruhan 1280 unit

rumah (1 blok = 16 unit rumah, terdiri dari 4 lantai). Status kepemilikan rusun ini

adalah milik (rusunami). Rusunami Klender dibangun oleh Perumnas, namun

sekarang rumah susun ini diserahkan ke Dinas Perumahan (Pemda). Pengelola

rusunami Klender adalah PPRS Klender (PPRSK). Pengelolaannya meliputi

bagian administrasi (perpanjangan hak, penyediaan loket untuk pembayaran air

dan gas), dari segi fisik antara lain mengelola keseluruhan fasilitas rusunami

Klender (gedung serbaguna, lapangan sepak bola), termasuk kerusakan-

kerusakan bangunan maupun fasilitas. Penghuni rumah susun dikenakan

retribusi sebesar @ Rp. 5.000,- per bulan yang disebut Iuran Perbaikan dan

Pengelolaan Lingkungan (IPPL).

Rusunami Klender dibangun tahun 1982-1983 dan baru dihuni tahun

1984-1985. Fasilitas yang ada di rusuna ini antara lain jalur hijau yang dikelola

oleh Pemda, ruang terbuka/RTH, taman bermain, lapangan olahraga, gedung

serbaguna, dan area parkir. Di rusuna ini terdapat RTH dalam bentuk taman

serbaguna, jalur hijau, kebun koleksi pribadi penghuni, lapangan sepak bola, dan

lahan terbengkalai (digunakan untuk tempat sampah atau membuka warung).

Gambar 10. Kondisi RTH/Taman Rusuna Klender

Page 46: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

32

Taman serbaguna digunakan sebagai tempat bermain, tempat

berkumpul/bersosialisasi penghuni, serta untuk acara-acara tertentu seperti

perayaan 17 Agustus-an, bahkan ada juga yang menggunakannya untuk resepsi

pernikahan. Taman koleksi penghuni yang ada di lingkungan rusuna ini terlihat

menarik dan tertata rapi. Hal ini disebabkan kepedulian penghuni rusuna dalam

menjaga lingkungan dan menciptakan lingkungan rusuna yang asri. Setiap

penghuni rusuna dapat menikmati secara visual taman ini dan juga dapat ikut

serta menjaga dan memelihara tanaman yang ada di dalamnya. Pada jalur hijau

yang berbatasan langsung dengan lingkungan rusuna Klender dapat terlihat

deretan pedagang yang menjual berbagai macam tanaman hias yang tertata

dengan rapi dan menarik. Pada awalnya lahan rusuna ini merupakan tanah milik

masyarakat dalam bentuk rawa dan empang, kemudian dibeli oleh Perumnas

untuk dibangun rumah susun.

5.1.3. Rumah Susun Bandar Kemayoran

Rumah susun sederhana (rusuna) Bandar Kemayoran dibangun di lahan

milik Perum Perumnas yang berlokasi di Kel. Kebon Kosong Kec. Kemayoran,

Jakarta Pusat. Rusuna Kemayoran terdiri dari 4 kompleks rusuna dengan luas

keseluruhan 75.760 m2, yaitu Dakota (15 blok, luas ± 24.215 m2, dibangun tahun

1992), Conver (6 blok, luas ± 13.670 m2, dibangun tahun 1995), Boeing (5 blok,

luas ± 16.250 m2), Apron (8 blok, luas ± 21.625 m2, dibangun tahun 1991).

Status kepemilikan rusuna ini terdiri dari milik (rusunami) dan sewa

(rusunawa). Rusuna Conver, Boeing, dan Apron seluruhnya merupakan rumah

susun sederhana milik (rusunami), sedangkan Dakota terdiri dari rusunami (blok

1, 2, 5, 15) dan rusunawa. Keseluruhan rusuna Kemayoran (rusunami dan

rusunawa) dikelola (hak pengelolaan lahan) oleh DP3KK (Direksi Pelaksanaan

Pengendalian Pembangunan Kompleks Kemayoran) mencakup bangunan, ruang

terbuka, dan RTH/taman. Pada setiap rusunami dibentuk PPRS (Perhimpunan

Penghuni Rumah Susun) yang berfungsi mengelola rusuna, sedangkan

rusunawa masih merupakan tanggung jawab Kantor Regional Khusus Rumah

Sewa Perum Perumnas Cabang Jakarta I.

Alasan penghuni memilih tinggal di rusuna ini antara lain lokasi yang

strategis dan harga rusuna terjangkau. Seperti yang terlihat di lapang bahwa di

sekitar lingkungan rusuna terdapat apartemen mewah yang dapat menimbulkan

kesenjangan sosial, namun pada kenyataannya tidak pernah terjadi konflik antar

Page 47: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

33

penghuni. Penghuni rusuna ini dikenakan iuran/retribusi per bulan sebagai iuran

keamanan, kebersihan, dan parkir kendaraan yang dikelola oleh RW. Kondisi

bangunan fisik rusuna maupun fasilitas umum dan sosial serta utilitas yang ada

dalam keadaan rusak, bocor dan perlu adanya perbaikan. Namun sudah lama

sistem manajemen/pengelolaan tidak berjalan lancar dan perbaikan/renovasi

rusuna tidak pernah dilakukan. Kondisi lingkungan rusuna terlihat kurang tertata

dengan adanya K-5 di lingkungan luar maupun di dalam rusuna.

Gambar 11. Kondisi Lingkungan Rusuna Bandar Kemayoran

Fasilitas yang ada antara lain masjid Akbar Kemayoran, masjid/musholla,

area parkir, saluran air dan gas, ruang terbuka, serta RTH/taman. Pada

lingkungan rusuna ini terdapat ruang terbuka dan RTH/taman berupa taman

serbaguna, taman bermain, kebun penghuni, jalur hijau, lahan terbengkalai, dan

ruang terbuka/plaza. Kondisi sarana dan prasarana yang terdapat di taman ini

terlihat kotor dan tidak terawat karena belum dilakukan renovasi/perbaikan.

Taman secara khusus hanya terdapat di rusuna Dakota dengan konsep

awal taman serbaguna, sedangkan di kompleks rusuna lain (Apron, Boeing dan

Conver) keberadaan taman secara khusus tidak ada, hanya berupa jalur hijau,

Page 48: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

34

dan taman koleksi penghuni. Penggunaan taman ini untuk kepentingan umum,

acara-acara tertentu yang bersifat ceremonial seperti perayaan 17 Agustus-an,

tempat bermain anak, lapangan bola, tempat bersosialisasi, serta kegiatan

Pramuka SD. Taman ini berupa plaza dengan pohon-pohon peneduh.

Gambar 12. Kondisi RTH/Taman Rusuna Bandar Kemayoran

5.1.4. Rumah Susun Tanah Abang

Perencanaan dan pembangunan rumah susun sederhana (rusuna) Tanah

Abang/Kebon Kacang dilaksanakan oleh Perumnas. Rusuna Tanah Abang

terletak di Jalan K.H. Mas Mansyur Kel. Kebon Kacang Kec. Tanah Abang,

Jakarta Pusat. Luas rusuna ± 4 Ha, terdiri dari 60 blok (RW 10 = 32 blok, RW 11

= 28 blok). Jumlah lantai masing-masing blok adalah 4 lantai, dengan luas rumah

penghuni 36 m2. Status kepemilikan pada awalnya adalah sewa (rusunawa),

namun setelah 1 tahun berjalan diambil KPR BTN menjadi angsuran (rusunami).

Rusunami Tanah Abang dibangun tahun 1976 dan selesai tahun 1981.

Sejak tahun 1990 Perumnas tidak bertanggung jawab terhadap rusuna ini.

Pengelola rusuna ini adalah PPRS/RW yang bertugas mengelola RTH/taman,

Page 49: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

35

lapangan, dan keseluruhan lingkungan rusuna, sedangkan bangunan (36 m2)

menjadi tanggung jawab penghuni. PPRS juga berperan mencegah

pembongkaran lingkungan di luar bangunan penghuni oleh pihak ketiga. Dana

pengelolaan rusuna berasal dari warga melalui retribusi per bulan yaitu iuran

pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan (PPL) sebesar Rp. 15.000,- per bulan.

