Page 1
EVALUASI DAMPAK PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN
LESTARI (KRPL) DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
OLEH YAYASAN GERAKAN PEDULI LINGKUNGAN (YGPL) DI
PONDOK PEKAYON INDAH-PEKAYON JAYA BEKASI
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh
Nurmila Afrilianida
NIM: 1112054100026
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKSI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
Page 5
i
ABSTRAK
Nurmila Afrilianida
1112054100026
Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi
Indonesia memasuki masa dimana kebutuhan pangan semakin meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan
penyediaan pangan. Terutama pada masyarakat perkotaan dimana lahan pertanian
telah beralih fungsi menjadi bangunan dan pemukiman padat. Melalui program
Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) menjadi salah satu cara menyikapi
keterbatasan lahan pertanian dengan konsep urban farming, masyarakat
perkotaanpun dapat menjadi petani kota seperti Kelompok Wanita Tani (KWT)
Harmoni dengan memanfaatkan lahan sempit atau pekarangan kosong disekitar
rumah yang kebanyakan dibiarkan dan tidak terawat, dapat diubah menjadi lahan
produktif yang dapat menghemat anggaran belanja rumah tangga dengan cara
menanami lahan sempit tersebut. Seperti yang telah disampaikan diatas penelitian
ini dapat memberdayakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni pada
peningkatan kualitas hidup dalam memanfaatkan lahan sempit serta melakukan
penghijauan lingkungan. Penelitian ini diharapkan masyarakat tidak hanya dapat
memanfanfaatkan lahan untuk tumbuhan saja, namun masyarakat dapat
menggunakan hasil tanaman tersebut untuk di konsumsi sendiri atau bahkan dapat
dibagikan kepada orang sekitar serta menghemat uang belanja.
Penelitian ini merumuskan satu permasalahan yaitu: Bagaimana evaluasi
dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam upaya
pemberdayaan masarakat yang dilakukan oleh Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan serangkaian
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil temuan yang peneliti dapatkan diketahui bahwa program
Kawasan Rumah Pangan Lestari memberikan dampak positif dari tiga aspek:
yaitu aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek ekologi. Namun ada beberapa
kendala yang dihadapi KWT Harmoni yaitu belum terbentuknya kelembagaan
program yang handal, pembinaan yang dilakukan masih lemah, ancaman
kejenuhan anggota untuk memaksimalkan pemanfaatan, lahan pengolahan bibit
dan hasil panen tanaman yang belum berorientasi ke pasar.
Key words: Evaluasi Dampak, Kawasan Rumah Pangan Lestari, Urban Farming.
Page 6
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirahim
Segala puja dan puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada kehadirat
Allah SWT. Yang telah memberikan keberkahan nikmat, baik nikmat iman,
nikmat islam dan nikmat ihsan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL)Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) di Perumahan Pekayon Indah-Pekayon Jaya
Bekasi” Sholawat serta salam tetap tercurah limpahkan kepada junjungan besar
baginda Rasulullah Muhamad SAW. Karna berkat beliaulah kita mendapatkan
sosok suritauladan terbaik bagi umat manusia dalam bermasyarakat, bernegara
dan berbangsa.
Dalam penyusunan lembar demi lembar penyelesian skripsi ini, peneliti
menyadari bahwa keberhasilan yang diperoleh bukan semata-mata hasil jerih
payah dan upaya peneliti sendiri, melainkan berkat kontribusi dari pihak-pihak
lain yang tak ternilai dalam membantu penyelesaian skripsi ini. Maka dalam
kesempatan ini, dengan hormat dan rasa terimakasih mendalam perkenankan lah
peneliti sampaikan kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA selaku dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi. Bapak Suparto, M. Ed, Ph.D selaku wakil dekan bidang
akademik, Ibu Dr. Roudhonah, MA selaku wakil dekan bidang administrasi
umum, Dr. Suhaimi, M.Si selaku wakil dekan bidang kemahasiswaan dan
kerjasama.
Page 7
iii
2. Ibu Lisma Damayanti Fuaida, M.Si ketua Jurusan Prodi Kesejahteraan Sosial
UIN Syarif Hidayatullah atas arahannya. Kepada segenap dosen Program
Studi Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmu dan pengalaman
kepada peneliti, semoga ilmu dan pengalaman dapat bermanfaat bagi peneliti
untuk sekarang dan masa yang akan datang.
3. Bapak Ahmad Zaky, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
dan mengorbankan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan saran
yang mendorong motivasi untuk peneliti dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Yang paling tersayang dan tercinta yaitu kedua orang tua peneliti, Ayahanda
H. Komaruddin, SmHk dan Ibunda Hj. Laela Hasni, S.Pd.I yang tak pernah
berhenti mendo’akan terbaik, pemberi semangat yang selalu menyentuh hati,
pendengar keluh kesah dan sumber kekuatan batin.
5. Kepada Ibu Ir. Lala Gozali selaku Pembina di Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) Pekayon, Ibu Rustinah Hasan selaku ketua, Ibu Nurul
Sukowinoto selaku koordinasi program KRPL dan seluruh pengurus dari
YGPL Pekayon yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu dan
pengalaman untuk penelitian skripsi.
6. Kakak-kakak terhebat peneliti Ratna Komalasari dan Ahsin Mabruri, SE yang
telah meluangkan waktunya untuk menemani dan menyuntikan motivasi pada
peneliti. Shakilla Ardilla Adwa keponakan yang lucunan menggemaskan,
penghibur peneliti dengan tingkah jenakanya disela-sela pembuatan skripsi.
7. Teman terdekat peneliti Aisyah Rahma Utami S.Sos, Dyah Ayu Wl S.Sos,
Annisa Elfa Arianty, Tria Anjarwati S.Sos, Eka Puji Septiani, Saila Army, Ira
Rahmawati S.Sos, Khusnul Fadila dan Sayidah Nafisah para pejuang skripsi
Page 8
iv
yang ahli dalam memberikan suntikan motivasi dan tempat bertukar pikiran
sehingga membuat peneliti sangat bersemangat.
8. Sandi Ramadhan lelaki yang tak bosan menjadi pendengar keluhan peneliti,
penghibur dikala suntuk dan pemberi semangat 45 dalam membantu
menyelesaikan skripsi.
9. Sahabatku tersayang yang sedang mengejar gelar sarjananya Larastyan Yang
Bogaan Muhamad, Irma Maulida, Yulia Sarah Putrid dan Tifani Annis
terimakasih atas kehadiran kalian dikehidupan peneliti.
10. Putri Utami, Nursetianingsih, Enny Susilowati dan Fivi Fariha teman
seperjuangan skripsi sekaligus keluarga kedua bagi peneliti selama 4 tahun di
kosan mamah penguin. Canda tawa, dukungan kalian sangat berperan bagi
peneliti.
11. Teman-teman seperjuangan Kesejahteraan Sosial 2012 yang telah memberikan
motivasi pada peneliti.
12. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, namun telah
memberikan bantuan dan kontribusi yang cukup besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Page 9
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ..................................................
LEMBAR PERNYATAAN .....................................................................................
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABLE ............................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................... 6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah......................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 7
D. Metodologi Penelitian ................................................................ 8
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 14
F. Sistematika Penelitian .............................................................. 15
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 17
A. Evaluasi .................................................................................... 17
1. Pengertian Evaluasi Program ............................................. 17
2. Pengertian Evaluasi Dampak Program............................... 19
3. Model Evaluasi................................................................... 21
4. Indikator Evaluasi Dampak Program ................................. 22
5. Tujuan Evaluasi .................................................................. 22
B. Pemberdayaan Masyarakat....................................................... 24
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat .............................. 24
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat .................................... 27
C. Pertanian Kota (Urban Farming) .............................................. 28
1. Sejarah Urban Farming ...................................................... 28
2. Pengertian Urban Farming ................................................. 29
3. Penerapan Urban Farming.................................................. 32
Page 10
vi
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ......................... 34
A. Sejarah Berdirinya .................................................................... 34
B. Visi dan Misi ............................................................................ 37
C. Identitas Yayasan ..................................................................... 37
D. Struktur Organisasi .................................................................. 38
E. Tujuan dan Sasaran .................................................................. 39
F. Sarana dan Prasarana................................................................ 40
G. Program Kegiatan..................................................................... 40
H. Peristiwa dan Kegiatan ............................................................. 52
I. Pembiayaan Operasional .......................................................... 54
J. Mitra Kerja ............................................................................... 54
K. Gambaran Umum tentang Perumahan Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya ............................................................................ 56
1. Letak Geografis dan Komposisi Penduduk ........................ 56
2. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan ........................... 61
3. Kondisi sosial keagamaan .................................................. 63
BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS .............................................. 65
A. Evaluasi Dampak (Impact) ...................................................... 66
1. Dampak Positif ................................................................... 66
2. Dampak Negatif ................................................................. 91
3. Hasil Jangka Panjang dari Program Kawasan Rumah
pangan Lestari .................................................................... 93
BAB V PENUTUP ..................................................................................... 98
A. Kesimpulan .............................................................................. 98
B. Saran ....................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 101
LAMPIRAN ..............................................................................................................
Page 11
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Purposive sampling tentang jumlah informan penelitian ............... 11
Tabel 2 Laporan mutasi penduduk bedasarkan lahir, mati, datang, dan
pindah Kelurahan Pekayon Jaya .................................................... 60
Tabel 3 Jumlah penduduk menurut Mata pencaharian................................ 61
Tabel 4 Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan .............................. 62
Tabel 5 Jumlah kependudukan bedasarkan umur ....................................... 63
Tabel 6 Jumlah penduduk menurut Agama ................................................ 64
Tabel 7 Tabel pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian
................................................................................................................ 98
Page 12
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kegiatan Eco-Campus di Universitas Bhayangkara ...................... 43
Gambar 2 Denah Kompleks Perumahan Pondok Pekayon Indah ................... 58
Gambar 3 Peta Perumahan Pondok Pekayon Indah ........................................ 58
Gambar 4 Pameran Agrinex Expo 2014 ......................................................... 73
Gambar 5 Budidaya tanaman slada ................................................................. 73
Gambar 6 Budidaya dengan paralon ............................................................... 73
Gambar 7 Teknik vertikal ............................................................................... 73
Gambar 8 Budidaya sayuran dan bibit bayam di rumah Ibu Wuri ................. 80
Gambar 9 Panen sawi dan bibit sawi umur 2 minggu di rumah Ibu Lala ....... 80
Gambar 10 Proses pembuatan kompos kawasan di Rumah Kompos ............... 85
Gambar 11 Manfaat mendaur ulang sampah organik (RECYCLE) ................. 86
Gambar 12 Kebersihan dan keindahan lingkungan di Pondok Pekayon Indah
RW 11 Pekayon Jaya ........................................................................... 89
Page 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris yang kaya akan
ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan
karena kondisi iklim serta letak geografis yang sangat menunjang. Semua ada
di Indonesia, lahan subur untuk pertanian dan perkebunan. Pada umumnya, isi
kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman
hias, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, tanaman penghasil
rempah-rempah yang disebut tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dan
dibudidayakan di Indonesia.1
Semua mahakarya luar biasa ini adalah kekuasaan Allah SWT yang
sudah disediakan oleh-Nya untuk keberlangsungan hidup semua makhluk
ciptaan-Nya. Maka, Allah melarang siapapun untuk berbuat kerusakan dalam
segala bidang. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Quran Surah al-A’raf
ayat 56:
ه وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعىه خىفا وطمعا إن رحمت للا ن ري م
(65المحسنيه)
“Dan janganlah kamu membuat kerusakandi muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
1 Zulkarnain, “Dasar-dasar hortikultura”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet-1,h. 1.
Page 14
2
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-A’raf: 56)2
Dalam kehidupannya manusia memiliki beberapa kebutuhan pokok
antara lain: 1) pangan untuk energi, nutirisi dan mineral, 2) papan dan 3)
sandang.3 Terlebih pada zaman sekarang dalam pemenuhan gizi dan memiliki
pangan yang cukup untuk mempertahankan kehidupan masyarakat yang sehat
dan produktif. Tak heran jika semakin banyak orang berusaha hidup dengan
prinsip back to nature. Masyarakat mulai memperhatikan dengan apa dan dari
mana bahan pangan yang mereka konsumsi. Bagi mereka yang tinggal di
perkotaan, hiruk-pikuk kehidupan dan mobilitas yang tinggi melahirkan
ketergantungan terhadap pembagian fungsi sosial.4
Namun saat ini Indonesia memasuki masa dimana permintaan akan
kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan pangan. Tidak hanya
pangan, kebutuhan lainnyapun dibawah kecukupan.5 Badan Pusat Statistik
(BPS) menghitung laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010 diperkirakan
akan mencapai 1,3%, 2011-2015 sebesar 1,18% dan 2025-2030 sebesar
0,83%.6 Hal ini sudah terjadi diperkotaan lalu menyebabkan lahan pertanian
beralih fungsi menjadi bangunan dan pemukiman padat untuk mendukung
kehidupan masyarakat.
2 http://www.catatansenja.com/2015/10/arti-dan-makna-quran-surat-al-araf-ayat.html oleh
Mushanif Ramdany artikel diakses pada Senin, 23 Mei 2016 pada pukul 16.33
3 Tati Nurmala, dkk, “Pengantar Ilmu Pertanian”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet-
1, h. 8. 4 Benny Sanusi, “Sukses bertanam sayuran di lahan sempit”, (Jakarta: Argo Media
Pustaka, 2011), cet-3, h. 2. 5 Sumeru Ashari, “Hortikultura Aspek Budidaya”, ( Jakarta: UI-Press, 1995), Edisi revisi
cet-1, h. 3. 6 Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan”, (Jakarta: UI-
Press, 2010), h. 85.
Page 15
3
Dan hal ini mengharuskan lingkungan perkotaan menyiapkan ruang
dan berbagai fungsi sosial lainnya. Sementara, semua fasilitas sangat
membutuhkan lahan yang akhirnya akan terus mendesak eksistensi lahan
pertanian subur disekitarnya.7 Dengan kondisi pertanian saat ini, ketahanan
pangan mungkin sulit untuk dicapai. Pertanian harus berubah seiring dengan
kemajuan teknologi untuk masa depan yang lebih baik. Melalui Urban
Farming (berkebun di kota) dapat menjadi salah satu cara potensi dalam
menyikapi terbatasnya lahan di perkotaan besar.8 Dengan memanfaatkan lahan
sempit atau pekarangan kosong disekitar rumah yang kebanyakan dibiarkan
dan tidak terawat, dapat diubah menjadi lahan produktif yang dapat
menghasilkan income dengan cara menanami lahan sempit tersebut.
Dalam penjelasan skripsi Siti Fatimatu Zahro menyatakan komitmen
kementrian pertanian 2011 untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya
lokal, dan konservasi tanaman untuk masa depan dengan budaya menanam di
pekarangan. Dengan itu, agar mampu menjaga keberlanjutan pemanfaatan
pekarangan, maka perlu dilakukan pembaruan rancangan pemanfaatan
pekarangan dengan memperhatikan berbagai program yang telah berjalan
seperti Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan Gerakan
Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Pemerintah melakukan
perpaduan program tersebut agar manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
7 Lilies Sutarminingsih, “Vertikultur Pola Bertanam secara Vertikal”, (Yogyakarta:
Kasinus Anggota IKAPI, 2003),h. 13. 8 Tim Peneliti Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, (Jakarta :
Agriflo Penebar Swadaya Grup, 2016), h. 35.
Page 16
4
oleh masyarakat, maka terciptalah Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL).9
Kementerian Pertanian bersama Badan Litbang Pertanian di Indonesia,
melaksanakan suatu program percontohan (model) dan wahana pembelajaran
bagi kelompok masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Langkah yang
dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui rintisan awal yang dinamakan Model
KRPL (M-KRPL) kemudian secara kreatif dan kritis dikembangkan menjadi
konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).10
RPL adalah rumah
penduduk yang mengusahakan lahan pekarangan secara intensif untuk
dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang
menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan berskala rumah tangga
yang berkualitas dan beragam serta untuk pemenuhan kebutuhan harian
masyarakat .11
Selain itu program ini juga bertujuan untuk pemberdayaan
masyarakat terutama kaum ibu rumah tangga yang dapat membantu
menambah pendapatan rumah tangga.
Program ini adalah solusi kaum perempuan untuk ikut memikirkan
pembangunan pertanian di Indonesia termasuk kaum ibu-ibu tani di perkotaan.
Peran ini akan menciptakan keuntungan ganda karena disatu sisi kaum
perempuan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan ikut
membantu meringankan beban keluarganya serta menambahkan pendapatan
9 Siti Fatimatus Zahro “Kontribusi Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam Mendukung
Kesejahteraan Masyarakat: Studi kasus Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajement, Institut Pertanian Bogor,
2012), h. 5. 10
http://jakarta.litbang.pertanian.go.id Artikel diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pada
pukul 08:38 wib. 11 http://www.ygplpekayon.comArtikel diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pada pukul
08:04 wib.
Page 17
5
keluarga sedangkan disisi lain ikut membangun pembangunan pertanian di
daerahnya.12
Karena Perempuan secara langsung maupun tidak langsung ikut
terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usaha yang
berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.Wiryono (1994)
menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah
pendukung akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap
struktur sosial dalam keluarga.13
Salah satu kawasan yang mengembangkan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) secara swadaya ada di Kawasan Perumahan Pondok
Pekayon Indah (PPI)-Pekayon Jaya. Sebagian besar masyarakatnya belum
melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian. KRPL di
PPI ini menjadi salah satu unit pengembangan di bawah Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon. Salah satu tujuan didirikan KRPL
adalah memberikan informasi mengenai kontribusi pengembangan KRPL
dalam mendukung kesejahteraan masyarakat sehingga mampu mewujudkan
kemandirian masyarakat. Tujuan lain dari KRPL ini adalah mendukung
pemenuhan kebutuhan rumah tangga, membuat konsumsi pangan warga lebih
beragam sehingga asupan gizi berimbang dan mengestimasi biaya pengeluaran
kebutuhan makan harian antara Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan.
12
Roza Yulida, “ Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan terhadap Ekonomi Rumah
Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan”, Vol 3, No. 2 (Riau: Indonesian
Journal Of Argicultular Economics (IJAE), Jurusan Agribisnis Faperta Universitas Riau,
Pekanbaru. Desember 2012), h. 136. 13
Novi Puspitasari, Heien Puspitawati, Tin herawati, “Peran Gender, Kontribusi
Ekonomi Permpuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura”,Vol. 6, No. 1 (Bogor:
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Januari 2013), h. 11. Artikel
diakses pada 30 maret 2016 dari http://journal.ipb.ac.id
Page 18
6
Keberadaan program KRPL ini sudah berjalan sejak April 2013 lokasi
di RT004 RW 11, melalui bentukan pembinaan dari BPTP Jawa Barat
beberapa tahun lalu, namun pembinaan ini sudah tidak berjalan karena
pendanaan untuk program telah diberhentikan oleh pemerintah dan pada
tahun 2015 selanjutnya mendapatkan perhatian dari Dinas Perekonomian
Rakyat (DISPERA) hanya penyuluhan dan bantuan bibit saja. Mayoritas
anggota KRPL adalah kaum Ibu-ibu, para anggota atau biasa disebut
Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni yang mengikuti program ini
merasakan dan mendapatkan hasil yang nyata dan tidak nyata. Dengan
beradanya program KRPL ini, menjadi suatu upaya memberdayakan
masyarakat di 16 RT dari RW 8-RW11 Pondok Pekayon Indah. Melalui
programnya menanami lahan dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran
organik, tanaman buah, TOGA dengan mencoba menggunakan pupuk dan
semprotan hama dari pestisida yang mereka buat sendiri secara organik agar
tercipta area pertanaman sehat. Karena seberapapun lahan pekarangan yang
ada, dapat menghasilkan pangan dari rumah dengan berbagai teknik.
Mayoritas orang masih berpikir bahwa pertanian salah satu kegiatan di
daerah pedesaan saja. Namun nyatanya, terdapat pula kegiatan pertanian yang
dikembangkan di perkotaan seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani
(KWT) Harmoni di YGPL. Menarik untuk diteliti karena keterbatasan lahan di
daerah perkotaan tidak membuat masyarakat kota hanya menunggu hasil
panen dari pedesaan. Berbeda dengan masyarakat kota lainnya, KWT harmoni
ini menggunakan lahan sempit dan lahan pekarang rumah untuk menjadi
sarana pertaniannya. Pada penerapan programnya terdapat pencapaian dan
Page 19
7
penurunan yang dirasakan oleh KWT Harmoni. Melalui program tersebut
berbagai manfaat dan hambatan pun telah dirasakan oleh mereka. Bedasarkan
latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut
dengan judul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL) Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, agar tidak terjadi perluasan
permasalahan, peneliti memfokuskan pembatasan pada evaluasi dampak dari
program KRPL pada upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang dibahas adalah:
Bagaimana evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) dalam upaya pemberdayaan masarakat yang dilakukan oleh Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan
Lestari dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Page 20
8
Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi wacana baru yang bermanfaat
pada dampak program Kawasan Rumah Pangan Lestari untuk
memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan lahan pekarangan di
rumah maupun lingkungan sekitar.
2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga dalam
mengevaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari
untuk memberdayakan masyarakatnya.
b. Manfaat Akademis
1) Sebagai bahan referensi bagi para pembaca jika berkaitan dengan
evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam
memberdayakan masyarakat.
2) Dapat memperkaya pengalaman peneliti sekaligus menerapkan ilmu
yang telah diperoleh dibangku kuliah.
3) Menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian jurusan
khususnya dalam bidang Kesejahteraan Sosial.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena mampu melihat fenomena
secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan
Page 21
9
berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Penelitian kualitatif percaya
bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui inetraksinya dengan situasi sosial
mereka.14
Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena
peneliti bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat
dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor metodelogi penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata, tulisan atau
lisan dari orang orang yang diamati.15
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pada penelitian
deskriptif, data yang disajikan berupa kata-kata, laporan pandangan terperinci
yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar
(setting) yang alamiah. Data yang diperoleh berasal dari hasil pengamatan,
hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan,
disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan
angka-angka.16
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti mengambil tempat penelitian di Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya
14
Imam Gunawan,“Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 81- 83. 15
Lexy J.Maleong, “Metodelogi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Rosyda Karya. 2004)
Cet ke-13, h. 157.
16 Ibid., h. 83-87.
Page 22
10
Bekasi. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan April 2016 sampai
dengan bulan September 2016.
4. Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian. Pertama memperoleh data dari pengurus RW/RT di Pondok
Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi. Kemudian data selanjutnya diperoleh
dari pengurus YGPL serta Penanggung jawab program KPRL dan anggotanya
terlibat dalam kegiatan KRPL.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait
lainnya, data-data ini diperoleh dari berbagai tulisan atau informasi lainnya
yang sudah ada sebelumnya.
5. Teknik Pemilihan Informan
Pemilihan informan bertujuan untuk memberi batasan subjek
penelitian. Pembatasan ini untuk mempermudah peneliti sehingga tidak perlu
menjadikan semua populasi sebagai informan. Informan adalah orang yang
memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilaksanakannya. Cara memperoleh pemilihan
informan penelitian dapat dilakukan dengan melalui Purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya.17
17
Muhamad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaitf,
(Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 91-96.
Page 23
11
Tabel 1
Purposive sampling
No Informan Informasi Jumlah
1.
2.
3.
4.
Pengurus PPI
(RW atau RT)
Pengurus/
Pembina YGPL
Pengurus
Program KRPL
Anggota
Program KRPL
Untuk mengetahui gambaran, profil
dari Perumahan Pondok Pekayon
Indah RW/ RT yang berpartisipasi
program YGPL .
Mengetahui gambaran, latar belakang
terbentuknya organisasi, profil,
kegiatan yang terdapat di YGPL.
Mengetahui proses program KRPL
yang dilakukan para anggota.
Untuk mengetahui dampak dari
program KRPL.
1 orang
1 orang
1 orang
4 orang
Total Jumlah Informan 7 Orang
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan
fenomena yang dilakukan secara sistematis. Untuk memperoleh data dan
menyempurnakannya peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian yang
dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi,
Page 24
12
mendengarkan apa yang dikatakannya, mempertanyakan informasi yang
menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.18
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dari wawancara dapat menghasilkan pemahaman yang terbentuk
oleh situasi bedasarkan pertistiwa-peristiwa intreaksional yang khusus.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
yang berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang.
Dokumen juga sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh
dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber noninsani.19
7. Model Evaluasi
Dalam penelitian ini model evaluasi yang digunakan adalah Model
Evaluasi sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang digunakan
adalah dampak atau pengaruh (Impact) dari upaya pemberdayaan masyarakat
18
Muhamad Idrus, “Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaitf,
h. 101. 19
Imam Gunawan,“Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, h. 161-176.
Page 25
13
melalui program KRPL yang dilakukan YGPL di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi.20
8. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik
hasil wawancara, catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan untuk
memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.21
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan model evaluasi
dampak. Ada 3 langkah untuk menganalisis langkah tersebut yaitu:22
a. Reduksi data yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan pada
dampak program KRPL dalam upaya pemberdayaan masyarakat oleh
YGPL di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.
b. Penyajian data setelah data mengenai dampak program KRPL dalam
upaya pemberdayaan masyarakat oleh YGPL Pekayon di Pondok
Pekayon Indah-Pekayon Jaya. Maka data tersebut disusun dan disajikan
dalam bentuk narasi, visual, gambar, table dan lain sebagainnya.
c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari
tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
20
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,
“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik)”, Edisi Revisi, (Bandung:
ALFABETA cv, 2013), h. 288. 21
Ibid., h. 210. 22
Lexy. J Moleong, ”Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Rosdakarya,
2000), cet-ke 13, h. 103.
Page 26
14
9. Teknik Keabsahan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam menggunakan keabsahan data
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Triangulasi bertujuan mencari kebenaran,
tetapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang
dimilikinya.23
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan
mengetahui jelas penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa tinjauan
pustaka dalam penelitian skripsi ini yaitu:
1. Judul skripsi “Evaluasi Program baitulmaal watamwil ar-ridho dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan di Kelurahan Pisangan
Kecamatan Ciputat Timur” ditulis oleh Fanny Nur Octaviana, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam 2010. Yang membedakan penelitian sebelumnya adalah subjeknya
yaitu pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan di Kelurahan
Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. Lalu pembatasan masalah peneliti
sebelumnya hanya pada evaluasi output atau hasil, sedangkan peneliti
membatasi masalah kepada evaluasi dampak.
2. Judul Skripsi “Model Pengorganisasian Masyarakat Dalam Meningkatkan
Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam
23
Imam Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, h. 219.
Page 27
15
Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08
Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)” ditulis oleh Buhori,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Kesejahteraan
Sosial 2010. Objek penelitian sama-sama membahas tentang pelestarian
lingkungan dalam memberdayakan masyarakat, penelitian sebelumnya
membahas ketokohan Harini Bambang Wahono secara lengkap, namun
peneliti hanya menggambarkannya secara umum. Subjek peneliti tentang
Evaluasi Dampak dan objeknya Program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
3. Judul Skripsi “Kontribusi pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
dalam mendukung kesejahteraan masyarakat: studi kasus desa Banjarsari,
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur” ditulis oleh Siti
Fatimatuz Zahro, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Jurusan Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 2012, IPB. Objek penelitian ini
sama-sama KRPL, namun Subjek dan tempat peneliti sebelumya sudah
berbeda. Subjek peneliti membahas tentang evaluasi dampak.
F. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan masalah secara jelas maka, peneliti
mensistematiskan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini terdapat latar Belakang, pembatasan, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.
Page 28
16
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini berisikan pembahasan kerangka teoritis mengenai
Evaluasi Dampak Program, Model Evaluasi, Tujuan Evaluasi,
Pembagaian Evalusi Dampak; Pengertian Pemberdayaan
Masyarakat, Tujuan Pemberdayaan; Sejarah Urban Farming,
Pengertian Urban Farming dan Penerapan Urban Farming.
BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Menggambarkan secara umum tentang YGPL Pekayon di Pondok
Pekayon Indah-Pekayon Jaya yang dijadikan sebagai tempat
penelitian, meliputi: Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Tujuan dan
Sasaran, Identitas YGPL, Struktur Organisasi, Sarana dan
Pasarana, Program Kegiatan, Pembiayaan Operasional dan Mitra
Kerja. Gambaran Umum tentang Pondok Pekayon Indah-Pekayon
Jaya.
BAB IV Temuan dan Data Analisis Lapangan
Pada bab ini berisikan tentang Analisis dampak program KRPL
dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
YGPL Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran Peneliti.
Page 29
17
BAB II
KERANGKA TEORI
Untuk mendukung pembuatan penelitian, maka perlu dikemukakan teori-
teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai
landasan.Teori-teori yang akan peneliti bahas ialah tentang Evaluasi Dampak,
Pemberdayaan Masyarakat dan Urban Farming.
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi Program
Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi
artinya memberikan penilaian atau menilai.24
Sedangkan secara terminologi
menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan sautu program. Degan demikian, penelitian
evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan
program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan
program tersebut.25
Menurut Edi Suharto, Evaluasi adalah pengidentifikasi keberhasilan
atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Evaluasi berusaha
mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau
penerapan program. Evaluasi itu adalah mengukur berhasil tidaknya program
yang dilakasanakan, apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta
24
Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), cet Ke-4. 25
Suharismi Arikunto, “Penilaian Program Pendidikan”, (Jakarta: PT. Bina Aksara,
1998), h. 8.
Page 30
18
bagaimana tindaklanjutnya. Dengan demikian evaluasi adalah pemantauan
suatu kegiatan proyek atau program sosial yang dilakukan pada saat kegiatan
tersebut telah berakhir atau dilakukan sekurang-kurangnya setelah program
tersebut berjalan beberapa saat (misalnya, tiga bulan, satu semester atau enam
bulan, satu tahun).26
Menurut San Afri dalam bukunya Panduan Pemberdayaan Lembaga
Masyarakat Desa hutan menjelaskan bahwa evaluasi program adalah
memberikan penilaian terhadap hasil kinerja dari sebuah program atau proyek
yang dilaksanakan secara multi pihak. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
respon, hasil dan dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan sebuah program
atau proyek. Penilaian teradap kinerja sebuah program atau proyek yang
hendaknya dilakukan secara partisipatif oleh sekelompok orang yang menjadi
sasaran pelaksanaan penerima program proyek tersebut.27
Dengan demikian, evaluasi menurut Viji Srinivisan, ini dimaksudkan
untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan
kata lain kegiatan evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek
kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan
ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan.28
26
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, (Bandung: PT. RefikaAditama, 2005),
h. 119. 27
San Afri, “Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa hutan (LMDH)”,
(Jakarta: Harapan Prima, 2008), h. 114.
28 Viji Srinivisan, “Metode Evaluasi Partisipatoris”, dalam Walter Fernandes dan Rejesh
Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), h. 68.
Page 31
19
Dapat disimpulkan evaluasi adalah penilaian pada efektifitas
(keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara melihat
faktor-faktor baik pendukung atau penghambat terhadap pelaksanaan program.
2. Pengertian Evaluasi Dampak Program
Menurut Nurul Hidayati, evaluasi dampak program adalah analisis
hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan
dengan outcomes.29
Evaluasi dampak yang peneliti kutip dari Ruth Levine dalam
Jurrnalnya, ia mengungkapkan bahwa:
“…definition of impact evaluation as a measurement of net change in
outcomes attributable to a specific program using a methodology that is
robust, available, feasible and appropriate, both to the question under
investigation and to the specific context. Impact concern not only outcomes,
but also the change the leads to outcomes…30
Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa evaluasi dampak adalah
mengukur secara bersih yang disebabkan oleh adanya suatu program tertentu
dengan metodologis. Dan evaluasi dampak tidak hanya memandang dari segi
hasil saja, tetapi juga perubahan yang akan muncul sebagai dampak dari
program itu sendiri.
Evaluasi dampak menurut Suzzetta (2008) adalah jenis evaluasi yang
berusaha mengungkapkan siapa sebenarnya yang memperoleh manfaat dari
29
Nurul Hidayati, “Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif”,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 125. 30
Institute Of Medicine Of The National Academies. “Design Considertion For
Evaluating The Impact of Pefpear”. (Washington DC: The National Academy Press, 2008), h. 23.
Page 32
20
program dan berapa besar manfaatnya. Dengan kata lain, sejauh mana hasil
atau manfaat dan dampak yang diharapkan telah tercapai.31
Menurut Rossi (1979) dalam buku pemberdayaan masyarakat
Sebagian besar kegiatan evaluasi umumnya diarahkan untuk mengevaluasi
tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan
program yang telah direncanakan. Kegiatan seperti ini hanya dapat dilakukan
jika tujuan program benar-benar dirumuskan secara jelas dan telah disediakan
cara-cara pengukurannya, baik yang menyangkut perubahan perilaku atau
ukuran yang lain seperti: tingkat produktivitas, tingkat kelahiran atau kematian
dan lain-lain.32
Sebelumnya telah dijelaskan tersendiri definisi evaluasi. Untuk
dampak mempunyai arti yaitu perubahan kondisi fisik maupun sosial sebagai
akibat dari output. Akibat dari hasil (output) ada dua macam yakni:
a. Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok
sasaran (baik akibat yang diharapkan atau tidak diharapkan) dan akibat
tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran
(impact).
b. Akibat yang dihasilkan suatu intervensi program pada kelompok sasaran,
baik yang sesuai dengan yang diharapkan atau tidak dan akibat tersebut
31
Ana Jauharul Islam, Saleh Soeaidy, Ainul Hayat, “Evaluasi dampak mutu pendidikan
dasar” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, h. 1907, Jurusan Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. Artikel diakses pada Jumat, 24 Juni
2016 dari http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac. 32
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,
“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik) Edisi Revisi, (Bandung:
ALFABETA cv, 2013), h. 270.
Page 33
21
tidak mampu menimbulkan perilaku baru pada kelompok sasaran
(effects).33
3. Model Evaluasi
Model evaluasi yang akan digunakan pada penelitian adalah Model
Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model). Berikut model-
model evaluasi sistem analisis meliputi: a). evaluasi input b). evaluasi process
c). evaluasi output d). evaluasi outcome e). evaluasi impact yaitu:34
a. Evaluasi (input) masukan adalah klien, staff dan program serta sarana atau
fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Tujuannya adalah
untuk menjaring, menganalisis dan menilai kecukupan kuantitas dan
kualitas masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan
program.
b. Evaluasi (process) proses memfokuskan pada pelaksanaan program yang
melibatkan langsung antara klien dengan staff. Evaluasi proses merupakan
katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
c. Evaluasi (Output) keluaran
Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran dari pada program,
yaitu produk yang dihasilkan program. Berapa banyak dan berapa baik
produk dari program? Berapa banyak dan berapa lama orang yang
mendapatkan layanan? Berapa jumlah jam kerja klien mendapatkan
layanan program?
33
Zudika DM Manullang, “Evaluasi Dampak Program Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Sanimas) dalam pemberdayaan masyarakat”, (Skripsi S1 FISIP, Universitas Sumatera Utara,
2014), h. 32. 34
Wirawan, MSL, “Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi”,h. 109
Page 34
22
d. Evaluasi akibat (outcomes) adalah mengukur apakah klien yang mendapat
layanan program berubah. Evaluasi ini misalnya berupa mencari jawaban
atas pertanyaan sebagai berikut: Apakah aktivitas program merubah para
klien seperti yang diharapkan? Apakah aktivitas program mempunyai
pengaruh sampingan yang tidak diperhitungkan sebelumnya? Siapa dan
berapa banyak dari klien yang merespons positif dan negatif terhadap
aktivitas program?
e. Evaluasi pengaruh (impact) adalah menilai perubahan yang terjadi
terhadap klien atau para pemangku program kepentingan sebagai akibat
dari intervensi yang dilakukan program. Evaluasi ini mengukur pengaruh
program sebagai hasil program dalam jangka panjang.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan dalam
penggunaan model evaluasi pengaruh (impact) dari model evaluasi analisis
sistem karena evaluasi ini menilai perubahan apa yang telah terjadi terhadap
anggota dari program KRPL serta mengukur pengaruh program sebagai hasil
program dalam jangka panjangnya.
4. Indikator Evaluasi Dampak Program
Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur
untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang
menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut fenomena sosial,
ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatakan kualitas. Indikator
Page 35
23
dapat berbentuk ukuan, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukan
suatu keadaan. 35
Dampak dalam kamus besar Bahasa Indonesia-Inggris merupakan
suatu benturan, pengaruh kuat (baik negatif maupun positif) antara dua benda
atau manusia sehingga menyebabkan perubahan.36
Dampak melihat apakah
sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan suatu perubahan
secara jangka panjang pada penerima layanan (klien).37
Dampak adalah
perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas baik hasil posif maupun
negatif dari sebuah program.
Dampak positif adalah perubahan yang diharapkan telah tercapai pada
individu ataupun kelompok (anggota dari program Kawasan Rumah Pangan
Lestari) dilihat dari tiga aspek:
a. Aspek Sosial: perubahan perilaku, mengingkatkan pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan.
b. Aspek Ekonomi: menghemat pengeluaran ruah tangga dan pemenuhan
konsumsi sayuran.
c. Aspek Ekologi: pengolahan limbah rumah tangga, memberikan keindahan
dan memberikan kesehatan.
Sedangkan dampak negatif dari berjalannya program tidak
diketemukan. Namun dalam penerapan program tidak terlaksana dengan baik
karena terdapat hambatan yang dirasakan kelompok. Hambatan tersebut: a.
35
Suharto, Membangun Masyarakat, h. 126. 36
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: 2001), h. 849. 37
Isbandi Rukminto adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas”, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 132.
Page 36
24
Kurangnya tenaga pendamping, dana dan waktu b. perilaku tidak
berkelanjutan dari pengelola (pemilik lahan) c. ancaman kejenuhan dalam
memaksimalkan pemanfaatan lahan seperti: serangan hama.38
5. Tujuan Evaluasi
Adapun tujuan evaluasi program menurut Edi Suharto dalam bukunya
membangun masyarakat memberdayakan rakyat adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).39
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual menurut Edi Suharto, pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata“power” (kekuasaan atau
keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan
kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Dengan pemahaman
seperti ini, Pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian
memiliki konsep yang bermakna. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan
mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi
pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian serta lembaga yang
38
Ashari, Saptana dan Tri Bastuti Purwantini, “Potensi dan prospek pemanfaatan lahan
pekarangan untuk ketahan pangan”, Forum Penelitian Agro Ekonomi, V. 30, No. 1 (Juli 2012): h,
21-22. 39
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 119.
Page 37
25
mempengaruhinya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.40
Adi mengutip pendapat JimIfe yang mengemukakan bahwa:
“Empowerment means providing people with the resource,
opportunity, knowledge, and skill to increase their capacity to
determine thir own future and to participate in anda effect the life of
their community”
Pemberdayaan berati menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya,
kesempatan, pengetahuan dan untuk meningkatan keahlian dari masyarakat
dan mempengaruhi hidup dalam komunitas masyarakat itu sendiri.41
Menurut Ir. Mohamad Jafar Hafsah yang dikutip dalam bukunya,
Pemberdayaan masyarakat secara umum adalah upaya untuk membangun dan
mengembangkan potensi masyarakat, khusunya masyarakat marginal agar
tidak tertinggal dalam program dan proses pembangunan. Pemberdayaan
terjadi dikarenakan adanya kesenjangan yang disebabkan oleh sebagian
masyarakat yang tidak mampu mengikuti proses transformasi yang terjadi
dalam segala bidang (sosial, ekonomi, politik, demografi, teknologi dan lain-
lain), sehingga perlu diberdayakan agar tidak tertinggal.42
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya (kemampuan)
dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
40
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 50-58.
41 Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 50.
42 Ir. Mohamad Jafar Hafsah, “Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi daerah”, (Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan, 2009). h, 131.
Page 38
26
yang dimiliki serta berupaya mengembangkan kekuatan atau kemampuan,
potensi, sumberdaya rakyat agar mampu membela dirinya sendiri.43
Menurut Ferdinan Tonny Nasidan dalam bukunya pengembangan
masyarakat menjelaskan, pemberdayaan mengacu kepada kemampuan
masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan kontrol atas
sumber daya yang penting. Kemudian upaya pemberdayaan merupakan suatu
upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik
ditingkat inividu, kelompok, kelembagaan maupun komunitas memiliki
tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses
pada sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan
pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktivitas pembangunan yang
dilakukan di lingkungannya.44
Menurut Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S dan Dr. Ir. H. Poerwoko
Soebiato, M.Si, Istilah pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya
memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan
masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan
dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi keinginannya, termasuk
aksestabilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya,
aktivitas sosialnya dan lain-lain. Pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.
Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan dan kebertanggung jawaban adalah bagian pokok dari upaya
43
Sriharini, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam vol 1, FDK UIN (Yogyakarta” September, 2003), h. 45. 44
Fredinan Tonny Nasdian, “Pengembangan Masyarakat”, (Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indoneisa: 2014), h. 91-96.
Page 39
27
pemberdayaan.Yang terpenting adalah pastisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.45
Meskipun para ahli berbeda pendapat tetapi memiliki tujuan yang
sama, yaitu meningkatkan potensi sumber daya yang ada pada diri manusia.
Jadi dari uraian diatas pemberdayaan masyarakat adalah mengembalikan
keberfungsian sosial seseorang ataupun anggota masyarakat dengan bantuan
tenaga perubah dengan penyadaran akan peluang-peluang yang dapat
dimanfaatkan maupun pengembangan potensi yang dimiliki serta kemampuan
dan keberanian untuk melakukan suatu perubahan.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam tujuannya menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegitan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.46
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat
agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik seluruh warga
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya.
45
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,
“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik) Edisi Revisi, h. 28-31. 46
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 58.
Page 40
28
Menurut Agus Ahmad Sayfi’i tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan
diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Ini berati masyarakat
diberayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya.47
C. Pertanian Kota (Urban farming)
1. Sejarah Urban Farming
Penjelasan sejarah Urban farming dalam dikutipan buku Urban
Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah menceritakan sebenarnya sudah
ada sejak zaman dahulu, bahkan sejak pertanian itu sendiri lahir. Sejarah
mencatat, konsep ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Diberbagai belahan
dunia, urban farming tempo dulu digalakkan sebagai salah satu upaya untuk
menjamin ketahanan pangan. Saat perang dunia I dan perang dunia II,
Presiden Woodrow Wilson meminta kepada seluruh warga Amerika untuk
menanam. Woodrow melihat berkebun di pekarangan merupakan satu-satunya
cara keluar dari krisis pangan selama perang dunia berlangsung. Gerakan
berkebun yang dilakukan besar-besaran oleh penduduk Amerika saat itu
melahirkan sebuah taman bernama victory garden. Tidak lama berselang,
berbagai komunitas pencinta kebunpun banyak didirikan. Salah satu yang
terbesar yaitu Seattle’s P-Patch. Munculnya komunitas pencinta kebun di
seluruh dunia, merupakan awal baru dari lahirnya konsep urban farming yang
mendunia. Seiring dengan pesatnya perkembangan tekonologi, urban farming
kini tampil jauh lebih mudah dan efisien. Kita tidak harus lagi bergantung
47
Agus Ahmad Syafi’I “Manajemen Masyarakat Islam”, h. 39.
Page 41
29
pada lahan untuk bertanam, karena tanpa lahanpun kita masih dapat
berkebun.48
Konsep urban farming lahir dari kesadaran masyarakat untuk
mendapatkan bahan pangan yang segar dan sehat, serta mengurangi populasi
dan perencanaan lingkungan sekitar sehingga bisa terciptanya gaya hidup yang
sehat di lingkungan yang sehat. Hingga beberapa tahun terakhir muncul
kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumi makan yang dihasilkan
menggunkan bahan non-organik seperti pupuk kimia dan pestisida sintesis.
Dikarenakan semakin banyaknya orang sakit akibat polusi dan lingkungan
yang tercemar menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat. Kini
kecenderungan orang untuk mengonsumsi makanan organik semakin besar.
Organik menjadi pilihan cara dalam urban farming. Konsep dan
metode organik secara umum diartikan sebagai cara bercocok tanam tanpa
menggunakan pupuk dan pestisida sintesis yang dikelola di lingkungan sekitar
pekarangan rumah dan pemukiman pekotaan. Banyak manfaat yang bisa
dihasilkan dari urban farming diantaranya: pekarangan menjadi lebih
produktif dan dampak cemaran limbah rumah tangga menjadi berkurang,
seperti sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos, air limbah rumah tangga
dibuatkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman sehingga tidak mencemari tanah dan udara.49
2. Pengertian Urban Farming
Istilah (Urban Farming) secara harfiah berarti berkebun di daerah
urban atau perkotaan. Urban farming merupakan kegiatan menanam dan
48
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, h. 8. 49
Janti Wignjopranoto, Selamet Raharjo, dan T. A. Kuncoro, “Rumah Organik
Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik”, h. 2-4.
