LAPORAN PRAKTIKUM EVALUASI GIZI DALAM PENGOLAHAN PANGAN Disusun oleh: KELOMPOK IX
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANFAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MATARAMMATARAM2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan ini merupakan salah satu syarat telahmenyelesaikan mata kuliah Evaluasi Gizi dalam PengolahanPangan pada Semester Genap Tahun 2014/2015 di FakultasTeknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
Mataram, 20 Juni 2014Mengetahui, Co-Asisten Praktikum EvaluasiGizi dalam Pengolahan Pangan
Friska Gamar Rani Mahendr a C1C010023
Ni Luh Putu KartikaC1C010026
Muhammad HusniC1C011058
Siti Desy MardiahC1C011080
Siti NuzulannurC1C011081
Sri RahmawatiC1C011083
Praktikan,
Dwi Yuni Pratiwi EkaYunitaJ1A012032 J1A012033
Emi Suhaemi IdaKurniawatiJ1A012036 J1A012049
Irhamzanwadi Loradika F.
J1A012055 J1A012073
Siti Hawa Siti RahmiJ1A012125 J1A012126
Siti Satriani A.S Tendri Nining
J1A012128 J1A012136
Burhanuddin S. P.J1A212022
Menyetujui,Koordinator Praktikum
( Dody Handito, S.T.P., M.P. )NIP. 19740524 200812 1002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Tetap Praktikum
Evaluasi Gizi dalam Pengolahan Pangan ini sebagaimana
mestinya.
Tidak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Coord. dan Co. Asst Praktikum
Evaluasi Gizi dalam Pengolahan Pangan yang dengan sabar,
tulus dan tidak kenal lelah dalam membimbing dan mengajari
kami demi lancarnya praktikum yang kami laksanakan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan
ini dari awal sampai akhir. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi diri kami khususnya dan bagi kita semua
pada umumnya. Dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai
segala usaha kita. Amin Ya Rabbal Alamin.
Mataram, 20 Juni 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN SAMPULHALAMAN PENGESAHANDAFTAR ISIDAFTAR TABELKATA PENGANTARACARA I. PENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANYA
Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pelaksanaan Praktikum Hasil Pengamatan
ACARA II. KERUSAKAN VITAMIN SELAMA PENGOLAHAN Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pelaksanaan Praktikum Hasil Pengamatan Pembahasan Kesimpulan
ACARA III. KERUSAKAN MUTU MINYAK SELAMA PENGOLAHAN Pendahuluan Tinjauan Pustaka
Pelaksanaan Praktikum Hasil Pengamatan Pembahasan Kesimpulan
ACARA IV. PERUBAHAN KADAR SENYAWA FITAT SELAMA PENGOLAHAN Pendahuluan Tinjauan Pustaka Pelaksanaan Praktikum Hasil Pengamatan Pembahasan Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
TabelHalamanTabel 1.1.Hasil Pengamatan Pengenalan Alat Tabel 2.1.Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Vitamin CTabel 2.2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Air
ACARA IPENGENALAN ALAT DAN PENGGUNAANYA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kimia Pangan merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari tentang reaksi-reaksi kimia yang terjadi pada
saat pengolahan pangan. Untuk mengetahui reaksi-reaksi
tersebut perlu dilaksanakan penelitian di Laboratorium,
sebelum melakukan penelitian praktikan harus mengetahui
alat-alat yang akan digunakan pada saat praktikum. Oleh
Karena itu, perlunya dilakukan praktikum ini.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
memperkenalkan beberapa alat yang akan digunakan dalam
praktikum dan cara penggunaannya.
LANDASAN TEORI
Pada dasarnya setiap alat memiliki nama yang
menunjukkan kegunaan alat, prinsip kerja, atau proses yang
berlangsung ketika alat digunakan. Beberapa alat dapat
dikenali berdasarkan namanya. Penamaan alat-alat yang
berfungsi untuk mengukur biasanya diakhiri dengan kata
meter seperti thermometer, spektrofotometer dan lain
sebagainya. Dari uraian diatas, diketahui bahwa nama pada
setiap alat menggambarkan kegunaan alat atau prinsip kerja
pada alat tersebut (Moningka, 2008). Adapun alat-alat yang
digunakan pada laboratorium Kimia Pangan adalah Water Bath,
Timbangan Analitik dan masih banyak lagi. Zentrifugen
merupakan peralatan laboratorium yang sangat penting dalam
proses pemisahan substrat (Slamet, 2009). Vortex merupakan
alat pengaduk untuk menghomogenkan larutan cairan dalam
suatu tabung reaksi (Anonim b, 2011). Hot plate berfungsi
untuk menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan. Plate
yang terdapat pada alat ini akan dipanaskan sehingga mampu
mempercepat proses homogenisasi (Black, 2008).
Blender berfungsi untuk menghomogenkan sampel dan
memperkecil ukuran sampel dengan sempurna. Water Bath
berfungsi untuk menciptakan suhu yang konstan dan digunakan
pada inkubasi untuk analisa kimia (Anonim b, 2011).
Timbangan Analitik digunakan untuk mengukur berat bersih
suatu zat, pada umumnya timbangan analitik mempunyai
ketelitian yang sangat tinggi, hingga empat angka
dibelakang koma (Khamidinal, 2009). Oven merupakan alat
yang digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan udara
kering. Alat serilisasi ini dipakai untuk mensterilkan
alat-alat gelas (Anonim d, 2013). Gelas Piala (Beaker Glass)
biasanya terbuat dari tipe boroksilikat. Bentuk gelas piala
memiliki beberapa tipe, tinggi dan pendek. Mempunyai
kapasitas ukuran volume dari 5 – 6000 mL. Prinsip kerja
gelas piala adalah sebagai wadah larutan, skala pada badan
gelas digunakan untuk mengukur larutan secara tidak teliti.