Gambar 13. Kondisi Lingkungan Rusuna Tanah Abang

Penghuni bersifat individualistis dimana lebih baik mengeluarkan uang

daripada kerja bakti bersama (kepedulian terhadap lingkungan masih rendah).

Alasan penghuni memilih tinggal di rusuna ini yaitu letaknya strategis dimana

dekat dengan pusat perdagangan/perbelanjaan (Pusat Grosir Tanah Abang).

Fasilitas yang ada di rusuna ini antara lain taman bermain, lapangan, gedung

serbaguna, masjid, musholla, tempat parkir, transportasi yang mendukung dan

mudah dijangkau, serta sumber air berasal dari PAM. Fasilitas di rusuna ini dapat

dikatakan masih berfungsi dengan baik, dan struktur bangunan yang kuat.

Di lingkungan rusuna ini juga terdapat ruang terbuka dan RTH yang terdiri

dari taman serbaguna, jalur hijau, lahan terbengkalai, lapangan voli dan basket.

RTH/taman ini digunakan penghuni sebagai tempat bermain dan bersosialisasi.

Page 50: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

36

Tanaman awal yang ada, sudah diganti oleh warga karena sudah mati atau

ditebang karena terlalu besar, sebagian besar merupakan tanaman koleksi

pribadi yang ditanam/dibudidaya oleh penghuni.

Gambar 14. Kondisi RTH/Taman Rusuna Tanah Abang

5.1.5. Rumah Susun Sindang-Koja Rumah susun sederhana (rusuna) Sindang-Koja dibangun di atas lahan

bekas kebakaran yang berlokasi di Jalan Sindang Koja Kel. Koja Selatan Kec.

Koja, Jakarta Utara. Status kepemilikan rumah susun ini hanya sebatas sewa

(rusunawa). Rusunawa Sindang-Koja dibangun di atas lahan seluas 9.418 m2,

yang terdiri dari tipe 21 (240 hunian dan 48 unit usaha), dan tipe 30 (50 unit

hunian dan 10 unit usaha).

Rusuna Koja dibangun pada tahun 1999 dan selesai bulan Oktober 2002

oleh Perum Perumnas, kemudian dihuni pada tahun 2003. Pembangunan

rusunawa Sindang-Koja Jakarta Utara bertujuan untuk meremajakan lingkungan

kumuh sepanjang bantaran sungai Kali Sunter Jakarta Utara sesuai dengan

Program Kali Bersih dan penghijauan bantaran sungai di wilayah DKI Jakarta.

Page 51: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

37

Rusunawa Sindang-Koja diperuntukan bagi warga masyarakat yang terprogram

yaitu warga masyarakat korban kebakaran.

Gambar 15. Kondisi Lingkungan Rusuna Sindang-Koja

Pengelola rusunawa Sindang-Koja adalah Perumnas cabang Regional III

yang berperan dalam menerima pembayaran sewa dan pembayaran air,

pengawasan pembangunan seperti kerusakan fasilitas rusuna (terjadi kebocoran,

maupun perbaikan saluran-saluran), sedangkan pengelolaan sampah dilakukan

oleh Dinas Kebersihan DKI Jakarta. Sumber air berasal dari PDAM.

Sarana dan prasarana yang terdapat di rusunawa Sindang-Koja antara

lain Masjid sederhana seluas 120 m2 (masih dalam perencanaan), instalasi

pengolahan air limbah, instalasi pipa saluran air (hydrant) pemadam kebakaran,

jaringan listrik, pertamanan dan penghijauan, serta area parkir. Di rusunawa

Sindang Koja terdapat RTH/taman dalam bentuk taman bermain, lapangan bola,

tanaman pot pada balkon rusun, jalur hijau, dan lahan terbengkalai.

Lapangan yang ada di rusuna ini digunakan oleh penghuni rusuna dan

warga sekitar rusuna untuk tempat bermain bola, bersosialisasi/berkumpul,

maupun untuk acara-acara tertentu seperti sholat Ied, perlombaan 17 Agustus-

Page 52: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

38

an. Penghuni menggunakan taman bermain (umumnya anak-anak) untuk tempat

bermain dan bersosialisasi. Penghuni juga memanfaatkan planter balkon untuk

menanam dan memelihara tanaman pot yang disukai sebagai penyaluran hobi.

Gambar 16. Kondisi RTH/Taman Rusuna Sindang-Koja

5.1.6. Rumah Susun Penjaringan Rumah susun sederhana (rusuna) Penjaringan dibangun dan dikelola

oleh Dinas Perumahan yang berlokasi di Kel. Penjaringan Kec. Penjaringan,

Jakarta Utara. Luas rusuna Penjaringan adalah ± 1 Ha terdiri dari 14 blok (A-N)

dengan total unit hunian 332 unit. Status kepemilikan rusuna ini adalah hanya

sebatas sewa saja (rusunawa).

Rusuna Penjaringan dibangun pada tahun 1996, yang diperuntukkan bagi

masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Pengelola rusunawa adalah Cabang

UPT Pengelola Dinas Perumahan yang berperan menerima uang sewa/retribusi

dan distribusi dari penghuni rusuna, mengelola kebersihan dan keamanan,

menampung keluhan-keluhan mengenai kerusakan-kerusakan yang ada dan

kemudian melaporkannya ke pusat.

Page 53: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

39

Gambar 17. Kondisi Lingkungan Rusuna Penjaringan

Alasan penghuni memilih tinggal di rusuna ini yaitu letaknya strategis

dimana dekat dengan pusat perdagangan/perbelanjaan (Mangga Dua) maupun

stasiun Kota. Kondisi lingkungan rusuna terlihat tertata dan terawat, karena

pengelolaannya berjalan dengan baik. Dana pengelolaan rusuna berasal dari

warga melalui retribusi per bulan yaitu iuran pemeliharaan dan pengelolaan

lingkungan (IPPL) yang dimasukkan ke dalam uang sewa rusun.

Fasilitas yang terdapat di rusuna ini antara lain masjid, tempat parkir,

lapangan olahraga, dan sumber air berasal dari PDAM. Di lingkungan rusuna ini

terdapat RTH dalam bentuk taman serbaguna, jalur hijau, dan lahan terbengkalai

(digunakan untuk tempat sampah atau membuka warung), sedangkan ruang

terbuka terdiri dari lapangan dan plaza. Penggunaan RTH/taman antara lain

untuk tempat bermain, tempat berkumpul/bersosialisasi penghuni, serta acara-

acara tertentu (17 Agustus-an).

Page 54: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

40

Gambar 18. Kondisi RTH/Taman Rusuna Penjaringan

5.1.7. Rumah Susun Harum Tebet Barat Raya Rumah susun sederhana (rusuna) Harum Tebet Barat Raya dibangun

oleh Dinas Perumahan untuk menyediakan hunian yang layak bagi korban

kebakaran yang berlokasi di Jalan Tebet Barat Raya Kel. Tebet Barat Kec.

Tebet, Jakarta Selatan. Luas rumah susun Harum Tebet Barat Raya adalah ± 2

Ha yang terdiri dari 4 blok (A, B, C, D) dengan total unit hunian 320 unit (1 blok =

80 unit hunian, 1 lantai = 20 unit hunian) berlantai 5 (lima) dimana lantai dasar

hanya digunakan untuk unit usaha.

Status kepemilikan rusuna ini adalah milik (rusunami). Pada awalnya,

lahan ini merupakan lahan kosong Pemda DKI Jakarta dan jalur hijau yang

kemudian dibangun oleh Dinas Perumahan menjadi rumah susun. Pada tahun

1994 terjadi kebakaran di lingkungan permukiman warga, kemudian dibangun

rumah susun tahun 1995 dan dihuni tahun 1996. Penghuni rumah susun Harum

Tebet Barat Raya adalah warga terprogram yaitu korban kebakaran yang

bermukim pada lahan tersebut.