Page 42
30
menumbuhkan tanaman di area padat penduduk yang ditunjukan untuk
konsumsi pribadi maupun untuk didistribusikan pada orang-orang yang berada
disekitar area tersebut. Dengan urban farming, masyarakat bisa menjadi petani
di kota tanpa harus di lahan yang luas.50
Menurut Widianto yang mengutip buku Ridwan Kamil Indonesia
Berkebun merupakan pendiri komunitas Bandung Berkebun. Konsep urban
farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi
menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan
komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka. Gaya hidup
yang ingin dibentuk adalah menjadikan kegiatan konsep ini kebutuhan sehari-
hari.51
Menurut Enciety (2011) dalam kutipan skripsi Firdaus Harap bahwa
Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar
perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya
dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas
ini adalah upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah
penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi.52
Menurut Food Argiculture Organization (FAO) yang dikutip dalam
buku Rumah Organik mendefinisikan pertanian urban sebagai industri yang
memproduksi, memproses, serta memasarkan produk dan bahan pangan
50
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif, Sayur, Hias & Buah”, h. 6. 51
Widianto dkk, “ Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen untuk Sistem Kegiatan Urban
farming Komunitas Bandung Berkebun”, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, vol. 01 no. 4
(Maret 2014), h. 86, artikel diakses pada Jumat, 29 April 2016 pada pukul 07. 13 dari
http://id.portalgaruda.org 52
Firdaus Harahap, “Keberhasilan Program Urban Farming Di Kota Surabaya”,
(Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional (VETERAN) Surabaya, 2014),
h. 2. Artikel diakses pada 2 Mei 2015 pukul 06.33 dari http://eprints.upnjatim.ac.id
Page 43
31
nabati, terutama dalam menanggapi permintaan sehari-hari konsumen di
perkotaan yang menerapkan metode intesif, memanfaatkan dan mendaur ulang
sumber daya dan limbah perkotaan, serta menghasilkan beragam tanaman dan
ternak.53
Menurut Bareja (2010) menyebutkan urban farming atau urban
agriculture adalah upaya pembudidayaan tanaman dan atau memelihara
hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah kota besar, metropolitan, atau
kota kecil untuk memperoleh bahan pangan, kebutuhan lain dan tambahan
finansial, termasuk tahap pemprosesan, pemasaran dan distribusi produk hasil
kegiatan tersebut. Urban farming kebanyakan dilakukan oleh mayarakat yang
tinggal di perkotaan, kadang sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan
sambilan, karena memanfaatkan ruang terbuka atau lahan tidur. Aktivitas ini
lebih banyak pada produksi bahan makanan dari tanaman pertanian seperti
sayuran, bumbu, buah-buahan, toga dan tanaman hias.54
Secara teknik urban
farming dilakukan dengan memanfaatkan seminimal mungkin lahan yang ada
untuk berkebun seperti tabulampot, vertikultur, vertical garden dan roof
garden.55
Bedasarkan dari berbagai uraian pendapat. Kesimpulan bahwa urban
farming merupakan aktivitas pertanian, pertenakan, perikanan maupun
perkebunan oleh masyarakat yang memanfaatkan lahan tidur di perkotaan,
ruang terbuka hijau dan lahan di sekitar rumah yang melibatkan keterampilan,
53
Janti Wignjopranoto, Selamet Raharjo, dan T. A. Kuncoro, “Rumah Organik
Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik”, (Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka, 2015), h. 4. 54
Nugraheni Widyawati, “Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam Pot”, h. 25. 55
Herfin Sasono dan Nofiandi Riawan, “Mudah Membuahkan 38 Tabulampot Paling
Populer”, (Jakarta Selatan: PT ArgoMedia Pustaka, 2014), h. 2.
Page 44
32
keahlian dan inovasi dalam pembudidayaanya. Guna menambah gizi,
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga serta membangun suatu
kelompok pertanian guna membangun dirinya sendiri agar lebih mandiri.
3. Penerapan Urban Farming
Aktivitas bercocok tanam dapat dilakukan di dalam kota (intra-urban)
atau di perbatasan kota (peri-urban). Aktivitas tersebut dapat diterapkan di
wilayah rumah misalnya di halaman, di lahan luar pemukiman, halaman
belakang atau depan, di ruang terbuka di luar gedung di pagar halaman,
dinding, tangga, balkon, teras dan atap, baik pada lahannya sendiri, menyewa
atau lahan umum yang tidak sedang dimanfaatkan.56
Menurut tim Agriflo Urban farming sendiri dapat membuat
masyarakat menjadi lebih kreatif, karena dapat membuat lahan pekarangan
mereka lebih produkif. Selain itu penerapan ini sendiri juga dapat
diaplikasikan di jalan-jalan umum seperti di trotoar atau taman kota.57
Berikut
beberapa konsep penerapan dalam urban farming yang sangat bervariasi:
a. Tabulampot
Budidaya Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot) mulanya
dikenal di daratan Cina dan Jepang disebut She Juang Penjing dan Shan
shui penjing, yaitu Bonsai. Bonsai berasal dari bahasa Jepang yang terdiri
atas suku kata “bon” nampan (wadah) dan “sai” tumbuh. Secara harfiah
bonsai adalah sesuatu yang tumbuh di satu wadah atau tempat dangkal,
kemudian popular dengan istilah pot dan popular dengan sebutan
56
Nugraheni Widyawati,“Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam Pot”,
(Yogyakarta: Lily Publisher, 2015), h. 25. 57
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, h. 116.
Page 45
33
Tabulampot. Tabulampot adalah sistem budidaya tanaman buah-buahan
dengan menggunakan pot sebagai tempat hidupnya.58
b. Vertikultur
Verikultur merupakan salah satu sistem budidaya tanaman yang
menggunakan sistem bertingkat atau ke atas. Teknik ini merupakan salah
satu alternatif dalam mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan.
c. Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu alternatif dari pertanian di lahan
terbatas/sempit. Budidaya tanaman dengan teknik ini menggunakan tanah
sebagai media tanamnya juga dapat memanen tanamannya sepanjang
tahun dan tidak tergantung musim. Hidroponik ini dapat dilakukan dengan
skala kecil di pekarangan rumah yang luasnya terbatas.
d. Akuaponik
Akuaponik merupakan perpaduan sistem budidaya antara tanaman
dan ikan. Prisnsipnya, tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang
didapat dari kotoran ikan.59
58
Bachrum Achmad Baeshowi,“Pertanian Terpadudan Argribisnis”, (Ciputat: Intelektifa
Pustaka, 2004), h. 131. 59
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, h. 54-
78.
Page 46
34
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan
Berdirinya Gerakan Peduli Lingkungan berawal dari rasa kesadaran
dan kepedulian kelompok masyarakat, bahwa dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup diperlukan komitmen secara kolektif untuk
menuju perubahan perilaku dan terciptanya etika berbudaya lingkungan sehat
dan asri yang bukan menjadi tanggungjawab pemerintah saja.
Pada awalnya di tahun 2003 ibu-ibu Majelis Taklim Darussalam dan
Pemuda di Perumahan Pondok Pekayon Indah (PPI) berkunjung ke Banjarsari,
Desa Agrowisata lingkungan di Jakarta Selatan yang dipimpin oleh Ibu Harini
Bambang Wahono yang kita kenal sebagai pelopor lingkungan hidup
khususnya bidang persampahan di Indonesia. Pada saat kunjungan itu, serta
merta ibu-ibu dan pemuda tergugah serta termotivasi, mempunyai niat untuk
mengembangkan hal yang sama seperti Ibu Bambang lakukan. Selama 3 bulan
sejak itu, komunitas didampingi oleh Ibu Sri Riadiati seorang mahasiswi pasca
sarjana Universitas Indonesia jurusan Psikologi Lingkungan yang
dipertemukan di kediaman Ibu Bambang saat kunjungan kesana. Proses
tumbuh warga PPI dalam membentuk komunitas yang peduli lingkungan
dijadikan kasus oleh beliau dalam menyusun disertasinya. Diawali dengan
mengadakan in house training, komunitas YGPL Pekayon mencerdaskan diri,
membekali diri dengan wawasan dan ilmu sekitar kesehatan lingkungan.
Diperjelas dengan melihat kenyataan rendahnya kualitas lingkungan di sekitar
Page 47
35
Pekayon, khususnya masalah persampahan, sehingga membuat komunitas
YGPL Pekayon semakin tertantang untuk maju melangkah.
Kemudian komunitas YGPL Pekayon berkomitmen untuk melanjutkan
dengan membentuk organisasi, menetapkan visi dan misi, kepengurusan serta
menyusun program. Maka, lahirlah Gerakan Peduli Lingkungan pada tanggal
4 April 2003.Yang dipelopori oleh MTIID (Majelis Ta’lim Ibu-ibu
Darussalam) dan HIPPI (Himpunan Pemuda Pondok Pekayon Indah).
Selangkah demi selangkah YGPL melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan potensi yang ada, secara swadaya dan swakarya.
Pada tahun 2007-2008, YGPL ditunjuk sebagai Stakeholder PPK-IPM
(Program Pendanaan Kompetisi-Indek Pembangunan Masyarakat) untuk Jawa
Barat, dengan mengadakan kegiatan ToT (Training of Trainer) untuk 24 kader
dan memandu kegiatan replikasi ke 4 kelurahan dengan jumlah peserta 100
orang. YGPL memiliki jumlah pengurus inti aktif sebanyak 50 orang. YGPL
juga menggalakkan kembali kebun TOGA (Tanaman Obat Keluarga),
pengomposan skala kawasan, dan meningkatkan produksi kerajinan dari
limbah seperti plastik, botol, kertas dan kulit telur. Kelompok ini
membudidayakan sayuran organik di lahan percontohan, dan yang terakhir
YGPL menerbitkan buletin setiap 2 bulan untuk menyebarkan informasi
mengenai kegiatan yang akan dan sudah dilakukan kepada masyarakat.
Kegiatan pengelolaan sampah dan gerakan penghijauan yang telah dilakukan
YGPL Pekayon menghasilkan berbagai penghargaan seperti Juara I Lomba
Kreatifitas Daur Ulang Sampah yang diselenggarakan oleh KLH dan
Page 48
36
MNUPW pada Desember 2003, Penghargaan dalam bidang Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga dari Walikota Bekasi pada Desember 2004,
Penghargaan sebagai Pelopor Peduli Lingkungan dari Walikota Bekasi
Juni 2005, Juara II Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga Tingkat
Provinsi Jabar dari Gubernur Jabar Juli 2005, Juara I Peningkatan Kualitas
Lingkungan Keluarga Tingkat Kota Bekasi Juli 2005, Juara I Lomba TBM
dalam rangka Keteladanan PLS Provinsi Jawa Barat 2007, Juara I Pengelola
TBM tingkat Provinsi Jawa Barat dalam rangka JAMBORE PTK-PNF 2008,
Terbaik Ke VI dalam Pengelola TBM Tingkat Nasional dalam rangka
JAMBORE PTK-PNF 2008 dan Penghargaan Juara I Kategori Bank
Sampah (Lomba K3 Tingkat Kota Bekasi) 2014.
Seiring dengan tumbuh kembang komunitas YGPL, pada tanggal 1
April 2009, YGPL melakukan pengembangan kelembagaan dengan
mengukuhkan organisasi yang semula berbentuk komunitas ke bentuk
Yayasan dengan nama: Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon. Saat
ini YGPL mempunyai 30 kader dan 70 relawan. Bentuk organisasi yayasan ini
adalah sosial, nir bala, independen, netral (tidak berpihak ke satu ideologi,
golongan agama, ras maupun suku atau kedaerahan).60
Para anggota yayasan mempunyai motto sebagai berikut: Prestasi tidak
menjadikan kami berhenti. Memelihara komitmen menjadi tantangan yang
tidak mudah dilakukan. Perlu kerja keras untuk bisa konsisten dan
berkelanjutan. Energi perlu senantiasa dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Kreatifitas diupayakan terus diasah. Diperlukan kerjasama dan membentuk
60
http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 29 Mei2016 pada pukul 12.33 wib.
Page 49
37
jejaring dengan lembaga yang mempunyai satu visi. Dengan bekal cinta,
peduli, disiplin, tanggung jawab dan sabar semoga kiprah yayasan ini member
kontribusi yang berati terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam
pelestarian lingkungan di Indonesia.
B. Visi dan Misi
Dalam menjalankan berbagai program kegiatan, Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan memiliki visi dan misi yang dijadikan pedoman mencapai
sasaran antara lain:
1. Visi
Untuk menciptakan Pondok Pekayon Indah menjadi lingkungan yang
bersih, sehat, asri, harmoni dan lestari serta memberdayakan masyarakat
dalam bidang pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup.
2. Misi
Menanamkan dan meningkatkan kesadaran dan wawasan masyarakat
terhadap masalah lingkungan. Menggalang dukungan dan partisipasi aktif
dari setiap individu maupun kelompok masyarakat. Melaksanakan secara
swadaya dan swakarsa. Membangun perilaku dan budaya baru
berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.
C. Identitas Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
Nama Lembaga :Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
Tanggal Berdiri : 4 April 2003
Bentukan : 2003-2009: Komunitas, 2009-Sekarang: Yayasan
Organisasi Sosial, Nir Laba dan Independen.
Page 50
38
Lokasi : RW 8-11 Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan.
NPWP : 21.084.93.7-432.000
D. Struktur Organisasi
Dalam kegiatan keorganisasian dan kelembagaan yang baik,
diperlukan adanya struktur organisasi agar segala kegiatan tersusun rapi serta
akan mempermudah dalam mencapai tujuan.
Struktur Organisasi Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan61
61
http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 1 Juli 2016 pada pukul 9.33 wib.
Dewan Pembina
Ir. Lala Gozali
Humas
Yustiardani
Sekertaris
Wiwik Satrio
Mitra Kerja
Donor
Narasumber
Ketua
Rustinah Hassan
Bendahara
Neni Rizal
Prog Pengembangan
Ir. Lala Gozali
Unit
Tamanca
Nur
Mutmainah
Unit
Pengemban
gan
masyarakat
Yulianti A.
Ruddy
Duta
Lingku
ngan
Wirda
RW 8-11
Dewan Pengawas
Ellis Agus
Unit
KRPL
Harmoni
Siti Nurul
Unit Bank
sampah
Windy Usman
Unit Rumah
Kompos
Suko Nitono
Unit Rumah
Perca
Siti Rochana
Page 51
39
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuannya adalah YGPL sebagai Bekasi pelopor untuk lingkungannya
serta untuk mewujudkan Pondok Pekayon Indah sebagai kawasan
pemukiman yang ramah lingkungan.
2. Sasaran yang ditargetkan oleh YGPL yaitu dari berbagai kalangan
masyarakat, seperti Ibu-ibu (terutama kelompok PKK, arisan) siswa
sekolah/pelajar (TK, SD, SMP, SMU dan sederajat), kelompok pendidik
atau guru, kelompok kepemudaan, warga RT, RW, organisasi keagamaan
di komplek Perumahan PondokPekayon Indah dan tempat lainnya.62
F. Sarana dan Prasarana
Terkait dengan fasilitas pendukung yang tersedia di Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan, maka disediakan saran dan prasarana agar semua kegiatan
berjalan lancar. Fasilitas meliputi: Pembangunan Taman Kota, Gedung dan
Fasilitas pilar sampah 3R dibangun sejak akhir bulan Juli 2012 dan selesai
akhir akhir bulan September 2014, tempat pelatihan, papan slogan, baktor atau
bak sampah bantuan dari BJB dan Gubernur Jawa Barat pada tahun 2013,
ketersediaan peralatan untuk pengolahan sampah (seperti: 4 mesin pencacah,
timbangan, pengayak, tong-tong besar), lahan rumah kompos untuk program
kawasan rumah pangan lestari, rak tanaman vertikal, rak hydroponik, rak
aquponik, komposter, peralatan pertanian (seperti: bibit, sepatu bot untuk
anak-anak, paralon, cangkul), Saung Pembibitan Kwt Harmoni, Kebun Bibit
yang terdapat di rumah kompos, bangunan Taman Bacaan beserta
perlengkapannya (yaitu: memiliki koleksi ±7532 eksemplar dengan 3601 judul
62
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 19 Juli 2016.
Page 52
40
yang terdiri dari majalah, buku bergambar, buku fiksi maupun non fiksi,
ensiklopedia, kamus, buku pelajaran, atlas dan peta, mainan edukatif dan
peralatan untuk menggambar dan mewarnai), tempat pengolahan produksi
kompos kawasan, baru dibangun Rumah Bunda SEHAT disana terdapat:
(ruang ASI, ruang instalasi, kompor, computer, alat-alat masak, susu) yang
mana mesin jahit dari Pemkot untuk rumah perca, Seluruh Posyandu yang ada
di RW.008 ; 009 ; 010 dan 011 masing-masing mendapatkan bantuan 1 unit
Alat Timbangan Bayi, Alat Kontrol Kesehatan dan Makanan Bayi, alat tinggi
badan dan lainnya dari ASTRA Internasional, Gedung baru untuk Posyandu
dan Posbindu RW 11 Pekayon Jaya.
G. Program Kegiatan Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan
Yayasan ini merupakan lembaga yang peduli terhadap permasalahan
lingkungan dan turut memberdayakan masyarakat Pondok Pekayon Indah.
Diantara berbagai programnya, YGPL memiliki empat program utama yaitu:
pemberdayaan masyarakat, pemilihan dan pengomposan sampah serta
pembibitan atau penghijauan dan beberapa Unit pengembangan YGPL sudah
dibentuk yaitu: Unit Pengelolaan Kompos Kawasan, Unit Taman Bacaan, Unit
Arisan YGPL, Unit Buletin dan Unit YGPL Kids. Lima lingkup kegiatan
unit program pengembangan yang sedang diterapkan, yaitu:63
1. Unit Pemberdayaan Masyarakat
Dalam program utamanya YGPL Pekayon, pemberdayaan
masyarakat merupakan Jasa pemberdayaan masyarakat yang berbasis
63
http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 04Juni 2016 pada pukul 07.10
wib.
Page 53
41
kewirausahaan sosial. Prinsip layanan yang YGPL berikan adalah
1.Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon Green Society yaitu Program
Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon untuk menciptakan komunitas yang
terpadu yang meliputi program pembangunan fasilitas penunjang
kesehatan yang memadai, sentra pemberdayaan ekonomi masyarakat,
fasilitas penunjang pendidikan dan menciptakan masyarakat yang peduli
lingkungan serta pelatihan cara mengelola sampah. 2. Bank Sampah
Masuk Sekolah yaitu Upaya yang mengintegrasikan pengelolaan
lingkungan serta belajar layanan keuangan kepada anak dilakukan oleh
YGPL dengan membuka konter Bank Sampah. Murid sekolah dilatih
menjadi Petugas Bank Sampah untuk menerima dan mengelola setoran
sampah dari murid-murid lainnya. Setoran sampah yang terkumpul
disalurkan ke Bank Sampah di sekitarnya yang juga binaan YGPL, uang
hasil penjualan sampah tersebut dikreditkan kepada nasabah di sekolah
dalam bentuk tabungan. Program ini sebagai bentuk upaya memperluas
jaringan Bank Sampah yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan.
Di dalamnya YGPL Pekayon terdapat berbagai materi program pelatihan
dan Pembinaan Masyarakat dalam Berbudaya Lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pembinaan dan Pelatihan Masyarakat dalam Berbudaya
Lingkungan
1) Eco – School “SD Kinderfield Kemang Pratama”
“Go-Green School” Adiwiyata. Di mana dalam program ini
tim edukasi Eco Green School akan melakukan kunjungan ke beberapa
Page 54
42
sekolah yang terdaftar untuk dikunjungi. Tim akan menjelaskan beberapa
program edukasi yang ada di Eco Green School seperti pembelajaran
tentang pengolahan sampah, daur ulang sampah, serta pembelajaran
tentang lingkungan hidup.
2)Eco-Pesantren“AlQomariyah”
Program yang bertujuan untuk mendorong peningkatan
pengetahuan, kepedulian, kesadaran dan peran serta aktif warga pondok
pesantren terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup berdasarkan
ajaran agama Islam. Dengan Memberikan sosialisasi dan bimbingan teknis
dengan harapan agar eco pesantren dapat diimplementasi melalui
“gerakan” baik melalui penguatan internalisasi isue lingkungan kedalam
proses belajar mengajar maupun aksi kepedulian dan perubahan perilaku
warga pondok pesantren yang didukung oleh penguatan sarana ramah
lingkungan.
3) Eco-Office “Kantor Peduli Lingkungan”
Konsep kantor ramah lingkungan tersebut dapat diaplikasikan pada
semua kantor agar bisa membuat suasana nyaman, menghemat biaya
operasional, sebagai wujud partisipasi dalam mengurangi global warming,
membuat pikiran akan menjadi lebih fresh dan semangat kerja akan
meningkat. Salah satunya YGPL Pekayon memberikan Pelatihan kepada
karyawan Menara Kuningan 04 Mei 2016 tentang Pemilahan Sampah Di
Kantor dimana Kantor Peduli Lingkungan (Eco Office).
Page 55
43
4)Eco-Campus
Perguruan tinggi menjadi ujung tombak terdepan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan bangsa, termasuk permasalahan lingkungan. YGPL
Pekayon memberikan pelatihan sebagai pekan pengenalan dan pembekalan
mahasiswa baru Universitas Bhayangkara pada 26 Agustus 2016.
Gambar 1. Kegiatan Eco-Campus di Universitas Bhayangkara
Sumber: Dokumentasi Peneliti
b. Bimbingan Teknis Pengolahan Lingkungan Tingkat Rumah Tangga.
Pemberian penyuluhan pelatihan dalam kegiatan pelatihan dan
pembinaan masyarakat di kader lingkungan seperti: Diajarkan cara
membuat kompos secara individu, yang dapat dilakukan disetiap Rumah
tangga dan pembinaan pemilihan sampah.
2. Unit Kompos Pekayon
Mendaur ulang sampah organik dengan cara mengolahnya dapat
menghasilkan kompos organik. Pengelolahan sampah ini sudah ada sejak
tahun 2004 lalu perluasaan pengolahan sampah yang diharapkan bisa
Page 56
44
menghasilkan kompos sebanyak 1,5-2 Ton perminggu dan dilokasi ini
menjadi tempat pelatihan kader-kader yang dapat mengembangkan
pengolahan sampah di wilayah/komplek perumahan secara kawasan di
sekitar Kota Bekasi nantinya.
Dalam unit program kompos ini, Pondok Pekayon Indah
menyediakan program pelatihan pengelolahan sampah di dalamnya.
Program pelatihan pengolahan sampah disusun berdasarkan konsep
“integrated process” (Integrated Citarum Water Resources Management
Investment Program (ICWRMIP) merupakan gambaran strategi, rencana
dan pelaksanaan yang memetakan posisi saat ini dengan visi, hasil dan
tujuan yang ingin kita capai di masa depan untuk pengelolaan terpadu
sungai Citarum. Dari tahap pengumpulan sampah, pengolahan sampai
pada pemanfaatan hasil olahan. Konsep utamanya ditujukan untuk
aktivitas pengelolaan sampah komunitas dan tidak bersifat individual.
Adapun manfaat kompos adalah untuk Penghijauan dalam arti luas
adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan
kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik
sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehari-hari dengan salah satu cara yaitu Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL). Melalui KRPL, pemanfaatan lahan
pekarangan sempit dengan cara menggunakan media kompos dan pupuk
secara organik agar terciptanya area tanam dan menghasilkan pangan yang
sehat.
Page 57
45
Untuk proses pemilihan sampah yang akan diolah menjadi kompos
terdapat 2 proses di dalamnya yaitu:
a. Mekanisme pemilihan sampah dari rumah.
Pemilihan sampah adaah proses yang paling sulit dan paling penting
dalam proses pengolahan sampah. Yang dapat dilakukan ialah
mensosialisasikan ke anggota keluarga mengenai kategori pemilihan
sampah, cara pemilihan sampah dan saranayang dibutuhkan seperti
menyediakan 2 tempat sampah, satu untuk sampah organik dan
sampah anorganik.
b. Pengangkutan sampah
Sampah organik diangkut dari rumah menggunakan gerobak motor
oleh petugas khusus. Kemudian sampah organik yang telah terkumpul
perlu dipilah lagi dari ranting-ranting besar.64
Dari proses pengolahan sampah menjadi kompos yang sudah
dilakukan Gerakan Peduli Lingkungan, dapat menghasilkan berbagai
variasi produk: kompos dan pupuk organik cair yang mereka jual.
3. Unit “Tbm MANCA”
Taman bacaan dan bermain di Pondok Pekayon Indah berdiri sejak
05 Mei 2005 atas kerjasama Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL)
Pondok Pekayon Indah dan Yayasan Taman Baca Indonesia untuk
mendapatkan fasilitas berupa bangunan Taman Baca beserta
perlengkapannya. Taman baca merupakan tempat publik, pusat
pengembangan kreatifitas dan tempat singgah yang aman dan nyaman
64
Buletin Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan, Seri04 tahun 2008 s/d 2010.
Page 58
46
setelah rumah dan sekolah bagi Anak-anak agar berdampak positif bagi
kemandirian anak. Tbm Manca dibentuk untuk mencerdaskan bangsa
melalui pembangunan budaya membaca pada masyarakat Indonesia, agar
generasi muda kelak memiliki budaya membaca sejak kecil. Sasaran dari
taman bacaan ini adalah anak-anak yang bersekolah di dalam atau luar
lingkungan Pondok Pekayon Indah. Jumlah anggota dari Taman Bacaan
Pondok Pekayon Indah sebanyak 350 anak terdiri SD, TK, SMP dan SMU.
Ketua dari Taman Baca adalah Ibu Nur Mutmainah. Adapun tujuan yang
terdapat di Tbm MANCA yaitu:
a. Menggalang pasrtisipasi masyarakat dalam pengelolaan rumah baca.
b. Menarik minat baca anak-anak Pondok Pekayon Indah dan sekitarnya.
c. Memberikan sarana baca yang memadai untuk sekolah-sekolah di
lingkungan Pondok Pekayon Indah dan sekitarnya.
d. Menggalang kreatifitas untuk menumbuhkan budaya membaca.
e. Membantu meringankan beban keluarga prasejahtera untuk
menimbulkan budaya membaca dan belajar.
Adapun prestasi yang pernah Tbm Manca raih berupa: JUARA 1 Lomba
TBM dalam rangka keteladanan PLS kota Bekasi 2007, JUARA 1 Lomba
TB dalam rangka keteladanan PLS Propinsi Jawa Barat. Selain prestasi
yang diraih, terdapat pula penghargaan yang yang sudah dicapai oleh Nur
Mutmainah Gufron selaku ketua program dari Tbm manca berupa
PIAGAM PENGHARGAAN sebagai Peserta Terbaik VI dalam kegiatan
Jambore 1000 PTK-PNF pada Pengelola Taman Bacaan Masyarakat.
Page 59
47
4. Unit KRPL “Harmoni” Kawasan Rumah Pangan Lestari
Salah satu kawasan yang menerapkan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari secara swadaya ialah Kawasan Perumahan Pondok
Pekayon Indah Kel. Pekayon Jaya Kec. Bekasi Selatan yang berlokasi di
RT.004 RW.011 yang didirikan pada April 2013. Pengembangan program
Kawasan Rumah Pangan Lestari menjadi salah satu alternatif berkebun di
lahan sempit dengan menggunakan pemanfaatan pekarangan skala kecil
yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, gizi
keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada hasil akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan sehingga mampu mewujudkan kemandirian
masyarakat dengan mengenalkan cara tanam secara Hydroponik dan
Aquaponik. Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi
pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah,
rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan
pengolahan dan pemasaran hasil. Namun, Sebagian besar Kelompok
Wanita Tani (KWT) Harmoni di Pondok Pekayon Indah belum semua
melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian.
Pengetahuan masyarakat juga masih kurang seperti pembasmian hama
penyakit, teknik-teknik dalam bertanam, mutu dan gizi pangan.
Tujuannya adalah membuat konsumsi pangan masyarakat lebih
beragam sehingga asupan gizi lebih berimbang dan menekan pengeluaran
untuk kebutuhan makan harian antara Rp 200.000 sampai Rp 800.000 per
bulan. Saat ini anggota aktif KRPL berjumlah 20. Seperti yang
diungkapkan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua KRPL 22 Agustus 2016.
Page 60
48
“Kalo untuk tujuannya itu menekan pengeluaran kebutuhan
makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp
800.000 perbulan waktu itu pernah tercapai tapi ya..banyak
kendala cuma bertahan selama 6 bulan diawal saja trus
meningkatkan gizi balita kita dimana sayuran organik itu dapat
menujang gizi keluarga sehingga mencetak generasi balita yang
sehat, kuat, punya daya tahan tubuh yang bagus terbebas dari zat-
zat kimia karna zaman sekarangkan udah ga aman banyak yang
berjualan curang gitu mau ga mau demi sehat dimuali dari
sayuran kita tanam sendiri. Untuk anggota dulunya berjumlah
sampai 40an pas ada kegiatan penyuluhan KRPL mereka masih
perhatian tapi tindaklanjut dari itu yang ga ada tapi makin kesini
yang aktif cuma 20an orang aja.”65
KRPL tidak hanya untuk warga pemilik pekarangan di desa, tetapi
juga di kota karena bagi masyarakat yang memiliki lahan terbatas bisa
tetap menanam dengan teknik vertikultur dan dapat menghasilkan pangan
dari rumah. Dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan,
tanaman pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan dan ternak.
Komoditas yang telah dibudidayakan oleh KWT Harmoni Indah
adalah tanaman yang dapat dipanen dalam jangka pendek, diantaranya:
berbagai tanaman sayuran organik; sawi, kangkung, bayam, pakcoy,
seledri, salada keriting, kalian, kacang panjang, bawang merah, cabai
merah, cabai rawit, daun salam dan lainnya kemudian tanaman buah;
terong, tomat dan lainnya lalu TOGA; binahong, kumis kucing, daun
katuk, daun cincau, daun saga, kencur, sirih, ginseng, kunyit, daun dewa,
samiloto dan lainnya dengan mencoba membudidayakan menggunakan
pupuk organik dan membuat penyemprotan hama dengan pestisida
organik yang mereka buat sendiri agar tercipta area pertanaman yang
65
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua Progam Kawasan Rumah
Pangan Lestari, Pondok Pekayon Indah pada 22 Agustus 2016.
Page 61
49
sehat. Dari hasil wawancara denga Ibu Ir. Lala Gozali 10 Maret 2016
sebagai berikut:
“ Tanaman yang kita tanam ini yang mudah dipanen dalam jangka
pendek disesuaikan dengan musim panas dan musim hujan supaya
bisa digunakan untuk keperluan dapur yang kita tanam tuh ada
kangkung, bayam, seledri, kalian, kacang panjang, bawang merah,
cabai merah, cabai rawit, daun salam, cabai, terong untuk
TOGAnya ada binahong, kumis kucing, daun katuk, daun cincau,
daun saga, kencur, sirih, ginseng, kunyit, daun dewa, samiloto
semua jenis tanaman ada teknik dalam menanamnya.66
Dalam perjalanan menerapkan program KRPL tentu ada
peningkatan dan penurunan dalam pencapaian tujuan programnya sejak
2013 sampai 2016. Selama 3 tahun berdiri tak luput mendapatkan
dukungan dari Kementrian Pertanian, Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Dinas Perekonomian Rakyat Bekasi dalam
memberikan perhatian berupa pelatihan dan penyuluhan dalam
pelaksanaan program ini.
5. Unit Bank Sampah “LESTARI”
Unit bank sampah menjadi salah satu program utama Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL). Bank Sampah adalah sebuah kreasi
inovatif yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan nilai ekonomi
yang terkandung dalam sampah, dan secara tidak langsung dapat
mengurangi sampah yang dibuang melalui gerakan 3R (Reuse, Reduce,
Recylyng) Reuse: Memakai ulang, Reduce: Membatasi dan Mengurangi,
Recylyng: Mendaur ulang.
66
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 12 April 2016.
Page 62
50
Sampah terdiri dari 2 macam, ada sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik biasa dikenal juga dengan sampah basah yang
mempunyai masa hancur berlangsung alami (1-6 bulan ). Terdiri dari
bahan-bahan alami atau organik yang mudah membusuk, seperti: Sisa
Makanan atau Sampah Dapur, Tulang Ikan atau Hewan (sebelumnya
dipotong kecil-kecil), Sisa Sayuran, Daun-daunan Kering, Roti, Nasi, Kue,
Daging dan lain-lain. Sampah anorganik biasa dikenal juga dengan sampah
kering. Terdiri dari senyawa an-organik atau bahan buatan yang tidak
mudah membusuk seperti: Benda atau barang yang terbuat dari kaca
maupun beling (botol bekas minuman, kecap, saus) dengan masa hancur
alami ratusan tahun, Benda Logam atau kaleng minuman dengan masa
hancur alami (80-100tahun), Benda plastik, shampo, minuman botol dll
(50-80 tahun), Styrofoam dibutuhkan 200-400 tahun untuk hancur alami,
bekas makanan, kertas, kardus, B3 (bahan berbahaya dan beracun dan lain-
lain. Karena mendaur ulang sampah memiliki berbagai manfaat
diantaranya: menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan,
melestarikan kehidupan mahluk hidup yang terdapat pada suatu
lingkungan tertentu, menjaga keseimbangan ekosistem mahluk hidup yang
terdapat pada lingkungan, mengurangi sampah anorganik karena sampah
anorganik ada yang dapat bertahan 300 tahun ke depan, mendapatkan
tambahan penghasilan dan hasil pengolahan sampah tersebut pada
akhirnya dapat di jual.
Di Kelurahan Pekayon Jaya misalnya warganya telah memiliki
Bank Sampah dan setiap warga berperan aktif baik sebagai “nasabah”
Page 63
51
maupun sebagai pengelolanya. Dalam Bank Sampah yang disetorkan
“nasabah”nya adalah sampah yang dipandang bernilai ekonomis.
Kemudian pengelola Bank Sampah harus melakukan upaya kreatif dan
inovatif agar sampah-sampah yang dihimpun dari “nasabah” dapat
menjadi uang.Oleh karena itu, pengelola Bank Sampah tersebut harus
merupakan orang-orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa
kewirausahaan. Dengan tangan-tangan kreatif YGPL dan pemikiran-
pemikiran inovatif ternyata sampah yang selama ini sering dianggap
masalah, bagi mereka justru menjadi berkah. Dalam menabung bank
sampah di YGPL terdapat 2 cara yaitu:
a. Sistem individual (penabung datang ke bank sampah). Dengan cara:
Pemilahan sampah skala rumah tangga dulu, lalu penyetoran,
penimbangan, pencatatan dan hasil sampah yang disetorkan dimasukan
kedalam buku tabungan.
b. Sistem komunal (Petugas mendatangi TPS terpilah tiap RT). Dengan
cara: pilih sampah dari rumah, tabung sampah di TPS pilah ditiap RT,
petugas bank sampah akan mengambil sampah terpilah di tiap RT,
pengambilan sampah oleh pengepul, pengepul menghargai setiap
tabungan sampah tiap RT, lalu teller memasukan hasil penjualan tiap
RT (30%), sementara yang 70% untuk menggaji pengambil sampah.
Pengambilan sampah anorganik dilakukan 2 kali seminggu.
Dalam pengembangannya Bank sampah terdapat dibeberapa titik
Pekayon: Lestari 1= RT 1 RW 11, lalu Lestari 2= RT 3 RW 11, lalu
Lestari 3= RT 2 RW 11, Lestari 4= RT 4 RW 11, lalu Lestari 5= Posyandu
Page 64
52
RW 8, Lestari 6= Posyandu RW 9, kemudian Lestari 7= Posyandu RW 10,
Lestari 8= Posyandu RW 11, Lestari 9= Manca (Taman Bacaan) dan
Lestari 10= Paud Robbani.
6. Unit Produksi Kerajinan
Kerajinan limbah merupakan unit yang memotivasi warga untuk
memanfaatkan sampah menjadi produk kerajinan yang berkualitas
sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Kain perca adalah potongan
kain sisa yang bisa didapatkan di konveksi ataupun penjahit-penjahit
rumahan karena dianggap sampah. Tapi ditangan Ibu-ibu YGPL, kain
perca bisa dibuat kerajinan tangan yang memiliki nilai jual berupa: Tas
lukis kain, tas kain dibordir mesin, sarung bantal, penutup galon mineral,
serbet kain, bunga kain sampai kepada perca in fashion yang sudah
mengikuti pameran di sanggar gianti. Tidak hanya berupa kain saja, Ibu-
ibu YGPL telah mendaur ulang limbah dari kulit telur, gelas plastik
mineral menjadi kreasi parsel bunga lalu, botol-botol bekas menjadi botol-
botol cantik yang dapat digunakan sebagai pajangan dengan ornament
bunga bercat warna-warni yang sedap dipandang mata.
H. Peristiwa atau Kegiatan YGPL Pekayon
Selain terdapat banyak program kegiatan yang dikembangkan, mereka
juga memiliki kegiatan-kegiatan dan mendapat kunjungan tamu atas
kepeduliannya terhadap lingkungan. Kegiatan tersebut berupa:
1. Kegiatan rutin Posyandu dan Posbindu Rw 011 setiap bulan di hari kamis
minggu kedua bersama ASTRA Internasional. Kegiatan yang dilakukan
seperti: pendataan, pemeriksaan kesehatan balita, penimbangan berat
Page 65
53
badan balita, pemeriksaan gigi balita dan anak, pemeriksaan kesehatan ibu,
pemeriksaan tekanan darah, Pemeriksaan Gula Darah, Asam Urat dan
Kolesterol semuanya ” GRATIS, Pemeriksaan ” GRATIS ” Osteoporosis,
Jantung Sehat dan Pembulu Darah. Warga yang datang ke Posyandu
cukup hanya membayar dengan sampah, lalu Sampah yang terkumpul
akan dijual dan uangnya untuk kas posyandu.
2. Expo merupakan salah satu cara promosi hasil kerajinan daur ulang kreasi
dari YGPL mengikutipameran arginex Expo 2014 tentang pertanian, KOI
Expo terdapat kreasi kerajinan kain perca, polybag, Festival Hijau Bekasi
di Universitas Empatlima dan Pameran di Universitas Indonesia.
3. Taman hijau Pekayon adalah salah satu program P2KH atau Program
Pengembangan Kota Hijau dengan bentuk aksi nyata dalam pengelolaan,
menjadikan kota hijau dan merehabilitasi kembali tanaman milik YGPL
Pekayon. Adapun fasilitasnya seperti arena bermain anak, arena main
pasir, lapangan basket, berkebun, pembibitan tanaman, aula atau jenis
panggung kecil (pendopo) dan berbagai jenis tanaman buah.
4. Menerima kunjungan tamu pada tahun 2015 dari mahasiswa Colombo
Plan Australia untuk melihat kalau dana yang mereka kucurkan untuk
pembangunan tempat pengelolaan sampah 3R di Pekayon berjalan dengan
baik dan kunjungan dari Kalimantan Selatan.
5. Menerima kunjungan tamu pada 2016 dari Kalimantan Selatan dalam
Peserta Kunjungan Kerja.
Page 66
54
I. Pembiayaan Operasional
Untuk mencapai misi yang dijalankanYayasan Gerakan Peduli
Lingkungan Pekayon, diperlukan daya dukung yang memadai untuk
menjalankan operasional sesuai standar yang memadai. Dana operasional
didapat dari menjadi narasumber penyuluhan baik dari undangan pihak luar,
maupun dari tamu yang datang berkunjung ke YGPL dengan status tetap dan
tidak tetap. Selain itu, dana diperoleh juga melalui penjualan kompos,
tanaman, dan kerajinan/suvenir yang dibuat seperti T-shirt, jam, tas, pin dan
buletin YGPL, hasil kerjasama dan bantuan dari Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan ASTRA International dalam mendukung
Kegiatan rutin Posyandu dan Posbindu di RW 008-011, menerima bantuan
kerja sama dari Sari Husada, Indomart dan rumah zakat dalam membentuk
Rumah Bunda SEHAT agar Ibu-ibu binaan memiliki kepandaian dengan itu
ekonomi mereka terbantu, instansi pemerintah Bekasi seperti: Dinas
kebersihan dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH), dana
didapatkan menjadi narasumber dalam suatu acara.
J. Mitra Kerja
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan program-program yang
terdapat di YGPL, ada beberapa mitra kerja yang sudah banyak bekerjasama
dengan yayasan ini, dengan status tetap dan tidak tetap. Diantaranya dari mitra
kerja tersebut adalah:
1. Bekerja sama dengan Instansi Pemerintah seperti: Kementrian Negara
Lingkungan Hidup, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH)
PemKot Bekasi, Dinas Sosial PemKot Bekasi, Dinas Kebersihan PemKot
Page 67
55
Bekasi, Dinas Kesehatan PemKot Bekasi, Dinas Pendidikan, Dinas
Perekonomian Rakyat Bekasi, Subdirektorat Agribisnis, Kelurahan
Pekayon Jaya dan Kecamatan Bekasi Selatan.
2. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Ditjen Penataan ruang-
Kementrian pekerjaan umum dalam pembangunan Taman kota Pekayon
Jaya yang merupakan salah satu kegiatan Program Pembangunan Kota
Hijau (P2KH).
3. Aliansi Perempuan dalam Perempuan Berkelanjutan (APPB).
4. Japan International Cooperation Agency (JICA).
5. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat.
6. Bank Jawa Barat (BJB).
7. Perusahaan swasta seperti: ANTV, DAI TV, Radio Dakta, Delta, Suara
Metro, NET TV, Kompas TV, PT. Alita Praya Mitra, PT. Sari Husada,
Indomart dan Rumah Zakat.
8. Dengan instansi pendidikan seperti: SD Al-Azhar, SD Darussalam
Pekayon, TK Tunas Jaka Sampurna, Fakultas Psikologi-Universitas
Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi dan
Universitas Tarumanegara.
9. Turut berkontribusi pada program Adipura. Karena Perumahan Pondok
Pekayon Indah menjadi salah satu titik pantau perumahan yang secara
proaktif melakukan kegiatan peningkatan lingkungan, khususnya proses
pembuatan kompos kawasan dan penghijauan.
10. Menjalin kerjasama dengan PT. ASTRA International sebagai CSR.
Page 68
56
11. Menjalin kerjasama dengan Indonesia Berkebun, Yayasan Mantif
Indonesia, dan Yayasan Taman Baca Indonesia, Kelompok Majelis Ta’lim
dan PKK.67
K. Gambaran Umum tentang Perumahan Pondok Pekayon Indah-Pekayon
Jaya Bekasi
1. Letak geografis dan Komposisi Penduduk
Perumahan Pondok Pekayon Indah merupakan salah satu bagian
dari kelurahan Pekayon Jaya Kecamatan Bekasi Selatan. Perumahan
Pondok Pekayon Indah memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah
barat berbatasan dengan perumahan Galaxy, sebelah utara berbatasan
dengan Jalan Pulo Permatasari Raya, sebelah timur berbatasan dengan
Jalan Raya Pekayon, villa Pekayon dan sebelah selatan berbatasan dengan
Jalan Pulo Ribung. Batas wilayah tersebut membuat RW08-RW17
merupakan bagian dari Perumahan Pondok Pekayon Indah. Seperti yang
diungkapkan Ir. Sukowitono 22 Agustus 2016 sebagai berikut.
“Dahulu tahun 1986, perumahan ini punya BTN (Bank Tabungan
Negara) sebagai pinjaman wilayah belum menjadi PPI, dulu ada
60an RT tapi RWnya Cuma ada 1 trus sejak tahun 1990 an
perumahan ini dipecah dan ditata ada 4 RW masing-masing ada 4
RT dan awalnya bloknya Cuma abcd satu huruf trus berkembang-
berkembang kesana ada blok AA, BB, CC, DD. Pada tahun 2003
diresmikan menjadi Perumahan Pondok Pekayon Indah dengan
bagian wilayah RW 8-RW 17 dulu tahun 1991 perumahan ini
sebagian besar rawa kecuali yang sekarang blok D dulunya tanah
darat Nah tahun 2002 mulai berjalan, bekas rawa oleh warga
ditutup, ditimbun, diratakan namanya tanah timbunan awalnya ya
gersang tidak nyaman jalannya masih batu, becek, tanah merah,
belum diaspal seperti sekarang, tapi tidak pernah banjir Cuma
67
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 19 Juli 2016.
Page 69
57
genangan aja klo abis hujan deras karena perumahan ini termasuk
daratan tinggi”.68
Luas wilayah Kecamatan Bekasi Selatan adalah 1.605,40 KM2 atau
7,11% dari Kota Bekasi yang terdiri dari 5 kelurahan dan kelurahan
Pekayon Jaya salah satu dari bagiannya dengan luas: 425 Ha.69
Luas
wilayah Kelurahan Pekayon Jaya terdiri dari RW 01sampai dengan RW 26
yang digunakan sebagai milik adat 154 Ha, pengairan 11 Ha, perumahan
260 Ha, pemakaman 2 Ha, perdagangan 5,8 Ha, perkantoran 1,8 Ha, dan
pekarangan 165 Ha.70
Kelurahan Pekayon Jaya memiliki batas wilayah dengan posisi
geografis sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Marga Jaya dan Kali Bekasi, sebelah Barat bebatasan dengan Kelurahan
Jakasetia, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kayuringin Jaya
atau Kali Malang dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jaka
Setia.