Gelas piala berfungsi sebagai tempat melarutkan zat, tempat
memanaskan dan menguapkan larutan atau air. Labu Erlenmeyer
(Erlenmeyer Flask) terbuat dari jenis gelas boroksilikat, labu
erlenmeyer ada yang dilengkapi dengan tutup dan tanpa
tutup. Tutup labu dan mulut labur erlenmeyer terbuat dari
kaca asah. Labu erlenmeyer mempunyai kapasitas ukuran
volume dari 25 – 2000 mL. Prinsip kerja labu erlenmeyer
dengan tutup asah digunakan untuk pencampuran reaksi dengan
pengocokkan kuat sedangkan labu erlenmeyer tanpa tutup asah
biasanya digunakan untuk mencampurkan reaksi dengan
kecepatan lemah. Fungsi labu erlenmeyer dengan tutup asah
digunakan untuk titrasi dengan pengocokkan kuat,
dihubungkan dengan alat ekstraksi, alat destilasi dan
sebagainya. Labu erlenmeyer tanpa tutup asah digunakan
untuk titrasi dengan pengocokkan lemah hingga sedang
(Anonim a, 2010).
Tabung Reaksi (Test Tube) umumnya terbuat dari berbagai
macam jenis gelas antara lain Boroksilikat, Soda, Fiolax dan
Supermax. Soda Glass tidak tahan pemanasan, Fiolax Glass tidak
peka terhadap perubahan panas dan pemanasan setempat.
Tabung reaksi yang terbuat dari Fiolax dan Soda glass umumnya
berdinding tipis, sedangkan tabung reaksi yang terbuat dari
Boroksilikat dan Supermax tahan pemanasan. Ukuran tabung
reaksi ditetapkan berdasarkan atas diameter mulut tabung
bagian dalam dan panjang tabung, diameter antara 70 – 200
mm. Prinsip kerja sebagai wadah larutan, beberapa memiliki
tutup yang digunakan untuk meletakkan sampel. Fungsi tabung
reaksi untuk mereaksikan larutan dan untuk memanaskan
sampel atau cairan. Labu Ukur (Volumetrik Flask) terbuat dari
jenis gelas boroksilikat, mempunyai mulut labu dengan
ukuran standar yang dilengkapi dengan tutpnya. Tutup labu
dapat terbuat dari gelas asah atau teflon. Labu ukur
mempunyai kapasitas volume 5 – 2000 mL. Prinsip kerja labu
ukur memiliki ketelitian tinggi sehingga sering digunakan
untuk mengukur larutan secara teliti. Fungsi labu ukur
igunakan untuk mencampurkan larutan (Ayu, 2012).
Gelas Ukur (Measuring Cylinders) berbentuk silinder,
terbuat dari jenis gelas boroksilikat. Kapasitas volume
gelas ukur 5 – 2000 mL. Prinsip Kerja gelas ukur untuk
mengukur cairan secara tidak teliti dan tidak masuk dalam
perhitungan. Fungsi gelas ukur dapat digunakan untuk
merendam pipet dalam asam pencuci. Gelas ukur yang
dilengkapi dengan tutup asah digunakan untuk melarutkan zat
hingga volume tertentu. Buret (Burettes) berbentuk silinder,
terbuat dari jenis gelas soda, boroksilikat, amber. Bentuk
buret dibedakan dengan ujung kran lurus (Burettes with straight
stopcock) dan buret dengan keran bengkok (Burettes with lateral
stopcock). Mempunyai kapasitas 1 – 100 mL dengan pembagian
skala 0,01 – 0,2 m. Prinsip kerja buret harus bersih,
kering dan bebas lemak sebelum digunakan. Sebelum titrasi
dimulai, pastikan tidak ada gelembung udara di bawah kran
karena menyebabkan kesalahan saat melakukan titrasi. Fungsi
buret memberikan secara tetes demi tetes sejumlah volume
larutan yang diketahui dengan teliti pada proses titrasi.
Corong (Funnels) terbuat dari jenis boroksiliat atau
plastik. Corong mempunyai garis tengah 35 – 300 mm dan ada
yang mempunyai tangkai corong panjang, sedang dan pendek.
Prinsip kerja buret untuk membantu memasukkan cairan dalam
suatu wadah dengan ukuran mulut kecil. Fungsi buret
digunakan untuk menyaring zat cair atau sampel padat. Pipet
Volume (Volumentric Pipettes) terbuat dari gelas jenis soda
jernih, mempunyai kapasitas 0,5 – 100 mL. Prinsip kerja
pipet volume memipet atau memindahkan volume cairan dengan
teliti atau seksama. Fungsinya untuk memipet atau
memindahkan volume cairan dengan teliti. Pipet Ukur
(Graduated Pipettes) terbuat dari gelas jenis soda jernih,
mempunyai kapasitas 0,01 – 50 mL dilengkapi dengan
pembagian skala pada dinding pipet 0,001 – 0,5 mL. Prinsip
kerja pipet ukur untuk memipet cairan secara kurang teliti
dan tidak masuk dalam perhitungan pada penetapan kadar.
Fungsi pipet ukur digunakan untuk mengambil, memindahkan
atau memipet sejumlah volume secara tidak teliti. Desikator
(Desiccators) terbuat dari gelas jenis semi-boroksilat,
plastik atau mika. Tipe gelas jenis atau amber. Di dalam
desikator terdapat piringan berpori yang terbuat dari
porselin yang digunakan untuk meletakkan alat – alat gelas.
Di bawah piringan porselin terdapat bahan pengering yang
umumnya terbuat dari silikagel, asam sulfat pekat, fosfor
pentaoksida, kalsium oksida dan sebagainya. Pengering
silikagel biasanya diberi indikator warna biru yang keriing
dan jika telah mengikat uap air warna akan berubah menjadi
merah. Silikagel yang telah jenuh dengan uap air dapat
dikeringkan lagi dengan cara dipanaskan dalam oven dengan
suhu 100ºC. Tutup desikator pada bagian permukaan harus
diberi bahan pelican misalnya silicon grease, agar dapat
tertutup lebih rapat. Prinsip kerja desikator mendinginkan,
mengeringkan serta menyimpan zat atau bahan. Fungsi
desikator digunakan untuk mendinginkan bahan atau alat
gelas (misalnya krus porselin, botol timbang) setelah
dipanaskan dan akan ditimbang. Mengeringkan bahan atau
menyimpan zat atau bahan yang harus diliindungi terhadap
pengaruh kelembapan udara (Anonim c, 2012).