Page 55: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

41

Gambar 19. Kondisi Lingkungan Rusuna Harum Tebet Barat Raya

Pengelola rumah susun Harum Tebet Barat Raya adalah PPRS yang

berperan dalam mengatur distribusi listrik, keamanan, kebersihan, mengelola

bangunan gedung, (lantai dan kerusakan fisik), mengelola fasilitas yang ada,

serta mengelola lingkungan rusuna ini. Penghuni dikenakan retribusi yang

disebut uang sarana digunakan untuk uang kebersihan dan keamanan. Fasilitas

yang terdapat di rusuna ini antara lain Musholla, TPA, Posyandu, Karang Taruna,

tempat parkir, dan ruang serbaguna yang digunakan untuk resepsi pernikahan,

ataupun acara-acara tertentu. Kondisi fasilitas yang terdapat di rumah susun

Harum Tebet Barat Raya masih berfungsi dengan baik.

Di rumah susun Harum Tebet Barat Raya terdapat RTH/taman dalam

bentuk taman bermain, kebun koleksi penghuni, jalur hijau, maupun lahan

terbengkalai. Luas RTH pada rusuna ini ± 1/2 dari luas keseluruhan, yang

sisanya ± 1/2 adalah ruang terbangun. Penggunaan RTH/taman antara lain untuk

tempat bermain, tempat berkumpul/bersosialisasi penghuni, serta untuk acara-

acara tertentu (17 Agustus-an). Kondisi lingkungan rusuna ini terlihat asri dan

terawat serta bentuk bangunan rusuna yang menarik. Hal ini dikarenakan

pengelolaannya berjalan dengan baik.

Page 56: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

42

Gambar 20. Kondisi RTH/Taman Rusuna Harum Tebet Barat Raya

5.1.8. Rumah Susun Berlian Tebet Barat Raya Rumah susun sederhana (rusuna) Berlian Tebet Barat Raya dibangun

pada lahan bekas kebakaran yang berlokasi di Jalan Tebet Barat Raya Kel.

Tebet Barat Kec. Tebet, Jakarta Selatan. Lokasi rusuna ini dekat dengan rusuna

Harum Tebet Barat Raya. Status kepemilikan rumah susun Berlian Tebet Barat

Raya adalah milik (rusunami). Rusuna ini dibangun tahun 2001 oleh Pemda DKI

Jakarta (Dinas Perumahan) yang terdiri dari 2 (dua) blok tipe 21 dengan total unit

hunian 120 unit.

Pada awalnya lahan ini merupakan perumahan warga, namun terjadi

kebakaran sehingga Dinas Perumahan membangun rumah susun pada lahan ini.

Penghuni rumah susun Berlian Tebet Barat Raya merupakan korban kebakaran

yang dialokasikan oleh Pemda untuk tinggal di rumah susun ini. Penghuni yang

memiliki unit hunian rusuna ada yang menempatinya sendiri dan ada juga yang

disewakan kepada orang lain. Penghuni rusuna ini adalah warga Jakarta, tetapi

penghuni rusuna yang menyewa rusunami ini adalah warga pendatang seperti

Bogor, Bandung, dan Palembang. Pada siang hari penghuni biasanya jarang

berada di rusuna karena bekerja.

Page 57: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

43

Gambar 21. Kondisi Lingkungan Rusuna Berlian Tebet Barat Raya

Pengelola rumah susun Berlian Tebet Barat Raya adalah PPRS yang

berperan dalam mengatur dan menjaga keamanan maupun kebersihan rusuna

beserta lingkungan dan fasilitas yang merupakan bagian bersama. Bagian

bersama terdiri dari tangga, atap, saluran air, tempat pembuangan kotoran

berupa pipa/paralon, dimana apabila terjadi kerusakan ditanggung bersama.

PPRS juga berperan mencegah pembongkaran lingkungan di luar bangunan

penghuni oleh pihak ketiga. Dana pengelolaan rusun berasal dari warga melalui

retribusi per bulan yang meliputi iuran pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan.

Fasilitas yang ada di rumah susun Berlian Tebet Barat Raya antara lain

masjid, taman bermain, area parkir, dan sumber air yang berasal dari PAM. Di

rumah susun Berlian Tebet Barat Raya terdapat RTH/taman dalam bentuk taman

bermain dan taman pasif (display garden). Penggunaan RTH/taman ini antara

lain untuk tempat bermain dan bersosialisasi, namun penghuni jarang

menggunakan RTH/taman ini karena kesibukan dalam beraktivitas dan bekerja

sehari-hari. Sehingga dapat dikatakan keberadaan dan RTH/taman di rusuna ini

dapat dikatakan belum efektif penggunaannya.

Page 58: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

44

Gambar 22. Kondisi RTH/Taman Rusuna Berlian Tebet Barat Raya

5.1.9. Rumah Susun Flamboyan Rumah susun sederhana (rusuna) Flamboyan dibangun dan dikelola oleh

Dinas Perumahan yang berlokasi di Jalan Flamboyan Kel. Cengkareng Barat

Kec. Cengkareng, Jakarta Barat. Luas rusuna Flamboyan adalah ± 2 Ha dimana

perbandingan antara ruang terbangun dan ruang terbuka adalah 1 : 1 (1 Ha

untuk ruang terbangun dan 1 Ha untuk ruang terbuka). Rusuna ini terdiri dari 6

blok (A, B, C, D, E, dan F). Blok A, B, C, dan D, berlantai 4, sedangkan blok E,

dan F berlantai 5 dengan total unit hunian 560 unit. Status kepemilikan rusuna ini

adalah hanya sebatas sewa saja (rusunawa).

Rusuna Flamboyan disebut juga rusuna Bulak Wadon dan dibangun pada

tahun 1996. Pada awalnya, lahan ini merupakan rawa yang dapat dikatakan

angker sehingga warga tidak mau menempati rusuna ini. Namun, Pemda

(Pemerintah Daerah) mengajak masyarakat secara persuasif untuk memilih

tinggal di rusuna ini agar dapat memiliki tempat tinggal yang layak huni.

Pengelola rusuna ini adalah Cabang UPT Pengelola Dinas Perumahan yang

berperan menerima retribusi dan distribusi dari penghuni rusuna, serta

Page 59: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

45

menampung keluhan-keluhan mengenai kerusakan-kerusakan yang ada dan

kemudian melaporkannya ke pusat.

Gambar 23. Kondisi Lingkungan Rusuna Flamboyan

Akses menuju rusuna ini kurang baik, karena terjadi genangan air/banjir

di depan pintu masuk rusuna apabila hujan turun. Fasilitas yang terdapat di

rusuna ini antara lain masjid, tempat parkir, TK/Play Group, lapangan olahraga,

serta sumber air berasal dari PDAM dan air tanah. Di lingkungan rusuna ini

terdapat RTH/taman, berupa taman serbaguna, lapangan, dan lahan

terbengkalai yang digunakan oleh penghuni rusuna untuk tempat penumpukan

sampah rumah tangga. Di sekitar rusuna juga terdapat rawa dan kolam-kolam

budidaya ikan oleh masyarakat. Kondisi lingkungan dan RTH/taman yang

terdapat di rusuna ini terlihat kotor dan tidak terawat atau tidak tertata dengan

baik. RTH/taman yang ada, saat ini digunakan untuk tempat pengumpulan

sampah di lingkungan rusuna, maupun tempat pedagang berjualan. Walaupun

demikian, penghuni tetap menggunakan area ini untuk bersosialisasi antar

penghuni.

Page 60: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

46

Gambar 24. Kondisi RTH/Taman Rusuna Flamboyan

5.1.10. Rumah Susun Tambora Rumah susun sederhana (rusuna) Tambora dibangun oleh Dinas

Perumahan yang berlokasi di Jalan Angke Jaya Kel. Angke Kec. Tambora,

Jakarta Barat. Luas rusuna Tambora adalah ± 2 Ha yang terdiri dari 9 blok,

dimana Tambora I = 2 Blok (A dan B), Tambora II = 2 Blok (C dan D), Tambora

III = 3 Blok (A, B, dan C), Tambora IV = 2 Blok (A dan B) dengan total unit hunian

900 unit. Lantai dasar rusuna ini tidak digunakan sebagai unit hunian, melainkan

hanya digunakan untuk unit usaha. Status kepemilikan rusuna ini terdiri dari

sewa (rusunawa) yaitu Tambora I (blok A dan B), Tambora II (blok C dan D),

Tambora III (blok C), dan Tambora IV (blok A dan B) dan milik (rusunami) yaitu

Tambora III (blok A dan B). Lokasi rusuna ini dekat dengan kali Jembatan Besi,

namun lingkungan rusuna ini bukan merupakan daerah rawan banjir.