68
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono sebagai Ketua RW 11 Pekayon Jaya
pada 22 Agustus 2016. 69 http://www.bekasikota.go.id Artikel diakses pada Senin, 19 Juli 2016 pada pukul 20.04
wib. 70
Data Monografi, Kelurahan Pekayon Jaya, tahun 2015.
Page 70
58
Gambar 2. Denah Perumahan Pondok Pekayon Indah
S
S
Sumber: Website Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
Gambar 3. Peta Perumahan Pondok Pekayon Indah
S
U
Sumber: Google Maps Perumahan Pondok Pekayon Indah
Keadaan topografi Kelurahan Pekayon Jaya merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian tanah 0-25 M dari atas permukaan
Page 71
59
lautserta dengan kemiringan 2% menyebabkan di beberapa daerah sulit
untuk membuang limpasan hujan dengan cepat. Memiliki suhu udara rata-
rata 30cc, dengan banyaknya curah hujan 1941 mm/thn.
Komposisi penduduk menurut laporan tahunan kelurahan Pekayon
Jaya 2015 bahwa Jumlah penduduknya adalah 62.441 Jiwa yang terdiri
16.924 kepala keluarga (KK), dengan komposisi laki-laki 21.704 jiwa dan
perempuan 30.737 jiwa. Jumlah ini tersebar dalam cakupan wilayah
adiministrasi Kelurahan Pekayon Jaya terdiri dari 26 Rukun Warga (RW)
dan 169 Rukun Tetangga (RT). Untuk memperjelasnya, berikut tabel
untuk merinci kependudukan menurut lahir, mati, datang dan pindah di
Kelurahan Pekayon Jaya 2016.
Page 73
61
3. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan
Kondisi sosial ekonomi di perkotaan sangat kompleks. Hal ini
dikarenakan masyarakat kota yang plural dengan latar belakang
pendidikan masyarakat, daerah asal, budaya mereka yang beragam dan
mata pencahariannya. Dalam hal ini tak terkecuali terlihat juga pada
masyarakat di Kelurahan Pekayon Jaya. Berikut penjelasan Wilayah
Kelurahan Pekayon Jaya sebagaimana tergambar dari data laporan tahun
2015, memiliki komposisi mata pencaharian dalam tabel:
Tabel 3.
Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
PNS
TNI/POLRI
Pegawai Swasta
Wiraswata
Tani
Buru
Lain-lain
1.863
387
12.576
6.097
146
1.091
41.068
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Tingkat pendidikan masyarakat akan mentukan model
perekonomian suatu keluarga dari mulai jenis pekerjaan, jumlah
pendapatan dan pola-pola usaha yang dimainkan mereka dalam memutar
roda ekonomi mereka. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pekayon
Jaya didominasi oleh tingkat SMU 19.846 jiwa kemudian yang belum
Page 74
62
bersekolah 16.062 jiwa dan selanjutnya tingkat S18.240 jiwa. Berikut tabel
yang akan menjelaskan strata pendidikan masyarakat Pekayon Jaya tahun
2015.
Tabel 4.
Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Belum Sekolah
Sekolah Dasar
SMP
SMU
Akademi
Sarjana (S1)
Magister (S2)
Doktor (S3)
Jumlah
63.225
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Selain tingkat pendidikan, kategori kependudukan dikelompokan
bedasarkan umur yang paling banyak berada adalah 50 s/d ke atas Tahun
dengan 12.094 Jiwa pada umur Berikut tabel kependudukan yang dikelompokan
bedasarkan umur:
Page 75
63
Tabel 5.
Penduduk Bedasarkan Kelompok Umur
No
Penduduk Bedasarkan
kelompok Umur
Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0 s/d 4 Tahun
5 s/d 9 Tahun
10 s/d 14 Tahun
15 s/d 19 Tahun
20 s/d 24 Tahun
25 s/d 29 Tahun
30 s/d 34 Tahun
35 s/d 39 Tahun
40 s/d 45 Tahun
45 s/d 49 Tahun
50 s/d ke atas Tahun
Jumlah
4.981
4.387
12.094
63.228
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
4. Kondisi Sosial Keagamaan
Sebagaimana diketahui bahwa penduduk beragama islam menjadi
penduduk mayoritas di Indonesia. Di Pekayon Jaya agama islam menjadi
agama yang dianut oleh mayoritas penduduk. Tak hanya masyarakat
beragama islam saja, masyarakat lain yang berbeda agama dapat hidup
rukun dan damai. Tabel di bawah ini menjelaskan komposisi agama yang
dianut penduduk Pekayon Jaya dan jumlah sarana peribadatan tahun 2015.
Page 76
64
Tabel 6.
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah SaranaPeribadatan Jumlah
1
2
3
4
5
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katholik
Hindu
Budha
Jumlah
55.160
5.674
1.853
146
405
63.238
Masjid &Musholla
Gereja
Gereja
Pura
Wihara
29&30
1
1
-
-
61
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Page 77
65
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Sesuai dengan temuan yang peneliti dapatkan dari lapangan baik berupa
penelitian hasil wawancara, dokumentasi dan studi pustaka di Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon. Dapat diperoleh suatu informasi, bahwa
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dilaksanankan merupakan
suatu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Harmoni di RT 04/RW 11 perumahan Pondok Pekayon Indah. Program ini juga
sebagai bentuk pemberdayaan dan pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan
lahan pekarangan yang ramah lingkungan sebagai sarana tempat inovasi
penanaman berbagai jenis budidaya yang dapat dikonsumsi tingkat rumah tangga
untuk pemenuhan gizi keluarga, sehingga mampu mewujudkan kemandirian
masyarakat, berpeluang juga meningkatkan penghasilan rumah tangga apabila
dirancang dan direncanakan dengan baik lalu turut berkontribusi pada tingkat
penghematan pengeluaran rumah tangga.
Metode evaluasi yang peneliti gunakan adalah model evaluasi sistem
analisis (System Analisis Evaluation Model), di dalam evaluasi ini terdapat empat
model evaluasi meliputi: evaluasi masukan (input), evaluasi proses (process),
evaluasi keluaran (output), evaluasi akibat (outcomes) dan evaluasi dampak
(impact), namun pada penelitian ini model evaluasi yang difokuskan adalah
evaluasi dampak (impact) dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai
alat ukur untuk melihat sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan
Page 78
66
suatu perubahan secara jangka panjang sebagai dampak dari program itu sendiri
pada penerima manfaat Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni.
A. Evaluasi Dampak (Impact)
Evaluasi dampak menurut Ana Jauharul Islam dan dkk pada BAB II hal 20
dalam mengevaluasi itu sebenarnya mengukur sejauh mana program tersebut
memperoleh hasil, manfaat dan dampak yang telah tercapai pada penerima
manfaat Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni.71
Evaluasi dilakukan untuk
melihat dan mengukur pelaksanaan dari tujuan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari telah memberikan dampak, baik pada perubahan perilaku atau perubahan
yang lainnya. Penilaian pada evaluasi dampak dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: dampak positif dan dampak negatif. Berikut ini merupakan penjelasan dari
dampak positif dan dampak negatif:
1. Dampak Positif
Dalam mengevaluasi bagian dari dampak positif peneliti akan menjelaskan
pengaruh maupun manfaat yang terjadi pada Kelompok Wanita Tani (KWT)
Harmoni sebagai hasil program secara jangka panjang. Evaluasi dampak tidak
hanya melihat hasil saja tapi perubahan yang ditimbulkan dari program KRPL itu
sendiri.
Pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) Pekayon telah memberikan suatu perubahan atau dampak
positif jangka panjang terhadap KWT Harmoni dalam 3 aspek, yaitu: aspek sosial,
71
Pembahasan BAB II, h. 20.
Page 79
67
aspek ekonomi dan aspek ekologi. Secara lebih jelasnya, dari dampak positif dari
aspek sosial meliputi hal-hal berikut:
a. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dimaksudkan adalah tentang pergaulan hidup dalam
bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, norma sosial yang yang
mengatur interaksi masyarakat, senasib, solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu karena manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
hidup tanpa saling bantu membantu dengan manusia lainnya. Kategori dari aspek
sosial tersebut adalah 1) Perubahan perilaku (Self Awerness), 2) Meningkatkan
pengetahuan bahan organik dan 3) Peningkatan keterampilan,
1) Perubahan Perilaku (Self Awerness)
Dalam proses penerapan program KRPL, para anggota mendapatkan
pembinaan dari BPTP yang mana mereka melihat potensi penghijauan dan
kompos yang dimiliki yayasan sebagai modal awal dalam mengembangkan
sumberdaya alam suatu upaya memberdayakan KWT Harmoni di YGPL
Pekayon. Seperti yang dipaparkan dalam bab II sebelumnya bahwa
pemberdayaan menurut sriharini yakni upaya membangun kemampuan dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran potensi yang dimiliki
sumberdaya masyarakatnya. Pada April 2013, BPTP dan BPPT Jawa Barat
datang memberikan binaan selama satu tahun lebih. Mereka melihat bahwa
Yayasan memiliki sumberdaya penghijauan. Dengan melihat potensi yang
dimiliki, BPTP menawarkan bimbingan seputar memaksimalkan lahan sempit.
Tumbuhlah ketertarikan pada ibu-ibu mengenai program KRPL. Penerapan
program KRPL di YGPL telah berjalan selama tiga tahun dari 2013 sampai
Page 80
68
tahun ini. Awal materi pembinaan seputar pengajaran pembuatan benih lalu
mengajarkan cara pembibitan hingga proses panen. Pertemuan rutin
keanggotaan KRPL diadakan setiap satu bulan sekali, untuk penyuluhan
diadakan setiap per tiga bulan sekali. Namun pembinaan dan penyuluhan
tersebut hanya berlangsung satu tahun pertama saja, karena pembiayaan dana
untuk BPTP sudah tidak diberikan oleh pemerintahan Lembang hal ini
membuat pembinaan terhenti. Pada oktober 2015 Dinas Perekonomian Rakyat
(DISPERA) memberikan bantuan berupa benih, tapi mereka tidak
memberikan pelatihan maupun penyuluhan. Untuk saat ini pogram KRPL
KWT Harmoni tidak memiliki pengganti dari pembinaan yang dilakukan oleh
BPTP.
Dari penerapan dan penyuluhan tersebut memiliki dampak yang
dirasakan oleh KWT Harmoni yang sedang berjalan dalam kurun waktu tiga
tahun. Dampak yang terlihat adalah mereka mulai mengkonsumsi makanan
sayuran dari lahan pekarangan mereka sendiri. Kebanyakan dari anggota
hanya menanam kebutuhan sayuran dan kebutuhan bumbu dapurnya. Untuk
jenis buah-buahan hanya segelintir orang saja yang menanamnya namun
pengetahuan tentang bertani juga bertambah, saling berbagi hasil tanaman,
anggota lebih berpikir kritis, bertegur sapa sesama anggota dari bertegur sapa
akan menumbuhkan keakraban dan menumbuhkan sikap kebersamaan pada
kelompok.
Pendapat ini diungkapkan oleh Ibu Rustinah hasan, proses dari
menumbuhkan antusias dan kesadaran anggota dalam mengikuti maupun
menghadiri pelatihan program KRPL, sebagai berikut:
Page 81
69
“Dengan membuat sesering mungkin kegiatan dan perkumpulan
membuat ibu-ibu kumpul, mereka kenal sayang dengan sayang mereka
merasa rindu lalu mereka hadir keperkumpulan.”72
Pernyataan lain dikuatkan oleh argument ibu lucia sebagai Kelompok
Wanita Tani (KWT) Harmoni dari KRPL. Rasa kebersamaan sebagai
penunjang agar program dapat terlaksana pun dapat tumbuh sebagai berikut:
“…bisa bedakan klo tanaman ada ulatnya itu organik ga pake
pestisida kimia itu, bisa tau sampah sayuran dapur yang dipilah bisa
digunakan menjadi kompos organik. klo yang aku rasakan
dikomunitas kita bisa saling bagi-bagi pengalaman seputar tanaman,
kasih masukan ke ibu-ibu, trus yang paling penting menjaga solid kita
untuk terus melestarikan lingkungan”. 73
Selain memiliki rasa kebersamaan dalam kelompok, mereka juga
mendapatkan rasa kepercayaan diri bahwa mereka mampu melakukan atau
membuat sesuatu yang bisa dibanggakan. Nilai-nilai masyarakat yang
berhubungan dengan adanya proses interaksi kepada sesama anggota dapat
terlihat dari penjelasan wawancara dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar selaku
anggota KRPL sebagai berikut:
“Klo kita lagi panen tuh ya difoto dipamerin di grup WA ibu-ibu GPL
ada rasa bangga tersendiri saja ceritanya habis memanen dari situ
kita menularkankan disanalah ilmunya supaya ibu-ibu lainnya
semangat lagi untuk menanam”.74
Seperti yang diungkapkan ibu Isa fitri, hal serupa juga dikatakan oleh
Ibu Yuni Kahar sebagai anggota program yang merasa mendapatkan banyak
perubahan semenjak mengikuti program, seperti pemaparannya dalam
wawancara berikut:
72
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai ketua Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon, pada 27 Agustus 2016 73
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia sebagai anggota KRPL, pada 26 Agustus 2016. 74
Wawancara pribadi dengan Ibu Wirda Zulfikar sebagai anggota KRPL, pada 26
Agustus 2016.
Page 82
70
“…berusaha semaksimal mungkin mengkonsumsinya karena ada rasa
sayang klo membuangnya begitu saja..rasa bertanggung jawab penuh
dari proses menanam yang kita miliki..banyak masyarakat tuh tertarik
dengan program kita seperti diundang menjadi narasumber dalam
memberikan pelatihan gitu..YGPL berdiri untuk melestarikan
lingkungan kemudian kita makin dikenal juga dikalangan sekolah,
universitas.”75
2) Meningkatkan Pengetahuan Bahan Organik
Agar dapat membentuk program yang berkelanjutan dan
perkembangan pada program, BPTP memberikan pelatihan, pembinaan
maupun penyuluhan untuk mengisi wawasan dan pengetahuan usaha pertanian
diperkotaan untuk bekal keberlangsungan program. Untuk itu, BPTP
memberikan berbagai pelatihan dibutuhkan dan penting untuk dipelajari
anggota program. Pelatihan yang diajarkan yaitu seperti memberikan dan
mengajarkan penyuluhan tentang pemberantasan hama tikus dari bahan
organik, belajar membuat benih tomat, terong dan cabe, membuat pupuk cair
organik. Organik menjadi pilihan cara dalam konsep urban farming. Aktivitas
urban farming melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam budidaya
pengolahan makanan. Organik digunakan supaya tanaman lebih subur, daun
lebih cerah, tidak berbau, ramah terhadap lingkungan dan terdapat bakteri
yang menguntungkan.
Selain memberikan pengetahuan organik, lahan pekarangan yang
mereka tanam dapat memberikan sarana untuk belajar dalam mengenal
75
Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar sebagai anggota KRPL, pada 26 Agustus
2016.
Page 83
71
kebutuhan konsumsi makanan organik. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ibu
Wirda Zulfikar sebagai berikut:
“Memperkenalkan klo menanam itu ga susah ko asal rajin dan
semangat kita dapat memperoleh hasilnya…”
“…tempat rekreasi dan belajar, trus klo letak lahannya berseblahan
dengan tetangga gitu bisa dipakai untuk kumpul-kumpul atau
melakukan kegiatan sosial lainnya.”76
Hal senada juga diungkapkan Ibu Yuni Kahar dalam wawancaranya
sebagai berikut:
“Memperkenalkan kepada kita ada banyak cara menyenangkan
untuk memulai bercocok tanam di lahan sendiri ga sulit dan ga
membosankan lalu tentang cara-cara mengusir hama pengganggu
lalu tentang bertani secara organik semuanya memakai media
organik.”77
3) Peningkatan Keterampilan
Mempunyai keterampilan memberikan kesempatan pada masyarakat
untuk membuat dirinya berdaya. Melalui berbagai pembinaan dan pelatihan,
ibu-ibu anggota KRPL memiliki bekal pengetahuan seputar pemahaman
budidaya. Secara teknik dengan memanfaatkan seminimal mungkin lahan
yang ada dapat diterapkan dengan konsep penerapan yang sangat bervarias
seperti: tabulampot, vertikultur, aquaponik dan teknik hydroponik belum dapat
diterapkan pada KWT Harmoni. Tidak hanya seputar pengetahuan saja,
keterampilan tentang bertanam dengan memanfaatkan pot atau wadar daur
ulang juga dibutuhkan dan mengolah hasil panen pun dibutuhkan.
76
Wawancara pribadi dengan Ibu Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 77
Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 84
72
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Wirda Zulfikar. Berbagai
pengetahuan tentang teknik diperlukan. Salah satu yang sering diterapkan
adalah teknik vertikal, digunakan karena kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Dari teknik vertikal tersebut telah menghasilkan Tanaman sayuran yang
banyak dibudidayakan oleh KWT harmoni Pekayon antara lain selada,
kangkung, bayam, pokcoy, caisim, tomat, pare, kacang panjang, cabai, terong,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Tanaman buah yang
dibudidayakan secara tabulampot di YGPL Pekayon antara lain lengkeng,
nangka, manga, jeruk limau, belimbing wuluh, marquisa dan lainnya. Dalam
mengolah hasil panen dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan rumah
tangga. Baik untuk dibuat jus, sambal cabai, makanan maupun bumbu dapur
dalam kondisi yang segar. Namun hanya sedikit saja yang membudidayakan
buah-buahan. Berikut pendapat Ibu Wirda Zulfikar:
“…karena lahan yang digunakan sempit kita memakai model budidaya
polybag, pot atau secara vertikal seperti digantung, tempel bisa juga
disusun bertingkat menggunakan pipa paralon seperti di rumah
kompos.”
“Lalu dari memanfaatkan barang-barang bekas kayak sandal, ban
motor bekas, karung bekas, botol air mineral bisa menjadi wadah
untuk bertanam kemudian diberitahu macam-macam teknik berkebun
di lahan sempit seperti kami yang tinggal diperkotaan ada hydroponik
yang menggunakan air sebagai medianya, diletakan bertingkat
(vertikal) digantung, ditempel sesuai luas halaman kita”.
“trus halaman rumah juga kelihatan indah nyaman karena
penghijauan yang kita lakukan..”78
Hal yang sama diungkapkan Ibu Yuni Kahar, ia mengakatakan
barang-barang bekas dapat dimanfaatkan kembali menjadi wadah tanaman
dengan teknik yang disusun bertingkat maupun ditempel. Sebagai berikut:
78
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016.
Page 85
73
“…tempatnya pakai bekas talang air, bambu disusunnya tingkat-
tingkat atau ditempel di tembok. Dari proses menanam kita hanya
perlu memberikan apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan
tumbuh hingga panen”. 79
Dari peningkatan keterampilan dan inovasi pada tahun 2014 yayasan
mengikuti pameran Agrinex Expo di JCC. Dimana kegiatan Expo tersebut
merupakan salah satu promosi hasil kerajinan daur ulang kreasi Yayasan.
Gambar 4. Pameran Agrinex Expo2014 Gambar 5. Budidaya tanaman slada
Sumber: Facebook YGPL Pekayon Sumber: Dokumentasi peneliti
Gambar 6. Budidaya dengan paralon Gambar 7. Teknik vertikal
Sumber: Dokumentasi peneliti Sumber: Dokumentasi peneliti
79
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 86
74
(budidaya tanaman slada menggunakan teknik vertikal tersusun dan polybag, lalu
tanaman sawi, seledri dan daun bawang dalam satu wadah paralon yang
dibudidayakan di Rumah Kompos)
Dari aspek sosial maka dapat disimpulkan bahwa Program KRPL
berupaya memberdayakan KWT Harmoni dengan bertambahnya pengetahuan
bahan organik dan keterampilan pada teknik budidaya serta mengola hasil
panen yang ada di lahan pekarangan mereka dan memiliki hubungan timbal
balik sebagai penunjang terlaksananya program. Selain itu dampak positif lain
yang dirasakan adalah adanya perubahan sosial yang mana anggota dapat
mandiri menghasilkan sayuran dari pekarangannya, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, tolong menolong antar anggota sehingga meningkatkan
kualitas hidup yang lebih baik melalui kegiatan program dengan memilih
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya seperti tujuan dari pemberdayaan. Di
luar dari tujuannya manfaat program KRPL itu sendiri telah memberikan nilai-
nilai pada masyarakat, menambahkan keterampilan, menambah pengetahuan
dan sebagai sarana belajar dan rekreasi yang dapat digunakan untuk
berkumpul dan melakukan kegiatan sosial positif lainnya.
b) Aspek Ekonomi
Bagi masyarakat keberadaan aspek ekonomi memberikan peluang untuk
meningkatkan pendapatan. Namun, Pada program KRPL disini belum pada
sumber peningkatan pendapatan anggotanya, karena beberapa kendala
menyebabkan hal tersebut tidak tercapai. Namun terdapat dampak lain yang
dirasakan dari program tersebut di KWT Harmoni. Kategori dari aspek ekonomi
tersebut adalah 1) Menghemat pengeluaran rumah tangga. 2) Pemenuhan
kebutuhan konsumsi rumah tangga.
Page 87
75
1) Menghemat Pengeluaran Rumah Tangga
Kebutuhan dalam rumah tangga pasti selalu ada, terutama dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari baik sandang, pangan dan papan. Terutama
pemenuhan dalam pangan yang merupakan kebutuhan paling penting untuk
masyarakat. Kebutuhan pangan diartikan sebagai makanan dan minuman
berupa sembako, salah satunya adalah sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada
program KRPL ini dalam pemenuhan berupa sayur-mayur dan buah-buahan
ialah kebutuhan dapur yang wajib dipenuhi dengan cara menghasilkan sendiri
kebutuhan tersebut dari lahan pekarangan anggota. Dengan begitu sedikitnya
dapat menghemat anggaran pengeluaran belanja dapur. Pada pelaksanaan
program salah satu tujuannya adalah turut berkontribusi pada tingkat
penghematan pengeluaran rumah tangga dengan mengestimasi biaya
pengeluaran kebutuhan makanan harian antara Rp. 200.000 sampai dengan
Rp. 800.000 perbulan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Siti Nurul, sebagai
berikut:
“…lalu menghemat anggaran belanja tadinya membeli sayur
kangkung sehari Rp. 5000 eh jadi ga belanja karena panen..ibu Edi
yang rumahnya disana cerita klo sayur udah ga beli karena melakukan
pembibitan di rumah”.
“Menekan pengeluaran kebutuhan makanan harian belanja sayuran
dari Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi
banyak kendala hanya bertahan selama 6 bulan diawal
saja…misalnya yang belanja sehari Rp 50.000 bisa menyisihkan Rp
10.000 untuk tabungan”.80
Dalam mengestimasi pengeluaran kebutuhan makanan harian belanja
sayuran dengan tujuan Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah masuk
dalam kategori tercapai, namun tujuan program tersebut hanya berlangsung
selama 6 bulan awal program karena terdapat kendala di lapangan. Contoh
80
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul, pada 22 Agustus 2016.
Page 88
76
yang diberikan oleh ibu Siti Nurul seperti pengeluaran anggaran belanja dalam
sehari menghabiskan uang Rp. 50.000 namun karena di pekarangan rumah
sedang panen sayuran, anggota dapat menyisihkan uang belanja sayuran Rp.
10.000 untuk membeli kebutuhan lainnya. Walaupun hanya menghemat dalam
jumlah sedikit saja tapi yang terpenting adanya suatu pengembangan. Dimana
anggota yang tekun dapat mandiri menghasilkan sayuran dari lahannya.
“…sekedar cukup buat kebutuhan masak dapur ga beli di pasar
lumayan bisa ngehemat belanjaan apalagi klo harga bumbu masakan
naik tuh cabe, bawang putih untungnya masih menanam…”.81
Pendapat Ibu Wirda diatas diperkuat oleh pendapat Ibu Yuni Kahar
mengenai dampak yang dirasakan yaitu menghemat uang belanja, sebagai
berikut:
“Klo yang saya rasakan program ini sih belum sampai meningkatkan
pendapatan yang diharapkan dari tujuan adanya KRPL, klo pun
pernah menghemat uang belanja itu paling sedikit saja masih ada
bahan-bahan baku dapur lainnya yang kita beli di pasar…”.82
Pendapat lain diungkapkan oleh ibu Yuni Kahar. Menurutnya
meningkatkan pendapatan penghasilan rumah tangga dari aktivitas berkebun
belum dirasakan, namun dampak yang sama juga dirasakannya yaitu
menghemat pengeluaran belanja walau jumlah sedikit. Berbeda dari argument
yang dikatakan oleh ibu Yuni Kahar, Ibu Isa Fitri merasakan dampak
tambahan dari berjalannya program KRPL sebagai berikut:
“..menghemat BBM karena tidak ada biaya transport yang
dibutuhkan…”
81
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 82
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 89
77
“…kemudian mengurangi impor sayurankan…”83
Menurut Ibu Isa Fitri pengertian menghemat bukan dalam angaran
pengeluaran belanja dapur saja melainkan menghemat dalam hal anggaran
trasnportasi, karena dengan menanam sayur-sayuran dan kebutuhan masak
lainnya di lahan pekarangan rumah tidak diperlukan BBM yang terpakai untuk
aktivitas berbelanja sayuran ke pasar. Selain itu menurutnya dapat
mengurangi nilai impor sayuran walaupun impor tersebut hanya dalam skala
kecil rumah tangga.
Melihat pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya
program KRPL tidak hanya memiliki dampak sedikit dalam menghemat
kebutuhan anggaran belanja sayur-sayuran saja tetapi dampak lainnya juga
terjadi dalam menghemat Bahan Bakar Bensin (BBM) karena tidak
membutuhkan biaya transportasi untuk berbelanja ke pasar dan juga
mengurangi nilai impor sayuran walau hanya dalam skala kecil rumah tangga.
Manfaat lainnya juga dirasakan dalam menghemat pembelian kompos sebagai
penyubur tanaman yang bisa didapatkan dari proses pemilahan sampah rumah
tangga yang dapat didaur ulang yang nantinya diolah menjadi pupuk organik.
Proses tersebut dapat dilakukan masing-masing orang untuk menghemat
pembelian pupuk untuk tanaman.
Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak Ir. Sukowitono, manfaat
memilah sampah tidak hanya untuk program. Tetapi dari pemilahan sampah
tersebut memberikan peluang pekerjaan. Sebagaimana hasil wawancaranya
sebagai berikut:
83
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016.
Page 90
78
“Orang-orang yang angkutin sampahkan dulunya pengangguran, jadi
sebagian ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut sampah
organik.”
“…bisa menanam sendiri kebutuhan sayuran dalam rumah
tangga..tapi klo buat meningkatkan ekonomi disini ga sampe karena
kita disini rata-rata cukup, belum sampe kepada meningkatkan
ekonomi”.84
2) Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi sayuran menjadi makan yang wajib dipenuhi sesuai
kebutuhan tubuh. Dengan pemenuhan kebutuhan sayuran akan tercapai
kondisi masyarakat yang sehat dan terhindar dari penyakit. Kesadaran
masyarakat menjadikan mereka memilih mengkonsumsi sayuran organik yang
kualitas dan keamanannya serba alami terbebas dari pestisida kimia. Karena
dalam pemanfaatannya, sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar
pada usaha mencukupi kebutuhan gizi keluarga. Aktivitas budidaya ini tidak
hanya pada produksi makanan sayuran saja, bumbu dapur, tanaman obat
keluarga dan tanaman hias dapat pula dibudidayakan di lahan pekarangan
rumah.
Tahun 2013 di Perumahan Pondok Pekayon Indah melalui program
KRPL, para anggota program mulai menanami lahan pekarangan mereka
dengan sayuran organik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu Isa Fitri
sebagai anggota program KRPL merasakan manfaat dari bertani di lahan
pekarangan rumahnya. Berbagai Tanaman yang ia tanam di lahan
pekarangannya cukup untuk ia konsumsi sendiri dan bersama keluarga.
Tanaman yang ditanam disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis tinggi dan berumur pendek.
84
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono pada 22 Agustus 2016.
Page 91
79
Jika hasil panen dari tanaman sedikit hanya cukup dikonsumsi untuk
keluarga. Jika hasil panen sayuran dari rumah bibit banyak, akan dijual ke
arisan atau Ibu-ibu komplek dengan harga yang lebih murah. Maka uang dari
hasil penjualan sebagai pemasukan kas anggota dan digunakan untuk
memperbaiki media yang rusak sebagai berikut:
“Ga banyak sih ya untuk dikonsumsi sendiri saja sekarang mah masih
ada daun salam, cabe rawit, bawang merah, sawi, kangkung yang
jangka pendek saja ditanamnya biar cepat dipanen ditanamnya juga
pakai rak disusun bertingkat..terus belimbing wuluh, daun pandan,
lidah buaya dari toganya paling sirih aja sih trus ada juga tanaman
hias bunga kamboja jepang 3 pot ada mawar merah juga sudah besar,
tinggi.”
“Hasil panen sayuran jika sedikit dikonsumsi sendiri sama keluarga
saja tapi klo banyak dikumpulin untuk dijual lalu hasil jualan itu
diputar untuk anggotanya ya seperti..untuk merapikan wadah rusak-
rusak.”85
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni Kahar. Dari
wawancaranya ia bercerita tentang beberapa tanaman sayuran dan tanaman
obat keluarga yang ia tanam dan dikonsumsi untuk kebutuhan dapurnya. Ia
juga menceritakan pengalaman Ibu Wuri Sugiman seputar lahan
pekarangannya yang memperoleh macam-macam kebutuhan dapur, sebagai
berikut:
“Di rumah saya paling ada cabe, bayam, kangkung 3xpanen tanahnya
diganti, seledri, salada, terong, sawi, daun katuk, kunyit, ya gitu gitu
ajalah ga banyak nah dekat rumah saya ada ibu Wuri Sugiman di
rumahnya ia banyak menanam ada buah lengkeng, buah nangka, terus
jeruk limau dibikin minuman, belimbing wuluh buat tambahan
nyayur, lalu sayuranya ada bayem, cabe, kangkung, seledri, bawang
putih, untuk toganya serai, kunyit, sirih merah klo sudah bosan saya
suka dibagiin ketetangga,
“..masih ada bahan-bahan baku dapur lainnya yang kita beli di
pasar…”86
85
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. 86
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 92
80
Gambar 8. Budidaya sayuran dan bibit bayam di rumah Ibu Wuri
Sumber: Dokumentasi Peneliti
(Tanaman yang sedang Ibu Wuri budidayakan di lahan pekarangannya adalah
bayam, cabe, kangkung, seledri, bawang putih, untuk toganya serai, kunyit, sirih
merah dengan mengunakan teknik bertingkat.
Gambar 9. Panen sawi dan bibit sawi umur 2 minggu di rumah Ibu Lala
Sumber: Facebook Lala Gozali
(Ibu Lala sedang melakukan panen sawi dari polybag yang disusun secara
bertingkat. Beliaupun memiliki bibit sawi yang baru berumur 2 minggu).
Tanaman hias merupakan tanaman yang dapat dinikmati dapat
memberikan kesenangan atau kepuasan. Sebenarnya tanaman hias dapat
dikembangkan sebagai tanaman yang dapat untuk berbisnis tetapi hal ini
Page 93
81
belum dilakukan oleh anggota KWT Harmoni. Baru ada satu anggota KRPL
yang peneliti temui, jika ia memiliki tanaman hias kamboja dan mawar. Tetapi
tanaman hias ini hanya sebagai penghias halaman rumah, belum kepada
diperjual belikan. Tidak hanya tanaman hias, tanaman buah-buahan seperti
buah lengkeng, buah nangka dan jeruk limau dan tanaman obat keluarga
seperti jahe, serai, sirih merah, binahong belum berorientasi kepada produksi
penjualan pasar besar. Hanya ditujukan menambah pemenuhan rumah tangga,
jika bosan mengkonsumsi dapat dibagikan ketetangga dan bertanam sebagai
kegiatan pengisi waktu luang atau sambilan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Ibu Lucia. Menurutnya pemenuhan
kebutuhan dapur setiap rumah tangga berbeda. Jika kebutuhan dapur dapat
terpenuhi dari hasil panen di lahan pekaranganya itu karena usaha ketekunan
dan kerajinan dari pemilik lahan, sebagai berikut:
“Untuk kategori terpenuhi sih belum yak untuk aku sendiri karena
tergantung dari masing-masing orang klo ia rajin nanam mungkin
bisa mencukupi kebutuhan dapurnya nah klo aku dulu sempat kayak
cabe, tomat, kangkung panen sendiri ga beli di abang sayur. Klo untuk
ke arah ekonominya belum sih mba secara komunitas soalnya KWT
kita itu belum seperti KWT di pedesaan yang menjadikan KRPL itu
sebagai income dari rumah tangganya.”87
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan. Setiap hasil panen yang
dilakukan anggota KWT Harmoni berbeda-beda. Ibu Wuri Sugiman melalui
lahan pekarangannya ia mendapatkan banyak kebutuhan dapur yang terpenuhi
dari aktivitas menanam untuk dikonsumsi sendiri dan bersama keluarga. Ibu
Yuni Kahar dengan hasil panen yang biasa-biasa saja yang terkadang iapun
masih harus membeli bahan dapur lainnya di pasar. Ibu lucia yang dahulu
87
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia, pada 26 Agustus 2016.
Page 94
82
dapat menghasilkan beberapa panen sayuran dari lahan pekarangannya, untuk
sekarang ia hanya menghasilkan pohon cabai saja. Karena faktor yang
membedakan keberhasilan setiap anggota KWT Harmoni adalah perbedaan
usaha ketekunan maupun kerajinan anggota dalam merawat pekarangannya
karena dari aktivitas berkebun yang dilakukan hanya sekedar hobi atau pengisi
waktu luang yang memberikan manfaat. Perbedaan terlihat ketika program
KRPL dilakukan pada KWT pedesaan yang diharapkan pemerintah agar
program tersebut sebagai sumber income rumah tangga.
Beberapa jenis hasil sayuran dapat anggota konsumsi dari lahan
pekarangannya. Program KRPL Pekayon belum pada kategori menghemat
anggaran belanja dalam jumlah besar, sedikitnya dapat menghemat
pengeluaran belanja sayuran dari penghematan itu bisa digunakan membeli
kebutuhan lainnya. Program KRPL disini belum bisa dijadikan sebagai
sumber penghasilan pendapatan anggota KWT Harmoni, namun yang
terpenting adanya pengembangan dalam meningkatkan kualitas hidup yang
lebih baik melalui aktivitas ini. Walaupun pada awalnya aktivitas ini tidak
didesain untuk kebutuhan komersil tetapi untuk keperluan sendiri. Dilihat dari
aspek ekonomi belum dapat membuka peluang untuk berbisnis, karena
sebagian besar anggota KWT Harmoni merupakan ibu rumah tangga
Kompleks yang tidak bekerja dengan rata-rata berlatar belakang pendidikan
SMA dan suami yang berpenghasilan cukup.
c) Aspek Ekologi
Tidak ada makhluk hidup yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung
dengan faktor lainnya. Terciptanya interaksi hubungan timbal balik dan saling
Page 95
83
ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk
dibudidayakan. Dari tanaman yang dibudidayakan memberikan keuntungan
tersendiri bagi yang menanam. Menanam bukan hanya aktivitas di pedesaan,
tetapi menanam dapat dilakukan di daerah perkotaan biasa disebut dengan
urban farming. Dengan urban farming, masyarakat bisa menjadi petani di kota
seperti anggota KWT Harmoni tanpa harus di lahan yang luas.
Adapun dampak dari perubahan terlihat setelah mereka melakukan
budidaya tanaman di YGPL Pekayon dalam program KRPL. Mereka mulai
mengkonsumsi kebutuhan makanan dapur dari lahan pekarangan mereka
terlebih pada anggota KWT Harmoni ini tanaman organik menjadi konsepnya
dalam bertanam. Semua proses dalam budidaya tanaman tersebut melalui
proses organik, dimulai dari bibit yang berkualitas bagus hasil dari
penyemaian benih organik sebelumnya, penggunaan pupuk organik, media
tanah yang subur sampai pada pestisida yang digunakan dikelola di sekitar
pekarangan rumah. Secara lebih jelasnya, kategori aspek ekologi tersebut
meliputi sebagai berikut: 1) Pengolahan limbah rumah tangga 2) Memberikan
keindahan 3) memberikan kesehatan dari lahan pekarangan.
1) Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Lingkungan yang tidak terjaga akan menimbulkan dampak yang tidak
baik, diantaranya dapat mengganggu kehidupan dan menimbulkan banyak
penyakit. Dalam aktifitas rumah tangga di setiap perkotaan, masyarakat
umumnya membuang sampah secara tercampur dengan sampah rumahannya,
keadaan tersebut pernah terjadi di YGPL Pekayon pada tahun 2003 lalu.
Page 96
84
Dahulu lingkungan sekitar Perumahan Pondok Pekayon Indah bau karna
banyak masyarakat yang belum sadar akan menjaga kelestarian lingkungan.
Akibatnya sampah yang dibuang secara sembarang di pinggiran rawa
membuat lingkungan bau, berantakan dan terjadi pencemaran air. Umumnya
jenis sampah berasal dari sampah rumah tangga dan dedaunan yang ada. Pada
tahun tersebut masyarakat Pondok Pekayon Indah belum melakukan
pemilahan sampah. Saat belum dilakukan pemilahan sampah, sampah yang
diangkut oleh petugas kebersihan komplek menggunakan truk dalam volume
banyak. Dalam satu truk sampah untuk mengangkut satu RW terkadang tidak
cukup. Pada tahun 2005 YGPL melalui wakil wali kota Bekasi menutup
pembuangan sampah dekat lingkungan Pekayon. Setelah sampah dikelola oleh
Dinas Kebersihan dan diangkut oleh petugas seminggu 2 kali dari sinilah
gerakan pemilahan sampah dimulai. Sampah yang tidak dapat didaur ulang
dihibahkan ke pemulung atau masuk dalam kelola bank sampah, lalu sampah
organik yang dapat didaur ulang diolah menjadi kompos kawasan. Setelah
diberikan pengertian, masing-masing orang harus bertanggung jawab dan
berperan aktif agar lingkungan tempat tinggal kita bersih. Keadaan berbeda
telah dirasakan oleh masyarakat PPI, kini dalam satu truk dapat mengangkut
sampah untuk 3 RW.
Dalam pemilahan dan pengolahan sampah dimulai dari rumah tangga.
Sampah terdiri dari 2 macam, ada sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik biasa dikenal dengan sampah basah yang mempunyai masa
hancur berlangsung alami (1-6 bulan), seperti: Sisa makanan atau sampah
dapur, tulang ikan atau hewan (sebelumnya dipotong kecil-kecil), Sisa
Page 97
85
sayuran, daun-daunan kering, roti, nasi, kue, daging dan lain-lain. Sampah
anorganik biasa dikenal dengan sampah kering. Terdiri dari senyawa an-
organik atau bahan buatan yang tidak mudah membusuk seperti: Benda atau
barang yang terbuat dari kaca maupun beling (botol bekas minuman, kecap,
saus) dengan masa hancur alami ratusan tahun, benda logam atau kaleng
minuman, benda plastik, shampo, minuman botol, styrofoam bahan berbahaya
dan beracun dan lain-lain. Karena mendaur ulang sampah memiliki berbagai
manfaat diantaranya: menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan,
melestarikan kehidupan mahluk hidup yang terdapat pada suatu lingkungan
tertentu, menjaga keseimbangan ekosistem mahluk hidup yang terdapat pada
lingkungan, mengurangi sampah anorganik, mendapatkan tambahan
penghasilan dan hasil pengolahan sampah tersebut pada akhirnya dapat di jual.
Gambar 10. Proses pembuatan kompos kawasan di Rumah Kompos
Sumber: Facebook YGPL Pekayon
Page 98
86
Hasil kompos produksi unit progam Rumah Kompos memiliki 2 jenis,
kompos organik padat per pak 1,5 kg dijual Rp 5.000, pupuk cair dijual dari harga
Rp10.000 untuk kemasan 1 liter botol lalu RP 50.000 untuk kemasan botol. Dari
hasil penjualan mendapatkan Rp. 1.000.000-Rp 2.000.000 perbulannya. Biaya
operasi sekitar Rp 3.000.000-Rp 3.500.000 perbulan. Namun hasil penjualan
kompos tidak dapat memberikan untung. Hasil tersebut habis untuk pembiayaan
operasi saja. Karena kegiatan kompos sifatnya sosial pengabdian pada lingkungan.
Jadi bagaimanapun tetap berjalan. Lokasi pembuatan kompos di sana sangat
nyaman, tidak ada aroma yang bau, tidak ada belatung dan lalat. Karena sampah
organik sudah terpilah dari rumah, jadi sisa makanan yang mengandung hewani
tidak masuk kesana.
Gambar 11. Manfaat mendaur ulang sampah organik (RECYCLE)
Sumber: Facebook YGPL Pekayon
Pertanyaan ini diungkapkan oleh Ibu Isa Fitri, ia menjelaskan proses
pemilihan sampah organik dan anorganik. Sampah organik melewati proses
dikubur dalam tanah selama 40 hari lamanya. Material Pupuk organik yaitu
dari sampah sisa tanaman, dedauan kering komplek yang sudah ada tong
MANFAAT mendaur
ulang sampah organik
(RECYCE)
Pemilihan sampah
Sampah Organik
kompos
Menyuburkan Tanah
Pertanian organik &
penghijauan
Page 99
87
sampah besar khusus yang nanti diangkut dengan baktor komplek. Kemudian
sampah anorganik dapat ditabung di bank sampah YGPL seperti pada
pembahasan BAB III h, 53 lalu dimanfaatkan untuk macam-macam seperti
kerajinan kain perca. Pernyataan tersebut sebagai berikut:
“..kita menggunakan organik semua medianya dari pupuk sampai
semprotan pestisidanya dan itu kita yang buat sendiri jadi
memanfaatkan sampah-sampah nah sampah itu ada yang organik dan
anorganik, kita pilah sampah untuk membuat pupuk sudah pasti
sampah organik yang dipakai dikubur dulu dalam tanah selama
40harian..”
“Program ini juga turut dalam penyelamatan lingkungan dengan
pengelolaan sampah melalui gerakan 3R (reuse, reduse, recycle)”.88
Sampah organik yang diolah menjadi pupuk memberikan memberikan
kontribusi peran terhadap pelaksanaan program KRPL. Dengan menggunakan
pupuk organik tanaman akan tumbuh subur. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Ibu rustinah hasan, sebagai berikut:
“...KRPL itu memberikan peran dalam pengolahan sampah rumah
dengan cara pemilahan antara sampah organik dan anorganik yang
bisa digunakan menjadi pupuk untuk makanan yang kita tanam.”89
Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak Ir. Sukowitono, ia
mendapatkan manfaat lain dari pemilahan sampah yang nantinya diolah
menjadi kompos kawasan. Tidak hanya untuk program, dampak lain dari
pemilahan sampah adalah memberikan peluang pekerjaan sebagai berikut:
“Orang-orang yang angkutin sampahkan dulunya pengangguran, jadi
sebagian ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut sampah
organik.…”90
88
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. 89
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan, pada 27 Agustus 2016. 90
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono pada 22 Agustus 2016.
Page 100
88
2) Memberikan Keindahan
Dari tanaman yang dibudidayakan oleh KWT Harmoni banyak
memiliki dampak yang dirasakan secara individu maupun secara lingkungan
seperti memberikan keindahan, kenyamanan, membantu mengurangi laju
pemananasan global lalu membantu menciptakan lingkungan yang bersih
dengan pelaksanaan 3R.