Gelas Arloji (Watch Glasses) terbuat dari gelas
boroksilat, mempunyai diameter yang bervariasi antara 30 –
200 mm. Prinsip kerja gelas arloji sebagai wadah
penimbangan zat padat. Fungsinya untuk wadah menimbang zat
padat dan untuk menutup labu pada proses pemanasan. Krus
(Crucible) dapat dipanaskan hingga suhu tinggi dalam tanur
(Muffle Furnance) 1900ºC. Krus mempunyai kapasitas 2 – 250 mL.
Mempunyai bentuk tinggi atau pendek, krus dilengkapi dengan
tutup. Krus terbuat dari bahan Porselin, Platina, tanah
liat yang dibakar, campuran Platina-Tembaga, Baja tahan
karat, Nikel, Graphite. Prinsip kerja untuk praktikum
analisis laboratorium sehari – hari untuk pengabuan zat
pada analisis gravimetri. Fungsi kurs umumnya digunakan
untuk membakar atau mengarangkan atau mengabungkan zat pada
analisis gravimetri. Botol Pereaksi (Reagent Bottles) terbuat
dari boroksilikat atau gelas soda, ada yang jernih-
transparan dan amber. Botol mempunyai mulut atau leher
lebar dan normal dengan kapasitas 50 – 10.000 mL dilengkapi
dengan tutup yang terbuat dari kaca asah. Fungsinya untuk
menyimpan larutan, khusus untuk penyimpanan asam yang
berasap botol dilengkapi dengan penutup bahan atau kap
asam. Botol Penetes (Dropping Bottles) terbuat dari gelas
boroksilikat , ada yang jernih-transparan dan amber.
Kapasitas 30 – 250 mL dilengkapi dengan tutup yang
mempunyai tempat mengalirkan cairan atau meneteskan cairan
atau tutup yang dilengkapi dengan pipet. Prinsip kerja
botol tetes untukmenyimpan dan meneteskan cairan. Fungsi
botol tetes digunakan untuk menyimpan cairan indikator,
cairan pewarnaan dan sebagainya. Pipet Tetes (Dropping
Pipettes)adalah pipet tanpa skala, mempunyai bentuk pendek
atau panjang dan dilengkapi dengan karet penghisapnya.
Prinsip kerjanya untuk menambahkan cairan tetes demi tetes
hingga volume tepat. Fungsi untuk memindahkan larutan dari
satu wadah ke wadah lainnya (Azizah, 2012).
Botol Timbang (Wlighting Bottles) terbuat dari jenis gelas
boroksilikat, dilengkapi dengan tutup asah. Botol timbang
mempunyai tipe bentuk tinggi dan pendek. Kapasitas botol
timbang mulai 15 – 80 mL. Fungsinya digunakan di dalam
menentukan kadar air suatu bahan, selain itu digunakan
untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang terutama untuk
bahan cair. Labu Kjeldahl (Kjeldahl Flasks) terbuat dari gelas
boroksilikat, dengan kapasitas 50 – 1000 mL. Prinsip kerja
posisi labu harus miring dengan mulut menyandar pada
penampung uap asam. Fungsi labu kjedhal digunakan untuk
destruksi atau digesti protein dan dapat pula digunakan
sebagai labu destilasi pada hasil destruksi protein. Botol
Semprot atau juga sering disebut botol pencuci adalah
berupa botol tinggi bertutup yang terbuat dari plastik.
Jadi anda tidak perlu takut menggunakannya karena tidak
terbuat dari gelas dan akan terhindar dari pecah atau
retak. Alat ini sangat diperlukan di laboraturium manapun,
walaupun alat ini sangat sederhana tapi sangat berguna.
Prinsip kerja botol semprot menekan badan botol sampai
airnya keluar. Botol semprot berfungsi sebagai tempat
menyimpan aquades juga digunakan untuk membersikan dinding
bejana dan sisa-sisa endapan, mengeluarkan air atau cairan
dalam jumlah terbatas, untuk membilas peralatan kimia lain
atau proses pengenceran dalam suatu wadah misal labu ukur,
erlenmeyer, dan sebagainya. Penjepit tabung reaksi
berbentuk rahang persegi. Pegas dipoles nikel dengan
diameter 10-25 mm. Prinsip kerjanya tekan penekan pada
penjepit kemudian jepitkan pada tabung reaksi. Fungsinya
alat Laboratorium ini digunakan untuk menjepit tabung
reaksi pada saat dipanaskan (Naffi, 2008).
Penghisap Pipet atau Bulp (Pipet Filler) terbuat dari bola
karet kenyal dengan 3 knop, bola karet tidak mudah lembek.
Fungsinya untuk menghisap larutan yang akan diukur. Mortal
terbuat dari kaca, porselen, atau batu granit berfungsi
untuk menghancurkan dan mencampurkan padatan. Cara
menggunakannya yaitu masukkan bahan kimia berupa padatan ke
dalam lumpang (mortar) dan gerus hingga halus menggunakan
alu (pastle). Shaker adalah suatu alat yang digunakan untuk
gemetar solusi dalam labu berbentuk kerucut. Hal ini
memiliki aplikasi luas dalam lembaga penelitian, lokalnya.
Shaker ini dibangun pada frame sudut besi tebal. Benda ini
dilengkapi dengan disukaret neoprene disesuaikan untuk
memegang thermos kerucut kapasitas yang berbeda. Shaker ini
memiliki pengontrol kecepatan untuk mengontrol kecepatan
gemetar. Shaker merupakan alat yang digunakan untuk
mengaduk larutan dalam erlenmeyar. Shaker digunakan untuk
menghomogenkan larutan. Prinsip kerjanya yaitu tabung
reaksi yang berisi larutan ditaruh dilubang pada shaker
kemudian menekan tombol ON dengan mengatur kecepatannya.