Pada awalnya, lahan ini merupakan permukiman warga yang kemudian

lahannya dibebaskan oleh Dinas Perumahan untuk dibangun menjadi rumah

susun sederhana (rusuna). Pengelola rusunawa adalah Cabang UPT Pengelola

Dinas Perumahan yang berperan menerima uang sewa/retribusi dan distribusi

dari penghuni rusuna, mengelola kebersihan dan keamanan, serta menampung

Page 61: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

47

keluhan-keluhan mengenai kerusakan-kerusakan yang ada dan kemudian

melaporkannya ke pusat, sedangkan rusunami dikelola oleh PPRS

(Perhimpunan Penghuni Rumah Susun).

Gambar 25. Kondisi Lingkungan Rusuna Tambora

Alasan penghuni memilih tinggal di rusuna ini yaitu karena faktor ekonomi

(harga sewa terjangkau), lokasi strategis, dan dekat dengan tempat kerja.

Fasilitas yang terdapat di rusuna ini antara lain masjid, tempat parkir, lapangan

olahraga, instalasi pengolahan air limbah, aula, hydrant, dan sumber air berasal

dari PDAM. Di lingkungan rusuna ini terdapat RTH/taman dan ruang terbuka

berupa kebun koleksi pribadi penghuni, jalur hijau, lapangan, dan lahan

terbengkalai yang digunakan oleh penghuni rusuna untuk tempat penumpukan

sampah rumah tangga atau gerobak jualan. Kondisi RTH/taman dan ruang

terbuka yang terdapat di rusuna ini terlihat kotor dan tidak terawat atau tertata

dengan baik, namun fasilitas yang ada di dalamnya masih berfungsi dengan baik.

Walaupun demikian, penghuni tetap menggunakan area ini untuk bermain,

berolahraga, dan bersosialisasi.

Page 62: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

48

Gambar 26. Kondisi RTH/Taman Rusuna Tambora

5.2. Ruang Terbuka Hijau (RTH)/Taman Rumah Susun

Pembangunan rumah susun ini tidak hanya terbatas pada aspek fisik

bangunannya saja, tetapi keberadaan RTH di lingkungan rumah susun juga

harus diperhitungkan. Dalam hal ini yang menjadi tujuan dari keberadaan

RTH/taman pada lingkungan rumah susun lebih ditekankan pada terbangunnya

suatu RTH/taman dalam bentuk taman-taman interaktif berupa taman

lingkungan, taman bermain, dan lapangan olahraga, serta ada juga yang

membutuhkan taman untuk bersantai dan bersosialisasi. Penggunaan

RTH/taman oleh penghuni rumah susun yaitu sebagai tempat untuk

bersosialisasi dan berekreasi, serta memberi kontribusi positif terhadap

peningkatan kualitas lingkungan dan estetika.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, kondisi RTH/taman rusuna (10

sampel) terlihat pada Tabel 9. Hampir keseluruhan RTH/taman memiliki konsep

yang sama. RTH/taman tersebut diarahkan menjadi tempat bermain anak dan

tempat bersosialisasi. Sedangkan bentuk dan komposisi RTH/taman disesuaikan

dengan kebutuhan penghuni dan penggunaannya, hal ini terlihat pada Tabel 10.

Page 63: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

49

Tabel 9. Kondisi RTH/Taman Rusuna (10 sampel)

Page 64: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

50

Page 65: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

51

Tabel 10. Bentuk dan Komposisi RTH/Taman Rusuna (10 sampel)

Page 66: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

52

5.3. Analisis Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Jumlah Penghuni Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, terlihat pada setiap rusuna (10

sampel) terdapat RTH/taman. RTH/taman yang ada, digunakan penghuni rusuna

sebagai tempat bermain anak dan tempat bersosialisasi. Berikut ini adalah tabel

kecukupan RTH/taman berdasarkan kebutuhan per jiwa :

Tabel 11. Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Luas RTH Per Jiwa

* Standar kecukupan RTH di lingkungan permukiman berdasarkan luas RTH per

jiwa untuk bermain dan berolahraga adalah 1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan Ruang

Departemen PU, 2006)

Dari Tabel 11. dapat terlihat bahwa 100% dari rumah susun yang diamati,

luas RTH/taman tersebut mencukupi kebutuhan penghuni rusuna berdasarkan

luas RTH per jiwa. Dimana nilai perbandingan antara luas RTH/taman dengan

jumlah penghuni rusuna pada 10 lokasi sampel berkisar 2,0 - 63,5 m2/jiwa, ini

Page 67: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

53

berarti nilai tersebut lebih dari standar kecukupan RTH di lingkungan

permukiman berdasarkan luas RTH/jiwa yaitu 1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan

Ruang Departemen PU, 2006). Pada rusuna Pulo Gebang terlihat nilai

perbandingan antara luas RTH/taman dengan jumlah penghuni rusuna sangat

tinggi yaitu 63,5 m2/jiwa, hal ini disebabkan belum seluruh unit rusuna yang ada

terisi oleh penghuni.

5.4. Analisis Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Luas Lahan Pembangunan rumah susun tidak hanya terbatas pada aspek fisik

bangunannya saja, tetapi keberadaan ruang-ruang terbuka dan RTH/taman di

lingkungan rumah susun juga harus diperhitungkan luasannya. Dimana luas

RTH/taman mengacu pada Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007 yaitu 30%

dari luas lahan (Tabel 12).

Tabel 12. Kecukupan RTH/Taman Berdasarkan Luas Lahan

* Standar kecukupan RTH berdasarkan UU RI No. 26 tahun 2007 adalah 30% dari luas lahan

Page 68: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

54

Berdasarkan Tabel 12. terlihat bahwa 70% dari rumah susun yang

diamati, keberadaan RTH/taman di lingkungan rusuna tersebut mencukupi

dengan luasan RTH/taman lebih dari 30% luas lahan yang ada. Hal ini

dikarenakan pada awal pembangunan rusuna, telah direncanakan area

terbangun dan area tidak terbangun yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka

dan RTH/taman, serta tidak adanya penambahan bangunan baru oleh penghuni

pada area terbuka atau RTH/taman. Sedangkan 30% dari rumah susun yang

diamati, keberadaan RTH/taman tidak mencukupi, dimana luas RTH/taman

tersebut di bawah 30% dari luas lahan, karena adanya perubahan desain awal

rusuna berupa penambahan bangunan baru pada area terbuka atau RTH/taman.

5.5. Evaluasi Kondisi dan Penggunaan RTH/taman Rumah Susun

Bentuk RTH/taman yang ada pada setiap rusuna tidak berbeda dengan

rusuna lainnya, yaitu berupa taman bermain, lapangan olahraga, kebun koleksi

penghuni rusuna, dan lahan terbengkalai. Fasilitas yang ada pada RTH/taman

antara lain lampu dan bangku taman, taman bermain, tempat sampah, serta

hydrant. Pemeliharaan RTH/taman dilakukan oleh pihak pengelola dan penghuni

rusuna. Kondisi RTH/taman tersebut ada yang terlihat terawat dan tidak. Hal ini

dikarenakan pemeliharaan dan pengelolaan kurang berjalan dengan baik,

maupun sikap penghuni rusuna yang kurang peduli menjaga lingkungannya.