Hal senada juga diutarakan dalam penyataan Ibu Wirda Zulfikar,
sebagai berikut:
“trus halaman rumah juga kelihatan indah nyaman karena
penghijauan yang kita lakukan..”91
Hal yang sama diungkapkan Ibu Yuni Kahar. Melalui wawancaranya
ia merasakan dampak lain dari menanam di lahan pekarangan yaitu dapat
menyegarkan mata dan pikiran, dapat menjadi altrenatif hiburan yang sehat
dan menyenangkan setelah seharian melakukan aktivitas padat di luar rumah
sebagai berikut:
“…Lingkungan kita tuh jadi bersih, lingkungan juga berkualitas
komplek inikan menjadi titik pantau adipura berkat perhatiannya pada
penghijauan, pelestarian lingkungan, dengan melihat tanaman tuh
mengurangi kejenuhan setelah seharian beraktivitas bekerja atau
sekolah yang dikatakan suami sama anak-anak saya lalu rumah juga
sejuk.92
Selain itu manfaat lain dirasakan oleh ibu Isa Fitri mengenai penerapan
program KRPL pada lingkungannya. Secara lingkungan dampak positifnya
telah memberikan keindahan, menambah hijau kota, menyegarkan udara yang
ada di sekitar lingkungan Perumahan PPI karena pepohonan berfungsi sebagai
91
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 92
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 102
90
pencemaran udara, lalu udara sekitar lingkungan akan sejuk dan asri karena
gas CO2 diserap oleh tanaman. Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih
diperlukan kesadaran, kepedulian dari masyarakatnya. Ketertarikan pengisi
waktu luang dan sekedar hobi menjadi latar belakang dari program KRPL
KWT Harmoni. Ketertarikan anggota mengkonsumsi makanan organik, tentu
memberikan banyak manfaat bagi yang melakukannya. Dimana menjalankan
program pemerintah tersebut yang anggota dapatkan sebagai penujang gizi
anggota dan keluarga terhadap kualitas makanan, sehingga menghasilkan
balita yang sehat, kuat dan memiliki daya tahan tubuh bagus karena sangat
terhindar dari makanan yang mengandung zat-zat kimia.
Apabila kita menanam sendiri bahan makanan yang akan dikonsumsi,
kita akan berupaya semaksimal mungkin mengkonsumsinya, karena
menyaksikan sendiri bagaimana benih bertransformasi menjadi bibit, tumbuh
kembang dan menjadi bagian dari makanan keluarga sehari-hari memberikan
kebanggaan sendiri. Dengan begitu dampak bagi anggota dan keluarga yang
menanam sendiri makanan sayuran organik yang didapatkan dari lahan
pekarangan rumah akan mengurangi rasa khawatir terhadap konsumsi sayuran
tersebut, menumbuhkan kebiasaan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
dari proses sayuran yang menggunakan bahan kimia. Selain itu keuntungan
lainnya adalah sayuran akan terasa lebih sehat dan segar, dengan begitu waktu
kosong dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.
Senada dari pernyataan ibu nurul mengenai berbagai dampak yang
ia rasakan untuk kesehatan dari menanam sendiri makanan sayuran, sebagai
berikut:
Page 103
91
“Memanfaatkan waktu senggang diisi dengan yang lebih berguna.
Melatih menanam biar ga pikun tangan ga pada kaku trus ada
hubungannya dengan kesehatan juga loh seperti mencegah penyakit
alzhaimer gitu terus makanan organik itu rasanya beda saja lebih
fresh gitu dari pada yang lainnya.94
Dari hasil wawancara pada penerapan program KRPL, terdapat banyak
jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pekarangan rumah. Tanaman
tersebut tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat keluarga dan
tanaman hias. Jika tanaman tersebut berhasil dikelola oleh anggota dalam hal
perawatan dan pelestarian dapat memberikan pengaruh sebagai tanaman
pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain maupun arena
belajar anak-anak usia dini (tingkat Taman Kanak/Playgroup) sebagai media
pengenalan lingkungan hidup. Lingkungan pun akan terasa sejuk, asri, sampah
dapat diolah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat, penghilang
kejenuhan,pemberi keindahan, mengurangi pencemaran lingkungan dari
penghijauan yang dilakukan. Tidak hanya memberikan manfaat pada
lingkungan, dengan menanam sendiri makanan dapat terbebas dari zat-zat
kimia, menumbuhkan kebiasaan sehat dari makanan organik tersebut.
2. Dampak negatif
Evaluasi dampak negatif merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan
akibat negatif. Dalam mengevaluasi program ini peneliti tidak menemukan
dampak negatif dari berjalannya program KRPL, namun dalam penerapan
programnya peneliti menemukan hambatan-hambatan yang dirasakan para
anggota. Dimana faktor penghambat ini menyebabkan pelaksanaan program
terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Dari hasil wawancara dengan
94
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016
Page 104
92
pengurus dan anggota KRPL didapatkan faktor yang menghambat berjalannya
program adalah sebagai berikut:
a. Belum terbentuknya kelembagaan program KRPL yang handal.
b. Pembinaan yang dilakukan masih lemah dalam meningkatkan Partisipasi
keanggotaan KWT Harmoni. Terlebih generasi berikutnya untuk berkontribusi
agar program dapat berkelanjutan.
c. Ancaman kejenuhan anggota untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan
seperti: pengamanan yang kurang sehingga orang luar yang bukan anggota
program mengambil (mencuri) hasil panen tanaman, gangguan hama tanaman
(tikus, belalang, ayam, ulat, dll).
d. Pengolahan bibit dan hasil panen tanaman yang belum bisa menghasilkan
jumlah besar untuk diproduksikan keluar. Karena latar belakang ekonomi
anggota yang cukup sehingga kegiatan ini hanya sebagai sampingan, hobi dan
pengisi waktu luang.
Berikut pemaparan dari Ibu Rustinah hasan sebagai ketua Yayasan yang
berpendapat jika program KRPL sedang tidak berjalan disebabkan karena tidak
lagi mendapatkan pembinaan. Hasil dari wawancaranya adalah sebagai berikut:
“…KRPL itu salah satu bagian unit kecil kita sekalipun sekarang lagi
stuck pembangunan dan lain-lain…”95
Hal senada diperkuat oleh pendapat Ibu Siti Nurul sebagai ketua
program dari KRPL. Banyak hambatan yang terjadi selama berjalannya
program. Berikut penuturan yang diungkapkan:
95
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai Ketua Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan Pekayon, pada 27 Agustus 2016
Page 105
93
“…Yang membuat program ini menurun tidak mulus itu, Pertama
memang terbentur dana dari BPPT dan BPTPnya distop sementara
kita belum berjalan sebagus KWT di pedesaan. Kedua anggota KWT
Harmoni untuk biaya sehari-hari sudah punya cukup dari gaji
suaminya lalu mereka ga berharap banyak hanya sekedar hobi,
mengisi kekosongan waktu, iseng-iseng menanam sayuran. Yang
ketiga kita temukan di lapangan klo sayuran organik itu mahal karena
dari pupuk sampai semprotan hama kita buat sendiri tanpa
menggunakan bahan kimia jadi orang-orang maunya praktis, murah
dan gampang. Yang keempat hama penyakit.”96
3. Hasil Jangka Panjang Dari Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Dalam menjalankan program Kawasan Rumah Pangan Lestari hendaknya
memiliki target jangka panjang dalam menjalankan program. Ibu Siti Nurul
sebagai ketua program KRPL dalam wawancaranya memaparkan target yang
pernah dicapai selama satu tahun dalam binaan BPTP pada April 2013 adalah
menekan kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp
800.000 perbulan, namun pencapaian tersebut hanya berlangsung enam bulan
pertama sejak penerapan program, penjelasannya sebagai berikut:
“BPPT dan BPTP sejak April 2013 kita diberikan binaan, pelatihan,
bantuan-bantuan, penyuluhan selama 1 tahun lebih…”
“...materi tentu banyak pengetahuan yang kita dapatkan ya tentang
pelatihan membuat benih dari cabe, tomat, jahe, mengikuti acara BPTP
studi banding ke Bogor lalu terakhir kita diberikan pelatihan oleh BPTP
lewat ASTRA tentang “Pelatihan Teknologi Pertanian Perkotaan (Urban
Farming)” pada November 2015.”
“...meningkatkan gizi balita kita dimana sayuran organik itu dapat
menujang gizi keluarga.”
“…lalu menghemat anggaran belanja tadinya membeli sayur kangkung
sehari Rp. 5000 jadi ga belanja karena panen…
“Menekan kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000
sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi banyak kendala hanya
bertahan selama 6 bulan diawal.. klo pun pernah menghemat uang
belanja itu paling sedikit saja masih ada bahan-bahan baku dapur lainnya
96
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016.
Page 106
94
yang kita beli di pasar saja…misalnya yang belanja sehari Rp 50.000 bisa
menyisihkan Rp 10.000 untuk tabungan.”97
Untuk menganalisis target jangka panjang tersebut telah tercapai atau
tidak, peneliti akan membandingkan dan menganalisis target apa saja yang telah
tercapai oleh program KRPL dalam kurun waktu satu tahun penerapan dengan
temuan di lapangan.
Ibu Wirda Zulfikar dalam wawancaranya memaparkan bahwasannya dalam
kurun waktu satu tahun hingga sekarang dalam penerapan program KRPL
manfaat yang telah dicapai sebagai berikut:
“Baru sekedar cukup untuk kebutuhan masak di dapur ga beli di pasar
lumayan bisa ngehemat uang belanja apalagi klo harga bumbu masakan
naik tuh cabe, bawang putih..”98
Selain ingin mencapai penempatan sumber daya manusia yang tepat dan
berpotensi, program KRPL ingin memperluas jaringan kerja sama dengan
lembaga sosial maupun konvensial untuk keberlanjutan dari program itu sendiri.
Selain Ibu siti nurul yang menjelaskan bahwa Program KRPL telah
menjalin kerja sama dengan BPTP dan BPPT jawa Barat bersama ASTRA pada
November 2015 lalu menghadiri acara undangan dari DISPERA. Ibu Isa Fitri
dalam wawancaranya memaparkan bahwa sampai saat ini dalam kurun waktu tiga
tahun, program KRPL mulai menjalin kerjasama dengan beberapa instansi.
Berikut pemaparannya:
“…relasi dengan komunitas lain juga meluas”99
Untuk dapat menganalisis dan menilai apakah jangka panjang program
KRPL ini telah tercapai atau tidak, maka peneliti akan membandingkan hasil
97
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016. 98
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 99
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016.
Page 107
95
wawancara dari pengurus dan anggota program. Jika target jangka panjang dari
program KRPL ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan mengenai
kontribusi pengembangan KRPL selama tiga tahun berjalannya program.
Ibu Lucia telah mengikuti program KRPL selama tiga tahun dan
mendapatkan manfaat tentang pengetahuan dan menghemat anggaran belanja
dapur. Seperti yang ia paparkan dalam wawancara berikut:
“Sudah dari 2013 itu awal mula dari pembinaan dari BPPT dan BPTP
Lembang.” 100
Begitu pula yang telah dilakukan oleh ibu Wirda Zulfikar, ia telah
mengikuti program KRPL selama tiga tahun dan pengetahuan akan KRPL
bertambah dan menghemat anggaran belanja. Seperti wawancaranya sebagai
berikut:
“Sama seperti ibu-ibu yang lain saya ikut dari pertama datang pak
budiman dari BPPT dan BPTP memberikan pembinaan…”.101
Berikut tabel pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian:
Tabel 7.
Pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian
No Nama Jabatan
Lama
Menjadi
Anggota
KRPL
Manfaat yang
dirasakan
1. Bapak
Sukowitono
Ketua Program
Rumah Kompos
dan ketua RW
11 Pekayon
Menambah pengetahuan,
aktif dalam lingkungan,
KRPL memberikan peran
dalam pemilahan sampah.
2.
Ibu
Rustinah
Hasan
Ketua YGPL
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
mempererat tali
silaturahmi antar anggota.
100
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia, pada 26 Agustus 2016. 101
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016.
Page 108
96
3. Ibu Siti
Nurul Ketua KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja, Menumbuhkan
kerjasama dan daya
ketertarikan,
meningkatkan gizi.
4. Ibu Lucia Humas dan
anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur, perubahan
gaya hidup, perubahan
perilaku, membangun
kebersamaan dan
keakraban dengan
anggota lainnya.
5.
Ibu Hj.
Wirda
Zulfikar
Anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur,saling
bertegur sapa antar
anggota, menumbuhkan
rasa percaya diri,
memberikan nilai
estetika.
6. Ibu Isa Fitri Anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur, hubungan
antar anggota semakin
erat, terciptanya
kepedulian kepada
anggota dan lingkungan.
7. Ibu Yuni
Kahar Anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur,
menumbuhkan kebiasaan
sehat.
Page 109
97
Jika melihat tabel diatas, maka terlihat bahwasannya dalam mencapai
target jangka panjangnya, hingga saat ini program KRPL memang memberikan
dampak positif, namun belum mengalami pencapaian yang signifikan. Hal ini
dapat dilihat dari aspek ekonomi yang sebelumnya anggota KWT Harmoni harus
membeli makanan jenis sayur-sayuran, buah-buahan dan bumbu dapur lainnya.
Akan tetapi setelah menjadi KWT Harmoni kebutuhan tersebut dapat dipenuhi
dari lahan pekarangannya sendiri biarpun tidak dalam jumlah yang banyak. Jadi
KRPL sedikit banyak telah memberikan dampak terhadap pengeluaran konsumsi
kebutuhan pangan rumah tangga dan terhadap penghematan anggaran konsumsi
rumah tangga.
Page 110
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Evaluasi
Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam upaya
pemberdayaan masyarakat oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan
(YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi dengan
rumusan masalah: Bagaimana evaluasi dampak dari program Kawasan
Rumah Pangan Lestari dalam upaya pemberdayaan masarakat yang
dilakukan oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di
Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi? Dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pelaksanaan program KRPL yang dilakukan pada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Harmoni melalui pembinaan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat sejak April 2013 sampai 2014 dan
penyuluhan dari Dinas Perekonomian Rakyat (DISPERA) kota Bekasi
pada 2015 dengan model vertikultur menggunakan pot dan polybag
mampu memiliki dampak positif dalam penerapannya. Dampak positif
tersebut meliputi tiga aspek yaitu: Aspek sosial, aspek ekononomi dan
aspek ekologi. Masing-masing aspek memiliki manfaat dan hasil dari
penerapan program pada KWT Harmoni.
Dampak positif pada aspek sosial dapat disimpulkan bahwa
Program KRPL berupaya memberdayakan KWT Harmoni dengan
Page 111
99
bertambahnya pengetahuan seputar urban farming sebagai sarana belajar
dan rekreasi yang dapat digunakan untuk berkumpul serta melakukan
kegiatan sosial positif lainnya sehingga meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik melalui kegiatan program dengan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya seperti tujuan dari pemberdayaan.
Dampak positif pada aspek ekonominya yaitu melalui lahan
pekarangannya beberapa anggota dapat memenuhi kebutuhan dapur seperti
sayuran, toga, buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri dan bersama
keluarga karena faktor yang membedakan keberhasilan setiap anggota
KWT Harmoni adalah perbedaan usaha ketekunan maupun kerajinan
anggota dalam merawat pekarangannya dan turut menghemat BBM.
Program KRPL Pekayon belum pada kategori menghemat anggaran
belanja dalam jumlah besar, sedikitnya dapat menghemat pengeluaran
belanja sayuran dari penghematan itu bisa digunakan membeli kebutuhan
lainny lalu program ini belum bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan
pendapatan anggota, namun yang terpenting adanya pengembangan dalam
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui aktivitas ini.
Selanjutnya, dampak positif dari aspek ekologi sebagai sarana
pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain maupun arena
belajar anak-anak usia dini (tingkat Taman Kanak/Playgroup) sebagai
media pengenalan lingkungan hidup. Lingkungan pun akan terasa sejuk,
asri, sampah dapat diolah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat,
penghilang kejenuhan, pemberi keindahan, mengurangi pencemaran
lingkungan dari penghijauan yang dilakukan. Tidak hanya memberikan
Page 112
100
manfaat pada lingkungan, dengan menanam sendiri makanan dapat
terbebas dari zat-zat kimia, menumbuhkan kebiasaan sehat dari makanan
organik tersebut.
Bedasarkan hasil analisis dan temuan dilapangan, dapat dikatakan
bahwa program KRPL pada KWT Harmoni yang dilaksanakan BPTP dan
DISPERA dapat mengembangkan potensi anggota KWT Harmoni agar
mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui kegiatan
KRPL yang memberikan banyak manfaat bagi mereka.
B. Saran
Bedasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa untuk
memaksimalkan dampak dari Program KRPL pada KWT Harmoni,
peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk periode waktu yang akan datang masih diperlukan adanya suatu
pembinaan-pembinaan yang lebih intensif. Agar program KRPL dapat
terus berlanjut dan tidak sepenuhnya bergantung pada dana pemberian
dinas-dinas yang terkait program KRPL ini.
2. Diharapkan pada KWT Harmoni yang belum aktif dan
memaksimalkan pekarangannya, dapat memanfaatkan lahan
pekarangannya untuk berkembang diusahatani.
3. Diharapkan pada kegiatan produksi kompos dapat memaksimalkan
penjualannya agar dapat berorientasi ke pasar.
Page 113
101
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta: FEUI, 2001.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002.
Afri, San. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa hutan (LMDH),
Jakarta: Harapan Prima, 2008.
Arikunto, Suharismi. Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara,
1998.
Ashari, Sumeru. Hortikultura Aspek Budidaya, Jakarta: UI-Press, 1995.
Baeshowi, Bachrum Achmad. Pertanian Terpadu dan Argribisnis, Ciputat:
Intelektifa Pustaka, 2004.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hafsah, Mohamad Jafar. Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi daerah, Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan, 2009
Hidayati, Nurul. Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006.
Idrus, Muhamad. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitaitf, Yogyakarta: Erlangga, 2009.
Mardikanto, Totok. Dan Soebiato, Poerwoko. Pemberdayaan Masyarakat (Dalam
Perspektif Kebijakan Publik),Bandung: ALFABETA cv, 2013.
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,
2000.
Nasdian, Fredinan Tonny. Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia: 2014.
Nurmala Tati, dkk. Pengantar Ilmu Pertanian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sanusi, Benny. Sukses bertanam sayuran di lahan sempit, Jakarta: Argo Media
Pustaka, 2011.
Sasono, Herfin dan Riawan, Nofiandi. Mudah Membuahkan 38 Tabulampot
Paling Populer, Jakarta Selatan: PT Argo Media Pustaka, 2014.
Page 114
102
Srinivisan,Viji. Metode Evaluasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan
Rejesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005.
Suratmo, Gunawan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2007.
Sutarminingsih, Lilies. Vertikultur Pola Bertanam secara Vertikal, Yogyakarta:
Kasinus Anggota IKAPI, 2003.
Tambunan, Tulus. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan, Jakarta: UI-
Press, 2010.
Tim Peneliti Agriflo. Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah,
Jakarta: Agriflo Penebar Swadaya Grup, 2016.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Widyawati, Nugraheni. Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam
Pot,Yogyakarta: Lily Publisher, 2015.
Wignjopranoto, Janti. Raharjo, Selamet dan Kuncoro, T. A. Rumah Organik
Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik,
Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 2015.
Zulkarnain. Dasar-dasar hortikultura, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
KAMUS
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 2001.
SKRIPSI
Siti Fatimatus Zahro. Kontribusi Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam
Mendukung Kesejahteraan Masyarakat: Studi kasus Desa Banjarsari,
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Manajement, Institut Pertanian Bogor, 2012.
Zudika DM Manullang. Evaluasi Dampak Program Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Sanimas) dalam pemberdayaan masyarakat, Skripsi S1 FISIP,
Universitas Sumatera Utara, 2014.
Page 115
103
Firdaus Harahap. Keberhasilan Program Urban Farming Di Kota Surabaya,
Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional
(VETERAN) Surabaya, 2014. Artikel di akses pada 2 Mei 2015 dari
http://eprints.upnjatim.ac.id
JURNAL
Sriharini. Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam vol 1, FDK UIN Yogyakarta September,
2003.
RozaYulida. Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan terhadap Ekonomi Rumah
Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan,Vol 3, No. 2
(Riau: Indonesian Journal Of Argicultular Economics (IJAE), Jurusan
Agribisnis Faperta Universitas Riau, Pekan baru. Desember 2012.
Ashari, Saptanadan Tri Bastuti Purwantini. Potensi dan prospek pemanfaatan
lahan pekarangan untuk ketahan pangan, Forum Penelitian Agro
Ekonomi, V. 30, No. 1, Juli 2012.
Novi Puspitasari, Heien Puspitawati, Tin herawati. Peran Gender, Kontribusi
Ekonomi Permpuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura,
Vol. 6, No. 1, Bogor: Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia IPB, Januari 2013. Artikel diakses pada 30 maret 2016
dari http://journal.ipb.ac.id
Ana Jauharul Islam, Saleh Soeaidy, Ainul Hayat. Evaluasi dampak mutu
pendidikan dasar, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Jurusan
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
Malang. Artikel diakses pada Jumat, 24 Juni 2016 dari
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.
Widianto dkk. Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen untuk Sistem Kegiatan
Urban farming Komunitas Bandung Berkebun, Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional, vol. 01no. 4, Maret 2014. Artikel diakses pada Jumat,
29 April 2016 dari http://id.portalgaruda.org.
WEBSITE
http://www.catatansenja.com/2015/10/arti-dan-makna-quran-surat-al-araf-
ayat.html oleh Mushani Ramdany. Diakses pada Senin, 23 Mei 2016 pukul
16.33 WIB.
http://jakarta.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pukul
08:38 WIB.
Page 116
104
http://www.ygplpekayon.com. Diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pukul 08:04
WIB.
WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina di
Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon pada 12 April dan
19 Juli 2016.
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono sebagai Ketua RW 11 Pekayon
Jaya pada 22 Agustus 2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua Progam Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) pada 22 Agustus 2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia sebagai anggota KRPL pada 26 Agustus
2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar sebagai anggota KRPL pada
26 Agustus 2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri sebagai anggota KRPL pada 26 Agustus
2016.
Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar sebagai anggota KRPL pada 26 Agustus
2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai ketua (YGPL) Pekayon
pada 27 Agustus 2016.
MEDIA CETAK
Buletin Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon seri 04 tahun 2008
s/d 2010.
Page 121
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia telah lama dikenal sebagai Negara agraris yang kaya akan
ketersediaan pangan dan rempah yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan
karena kondisi iklim serta letak geografis yang sangat menunjang. Semua ada
di Indonesia, lahan subur untuk pertanian dan perkebunan. Pada umumnya, isi
kebun di Indonesia adalah berupa tanaman buah, tanaman sayuran, tanaman
hias, tanaman bumbu masak, tanaman obat-obatan, tanaman penghasil
rempah-rempah yang disebut tanaman hortikultura yang dapat tumbuh dan
dibudidayakan di Indonesia.1
Semua mahakarya luar biasa ini adalah kekuasaan Allah SWT yang
sudah disediakan oleh-Nya untuk keberlangsungan hidup semua makhluk
ciptaan-Nya. Maka, Allah melarang siapapun untuk berbuat kerusakan dalam
segala bidang. Sebagaimana telah dijelaskan dalam al-Quran Surah al-A’raf
ayat 56:
ه وال تفسدوا في األرض بعد إصالحها وادعىه خىفا وطمعا إن رحمت للا قريب م
(65المحسنيه)
“Dan janganlah kamu membuat kerusakandi muka bumi, sesudah
(Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut
(tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
1 Zulkarnain, “Dasar-dasar hortikultura”, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), cet-1,h. 1.
Page 122
2
rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Al-A’raf: 56)2
Dalam kehidupannya manusia memiliki beberapa kebutuhan pokok
antara lain: 1) pangan untuk energi, nutirisi dan mineral, 2) papan dan 3)
sandang.3 Terlebih pada zaman sekarang dalam pemenuhan gizi dan memiliki
pangan yang cukup untuk mempertahankan kehidupan masyarakat yang sehat
dan produktif. Tak heran jika semakin banyak orang berusaha hidup dengan
prinsip back to nature. Masyarakat mulai memperhatikan dengan apa dan dari
mana bahan pangan yang mereka konsumsi. Bagi mereka yang tinggal di
perkotaan, hiruk-pikuk kehidupan dan mobilitas yang tinggi melahirkan
ketergantungan terhadap pembagian fungsi sosial.4
Namun saat ini Indonesia memasuki masa dimana permintaan akan
kebutuhan pangan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk yang tidak seimbang dengan penyediaan pangan. Tidak hanya
pangan, kebutuhan lainnyapun dibawah kecukupan.5 Badan Pusat Statistik
(BPS) menghitung laju pertumbuhan penduduk tahun 2005-2010 diperkirakan
akan mencapai 1,3%, 2011-2015 sebesar 1,18% dan 2025-2030 sebesar
0,83%.6 Hal ini sudah terjadi diperkotaan lalu menyebabkan lahan pertanian
beralih fungsi menjadi bangunan dan pemukiman padat untuk mendukung
kehidupan masyarakat.
2 http://www.catatansenja.com/2015/10/arti-dan-makna-quran-surat-al-araf-ayat.html oleh
Mushanif Ramdany artikel diakses pada Senin, 23 Mei 2016 pada pukul 16.33
3 Tati Nurmala, dkk, “Pengantar Ilmu Pertanian”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), cet-
1, h. 8. 4 Benny Sanusi, “Sukses bertanam sayuran di lahan sempit”, (Jakarta: Argo Media
Pustaka, 2011), cet-3, h. 2. 5 Sumeru Ashari, “Hortikultura Aspek Budidaya”, ( Jakarta: UI-Press, 1995), Edisi revisi
cet-1, h. 3. 6 Tulus Tambunan, “Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan”, (Jakarta: UI-
Press, 2010), h. 85.
Page 123
3
Dan hal ini mengharuskan lingkungan perkotaan menyiapkan ruang
dan berbagai fungsi sosial lainnya. Sementara, semua fasilitas sangat
membutuhkan lahan yang akhirnya akan terus mendesak eksistensi lahan
pertanian subur disekitarnya.7 Dengan kondisi pertanian saat ini, ketahanan
pangan mungkin sulit untuk dicapai. Pertanian harus berubah seiring dengan
kemajuan teknologi untuk masa depan yang lebih baik. Melalui Urban
Farming (berkebun di kota) dapat menjadi salah satu cara potensi dalam
menyikapi terbatasnya lahan di perkotaan besar.8 Dengan memanfaatkan lahan
sempit atau pekarangan kosong disekitar rumah yang kebanyakan dibiarkan
dan tidak terawat, dapat diubah menjadi lahan produktif yang dapat
menghasilkan income dengan cara menanami lahan sempit tersebut.
Dalam penjelasan skripsi Siti Fatimatu Zahro menyatakan komitmen
kementrian pertanian 2011 untuk melibatkan rumah tangga dalam
mewujudkan kemandirian pangan, diversifikasi pangan berbasis sumberdaya
lokal, dan konservasi tanaman untuk masa depan dengan budaya menanam di
pekarangan. Dengan itu, agar mampu menjaga keberlanjutan pemanfaatan
pekarangan, maka perlu dilakukan pembaruan rancangan pemanfaatan
pekarangan dengan memperhatikan berbagai program yang telah berjalan
seperti Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) dan Gerakan
Perempuan Optimalisasi Pekarangan (GPOP). Pemerintah melakukan
perpaduan program tersebut agar manfaatnya dapat dirasakan secara langsung
7 Lilies Sutarminingsih, “Vertikultur Pola Bertanam secara Vertikal”, (Yogyakarta:
Kasinus Anggota IKAPI, 2003),h. 13. 8 Tim Peneliti Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, (Jakarta :
Agriflo Penebar Swadaya Grup, 2016), h. 35.
Page 124
4
oleh masyarakat, maka terciptalah Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL).9
Kementerian Pertanian bersama Badan Litbang Pertanian di Indonesia,
melaksanakan suatu program percontohan (model) dan wahana pembelajaran
bagi kelompok masyarakat di pedesaan maupun perkotaan. Langkah yang
dilakukan oleh pemerintah yaitu melalui rintisan awal yang dinamakan Model
KRPL (M-KRPL) kemudian secara kreatif dan kritis dikembangkan menjadi
konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL).10
RPL adalah rumah
penduduk yang mengusahakan lahan pekarangan secara intensif untuk
dimanfaatkan dengan berbagai sumberdaya lokal secara bijaksana yang
menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan berskala rumah tangga
yang berkualitas dan beragam serta untuk pemenuhan kebutuhan harian
masyarakat .11
Selain itu program ini juga bertujuan untuk pemberdayaan
masyarakat terutama kaum ibu rumah tangga yang dapat membantu
menambah pendapatan rumah tangga.
Program ini adalah solusi kaum perempuan untuk ikut memikirkan
pembangunan pertanian di Indonesia termasuk kaum ibu-ibu tani di perkotaan.
Peran ini akan menciptakan keuntungan ganda karena disatu sisi kaum
perempuan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan ikut
membantu meringankan beban keluarganya serta menambahkan pendapatan
9 Siti Fatimatus Zahro “Kontribusi Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam Mendukung
Kesejahteraan Masyarakat: Studi kasus Desa Banjarsari, Kecamatan Pacitan, Kabupaten
Pacitan, Jawa Timur” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi dan Manajement, Institut Pertanian Bogor,
2012), h. 5. 10
http://jakarta.litbang.pertanian.go.id Artikel diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pada
pukul 08:38 wib. 11 http://www.ygplpekayon.comArtikel diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pada pukul
08:04 wib.
Page 125
5
keluarga sedangkan disisi lain ikut membangun pembangunan pertanian di
daerahnya.12
Karena Perempuan secara langsung maupun tidak langsung ikut
terlibat dan bertanggung jawab dalam mengelola kegiatan usaha yang
berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan keluarga.Wiryono (1994)
menjelaskan bahwa keikutsertaan perempuan dalam mencari nafkah
pendukung akan membawa dampak positif yaitu adanya peningkatan terhadap
struktur sosial dalam keluarga.13
Salah satu kawasan yang mengembangkan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) secara swadaya ada di Kawasan Perumahan Pondok
Pekayon Indah (PPI)-Pekayon Jaya. Sebagian besar masyarakatnya belum
melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian. KRPL di
PPI ini menjadi salah satu unit pengembangan di bawah Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon. Salah satu tujuan didirikan KRPL
adalah memberikan informasi mengenai kontribusi pengembangan KRPL
dalam mendukung kesejahteraan masyarakat sehingga mampu mewujudkan
kemandirian masyarakat. Tujuan lain dari KRPL ini adalah mendukung
pemenuhan kebutuhan rumah tangga, membuat konsumsi pangan warga lebih
beragam sehingga asupan gizi berimbang dan mengestimasi biaya pengeluaran
kebutuhan makan harian antara Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan.
12
Roza Yulida, “ Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan terhadap Ekonomi Rumah
Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan”, Vol 3, No. 2 (Riau: Indonesian
Journal Of Argicultular Economics (IJAE), Jurusan Agribisnis Faperta Universitas Riau,
Pekanbaru. Desember 2012), h. 136. 13
Novi Puspitasari, Heien Puspitawati, Tin herawati, “Peran Gender, Kontribusi
Ekonomi Permpuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura”,Vol. 6, No. 1 (Bogor:
Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia IPB, Januari 2013), h. 11. Artikel
diakses pada 30 maret 2016 dari http://journal.ipb.ac.id
Page 126
6
Keberadaan program KRPL ini sudah berjalan sejak April 2013 lokasi
di RT004 RW 11, melalui bentukan pembinaan dari BPTP Jawa Barat
beberapa tahun lalu, namun pembinaan ini sudah tidak berjalan karena
pendanaan untuk program telah diberhentikan oleh pemerintah dan pada
tahun 2015 selanjutnya mendapatkan perhatian dari Dinas Perekonomian
Rakyat (DISPERA) hanya penyuluhan dan bantuan bibit saja. Mayoritas
anggota KRPL adalah kaum Ibu-ibu, para anggota atau biasa disebut
Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni yang mengikuti program ini
merasakan dan mendapatkan hasil yang nyata dan tidak nyata. Dengan
beradanya program KRPL ini, menjadi suatu upaya memberdayakan
masyarakat di 16 RT dari RW 8-RW11 Pondok Pekayon Indah. Melalui
programnya menanami lahan dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran
organik, tanaman buah, TOGA dengan mencoba menggunakan pupuk dan
semprotan hama dari pestisida yang mereka buat sendiri secara organik agar
tercipta area pertanaman sehat. Karena seberapapun lahan pekarangan yang
ada, dapat menghasilkan pangan dari rumah dengan berbagai teknik.
Mayoritas orang masih berpikir bahwa pertanian salah satu kegiatan di
daerah pedesaan saja. Namun nyatanya, terdapat pula kegiatan pertanian yang
dikembangkan di perkotaan seperti yang dilakukan Kelompok Wanita Tani
(KWT) Harmoni di YGPL. Menarik untuk diteliti karena keterbatasan lahan di
daerah perkotaan tidak membuat masyarakat kota hanya menunggu hasil
panen dari pedesaan. Berbeda dengan masyarakat kota lainnya, KWT harmoni
ini menggunakan lahan sempit dan lahan pekarang rumah untuk menjadi
sarana pertaniannya. Pada penerapan programnya terdapat pencapaian dan
Page 127
7
penurunan yang dirasakan oleh KWT Harmoni. Melalui program tersebut
berbagai manfaat dan hambatan pun telah dirasakan oleh mereka. Bedasarkan
latar belakang di atas, maka peneliti tertarik mengangkat masalah tersebut
dengan judul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan
Lestari (KRPL) Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Oleh Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Dengan melihat latar belakang di atas, agar tidak terjadi perluasan
permasalahan, peneliti memfokuskan pembatasan pada evaluasi dampak dari
program KRPL pada upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang dibahas adalah:
Bagaimana evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari
(KRPL) dalam upaya pemberdayaan masarakat yang dilakukan oleh Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti bertujuan untuk:
a. Untuk mengetahui evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan
Lestari dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
Page 128
8
Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini diharapkan menjadi wacana baru yang bermanfaat
pada dampak program Kawasan Rumah Pangan Lestari untuk
memberdayakan masyarakat melalui pemanfaatan lahan pekarangan di
rumah maupun lingkungan sekitar.
2) Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi lembaga dalam
mengevaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari
untuk memberdayakan masyarakatnya.
b. Manfaat Akademis
1) Sebagai bahan referensi bagi para pembaca jika berkaitan dengan
evaluasi dampak dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam
memberdayakan masyarakat.
2) Dapat memperkaya pengalaman peneliti sekaligus menerapkan ilmu
yang telah diperoleh dibangku kuliah.
3) Menambah khazanah penelitian, model dan objek penelitian jurusan
khususnya dalam bidang Kesejahteraan Sosial.
D. Metodologi Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena mampu melihat fenomena
secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan
Page 129
9
berkembang pada situasi sosial yang diteliti. Penelitian kualitatif percaya
bahwa kebenaran adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui
penelaahan terhadap orang-orang melalui inetraksinya dengan situasi sosial
mereka.14
Pertimbangan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena
peneliti bermaksud meneliti secara mendalam, menyajikan data secara akurat
dan menggambarkan kondisi sebenarnya secara jelas. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Bogdan dan Tylor metodelogi penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata, tulisan atau
lisan dari orang orang yang diamati.15
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pada penelitian
deskriptif, data yang disajikan berupa kata-kata, laporan pandangan terperinci
yang diperoleh dari para sumber informasi, serta dilakukan dalam latar
(setting) yang alamiah. Data yang diperoleh berasal dari hasil pengamatan,
hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan,
disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan
angka-angka.16
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Peneliti mengambil tempat penelitian di Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya
14
Imam Gunawan,“Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2013), h. 81- 83. 15
Lexy J.Maleong, “Metodelogi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Rosyda Karya. 2004)
Cet ke-13, h. 157.
16 Ibid., h. 83-87.
Page 130
10
Bekasi. Waktu penelitian yang dilakukan pada bulan April 2016 sampai
dengan bulan September 2016.
4. Sumber Data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian. Pertama memperoleh data dari pengurus RW/RT di Pondok
Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi. Kemudian data selanjutnya diperoleh
dari pengurus YGPL serta Penanggung jawab program KPRL dan anggotanya
terlibat dalam kegiatan KRPL.
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau
dokumen yang berkaitan dengan penelitian maupun instansi yang terkait
lainnya, data-data ini diperoleh dari berbagai tulisan atau informasi lainnya
yang sudah ada sebelumnya.
5. Teknik Pemilihan Informan
Pemilihan informan bertujuan untuk memberi batasan subjek
penelitian. Pembatasan ini untuk mempermudah peneliti sehingga tidak perlu
menjadikan semua populasi sebagai informan. Informan adalah orang yang
memberi informasi tentang data yang diinginkan peneliti berkaitan dengan
penelitian yang sedang dilaksanakannya. Cara memperoleh pemilihan
informan penelitian dapat dilakukan dengan melalui Purposive sampling.
Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan oleh peneliti jika
memiliki pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam pengambilan
sampelnya.17
17
Muhamad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaitf,
(Yogyakarta: Erlangga, 2009), h. 91-96.
Page 131
11
Tabel 1
Purposive sampling
No Informan Informasi Jumlah
1.
2.
3.
4.
Pengurus PPI
(RW atau RT)
Pengurus/
Pembina YGPL
Pengurus
Program KRPL
Anggota
Program KRPL
Untuk mengetahui gambaran, profil
dari Perumahan Pondok Pekayon
Indah RW/ RT yang berpartisipasi
program YGPL .
Mengetahui gambaran, latar belakang
terbentuknya organisasi, profil,
kegiatan yang terdapat di YGPL.
Mengetahui proses program KRPL
yang dilakukan para anggota.
Untuk mengetahui dampak dari
program KRPL.
1 orang
1 orang
1 orang
4 orang
Total Jumlah Informan 7 Orang
6. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan aktivitas pencatatan
fenomena yang dilakukan secara sistematis. Untuk memperoleh data dan
menyempurnakannya peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian yang
dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi,
Page 132
12
mendengarkan apa yang dikatakannya, mempertanyakan informasi yang
menarik dan mempelajari dokumen yang dimiliki.18
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Dari wawancara dapat menghasilkan pemahaman yang terbentuk
oleh situasi bedasarkan pertistiwa-peristiwa intreaksional yang khusus.
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu
yang berbentuk tulisan, gambar atau karya monumental dari seseorang.
Dokumen juga sebagai pelengkap dari penggunaan metode observasi dan
wawancara. Hasil penelitian akan lebih dapat dipercaya jika didukung oleh
dokumen. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari
sumber noninsani.19
7. Model Evaluasi
Dalam penelitian ini model evaluasi yang digunakan adalah Model
Evaluasi sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model) yang digunakan
adalah dampak atau pengaruh (Impact) dari upaya pemberdayaan masyarakat
18
Muhamad Idrus, “Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuantitaitf,
h. 101. 19
Imam Gunawan,“Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, h. 161-176.
Page 133
13
melalui program KRPL yang dilakukan YGPL di Pondok Pekayon Indah-
Pekayon Jaya Bekasi.20
8. Teknik Analisis Data
Analisa data adalah proses pencarian dan pengaturan secara sistematik
hasil wawancara, catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan untuk
meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan untuk
memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan.21
Dalam menganalisa data, peneliti menggunakan model evaluasi
dampak. Ada 3 langkah untuk menganalisis langkah tersebut yaitu:22
a. Reduksi data yaitu peneliti mencoba memilih data yang relevan pada
dampak program KRPL dalam upaya pemberdayaan masyarakat oleh
YGPL di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.
b. Penyajian data setelah data mengenai dampak program KRPL dalam
upaya pemberdayaan masyarakat oleh YGPL Pekayon di Pondok
Pekayon Indah-Pekayon Jaya. Maka data tersebut disusun dan disajikan
dalam bentuk narasi, visual, gambar, table dan lain sebagainnya.
c. Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan menghubungkan dari
tema tersebut, sehingga memudahkan untuk menarik kesimpulan.
20
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,
“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik)”, Edisi Revisi, (Bandung:
ALFABETA cv, 2013), h. 288. 21
Ibid., h. 210. 22
Lexy. J Moleong, ”Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: PT Rosdakarya,
2000), cet-ke 13, h. 103.
Page 134
14
9. Teknik Keabsahan Data
Teknik yang digunakan peneliti dalam menggunakan keabsahan data
penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan cara memanfaatkan sesuatu yang lain di
luar data itu sendiri, untuk keperluan pengecekan data atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Triangulasi bertujuan mencari kebenaran,
tetapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang
dimilikinya.23
E. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka digunakan sebagai acuan untuk membantu dan
mengetahui jelas penelitian yang akan dilakukan. Adapun beberapa tinjauan
pustaka dalam penelitian skripsi ini yaitu:
1. Judul skripsi “Evaluasi Program baitulmaal watamwil ar-ridho dalam
pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan di Kelurahan Pisangan
Kecamatan Ciputat Timur” ditulis oleh Fanny Nur Octaviana, Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam 2010. Yang membedakan penelitian sebelumnya adalah subjeknya
yaitu pemberdayaan ekonomi masyarakat kelurahan di Kelurahan
Pisangan Kecamatan Ciputat Timur. Lalu pembatasan masalah peneliti
sebelumnya hanya pada evaluasi output atau hasil, sedangkan peneliti
membatasi masalah kepada evaluasi dampak.
2. Judul Skripsi “Model Pengorganisasian Masyarakat Dalam Meningkatkan
Kesadaran Lingkungan (Studi Ketokohan Harini Bambang Wahono dalam
23
Imam Gunawan, “Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik”, h. 219.
Page 135
15
Melakukan Pengorganisasian Masyarakat di Kampung Banjarsari RW 08
Kel. Cilandak Barat Kec. Cilandak Jakarta Selatan)” ditulis oleh Buhori,
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan Kesejahteraan
Sosial 2010. Objek penelitian sama-sama membahas tentang pelestarian
lingkungan dalam memberdayakan masyarakat, penelitian sebelumnya
membahas ketokohan Harini Bambang Wahono secara lengkap, namun
peneliti hanya menggambarkannya secara umum. Subjek peneliti tentang
Evaluasi Dampak dan objeknya Program Kawasan Rumah Pangan Lestari.
3. Judul Skripsi “Kontribusi pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari
dalam mendukung kesejahteraan masyarakat: studi kasus desa Banjarsari,
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur” ditulis oleh Siti
Fatimatuz Zahro, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Jurusan Departemen
Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan 2012, IPB. Objek penelitian ini
sama-sama KRPL, namun Subjek dan tempat peneliti sebelumya sudah
berbeda. Subjek peneliti membahas tentang evaluasi dampak.
F. Sistematika Penelitian
Untuk memudahkan pembahasan masalah secara jelas maka, peneliti
mensistematiskan pembahasan yang akan ditulis kedalam bab sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini terdapat latar Belakang, pembatasan, Perumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat penelitian, Metodologi
Penelitian, Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penelitian.
Page 136
16
BAB II Landasan Teori
Pada bab ini berisikan pembahasan kerangka teoritis mengenai
Evaluasi Dampak Program, Model Evaluasi, Tujuan Evaluasi,
Pembagaian Evalusi Dampak; Pengertian Pemberdayaan
Masyarakat, Tujuan Pemberdayaan; Sejarah Urban Farming,
Pengertian Urban Farming dan Penerapan Urban Farming.
BAB III Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Menggambarkan secara umum tentang YGPL Pekayon di Pondok
Pekayon Indah-Pekayon Jaya yang dijadikan sebagai tempat
penelitian, meliputi: Sejarah Singkat, Visi dan Misi, Tujuan dan
Sasaran, Identitas YGPL, Struktur Organisasi, Sarana dan
Pasarana, Program Kegiatan, Pembiayaan Operasional dan Mitra
Kerja. Gambaran Umum tentang Pondok Pekayon Indah-Pekayon
Jaya.
BAB IV Temuan dan Data Analisis Lapangan
Pada bab ini berisikan tentang Analisis dampak program KRPL
dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh
YGPL Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya.
BAB V Penutup
Kesimpulan dan Saran Peneliti.
Page 137
17
BAB II
KERANGKA TEORI
Untuk mendukung pembuatan penelitian, maka perlu dikemukakan teori-
teori yang berkaitan dengan permasalahan dan ruang lingkup pembahasan sebagai
landasan.Teori-teori yang akan peneliti bahas ialah tentang Evaluasi Dampak,
Pemberdayaan Masyarakat dan Urban Farming.
A. Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi Program
Secara etimologi, evaluasi artinya penilaian, sehingga mengevaluasi
artinya memberikan penilaian atau menilai.24
Sedangkan secara terminologi
menurut Arikunto, evaluasi adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
mengukur tingkat keberhasilan sautu program. Degan demikian, penelitian
evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui tingkat efektifitas pelaksanaan
program dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan
program tersebut.25
Menurut Edi Suharto, Evaluasi adalah pengidentifikasi keberhasilan
atau kegagalan suatu rencana kegiatan atau program. Evaluasi berusaha
mengidentifikasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada pelaksanaan atau
penerapan program. Evaluasi itu adalah mengukur berhasil tidaknya program
yang dilakasanakan, apa sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta
24
Tim Penyusun, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Edisi Kedua, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), cet Ke-4. 25
Suharismi Arikunto, “Penilaian Program Pendidikan”, (Jakarta: PT. Bina Aksara,
1998), h. 8.