Spektrofotometer merupakan suatu alat yang digunakan untuk
metode spektrofotometer yaitu metode yang digunakan untuk
mengetahui berapa panjang gelombang suatu larutan (Sutrisno
dan Nurminabari, 2012).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Mei
2014 di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram
Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah penjepit tabung, mortal, kurs porselen, gelas piala,
botol tetes, buret, Erlenmeyer, gelas ukur, desikator, labu
kjedhal, labu semprot, labu ukur, corong, gelas arloji,
gelas reagen, bulp, gelas timbang, pipet gondok, pipet
ukur, tabung reaksi, sendok tanduk, pipet tetes, blender,
shaker, sentrifugen, timbangan analitik, hot plate,
spektrofotometer, water bath, vorteks, oven, refraktor
salinity, refraktor multifungsi dan ultrasentrifugen
Prosedur Kerja1. Dilakukan pengamatan dan dicatat hasil penjelasan
tentang beberapa peralatan yang digunakan dalam
praktikum
2. Dibuat laporan dan digambarkan hasil pengamatan
tentang fungsi alat-alat tersebut
3. Dicari sumber pustaka pendukung yang berhubungan
dengan fungsi dan cara penggunaan alat-alat tersebut
HASIL PENGAMATAN
No
.Gambar
Fungsi
1
Penjepit Tabung
Untuk menjepit tabung
reaksi saat dipanaskan
2 Untuk menghaluskan
sampel atau memperkecil
ukuran sampel
Mortal
3
Kurs Porselen
Untuk analisa kadar abu
pada sampel
4
Gelas Piala / Beker
Untuk pemanasan sampel,
penyimpanan sementara
dan untuk melarutkan
sampel
5 Untuk menyimpan cairan
murni
Botol Tetes
6
Buret
Untuk mentitrasi larutan
sampel
7
Erlenmeyer
Untuk tempat pengenceran
atau pencampuran larutan
8 Untuk pengukuran larutan
Gelas Ukur
dalam jumlah besar
9
Desikator / Eksikator
Untuk menyimpan
preparat, dapat
menurunkan suhu dan
meyetabilkan berat
sampel
10
Labu Kjedhal
Untuk analisa protein
pada sampel
11 Untuk menyimpan cairan
Labu Semprot
12
Labu Ukur
Untuk mengukur larutan
dan mencampurkan larutan
13
Corong
Untuk memudahkan
pemindahan larutan dari
satu wadah ke wadah yang
lain dan untuk membantu
proses penyaringan
14
Gelas Arloji
Untuk menyimpan preparat
atau bahan
15 Untuk menyimpan larutan
Gelas Reagen
16
Bulp
Untuk memudahkan
pengambilan cairan
dengan pipet
17
Botol Timbang
Untuk menganalisis kadar
air
18 Untuk mengambil cairan
dengan volume tertentu
Pipet Gondok / Volume
19
Pipet Ukur
Untuk mengambil cairan
20
Tabung Reaksi
Untuk menyimpan sampel
sementara
21
Sendok Tanduk
Untuk mengambil sampel
22
Pipet Tetes
Untuk mengambil larutan
atau memindahkan larutan
23 Untuk menghaluskan
sampel atau memperkecil
Blender
ukuran sampel
24
Shaker
Untuk menghomogenkan
larutan
25
Timbangan Analitik
Untuk mengukur berat
sampel
26 Untuk memisahkan larutan
dari supernata atau
padatannya
Spektofotometer
29
Water Bath
Untuk memanaskan sampel
30
Vorteks
Untuk menghomogenkan
larutan dengan tabung
reaksi
31
Oven
Untuk mengeringkan
sampel atau alat
32
Refraktor Salinity
Untuk kadar garam pada
larutan
33
Refraktor Multifungsi
Untuk mengukur kadar
sukrosa, garam dan
indeks bias
34 Untuk memisahkan larutan
dari padatannya
Ultrasentrifugen
35
Destilator
Untuk melakukan
destilasi atau
memisahkan dua cairan
yang berbeda titik
didihnya
ACARA II
KERUSAKAN VITAMIN SELAMA PENGOLAHAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pisang adalah tanaman yang banyak kegunaannya, mulai
dari buah, batang, daun sampai pada bonggolnya. Tanaman
pisang termasuk tanaman besar, berdaun besar memanjang yang
berasal dari suku Musaceae (Zahroh, 2008). Buah pisang
adalah salah satu pilihan terbaik sebagai penyedia tenaga
bagi tubuh karena buah pisang memiliki kandungan gizi yang
baik. Pisang dapat dikonsumsi dalam bentuk buah segar
ataupun dalam bentuk olahan. Kandungan gizi pisang dapat
berkurang atau menurun akibat dari beberapa faktor. Oleh
karena itu, perlunya dilakukan praktikum ini untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hilangnya
kandungan gizi pada pisang.
Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk
mengetahui pengaruh tingkat kemasakan dan pengolahan
(pemanasan) terhadap kadar vitamin C serta kadar air dalam
buah-buahan.
TINJAUAN PUSTAKA
Buah mengandung berbagai zat gizi, khususnya vitamin
dan mineral yang cukup tinggi. Komposisi jenis gizi dalam
setiap jenis buah berbeda-beda tergantung pada beberapa
faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat
tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat
kematangan waktu panen, kondisi selama pemeraman dan
kondisi penyimpanan (Surahman dan Darmajana 2004).
Buah-buahan dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu buah klimakterik dan non klimakterik. Buah
klimakterik merupakan semua jenis buah-buahan yang terus
mengalami perubahan fisiologi, terutama proses pemasakan
meskipun buah telah dipetik. Proses perubahan fisiologi
ditandai dengan perubahan struktur daging buah, warna
kulit, aroma dan citarasa, meningkatnya kandungan gula,
serta menurunnya kandungan pati. Contoh buah klimakterik
yaitu mangga, papaya, pisang, kedondong, cempedak dan
kesemek. Buah non klimakterik adalah jenis buah yang tidak
mengalami proses fisiologis meski telah dipetik dari pohon,
contohnya mentimun, terong dan gambas (Novianti, 2011).
Salah satu contoh buah yang banyak mengandung vitamin
adalah pisang. Pisang merupakan jenis buah-buahan yang
tergolong sebagai buah klimakterik, sehingga setelah
dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan
menghasilkan etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang
banyak, serta terjadi proses pematangan buah (Wills, dkk.,
1999).
Vitamin adalah sekelompok senyawa organik amina
berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dal
metabolisme setiap organisme (Bono, 2010) yang tidak dapat
dihasilkan oleh tubuh. Vitamin merupakan suatu zat senyawa
kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh yang berfungsi
untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa
vitamin, manusia, hewan dan mahluk hidup lainnya tidak
dapat melakukan aktitivitasnya selain itu, kekurangan
vitamin dapat menyebabkan bertambah besarnya peluang
terkena penyakit pada tubuh (Husna, 2006).