RTH/taman yang ada digunakan untuk bermain dan berekreasi, tempat

berkumpul/bersosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-

an). Penggunaan RTH/taman yang ada di lingkungan rumah susun belum

seluruhnya optimal karena tidak sesuai dengan fungsi penggunaannya. Hal ini

dapat terlihat RTH/taman yang ada digunakan untuk tempat berdagang dan

berjualan (pedagang kaki lima), sehingga membuat RTH/taman terkesan kotor

dan tidak tertata. Selain itu, RTH berupa lahan-lahan terbengkalai dijadikan

tempat penumpukan sampah yang menjadikan lingkungan rusuna terlihat kotor

dan tidak indah. Walaupun demikian, RTH/taman yang ada tetap digunakan oleh

penghuni rusuna sebagai tempat bermain dan bersosialisasi karena terbatasnya

ruang terbuka publik yang dapat menggantikan fungsi RTH/taman tersebut.

Penggunaan lahan di sekitar kawasan permukiman rumah susun ini

adalah lahan perumahan mendatar (landed house). Kondisi ini berimplikasi pada

terbatasnya ruang-ruang terbuka dan RTH/taman bagi masyarakat di lingkungan

rumah susun. Sehingga kehadiran dan keberadaan RTH/taman sebagai bagian

Page 69: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

55

dari lingkungan rumah susun sangat diperlukan, karena tidak hanya merupakan

tempat berkumpul penghuni untuk bersosialisasi dan berekreasi, melainkan juga

memberi kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan estetika.

Tabel 13. Evaluasi Kondisi RTH/Taman Rusuna

* Evaluasi kondisi RTH/taman rusuna berdasarkan pengamatan

Dari Tabel 13. terlihat kondisi RTH/taman ada yang terawat dan tidak. Hal

ini berdasarkan kondisi fasilitas dan kebersihan, serta suasana RTH/taman

tersebut, dimana dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pengguna. Kondisi

RTH/taman yang kurang terawat, dikarenakan pemeliharaan dan pengelolaan

oleh pihak pengelola kurang berjalan dengan baik, maupun sikap kurang peduli

penghuni rusuna terhadap lingkungan. Pengelolaan sampah di lingkungan

rusuna dilaksanakan oleh pihak pengelola yang bekerjasama dengan Dinas

Kebersihan dan peran serta penghuni rusuna. Suasana RTH/taman rusuna

terasa teduh karena penggunaan tanaman pohon di dalam RTH/taman rusuna.

Page 70: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

56

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan penghuni rusuna,

penggunaan RTH/taman rusuna terlihat pada Gambar 27 sampai Gambar 29.

0

10

20

30

40

50

Anak‐anak Remaja Dewasa

Gambar 27. Pengguna RTH/Taman Rusun

05

1015202530354045

Bermain Bersosialisasi Olahraga Duduk‐duduk

Gambar 28. Kegiatan pada RTH/Taman Rusun

05

1015202530354045

Pagi Siang Sore Malam

Gambar 29. Waktu Pemanfaatan RTH/Taman Rusun

% Pengguna

% Pengguna

% Pengguna

Page 71: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

57

Dari Gambar 27. terlihat pengguna RTH/taman sebagian besar adalah

anak-anak, dimana mereka membutuhkan ruang untuk bermain dan berekreasi

di ruang luar (outoor). Pada Gambar 28. RTH/taman yang ada digunakan oleh

penghuni rusuna untuk kegiatan bersosialisasi antar penghuni rusuna. Pada pagi

hari, RTH/taman rusuna digunakan oleh orang dewasa untuk berolahraga seperti

lari pagi dan senam. Namun, penghuni rusuna lebih sering menggunakan

RTH/taman rusuna (Gambar 29.) pada sore hari, karena aktivitas atau pekerjaan

mereka sehari-hari telah selesai dilakukan. Kegiatan yang dilakukan pada sore

hari antara lain bersosialisasi, bermain, atau hanya duduk-duduk di taman.

5.6. Keinginan Penghuni Rumah Susun Terhadap RTH/taman

Berdasarkan data yang diperoleh, diketahui bahwa penghuni rumah

susun menginginkan keberadaan RTH/taman di lingkungan rumah susunnya.

Penghuni rumah susun menghendaki RTH/taman yang mudah dicapai dan

dimasuki, dilengkapi dengan berbagai fasilitas rekreasi terutama tempat bermain

untuk anak-anak (taman bermain) dan orang dewasa (lapangan olahraga dan

jogging track), serta ditanami pohon peneduh yang lebih banyak. Fasilitas lain

yang diinginkan adalah tersedianya lampu penerangan, selain untuk penggunaan

malam hari juga untuk aspek keamanan, air bersih, dan tempat sampah,

sedangkan utilitas yang diinginkan adalah saluran drainase.

Kebutuhan penghuni rumah susun akan RTH/taman pada umumnya

adalah dalam bentuk RTH/taman yang dapat berfungsi sosial yaitu tempat untuk

berinteraksi dengan penghuni rumah susun lainnya secara santai dan berfungsi

fisik yaitu untuk kegiatan olahraga dan untuk kenyamanan. Ruang-ruang yang

dibutuhkan dalam hal ini adalah RTH/taman dalam bentuk lapangan olahraga,

taman bermain dan ada juga yang membutuhkan taman untuk bersantai dan

bersosialisasi. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya ruang-ruang gerak pada

bangunan rumah susun yang berbentuk vertikal serta masih terbatasnya

keberadaan lahan terbuka yang bersifat publik untuk bersantai dan berinteraksi

antar penghuni rumah susun. Sehingga kehadiran dan keberadaan RTH/taman

sebagai bagian dari lingkungan rumah susun sangat diperlukan, karena tidak

hanya merupakan tempat berkumpul penghuni untuk bersosialisasi dan

berekreasi, melainkan juga memberi kontribusi positif terhadap peningkatan

kualitas lingkungan dan estetika.

Page 72: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

58

BAB VI KONSEP

6.1. Konsep Dasar RTH/Taman Rumah Susun Keberadaan RTH/taman memiliki fungsi sosial yang tinggi, dimana

digunakan untuk tempat bersantai dan memanfaatkan waktu luang, seperti untuk

berjalan-jalan, bermain, olahraga, bersepeda, melihat-lihat, duduk-duduk, dan

sebagainya. RTH/taman yang berfungsi dengan baik akan menciptakan suatu

hubungan langsung di antara ruang dan orang-orang yang berada di

sekelilingnya. RTH/taman rumah susun perlu mempunyai konsep dasar yang

mengakomodasi beberapa fungsi, yaitu :

1) Meningkatkan kualitas lingkungan melalui kenyamanan, kesegaran, dan

keindahan yang berasal dari tatanan elemen-elemen ruang pembentuk

RTH/taman (soft material dan hard material).

2) Memenuhi kebutuhan akan ruang rekreasi ruang luar (out door) bagi

penghuni rumah susun, melalui ruang-ruang rekreatif, santai, penyaluran

hobi, dan edukatif pada taman-taman tersebut.

3) Menyediakan ruang sosialisasi dan kebersamaan, melalui rancangan

ruang-ruang interaksi sosial, sehingga dapat menciptakan rasa toleransi,

kebersamaan, kerukunan, kepedulian sosial antar penghuni rumah susun,

dan rasa memiliki, serta menjamin kelestarian, kebersihan, dan

penggunaannya, melalui pemeliharaan dan pengelolaan RTH/taman.

6.2. Peningkatan Kualitas RTH/Taman Rumah Susun Untuk peningkatan kualitas RTH/taman rusuna, konsep dasar RTH/taman

rumah susun tersebut dikembangkan secara teknis mencakup acuan luas

minimal, jenis ruang, fasilitas, tata hijau dan jenis tanaman, serta

pengelolaannya.

1) Luas Minimal

Dalam pembangunan rumah susun, harus diperhitungkan luas

lahan terbangun dan terbuka (RTH/taman). Luas RTH/taman rumah

susun idealnya mengikuti standar kecukupan RTH di lingkungan

permukiman berdasarkan luas RTH per jiwa yaitu 1,5 m2/jiwa (Dirjen

Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006). Sedangkan, luas

Page 73: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

59

RTH berdasarkan Undang-undang RI No. 26 Tahun 2007 tentang

Penataan Ruang, yaitu 30% dari luas area. Dengan acuan ini, diharapkan

RTH/taman dapat tersedia untuk memenuhi kebutuhan penghuni rusun.