Page 138
18
bagaimana tindaklanjutnya. Dengan demikian evaluasi adalah pemantauan
suatu kegiatan proyek atau program sosial yang dilakukan pada saat kegiatan
tersebut telah berakhir atau dilakukan sekurang-kurangnya setelah program
tersebut berjalan beberapa saat (misalnya, tiga bulan, satu semester atau enam
bulan, satu tahun).26
Menurut San Afri dalam bukunya Panduan Pemberdayaan Lembaga
Masyarakat Desa hutan menjelaskan bahwa evaluasi program adalah
memberikan penilaian terhadap hasil kinerja dari sebuah program atau proyek
yang dilaksanakan secara multi pihak. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
respon, hasil dan dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan sebuah program
atau proyek. Penilaian teradap kinerja sebuah program atau proyek yang
hendaknya dilakukan secara partisipatif oleh sekelompok orang yang menjadi
sasaran pelaksanaan penerima program proyek tersebut.27
Dengan demikian, evaluasi menurut Viji Srinivisan, ini dimaksudkan
untuk menyusun nilai-nilai indikator dalam mencapai suatu sasaran. Dengan
kata lain kegiatan evaluasi adalah suatu cara atau kegiatan untuk mengecek
kekuatan dan kelemahan sebuah program serta suatu cara untuk menentukan
ukuran-ukuran perbaikan bagi para pengambil keputusan.28
26
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, (Bandung: PT. RefikaAditama, 2005),
h. 119. 27
San Afri, “Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa hutan (LMDH)”,
(Jakarta: Harapan Prima, 2008), h. 114.
28 Viji Srinivisan, “Metode Evaluasi Partisipatoris”, dalam Walter Fernandes dan Rejesh
Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
1993), h. 68.
Page 139
19
Dapat disimpulkan evaluasi adalah penilaian pada efektifitas
(keberhasilan dan kegagalan) pelaksanaan suatu program dengan cara melihat
faktor-faktor baik pendukung atau penghambat terhadap pelaksanaan program.
2. Pengertian Evaluasi Dampak Program
Menurut Nurul Hidayati, evaluasi dampak program adalah analisis
hubungan antara dampak pelayanan yang positif dan negatif dibandingkan
dengan outcomes.29
Evaluasi dampak yang peneliti kutip dari Ruth Levine dalam
Jurrnalnya, ia mengungkapkan bahwa:
“…definition of impact evaluation as a measurement of net change in
outcomes attributable to a specific program using a methodology that is
robust, available, feasible and appropriate, both to the question under
investigation and to the specific context. Impact concern not only outcomes,
but also the change the leads to outcomes…30
Dari kutipan tersebut dijelaskan bahwa evaluasi dampak adalah
mengukur secara bersih yang disebabkan oleh adanya suatu program tertentu
dengan metodologis. Dan evaluasi dampak tidak hanya memandang dari segi
hasil saja, tetapi juga perubahan yang akan muncul sebagai dampak dari
program itu sendiri.
Evaluasi dampak menurut Suzzetta (2008) adalah jenis evaluasi yang
berusaha mengungkapkan siapa sebenarnya yang memperoleh manfaat dari
29
Nurul Hidayati, “Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif”,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006), h. 125. 30
Institute Of Medicine Of The National Academies. “Design Considertion For
Evaluating The Impact of Pefpear”. (Washington DC: The National Academy Press, 2008), h. 23.
Page 140
20
program dan berapa besar manfaatnya. Dengan kata lain, sejauh mana hasil
atau manfaat dan dampak yang diharapkan telah tercapai.31
Menurut Rossi (1979) dalam buku pemberdayaan masyarakat
Sebagian besar kegiatan evaluasi umumnya diarahkan untuk mengevaluasi
tujuan program atau dampak kegiatan yang telah dihasilkan oleh pelaksanaan
program yang telah direncanakan. Kegiatan seperti ini hanya dapat dilakukan
jika tujuan program benar-benar dirumuskan secara jelas dan telah disediakan
cara-cara pengukurannya, baik yang menyangkut perubahan perilaku atau
ukuran yang lain seperti: tingkat produktivitas, tingkat kelahiran atau kematian
dan lain-lain.32
Sebelumnya telah dijelaskan tersendiri definisi evaluasi. Untuk
dampak mempunyai arti yaitu perubahan kondisi fisik maupun sosial sebagai
akibat dari output. Akibat dari hasil (output) ada dua macam yakni:
a. Akibat yang dihasilkan oleh suatu intervensi program pada kelompok
sasaran (baik akibat yang diharapkan atau tidak diharapkan) dan akibat
tersebut mampu menimbulkan pola perilaku baru pada kelompok sasaran
(impact).
b. Akibat yang dihasilkan suatu intervensi program pada kelompok sasaran,
baik yang sesuai dengan yang diharapkan atau tidak dan akibat tersebut
31
Ana Jauharul Islam, Saleh Soeaidy, Ainul Hayat, “Evaluasi dampak mutu pendidikan
dasar” Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, h. 1907, Jurusan Administrasi Publik,
Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang. Artikel diakses pada Jumat, 24 Juni
2016 dari http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac. 32
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,
“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik) Edisi Revisi, (Bandung:
ALFABETA cv, 2013), h. 270.
Page 141
21
tidak mampu menimbulkan perilaku baru pada kelompok sasaran
(effects).33
3. Model Evaluasi
Model evaluasi yang akan digunakan pada penelitian adalah Model
Evaluasi Sistem Analisis (System Analisis Evaluation Model). Berikut model-
model evaluasi sistem analisis meliputi: a). evaluasi input b). evaluasi process
c). evaluasi output d). evaluasi outcome e). evaluasi impact yaitu:34
a. Evaluasi (input) masukan adalah klien, staff dan program serta sarana atau
fasilitas yang digunakan dalam pelaksanaan program. Tujuannya adalah
untuk menjaring, menganalisis dan menilai kecukupan kuantitas dan
kualitas masukan yang diperlukan untuk merencanakan dan melaksanakan
program.
b. Evaluasi (process) proses memfokuskan pada pelaksanaan program yang
melibatkan langsung antara klien dengan staff. Evaluasi proses merupakan
katalis untuk pembelajaran dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
c. Evaluasi (Output) keluaran
Evaluasi keluaran mengukur dan menilai keluaran dari pada program,
yaitu produk yang dihasilkan program. Berapa banyak dan berapa baik
produk dari program? Berapa banyak dan berapa lama orang yang
mendapatkan layanan? Berapa jumlah jam kerja klien mendapatkan
layanan program?
33
Zudika DM Manullang, “Evaluasi Dampak Program Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Sanimas) dalam pemberdayaan masyarakat”, (Skripsi S1 FISIP, Universitas Sumatera Utara,
2014), h. 32. 34
Wirawan, MSL, “Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi”,h. 109
Page 142
22
d. Evaluasi akibat (outcomes) adalah mengukur apakah klien yang mendapat
layanan program berubah. Evaluasi ini misalnya berupa mencari jawaban
atas pertanyaan sebagai berikut: Apakah aktivitas program merubah para
klien seperti yang diharapkan? Apakah aktivitas program mempunyai
pengaruh sampingan yang tidak diperhitungkan sebelumnya? Siapa dan
berapa banyak dari klien yang merespons positif dan negatif terhadap
aktivitas program?
e. Evaluasi pengaruh (impact) adalah menilai perubahan yang terjadi
terhadap klien atau para pemangku program kepentingan sebagai akibat
dari intervensi yang dilakukan program. Evaluasi ini mengukur pengaruh
program sebagai hasil program dalam jangka panjang.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan dalam
penggunaan model evaluasi pengaruh (impact) dari model evaluasi analisis
sistem karena evaluasi ini menilai perubahan apa yang telah terjadi terhadap
anggota dari program KRPL serta mengukur pengaruh program sebagai hasil
program dalam jangka panjangnya.
4. Indikator Evaluasi Dampak Program
Secara umum, indikator dapat didefinisikan sebagai suatu alat ukur
untuk menunjukan atau menggambarkan suatu keadaan dari suatu hal yang
menjadi pokok perhatian indikator dapat menyangkut fenomena sosial,
ekonomi, penelitian, proses suatu usaha peningkatakan kualitas. Indikator
Page 143
23
dapat berbentuk ukuan, angka, atribut atau pendapat yang dapat menunjukan
suatu keadaan. 35
Dampak dalam kamus besar Bahasa Indonesia-Inggris merupakan
suatu benturan, pengaruh kuat (baik negatif maupun positif) antara dua benda
atau manusia sehingga menyebabkan perubahan.36
Dampak melihat apakah
sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan suatu perubahan
secara jangka panjang pada penerima layanan (klien).37
Dampak adalah
perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas baik hasil posif maupun
negatif dari sebuah program.
Dampak positif adalah perubahan yang diharapkan telah tercapai pada
individu ataupun kelompok (anggota dari program Kawasan Rumah Pangan
Lestari) dilihat dari tiga aspek:
a. Aspek Sosial: perubahan perilaku, mengingkatkan pengetahuan dan
meningkatkan keterampilan.
b. Aspek Ekonomi: menghemat pengeluaran ruah tangga dan pemenuhan
konsumsi sayuran.
c. Aspek Ekologi: pengolahan limbah rumah tangga, memberikan keindahan
dan memberikan kesehatan.
Sedangkan dampak negatif dari berjalannya program tidak
diketemukan. Namun dalam penerapan program tidak terlaksana dengan baik
karena terdapat hambatan yang dirasakan kelompok. Hambatan tersebut: a.
35
Suharto, Membangun Masyarakat, h. 126. 36
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: 2001), h. 849. 37
Isbandi Rukminto adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi
Komunitas”, (Jakarta: FEUI, 2001), h. 132.
Page 144
24
Kurangnya tenaga pendamping, dana dan waktu b. perilaku tidak
berkelanjutan dari pengelola (pemilik lahan) c. ancaman kejenuhan dalam
memaksimalkan pemanfaatan lahan seperti: serangan hama.38
5. Tujuan Evaluasi
Adapun tujuan evaluasi program menurut Edi Suharto dalam bukunya
membangun masyarakat memberdayakan rakyat adalah:
a. Mengidentifikasi tingkat pencapaian tujuan.
b. Mengukur dampak langsung yang terjadi pada kelompok sasaran.
c. Mengetahui dan menganalisis konsekuensi-konsekuensi lain yang
mungkin terjadi di luar rencana (externalities).39
B. Pemberdayaan Masyarakat
1. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual menurut Edi Suharto, pemberdayaan atau
pemberkuasaan (empowerment), berasal dari kata“power” (kekuasaan atau
keberdayaan). Karena ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan
kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita
inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Dengan pemahaman
seperti ini, Pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian
memiliki konsep yang bermakna. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan
mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi
pengontrolan atas, dan mempengaruhi terhadap, kejadian serta lembaga yang
38
Ashari, Saptana dan Tri Bastuti Purwantini, “Potensi dan prospek pemanfaatan lahan
pekarangan untuk ketahan pangan”, Forum Penelitian Agro Ekonomi, V. 30, No. 1 (Juli 2012): h,
21-22. 39
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 119.
Page 145
25
mempengaruhinya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
keterampilan, pengetahuan dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi
kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi perhatiannya.40
Adi mengutip pendapat JimIfe yang mengemukakan bahwa:
“Empowerment means providing people with the resource,
opportunity, knowledge, and skill to increase their capacity to
determine thir own future and to participate in anda effect the life of
their community”
Pemberdayaan berati menyiapkan kepada masyarakat sumberdaya,
kesempatan, pengetahuan dan untuk meningkatan keahlian dari masyarakat
dan mempengaruhi hidup dalam komunitas masyarakat itu sendiri.41
Menurut Ir. Mohamad Jafar Hafsah yang dikutip dalam bukunya,
Pemberdayaan masyarakat secara umum adalah upaya untuk membangun dan
mengembangkan potensi masyarakat, khusunya masyarakat marginal agar
tidak tertinggal dalam program dan proses pembangunan. Pemberdayaan
terjadi dikarenakan adanya kesenjangan yang disebabkan oleh sebagian
masyarakat yang tidak mampu mengikuti proses transformasi yang terjadi
dalam segala bidang (sosial, ekonomi, politik, demografi, teknologi dan lain-
lain), sehingga perlu diberdayakan agar tidak tertinggal.42
Pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya (kemampuan)
dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
40
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 50-58.
41 Isbandi Rukminto Adi, “Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan
Sosial, (Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002), h. 50.
42 Ir. Mohamad Jafar Hafsah, “Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi daerah”, (Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan, 2009). h, 131.
Page 146
26
yang dimiliki serta berupaya mengembangkan kekuatan atau kemampuan,
potensi, sumberdaya rakyat agar mampu membela dirinya sendiri.43
Menurut Ferdinan Tonny Nasidan dalam bukunya pengembangan
masyarakat menjelaskan, pemberdayaan mengacu kepada kemampuan
masyarakat untuk mendapatkan dan memanfaatkan akses ke dan kontrol atas
sumber daya yang penting. Kemudian upaya pemberdayaan merupakan suatu
upaya menumbuhkan peran serta dan kemandirian sehingga masyarakat baik
ditingkat inividu, kelompok, kelembagaan maupun komunitas memiliki
tingkat kesejahteraan yang jauh lebih baik dari sebelumnya, memiliki akses
pada sumberdaya, memiliki kesadaran kritis, mampu melakukan
pengorganisasian dan kontrol sosial dari segala aktivitas pembangunan yang
dilakukan di lingkungannya.44
Menurut Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.S dan Dr. Ir. H. Poerwoko
Soebiato, M.Si, Istilah pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya
memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh individu, kelompok dan
masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan untuk melakukan pilihan
dan mengontrol lingkungannya agar dapat memenuhi keinginannya, termasuk
aksestabilitasnya terhadap sumberdaya yang terkait dengan pekerjaannya,
aktivitas sosialnya dan lain-lain. Pemberdayaan bukan hanya meliputi
penguatan individu anggota masyarakat, tetapi juga pranata-pranatanya.
Menanamkan nilai-nilai budaya modern, seperti kerja keras, hemat,
keterbukaan dan kebertanggung jawaban adalah bagian pokok dari upaya
43
Sriharini, “Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam vol 1, FDK UIN (Yogyakarta” September, 2003), h. 45. 44
Fredinan Tonny Nasdian, “Pengembangan Masyarakat”, (Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indoneisa: 2014), h. 91-96.
Page 147
27
pemberdayaan.Yang terpenting adalah pastisipasi rakyat dalam proses
pengambilan keputusan yang menyangkut diri dan masyarakatnya.45
Meskipun para ahli berbeda pendapat tetapi memiliki tujuan yang
sama, yaitu meningkatkan potensi sumber daya yang ada pada diri manusia.
Jadi dari uraian diatas pemberdayaan masyarakat adalah mengembalikan
keberfungsian sosial seseorang ataupun anggota masyarakat dengan bantuan
tenaga perubah dengan penyadaran akan peluang-peluang yang dapat
dimanfaatkan maupun pengembangan potensi yang dimiliki serta kemampuan
dan keberanian untuk melakukan suatu perubahan.
2. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat
Dalam tujuannya menurut Edi Suharto, pemberdayaan menunjuk pada
keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial, yaitu
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahuan
dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat
fisik, ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu
menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam
kegitan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.46
pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat
agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik seluruh warga
masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya.
45
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, M.s dan Dr. Ir. H. Poerwoko Soebiato, M.Si,
“Pemberdayaan Masyarakat (Dalam Perspektif Kebijakan Publik) Edisi Revisi, h. 28-31. 46
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial”, h. 58.
Page 148
28
Menurut Agus Ahmad Sayfi’i tujuan pemberdayaan masyarakat adalah
memandirikan masyarakat atau membangun kemampuan untuk memajukan
diri ke arah kehidupan yang lebih baik secara seimbang. Ini berati masyarakat
diberayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya.47
C. Pertanian Kota (Urban farming)
1. Sejarah Urban Farming
Penjelasan sejarah Urban farming dalam dikutipan buku Urban
Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah menceritakan sebenarnya sudah
ada sejak zaman dahulu, bahkan sejak pertanian itu sendiri lahir. Sejarah
mencatat, konsep ini sudah ada sejak zaman Mesir kuno. Diberbagai belahan
dunia, urban farming tempo dulu digalakkan sebagai salah satu upaya untuk
menjamin ketahanan pangan. Saat perang dunia I dan perang dunia II,
Presiden Woodrow Wilson meminta kepada seluruh warga Amerika untuk
menanam. Woodrow melihat berkebun di pekarangan merupakan satu-satunya
cara keluar dari krisis pangan selama perang dunia berlangsung. Gerakan
berkebun yang dilakukan besar-besaran oleh penduduk Amerika saat itu
melahirkan sebuah taman bernama victory garden. Tidak lama berselang,
berbagai komunitas pencinta kebunpun banyak didirikan. Salah satu yang
terbesar yaitu Seattle’s P-Patch. Munculnya komunitas pencinta kebun di
seluruh dunia, merupakan awal baru dari lahirnya konsep urban farming yang
mendunia. Seiring dengan pesatnya perkembangan tekonologi, urban farming
kini tampil jauh lebih mudah dan efisien. Kita tidak harus lagi bergantung
47
Agus Ahmad Syafi’I “Manajemen Masyarakat Islam”, h. 39.
Page 149
29
pada lahan untuk bertanam, karena tanpa lahanpun kita masih dapat
berkebun.48
Konsep urban farming lahir dari kesadaran masyarakat untuk
mendapatkan bahan pangan yang segar dan sehat, serta mengurangi populasi
dan perencanaan lingkungan sekitar sehingga bisa terciptanya gaya hidup yang
sehat di lingkungan yang sehat. Hingga beberapa tahun terakhir muncul
kesadaran masyarakat akan bahaya mengkonsumi makan yang dihasilkan
menggunkan bahan non-organik seperti pupuk kimia dan pestisida sintesis.
Dikarenakan semakin banyaknya orang sakit akibat polusi dan lingkungan
yang tercemar menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat. Kini
kecenderungan orang untuk mengonsumsi makanan organik semakin besar.
Organik menjadi pilihan cara dalam urban farming. Konsep dan
metode organik secara umum diartikan sebagai cara bercocok tanam tanpa
menggunakan pupuk dan pestisida sintesis yang dikelola di lingkungan sekitar
pekarangan rumah dan pemukiman pekotaan. Banyak manfaat yang bisa
dihasilkan dari urban farming diantaranya: pekarangan menjadi lebih
produktif dan dampak cemaran limbah rumah tangga menjadi berkurang,
seperti sampah dapur diolah menjadi pupuk kompos, air limbah rumah tangga
dibuatkan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan dimanfaatkan untuk
menyiram tanaman sehingga tidak mencemari tanah dan udara.49
2. Pengertian Urban Farming
Istilah (Urban Farming) secara harfiah berarti berkebun di daerah
urban atau perkotaan. Urban farming merupakan kegiatan menanam dan
48
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, h. 8. 49
Janti Wignjopranoto, Selamet Raharjo, dan T. A. Kuncoro, “Rumah Organik
Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik”, h. 2-4.
Page 150
30
menumbuhkan tanaman di area padat penduduk yang ditunjukan untuk
konsumsi pribadi maupun untuk didistribusikan pada orang-orang yang berada
disekitar area tersebut. Dengan urban farming, masyarakat bisa menjadi petani
di kota tanpa harus di lahan yang luas.50
Menurut Widianto yang mengutip buku Ridwan Kamil Indonesia
Berkebun merupakan pendiri komunitas Bandung Berkebun. Konsep urban
farming adalah memanfaatkan lahan tidur di perkotaan yang dikonversi
menjadi lahan pertanian produktif hijau yang dilakukan oleh masyarakat dan
komunitas sehingga dapat memberikan manfaat bagi mereka. Gaya hidup
yang ingin dibentuk adalah menjadikan kegiatan konsep ini kebutuhan sehari-
hari.51
Menurut Enciety (2011) dalam kutipan skripsi Firdaus Harap bahwa
Urban farming adalah suatu aktivitas pertanian di dalam atau di sekitar
perkotaan yang melibatkan ketrampilan, keahlian dan inovasi dalam budidaya
dan pengolahan makanan. Hal utama yang menyebabkan munculnya aktivitas
ini adalah upaya memberikan kontribusi pada ketahanan pangan, menambah
penghasilan masyarakat sekitar juga sebagai sarana rekreasi dan hobi.52
Menurut Food Argiculture Organization (FAO) yang dikutip dalam
buku Rumah Organik mendefinisikan pertanian urban sebagai industri yang
memproduksi, memproses, serta memasarkan produk dan bahan pangan
50
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif, Sayur, Hias & Buah”, h. 6. 51
Widianto dkk, “ Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen untuk Sistem Kegiatan Urban
farming Komunitas Bandung Berkebun”, Jurnal Online Institut Teknologi Nasional, vol. 01 no. 4
(Maret 2014), h. 86, artikel diakses pada Jumat, 29 April 2016 pada pukul 07. 13 dari
http://id.portalgaruda.org 52
Firdaus Harahap, “Keberhasilan Program Urban Farming Di Kota Surabaya”,
(Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional (VETERAN) Surabaya, 2014),
h. 2. Artikel diakses pada 2 Mei 2015 pukul 06.33 dari http://eprints.upnjatim.ac.id
Page 151
31
nabati, terutama dalam menanggapi permintaan sehari-hari konsumen di
perkotaan yang menerapkan metode intesif, memanfaatkan dan mendaur ulang
sumber daya dan limbah perkotaan, serta menghasilkan beragam tanaman dan
ternak.53
Menurut Bareja (2010) menyebutkan urban farming atau urban
agriculture adalah upaya pembudidayaan tanaman dan atau memelihara
hewan ternak di dalam dan di sekitar wilayah kota besar, metropolitan, atau
kota kecil untuk memperoleh bahan pangan, kebutuhan lain dan tambahan
finansial, termasuk tahap pemprosesan, pemasaran dan distribusi produk hasil
kegiatan tersebut. Urban farming kebanyakan dilakukan oleh mayarakat yang
tinggal di perkotaan, kadang sebagai pekerjaan utama atau pekerjaan
sambilan, karena memanfaatkan ruang terbuka atau lahan tidur. Aktivitas ini
lebih banyak pada produksi bahan makanan dari tanaman pertanian seperti
sayuran, bumbu, buah-buahan, toga dan tanaman hias.54
Secara teknik urban
farming dilakukan dengan memanfaatkan seminimal mungkin lahan yang ada
untuk berkebun seperti tabulampot, vertikultur, vertical garden dan roof
garden.55
Bedasarkan dari berbagai uraian pendapat. Kesimpulan bahwa urban
farming merupakan aktivitas pertanian, pertenakan, perikanan maupun
perkebunan oleh masyarakat yang memanfaatkan lahan tidur di perkotaan,
ruang terbuka hijau dan lahan di sekitar rumah yang melibatkan keterampilan,
53
Janti Wignjopranoto, Selamet Raharjo, dan T. A. Kuncoro, “Rumah Organik
Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik”, (Jakarta: PT AgroMedia
Pustaka, 2015), h. 4. 54
Nugraheni Widyawati, “Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam Pot”, h. 25. 55
Herfin Sasono dan Nofiandi Riawan, “Mudah Membuahkan 38 Tabulampot Paling
Populer”, (Jakarta Selatan: PT ArgoMedia Pustaka, 2014), h. 2.
Page 152
32
keahlian dan inovasi dalam pembudidayaanya. Guna menambah gizi,
meningkatkan ekonomi dan kesejahteraan keluarga serta membangun suatu
kelompok pertanian guna membangun dirinya sendiri agar lebih mandiri.
3. Penerapan Urban Farming
Aktivitas bercocok tanam dapat dilakukan di dalam kota (intra-urban)
atau di perbatasan kota (peri-urban). Aktivitas tersebut dapat diterapkan di
wilayah rumah misalnya di halaman, di lahan luar pemukiman, halaman
belakang atau depan, di ruang terbuka di luar gedung di pagar halaman,
dinding, tangga, balkon, teras dan atap, baik pada lahannya sendiri, menyewa
atau lahan umum yang tidak sedang dimanfaatkan.56
Menurut tim Agriflo Urban farming sendiri dapat membuat
masyarakat menjadi lebih kreatif, karena dapat membuat lahan pekarangan
mereka lebih produkif. Selain itu penerapan ini sendiri juga dapat
diaplikasikan di jalan-jalan umum seperti di trotoar atau taman kota.57
Berikut
beberapa konsep penerapan dalam urban farming yang sangat bervariasi:
a. Tabulampot
Budidaya Tanaman Buah dalam Pot (Tabulampot) mulanya
dikenal di daratan Cina dan Jepang disebut She Juang Penjing dan Shan
shui penjing, yaitu Bonsai. Bonsai berasal dari bahasa Jepang yang terdiri
atas suku kata “bon” nampan (wadah) dan “sai” tumbuh. Secara harfiah
bonsai adalah sesuatu yang tumbuh di satu wadah atau tempat dangkal,
kemudian popular dengan istilah pot dan popular dengan sebutan
56
Nugraheni Widyawati,“Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam Pot”,
(Yogyakarta: Lily Publisher, 2015), h. 25. 57
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, h. 116.
Page 153
33
Tabulampot. Tabulampot adalah sistem budidaya tanaman buah-buahan
dengan menggunakan pot sebagai tempat hidupnya.58
b. Vertikultur
Verikultur merupakan salah satu sistem budidaya tanaman yang
menggunakan sistem bertingkat atau ke atas. Teknik ini merupakan salah
satu alternatif dalam mengatasi keterbatasan lahan di perkotaan.
c. Hidroponik
Hidroponik merupakan salah satu alternatif dari pertanian di lahan
terbatas/sempit. Budidaya tanaman dengan teknik ini menggunakan tanah
sebagai media tanamnya juga dapat memanen tanamannya sepanjang
tahun dan tidak tergantung musim. Hidroponik ini dapat dilakukan dengan
skala kecil di pekarangan rumah yang luasnya terbatas.
d. Akuaponik
Akuaponik merupakan perpaduan sistem budidaya antara tanaman
dan ikan. Prisnsipnya, tanaman akan memanfaatkan unsur hara yang
didapat dari kotoran ikan.59
58
Bachrum Achmad Baeshowi,“Pertanian Terpadudan Argribisnis”, (Ciputat: Intelektifa
Pustaka, 2004), h. 131. 59
Tim Penulis Agriflo, “Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah”, h. 54-
78.
Page 154
34
BAB III
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan
Berdirinya Gerakan Peduli Lingkungan berawal dari rasa kesadaran
dan kepedulian kelompok masyarakat, bahwa dalam menjaga dan
melestarikan lingkungan hidup diperlukan komitmen secara kolektif untuk
menuju perubahan perilaku dan terciptanya etika berbudaya lingkungan sehat
dan asri yang bukan menjadi tanggungjawab pemerintah saja.
Pada awalnya di tahun 2003 ibu-ibu Majelis Taklim Darussalam dan
Pemuda di Perumahan Pondok Pekayon Indah (PPI) berkunjung ke Banjarsari,
Desa Agrowisata lingkungan di Jakarta Selatan yang dipimpin oleh Ibu Harini
Bambang Wahono yang kita kenal sebagai pelopor lingkungan hidup
khususnya bidang persampahan di Indonesia. Pada saat kunjungan itu, serta
merta ibu-ibu dan pemuda tergugah serta termotivasi, mempunyai niat untuk
mengembangkan hal yang sama seperti Ibu Bambang lakukan. Selama 3 bulan
sejak itu, komunitas didampingi oleh Ibu Sri Riadiati seorang mahasiswi pasca
sarjana Universitas Indonesia jurusan Psikologi Lingkungan yang
dipertemukan di kediaman Ibu Bambang saat kunjungan kesana. Proses
tumbuh warga PPI dalam membentuk komunitas yang peduli lingkungan
dijadikan kasus oleh beliau dalam menyusun disertasinya. Diawali dengan
mengadakan in house training, komunitas YGPL Pekayon mencerdaskan diri,
membekali diri dengan wawasan dan ilmu sekitar kesehatan lingkungan.
Diperjelas dengan melihat kenyataan rendahnya kualitas lingkungan di sekitar
Page 155
35
Pekayon, khususnya masalah persampahan, sehingga membuat komunitas
YGPL Pekayon semakin tertantang untuk maju melangkah.
Kemudian komunitas YGPL Pekayon berkomitmen untuk melanjutkan
dengan membentuk organisasi, menetapkan visi dan misi, kepengurusan serta
menyusun program. Maka, lahirlah Gerakan Peduli Lingkungan pada tanggal
4 April 2003.Yang dipelopori oleh MTIID (Majelis Ta’lim Ibu-ibu
Darussalam) dan HIPPI (Himpunan Pemuda Pondok Pekayon Indah).
Selangkah demi selangkah YGPL melakukan kegiatan-kegiatan sesuai dengan
kemampuan dan potensi yang ada, secara swadaya dan swakarya.
Pada tahun 2007-2008, YGPL ditunjuk sebagai Stakeholder PPK-IPM
(Program Pendanaan Kompetisi-Indek Pembangunan Masyarakat) untuk Jawa
Barat, dengan mengadakan kegiatan ToT (Training of Trainer) untuk 24 kader
dan memandu kegiatan replikasi ke 4 kelurahan dengan jumlah peserta 100
orang. YGPL memiliki jumlah pengurus inti aktif sebanyak 50 orang. YGPL
juga menggalakkan kembali kebun TOGA (Tanaman Obat Keluarga),
pengomposan skala kawasan, dan meningkatkan produksi kerajinan dari
limbah seperti plastik, botol, kertas dan kulit telur. Kelompok ini
membudidayakan sayuran organik di lahan percontohan, dan yang terakhir
YGPL menerbitkan buletin setiap 2 bulan untuk menyebarkan informasi
mengenai kegiatan yang akan dan sudah dilakukan kepada masyarakat.
Kegiatan pengelolaan sampah dan gerakan penghijauan yang telah dilakukan
YGPL Pekayon menghasilkan berbagai penghargaan seperti Juara I Lomba
Kreatifitas Daur Ulang Sampah yang diselenggarakan oleh KLH dan
Page 156
36
MNUPW pada Desember 2003, Penghargaan dalam bidang Pemberdayaan
dan Kesejahteraan Keluarga dari Walikota Bekasi pada Desember 2004,
Penghargaan sebagai Pelopor Peduli Lingkungan dari Walikota Bekasi
Juni 2005, Juara II Peningkatan Kualitas Lingkungan Keluarga Tingkat
Provinsi Jabar dari Gubernur Jabar Juli 2005, Juara I Peningkatan Kualitas
Lingkungan Keluarga Tingkat Kota Bekasi Juli 2005, Juara I Lomba TBM
dalam rangka Keteladanan PLS Provinsi Jawa Barat 2007, Juara I Pengelola
TBM tingkat Provinsi Jawa Barat dalam rangka JAMBORE PTK-PNF 2008,
Terbaik Ke VI dalam Pengelola TBM Tingkat Nasional dalam rangka
JAMBORE PTK-PNF 2008 dan Penghargaan Juara I Kategori Bank
Sampah (Lomba K3 Tingkat Kota Bekasi) 2014.
Seiring dengan tumbuh kembang komunitas YGPL, pada tanggal 1
April 2009, YGPL melakukan pengembangan kelembagaan dengan
mengukuhkan organisasi yang semula berbentuk komunitas ke bentuk
Yayasan dengan nama: Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon. Saat
ini YGPL mempunyai 30 kader dan 70 relawan. Bentuk organisasi yayasan ini
adalah sosial, nir bala, independen, netral (tidak berpihak ke satu ideologi,
golongan agama, ras maupun suku atau kedaerahan).60
Para anggota yayasan mempunyai motto sebagai berikut: Prestasi tidak
menjadikan kami berhenti. Memelihara komitmen menjadi tantangan yang
tidak mudah dilakukan. Perlu kerja keras untuk bisa konsisten dan
berkelanjutan. Energi perlu senantiasa dipertahankan dan bahkan ditingkatkan.
Kreatifitas diupayakan terus diasah. Diperlukan kerjasama dan membentuk
60
http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 29 Mei2016 pada pukul 12.33 wib.
Page 157
37
jejaring dengan lembaga yang mempunyai satu visi. Dengan bekal cinta,
peduli, disiplin, tanggung jawab dan sabar semoga kiprah yayasan ini member
kontribusi yang berati terhadap program pemberdayaan masyarakat dalam
pelestarian lingkungan di Indonesia.
B. Visi dan Misi
Dalam menjalankan berbagai program kegiatan, Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan memiliki visi dan misi yang dijadikan pedoman mencapai
sasaran antara lain:
1. Visi
Untuk menciptakan Pondok Pekayon Indah menjadi lingkungan yang
bersih, sehat, asri, harmoni dan lestari serta memberdayakan masyarakat
dalam bidang pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup.
2. Misi
Menanamkan dan meningkatkan kesadaran dan wawasan masyarakat
terhadap masalah lingkungan. Menggalang dukungan dan partisipasi aktif
dari setiap individu maupun kelompok masyarakat. Melaksanakan secara
swadaya dan swakarsa. Membangun perilaku dan budaya baru
berwawasan lingkungan secara berkelanjutan.
C. Identitas Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
Nama Lembaga :Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
Tanggal Berdiri : 4 April 2003
Bentukan : 2003-2009: Komunitas, 2009-Sekarang: Yayasan
Organisasi Sosial, Nir Laba dan Independen.
Page 158
38
Lokasi : RW 8-11 Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan.
NPWP : 21.084.93.7-432.000
D. Struktur Organisasi
Dalam kegiatan keorganisasian dan kelembagaan yang baik,
diperlukan adanya struktur organisasi agar segala kegiatan tersusun rapi serta
akan mempermudah dalam mencapai tujuan.
Struktur Organisasi Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan61
61
http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 1 Juli 2016 pada pukul 9.33 wib.
Dewan Pembina
Ir. Lala Gozali
Humas
Yustiardani
Sekertaris
Wiwik Satrio
Mitra Kerja
Donor
Narasumber
Ketua
Rustinah Hassan
Bendahara
Neni Rizal
Prog Pengembangan
Ir. Lala Gozali
Unit
Tamanca
Nur
Mutmainah
Unit
Pengemban
gan
masyarakat
Yulianti A.
Ruddy
Duta
Lingku
ngan
Wirda
RW 8-11
Dewan Pengawas
Ellis Agus
Unit
KRPL
Harmoni
Siti Nurul
Unit Bank
sampah
Windy Usman
Unit Rumah
Kompos
Suko Nitono
Unit Rumah
Perca
Siti Rochana
Page 159
39
E. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuannya adalah YGPL sebagai Bekasi pelopor untuk lingkungannya
serta untuk mewujudkan Pondok Pekayon Indah sebagai kawasan
pemukiman yang ramah lingkungan.
2. Sasaran yang ditargetkan oleh YGPL yaitu dari berbagai kalangan
masyarakat, seperti Ibu-ibu (terutama kelompok PKK, arisan) siswa
sekolah/pelajar (TK, SD, SMP, SMU dan sederajat), kelompok pendidik
atau guru, kelompok kepemudaan, warga RT, RW, organisasi keagamaan
di komplek Perumahan PondokPekayon Indah dan tempat lainnya.62
F. Sarana dan Prasarana
Terkait dengan fasilitas pendukung yang tersedia di Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan, maka disediakan saran dan prasarana agar semua kegiatan
berjalan lancar. Fasilitas meliputi: Pembangunan Taman Kota, Gedung dan
Fasilitas pilar sampah 3R dibangun sejak akhir bulan Juli 2012 dan selesai
akhir akhir bulan September 2014, tempat pelatihan, papan slogan, baktor atau
bak sampah bantuan dari BJB dan Gubernur Jawa Barat pada tahun 2013,
ketersediaan peralatan untuk pengolahan sampah (seperti: 4 mesin pencacah,
timbangan, pengayak, tong-tong besar), lahan rumah kompos untuk program
kawasan rumah pangan lestari, rak tanaman vertikal, rak hydroponik, rak
aquponik, komposter, peralatan pertanian (seperti: bibit, sepatu bot untuk
anak-anak, paralon, cangkul), Saung Pembibitan Kwt Harmoni, Kebun Bibit
yang terdapat di rumah kompos, bangunan Taman Bacaan beserta
perlengkapannya (yaitu: memiliki koleksi ±7532 eksemplar dengan 3601 judul
62
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 19 Juli 2016.
Page 160
40
yang terdiri dari majalah, buku bergambar, buku fiksi maupun non fiksi,
ensiklopedia, kamus, buku pelajaran, atlas dan peta, mainan edukatif dan
peralatan untuk menggambar dan mewarnai), tempat pengolahan produksi
kompos kawasan, baru dibangun Rumah Bunda SEHAT disana terdapat:
(ruang ASI, ruang instalasi, kompor, computer, alat-alat masak, susu) yang
mana mesin jahit dari Pemkot untuk rumah perca, Seluruh Posyandu yang ada
di RW.008 ; 009 ; 010 dan 011 masing-masing mendapatkan bantuan 1 unit
Alat Timbangan Bayi, Alat Kontrol Kesehatan dan Makanan Bayi, alat tinggi
badan dan lainnya dari ASTRA Internasional, Gedung baru untuk Posyandu
dan Posbindu RW 11 Pekayon Jaya.
G. Program Kegiatan Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan
Yayasan ini merupakan lembaga yang peduli terhadap permasalahan
lingkungan dan turut memberdayakan masyarakat Pondok Pekayon Indah.
Diantara berbagai programnya, YGPL memiliki empat program utama yaitu:
pemberdayaan masyarakat, pemilihan dan pengomposan sampah serta
pembibitan atau penghijauan dan beberapa Unit pengembangan YGPL sudah
dibentuk yaitu: Unit Pengelolaan Kompos Kawasan, Unit Taman Bacaan, Unit
Arisan YGPL, Unit Buletin dan Unit YGPL Kids. Lima lingkup kegiatan
unit program pengembangan yang sedang diterapkan, yaitu:63
1. Unit Pemberdayaan Masyarakat
Dalam program utamanya YGPL Pekayon, pemberdayaan
masyarakat merupakan Jasa pemberdayaan masyarakat yang berbasis
63
http://www.ygplpekayon.com/ Artikel diakses pada 04Juni 2016 pada pukul 07.10
wib.
Page 161
41
kewirausahaan sosial. Prinsip layanan yang YGPL berikan adalah
1.Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon Green Society yaitu Program
Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon untuk menciptakan komunitas yang
terpadu yang meliputi program pembangunan fasilitas penunjang
kesehatan yang memadai, sentra pemberdayaan ekonomi masyarakat,
fasilitas penunjang pendidikan dan menciptakan masyarakat yang peduli
lingkungan serta pelatihan cara mengelola sampah. 2. Bank Sampah
Masuk Sekolah yaitu Upaya yang mengintegrasikan pengelolaan
lingkungan serta belajar layanan keuangan kepada anak dilakukan oleh
YGPL dengan membuka konter Bank Sampah. Murid sekolah dilatih
menjadi Petugas Bank Sampah untuk menerima dan mengelola setoran
sampah dari murid-murid lainnya. Setoran sampah yang terkumpul
disalurkan ke Bank Sampah di sekitarnya yang juga binaan YGPL, uang
hasil penjualan sampah tersebut dikreditkan kepada nasabah di sekolah
dalam bentuk tabungan. Program ini sebagai bentuk upaya memperluas
jaringan Bank Sampah yang terintegrasi dengan pendidikan lingkungan.
Di dalamnya YGPL Pekayon terdapat berbagai materi program pelatihan
dan Pembinaan Masyarakat dalam Berbudaya Lingkungan yaitu sebagai
berikut:
a. Kegiatan Pembinaan dan Pelatihan Masyarakat dalam Berbudaya
Lingkungan
1) Eco – School “SD Kinderfield Kemang Pratama”
“Go-Green School” Adiwiyata. Di mana dalam program ini
tim edukasi Eco Green School akan melakukan kunjungan ke beberapa
Page 162
42
sekolah yang terdaftar untuk dikunjungi. Tim akan menjelaskan beberapa
program edukasi yang ada di Eco Green School seperti pembelajaran
tentang pengolahan sampah, daur ulang sampah, serta pembelajaran
tentang lingkungan hidup.
2)Eco-Pesantren“AlQomariyah”
Program yang bertujuan untuk mendorong peningkatan
pengetahuan, kepedulian, kesadaran dan peran serta aktif warga pondok
pesantren terhadap upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup berdasarkan
ajaran agama Islam. Dengan Memberikan sosialisasi dan bimbingan teknis
dengan harapan agar eco pesantren dapat diimplementasi melalui
“gerakan” baik melalui penguatan internalisasi isue lingkungan kedalam
proses belajar mengajar maupun aksi kepedulian dan perubahan perilaku
warga pondok pesantren yang didukung oleh penguatan sarana ramah
lingkungan.
3) Eco-Office “Kantor Peduli Lingkungan”
Konsep kantor ramah lingkungan tersebut dapat diaplikasikan pada
semua kantor agar bisa membuat suasana nyaman, menghemat biaya
operasional, sebagai wujud partisipasi dalam mengurangi global warming,
membuat pikiran akan menjadi lebih fresh dan semangat kerja akan
meningkat. Salah satunya YGPL Pekayon memberikan Pelatihan kepada
karyawan Menara Kuningan 04 Mei 2016 tentang Pemilahan Sampah Di
Kantor dimana Kantor Peduli Lingkungan (Eco Office).
Page 163
43
4)Eco-Campus
Perguruan tinggi menjadi ujung tombak terdepan dalam menyelesaikan
suatu permasalahan bangsa, termasuk permasalahan lingkungan. YGPL
Pekayon memberikan pelatihan sebagai pekan pengenalan dan pembekalan
mahasiswa baru Universitas Bhayangkara pada 26 Agustus 2016.
Gambar 1. Kegiatan Eco-Campus di Universitas Bhayangkara
Sumber: Dokumentasi Peneliti
b. Bimbingan Teknis Pengolahan Lingkungan Tingkat Rumah Tangga.
Pemberian penyuluhan pelatihan dalam kegiatan pelatihan dan
pembinaan masyarakat di kader lingkungan seperti: Diajarkan cara
membuat kompos secara individu, yang dapat dilakukan disetiap Rumah
tangga dan pembinaan pemilihan sampah.
2. Unit Kompos Pekayon
Mendaur ulang sampah organik dengan cara mengolahnya dapat
menghasilkan kompos organik. Pengelolahan sampah ini sudah ada sejak
tahun 2004 lalu perluasaan pengolahan sampah yang diharapkan bisa
Page 164
44
menghasilkan kompos sebanyak 1,5-2 Ton perminggu dan dilokasi ini
menjadi tempat pelatihan kader-kader yang dapat mengembangkan
pengolahan sampah di wilayah/komplek perumahan secara kawasan di
sekitar Kota Bekasi nantinya.
Dalam unit program kompos ini, Pondok Pekayon Indah
menyediakan program pelatihan pengelolahan sampah di dalamnya.
Program pelatihan pengolahan sampah disusun berdasarkan konsep
“integrated process” (Integrated Citarum Water Resources Management
Investment Program (ICWRMIP) merupakan gambaran strategi, rencana
dan pelaksanaan yang memetakan posisi saat ini dengan visi, hasil dan
tujuan yang ingin kita capai di masa depan untuk pengelolaan terpadu
sungai Citarum. Dari tahap pengumpulan sampah, pengolahan sampai
pada pemanfaatan hasil olahan. Konsep utamanya ditujukan untuk
aktivitas pengelolaan sampah komunitas dan tidak bersifat individual.
Adapun manfaat kompos adalah untuk Penghijauan dalam arti luas
adalah segala daya untuk memulihkan, memelihara dan meningkatkan
kondisi lahan agar dapat berproduksi dan berfungsi secara optimal, baik
sebagai pengatur tata air atau pelindung lingkungan. Untuk memenuhi
kebutuhan pangan sehari-hari dengan salah satu cara yaitu Kawasan
Rumah Pangan Lestari (KRPL). Melalui KRPL, pemanfaatan lahan
pekarangan sempit dengan cara menggunakan media kompos dan pupuk
secara organik agar terciptanya area tanam dan menghasilkan pangan yang
sehat.
Page 165
45
Untuk proses pemilihan sampah yang akan diolah menjadi kompos
terdapat 2 proses di dalamnya yaitu:
a. Mekanisme pemilihan sampah dari rumah.
Pemilihan sampah adaah proses yang paling sulit dan paling penting
dalam proses pengolahan sampah. Yang dapat dilakukan ialah
mensosialisasikan ke anggota keluarga mengenai kategori pemilihan
sampah, cara pemilihan sampah dan saranayang dibutuhkan seperti
menyediakan 2 tempat sampah, satu untuk sampah organik dan
sampah anorganik.
b. Pengangkutan sampah
Sampah organik diangkut dari rumah menggunakan gerobak motor
oleh petugas khusus. Kemudian sampah organik yang telah terkumpul
perlu dipilah lagi dari ranting-ranting besar.64
Dari proses pengolahan sampah menjadi kompos yang sudah
dilakukan Gerakan Peduli Lingkungan, dapat menghasilkan berbagai
variasi produk: kompos dan pupuk organik cair yang mereka jual.
3. Unit “Tbm MANCA”
Taman bacaan dan bermain di Pondok Pekayon Indah berdiri sejak
05 Mei 2005 atas kerjasama Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL)
Pondok Pekayon Indah dan Yayasan Taman Baca Indonesia untuk
mendapatkan fasilitas berupa bangunan Taman Baca beserta
perlengkapannya. Taman baca merupakan tempat publik, pusat
pengembangan kreatifitas dan tempat singgah yang aman dan nyaman
64
Buletin Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan, Seri04 tahun 2008 s/d 2010.