Salah satu vitamin yang penting bagi tubuh adalah
vitamin C. Vitamin C disebut juga dengan nama asam askorbat
(Davies, dkk., 1991). Secara garis besar, vitamin dapat
dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu vitamin
yang larut dalam air dan vitamin yang larut dalam lemak.
Dalam hal ini, vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam
air (Beem, 2012). Buah pisang banyak mengandung vitamin C,
yang merupakan senyawa reduktor, asam-asam askorbat berada
dalam keseimbangan dengan asam dehidroaskorbat. Dalam
suasana asam, cincin lakton asam dehidroaskorbat terurai
dengan membentuk senyawa diketogulonat sehingga vitamin C
terlindung dengan adanya gula dan terjadi reaksi
pencoklatan (Winarno, 2004).
Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap
pengaruh luar penyebab kerusakan seperti suhu, oksigen,
kadar air dan katalisator logam. Asam askorbat mudah
teroksidasi menjadi L-dehidroaskorbat yang masih mempunyai
keaktifan sebagai vitamin C. Asam L-dehidroaskorbat secara
kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih
lanjut menjadi asam L-diketogulonat yang tidak memiliki
keaktivan vitamin C (Safaryani, dkk., 2007).
Sifat-sifat vitamin C yaitu mudah larut dalam air dan
mudah rusak oleh pemanasan. Stabilitas vitamin C di
pengaruhi udara dan faktor-faktor lain seperti pemasakan
(Almatsier 2004). Pemasakan merupakan salah satu proses
pengolahan panas yang sederhana dan mudah. Pemasakan dapat
dilakukan dengan media air panas yang disebut dengan
perebusan maupun dengan uap panas atau yang disebut
pengukusan. Perbedaan keduanya pada media yang dimanfaatkan
yaitu melalui air dan uap panas dengan suhu 100ºC (Rahayu,
dkk., 2010).
Air dalam bahan pangan ada tiga macam air yaitu, air
bebas, air terikat lemah dan air terikat kuat. Air bebas
ada diruang sel, intergranular, pori-pori bahan, atau
bahkan ada dipermukaan bahan. Air bebas disebut juga
sebagai aktivitas air yang diberi notasi Aw, karena air
bebas mampu membantu aktivitas pertumbuhan mikroba dan
aktivitas reaksi-reaksi kimiawi pada bahan pangan. Air
terikat lemah atau terabsorbsi terserap pada permukaan
koloid makromolekul seperti protein, pati dan lain-lain
yang ada pada bahan. Air terabsorbsi juga terdispersi
diantara koloid tersebut dan merupakan pelarut zat-zat
yangg ada dalam sel. Ikatan antara air dan koloid disebut
dengan ikatan hidrogen. Air terikat kuat sering disebut
dengan air hidart karena, air tersebut membentuk hidrat
dengan beberapa molekul lain dengan ikatan yang bersifat
ionic (Sulistiani, 2013).
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Mei
2014 di Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram
Alat dan Bahan Praktikum
a. Alat-alat Praktikum
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah gelas arloji, gelas pengaduk, erlenmeyer, labu ukur,
desikator, kompor, panci, oven (cabinet dryer), sendok,
corong, buret, mortal, timbangan analitik, botol timbang,
pipet volume, piring, tisu dan kertas saring
b. Bahan-bahan Praktikum
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah pisang Kepok mentah, pisang Kepok masak optimum,
pisang Kepok lewat masak, aquades, amilum 1% dan larutan
Iodium 0,01 N
Prosedur Kerja
a. Penentuan Kadar Vitamin C dengan Metode Titrasi Iodium
1. Disiapkan alat dan bahan praktikum
2. Dikupas untuk pisang tanpa perlakuan dan pisang yang
digoreng selama 5 menit, dengan kulitnya pisang
direbus selama 15 menit dan pisang dikeringkan selama
1 jam dengan suhu 70ºC
3. Dihaluskan dan ditimbang 10 gram pisang
4. Dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml dan diencerkan
hingga tanda batas, digojog
5. Disaring dan ditampung pada Erlenmeyer 250 ml
6. Dipipet filtratnya sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke
dalam Erlenmeyer 100 ml
7. Ditambahkan beberapa tetes amilum 1%
8. Dititrasi dengan larutan Iodium 0,01 N
9. Dihitung kadar vitamin C pisang
b. Penentuan Kadar Air Pisang
1. Disiapkan alat dan bahan praktikum
2. Ditimbang 2 gram sampel dan dimasukkan kedalam botol
timbang
3. Dimasukkan kedalam oven dan dikeringkan selama 3-5 jam
4. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang
5. Dipanaskan kembali dalam oven selama 30 menit
6. Didinginkan dalam desikator dan ditimbang
7. Diulangi prosedur kerja 5 dan 6 sampai berat sampel
konstan
8. Dihitung kadar air sampel
HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN
Hasil Pengamatan
Tabel 2.1. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Vitamin C
Sampel Perlakuan
BeratSampel
VolumeTitrasi
FaktorPengencer
an
KadarVitamin
C
PisangKepokMentah
Tanpaperlakua
n10.02 gr 0.6 ml 4 21,08 %
Direbus 10.02 gr 0.6 ml 4 21.08 %
Digoreng 10.01 gr 0.6 ml 4 21.08 %
Dikeringkan 10.00 gr 0.2 ml 4 7.04 %
PisangKepokMasakOptimum
Tanpaperlakua
n10.02 gr 1.0 ml 4 35.13 %
Direbus 10.01 gr 0.4 ml 4 14.04 %
Digoreng 10.01 gr 0.7 ml 4 24.61 %
Dikeringkan 10.02 gr 0.9 ml 4 31.61 %
PisangKepokLewatMasak
Tanpaperlakua
n10.12 gr 0.9 ml 4 31.30 %
Direbus 10.01 gr 0.5 ml 4 17.58 %
Digoreng 10.18 gr 0.9 ml 4 31.12 %
Dikeringkan 10.02 gr 0.5 ml 4 17.56 %
Tabel 2.2. Hasil Pengamatan Penentuan Kadar Air
Sampel Perlakuan
BeratBotolTimban
g
BeratSampel
Awal
W1 W2
Kadar Air %
Wb db Tp
Pisang Tanpa 25.955 1.949 27. 26. 62. 59. 95.