Konsep/desain taman harus menarik, sederhana, serta menjamin

keamanan dan kenyamanan.

2) Jenis Ruang

Jenis ruang yang disediakan harus disesuaikan dengan karakter

penghuni rumah susun. Idealnya tersedia ruang aktivitas yang dapat

memenuhi kebutuhan penghuni, baik anak-anak maupun dewasa secara

umum. Jenis ruang tersebut (Gambar 30) dapat dibagi menjadi ruang

aktif, ruang pasif, dan ruang serbaguna.

Gambar 30. Pola Pembagian Ruang

a. Ruang aktif digunakan penghuni rumah susun sebagai tempat

rekreasi ruang luar (out door) yang berupa taman bermain (children

play ground) dan lapangan olahraga (Gambar 31). Jenis-jenis

kegiatan yang dapat masuk dalam ruang ini yaitu bermain, dan

olahraga. Fasilitas yang ada di ruang ini antara lain taman bermain

anak-anak, gazebo, lapangan olahraga, bangku taman, lampu taman,

dan tempat sampah.

Pintu Utama

Ruang Aktif

Ruang Pasif

Bangunan Rusuna

Ruang

Serbaguna

Area Parkir

Masjid

Page 74: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

60

Gambar 31. Bentuk ruang aktif RTH/taman rusun

b. Ruang pasif digunakan penghuni rumah susun sebagai tempat untuk

sosialisasi, istirahat dan santai (Gambar 32). Jenis-jenis kegiatan

yang dapat masuk dalam ruang ini yaitu bersosialisasi, membaca,

istirahat, dan duduk-duduk. Fasilitas yang ada di ruang ini antara lain

gazebo, bangku taman, lampu taman, dan tempat sampah.

Gambar 32. Bentuk ruang pasif RTH/taman rusun

Page 75: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

61

c. Ruang umum/serbaguna digunakan penghuni rumah susun untuk

kegiatan bersama (Gambar 33). Jenis-jenis kegiatan dalam ruang ini

antara lain acara 17 Agustus-an, upacara, maupun resepsi

pernikahan.

Gambar 33. Bentuk ruang umum/serbaguna rusun

3) Fasilitas Pendukung RTH/Taman Rumah Susun

Sarana atau fasilitas pada RTH/taman dibuat untuk

mengakomodasikan berbagai aktivitas penghuni rumah susun yang

berlangsung pada setiap jenis ruangnya (ruang bermain, ruang olahraga,

dan ruang santai) sesuai dengan fungsinya (interaksi sosial aktif, interaksi

sosial pasif, kenyamanan lingkungan, dan sebagainya). Utilitas yang

tersedia antara lain sumber air dan sarana penyiraman, jaringan listrik,

serta drainase. Desain fasilitas menggunakan bentuk yang sederhana

tetapi tetap menarik, kuat dan tahan lama untuk mempermudah dalam

pemeliharaan dan pengelolaannya. Penyediaan fasilitas (Gambar 34.)

pada setiap RTH/taman disesuaikan dengan konsep ruang yang

direncanakan.

Page 76: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

62

Gambar 34. Fasilitas pendukung RTH/taman rusun

4) Tata Hijau dan Jenis Tanaman

Tata hijau yang dikembangkan adalah untuk memenuhi fungsinya

pada ruang-ruang yang ada, yang terdiri dari :.

a) Tata hijau untuk peneduh dikembangkan pada ruang aktif (taman

bermain/children play ground dan lapangan olahraga), yang ditujukan

untuk meningkatkan kenyamanan. Tanaman yang digunakan adalah

pohon yang memiliki karakteristik berupa tajuk lebar dan berbentuk

bulat, berfungsi sebagai peneduh.

b) Tata hijau pembatas ditujukan untuk pembatas ruang aktif dan ruang

pasif, serta menghalangi pandangan yang kurang bagus. Tanaman

yang digunakan adalah tanaman semak yang ditanam secara masal

dan pohon yang bertajuk kolumnar.

c) Tata hijau estetis bertujuan untuk memberikan nilai estetika dan

meningkatkan kualitas lingkungan. Tanaman yang digunakan adalah

tanaman dengan bunga yang indah, memiliki daun yang khas, dan

disajikan secara masal.

d) Tata hijau yang berfungsi meningkatkan kualitas ekologis yaitu

menurunkan suhu, pengundang satwa (burung), penjerap polutan,

Page 77: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

63

menahan air, dan mengurangi erosi. Tata hijau ini dapat

dikembangkan dengan penanaman pohon dan tanaman yang

beragam serta berkesinambungan menghubungkan ruang-ruang

terbuka yang ada. Pengembangan roof garden dan tanaman pot

(planter box) pada balkon rumah susun, juga dapat berfungsi untuk

meningkatkan kualitas lingkungan dan estetika, serta dapat menjadi

sarana penyaluran hobi penghuni rumah susun dalam membuat

taman pada area yang terbatas.

e) Tata hijau produktif ditujukan untuk memenuhi kebutuhan penghuni

rumah susun, maupun memberikan nilai ekonomi (untuk dijual) yaitu

tanaman hias, tanaman buah, tanaman herbal, maupun tanaman

sayur. Tanaman yang dikembangkan adalah tanaman dengan bunga

yang indah, memiliki daun yang khas, menghasilkan buah, dapat

digunakan sebagai herbal alami, serta dapat dikonsumsi.

RTH dibangun dari kumpulan tumbuhan dan tanaman atau vegetasi

yang telah diseleksi dan disesuaikan dengan lokasi serta rencana dan

rancangan peruntukkannya. Untuk keberhasilan rancangan, penanaman dan

kelestariannya maka sifat dan ciri serta kriteria arsitektural dan hortikultural

tanaman dan vegetasi penyusun RTH harus menjadi bahan pertimbangan

dalam menyeleksi jenis-jenis yang akan ditanam. Jenis tanaman yang

digunakan sebaiknya memiliki fungsi dan kriteria sebagai berikut :

a. Dapat meningkatkan kualitas lingkungan ekologis.

b. Memiliki nilai estetika (menciptakan estetika).

c. Memiliki fungsi fisik sebagai peneduh, pembatas, screen, dan alas

(ground cover).

d. Memiliki nilai ekonomi (produktif).

5) Pengelolaan RTH/Taman Rumah Susun

Dalam merencanakan RTH/taman juga harus memperhatikan

sistem manajemen atau pengelolaan terhadap keberadaan dan

penggunaan RTH/taman tersebut, dimana RTH/taman yang dibuat tidak

akan bertahan lama jika tidak dikelola dengan baik. Pengelolaan

RTH/taman merupakan kegiatan melaksanakan dan memelihara fungsi

dan bentuk serta konsep awal yang direncanakan pada RTH/taman

Page 78: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

64

tersebut. Dalam kegiatan pemeliharaan RTH/taman ini, selain

dilaksanakan oleh pengelola rumah susun (PPRS, Dinas Perumahan, dan

Perumnas), sebaiknya juga melibatkan partisipasi penghuni melalui

kegiatan gotong royong secara terjadwal dan kontinu. Hal ini dapat

meningkatkan kebersamaan, intensitas bertemu, dan komunikasi para

penghuni rumah susun.

Page 79: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

65

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Dari 10 lokasi rusuna di wilayah DKI Jakarta yang diamati, semuanya

terdapat RTH/taman. Bentuk dan konsep RTH/taman yang ada pada setiap

rusuna hampir sama dengan rusuna lainnya, yaitu berupa taman bermain,

lapangan olahraga, kebun koleksi penghuni rusuna, dan lahan terbengkalai.