Page 166
46
setelah rumah dan sekolah bagi Anak-anak agar berdampak positif bagi
kemandirian anak. Tbm Manca dibentuk untuk mencerdaskan bangsa
melalui pembangunan budaya membaca pada masyarakat Indonesia, agar
generasi muda kelak memiliki budaya membaca sejak kecil. Sasaran dari
taman bacaan ini adalah anak-anak yang bersekolah di dalam atau luar
lingkungan Pondok Pekayon Indah. Jumlah anggota dari Taman Bacaan
Pondok Pekayon Indah sebanyak 350 anak terdiri SD, TK, SMP dan SMU.
Ketua dari Taman Baca adalah Ibu Nur Mutmainah. Adapun tujuan yang
terdapat di Tbm MANCA yaitu:
a. Menggalang pasrtisipasi masyarakat dalam pengelolaan rumah baca.
b. Menarik minat baca anak-anak Pondok Pekayon Indah dan sekitarnya.
c. Memberikan sarana baca yang memadai untuk sekolah-sekolah di
lingkungan Pondok Pekayon Indah dan sekitarnya.
d. Menggalang kreatifitas untuk menumbuhkan budaya membaca.
e. Membantu meringankan beban keluarga prasejahtera untuk
menimbulkan budaya membaca dan belajar.
Adapun prestasi yang pernah Tbm Manca raih berupa: JUARA 1 Lomba
TBM dalam rangka keteladanan PLS kota Bekasi 2007, JUARA 1 Lomba
TB dalam rangka keteladanan PLS Propinsi Jawa Barat. Selain prestasi
yang diraih, terdapat pula penghargaan yang yang sudah dicapai oleh Nur
Mutmainah Gufron selaku ketua program dari Tbm manca berupa
PIAGAM PENGHARGAAN sebagai Peserta Terbaik VI dalam kegiatan
Jambore 1000 PTK-PNF pada Pengelola Taman Bacaan Masyarakat.
Page 167
47
4. Unit KRPL “Harmoni” Kawasan Rumah Pangan Lestari
Salah satu kawasan yang menerapkan program Kawasan Rumah
Pangan Lestari secara swadaya ialah Kawasan Perumahan Pondok
Pekayon Indah Kel. Pekayon Jaya Kec. Bekasi Selatan yang berlokasi di
RT.004 RW.011 yang didirikan pada April 2013. Pengembangan program
Kawasan Rumah Pangan Lestari menjadi salah satu alternatif berkebun di
lahan sempit dengan menggunakan pemanfaatan pekarangan skala kecil
yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan, gizi
keluarga, dan peningkatan pendapatan yang pada hasil akhirnya dapat
meningkatkan kesejahteraan sehingga mampu mewujudkan kemandirian
masyarakat dengan mengenalkan cara tanam secara Hydroponik dan
Aquaponik. Selain itu, KRPL juga mencakup upaya intensifikasi
pemanfaatan pagar hidup, jalan desa, dan fasilitas umum lainnya (sekolah,
rumah ibadah, dan lainnya), lahan terbuka hijau, serta mengembangkan
pengolahan dan pemasaran hasil. Namun, Sebagian besar Kelompok
Wanita Tani (KWT) Harmoni di Pondok Pekayon Indah belum semua
melakukan optimalisasi pekarangan dan pengembangan pertanian.
Pengetahuan masyarakat juga masih kurang seperti pembasmian hama
penyakit, teknik-teknik dalam bertanam, mutu dan gizi pangan.
Tujuannya adalah membuat konsumsi pangan masyarakat lebih
beragam sehingga asupan gizi lebih berimbang dan menekan pengeluaran
untuk kebutuhan makan harian antara Rp 200.000 sampai Rp 800.000 per
bulan. Saat ini anggota aktif KRPL berjumlah 20. Seperti yang
diungkapkan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua KRPL 22 Agustus 2016.
Page 168
48
“Kalo untuk tujuannya itu menekan pengeluaran kebutuhan
makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp
800.000 perbulan waktu itu pernah tercapai tapi ya..banyak
kendala cuma bertahan selama 6 bulan diawal saja trus
meningkatkan gizi balita kita dimana sayuran organik itu dapat
menujang gizi keluarga sehingga mencetak generasi balita yang
sehat, kuat, punya daya tahan tubuh yang bagus terbebas dari zat-
zat kimia karna zaman sekarangkan udah ga aman banyak yang
berjualan curang gitu mau ga mau demi sehat dimuali dari
sayuran kita tanam sendiri. Untuk anggota dulunya berjumlah
sampai 40an pas ada kegiatan penyuluhan KRPL mereka masih
perhatian tapi tindaklanjut dari itu yang ga ada tapi makin kesini
yang aktif cuma 20an orang aja.”65
KRPL tidak hanya untuk warga pemilik pekarangan di desa, tetapi
juga di kota karena bagi masyarakat yang memiliki lahan terbatas bisa
tetap menanam dengan teknik vertikultur dan dapat menghasilkan pangan
dari rumah. Dengan menerapkan budidaya tanaman sayuran, buah-buahan,
tanaman pangan, tanaman obat keluarga (toga), budidaya ikan dan ternak.
Komoditas yang telah dibudidayakan oleh KWT Harmoni Indah
adalah tanaman yang dapat dipanen dalam jangka pendek, diantaranya:
berbagai tanaman sayuran organik; sawi, kangkung, bayam, pakcoy,
seledri, salada keriting, kalian, kacang panjang, bawang merah, cabai
merah, cabai rawit, daun salam dan lainnya kemudian tanaman buah;
terong, tomat dan lainnya lalu TOGA; binahong, kumis kucing, daun
katuk, daun cincau, daun saga, kencur, sirih, ginseng, kunyit, daun dewa,
samiloto dan lainnya dengan mencoba membudidayakan menggunakan
pupuk organik dan membuat penyemprotan hama dengan pestisida
organik yang mereka buat sendiri agar tercipta area pertanaman yang
65
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua Progam Kawasan Rumah
Pangan Lestari, Pondok Pekayon Indah pada 22 Agustus 2016.
Page 169
49
sehat. Dari hasil wawancara denga Ibu Ir. Lala Gozali 10 Maret 2016
sebagai berikut:
“ Tanaman yang kita tanam ini yang mudah dipanen dalam jangka
pendek disesuaikan dengan musim panas dan musim hujan supaya
bisa digunakan untuk keperluan dapur yang kita tanam tuh ada
kangkung, bayam, seledri, kalian, kacang panjang, bawang merah,
cabai merah, cabai rawit, daun salam, cabai, terong untuk
TOGAnya ada binahong, kumis kucing, daun katuk, daun cincau,
daun saga, kencur, sirih, ginseng, kunyit, daun dewa, samiloto
semua jenis tanaman ada teknik dalam menanamnya.66
Dalam perjalanan menerapkan program KRPL tentu ada
peningkatan dan penurunan dalam pencapaian tujuan programnya sejak
2013 sampai 2016. Selama 3 tahun berdiri tak luput mendapatkan
dukungan dari Kementrian Pertanian, Badan Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Jawa Barat, Dinas Perekonomian Rakyat Bekasi dalam
memberikan perhatian berupa pelatihan dan penyuluhan dalam
pelaksanaan program ini.
5. Unit Bank Sampah “LESTARI”
Unit bank sampah menjadi salah satu program utama Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL). Bank Sampah adalah sebuah kreasi
inovatif yang dilakukan masyarakat dalam memanfaatkan nilai ekonomi
yang terkandung dalam sampah, dan secara tidak langsung dapat
mengurangi sampah yang dibuang melalui gerakan 3R (Reuse, Reduce,
Recylyng) Reuse: Memakai ulang, Reduce: Membatasi dan Mengurangi,
Recylyng: Mendaur ulang.
66
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 12 April 2016.
Page 170
50
Sampah terdiri dari 2 macam, ada sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik biasa dikenal juga dengan sampah basah yang
mempunyai masa hancur berlangsung alami (1-6 bulan ). Terdiri dari
bahan-bahan alami atau organik yang mudah membusuk, seperti: Sisa
Makanan atau Sampah Dapur, Tulang Ikan atau Hewan (sebelumnya
dipotong kecil-kecil), Sisa Sayuran, Daun-daunan Kering, Roti, Nasi, Kue,
Daging dan lain-lain. Sampah anorganik biasa dikenal juga dengan sampah
kering. Terdiri dari senyawa an-organik atau bahan buatan yang tidak
mudah membusuk seperti: Benda atau barang yang terbuat dari kaca
maupun beling (botol bekas minuman, kecap, saus) dengan masa hancur
alami ratusan tahun, Benda Logam atau kaleng minuman dengan masa
hancur alami (80-100tahun), Benda plastik, shampo, minuman botol dll
(50-80 tahun), Styrofoam dibutuhkan 200-400 tahun untuk hancur alami,
bekas makanan, kertas, kardus, B3 (bahan berbahaya dan beracun dan lain-
lain. Karena mendaur ulang sampah memiliki berbagai manfaat
diantaranya: menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan,
melestarikan kehidupan mahluk hidup yang terdapat pada suatu
lingkungan tertentu, menjaga keseimbangan ekosistem mahluk hidup yang
terdapat pada lingkungan, mengurangi sampah anorganik karena sampah
anorganik ada yang dapat bertahan 300 tahun ke depan, mendapatkan
tambahan penghasilan dan hasil pengolahan sampah tersebut pada
akhirnya dapat di jual.
Di Kelurahan Pekayon Jaya misalnya warganya telah memiliki
Bank Sampah dan setiap warga berperan aktif baik sebagai “nasabah”
Page 171
51
maupun sebagai pengelolanya. Dalam Bank Sampah yang disetorkan
“nasabah”nya adalah sampah yang dipandang bernilai ekonomis.
Kemudian pengelola Bank Sampah harus melakukan upaya kreatif dan
inovatif agar sampah-sampah yang dihimpun dari “nasabah” dapat
menjadi uang.Oleh karena itu, pengelola Bank Sampah tersebut harus
merupakan orang-orang yang kreatif dan inovatif serta memiliki jiwa
kewirausahaan. Dengan tangan-tangan kreatif YGPL dan pemikiran-
pemikiran inovatif ternyata sampah yang selama ini sering dianggap
masalah, bagi mereka justru menjadi berkah. Dalam menabung bank
sampah di YGPL terdapat 2 cara yaitu:
a. Sistem individual (penabung datang ke bank sampah). Dengan cara:
Pemilahan sampah skala rumah tangga dulu, lalu penyetoran,
penimbangan, pencatatan dan hasil sampah yang disetorkan dimasukan
kedalam buku tabungan.
b. Sistem komunal (Petugas mendatangi TPS terpilah tiap RT). Dengan
cara: pilih sampah dari rumah, tabung sampah di TPS pilah ditiap RT,
petugas bank sampah akan mengambil sampah terpilah di tiap RT,
pengambilan sampah oleh pengepul, pengepul menghargai setiap
tabungan sampah tiap RT, lalu teller memasukan hasil penjualan tiap
RT (30%), sementara yang 70% untuk menggaji pengambil sampah.
Pengambilan sampah anorganik dilakukan 2 kali seminggu.
Dalam pengembangannya Bank sampah terdapat dibeberapa titik
Pekayon: Lestari 1= RT 1 RW 11, lalu Lestari 2= RT 3 RW 11, lalu
Lestari 3= RT 2 RW 11, Lestari 4= RT 4 RW 11, lalu Lestari 5= Posyandu
Page 172
52
RW 8, Lestari 6= Posyandu RW 9, kemudian Lestari 7= Posyandu RW 10,
Lestari 8= Posyandu RW 11, Lestari 9= Manca (Taman Bacaan) dan
Lestari 10= Paud Robbani.
6. Unit Produksi Kerajinan
Kerajinan limbah merupakan unit yang memotivasi warga untuk
memanfaatkan sampah menjadi produk kerajinan yang berkualitas
sehingga mempunyai nilai jual yang tinggi. Kain perca adalah potongan
kain sisa yang bisa didapatkan di konveksi ataupun penjahit-penjahit
rumahan karena dianggap sampah. Tapi ditangan Ibu-ibu YGPL, kain
perca bisa dibuat kerajinan tangan yang memiliki nilai jual berupa: Tas
lukis kain, tas kain dibordir mesin, sarung bantal, penutup galon mineral,
serbet kain, bunga kain sampai kepada perca in fashion yang sudah
mengikuti pameran di sanggar gianti. Tidak hanya berupa kain saja, Ibu-
ibu YGPL telah mendaur ulang limbah dari kulit telur, gelas plastik
mineral menjadi kreasi parsel bunga lalu, botol-botol bekas menjadi botol-
botol cantik yang dapat digunakan sebagai pajangan dengan ornament
bunga bercat warna-warni yang sedap dipandang mata.
H. Peristiwa atau Kegiatan YGPL Pekayon
Selain terdapat banyak program kegiatan yang dikembangkan, mereka
juga memiliki kegiatan-kegiatan dan mendapat kunjungan tamu atas
kepeduliannya terhadap lingkungan. Kegiatan tersebut berupa:
1. Kegiatan rutin Posyandu dan Posbindu Rw 011 setiap bulan di hari kamis
minggu kedua bersama ASTRA Internasional. Kegiatan yang dilakukan
seperti: pendataan, pemeriksaan kesehatan balita, penimbangan berat
Page 173
53
badan balita, pemeriksaan gigi balita dan anak, pemeriksaan kesehatan ibu,
pemeriksaan tekanan darah, Pemeriksaan Gula Darah, Asam Urat dan
Kolesterol semuanya ” GRATIS, Pemeriksaan ” GRATIS ” Osteoporosis,
Jantung Sehat dan Pembulu Darah. Warga yang datang ke Posyandu
cukup hanya membayar dengan sampah, lalu Sampah yang terkumpul
akan dijual dan uangnya untuk kas posyandu.
2. Expo merupakan salah satu cara promosi hasil kerajinan daur ulang kreasi
dari YGPL mengikutipameran arginex Expo 2014 tentang pertanian, KOI
Expo terdapat kreasi kerajinan kain perca, polybag, Festival Hijau Bekasi
di Universitas Empatlima dan Pameran di Universitas Indonesia.
3. Taman hijau Pekayon adalah salah satu program P2KH atau Program
Pengembangan Kota Hijau dengan bentuk aksi nyata dalam pengelolaan,
menjadikan kota hijau dan merehabilitasi kembali tanaman milik YGPL
Pekayon. Adapun fasilitasnya seperti arena bermain anak, arena main
pasir, lapangan basket, berkebun, pembibitan tanaman, aula atau jenis
panggung kecil (pendopo) dan berbagai jenis tanaman buah.
4. Menerima kunjungan tamu pada tahun 2015 dari mahasiswa Colombo
Plan Australia untuk melihat kalau dana yang mereka kucurkan untuk
pembangunan tempat pengelolaan sampah 3R di Pekayon berjalan dengan
baik dan kunjungan dari Kalimantan Selatan.
5. Menerima kunjungan tamu pada 2016 dari Kalimantan Selatan dalam
Peserta Kunjungan Kerja.
Page 174
54
I. Pembiayaan Operasional
Untuk mencapai misi yang dijalankanYayasan Gerakan Peduli
Lingkungan Pekayon, diperlukan daya dukung yang memadai untuk
menjalankan operasional sesuai standar yang memadai. Dana operasional
didapat dari menjadi narasumber penyuluhan baik dari undangan pihak luar,
maupun dari tamu yang datang berkunjung ke YGPL dengan status tetap dan
tidak tetap. Selain itu, dana diperoleh juga melalui penjualan kompos,
tanaman, dan kerajinan/suvenir yang dibuat seperti T-shirt, jam, tas, pin dan
buletin YGPL, hasil kerjasama dan bantuan dari Corporate Social
Responsibility (CSR) perusahaan ASTRA International dalam mendukung
Kegiatan rutin Posyandu dan Posbindu di RW 008-011, menerima bantuan
kerja sama dari Sari Husada, Indomart dan rumah zakat dalam membentuk
Rumah Bunda SEHAT agar Ibu-ibu binaan memiliki kepandaian dengan itu
ekonomi mereka terbantu, instansi pemerintah Bekasi seperti: Dinas
kebersihan dan Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH), dana
didapatkan menjadi narasumber dalam suatu acara.
J. Mitra Kerja
Untuk mempermudah dalam pelaksanaan program-program yang
terdapat di YGPL, ada beberapa mitra kerja yang sudah banyak bekerjasama
dengan yayasan ini, dengan status tetap dan tidak tetap. Diantaranya dari mitra
kerja tersebut adalah:
1. Bekerja sama dengan Instansi Pemerintah seperti: Kementrian Negara
Lingkungan Hidup, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPLH)
PemKot Bekasi, Dinas Sosial PemKot Bekasi, Dinas Kebersihan PemKot
Page 175
55
Bekasi, Dinas Kesehatan PemKot Bekasi, Dinas Pendidikan, Dinas
Perekonomian Rakyat Bekasi, Subdirektorat Agribisnis, Kelurahan
Pekayon Jaya dan Kecamatan Bekasi Selatan.
2. Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Ditjen Penataan ruang-
Kementrian pekerjaan umum dalam pembangunan Taman kota Pekayon
Jaya yang merupakan salah satu kegiatan Program Pembangunan Kota
Hijau (P2KH).
3. Aliansi Perempuan dalam Perempuan Berkelanjutan (APPB).
4. Japan International Cooperation Agency (JICA).
5. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat.
6. Bank Jawa Barat (BJB).
7. Perusahaan swasta seperti: ANTV, DAI TV, Radio Dakta, Delta, Suara
Metro, NET TV, Kompas TV, PT. Alita Praya Mitra, PT. Sari Husada,
Indomart dan Rumah Zakat.
8. Dengan instansi pendidikan seperti: SD Al-Azhar, SD Darussalam
Pekayon, TK Tunas Jaka Sampurna, Fakultas Psikologi-Universitas
Indonesia, Fakultas Pertanian Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi dan
Universitas Tarumanegara.
9. Turut berkontribusi pada program Adipura. Karena Perumahan Pondok
Pekayon Indah menjadi salah satu titik pantau perumahan yang secara
proaktif melakukan kegiatan peningkatan lingkungan, khususnya proses
pembuatan kompos kawasan dan penghijauan.
10. Menjalin kerjasama dengan PT. ASTRA International sebagai CSR.
Page 176
56
11. Menjalin kerjasama dengan Indonesia Berkebun, Yayasan Mantif
Indonesia, dan Yayasan Taman Baca Indonesia, Kelompok Majelis Ta’lim
dan PKK.67
K. Gambaran Umum tentang Perumahan Pondok Pekayon Indah-Pekayon
Jaya Bekasi
1. Letak geografis dan Komposisi Penduduk
Perumahan Pondok Pekayon Indah merupakan salah satu bagian
dari kelurahan Pekayon Jaya Kecamatan Bekasi Selatan. Perumahan
Pondok Pekayon Indah memiliki batas wilayah sebagai berikut: Sebelah
barat berbatasan dengan perumahan Galaxy, sebelah utara berbatasan
dengan Jalan Pulo Permatasari Raya, sebelah timur berbatasan dengan
Jalan Raya Pekayon, villa Pekayon dan sebelah selatan berbatasan dengan
Jalan Pulo Ribung. Batas wilayah tersebut membuat RW08-RW17
merupakan bagian dari Perumahan Pondok Pekayon Indah. Seperti yang
diungkapkan Ir. Sukowitono 22 Agustus 2016 sebagai berikut.
“Dahulu tahun 1986, perumahan ini punya BTN (Bank Tabungan
Negara) sebagai pinjaman wilayah belum menjadi PPI, dulu ada
60an RT tapi RWnya Cuma ada 1 trus sejak tahun 1990 an
perumahan ini dipecah dan ditata ada 4 RW masing-masing ada 4
RT dan awalnya bloknya Cuma abcd satu huruf trus berkembang-
berkembang kesana ada blok AA, BB, CC, DD. Pada tahun 2003
diresmikan menjadi Perumahan Pondok Pekayon Indah dengan
bagian wilayah RW 8-RW 17 dulu tahun 1991 perumahan ini
sebagian besar rawa kecuali yang sekarang blok D dulunya tanah
darat Nah tahun 2002 mulai berjalan, bekas rawa oleh warga
ditutup, ditimbun, diratakan namanya tanah timbunan awalnya ya
gersang tidak nyaman jalannya masih batu, becek, tanah merah,
belum diaspal seperti sekarang, tapi tidak pernah banjir Cuma
67
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina Yayasan
Gerakan Peduli Lingkungan, Pondok Pekayon Indah, pada 19 Juli 2016.
Page 177
57
genangan aja klo abis hujan deras karena perumahan ini termasuk
daratan tinggi”.68
Luas wilayah Kecamatan Bekasi Selatan adalah 1.605,40 KM2 atau
7,11% dari Kota Bekasi yang terdiri dari 5 kelurahan dan kelurahan
Pekayon Jaya salah satu dari bagiannya dengan luas: 425 Ha.69
Luas
wilayah Kelurahan Pekayon Jaya terdiri dari RW 01sampai dengan RW 26
yang digunakan sebagai milik adat 154 Ha, pengairan 11 Ha, perumahan
260 Ha, pemakaman 2 Ha, perdagangan 5,8 Ha, perkantoran 1,8 Ha, dan
pekarangan 165 Ha.70
Kelurahan Pekayon Jaya memiliki batas wilayah dengan posisi
geografis sebagai berikut: sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan
Marga Jaya dan Kali Bekasi, sebelah Barat bebatasan dengan Kelurahan
Jakasetia, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kayuringin Jaya
atau Kali Malang dan sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Jaka
Setia.
68
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono sebagai Ketua RW 11 Pekayon Jaya
pada 22 Agustus 2016. 69 http://www.bekasikota.go.id Artikel diakses pada Senin, 19 Juli 2016 pada pukul 20.04
wib. 70
Data Monografi, Kelurahan Pekayon Jaya, tahun 2015.
Page 178
58
Gambar 2. Denah Perumahan Pondok Pekayon Indah
S
S
Sumber: Website Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
Gambar 3. Peta Perumahan Pondok Pekayon Indah
S
U
Sumber: Google Maps Perumahan Pondok Pekayon Indah
Keadaan topografi Kelurahan Pekayon Jaya merupakan daerah
dataran rendah dengan ketinggian tanah 0-25 M dari atas permukaan
Page 179
59
lautserta dengan kemiringan 2% menyebabkan di beberapa daerah sulit
untuk membuang limpasan hujan dengan cepat. Memiliki suhu udara rata-
rata 30cc, dengan banyaknya curah hujan 1941 mm/thn.
Komposisi penduduk menurut laporan tahunan kelurahan Pekayon
Jaya 2015 bahwa Jumlah penduduknya adalah 62.441 Jiwa yang terdiri
16.924 kepala keluarga (KK), dengan komposisi laki-laki 21.704 jiwa dan
perempuan 30.737 jiwa. Jumlah ini tersebar dalam cakupan wilayah
adiministrasi Kelurahan Pekayon Jaya terdiri dari 26 Rukun Warga (RW)
dan 169 Rukun Tetangga (RT). Untuk memperjelasnya, berikut tabel
untuk merinci kependudukan menurut lahir, mati, datang dan pindah di
Kelurahan Pekayon Jaya 2016.
Page 180
Tabel 2.
Laporan Mutasi Penduduk Bedasarkan lahir, mati, datang, dan pindah (lampid) Kelurahan Pekayon Jaya
2.
3.
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Bu
lan
Penduduk
Awal
Lahir Mati Datang Pindah
Penduduk
akhir
Jumlah
Kepala
Keluarga
Jumlah
wajib
KTP Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr Lk Pr
feb
ruari
31.696 30.733 44 31 15 5 7 4 31 26 31.704 30.737 16.926 46.314
jum
lah
62.429 75 20 11 57 62.441 16.926 46.314
60
Page 181
4. Kondisi Sosial Ekonomi dan Pendidikan
Kondisi sosial ekonomi di perkotaan sangat kompleks. Hal ini
dikarenakan masyarakat kota yang plural dengan latar belakang
pendidikan masyarakat, daerah asal, budaya mereka yang beragam dan
mata pencahariannya. Dalam hal ini tak terkecuali terlihat juga pada
masyarakat di Kelurahan Pekayon Jaya. Berikut penjelasan Wilayah
Kelurahan Pekayon Jaya sebagaimana tergambar dari data laporan tahun
2015, memiliki komposisi mata pencaharian dalam tabel:
Tabel 3.
Penduduk Menurut Mata Pencaharian
No Pekerjaan Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
PNS
TNI/POLRI
Pegawai Swasta
Wiraswata
Tani
Buru
Lain-lain
1.863
387
12.576
6.097
146
1.091
41.068
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Tingkat pendidikan masyarakat akan mentukan model
perekonomian suatu keluarga dari mulai jenis pekerjaan, jumlah
pendapatan dan pola-pola usaha yang dimainkan mereka dalam memutar
roda ekonomi mereka. Tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pekayon
Jaya didominasi oleh tingkat SMU 19.846 jiwa kemudian yang belum
61
Page 182
62
bersekolah 16.062 jiwa dan selanjutnya tingkat S18.240 jiwa. Berikut tabel
yang akan menjelaskan strata pendidikan masyarakat Pekayon Jaya tahun
2015.
Tabel 4.
Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
Belum Sekolah
Sekolah Dasar
SMP
SMU
Akademi
Sarjana (S1)
Magister (S2)
Doktor (S3)
Jumlah
63.225
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Selain tingkat pendidikan, kategori kependudukan dikelompokan
bedasarkan umur yang paling banyak berada adalah 50 s/d ke atas Tahun
dengan 12.094 Jiwa pada umur Berikut tabel kependudukan yang dikelompokan
bedasarkan umur:
Page 183
63
Tabel 5.
Penduduk Bedasarkan Kelompok Umur
No
Penduduk Bedasarkan
kelompok Umur
Jumlah Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
0 s/d 4 Tahun
5 s/d 9 Tahun
10 s/d 14 Tahun
15 s/d 19 Tahun
20 s/d 24 Tahun
25 s/d 29 Tahun
30 s/d 34 Tahun
35 s/d 39 Tahun
40 s/d 45 Tahun
45 s/d 49 Tahun
50 s/d ke atas Tahun
Jumlah
4.981
4.387
12.094
63.228
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
5. Kondisi Sosial Keagamaan
Sebagaimana diketahui bahwa penduduk beragama islam menjadi
penduduk mayoritas di Indonesia. Di Pekayon Jaya agama islam menjadi
agama yang dianut oleh mayoritas penduduk. Tak hanya masyarakat
beragama islam saja, masyarakat lain yang berbeda agama dapat hidup
rukun dan damai. Tabel di bawah ini menjelaskan komposisi agama yang
dianut penduduk Pekayon Jaya dan jumlah sarana peribadatan tahun 2015.
Page 184
64
Tabel 6.
Jumlah Penduduk Menurut Agama
No Agama Jumlah SaranaPeribadatan Jumlah
1
2
3
4
5
Islam
Kristen Protestan
Kristen Katholik
Hindu
Budha
Jumlah
55.160
5.674
1.853
146
405
63.238
Masjid &Musholla
Gereja
Gereja
Pura
Wihara
29&30
1
1
-
-
61
Sumber: Data monografi Kelurahan Pekayon Jaya 2015
Page 185
65
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Sesuai dengan temuan yang peneliti dapatkan dari lapangan baik berupa
penelitian hasil wawancara, dokumentasi dan studi pustaka di Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon. Dapat diperoleh suatu informasi, bahwa
program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang dilaksanankan merupakan
suatu bentuk upaya pemberdayaan masyarakat Kelompok Wanita Tani (KWT)
Harmoni di RT 04/RW 11 perumahan Pondok Pekayon Indah. Program ini juga
sebagai bentuk pemberdayaan dan pelestarian lingkungan dengan memanfaatkan
lahan pekarangan yang ramah lingkungan sebagai sarana tempat inovasi
penanaman berbagai jenis budidaya yang dapat dikonsumsi tingkat rumah tangga
untuk pemenuhan gizi keluarga, sehingga mampu mewujudkan kemandirian
masyarakat, berpeluang juga meningkatkan penghasilan rumah tangga apabila
dirancang dan direncanakan dengan baik lalu turut berkontribusi pada tingkat
penghematan pengeluaran rumah tangga.
Metode evaluasi yang peneliti gunakan adalah model evaluasi sistem
analisis (System Analisis Evaluation Model), di dalam evaluasi ini terdapat empat
model evaluasi meliputi: evaluasi masukan (input), evaluasi proses (process),
evaluasi keluaran (output), evaluasi akibat (outcomes) dan evaluasi dampak
(impact), namun pada penelitian ini model evaluasi yang difokuskan adalah
evaluasi dampak (impact) dari program Kawasan Rumah Pangan Lestari sebagai
alat ukur untuk melihat sesuatu yang sudah dilakukan benar-benar memberikan
Page 186
66
suatu perubahan secara jangka panjang sebagai dampak dari program itu sendiri
pada penerima manfaat Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni.
A. Evaluasi Dampak (Impact)
Evaluasi dampak menurut Ana Jauharul Islam dan dkk pada BAB II hal 20
dalam mengevaluasi itu sebenarnya mengukur sejauh mana program tersebut
memperoleh hasil, manfaat dan dampak yang telah tercapai pada penerima
manfaat Kelompok Wanita Tani (KWT) Harmoni.71
Evaluasi dilakukan untuk
melihat dan mengukur pelaksanaan dari tujuan program Kawasan Rumah Pangan
Lestari telah memberikan dampak, baik pada perubahan perilaku atau perubahan
yang lainnya. Penilaian pada evaluasi dampak dibedakan menjadi dua bagian
yaitu: dampak positif dan dampak negatif. Berikut ini merupakan penjelasan dari
dampak positif dan dampak negatif:
1. Dampak Positif
Dalam mengevaluasi bagian dari dampak positif peneliti akan menjelaskan
pengaruh maupun manfaat yang terjadi pada Kelompok Wanita Tani (KWT)
Harmoni sebagai hasil program secara jangka panjang. Evaluasi dampak tidak
hanya melihat hasil saja tapi perubahan yang ditimbulkan dari program KRPL itu
sendiri.
Pada program Kawasan Rumah Pangan Lestari di Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan (YGPL) Pekayon telah memberikan suatu perubahan atau dampak
positif jangka panjang terhadap KWT Harmoni dalam 3 aspek, yaitu: aspek sosial,
71
Pembahasan BAB II, h. 20.
Page 187
67
aspek ekonomi dan aspek ekologi. Secara lebih jelasnya, dari dampak positif dari
aspek sosial meliputi hal-hal berikut:
a. Aspek Sosial
Aspek sosial yang dimaksudkan adalah tentang pergaulan hidup dalam
bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, norma sosial yang yang
mengatur interaksi masyarakat, senasib, solidaritas yang merupakan unsur
pemersatu karena manusia sendiri merupakan makhluk sosial yang tidak dapat
hidup tanpa saling bantu membantu dengan manusia lainnya. Kategori dari aspek
sosial tersebut adalah 1) Perubahan perilaku (Self Awerness), 2) Meningkatkan
pengetahuan bahan organik dan 3) Peningkatan keterampilan,
1) Perubahan Perilaku (Self Awerness)
Dalam proses penerapan program KRPL, para anggota mendapatkan
pembinaan dari BPTP yang mana mereka melihat potensi penghijauan dan
kompos yang dimiliki yayasan sebagai modal awal dalam mengembangkan
sumberdaya alam suatu upaya memberdayakan KWT Harmoni di YGPL
Pekayon. Seperti yang dipaparkan dalam bab II sebelumnya bahwa
pemberdayaan menurut sriharini yakni upaya membangun kemampuan dengan
mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran potensi yang dimiliki
sumberdaya masyarakatnya. Pada April 2013, BPTP dan BPPT Jawa Barat
datang memberikan binaan selama satu tahun lebih. Mereka melihat bahwa
Yayasan memiliki sumberdaya penghijauan. Dengan melihat potensi yang
dimiliki, BPTP menawarkan bimbingan seputar memaksimalkan lahan sempit.
Tumbuhlah ketertarikan pada ibu-ibu mengenai program KRPL. Penerapan
program KRPL di YGPL telah berjalan selama tiga tahun dari 2013 sampai
Page 188
68
tahun ini. Awal materi pembinaan seputar pengajaran pembuatan benih lalu
mengajarkan cara pembibitan hingga proses panen. Pertemuan rutin
keanggotaan KRPL diadakan setiap satu bulan sekali, untuk penyuluhan
diadakan setiap per tiga bulan sekali. Namun pembinaan dan penyuluhan
tersebut hanya berlangsung satu tahun pertama saja, karena pembiayaan dana
untuk BPTP sudah tidak diberikan oleh pemerintahan Lembang hal ini
membuat pembinaan terhenti. Pada oktober 2015 Dinas Perekonomian Rakyat
(DISPERA) memberikan bantuan berupa benih, tapi mereka tidak
memberikan pelatihan maupun penyuluhan. Untuk saat ini pogram KRPL
KWT Harmoni tidak memiliki pengganti dari pembinaan yang dilakukan oleh
BPTP.
Dari penerapan dan penyuluhan tersebut memiliki dampak yang
dirasakan oleh KWT Harmoni yang sedang berjalan dalam kurun waktu tiga
tahun. Dampak yang terlihat adalah mereka mulai mengkonsumsi makanan
sayuran dari lahan pekarangan mereka sendiri. Kebanyakan dari anggota
hanya menanam kebutuhan sayuran dan kebutuhan bumbu dapurnya. Untuk
jenis buah-buahan hanya segelintir orang saja yang menanamnya namun
pengetahuan tentang bertani juga bertambah, saling berbagi hasil tanaman,
anggota lebih berpikir kritis, bertegur sapa sesama anggota dari bertegur sapa
akan menumbuhkan keakraban dan menumbuhkan sikap kebersamaan pada
kelompok.
Pendapat ini diungkapkan oleh Ibu Rustinah hasan, proses dari
menumbuhkan antusias dan kesadaran anggota dalam mengikuti maupun
menghadiri pelatihan program KRPL, sebagai berikut:
Page 189
69
“Dengan membuat sesering mungkin kegiatan dan perkumpulan
membuat ibu-ibu kumpul, mereka kenal sayang dengan sayang mereka
merasa rindu lalu mereka hadir keperkumpulan.”72
Pernyataan lain dikuatkan oleh argument ibu lucia sebagai Kelompok
Wanita Tani (KWT) Harmoni dari KRPL. Rasa kebersamaan sebagai
penunjang agar program dapat terlaksana pun dapat tumbuh sebagai berikut:
“…bisa bedakan klo tanaman ada ulatnya itu organik ga pake
pestisida kimia itu, bisa tau sampah sayuran dapur yang dipilah bisa
digunakan menjadi kompos organik. klo yang aku rasakan
dikomunitas kita bisa saling bagi-bagi pengalaman seputar tanaman,
kasih masukan ke ibu-ibu, trus yang paling penting menjaga solid kita
untuk terus melestarikan lingkungan”. 73
Selain memiliki rasa kebersamaan dalam kelompok, mereka juga
mendapatkan rasa kepercayaan diri bahwa mereka mampu melakukan atau
membuat sesuatu yang bisa dibanggakan. Nilai-nilai masyarakat yang
berhubungan dengan adanya proses interaksi kepada sesama anggota dapat
terlihat dari penjelasan wawancara dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar selaku
anggota KRPL sebagai berikut:
“Klo kita lagi panen tuh ya difoto dipamerin di grup WA ibu-ibu GPL
ada rasa bangga tersendiri saja ceritanya habis memanen dari situ
kita menularkankan disanalah ilmunya supaya ibu-ibu lainnya
semangat lagi untuk menanam”.74
Seperti yang diungkapkan ibu Isa fitri, hal serupa juga dikatakan oleh
Ibu Yuni Kahar sebagai anggota program yang merasa mendapatkan banyak
perubahan semenjak mengikuti program, seperti pemaparannya dalam
wawancara berikut:
72
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai ketua Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon, pada 27 Agustus 2016 73
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia sebagai anggota KRPL, pada 26 Agustus 2016. 74
Wawancara pribadi dengan Ibu Wirda Zulfikar sebagai anggota KRPL, pada 26
Agustus 2016.
Page 190
70
“…berusaha semaksimal mungkin mengkonsumsinya karena ada rasa
sayang klo membuangnya begitu saja..rasa bertanggung jawab penuh
dari proses menanam yang kita miliki..banyak masyarakat tuh tertarik
dengan program kita seperti diundang menjadi narasumber dalam
memberikan pelatihan gitu..YGPL berdiri untuk melestarikan
lingkungan kemudian kita makin dikenal juga dikalangan sekolah,
universitas.”75
2) Meningkatkan Pengetahuan Bahan Organik
Agar dapat membentuk program yang berkelanjutan dan
perkembangan pada program, BPTP memberikan pelatihan, pembinaan
maupun penyuluhan untuk mengisi wawasan dan pengetahuan usaha pertanian
diperkotaan untuk bekal keberlangsungan program. Untuk itu, BPTP
memberikan berbagai pelatihan dibutuhkan dan penting untuk dipelajari
anggota program. Pelatihan yang diajarkan yaitu seperti memberikan dan
mengajarkan penyuluhan tentang pemberantasan hama tikus dari bahan
organik, belajar membuat benih tomat, terong dan cabe, membuat pupuk cair
organik. Organik menjadi pilihan cara dalam konsep urban farming. Aktivitas
urban farming melibatkan keterampilan, keahlian, dan inovasi dalam budidaya
pengolahan makanan. Organik digunakan supaya tanaman lebih subur, daun
lebih cerah, tidak berbau, ramah terhadap lingkungan dan terdapat bakteri
yang menguntungkan.
Selain memberikan pengetahuan organik, lahan pekarangan yang
mereka tanam dapat memberikan sarana untuk belajar dalam mengenal
75
Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar sebagai anggota KRPL, pada 26 Agustus
2016.
Page 191
71
kebutuhan konsumsi makanan organik. Pernyataan ini diungkapkan oleh Ibu
Wirda Zulfikar sebagai berikut:
“Memperkenalkan klo menanam itu ga susah ko asal rajin dan
semangat kita dapat memperoleh hasilnya…”
“…tempat rekreasi dan belajar, trus klo letak lahannya berseblahan
dengan tetangga gitu bisa dipakai untuk kumpul-kumpul atau
melakukan kegiatan sosial lainnya.”76
Hal senada juga diungkapkan Ibu Yuni Kahar dalam wawancaranya
sebagai berikut:
“Memperkenalkan kepada kita ada banyak cara menyenangkan
untuk memulai bercocok tanam di lahan sendiri ga sulit dan ga
membosankan lalu tentang cara-cara mengusir hama pengganggu
lalu tentang bertani secara organik semuanya memakai media
organik.”77
3) Peningkatan Keterampilan
Mempunyai keterampilan memberikan kesempatan pada masyarakat
untuk membuat dirinya berdaya. Melalui berbagai pembinaan dan pelatihan,
ibu-ibu anggota KRPL memiliki bekal pengetahuan seputar pemahaman
budidaya. Secara teknik dengan memanfaatkan seminimal mungkin lahan
yang ada dapat diterapkan dengan konsep penerapan yang sangat bervarias
seperti: tabulampot, vertikultur, aquaponik dan teknik hydroponik belum dapat
diterapkan pada KWT Harmoni. Tidak hanya seputar pengetahuan saja,
keterampilan tentang bertanam dengan memanfaatkan pot atau wadar daur
ulang juga dibutuhkan dan mengolah hasil panen pun dibutuhkan.
76
Wawancara pribadi dengan Ibu Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 77
Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 192
72
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Wirda Zulfikar. Berbagai
pengetahuan tentang teknik diperlukan. Salah satu yang sering diterapkan
adalah teknik vertikal, digunakan karena kuat dan mudah dipindah-pindahkan.
Dari teknik vertikal tersebut telah menghasilkan Tanaman sayuran yang
banyak dibudidayakan oleh KWT harmoni Pekayon antara lain selada,
kangkung, bayam, pokcoy, caisim, tomat, pare, kacang panjang, cabai, terong,
mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya. Tanaman buah yang
dibudidayakan secara tabulampot di YGPL Pekayon antara lain lengkeng,
nangka, manga, jeruk limau, belimbing wuluh, marquisa dan lainnya. Dalam
mengolah hasil panen dapat dipergunakan untuk berbagai kebutuhan rumah
tangga. Baik untuk dibuat jus, sambal cabai, makanan maupun bumbu dapur
dalam kondisi yang segar. Namun hanya sedikit saja yang membudidayakan
buah-buahan. Berikut pendapat Ibu Wirda Zulfikar:
“…karena lahan yang digunakan sempit kita memakai model budidaya
polybag, pot atau secara vertikal seperti digantung, tempel bisa juga
disusun bertingkat menggunakan pipa paralon seperti di rumah
kompos.”
“Lalu dari memanfaatkan barang-barang bekas kayak sandal, ban
motor bekas, karung bekas, botol air mineral bisa menjadi wadah
untuk bertanam kemudian diberitahu macam-macam teknik berkebun
di lahan sempit seperti kami yang tinggal diperkotaan ada hydroponik
yang menggunakan air sebagai medianya, diletakan bertingkat
(vertikal) digantung, ditempel sesuai luas halaman kita”.
“trus halaman rumah juga kelihatan indah nyaman karena
penghijauan yang kita lakukan..”78
Hal yang sama diungkapkan Ibu Yuni Kahar, ia mengakatakan
barang-barang bekas dapat dimanfaatkan kembali menjadi wadah tanaman
dengan teknik yang disusun bertingkat maupun ditempel. Sebagai berikut:
78
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016.
Page 193
73
“…tempatnya pakai bekas talang air, bambu disusunnya tingkat-
tingkat atau ditempel di tembok. Dari proses menanam kita hanya
perlu memberikan apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan
tumbuh hingga panen”. 79
Dari peningkatan keterampilan dan inovasi pada tahun 2014 yayasan
mengikuti pameran Agrinex Expo di JCC. Dimana kegiatan Expo tersebut
merupakan salah satu promosi hasil kerajinan daur ulang kreasi Yayasan.
Gambar 4. Pameran Agrinex Expo2014 Gambar 5. Budidaya tanaman slada
Sumber: Facebook YGPL Pekayon Sumber: Dokumentasi peneliti
Gambar 6. Budidaya dengan paralon Gambar 7. Teknik vertikal
Sumber: Dokumentasi peneliti Sumber: Dokumentasi peneliti
79
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 194
74
(budidaya tanaman slada menggunakan teknik vertikal tersusun dan polybag, lalu
tanaman sawi, seledri dan daun bawang dalam satu wadah paralon yang
dibudidayakan di Rumah Kompos)
Dari aspek sosial maka dapat disimpulkan bahwa Program KRPL
berupaya memberdayakan KWT Harmoni dengan bertambahnya pengetahuan
bahan organik dan keterampilan pada teknik budidaya serta mengola hasil
panen yang ada di lahan pekarangan mereka dan memiliki hubungan timbal
balik sebagai penunjang terlaksananya program. Selain itu dampak positif lain
yang dirasakan adalah adanya perubahan sosial yang mana anggota dapat
mandiri menghasilkan sayuran dari pekarangannya, berpartisipasi dalam
kegiatan sosial, tolong menolong antar anggota sehingga meningkatkan
kualitas hidup yang lebih baik melalui kegiatan program dengan memilih
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya seperti tujuan dari pemberdayaan. Di
luar dari tujuannya manfaat program KRPL itu sendiri telah memberikan nilai-
nilai pada masyarakat, menambahkan keterampilan, menambah pengetahuan
dan sebagai sarana belajar dan rekreasi yang dapat digunakan untuk
berkumpul dan melakukan kegiatan sosial positif lainnya.
b) Aspek Ekonomi
Bagi masyarakat keberadaan aspek ekonomi memberikan peluang untuk
meningkatkan pendapatan. Namun, Pada program KRPL disini belum pada
sumber peningkatan pendapatan anggotanya, karena beberapa kendala
menyebabkan hal tersebut tidak tercapai. Namun terdapat dampak lain yang
dirasakan dari program tersebut di KWT Harmoni. Kategori dari aspek ekonomi
tersebut adalah 1) Menghemat pengeluaran rumah tangga. 2) Pemenuhan
kebutuhan konsumsi rumah tangga.
Page 195
75
1) Menghemat Pengeluaran Rumah Tangga
Kebutuhan dalam rumah tangga pasti selalu ada, terutama dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari baik sandang, pangan dan papan. Terutama
pemenuhan dalam pangan yang merupakan kebutuhan paling penting untuk
masyarakat. Kebutuhan pangan diartikan sebagai makanan dan minuman
berupa sembako, salah satunya adalah sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada
program KRPL ini dalam pemenuhan berupa sayur-mayur dan buah-buahan
ialah kebutuhan dapur yang wajib dipenuhi dengan cara menghasilkan sendiri
kebutuhan tersebut dari lahan pekarangan anggota. Dengan begitu sedikitnya
dapat menghemat anggaran pengeluaran belanja dapur. Pada pelaksanaan
program salah satu tujuannya adalah turut berkontribusi pada tingkat
penghematan pengeluaran rumah tangga dengan mengestimasi biaya
pengeluaran kebutuhan makanan harian antara Rp. 200.000 sampai dengan
Rp. 800.000 perbulan. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Siti Nurul, sebagai
berikut:
“…lalu menghemat anggaran belanja tadinya membeli sayur
kangkung sehari Rp. 5000 eh jadi ga belanja karena panen..ibu Edi
yang rumahnya disana cerita klo sayur udah ga beli karena melakukan
pembibitan di rumah”.