KepokMentah
Perlakuan 6 9046
6848 59 78 63
Direbus 27.3845 1.993
29.3773
28.1184
63.17
58.31
95.71
Digoreng 23.3234 2.009
25.3320
24.3416
49.30
102.85
96.09
Dikeringkan
26.6747 2.000
28.6748
27.4411
61.69
62.11
95.70
PisangKepokMasakOptimu
m
TanpaPerlakuan
26.3870 2.029
28.4162
27.1725
61.30
63.14
95.62
Direbus 27.4388 2.071
29.5095
28.2371
61.44
62.76
95.69
Digoreng 25.9366 2.000
27.9366
26.8424
54.71
82.78
96.08
Dikeringkan
26.5503 1.995
28.5448
27.2958
62.61
59.73
95.62
PisangKepokLewatMasak
TanpaPerlakuan
33.1379 2.020
35.1576
33.8183
66.30
50.82
96.19
Direbus 26.5216 2.080
28.6014
27.2033
67.22
48.77
95.11
Digoreng 25.2512 2.077
27.3282
26.0432
61.87
61.63
95.30
Dikeringkan
26.9861 2.008
28.9945
27.6131
68.79
45.36
95.24
Hasil Perhitungan
a. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Vitamin C
1. Pisang Kepok Mentah
Tanpa perlakuan
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.6x0.88x410.02x 100%
= 21.08 %
Direbus (15 menit)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.6x0.88x410.02x 100%
= 21.08 %
Digoreng (5 menit)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.6x0.88x410.01x 100%
= 21.09 %
Dikeringkan (1 jam, 70ºC)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.2x0.88x410.00x 100%
= 7.04 %
2. Pisang Kepok Masak Optimum
Tanpa perlakuan
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 1.0x0.88x410.02x 100%
= 35.13 %
Direbus (15 menit)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.4x0.88x410.01x 100%
= 14.04 %
Digoreng (5 menit)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.7x0.88x410.01x 100%
= 24.61 %
Dikeringkan (1 jam, 70ºC)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.9x0.88x410.02x 100%
= 31.61 %
3. Pisang Kepok Lewat Masak
Tanpa perlakuan
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.9x0.88x410.12x 100%
= 31.30 %
Direbus (15 menit)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.5x0.88x410.01x 100%
= 17.58 %
Digoreng (5 menit)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.9x0.88x410.18x 100%
= 31.12 %
Dikeringkan (1 jam, 70ºC)
Kadar Vitamin C = Tx0.88xFPWx 100%
= 0.5x0.88x410.02x 100%
= 17.56 %
b. Hasil Perhitungan Penentuan Kadar Air
1. Pisang Kepok Mentah
Tanpa perlakuan
W3 = W1-W2
= 27.9046 – 26.6848
= 1.2198
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.21981.949 x 100%
= 62.59%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 1.949−1.21981.2198 x 100%
= 59.78%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 26.684827.9046 x 100%
= 95.63%
Direbus (15 menit)
W3 = W1-W2
= 29.3773 – 28.1184
= 1.2589
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.25891.993 x 100%
= 63.17%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 1.993−1.25891.2589 x 100%
= 58.31%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 28.118429.3773 x 100%
= 95.71%
Digoreng (5 menit)
W3 = W1-W2
= 25.3320 – 24.3416
= 0.9904
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 0.99042.009 x 100%
= 49.30%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.009−0.99040.9904 x 100%
= 102.85%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 24.341625.3320 x 100%
= 96.09%
Dikeringkan (1 jam, 70ºC)
W3 = W1-W2
= 28.6748 – 27.4411
= 1.2337
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.23372.000 x 100%
= 61.69%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.000−1.23371.2337 x 100%
= 62.11%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 27.441128.6748 x 100%
= 95.70%
2. Pisang Kepok Masak Optimum
Tanpa perlakuan
W3 = W1-W2
= 28.4162 – 27.1725
= 1.2437
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.24372.029 x 100%
= 61.30%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.029−1.24371.2437 x 100%
= 63.14%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 27.172528.4162 x 100%
= 95.62%
Direbus (15 menit)
W3 = W1-W2
= 29.5095 – 28.2371
= 1.2724
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.27242.071 x 100%
= 61.44%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.071−1.27241.2724 x 100%
= 62.76%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 28.237129.5095 x 100%
= 95.69%
Digoreng (5 menit)
W3 = W1-W2
= 27.9366 – 26.8424
= 1.0942
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.09422.000 x 100%
= 54.71%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.000−1.09421.0942 x 100%
= 82.78%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 26.842427.9366 x 100%
= 96.08%
Dikeringkan (1 jam, 70ºC)
W3 = W1-W2
= 28.5448 – 27.2958
= 1.249
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x 100%
= 1.2491.995 x 100%
= 62.61%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 1.995−1.2491.249 x 100%
= 59.73%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 27.295828.5448 x 100%
= 95.62%
3. Pisang Kepok Lewat Masak
Tanpa perlakuan
W3 = W1-W2
= 35.1576 – 33.8183
= 1.3393
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.33932.020 x 100%
= 66.30%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.020−1.33931.3393 x 100%
= 50.82%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 33.818335.1576 x 100%
= 96.19%
Direbus (15 menit)
W3 = W1-W2
= 28.6014 – 27.2033
= 1.3981
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.39812.080 x 100%
= 67.22%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.080−1.39811.3981 x 100%
= 48.77%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 27.203328.6014 x 100%
= 95.11%
Digoreng (5 menit)
W3 = W1-W2
= 27.3282 – 26.0432
= 1.285
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.2852.077 x 100%
= 68.79%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.077−1.2851.285 x 100%
= 61.63%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 26.043227.3282 x 100%
= 95.30%
Dikeringkan (1 jam, 70ºC)
W3 = W1-W2
= 28.9945 – 27.6131
= 1.3814
Kadar air wet basis (wb) = W3BeratSampel x
100%
= 1.38142.008 x 100%
= 68.79%
Kadar air dry basis (db) = BeratSampel−W3W3 x
100%
= 2.008−1.38141.3814 x 100%
= 45.36%
Total padatan = W2W1 x 100%
= 27.613128.9945 x 100%
= 95.24%
PEMBAHASAN
Makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat harus banyak
mengandung karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Hal
ini mengandung arti bahwa makanan yang dikonsumsi oleh
tubuh harus memenuhi kebutuhan tubuh. Vitamin merupakan
senyawa organik yang sangat dibutuhkan oleh tubuh dalam
proses metabolisme, salah satunya adalah vitamin C. Vitamin
C mudah rusak dalam pemrosesan dan penyimpanan, selain itu
vitamin C juga mudah rusak karena oksidasi, pemanasan,
pencucian dan adanya alkali selama pengolahan (Poedjiaji,
1994).