Keberadaan RTH/taman pada masing-masing sampel rusuna memiliki luas,

proporsi, dan kecukupan yang sudah mencukupi berdasarkan luas RTH per jiwa,

dimana 100% dari rusuna (10 lokasi sampel) yang diamati memiliki luas RTH

yang sudah mencukupi kebutuhan per jiwa. Nilai luas RTH per jiwa pada 10

lokasi sampel ini berkisar antara 2,0 - 63,5 m2/jiwa, ini berarti nilai tersebut lebih

dari standar kecukupan RTH di lingkungan permukiman berdasarkan luas

RTH/jiwa yaitu 1,5 m2/jiwa (Dirjen Penataan Ruang Departemen PU, 2006). Pada

rusuna Pulo Gebang terlihat nilai perbandingan antara luas RTH/taman dengan

jumlah penghuni rusuna sangat tinggi yaitu 63,5 m2/jiwa, hal ini disebabkan

belum seluruh unit rusuna yang ada terisi oleh penghuni.

Namun berdasarkan ketentuan UU RI No. 26 Tahun 2007, luas RTH

harus 30% dari luas lahan, maka luas RTH pada 7 lokasi sampel (70%) dari

rumah susun yang diamati, telah memenuhi/mencukupi. Hal ini dikarenakan pada

awal pembangunan rusuna, telah direncanakan area terbangun dan area tidak

terbangun yang diperuntukkan sebagai ruang terbuka dan RTH/taman, serta

tidak adanya penambahan bangunan baru oleh penghuni rusuna pada area

terbuka atau RTH/taman. Sedangkan 3 lokasi sampel (30%) dari rumah susun

yang diamati, keberadaan RTH/taman tidak mencukupi, dimana luas RTH/taman

tersebut di bawah 30% dari luas lahan, karena adanya perubahan desain awal

rusuna berupa penambahan bangunan baru pada area terbuka atau RTH/taman.

Kondisi RTH/taman tersebut berbeda-beda, dimana ada yang terawat dan

tidak terawat. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan dan pemeliharaan dari

pengelola yang tidak terlaksana dengan baik, dan juga sikap kurang peduli

penghuni rusuna dalam menjaga dan memelihara lingkungan rusunanya.

Pemeliharaan RTH/taman dilakukan oleh pihak pengelola dan penghuni rusuna.

Fasilitas yang ada pada RTH/taman antara lain lampu dan bangku taman, taman

bermain, tempat sampah, serta hydrant. RTH/taman digunakan oleh penghuni

Page 80: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

66

rusuna untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/bersosialisasi,

berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an). Penggunaan

RTH/taman yang ada di lingkungan rumah susun belum seluruhnya optimal

karena tidak sesuai fungsi penggunaannya. Hal ini dapat terlihat RTH/taman

yang ada digunakan untuk tempat berdagang dan berjualan (pedagang kaki

lima), sehingga membuat RTH/taman terkesan kotor dan tidak tertata.

Penggunaan lahan di sekitar kawasan permukiman rumah susun ini

adalah lahan perumahan mendatar (landed house). Kondisi ini berimplikasi pada

terbatasnya ruang-ruang terbuka dan RTH/taman bagi masyarakat di lingkungan

rumah susun. Sehingga kehadiran dan keberadaan RTH/taman sebagai bagian

dari lingkungan rumah susun sangat diperlukan, karena tidak hanya merupakan

tempat berkumpul penghuni untuk bersosialisasi dan berekreasi, melainkan juga

memberi kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas lingkungan dan estetika.

Penghuni rusuna menginginkan keberadaan RTH/taman di lingkungan rumah

susunnya, dimana RTH/taman tersebut mudah dicapai dan dimasuki yang

dilengkapi dengan berbagai fasilitas rekreasi terutama taman bermain anak-

anak, dan untuk orang dewasa menginginkan adanya lapangan olahraga

(jogging track), serta ditanami pohon peneduh lebih banyak.

Konsep dasar RTH/taman rumah susun yang diusulkan adalah untuk

meningkatkan kualitas lingkungan, memenuhi kebutuhan akan ruang rekreasi

ruang luar (out door), dan menyediakan ruang sosialisasi bagi penghuni. Untuk

peningkatan kualitas RTH/taman rusuna, diusulkan luas minimal RTH/taman

rusuna adalah 1,5 m2/jiwa dan 30% dari luas lahan, jenis ruang memenuhi

kebutuhan aktivitas penghuni, fasilitas disesuaikan dengan ruang aktivitas

dengan desain sederhana dan mudah dipelihara, tata hijau dan jenis tanaman

memenuhi fungsi pada ruang-ruang yang ada dan mudah dipelihara, serta

pengelolaan/pemeliharaan melibatkan partisipasi penghuni rumah susun.

7.2. Saran 1. Perlu penegakan peraturan bagi pengembang rumah susun untuk

menyediakan fasilitas RTH/taman minimal 30% dari luas area, dengan

kualitas yang memadai.

2. Perlu pendekatan pengelola kepada penghuni rumah susun untuk

bersama-sama menjaga dan memelihara RTH/taman rumah susun.

Page 81: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

67

3. Perlu peran Pemerintah (Dinas Pertamanan) untuk memberikan

bimbingan perancangan, pembangunan, dan pemeliharaan RTH/taman

rumah susun.

4. RTH/taman yang ada di tengah-tengah dan antarrusun dilengkapi pompa-

pompa hydrant untuk memenuhi kebutuhan air di musim kemarau atau

menghadapi si jago merah.

Page 82: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

68

DAFTAR PUSTAKA

Branch, M. C. 1995. Perencanaan Kota Komprehensif : Pengantar dan

Penjelasan (terjemahan). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Carpenter, P.L.T.D. Walker dan F.O. Lanphear. 1975. Plants in The Landscape.

W.H. Freemen and Company. San Fransisco.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah Susun. Jakarta.

Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta.

Dinas Pertamanan DKI Jakarta. 1992. Perencanaan Tata Hijau untuk

Penanggulangan Polusi Udara. Pemda DKI Jakarta.

Dinas Pertamanan DKI Jakarta. 2004. Studi Evaluasi Dampak Dan Manfaat

Pembangunan Taman Interaktif Di Permukiman Padat. Pemda Jakarta.

Dinas Pertamanan DKI Jakarta. 2006. Pengembangan Ruang Terbuka Hijau

(RTH) Di Lingkungan Permukiman Padat DKI Jakarta. Pemda DKI

Jakarta.

Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2006. Ruang Terbuka Hijau Sebagai Unsur

Utama Tata Ruang Kota. Departemen Pekerjaan Umum. Jakarta.

Laurie, M. 1990. Pengantar kepada Arsitektur Pertamanan (terjemahan).

Intermedia. Bandung.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2002. Rencana Strategis Daerah Provinsi DKI

Jakarta Bab XII. Jakarta.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 2007. Kebijakan dan Rencana Strategis

Pembangunan Rumah Susun di Perkotaan. Jakarta.

Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 1999. 1999. Rencana Tata Ruang Wilayah

DKI Jakarta 2010. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jakarta.

Permendagri No. 1. 2007. Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan.

Departemen Dalam Negeri. Jakarta.

Rahman, Z. 1984. Proses Berpikir Lengkap Merencana dan Melaksana dalam

Arsitektur Lanskap. Makalah Diskusi. Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Simonds, J.O. 2003. Landscape Architecture. McGraw-Hill Book Co.New York.

Page 83: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

69

LAMPIRAN

Page 84: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

70

Lampiran 1. Kuesioner

Evaluasi Keberadaan dan Penggunaan Ruang Terbuka Hijau

di Lingkungan Rumah Susun Sederhana Provinsi DKI Jakarta Oleh : Diana Siskayati

(Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

Dalam rangka penulisan skripsi untuk tugas akhir sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar kesarjanaan S1 di IPB, saat ini saya sedang

melaksanakan penelitian yang berjudul “Evaluasi Keberadaan dan Penggunaan Ruang Terbuka Hijau di Lingkungan Rumah Susun Provinsi DKI Jakarta”. Melalui kuesioner ini, saya ingin mengetahui persepsi masyarakat

terhadap lingkungan rumah susun sederhana dan keberadaan serta penggunaan

ruang terbuka hijau di lingkungan rumah susun sederhana Provinsi DKI Jakarta.