“Menekan pengeluaran kebutuhan makanan harian belanja sayuran
dari Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi
banyak kendala hanya bertahan selama 6 bulan diawal
saja…misalnya yang belanja sehari Rp 50.000 bisa menyisihkan Rp
10.000 untuk tabungan”.80
Dalam mengestimasi pengeluaran kebutuhan makanan harian belanja
sayuran dengan tujuan Rp 200.000 sampai Rp 800.000 perbulan pernah masuk
dalam kategori tercapai, namun tujuan program tersebut hanya berlangsung
selama 6 bulan awal program karena terdapat kendala di lapangan. Contoh
80
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul, pada 22 Agustus 2016.
Page 196
76
yang diberikan oleh ibu Siti Nurul seperti pengeluaran anggaran belanja dalam
sehari menghabiskan uang Rp. 50.000 namun karena di pekarangan rumah
sedang panen sayuran, anggota dapat menyisihkan uang belanja sayuran Rp.
10.000 untuk membeli kebutuhan lainnya. Walaupun hanya menghemat dalam
jumlah sedikit saja tapi yang terpenting adanya suatu pengembangan. Dimana
anggota yang tekun dapat mandiri menghasilkan sayuran dari lahannya.
“…sekedar cukup buat kebutuhan masak dapur ga beli di pasar
lumayan bisa ngehemat belanjaan apalagi klo harga bumbu masakan
naik tuh cabe, bawang putih untungnya masih menanam…”.81
Pendapat Ibu Wirda diatas diperkuat oleh pendapat Ibu Yuni Kahar
mengenai dampak yang dirasakan yaitu menghemat uang belanja, sebagai
berikut:
“Klo yang saya rasakan program ini sih belum sampai meningkatkan
pendapatan yang diharapkan dari tujuan adanya KRPL, klo pun
pernah menghemat uang belanja itu paling sedikit saja masih ada
bahan-bahan baku dapur lainnya yang kita beli di pasar…”.82
Pendapat lain diungkapkan oleh ibu Yuni Kahar. Menurutnya
meningkatkan pendapatan penghasilan rumah tangga dari aktivitas berkebun
belum dirasakan, namun dampak yang sama juga dirasakannya yaitu
menghemat pengeluaran belanja walau jumlah sedikit. Berbeda dari argument
yang dikatakan oleh ibu Yuni Kahar, Ibu Isa Fitri merasakan dampak
tambahan dari berjalannya program KRPL sebagai berikut:
“..menghemat BBM karena tidak ada biaya transport yang
dibutuhkan…”
81
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 82
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 197
77
“…kemudian mengurangi impor sayurankan…”83
Menurut Ibu Isa Fitri pengertian menghemat bukan dalam angaran
pengeluaran belanja dapur saja melainkan menghemat dalam hal anggaran
trasnportasi, karena dengan menanam sayur-sayuran dan kebutuhan masak
lainnya di lahan pekarangan rumah tidak diperlukan BBM yang terpakai untuk
aktivitas berbelanja sayuran ke pasar. Selain itu menurutnya dapat
mengurangi nilai impor sayuran walaupun impor tersebut hanya dalam skala
kecil rumah tangga.
Melihat pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwasannya
program KRPL tidak hanya memiliki dampak sedikit dalam menghemat
kebutuhan anggaran belanja sayur-sayuran saja tetapi dampak lainnya juga
terjadi dalam menghemat Bahan Bakar Bensin (BBM) karena tidak
membutuhkan biaya transportasi untuk berbelanja ke pasar dan juga
mengurangi nilai impor sayuran walau hanya dalam skala kecil rumah tangga.
Manfaat lainnya juga dirasakan dalam menghemat pembelian kompos sebagai
penyubur tanaman yang bisa didapatkan dari proses pemilahan sampah rumah
tangga yang dapat didaur ulang yang nantinya diolah menjadi pupuk organik.
Proses tersebut dapat dilakukan masing-masing orang untuk menghemat
pembelian pupuk untuk tanaman.
Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak Ir. Sukowitono, manfaat
memilah sampah tidak hanya untuk program. Tetapi dari pemilahan sampah
tersebut memberikan peluang pekerjaan. Sebagaimana hasil wawancaranya
sebagai berikut:
83
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016.
Page 198
78
“Orang-orang yang angkutin sampahkan dulunya pengangguran, jadi
sebagian ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut sampah
organik.”
“…bisa menanam sendiri kebutuhan sayuran dalam rumah
tangga..tapi klo buat meningkatkan ekonomi disini ga sampe karena
kita disini rata-rata cukup, belum sampe kepada meningkatkan
ekonomi”.84
2) Pemenuhan Kebutuhan Konsumsi Rumah Tangga
Konsumsi sayuran menjadi makan yang wajib dipenuhi sesuai
kebutuhan tubuh. Dengan pemenuhan kebutuhan sayuran akan tercapai
kondisi masyarakat yang sehat dan terhindar dari penyakit. Kesadaran
masyarakat menjadikan mereka memilih mengkonsumsi sayuran organik yang
kualitas dan keamanannya serba alami terbebas dari pestisida kimia. Karena
dalam pemanfaatannya, sayuran memberikan kontribusi yang cukup besar
pada usaha mencukupi kebutuhan gizi keluarga. Aktivitas budidaya ini tidak
hanya pada produksi makanan sayuran saja, bumbu dapur, tanaman obat
keluarga dan tanaman hias dapat pula dibudidayakan di lahan pekarangan
rumah.
Tahun 2013 di Perumahan Pondok Pekayon Indah melalui program
KRPL, para anggota program mulai menanami lahan pekarangan mereka
dengan sayuran organik untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Ibu Isa Fitri
sebagai anggota program KRPL merasakan manfaat dari bertani di lahan
pekarangan rumahnya. Berbagai Tanaman yang ia tanam di lahan
pekarangannya cukup untuk ia konsumsi sendiri dan bersama keluarga.
Tanaman yang ditanam disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai
ekonomis tinggi dan berumur pendek.
84
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono pada 22 Agustus 2016.
Page 199
79
Jika hasil panen dari tanaman sedikit hanya cukup dikonsumsi untuk
keluarga. Jika hasil panen sayuran dari rumah bibit banyak, akan dijual ke
arisan atau Ibu-ibu komplek dengan harga yang lebih murah. Maka uang dari
hasil penjualan sebagai pemasukan kas anggota dan digunakan untuk
memperbaiki media yang rusak sebagai berikut:
“Ga banyak sih ya untuk dikonsumsi sendiri saja sekarang mah masih
ada daun salam, cabe rawit, bawang merah, sawi, kangkung yang
jangka pendek saja ditanamnya biar cepat dipanen ditanamnya juga
pakai rak disusun bertingkat..terus belimbing wuluh, daun pandan,
lidah buaya dari toganya paling sirih aja sih trus ada juga tanaman
hias bunga kamboja jepang 3 pot ada mawar merah juga sudah besar,
tinggi.”
“Hasil panen sayuran jika sedikit dikonsumsi sendiri sama keluarga
saja tapi klo banyak dikumpulin untuk dijual lalu hasil jualan itu
diputar untuk anggotanya ya seperti..untuk merapikan wadah rusak-
rusak.”85
Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Ibu Yuni Kahar. Dari
wawancaranya ia bercerita tentang beberapa tanaman sayuran dan tanaman
obat keluarga yang ia tanam dan dikonsumsi untuk kebutuhan dapurnya. Ia
juga menceritakan pengalaman Ibu Wuri Sugiman seputar lahan
pekarangannya yang memperoleh macam-macam kebutuhan dapur, sebagai
berikut:
“Di rumah saya paling ada cabe, bayam, kangkung 3xpanen tanahnya
diganti, seledri, salada, terong, sawi, daun katuk, kunyit, ya gitu gitu
ajalah ga banyak nah dekat rumah saya ada ibu Wuri Sugiman di
rumahnya ia banyak menanam ada buah lengkeng, buah nangka, terus
jeruk limau dibikin minuman, belimbing wuluh buat tambahan
nyayur, lalu sayuranya ada bayem, cabe, kangkung, seledri, bawang
putih, untuk toganya serai, kunyit, sirih merah klo sudah bosan saya
suka dibagiin ketetangga,
“..masih ada bahan-bahan baku dapur lainnya yang kita beli di
pasar…”86
85
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. 86
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 200
80
Gambar 8. Budidaya sayuran dan bibit bayam di rumah Ibu Wuri
Sumber: Dokumentasi Peneliti
(Tanaman yang sedang Ibu Wuri budidayakan di lahan pekarangannya adalah
bayam, cabe, kangkung, seledri, bawang putih, untuk toganya serai, kunyit, sirih
merah dengan mengunakan teknik bertingkat.
Gambar 9. Panen sawi dan bibit sawi umur 2 minggu di rumah Ibu Lala
Sumber: Facebook Lala Gozali
(Ibu Lala sedang melakukan panen sawi dari polybag yang disusun secara
bertingkat. Beliaupun memiliki bibit sawi yang baru berumur 2 minggu).
Tanaman hias merupakan tanaman yang dapat dinikmati dapat
memberikan kesenangan atau kepuasan. Sebenarnya tanaman hias dapat
dikembangkan sebagai tanaman yang dapat untuk berbisnis tetapi hal ini
Page 201
81
belum dilakukan oleh anggota KWT Harmoni. Baru ada satu anggota KRPL
yang peneliti temui, jika ia memiliki tanaman hias kamboja dan mawar. Tetapi
tanaman hias ini hanya sebagai penghias halaman rumah, belum kepada
diperjual belikan. Tidak hanya tanaman hias, tanaman buah-buahan seperti
buah lengkeng, buah nangka dan jeruk limau dan tanaman obat keluarga
seperti jahe, serai, sirih merah, binahong belum berorientasi kepada produksi
penjualan pasar besar. Hanya ditujukan menambah pemenuhan rumah tangga,
jika bosan mengkonsumsi dapat dibagikan ketetangga dan bertanam sebagai
kegiatan pengisi waktu luang atau sambilan.
Pendapat lain diungkapkan oleh Ibu Lucia. Menurutnya pemenuhan
kebutuhan dapur setiap rumah tangga berbeda. Jika kebutuhan dapur dapat
terpenuhi dari hasil panen di lahan pekaranganya itu karena usaha ketekunan
dan kerajinan dari pemilik lahan, sebagai berikut:
“Untuk kategori terpenuhi sih belum yak untuk aku sendiri karena
tergantung dari masing-masing orang klo ia rajin nanam mungkin
bisa mencukupi kebutuhan dapurnya nah klo aku dulu sempat kayak
cabe, tomat, kangkung panen sendiri ga beli di abang sayur. Klo untuk
ke arah ekonominya belum sih mba secara komunitas soalnya KWT
kita itu belum seperti KWT di pedesaan yang menjadikan KRPL itu
sebagai income dari rumah tangganya.”87
Dari hasil wawancara dapat disimpulkan. Setiap hasil panen yang
dilakukan anggota KWT Harmoni berbeda-beda. Ibu Wuri Sugiman melalui
lahan pekarangannya ia mendapatkan banyak kebutuhan dapur yang terpenuhi
dari aktivitas menanam untuk dikonsumsi sendiri dan bersama keluarga. Ibu
Yuni Kahar dengan hasil panen yang biasa-biasa saja yang terkadang iapun
masih harus membeli bahan dapur lainnya di pasar. Ibu lucia yang dahulu
87
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia, pada 26 Agustus 2016.
Page 202
82
dapat menghasilkan beberapa panen sayuran dari lahan pekarangannya, untuk
sekarang ia hanya menghasilkan pohon cabai saja. Karena faktor yang
membedakan keberhasilan setiap anggota KWT Harmoni adalah perbedaan
usaha ketekunan maupun kerajinan anggota dalam merawat pekarangannya
karena dari aktivitas berkebun yang dilakukan hanya sekedar hobi atau pengisi
waktu luang yang memberikan manfaat. Perbedaan terlihat ketika program
KRPL dilakukan pada KWT pedesaan yang diharapkan pemerintah agar
program tersebut sebagai sumber income rumah tangga.
Beberapa jenis hasil sayuran dapat anggota konsumsi dari lahan
pekarangannya. Program KRPL Pekayon belum pada kategori menghemat
anggaran belanja dalam jumlah besar, sedikitnya dapat menghemat
pengeluaran belanja sayuran dari penghematan itu bisa digunakan membeli
kebutuhan lainnya. Program KRPL disini belum bisa dijadikan sebagai
sumber penghasilan pendapatan anggota KWT Harmoni, namun yang
terpenting adanya pengembangan dalam meningkatkan kualitas hidup yang
lebih baik melalui aktivitas ini. Walaupun pada awalnya aktivitas ini tidak
didesain untuk kebutuhan komersil tetapi untuk keperluan sendiri. Dilihat dari
aspek ekonomi belum dapat membuka peluang untuk berbisnis, karena
sebagian besar anggota KWT Harmoni merupakan ibu rumah tangga
Kompleks yang tidak bekerja dengan rata-rata berlatar belakang pendidikan
SMA dan suami yang berpenghasilan cukup.
c) Aspek Ekologi
Tidak ada makhluk hidup yang dapat berdiri sendiri tanpa bergantung
dengan faktor lainnya. Terciptanya interaksi hubungan timbal balik dan saling
Page 203
83
ketergantungan antara makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya.
Lingkungan akan mempengaruhi jenis tanaman yang sesuai untuk
dibudidayakan. Dari tanaman yang dibudidayakan memberikan keuntungan
tersendiri bagi yang menanam. Menanam bukan hanya aktivitas di pedesaan,
tetapi menanam dapat dilakukan di daerah perkotaan biasa disebut dengan
urban farming. Dengan urban farming, masyarakat bisa menjadi petani di kota
seperti anggota KWT Harmoni tanpa harus di lahan yang luas.
Adapun dampak dari perubahan terlihat setelah mereka melakukan
budidaya tanaman di YGPL Pekayon dalam program KRPL. Mereka mulai
mengkonsumsi kebutuhan makanan dapur dari lahan pekarangan mereka
terlebih pada anggota KWT Harmoni ini tanaman organik menjadi konsepnya
dalam bertanam. Semua proses dalam budidaya tanaman tersebut melalui
proses organik, dimulai dari bibit yang berkualitas bagus hasil dari
penyemaian benih organik sebelumnya, penggunaan pupuk organik, media
tanah yang subur sampai pada pestisida yang digunakan dikelola di sekitar
pekarangan rumah. Secara lebih jelasnya, kategori aspek ekologi tersebut
meliputi sebagai berikut: 1) Pengolahan limbah rumah tangga 2) Memberikan
keindahan 3) memberikan kesehatan dari lahan pekarangan.
1) Pengolahan Limbah Rumah Tangga
Lingkungan yang tidak terjaga akan menimbulkan dampak yang tidak
baik, diantaranya dapat mengganggu kehidupan dan menimbulkan banyak
penyakit. Dalam aktifitas rumah tangga di setiap perkotaan, masyarakat
umumnya membuang sampah secara tercampur dengan sampah rumahannya,
keadaan tersebut pernah terjadi di YGPL Pekayon pada tahun 2003 lalu.
Page 204
84
Dahulu lingkungan sekitar Perumahan Pondok Pekayon Indah bau karna
banyak masyarakat yang belum sadar akan menjaga kelestarian lingkungan.
Akibatnya sampah yang dibuang secara sembarang di pinggiran rawa
membuat lingkungan bau, berantakan dan terjadi pencemaran air. Umumnya
jenis sampah berasal dari sampah rumah tangga dan dedaunan yang ada. Pada
tahun tersebut masyarakat Pondok Pekayon Indah belum melakukan
pemilahan sampah. Saat belum dilakukan pemilahan sampah, sampah yang
diangkut oleh petugas kebersihan komplek menggunakan truk dalam volume
banyak. Dalam satu truk sampah untuk mengangkut satu RW terkadang tidak
cukup. Pada tahun 2005 YGPL melalui wakil wali kota Bekasi menutup
pembuangan sampah dekat lingkungan Pekayon. Setelah sampah dikelola oleh
Dinas Kebersihan dan diangkut oleh petugas seminggu 2 kali dari sinilah
gerakan pemilahan sampah dimulai. Sampah yang tidak dapat didaur ulang
dihibahkan ke pemulung atau masuk dalam kelola bank sampah, lalu sampah
organik yang dapat didaur ulang diolah menjadi kompos kawasan. Setelah
diberikan pengertian, masing-masing orang harus bertanggung jawab dan
berperan aktif agar lingkungan tempat tinggal kita bersih. Keadaan berbeda
telah dirasakan oleh masyarakat PPI, kini dalam satu truk dapat mengangkut
sampah untuk 3 RW.
Dalam pemilahan dan pengolahan sampah dimulai dari rumah tangga.
Sampah terdiri dari 2 macam, ada sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik biasa dikenal dengan sampah basah yang mempunyai masa
hancur berlangsung alami (1-6 bulan), seperti: Sisa makanan atau sampah
dapur, tulang ikan atau hewan (sebelumnya dipotong kecil-kecil), Sisa
Page 205
85
sayuran, daun-daunan kering, roti, nasi, kue, daging dan lain-lain. Sampah
anorganik biasa dikenal dengan sampah kering. Terdiri dari senyawa an-
organik atau bahan buatan yang tidak mudah membusuk seperti: Benda atau
barang yang terbuat dari kaca maupun beling (botol bekas minuman, kecap,
saus) dengan masa hancur alami ratusan tahun, benda logam atau kaleng
minuman, benda plastik, shampo, minuman botol, styrofoam bahan berbahaya
dan beracun dan lain-lain. Karena mendaur ulang sampah memiliki berbagai
manfaat diantaranya: menghindari pencemaran atau kerusakan lingkungan,
melestarikan kehidupan mahluk hidup yang terdapat pada suatu lingkungan
tertentu, menjaga keseimbangan ekosistem mahluk hidup yang terdapat pada
lingkungan, mengurangi sampah anorganik, mendapatkan tambahan
penghasilan dan hasil pengolahan sampah tersebut pada akhirnya dapat di jual.
Gambar 10. Proses pembuatan kompos kawasan di Rumah Kompos
Sumber: Facebook YGPL Pekayon
Page 206
86
Hasil kompos produksi unit progam Rumah Kompos memiliki 2 jenis,
kompos organik padat per pak 1,5 kg dijual Rp 5.000, pupuk cair dijual dari harga
Rp10.000 untuk kemasan 1 liter botol lalu RP 50.000 untuk kemasan botol. Dari
hasil penjualan mendapatkan Rp. 1.000.000-Rp 2.000.000 perbulannya. Biaya
operasi sekitar Rp 3.000.000-Rp 3.500.000 perbulan. Namun hasil penjualan
kompos tidak dapat memberikan untung. Hasil tersebut habis untuk pembiayaan
operasi saja. Karena kegiatan kompos sifatnya sosial pengabdian pada lingkungan.
Jadi bagaimanapun tetap berjalan. Lokasi pembuatan kompos di sana sangat
nyaman, tidak ada aroma yang bau, tidak ada belatung dan lalat. Karena sampah
organik sudah terpilah dari rumah, jadi sisa makanan yang mengandung hewani
tidak masuk kesana.
Gambar 11. Manfaat mendaur ulang sampah organik (RECYCLE)
Sumber: Facebook YGPL Pekayon
Pertanyaan ini diungkapkan oleh Ibu Isa Fitri, ia menjelaskan proses
pemilihan sampah organik dan anorganik. Sampah organik melewati proses
dikubur dalam tanah selama 40 hari lamanya. Material Pupuk organik yaitu
dari sampah sisa tanaman, dedauan kering komplek yang sudah ada tong
MANFAAT mendaur
ulang sampah organik
(RECYCE)
Pemilihan sampah
Sampah Organik
kompos
Menyuburkan Tanah
Pertanian organik &
penghijauan
Page 207
87
sampah besar khusus yang nanti diangkut dengan baktor komplek. Kemudian
sampah anorganik dapat ditabung di bank sampah YGPL seperti pada
pembahasan BAB III h, 53 lalu dimanfaatkan untuk macam-macam seperti
kerajinan kain perca. Pernyataan tersebut sebagai berikut:
“..kita menggunakan organik semua medianya dari pupuk sampai
semprotan pestisidanya dan itu kita yang buat sendiri jadi
memanfaatkan sampah-sampah nah sampah itu ada yang organik dan
anorganik, kita pilah sampah untuk membuat pupuk sudah pasti
sampah organik yang dipakai dikubur dulu dalam tanah selama
40harian..”
“Program ini juga turut dalam penyelamatan lingkungan dengan
pengelolaan sampah melalui gerakan 3R (reuse, reduse, recycle)”.88
Sampah organik yang diolah menjadi pupuk memberikan memberikan
kontribusi peran terhadap pelaksanaan program KRPL. Dengan menggunakan
pupuk organik tanaman akan tumbuh subur. Seperti pendapat yang
dikemukakan oleh Ibu rustinah hasan, sebagai berikut:
“...KRPL itu memberikan peran dalam pengolahan sampah rumah
dengan cara pemilahan antara sampah organik dan anorganik yang
bisa digunakan menjadi pupuk untuk makanan yang kita tanam.”89
Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak Ir. Sukowitono, ia
mendapatkan manfaat lain dari pemilahan sampah yang nantinya diolah
menjadi kompos kawasan. Tidak hanya untuk program, dampak lain dari
pemilahan sampah adalah memberikan peluang pekerjaan sebagai berikut:
“Orang-orang yang angkutin sampahkan dulunya pengangguran, jadi
sebagian ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut sampah
organik.…”90
88
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016. 89
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan, pada 27 Agustus 2016. 90
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono pada 22 Agustus 2016.
Page 208
88
2) Memberikan Keindahan
Dari tanaman yang dibudidayakan oleh KWT Harmoni banyak
memiliki dampak yang dirasakan secara individu maupun secara lingkungan
seperti memberikan keindahan, kenyamanan, membantu mengurangi laju
pemananasan global lalu membantu menciptakan lingkungan yang bersih
dengan pelaksanaan 3R.
Hal senada juga diutarakan dalam penyataan Ibu Wirda Zulfikar,
sebagai berikut:
“trus halaman rumah juga kelihatan indah nyaman karena
penghijauan yang kita lakukan..”91
Hal yang sama diungkapkan Ibu Yuni Kahar. Melalui wawancaranya
ia merasakan dampak lain dari menanam di lahan pekarangan yaitu dapat
menyegarkan mata dan pikiran, dapat menjadi altrenatif hiburan yang sehat
dan menyenangkan setelah seharian melakukan aktivitas padat di luar rumah
sebagai berikut:
“…Lingkungan kita tuh jadi bersih, lingkungan juga berkualitas
komplek inikan menjadi titik pantau adipura berkat perhatiannya pada
penghijauan, pelestarian lingkungan, dengan melihat tanaman tuh
mengurangi kejenuhan setelah seharian beraktivitas bekerja atau
sekolah yang dikatakan suami sama anak-anak saya lalu rumah juga
sejuk.92
Selain itu manfaat lain dirasakan oleh ibu Isa Fitri mengenai penerapan
program KRPL pada lingkungannya. Secara lingkungan dampak positifnya
telah memberikan keindahan, menambah hijau kota, menyegarkan udara yang
ada di sekitar lingkungan Perumahan PPI karena pepohonan berfungsi sebagai
91
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 92
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuni Kahar, pada 26 Agustus 2016.
Page 210
90
pencemaran udara, lalu udara sekitar lingkungan akan sejuk dan asri karena
gas CO2 diserap oleh tanaman. Untuk mendapatkan lingkungan yang bersih
diperlukan kesadaran, kepedulian dari masyarakatnya. Ketertarikan pengisi
waktu luang dan sekedar hobi menjadi latar belakang dari program KRPL
KWT Harmoni. Ketertarikan anggota mengkonsumsi makanan organik, tentu
memberikan banyak manfaat bagi yang melakukannya. Dimana menjalankan
program pemerintah tersebut yang anggota dapatkan sebagai penujang gizi
anggota dan keluarga terhadap kualitas makanan, sehingga menghasilkan
balita yang sehat, kuat dan memiliki daya tahan tubuh bagus karena sangat
terhindar dari makanan yang mengandung zat-zat kimia.
Apabila kita menanam sendiri bahan makanan yang akan dikonsumsi,
kita akan berupaya semaksimal mungkin mengkonsumsinya, karena
menyaksikan sendiri bagaimana benih bertransformasi menjadi bibit, tumbuh
kembang dan menjadi bagian dari makanan keluarga sehari-hari memberikan
kebanggaan sendiri. Dengan begitu dampak bagi anggota dan keluarga yang
menanam sendiri makanan sayuran organik yang didapatkan dari lahan
pekarangan rumah akan mengurangi rasa khawatir terhadap konsumsi sayuran
tersebut, menumbuhkan kebiasaan sehat dan terhindar dari berbagai penyakit
dari proses sayuran yang menggunakan bahan kimia. Selain itu keuntungan
lainnya adalah sayuran akan terasa lebih sehat dan segar, dengan begitu waktu
kosong dapat diisi dengan kegiatan yang bermanfaat.
Senada dari pernyataan ibu nurul mengenai berbagai dampak yang
ia rasakan untuk kesehatan dari menanam sendiri makanan sayuran, sebagai
berikut:
Page 211
91
“Memanfaatkan waktu senggang diisi dengan yang lebih berguna.
Melatih menanam biar ga pikun tangan ga pada kaku trus ada
hubungannya dengan kesehatan juga loh seperti mencegah penyakit
alzhaimer gitu terus makanan organik itu rasanya beda saja lebih
fresh gitu dari pada yang lainnya.94
Dari hasil wawancara pada penerapan program KRPL, terdapat banyak
jenis tanaman yang dibudidayakan di lahan pekarangan rumah. Tanaman
tersebut tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman obat keluarga dan
tanaman hias. Jika tanaman tersebut berhasil dikelola oleh anggota dalam hal
perawatan dan pelestarian dapat memberikan pengaruh sebagai tanaman
pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain maupun arena
belajar anak-anak usia dini (tingkat Taman Kanak/Playgroup) sebagai media
pengenalan lingkungan hidup. Lingkungan pun akan terasa sejuk, asri, sampah
dapat diolah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat, penghilang
kejenuhan,pemberi keindahan, mengurangi pencemaran lingkungan dari
penghijauan yang dilakukan. Tidak hanya memberikan manfaat pada
lingkungan, dengan menanam sendiri makanan dapat terbebas dari zat-zat
kimia, menumbuhkan kebiasaan sehat dari makanan organik tersebut.
2. Dampak negatif
Evaluasi dampak negatif merupakan pengaruh kuat yang mendatangkan
akibat negatif. Dalam mengevaluasi program ini peneliti tidak menemukan
dampak negatif dari berjalannya program KRPL, namun dalam penerapan
programnya peneliti menemukan hambatan-hambatan yang dirasakan para
anggota. Dimana faktor penghambat ini menyebabkan pelaksanaan program
terganggu dan tidak terlaksana dengan baik. Dari hasil wawancara dengan
94
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016
Page 212
92
pengurus dan anggota KRPL didapatkan faktor yang menghambat berjalannya
program adalah sebagai berikut:
a. Belum terbentuknya kelembagaan program KRPL yang handal.
b. Pembinaan yang dilakukan masih lemah dalam meningkatkan Partisipasi
keanggotaan KWT Harmoni. Terlebih generasi berikutnya untuk berkontribusi
agar program dapat berkelanjutan.
c. Ancaman kejenuhan anggota untuk memaksimalkan pemanfaatan lahan
seperti: pengamanan yang kurang sehingga orang luar yang bukan anggota
program mengambil (mencuri) hasil panen tanaman, gangguan hama tanaman
(tikus, belalang, ayam, ulat, dll).
d. Pengolahan bibit dan hasil panen tanaman yang belum bisa menghasilkan
jumlah besar untuk diproduksikan keluar. Karena latar belakang ekonomi
anggota yang cukup sehingga kegiatan ini hanya sebagai sampingan, hobi dan
pengisi waktu luang.
Berikut pemaparan dari Ibu Rustinah hasan sebagai ketua Yayasan yang
berpendapat jika program KRPL sedang tidak berjalan disebabkan karena tidak
lagi mendapatkan pembinaan. Hasil dari wawancaranya adalah sebagai berikut:
“…KRPL itu salah satu bagian unit kecil kita sekalipun sekarang lagi
stuck pembangunan dan lain-lain…”95
Hal senada diperkuat oleh pendapat Ibu Siti Nurul sebagai ketua
program dari KRPL. Banyak hambatan yang terjadi selama berjalannya
program. Berikut penuturan yang diungkapkan:
95
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai Ketua Yayasan Gerakan
Peduli Lingkungan Pekayon, pada 27 Agustus 2016
Page 213
93
“…Yang membuat program ini menurun tidak mulus itu, Pertama
memang terbentur dana dari BPPT dan BPTPnya distop sementara
kita belum berjalan sebagus KWT di pedesaan. Kedua anggota KWT
Harmoni untuk biaya sehari-hari sudah punya cukup dari gaji
suaminya lalu mereka ga berharap banyak hanya sekedar hobi,
mengisi kekosongan waktu, iseng-iseng menanam sayuran. Yang
ketiga kita temukan di lapangan klo sayuran organik itu mahal karena
dari pupuk sampai semprotan hama kita buat sendiri tanpa
menggunakan bahan kimia jadi orang-orang maunya praktis, murah
dan gampang. Yang keempat hama penyakit.”96
3. Hasil Jangka Panjang Dari Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
Dalam menjalankan program Kawasan Rumah Pangan Lestari hendaknya
memiliki target jangka panjang dalam menjalankan program. Ibu Siti Nurul
sebagai ketua program KRPL dalam wawancaranya memaparkan target yang
pernah dicapai selama satu tahun dalam binaan BPTP pada April 2013 adalah
menekan kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000 sampai Rp
800.000 perbulan, namun pencapaian tersebut hanya berlangsung enam bulan
pertama sejak penerapan program, penjelasannya sebagai berikut:
“BPPT dan BPTP sejak April 2013 kita diberikan binaan, pelatihan,
bantuan-bantuan, penyuluhan selama 1 tahun lebih…”
“...materi tentu banyak pengetahuan yang kita dapatkan ya tentang
pelatihan membuat benih dari cabe, tomat, jahe, mengikuti acara BPTP
studi banding ke Bogor lalu terakhir kita diberikan pelatihan oleh BPTP
lewat ASTRA tentang “Pelatihan Teknologi Pertanian Perkotaan (Urban
Farming)” pada November 2015.”
“...meningkatkan gizi balita kita dimana sayuran organik itu dapat
menujang gizi keluarga.”
“…lalu menghemat anggaran belanja tadinya membeli sayur kangkung
sehari Rp. 5000 jadi ga belanja karena panen…
“Menekan kebutuhan makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000
sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi banyak kendala hanya
bertahan selama 6 bulan diawal.. klo pun pernah menghemat uang
belanja itu paling sedikit saja masih ada bahan-bahan baku dapur lainnya
96
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016.
Page 214
94
yang kita beli di pasar saja…misalnya yang belanja sehari Rp 50.000 bisa
menyisihkan Rp 10.000 untuk tabungan.”97
Untuk menganalisis target jangka panjang tersebut telah tercapai atau
tidak, peneliti akan membandingkan dan menganalisis target apa saja yang telah
tercapai oleh program KRPL dalam kurun waktu satu tahun penerapan dengan
temuan di lapangan.
Ibu Wirda Zulfikar dalam wawancaranya memaparkan bahwasannya dalam
kurun waktu satu tahun hingga sekarang dalam penerapan program KRPL
manfaat yang telah dicapai sebagai berikut:
“Baru sekedar cukup untuk kebutuhan masak di dapur ga beli di pasar
lumayan bisa ngehemat uang belanja apalagi klo harga bumbu masakan
naik tuh cabe, bawang putih..”98
Selain ingin mencapai penempatan sumber daya manusia yang tepat dan
berpotensi, program KRPL ingin memperluas jaringan kerja sama dengan
lembaga sosial maupun konvensial untuk keberlanjutan dari program itu sendiri.
Selain Ibu siti nurul yang menjelaskan bahwa Program KRPL telah
menjalin kerja sama dengan BPTP dan BPPT jawa Barat bersama ASTRA pada
November 2015 lalu menghadiri acara undangan dari DISPERA. Ibu Isa Fitri
dalam wawancaranya memaparkan bahwa sampai saat ini dalam kurun waktu tiga
tahun, program KRPL mulai menjalin kerjasama dengan beberapa instansi.
Berikut pemaparannya:
“…relasi dengan komunitas lain juga meluas”99
Untuk dapat menganalisis dan menilai apakah jangka panjang program
KRPL ini telah tercapai atau tidak, maka peneliti akan membandingkan hasil
97
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul pada 22 Agustus 2016. 98
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016. 99
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri, pada 26 Agustus 2016.
Page 215
95
wawancara dari pengurus dan anggota program. Jika target jangka panjang dari
program KRPL ini adalah memberikan informasi dan pengetahuan mengenai
kontribusi pengembangan KRPL selama tiga tahun berjalannya program.
Ibu Lucia telah mengikuti program KRPL selama tiga tahun dan
mendapatkan manfaat tentang pengetahuan dan menghemat anggaran belanja
dapur. Seperti yang ia paparkan dalam wawancara berikut:
“Sudah dari 2013 itu awal mula dari pembinaan dari BPPT dan BPTP
Lembang.” 100
Begitu pula yang telah dilakukan oleh ibu Wirda Zulfikar, ia telah
mengikuti program KRPL selama tiga tahun dan pengetahuan akan KRPL
bertambah dan menghemat anggaran belanja. Seperti wawancaranya sebagai
berikut:
“Sama seperti ibu-ibu yang lain saya ikut dari pertama datang pak
budiman dari BPPT dan BPTP memberikan pembinaan…”.101
Berikut tabel pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian:
Tabel 7.
Pengurus dan anggota KRPL yang menjadi subjek penelitian
No Nama Jabatan
Lama
Menjadi
Anggota
KRPL
Manfaat yang
dirasakan
1. Bapak
Sukowitono
Ketua Program
Rumah Kompos
dan ketua RW
11 Pekayon
Menambah pengetahuan,
aktif dalam lingkungan,
KRPL memberikan peran
dalam pemilahan sampah.
2.
Ibu
Rustinah
Hasan
Ketua YGPL
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
mempererat tali
silaturahmi antar anggota.
100
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia, pada 26 Agustus 2016. 101
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar, pada 26 Agustus 2016.
Page 216
96
3. Ibu Siti
Nurul Ketua KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja, Menumbuhkan
kerjasama dan daya
ketertarikan,
meningkatkan gizi.
4. Ibu Lucia Humas dan
anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur, perubahan
gaya hidup, perubahan
perilaku, membangun
kebersamaan dan
keakraban dengan
anggota lainnya.
5.
Ibu Hj.
Wirda
Zulfikar
Anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur,saling
bertegur sapa antar
anggota, menumbuhkan
rasa percaya diri,
memberikan nilai
estetika.
6. Ibu Isa Fitri Anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur, hubungan
antar anggota semakin
erat, terciptanya
kepedulian kepada
anggota dan lingkungan.
7. Ibu Yuni
Kahar Anggota KRPL Tiga tahun
Menambah pengetahuan,
Mengkonsumsi makanan
sehat dan organik,
menghemat anggaran
belanja dapur,
menumbuhkan kebiasaan
sehat.
Page 217
97
Jika melihat tabel diatas, maka terlihat bahwasannya dalam mencapai
target jangka panjangnya, hingga saat ini program KRPL memang memberikan
dampak positif, namun belum mengalami pencapaian yang signifikan. Hal ini
dapat dilihat dari aspek ekonomi yang sebelumnya anggota KWT Harmoni harus
membeli makanan jenis sayur-sayuran, buah-buahan dan bumbu dapur lainnya.
Akan tetapi setelah menjadi KWT Harmoni kebutuhan tersebut dapat dipenuhi
dari lahan pekarangannya sendiri biarpun tidak dalam jumlah yang banyak. Jadi
KRPL sedikit banyak telah memberikan dampak terhadap pengeluaran konsumsi
kebutuhan pangan rumah tangga dan terhadap penghematan anggaran konsumsi
rumah tangga.
Page 218
98
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Evaluasi
Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) dalam upaya
pemberdayaan masyarakat oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan
(YGPL) Pekayon di Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi dengan
rumusan masalah: Bagaimana evaluasi dampak dari program Kawasan
Rumah Pangan Lestari dalam upaya pemberdayaan masarakat yang
dilakukan oleh Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon di
Pondok Pekayon Indah-Pekayon Jaya Bekasi? Dapat disimpulkan sebagai
berikut:
Pelaksanaan program KRPL yang dilakukan pada Kelompok
Wanita Tani (KWT) Harmoni melalui pembinaan Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat sejak April 2013 sampai 2014 dan
penyuluhan dari Dinas Perekonomian Rakyat (DISPERA) kota Bekasi
pada 2015 dengan model vertikultur menggunakan pot dan polybag
mampu memiliki dampak positif dalam penerapannya. Dampak positif
tersebut meliputi tiga aspek yaitu: Aspek sosial, aspek ekononomi dan
aspek ekologi. Masing-masing aspek memiliki manfaat dan hasil dari
penerapan program pada KWT Harmoni.
Dampak positif pada aspek sosial dapat disimpulkan bahwa
Program KRPL berupaya memberdayakan KWT Harmoni dengan
Page 219
99
bertambahnya pengetahuan seputar urban farming sebagai sarana belajar
dan rekreasi yang dapat digunakan untuk berkumpul serta melakukan
kegiatan sosial positif lainnya sehingga meningkatkan kualitas hidup
yang lebih baik melalui kegiatan program dengan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya seperti tujuan dari pemberdayaan.
Dampak positif pada aspek ekonominya yaitu melalui lahan
pekarangannya beberapa anggota dapat memenuhi kebutuhan dapur seperti
sayuran, toga, buah-buahan untuk dikonsumsi sendiri dan bersama
keluarga karena faktor yang membedakan keberhasilan setiap anggota
KWT Harmoni adalah perbedaan usaha ketekunan maupun kerajinan
anggota dalam merawat pekarangannya dan turut menghemat BBM.
Program KRPL Pekayon belum pada kategori menghemat anggaran
belanja dalam jumlah besar, sedikitnya dapat menghemat pengeluaran
belanja sayuran dari penghematan itu bisa digunakan membeli kebutuhan
lainny lalu program ini belum bisa dijadikan sebagai sumber penghasilan
pendapatan anggota, namun yang terpenting adanya pengembangan dalam
meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui aktivitas ini.
Selanjutnya, dampak positif dari aspek ekologi sebagai sarana
pendidikan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat bermain maupun arena
belajar anak-anak usia dini (tingkat Taman Kanak/Playgroup) sebagai
media pengenalan lingkungan hidup. Lingkungan pun akan terasa sejuk,
asri, sampah dapat diolah menjadi barang-barang yang lebih bermanfaat,
penghilang kejenuhan, pemberi keindahan, mengurangi pencemaran
lingkungan dari penghijauan yang dilakukan. Tidak hanya memberikan
Page 220
100
manfaat pada lingkungan, dengan menanam sendiri makanan dapat
terbebas dari zat-zat kimia, menumbuhkan kebiasaan sehat dari makanan
organik tersebut.
Bedasarkan hasil analisis dan temuan dilapangan, dapat dikatakan
bahwa program KRPL pada KWT Harmoni yang dilaksanakan BPTP dan
DISPERA dapat mengembangkan potensi anggota KWT Harmoni agar
mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik melalui kegiatan
KRPL yang memberikan banyak manfaat bagi mereka.
B. Saran
Bedasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa untuk
memaksimalkan dampak dari Program KRPL pada KWT Harmoni,
peneliti menyarankan sebagai berikut:
1. Untuk periode waktu yang akan datang masih diperlukan adanya suatu
pembinaan-pembinaan yang lebih intensif. Agar program KRPL dapat
terus berlanjut dan tidak sepenuhnya bergantung pada dana pemberian
dinas-dinas yang terkait program KRPL ini.
2. Diharapkan pada KWT Harmoni yang belum aktif dan
memaksimalkan pekarangannya, dapat memanfaatkan lahan
pekarangannya untuk berkembang diusahatani.
3. Diharapkan pada kegiatan produksi kompos dapat memaksimalkan
penjualannya agar dapat berorientasi ke pasar.
Page 221
101
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Adi, Isbandi Rukminto. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan
Intervensi Komunitas, Jakarta: FEUI, 2001.
Adi, Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan
Kesejahteraan Sosial, Jakarta: Lembaga Penerbit FE UI, 2002.
Afri, San. Panduan Pemberdayaan Lembaga Masyarakat Desa hutan (LMDH),
Jakarta: Harapan Prima, 2008.
Arikunto, Suharismi. Penilaian Program Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Aksara,
1998.
Ashari, Sumeru. Hortikultura Aspek Budidaya, Jakarta: UI-Press, 1995.
Baeshowi, Bachrum Achmad. Pertanian Terpadu dan Argribisnis, Ciputat:
Intelektifa Pustaka, 2004.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Hafsah, Mohamad Jafar. Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi daerah, Jakarta:
PT. Pustaka Sinar Harapan, 2009
Hidayati, Nurul. Metode Penelitian Dakwah: Dengan Pendekatan Kualitatif,
Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2006.
Idrus, Muhamad. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitaitf, Yogyakarta: Erlangga, 2009.
Mardikanto, Totok. Dan Soebiato, Poerwoko. Pemberdayaan Masyarakat (Dalam
Perspektif Kebijakan Publik),Bandung: ALFABETA cv, 2013.
Moleong, Lexy. J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Rosdakarya,
2000.
Nasdian, Fredinan Tonny. Pengembangan Masyarakat, Jakarta: Yayasan Pustaka
Obor Indonesia: 2014.
Nurmala Tati, dkk. Pengantar Ilmu Pertanian, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Sanusi, Benny. Sukses bertanam sayuran di lahan sempit, Jakarta: Argo Media
Pustaka, 2011.
Sasono, Herfin dan Riawan, Nofiandi. Mudah Membuahkan 38 Tabulampot
Paling Populer, Jakarta Selatan: PT Argo Media Pustaka, 2014.
Page 222
102
Srinivisan,Viji. Metode Evaluasi Partisipatoris, dalam Walter Fernandes dan
Rejesh Tandon (Editor), Risset Partisipatoris-Riset Pembebasan, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 1993.
Suharto, Edi. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial & Pekerjaan Sosial, Bandung: PT.
Refika Aditama, 2005.
Suratmo, Gunawan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Yogyakarta: Gajah
Mada University Press, 2007.
Sutarminingsih, Lilies. Vertikultur Pola Bertanam secara Vertikal, Yogyakarta:
Kasinus Anggota IKAPI, 2003.
Tambunan, Tulus. Pembangunan Pertanian dan Ketahanan Pangan, Jakarta: UI-
Press, 2010.
Tim Peneliti Agriflo. Urban Farming Bertani Kreatif Sayur, Hias & Buah,
Jakarta: Agriflo Penebar Swadaya Grup, 2016.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995.
Widyawati, Nugraheni. Cara Mudah Bertanam 29 Jenis Sayur Dalam
Pot,Yogyakarta: Lily Publisher, 2015.
Wignjopranoto, Janti. Raharjo, Selamet dan Kuncoro, T. A. Rumah Organik
Memanfaatkan setiap sudut rumah untuk bertanam secara organik,
Jakarta: PT Agro Media Pustaka, 2015.
Zulkarnain. Dasar-dasar hortikultura, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
KAMUS
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: 2001.
SKRIPSI
Siti Fatimatus Zahro. Kontribusi Kawasan Rumah Pangan Lestari dalam
Mendukung Kesejahteraan Masyarakat: Studi kasus Desa Banjarsari,
Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, Skripsi S1 Fakultas
Ekonomi dan Manajement, Institut Pertanian Bogor, 2012.
Zudika DM Manullang. Evaluasi Dampak Program Sanitasi Berbasis Masyarakat
(Sanimas) dalam pemberdayaan masyarakat, Skripsi S1 FISIP,
Universitas Sumatera Utara, 2014.
Page 223
103
Firdaus Harahap. Keberhasilan Program Urban Farming Di Kota Surabaya,
Skripsi S1 Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional
(VETERAN) Surabaya, 2014. Artikel di akses pada 2 Mei 2015 dari
http://eprints.upnjatim.ac.id
JURNAL
Sriharini. Pondok Pesantren dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat, Jurnal
Pengembangan Masyarakat Islam vol 1, FDK UIN Yogyakarta September,
2003.