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar vitamin
C, pisang Kepok mentah menghasilkan kadar vitamin yang sama
pada pisang yang direbus selama 15 menit, digoreng selama
5 menit dan pisang tanpa perlakuan yaitu 21,08%. Hal ini
disebabkan karena kadar vitamin C pada pisang mentah yang
sedikit dan struktur vitamin C yang masih kompleks,
sehingga sulit mengalami kerusakan dengan perlakuan panas
yang berbeda-beda. Namun, pada pisang Kepok mentah yang
dikeringkan mempunyai kadar vitamin yang sangat kecil yaitu
7,04%. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh waktu
perlakuan yang relatif lama dan tingginya suhu yang
digunakan.
Pisang Kepok masak optimum menghasilkan kadar vitamin
C paling tinggi pada pisang tanpa perlakuan yaitu 35,13%.
hal ini dikarenakan tingkat kemasakan pisang dapat
mempengaruhi kandungan vitamin C dalam buah. Pisang yang
direbus menghasilkan kadar vitamin C paling rendah yaitu
14,04%. Hal ini karena vitamin C atau asam askorbat dan
garam natriumnya sangat stabil dalam keadaan tanpa air,
tetapi dalam keadaan ada air dan oksigen, panas atau bahan
pengoksidasi lainnya maka asam askorbat menjadi sangat
labil (Beem, 2012).
Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan
makanan. Air sendiri meskipun bukan merupakan sumber
nutrien seperti bahan makanan lain, namun sangat esensial
dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup.
Kandungan kadar air suatu bahan dapat ditentukan dengan dua
cara, yaitu berdasarkan bahan basah (wet basis) dan
berdasarkan bahan kering (dry basis). Kadar air kering (dry
basis) adalah jumlah air yang diuapkan per berat bahan
setelah pengeringan. Jumlah air yang diuapkan adalah berat
bahan sebelum pengeringan dikurangi berat bahan setelah
pengeringan. Kadar air kering sering digunakan dalam
penelitian untuk mengetahui salah satu faktor dan gangguan
yang lain dapat lebih diminimalisir. Sedangkan kadar air
basah (wet basis) dinyatakan sebagai jumlah air yang diuapkan
per berat bahan sebelum pengeringan. Kadar air basah sering
digunakan sebagai informasi deskriptif umum kepada orang
(Rahmah, 2013).
Berdasarkan hasil pengamatan penentuan kadar air,
kadar air basah paling tinggi 68,79% terdapat pada pisang
Kepok lewat masak dengan perlakuan dikeringkan selama 1 jam
pada suhu 70ºC dan yang paling rendah 49,30% adalah pisang
Kepok lewat mentah dengan perlakuan digoreng selama 5
menit. Hal ini dikarenakan tingkat kemasakan pisang yang
tinggi, sehingga pisang lebih banyak mengandung air bebas
dan ikatan hidrogen (air terikat lemah) pada pisang akan
pecah akibat dari pemanasan yang terlalu lama menjadi air
bebas. Kadar air pisang yang digoreng telah bereaksi dengan
minyak goreng, sehingga kadar air pisang digantikan oleh
kadar minyak. Kadar air kering paling tinggi pada pisang
Kepok mentah dengan perlakuan digoreng yaitu 102,85% dan
yang paling rendah adalah pisang Kepok lewat masak dengan
perlakuan dikeringkan sebesar 45,63%. Total padatan
terbanyak terdapat pada pisang Kepok lewat masak tanpa
perlakuan yaitu 96,19% dan yang paling rendah adalah pisang
Kepok lewat masak dengan perlakuan direbus sebanyak 95.11%.
Semakin tinggi suhu pengeringan maka semakin cepat terjadi
penguapan, sehingga kandungan air di dalam bahan semakin
rendah (winarno, 1980). Kemampuan bahan untuk melepaskan
air dari permukaannya akan semakin besar dengan
meningkatnya suhu udara pengering yang digunakan dan makin
lamanya proses pengeringan, sehingga kadar air yang
dihasilkan semakin rendah (histifarina, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua
macam, yaitu: faktor berhubungan dengan udara pengering
dimana semakin tinggi suhu udara maka pengeringan akan
semakin cepat, kecepatan aliran udara pengering dimana
semakin cepat udara maka pengeringan akan semakin
cepat, kelembaban udara dimana semakin lembab udara, proses
pengeringan akan semakin lambat, dan arah aliran udara
dimana semakin kecil sudut arah udara terhadap posisi
bahan, maka bahan semakin cepat kering. Faktor berhubungan
dengan sifat bahan sampel dimana semakin kecil ukuran
benda, pengeringan akan makin cepat, dan semakin sedikit
air yang dikandung dalam bahan tersebut maka pengeringan
akan makin cepat. Untuk mempercepat penguapan air serta
menghindari terjadinya reaksi yang menyebabkan terjadinya
air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat
dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum.
Dengan demikian akan dihasilkan kadar air yang sebenarnya
(Sukarti, 2012).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat
ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar vitamin C pada
buah adalah tingkat kemasakan, perlakuan pemanasan,
waktu pemanasan dan suhu pemanasan.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengeringan kadar
air pada buah adalah tingkat kemasakan, perlakuan
pemanasan, waktu pemanasan, suhu pemanasan, kadar air
buah dan ukuran buah.