Saya sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Saudara untuk

memberikan informasi yang sangat membantu untuk memperoleh data yang

diperlukan dalam penelitian ini. Atas kesediaan Bapak/Ibu/Saudara, saya

ucapkan terima kasih.

A. Identitas Responden 1. Jenis Kelamin :

2. Umur :

3. Pendidikan terakhir :

a. SD c. SMA e. Perguruan Tinggi

b. SMP d. Akademi f. Lainnya (sebutkan)

4. Pekerjaan :

a. Pelajar e. Polisi/TNI

b. Mahasiswa f. Pensiunan

c. Swasta g. Ibu rumah tangga

d. Wiraswasta h. Lainnya (sebutkan)................................................

5. Tinggal di rusun lantai :

6. Lama tinggal di rusun :

7. Alasan tinggal di rusun :

Page 85: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

71

B. Persepsi dan keinginan masyarakat terhadap lingkungan rumah susun

• Kondisi Rumah Susun 1. Apakah Anda merupakan penduduk asli DKI Jakarta ?

a. Ya b. Tidak (sebutkan) ………………..…………..………

2. Sudah berapa lama Anda menetap di kota Jakarta?

a. < 1 tahun b. 1-5 tahun c. > 5 tahun

3. Mengapa Anda memilih untuk tinggal di rumah susun ini? *

a. Faktor ekonomi d. Fasilitas memadai

b. Lokasi strategis e. Lainnya (sebutkan)………………..

c. Dekat dengan tempat kerja ……………………………………….

4. Anggapan Anda tentang lingkungan rumah susun ini?

a. Baik b. Kurang baik c. Buruk

4.1. Jika kurang baik/buruk, bagaimana harapan Anda?

……….………………………………………………….…………………………

5. Anggapan Anda tentang kualitas visual rumah susun ini?

a. Baik b. Kurang baik c. Buruk

5.1. Jika kurang baik/buruk, bagaimana harapan Anda?

…………………………………………………………………………………......

6. Anggapan Anda tentang fasilitas umum rumah susun ini?

b. Baik b. Kurang baik c. Buruk

6.1. Jika kurang baik/buruk, bagaimana harapan Anda?

…………………………………………………………………………………......

7. Apakah di lingkungan rumah susun ini terdapat RTH/taman?

a. Ada b. Tidak Ada

7.1. Jika ada, siapa yang menggunakan RTH/taman tersebut? *

a. Anak-anak c. Dewasa

b. Remaja d. Lainnya (sebutkan)........................

• Aksesibilitas dan Keterhubungan (Access & Linkage) 8. Apakah RTH/taman tersebut mudah dicapai dan dimasuki?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

9. Apakah keberadaan RTH/taman tersebut menciptakan hubungan baik

dengan bangunan di sekitarnya?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

Page 86: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

72

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

10. Apakah RTH/taman tersebut tertutupi/dikelilingi oleh dinding/bangunan?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

11. Apakah penghuni rumah susun memanfaatkan RTH/taman tersebut?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

12. Apakah ada jalur pedestrian/pejalan kaki ke dan dari RTH/taman tersebut

menuju kawasan sekitarnya?

a. Ya b. Tidak

13. Apakah prasarana (jalan dan jalan setapak) RTH/taman tersebut dalam

kondisi baik?

a. Ya b. Tidak

• Penggunaan dan Aktivitas (Uses & Activities) 14. Apakah keberadaan RTH/taman tersebut sudah memadai dan sesuai

dengan penggunaannya?

a. Sudah (alasannya)………………………………………………….............

b. Belum (alasannya)…………………………………………………………..

c. Lainnya………………………………………………………………………..

15. Apakah RTH/taman tersebut dapat digunakan oleh semua umur?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

16. Aktivitas apa yang biasanya Anda lakukan? *

a. Olah raga d. Duduk-duduk bersantai

b. Rekreasi e. Lainnya (sebutkan)........................

c. Membaca buku/novel ……………………………………….

17. Pada bagian mana dalam RTH/taman tersebut, Anda paling sering

mengunjungi dan memanfaatkannya (beraktivitas)?

a. Area bermain d. Bawah pohon

b. Lapangan e. Lainnya (sebutkan)........................

c. Plaza ……………………………………….

18. Intensitas Anda mengunjungi RTH/taman tersebut?

a. 3-5 kali/minggu c. 1 kali/bulan

b. 1 kali/minggu d. Lainnya (sebutkan)........................

Page 87: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

73

19. Kapan Anda biasanya mengunjungi RTH/taman tersebut?*

a. Pagi c. Sore

b. Siang d. Lainnya (sebutkan)........................

20. Apakah ada pengelola RTH/taman tersebut?

a. Ada (sebutkan)……………………………………………………………….

b. Tidak (sebutkan)……………………………………………………………..

• Kenyamanan dan Citra (Comfort & Image)

21. Bagaimana situasi dan kondisi RTH/taman tersebut?

a. Nyaman (alasannya)…………………………………………………..........

b. Kurang nyaman (alasannya)………………………………………….........

c. Tidak nyaman (alasannya)………...………………………………….........

d. Lainnya (sebutkan).................................................................................

22. Bagaimana tanggapan/pandangan Anda terhadap RTH/taman tersebut?

a. Baik b. Kurang baik c. Buruk

22.1. Jika kurang baik/buruk, bagaimana harapan Anda?

…………………………………………………………………………………......

23. Fasilitas apa saja yang terdapat di RTH/taman tersebut?*

a. Bangku taman d. Lampu taman

b. Gazebo/Shelter e. Lainnya (sebutkan)........................

c. Taman bermain ……………………………………….

24. Bagaimana kondisi fasilitas yang ada di RTH/taman tersebut?

a. Baik b. Kurang baik c. Buruk

24.1. Jika kurang baik/buruk, bagaimana harapan saudara?

…………………………………………………………………………………......

25. Apakah RTH/taman tersebut terlihat bersih?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

26. Apakah terdapat tempat sampah pada RTH/taman tersebut?

a. Ya b. Tidak

27. Apakah RTH/taman tersebut aman?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

28. Fasilitas yang diinginkan pada RTH/taman tersebut? *

a. Bangku taman d. Lampu taman

Page 88: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

74

b. Gazebo/Shelter e. Lainnya (sebutkan)........................

c. Taman bermain ……………………………………….

• Sosiabilitas/Keramahan (Sociability) 29. Apakah pengguna/pengunjung RTH/taman tersebut saling

menyapa/menegur/berbicara satu sama lain?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

30. Apakah pengguna/pengunjung RTH/taman tersebut saling mengenal

dengan melihat wajah satu sama lain?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

31. Bagaimana perasaan Anda berada di RTH/taman tersebut?

a. Senang (alasannya)………………..………………………...……………..

b. Biasa saja (alasannya)………………………………………………………

c. Tidak senang (alasannya)…………………………………..………………

32. Bagaimanakah menjaga kebersihan RTH/taman tersebut?

a. Kerja bakti secara berkala

b. Dibersihkan oleh Dinas Kebersihan/pengelola

c. Lainnya (sebutkan).................................................................................

33. Apakah sering dilakukan kerja bakti di lingkungan rusun tersebut?

a. Ya (alasannya)……………………………………………………………….

b. Tidak (alasannya)……………………………………………………………

34. Harapan Anda terhadap keberadaan dan penggunaan RTH/taman

tersebut?.....................................................................................................

......................................................................................................................

......................................................................................................................

...................................................................................................................

Keterangan *) Jawaban boleh lebih dari satu

...........Terima Kasih..........

Page 89: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

75

Lampiran 2. Karakteristik Responden

Tabel 14. Karakteristik Responden

Page 90: EVALUASI KEBERADAAN DAN PENGGUNAAN RUANG … · penghuni rumah susun untuk bermain dan berekreasi, tempat berkumpul/sosialisasi, berolahraga, serta acara-acara tertentu (17 Agustus-an).

76

Lampiran 3. Pendapat Responden Tentang RTH/Taman Rusuna

Tabel 15. Pendapat Responden Tentang RTH/Taman Rusuna