3. Kadar vitamin C paling tinggi terdapat pada pisang Kepok
masak optimum tanpa perlakuan yaitu, 35,13% dan yang
paling rendah terdapat pada pisang mentah dengan
perlakuan dikeringkan yaitu, 7,04%.
4. Kadar air basah paling tinggi 68,79% terdapat pada
pisang Kepok lewat masak dengan perlakuan dikeringkan
selama 1 jam pada suhu 70ºC dan yang paling rendah
49,30% adalah pisang Kepok mentah dengan perlakuan
digoreng selama 5 menit.
5. Kadar air kering paling tinggi pada pisang Kepok mentah
dengan perlakuan digoreng yaitu 102,85% dan yang paling
rendah adalah pisang Kepok lewat masak dengan perlakuan
dikeringkan sebesar 45,63%.
6. Total padatan terbanyak terdapat pada pisang Kepok lewat
masak tanpa perlakuan yaitu 96,19% dan yang paling
rendah adalah pisang Kepok lewat masak dengan perlakuan
direbus sebanyak 95.11%.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
Andarwulan N & Koswara.1992. Kimia Vitamin. Jakarta :Rajawali.
Anonim a, 2010. Peralatan gelas kimia (glassware). http://qualitycontro-07.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 26 Mei 2014).
Anonim b, 2011. Peralatan Laboratorium.http://myworldfisheries.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 26Mei 2014).
Anonim c, 2012. Makalah alat-alatlaboratorium.http://nzaoldyeck.wordpress. com. (Diakses padatanggal 26 Mei 2014).
Anonim d, 2013. Penggunaan Oven. http://labsaya.com.(Diakses pada tanggal 26 Mei 2014).
Ayu, R., 2012. Makalah pengenalan alat.http://rismaayushy.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 25 Mei2014).
Azizah, 2012. Laporan Biologi. http://smakazizah.blogspot.com.(Diakses pada tanggal 25 Mei 2014).
Beem, M. 2012. Evaluasi Volume dan Suhu Steam Terhadap KarakteristikSariBuah Belimbing Manis (Averrhoa carambola Linn) SubgradeMenggunakan Metode Pasteurisasi Direct Steam Injection. Skripsi.UB. Malang.
Black, 2008. Pengenalan Alat. http://wordpress.com. (Diakses padatanggal 26 Mei 2014).
Bono, D. S., 2010. Folate Supplements Could Improve Immune System inthe Elderly. http://www.nutraingredients.com. (Diakses padatanggal 2 Juni 2014).
Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991. Vitamin C: Its Chemistryand Biochemistry. Hal : 97-100. The Royal Society ofChemistry: Cambridge.
Histifarina d., d. musaddad dan e. murtiningsih, 2004.Teknik pengeringan dalam oven untuk irisan wortel kering bermutu,volume 14 (2):107-112.
Husna, A., 2006. Vitamin C. http://www.scribd.com. (Diakses padatanggal 2 Juni 2014).
Khamidinal, 2009. Tehnik Laboratorium Kimia. Pustaka Pelajar.Yogyakarta.
Moningka, H., 2008. Tehnik Laboratorium Pengenalan Alat dan Bahan.http://harveymoningka.wordpress.com. (Diakses pada tanggal25 Mei 2014).
Mukarommah, U., Sri, H.S., Siti, A. 2010. Kadar Vitamin C, MutuFisik, pH Dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus sabdariffa, L)Berdasarkan Cara Ekstraksi. Jurnal Pangan Dan Gizi Vol. 01No. 01
Naffi, 2008. Biologi. http://naffsii2808.wordpress.com. (Diakses padatanggal 25 Mei 2014).
Novianti, P., 2011. Laporan Pasca Panen. http://www.scribd.com.(Diakses pada tanggal 2 Juni 2014).
Poedjiaji, A., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI Press. Jakarta
Rahayu, E.S., R. Susanti dan Putik Pribadi Perbandingan KadarVitamin dan Mineral dalam Buah Segar dan Manisan Basah KarikaDieng (Carica pubescens Lenne & K.Koch) Biosaintifi ka Vol. 2No.2, September 2010, ISSN 2085-191X, Hal 90-100
Rahmah, Y., 2013. Praktikum Kadar Air.http://yuanitarahmah057.blogspot.com. (Diakses pada tanggal2 Juni 2014).
Safaryani, N., Sri, H., Endah, D.H. 2007. Pengaruh Suhu DanLama Penyimpanan Terhadap Penurunan Kadar Vitamin C Brokoli(Brassica oleracea L). Buletin Anatomi dan Fisiologi Vol. XV No. 2
Slamet, H., 2009. Aplikasi Centrifuge Turntalde Berbasis Mikrokontroler.AT89C51.
Sukarti, T., 2012. Bahan Ajar Praktikum Analisa Pangan.Jatinangor: FTIP UNPAD.
Sulistiani, E., 2013. Analisis Kadar Air.http://evasulistiani.blogspot.com. (Diakses pada tanggal 31Mei 2014).
Surahman DN & Darmajana DA. 2004 . Kajian Analisis KandunganVitamin dan Mineral pada Buah-Buahan Tropis dan Sayur- Sayuran diToyaman Prefecture Jepang. Dalam: Prosiding Seminar Nasionalrekayasa Kimia dan Proses. Jurusan Teknik Kimia FakultasTeknik Undip. Semarang. Hlm 51.
Sutrisno, E,T. Nurminabari, I,S, 2012. Penuntun Pratikum KimiaDasar. Universitas Pasundan. Bandung
Wills, R.H., T.H. Lee, D. Graham, Mc. Gkasson, W.B. Hall,1999. Postharvest, An Introduction to The Physiology and Handling ofFruits and Vegetables. New South Wales University Press,Kensington, Australia.
Winarno FG, Srikandi F & Dedi F. 1980. Pengantar teknologipangan. Pt gramedia Jakarta
Winarno, F. G., 2004. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia PustakaUtama. Jakarta.
Zahroh, F. A., 2008. Pengaruh Penggunaan Daun Albasia (Albazziafalcata) dan Lama pemeraman Pisana Kepok Terhadap KandunganVitamin C. Skripsi tidak diterbitkan. Yogyakarta.Fakultas Sains dan Teknologi Universitas UIN Kalijaga.