RozaYulida. Kontribusi Usahatani Lahan Pekarangan terhadap Ekonomi Rumah
Tangga Petani Di Kecamatan Kerinci Kabupaten Pelalawan,Vol 3, No. 2
(Riau: Indonesian Journal Of Argicultular Economics (IJAE), Jurusan
Agribisnis Faperta Universitas Riau, Pekan baru. Desember 2012.
Ashari, Saptanadan Tri Bastuti Purwantini. Potensi dan prospek pemanfaatan
lahan pekarangan untuk ketahan pangan, Forum Penelitian Agro
Ekonomi, V. 30, No. 1, Juli 2012.
Novi Puspitasari, Heien Puspitawati, Tin herawati. Peran Gender, Kontribusi
Ekonomi Permpuan dan Kesejahteraan Keluarga Petani Hortikultura,
Vol. 6, No. 1, Bogor: Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas
Ekologi Manusia IPB, Januari 2013. Artikel diakses pada 30 maret 2016
dari http://journal.ipb.ac.id
Ana Jauharul Islam, Saleh Soeaidy, Ainul Hayat. Evaluasi dampak mutu
pendidikan dasar, Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 1, No. 6, Jurusan
Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya,
Malang. Artikel diakses pada Jumat, 24 Juni 2016 dari
http://administrasipublik.studentjournal.ub.ac.
Widianto dkk. Pemodelan dan Simulasi Berbasis Agen untuk Sistem Kegiatan
Urban farming Komunitas Bandung Berkebun, Jurnal Online Institut
Teknologi Nasional, vol. 01no. 4, Maret 2014. Artikel diakses pada Jumat,
29 April 2016 dari http://id.portalgaruda.org.
WEBSITE
http://www.catatansenja.com/2015/10/arti-dan-makna-quran-surat-al-araf-
ayat.html oleh Mushani Ramdany. Diakses pada Senin, 23 Mei 2016 pukul
16.33 WIB.
http://jakarta.litbang.pertanian.go.id. Diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pukul
08:38 WIB.
Page 224
104
http://www.ygplpekayon.com. Diakses pada Rabu, 17 Februari 2016 pukul 08:04
WIB.
WAWANCARA
Wawancara pribadi dengan Ibu Ir. Lala Gozali sebagai Dewan Pembina di
Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon pada 12 April dan
19 Juli 2016.
Wawancara pribadi dengan Bapak Ir. Sukowitono sebagai Ketua RW 11 Pekayon
Jaya pada 22 Agustus 2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Nurul sebagai Ketua Progam Kawasan Rumah
Pangan Lestari (KRPL) pada 22 Agustus 2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Lucia sebagai anggota KRPL pada 26 Agustus
2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Hj. Wirda Zulfikar sebagai anggota KRPL pada
26 Agustus 2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Isa Fitri sebagai anggota KRPL pada 26 Agustus
2016.
Wawancara pribadi dengan Yuni Kahar sebagai anggota KRPL pada 26 Agustus
2016.
Wawancara pribadi dengan Ibu Rustinah Hasan sebagai ketua (YGPL) Pekayon
pada 27 Agustus 2016.
MEDIA CETAK
Buletin Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan (YGPL) Pekayon seri 04 tahun 2008
s/d 2010.
Page 227
PEDOMAN WAWANCARA
Pedoman Wawancara Ketua RW 11 Pekayon dan Ketua Rumah Kompos
Pekayon
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah
sejarahnya Perumahan
Pondok Pekayon
Indah?
2. Bagaimana kondisi
geografis seperti
keadaan tanah sering
banjir atau tidak?
3. Bagaimanakah
keadaan lingkungan
perumahan PPI
sebelum dan sesudah
berdirinya YGPL?
Bagaimanakah respon
dan keikut sertaan
masyarakat dari tahun
ke tahun?
4. Lalu untuk respon
remajanya sendiri
seperti apa?
5. Bagaimana peran Rw
dan RT terhadap
yayasan ini?
6. RT dan RW berapa
saja yang menjadi
anggota di YGPL?
7. Perubahan apa saja
yang sudah dihasilkan
dari berdirinya
yayasan hingga
sekarang?
8. Manfaat apa yang
dirasakan sesudah
berdirinya yayasan di
perumahan ini?
9. Harapan apa yang
ingin dicapai dengan
terbentuknya yayasan
disini?
Page 228
Pedoman Wawancara Ketua Yayasan Gerakan Peduli Lingkungan Pekayon
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah
terbentuknya YGPL
di Perumahan PPI dan
apa tujuan
dibentuknya yayasan?
2. Bagaimanakah proses
dari sosialisasi
kemasyarakat dalam
perekrutan sehingga
mereka bisa
menerima kehadiran
organisasi ini?
3. Sampai saat ini sudah
berapa masyarakat
yang ikut serta?
Bagaimana respon
dan ikutsertanya dari
tahun ke tahun dalam
mendukung
keberadaan YGPL?
4. Bantuan seperti apa
yang sudah diterima
oleh Yayasan?
5. Program-program
kegiatan apa saja
yang terdapat di
YGPL? Bagaimana
proses perkembangan
dari program-program
tersebut?
6. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambatnya?
7. Penghargaan apa saja
yang telah YGPL raih
dari tahun ketahun?
8. Sejauh ini manfaat
yang dirasakan
komunitas dengan
keberadaan unit
program KRPL?
9. Harapan apa yang
ingin dicapai dengan
Page 229
adanya YGPL?
10. Lalu rencana apa
yang Ibu lakukan
untuk pemberdayaan
lingkungan ini agar
terus berjalan baik?
Pedoman Wawancara Ketua Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah
terbentuknya unit
program KRPL, ide
awalnya dari mana,
saiapakah pelopornya?
2. Apakah yang menjadi
sasaran dan tujuan dari
program? Apa saja
tujuan yang telah
tercapai dari
pelaksanaan program
tersebut?
3. Bagaimanakah proses
sosialisasi ke
masyarakat sehingga
mereka bisa menerima
kehadiran program ini?
4. Berapakah jumlah
anggota KRPL? Apa
latar belakang dari
mereka? Bagaimana
respon dan
keikutsertaan anggota
KRPL dari tahun
kahun?
5. Bagaimana saran dan
prasaran yang
digunakan dalam
pelaksanaan program
sesuai dengan
kebutuhan?
6. Dari mitra kerja yang
pernah kerjasama,
instansi manakah yang
paling berperan? Apa
hasil dari kerjasama
tersebut?
Page 230
7. Adakah tenaga
pendamping untuk
program ini? Materi
apa saja yang
diberikan? Apa hasil
yang didapat?
8. Apaka yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
proses pelaksanaanya?
9.
Perubahan apa yang
telah dihasilkan dari
penerapan program
tersebut?
10. Adakah prestasi yang
diraih pada program
ini?
11. Apa harapan dan
rencana ibu kedepannya
pada program agar
berkelanjutan dengan
baik?
Pedoman Wawancara Anggota Program Kawasan Rumah Pangan Lestari
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah yang anda
ketahui tentang
KRPL? Mengapa
tertarik untuk
mengikuti program
ini?
2. Sudah berapa lama
ibu mengikuti unit
program KRPL
disini?
3. Apa saja tanaman
yang ibu
budidayakan?
Bagaimanakah proses
awal hingga siap
dipanen hasilnya?
4. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengikuti program?
5. Kebutuhan apa yang
Page 231
telah terpenuhi dari
adanya program ini?
6. Apa saja manfaat dan
perubahan yang ibu
dirasakan setelah
mengikuti program?
7. Dahulukan pernah
diberikan pembinaan,
Apa hasil yang
didapat untuk
program ini?
8. Dampak apa yang
dirasakan dari
program ini?
9. Menurut ibu seberapa
baik program ini
berjalan?
10. Apa harapan dan
saran ibu agar
program KRPL untuk
kedepannya?
Page 232
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KETUA RW 11 PEKAYON JAYA
Nama: Ir. H. Sukowitono
Usia: 66 tahun
Alamat: Jl. Mahoni 16 Blok C3/3
Pendidikan: Teknik Geologi (S1)
Pekerjaan: Pensiunan
Hari/ Tanggal/Tempat: Senin, 22 Agustus 2016/ Rumah bapak Suko
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah
sejarahnya Perumahan
Pondok Pekayon
Indah?
Dahulu tahun 1986, perumahan ini punya BTN
(Bank Tabungan Negara) sebagai pinjaman
wilayah belum menjadi PPI, ada 60an RT tapi
RWnya Cuma ada 1..sejak tahun 1991 an
perumahan ini dipecah dan ditata ada 4 RW
masing-masing ada 4 RT dan bloknya abcd satu
huruf trus berkembang ada blok AA, BB, CC, DD.
Pada tahun 2003 diresmikan menjadi Perumahan
Pondok Pekayon Indah dengan bagian wilayah
RW 8-RW 17.
2. Bagaimana kondisi
geografis seperti
keadaan tanah sering
banjir atau tidak?
Dahulu tahun 1991 perumahan ini sebagian besar
rawa kecuali yang sekarang blok D dulunya tanah
darat. Nah tahun 2002 mulai berjalan, bekas rawa
oleh warga ditutup, ditimbun, diratakan namanya
tanah timbunan awalnya ya gersang tidak nyaman
jalannya masih batu, becek, tanah merah, belum
diaspal seperti sekarang, tapi tidak pernah banjir
hanya genangan aja habis hujan deras karena
perumahan ini termasuk daratan tinggi…itu disana
perumahan Pulau Permata Sari suka banjir.
3. Bagaimanakah
keadaan lingkungan
perumahan PPI
sebelum dan sesudah
berdirinya YGPL?
Bagaimanakah respon
dan keikut sertaan
masyarakat dari tahun
ke tahun?
Yayasan baru dibentuk 2013 dikukuhkan oleh
badan hukum, dulunya hanya komuitas dengan
nama Gerakan Peduli Lingkungan. Respon
masyarakat klo dulu masih pada muda-muda
semangat, setelah tua semangatnya kendor apalagi
sudah mulai bagus lingkungannya tapi tetep setiap
kali ada pertemuan, pengajian majlis talim, arisan
kita selalu perbaharuilah semangatnya. Partisipasi
dari ibu-ibunya masih banyak yang bekerja, jadi
yang ditatar mba-mba pembantunya tapi dari
waktu kewaktu berganti lagi pembantunya ya..itu
yang repot. Lalu peran tokoh dimasing-masing
RW dibutuhkan sebagai penggerak untuk
masyarakat disana..dahulu tahun 2003 kita sudah
memilah sampah, sampah disini dahulu
dibuangnya dipinggir rawa sana menimbulkan
bau, pencemaran air..tahun 2005 kita melalui pak
wakil walikota kita tutup pembuangan deket deket
sini, kerja sama dengan dinas kebersihan diambil
Page 233
sampahnya. Orang-orang yang angkutin
sampahkan dulunya pengangguran, jadi sebagian
ditampung jadi keamanan trus jadi pengangkut
sampah organik. Tahun 2003 pada waktu itu
sampah belum dipilah, sampah klo diangkut
volumenya banyak sekali jadi 1 RW tuh 1 truk itu
ga muat karena dahulunya belum dikelola dinas
kebersihan dan diangkut oleh petugas seminggu
2kali dan dari sinilah mulai gerakan pemilahan
sampah yang bisa didaur ulang dihibahkan ke
pemulung klo sampah yang organik diolah
menjadi kompos..dirumah kompos sana kita
produksi pupuk cair dan pupuk padat berupa
kompos organik padat yang kita produksi dijual
belikan klo pupuk cair dijual dari harga Rp10.000
untuk kemasan 1 liter botol lalu RP 50.000 untuk
kemasan botol drigen..buat kompos organik
padatnya per pak 1,5 kg dijual Rp 5.000 semua
pupuknya organik jadi bagus untuk tanah dan
tanamannya nah ini hasil produksi dari GPL
Pekayon, unit program kompos...ada yang anggota
gunakan untuk menjadi pupuk tanaman, sama kita
nah klo sekarang 1 truk bisa angkut sampah 3 RW.
Dahulu sampah berantakan, setelah diberikan
pengertian kesadaran masing-masing kita harus
bertanggung jawab dan berperan aktif agar
lingkungan tempat tinggal kita bersih.
4. Lalu untuk respon
remajanya sendiri
seperti apa?
Untuk remajanya dulu awal-awal masih ikut aktif,
tapi perubahan zaman semua harus bekerja pulang
malam. Dan sekarang generasi anak mudanya ga
ada akibatnya pada susah buat diajak sosialisasi
ya..akhirnya masih kakek-nenek juga. Nah
kedepannya cucu-cucu kita ini yang akan
dikerahkan dibentuk dari kecil.
5. Bagaimana peran Rw
dan RT terhadap
yayasan ini?
Peran RW sama RT klo sekarang tuh
memfasilitasi, jadi membantu mengkoordinir
masyarakat seperti kerja bakti, penghijauan,
memilah juga memberikan bantuan edaran. Lalu
seperti saya di RW ini bikin program perbaikan
jalan, saluran air yang rusak diperbaiki supaya
tidak banjir dan lingkungannya terlihat bagus
tertata. RW dan YGPL tuh harus bekerjasama, jadi
program RW YGPL membantu selama itu masih
dalam cakupannya.
6. RT dan RW berapa
saja yang menjadi
anggota di YGPL?
Kita punya banyak kader yang menyebar di 4 RW
ini dari RW 8-RW 11 melalui posyandu dan setiap
RW memiliki masing-masing posyandu. Fungsi
kader sebagai motor-motor penggerak serta
Page 234
motivator dilingkungan masing-masing.
7. Perubahan apa saja
yang sudah dihasilkan
dari berdirinya
yayasan hingga
sekarang?
Lingkungan kita bersihlah. Terutama sampah-
sampah organik sudah langsung diambil, ada
banyak penghijauan tanaman jadi udaranya lebih
enak dibanding tempat-tempat yang tidak
memperhatikan lingkungan.
8. Manfaat apa yang
dirasakan sesudah
berdirinya yayasan di
perumahan ini?
Untuk RW yang tidak punya GPL bakal
keliatanlah tempat tinggalnya tidak tertata baik.
Manfaatnya terasa di lingkungan jadi bersih,
bersosialisasi kepada tetangga, memberdayakan
kaum ibu rumah tangga juga yang tadinya hanya
di dalam rumah dengan adanya kegiatan seperti
KRPL di yayasan ibu-ibu bisa menambah
pengetahuan dari penyuluhan dan pelatihan, aktif
di lingkungan, keahliannya bertambah bisa
menanam sendiri kebutuhan sayuran dalam rumah
tangga. Tapi klo buat meningkatkan ekonomi
disini ga sampe karena kita disini rata-rata cukup,
belum sampe kepada meningkatkan ekonomi
seperti penjualan anorganik rongsokan, pemilahan
sampah yang nilainya belum seberapa dari hasil itu
seminggu sekali dikutip oleh RT dan ibu PKK
masing-masing trus masuk kas PKK untuk
perawatan lingkungan secara swadaya yang rusak
klo ada pot dan pinggiran got yang rusak.
9. Harapan apa yang
ingin dicapai dengan
terbentuknya yayasan
disini?
Kita pinginnya klo bisa meningkat. Satu kampung
hijau yang bersih dan sehat tapi bisa seperti itukan
masih banyak yang harus dibenahi.
Page 235
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KETUA YGPL PEKAYON
Nama: Rustinah Hasan
Usia: 65 Tahun
Alamat: B5/8
Pendidikan: Universitas Brawijaya
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Hari/ Tanggal: Sabtu, 27 Agustus 2016/ Rumah bunda SEHAT
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana sejarah
terbentuknya YGPL
di Perumahan PPI dan
apa tujuan
dibentuknya yayasan?
Awalnya Pada 2003 yang dipelopori oleh Majelis
Ta’lim Ibu-ibu Darusalam-Pondok Pekayon Indah
dan Himpunan Pemuda Pekayon Indah (HIPPI)
yang waktu itu berkunjung ke Banjarsari sebagai
desa Argowisata di Jakarta Selatan yang
diorganisir oleh Ibu Harini Bambang Wahono
beliau biar sudah tua tapi semangatnya dalam
pemberdayaan lingkungan itu luarbiasa desa itu
sudah dipercayai oleh UNESCO sebagai kawasan
hijau percontohan di Jakarta. Ketika kunjungan
kesana Ibu-ibu sama pemuda kami tergerak punya
niat melakukan hal yang sama seperti ibu Bambang
dan kebetulan juga disana bertemu dengan Ibu Sri
Radiati mahasiswi UI yang sedang mengambil
penelitian untuk pasca sarjananya dari sanalah
komunitas kita didampingi oleh beliau selama 3
bulan. Proses tumbuh masyarakat PPI dalam
membentuk komunitas yang peduli lingkungan
dijadikan kasus dalam menyusun disertsinya dari
sana komunitas kami mempunyai komit untuk
lanjut dengan membuat organisasi, visi dan misi,
kepengrursan dan menyusun program, maka
lahirlah Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) sampai
pada tanggal 1 April 2009 komunitas melakukan
pengukuhan dari komunitas ke bentuk yayasan
melalui badan hukum memiliki Akte notaris dan
NPPW dengan nama Yayasan Gerakan Peduli
Lingkungan Pekayon (YGPL) untuk membuat
kawasan percontohan penghijauan dari RW 8-11
Pekayon Jaya. Tujuannya kami untuk berkontribusi
melestarikan lingkungan di Indonesia. YGPL kami
dipakaikan nama Pekayon karena banyak GPL
lainnya hasil binaan dan belajar dari GPL Pekayon
banyak yaitu telaga sakina mereka belajar dari sini,
GPL Bumi Nasio Indah Jatimekar-Bekasi yang
agak bagus dan mendapatkan penghargaan, GPL
Pondok Ungu mereka belajar dari kami
menularkan yang baik, yayasan berdiri secara
hukum itu baru YGPL Pekayon ini.
Page 236
2. Bagaimanakah proses
dari sosialisasi
kemasyarakat dalam
perekrutan sehingga
mereka bisa
menerima kehadiran
organisasi ini?
Karena latar belakang tadi awal mulanya pasti ada
kesusahan ya mengajak itu..mulai dari ibu-ibu
pengajian lalu kita mengadakan pertemuan-
pertemuan atau melalui forum RT/RW, studi
banding, arisan, pengajian kita usahakan gebrak
semangat mereka untuk menularkan masyarakat
lainnya juga peduli lingkungan. Sosialisasi yang
kita lakukan banyak cara melalui spanduk,
selebaran, papan slogan, leaflet, kaos sampai
bendera makin kesini YGPL makin banyak yang
melirik, mitra kerja bertambah datang-pergi secara
bergantian, penghargaan banyak kita raih perlahan
kesadaran masyarakat tumbuh dan mulai ikut
dalam organisasi ini…untuk sosialnya banyak
sekali meskipun memang lambat berubah sudah
berpuluh tahun susah kebiasaan membuang
sampah sembarangan pelan-pelan saja tidak
kelihatan drastis dari mulai lingkungan sekitar
Pekayon dari TK, SD. Kita mengahasilkan GPL
yang lainnya kita menularkan teori, materi,
semangat mereka juga masih muda-muda
sedangkan kita hanya menularkan dan menambah.
3. Sampai saat ini sudah
berapa masyarakat
yang ikut serta?
Bagaimana respon
dan ikutsertanya dari
tahun ke tahun dalam
mendukung
keberadaan YGPL?
Dahulu pada tahun 2003 sampai dengan 2007 kita
memiliki 80 anggota, setiap bulan kita mengadakan
pertemuan maupun arisan untuk menjaga semangat
dan kekompakan kita, kita terus mengingatkan dan
menggebrak semangat agar tidak kendur karena
zaman itu ketika 13 tahun lalu kita masih pada
muda-muda klo sekarang tahun 2016 umur-umur
kita sudah diatas 55 semangat dan aktif
berorganisasi harus terus dijaga sekarang kita
masih berusaha menularkan semangat agar
generasi-generasi penerus dapat tergerak untuk
peduli pada lingkungan. Klo untuk sekarang
anggota yang aktif hanya 30an orang saja.
4. Bantuan seperti apa
yang sudah diterima
oleh Yayasan?
Seperti mendapatkan bantuan dana dari Bank dunia
disupport oleh dana Philipin dan Australia dan
disalurkan ke Indonesia kemudian menunjuk
mentri kesehatan lalu menunjuk Dinas Kesehatan
Bekasi lalu menunjuk YGPL Pekayon kita,
dibuatkan bangunan kompos semuanya 500 juta
sebelum itu kita diperiksa BPK pusat dulu karena
secara hukum kita sudah diresmikan yayasan dan
memiliki NPWP, Akte Notaris sudah bisa
dipertanggungjawabkan secara hukum inilah
kelebihan dari YGPL Pekayon. Dan terakhir ini
kita dibuatkan bangunan Rumah Bunda SEHAT
dari bantuan dana Sari Husada dan Indomart yang
Page 237
menjadi Rumah Zakat, bangunan ini merupakan
tempat pembinaan ibu-ibu diluar yayasan atau
sekitar agar memiliki kepandaian mengolah
makanan sehat agar dapat membantu ekonomi
keluarga. Sumber dana lain kita dapatkan ketika
diundang menjadi narasumber dan memberikan
pelatihan program.
5. Program-program
kegiatan apa saja
yang terdapat di
YGPL? Bagaimana
proses perkembangan
dari program-program
tersebut?
YGPL memiliki banyak unit-unit program di
dalamnya seperti unit pemberdayaan masyrakat,
unit kompos pekayon, taman baca, KRPL, bank
sampah, produksi kerajinan masing-masing
program memiliki tujuan yang sama dalam
memberdayakan dan melestarikan lingkungan.
Program-program tersebut pasti memiliki
kelebihan lalu merasakan naik dan turunnya
program. Para kader pengurus kami sudah pasti
bekerja semangat 45 sampai membuat YGPL
dikenal masyaraat luas dan memiliki banyak
penghargaan. YGPL memiliki relasi luas dengan
instansi lembaga lain sampai mendapati kunjungan
tamu dari Australia lalu dengan terus
meningkatkan kualitas yayasan, banyak sarana dan
prasana kami yang diberikan secara subsidi oleh
pemerintahan seperti Dinas Kesehatan, BPLH.
Dengan membuat sesering mungkin kegiatan dan
perkumpulan membuat ibu-ibu kumpul, mereka
kenal, sayang dengan sayang mereka merasa rindu
lalu mereka hadir keperkumpulan.
6. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambatnya?
Hambatannya itu karena kita sosial jadi kita
menarik masyarakatnya tuh susah banget..
sebenernya dari kita ke kita lagikan seperti
sumbangan dari mana-mana datang terus
pekerjaannya lebih banyak sehingga kita ingin
yang menarik generasi muda. Kita tuh sebenernya
ingin merubah mindset bahwa kepedulian itu tidak
harus yang bergerak itu yang tua dari kurangnya
rasa kepedulian itu hambatan paling berat lalu
merubah mindset baik semua generasi biarpun
sudah ada fasilitas sarana prasananya klo cara
berpikir kita belum sampe ga akan gampang
berkembangnya gituloh..YGPL sudah maju
didukung dengn SDM yang bagus berkualitas
dengan kegiatan-kegiatan yang positif dengan
kunci solideritas.
7. Penghargaan apa saja
yang telah YGPL raih
dari tahun ketahun?
Banyak yaa.. dari awal tahun YGPL berdiri 2003
kita sudah menerima berbagai penghargaan seperti
penghargaan sebagai pelopor peduli lingkungan,
lalu dibidang pemberdayaan dan kesejahteraan
Page 238
keluarga..ada banyaklah pokoknya.
8. Sejauh ini manfaat
yang dirasakan
komunitas dengan
keberadaan unit
program KRPL?
Banyak sekali manfaatnya masyarakat berubah
menjadi lebih baik disekitar sini penuh dengan
penghijauan dimana, Memberikan pemahaman klo
menanam tuh ga susah klo sekarangkan sawah
sudah sedikit berganti alih fungsi menjadi
perumahan, pabrik, mall, jalan tol yang
pembangunan dilakukan untuk masyarakat kelas
atas…sementara sekarang kita udah ga bisa tuh
nemuin sawah diperkotaan jangankan sawah kebun
saja tidak banyak hanya berapa meter persegi.
KRPL itu salah satu bagian unit kecil kita
sekalipun sekarang lagi stuck pembangunan dan
lain-lain tapi semangat menanam dirumah-rumah
tetap harus ada dan terus berjalan. Kita manfaatkan
wadah menanam menjadi kelompok wanita tani
perkotaan untuk membantu masyarakat skala
rumah tangga agar mengkonsumsi makanan sehat
dan organik dari halaman rumahnya yang sempit..
KRPL itu memberikan peran dalam pengolahan
sampah rumah dengan cara pemilahan antara
sampah organik dan anorganik yang bisa
digunakan menjadi pupuk untuk makanan yang
kita tanam.
9. Harapan apa yang
ingin dicapai dengan
adanya YGPL?
Yang pasti YPGL menjadi yayasan yang
bermanfaat dalam ikut memberdayakan dan
melestarikan lingkungan. YGPL dapat menambah
prestasinya lalu mencetak sumberdaya manusia
yang berkualitas yang peduli dengan lingkungan.
Harus tetap kompak.
10. Lalu rencana apa
yang Ibu lakukan
untuk pemberdayaan
lingkungan ini agar
terus berjalan baik?
Karena umur kami sudah tak lagi muda sudah
seharusnya generasi muda berkontribusi
melanjutkan kiprah kami dalam melestarikan
lingkungan, memberikan penyadaran dan
menumbuhkan kepedulian agar selalu menjaga
lingkungan dengan hal-hal kecil saja seperti tidak
membuang sampah sembarangan klo bukan kita
siapa lagi..
Page 239
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN KETUA PROGRAM KRPL
Nama: Siti Nurul
Usia: 59 tahun
Alamat: Jl. Mahoni 16 Blok C3/3
Pendidikan: SMA Medan
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Hari/ Tanggal/Tempat: Senin, 22 Agustus 2016/ Rumah bapak Suko
No Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimanakah
terbentuknya unit
program KRPL, ide
awalnya dari mana,
saiapakah pelopornya?
Awal terbentuknya April 2013 kita didatangi
tamu dari (BPPT dan BPTP) Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian dan (BPTP) Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Lembang jadi
mereka mendengar kita punya YGPL punya
penghijauan punya kompos, jadi mereka
berkunjung memberikan presentasi “tanaman
sayuran organik di lahan sempit” dari situ ada
ketertarikan ibu-ibu trus pak Budiman bu Ratna
sebagai pelopornya menawarkan bisa
membimbing kita selama 1 tahun klo
progrmanya lanjut bisa dibimbing klo engga ya
engga. Akhirnya terbentuk awalnya anggotanya
sekitar 20an dan mulai diadakan pelatihan
pertama rumah bibit lokasinya RT 01 RW11.
Pertama dia mulai membuatkan rumah bibit, kita
diajarkan mulai dari menabur benih, membuat
benih seperti dari jahe, biji cabe, biji tomat
sampai kepada pembibitan lalu panen selesai itu
kita per 3 bulan dia memberikan penyuluhan
tentang membuat pestisida organik terbuat dari
sereh macem-macem diblender lalu disimpan 40
hari baru digunakan semprotan. Dalam
perjalanan waktu karena lokasi kita dengan
kampung banyak tanaman kita yang rusak, masih
mentah banyak yang diambilin, akhirnya kita
minta ijin pada RW 8 pindahlah kita ke taman
hijau dari sana mulai agak berkembang karena
ada undak undak baru deh nanam kangkung,
sawi, kailan awalnya senang ibu-ibu panen
datang tapi belum sampai pada dijual, yang
penting anggota KRPL bisa bawa pulang
tanaman sayuran murni organik tanpa kimia dari
kompos lalu benih dari BPTP dan tenaganya
masih ibu-ibu 1-2 bulan ga kuat klo tiap hari ke
sana karena punya rutinitas sendiri sebagai ibu
rumah tangga akhirnya kita bayar tenaga pekerja
untuk menyiram pagi-sore, membersihkan.
Ketika masuk setahun panen kita bagus bisa
Page 240
kejual tapi menjelang lebaran ada curah hujan
yang sangat deras kandungan asamnya tinggi,
jadi banyak tanaman yang berada diluar rusak
sehingga panen kita menurun sedikit dari rusak
otomatis hasil panen kita juga berkurang...makin
kesini keliatan ibu-ibu tuh gatau karna jenuh jadi
sepi jadi kadang-kadang yang bertanggung jawab
3-5 orang aja. Setiap hari sabtu kita kumpul di
taman hijau Pekayon bebersih rumput atau klo
waktunya panen kita jual ke ada orang yang jalan
pagi melalui whatsapp ke ibu-ibu YGPL
berlangsung sampai 2 tahun. Pada tahun
ketiganya udah mulai ada tangan usil lagi seperti
tadi, akhirnya kita sepakat untuk pindah ke
rumah kompos. Sekarang ibu-ibu udah ga aktif
jadi yang mengelola itu orang kompos, namun
dari rumah bibit ini kita sudah bisa menularkan
di rumah bibit posyandu. Di posyandu RW 8 kita
tabur benih. Posyandu RW 10 buat lahan khusus
untuk menanam sayuran itu yang berhasil.
Posyandu RW 11 baru mau dibangun. Untuk
kedepannya kita pengen setiap posyandu RW itu
punya tanaman sayuran organik disamping nanti
ada TOGA. Karena waktu itu kita pernah ikut
pelatihan ke bandung diundang petani sayuran se
Jawa Barat seperti dari Sukabumi mereka
berhasil karena kelompok wanita taninya orang-
orang yang sangat kekurangan ekonomi jadi ini
program ini tuh penting sekali. Sementara di
komplek ini hanya hobi, lalu menjalankan
program pemerintah dimana sayuran organik itu
untuk penujang gizi keluarga sehingga
menghasilkan balita yang sehat, kuat, punya
daya tahan tubuh yang bagus gitu, lalu
menghemat anggaran belanja tadinya membeli
sayur kangkung sehari Rp. 5000 jadi ga belanja
karena panen…ibu Edi yang rumahnya disana
cerita klo sayur udah ga beli karena melakukan
pembibitan di rumah.
2. Apakah yang menjadi
sasaran dan tujuan dari
program? Apa saja
tujuan yang telah
tercapai dari
pelaksanaan program
tersebut?
Sasarannya yang pertama kita bisa menghemat
uang belanja tadinya membeli sayur kangkung
sehari Rp. 5000 jadi ga belanja karena panen.
Kedua meningkatkan gizi balita kita dimana
sayuran organik itu dapat menujang gizi keluarga
sehingga menghasilkan balita yang sehat, kuat,
punya daya tahan tubuh yang bagus terbebas dari
zat-zat kimia. Klo kita beli diluar banyak dari
penjual memakai pupuk urea. Jujur klo tanaman
Page 241
organik ini agak sedikit mahal dan karena pupuk
dan kompos kita buat sendiri, jadi sebetulnya itu
satu siklus dimana sayuran yang kita tanam kita
makan lalu sampahnya kita buat kompos trus
komposnya untuk pupuk sayuran agar subur.
Tujuan yang sudah tercapai ibu-ibu mulai
menyadari pentingnya makanan serba organik,
jadi mereka punya keinginan untuk menanam
sendiri dirumahnya. Menekan kebutuhan
makanan harian belanja sayuran dari Rp 200.000
sampai Rp 800.000 perbulan pernah tercapai tapi
banyak kendala hanya bertahan selama 6 bulan
diawal saja…misalnya yang belanja sehari Rp
50.000 bisa menyisihkan Rp 10.000 untuk
tabungan.
3. Bagaimanakah proses
sosialisasi ke
masyarakat sehingga
mereka bisa menerima
kehadiran program ini?
Kalau proses ibu karena ada ketertarikan dari
penyuluhan dengan pemaparan pak Budi itu
karena ada hubungannya dengan YGPL.
Biasanya sih perarisan sih ya..klo ada arisan ibu
diundang untuk menjelaskan apa itu KRPL,
keuntungannya manfaatnya lalu kesulitan di
lapangan kita ceritakan. Kita tawari pada
ujungnya dengan menawarkan benih jika ingin
memulainya. Selesai menjelaskan ada sih yang
tertarik 1-2 orang mah tapi stop disitu tak ada
laporan apa-apa.
4. Berapakah jumlah
anggota KRPL? Apa
latar belakang dari
mereka? Bagaimana
respon dan
keikutsertaan anggota
KRPL dari tahun
kahun?
Jumlah anggota dulunya ada 40 an tapi sekarang
yang masih aktif ya..sekitar 20an orang saja. Klo
ada kegiatan penyuluhan KRPL mereka masih
perhatian tapi tindaklanjut dari itu yang ga ada.
Latar belakang dari mereka Ibu-ibu rumah
tangga, pensiunan. Untuk sekarang sudah
menurun tidak seperti awal-awal setelah
pelatihan itu. Pernah waktu itu ibu nanam
sendiri, ngajak ibu-ibu banyak aja alesannya
karena ibu masih punya tanggung jawab untuk
berkomitmen dijalankan saja. Panen sendirian
trus dibagikan ke anggota. Namun disamping
penurunan ada sekitar 5-6 orang yang punya
tanaman sayuran organik sendiri dirumahnya
disamping 2 posyandu. Mereka sayuran udah ga
beli metik saja untuk 1 keluarga cukuplah. Di RT
4 RW 11 kompos mulai dijalankan teknik
aquaponik jadi dibawahnya kolam ikan diatasnya
ada polybag sayuran.
5. Bagaimana saran dan
prasaran yang
digunakan dalam
Untuk lahan sekarang kita menggunakan lahan
yang ada di kompos. Sumber dana kita dapatkan
salah satunya dari BPPT dan BPTP berupa
Page 242
pelaksanaan program
sesuai dengan
kebutuhan?
kompos, benih dan polybag. Untuk sekarang
benih yang didapatkan ada biji kangkung 1 kg,
benih timun, pare, tomat yang masih ada. Cabe,
kailian, kangkung salada, bayem dan seledri
cepat habisnya karena gampang. Lalu buat
dibagikan ke anggota 10 biji perorangnya. Untuk
lahannya kita dipindahkan ke area rumah
kompos agar tanaman dapat terawat dan tidak
terjamah oleh tangan-tangan usil seperti dahulu
ketika di tanam di area umum. Stok terakhir dari
BPPT dan BPTP itu bulan Desember 2015.
Setelah itu kita udah ga dapet lagi, karena dari
Jawa Barat program KRPL sudah di stop itu
yang membuat BPPT dan BPTP berhenti
memberikan pelatihan dan pendanaan karena
mereka juga tidak mendapatkan dana dari
pemerintah untuk menjalankan program lagi.
Penyebab lain dari kami pindahkan tanaman ke
area kompos karena udah ga mampu lagi
membiayai petugas yang menyiram di taman,
jadi dititip sama bapak kompos dan pegawainya
betugas menyiram. Sebetulnya pegawainya sama
saja dengan mereka yang di depan.
Alhamdulillahnya bagus berjalan tapi udah ga
dijual lagi kayak dulu dikonsumsi sendiri saja.
Kita berjualan paling pas perkumpulan dan
dilingkungan arisan saja.
6. Dari mitra kerja yang
pernah kerjasama,
instansi manakah yang
paling berperan? Apa
hasil dari kerjasama
tersebut?
Banyak dari BPPT dan BPTP, Dinas Kebersihan,
KLH, Dispera. Paling berpengaruh dari BPPT
dan BPTP yaitu pak Budiman kan program
KRPL itu ada karena didatangi tamu dari BPPT
dan BPTP lalu berjalan memberikan pelatihan,
penyuluhan selama 1 tahun lebih, nah sekarang
mereka berhenti karena udah ga ada program dan
dana di Jawa Barat mereka hanya memberikan
stok benih saja. Hasil yang didapatkan dari pak
Budiman selalu memberikan perhatian, dulu
beliau memberikan dan mengajarkan penyuluhan
tentang pemberantasan hama tikus dari bahan
organik, membuat benih tomat cabe. Sekarang
kami dapat perhatian dari Dispera Ibu Ika
mereka tidak menjanjikan apa-apa hanya
memberikan penyuluhan tidak memberikan dana
maupuun bibit benih.
7. Adakah tenaga
pendamping untuk
program ini? Materi
apa saja yang
Waktu itu pernah ada pendampingan ya seperti
pelatihan maupun penyuluhan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (BPPT
dan BPTP) Jawa Barat. Lalu dari Ibu Ika Dinas
Page 243
diberikan? Apa hasil
yang didapat?
Perekonomian Rakyat Pemkot Bekasi (Dispera)
kita ditawari bibit 400 terakhir di undang
Oktober 2015 kemarin klo dengan dispera kita
hanya diberikan penyuluhan tidak menjanjikan
dana tapi bantuan bibit atau benih saja dengan
BPPT dan BPTP sejak April 2013 kita diberikan
binaan, pelatihan, bantuan-bantuan seperti
dibuatkan rumah bibit di taman hijau Pekayon
tapi sudah dipindahkan ke rumah kompos, bibit,
sekop, polybag, pupuk kandang, kompos banyak
deh. Materi tentu banyak pengetahuan yang kita
dapatkan ya tentang pelatihan membuat benih
dari cabe, tomat, jahe, mengikuti acara BPTP
studi banding ke Bogor sampai terakhir
Desember 2014 perwakilan dari anggota
mengikuti acara dari BPTP juga mengunjungi
KRPL di daerah Kalibata lalu terakhir kita
diberikan pelatihan oleh BPTP lewat ASTRA
tentang “Pelatihan Teknologi Pertanian
Perkotaan (Urban Farming)” pada November
2015.
8. Apaka yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
proses pelaksanaanya?
Untuk pendukungnya sih SDMnya masih ada
yang fokus, tanamannya ada. Menumbuhkan
kerjasama dan daya ketertarikan pada
masyarakatnya untuk membudidayakan tanaman
berupa hasil yang didapatkan. Lahan juga bisa
menjadi pendukung memberikan semangat buat
menanamnya. Yang membuat program ini
menurun tidak mulus itu, Pertama memang
terbentur dana dari BPPT dan BPTPnya distop
sementara kita belum berjalan sebagus KWT di
pedesaan. Kedua anggota kami KWT Harmoni
tidak fokus, kenapa? Karena mereka untuk biaya
sehari-hari sudah punya cukup dari gaji
suaminya lalu mereka ga berharap banyak hanya
sekedar hobi, mengisi kekosongan waktu, iseng-
iseng menanam sayuran. Bila dibandingkan
dengan KWT yang ada di pedesaan mereka
berharap sekali bisa menambah biaya belanja
dapur. Yang ketiga kita temukan di lapangan klo
sayuran organik itu mahal karena dari pupuk
sampai semprotan hama kita buat sendiri tanpa
menggunakan bahan kimia jadi orang-orang
maunya praktis, murah dan gampang. Yang
keempat hama penyakit.
9.
Perubahan apa yang
telah dihasilkan dari
penerapan program
Memanfaatkan waktu senggang diisi dengan
yang lebih berguna. Melatih menanam biar ga
pikun tangan ga pada kaku trus ada hubungannya
Page 244
tersebut? dengan kesehatan juga loh seperti mencegah
penyakit alzhaimer gitu terus makanan organik
itu rasanya beda saja lebih fresh gitu dari pada
yang lainnya.
10. Adakah prestasi yang
diraih pada program
ini?
Sejauh ini kami belum menghasilkan prestasi
apa-apa.
11. Apa harapan dan
rencana ibu kedepannya
pada program agar
berkelanjutan dengan
baik?
Harapan dan rencana ibu sih ingin penempatan
SDMnya lebih tepat, jadi ada sarjana pertanian
atau orang yang lebih paham untuk mengolah
dan memberikan pengetahuan sementara kami
ini hanya ibu rumah tangga saja dengan berbagai
latarbelakang.
Page 245
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA PROGRAM KRPL
Nama: Lucia
Usia: 66 tahun
Alamat: Jl. Akasia 8 Blok D4/3
Pendidikan: D3 Financial Management
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Jumlah Anggota Keluarga: 5
Hari/ Tanggal/Tempat: Jumat, 26 Agustus 2016/ Majlis Ta’liem Darussalam
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah yang anda
ketahui tentang
KRPL? Mengapa
tertarik untuk
mengikuti program
ini?
KRPL itukan sebenernya pertanian untuk skala
rumah tangga dengan memanfaatkan lahan-lahan
kosong di rumah dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan keluarganya tapikan
tergantung dimana kita tinggal Kita belum bisa
sampai kesana karna buat ekonomi karena disini
bisa dibilang cukup..tetap hasil KRPL itu kita
konsumsi sendiri dan dijual tapi klo kita targetkan
buat sumber pangan ekonomi itu susah untuk disini
ya tapi klo itu dilakukan sama warga pinggiran sini
bisa saja terjadi. Kita bina mereka untuk menjadi
pendapatan kita kasih penyuluhan tentang cara
bertanam organik, pembibitannya trus hasil
tanaman mereka kita ambil kita beli karna kita udah
punya label harga perkilonya klo mereka ikut
menanam sesuai dengan yang kita ajarkan murni
organik nah dari sini aku tertarik dari pengen coba
rasanya menanam organik sendiri tuh kayak gimana
klo tanamannya panen tuh kayak ada rasa bangga
tersendiri gitu.
2. Sudah berapa lama
ibu mengikuti unit
program KRPL
disini?
Sudah dari 2013 itu awal mula dari pembinaan dari
BPPT dan BPTP Lembang sampai sekarang masih
menanam biarpun ga rajin tetapi ada yang bisa di
hasilkan kayak pohon cabe aku.
3. Apa saja tanaman
yang ibu
budidayakan?
Bagaimanakah proses
awal hingga siap
dipanen hasilnya?
Engga banyak si..dulu aku pernah nanam
kangkung, bayam, tomat, cabe, terong trus klo
sekarang cuma cabe doang aku tanam semua pake
organik mulai dari kompos trus pestisidanya semua
dari organik untuk membuat kompos organik
prosesnya dari milah sampah dulu, sampah bekas
siangan sayuran ga kita buang kita kubur ditanah
buat dimanfaatin jadi kompos trus klo pestisidanya
dibuat dari rempah-rempah bahan dasar dapur
kayak bawang-bawangan di blender trus dilarutkan
pakai air trus disemprot deh buat ngusir hamanya.
Nah waktu yang ditunggu sudah tiba waktunya
panen, klo panen itu sebaikanya pagi hari ketika
belum terlalu lama terkena sinar matahari karena
Page 246
kandungan airnya belum mengalami penguapan.
4. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengikuti program?
Wah pasti ada saja hambatannya mba buat nanam
tuh.. kayak hama tikus, ulat..ulat juga macem
macem ada ulat bawang di bawang merah ulat
tanah di tomat ulat buah di cabe klo udah kena
hama tuh jadi keganggukan tanamannya lalu
dukungan masyarakat karena kita bukan
masyarakat yang menegah kebawah untuk
ketertarikan langsung terjun kebawah agak susah.
Klo di taman depan nih pengasuh pulang nenteng
tomat, terong besar-besar yang kita tanam disana
aduh rasanya sedih gitu kita yang tanam orang yang
panen karna pengasuh di komplek sini itu pengasuh
yang pulang ke rumah itu sih kendala terberatnya.
Klo buat pendukungnya paling pengaruh tuh
semangat dari diri sendiri jangan anget angetan.
5. Kebutuhan apa yang
telah terpenuhi dari
adanya program ini?
Untuk kategori terpenuhi sih belum yak untuk aku
sendiri karena tergantung dari masing-masing
orang klo ia rajin nanam mungkin bisa mencukupi
kebutuhan dapurnya nah klo aku dulu sempat kayak
cabe, tomat, kangkung panen sendiri ga beli di
abang sayur. Klo untuk ke arah ekonominya belum
sih mba secara komunitas soalnya KWT kita itu
belum seperti KWT di pedesaan yang menjadikan
KRPL itu sebagai income dari rumah tangganya.
6. Apa saja manfaat dan
perubahan yang ibu
dirasakan setelah
mengikuti program?
Ditanya maanfaat sama perubahan tentu banyak
sekali yang kita dapatkan dari lahan sempit kita
manfaatkan buat menanam, merawat tanaman
sendiri kita tau klo itu segar dan aman trus halaman
rumah juga kelihatan indah nyaman karena
penghijauan yang kita lakukan, bisa bedakan klo
tanaman ada ulatnya itu organik ga pake pestisida
kimia itu, bisa tau sampah sayuran dapur yang
dipilah bisa digunakan menjadi kompos organik.
klo yang aku rasakan dikomunitas kita bisa saling
bagi-bagi pengalaman seputar tanaman, kasih
masukan ke ibu-ibu, trus yang paling penting
menjaga solid kita untuk terus melestarikan
lingkungan.
7. Dahulukan pernah
diberikan pembinaan,
Apa hasil yang
didapat untuk
program ini?
Iyah dulu ada pembinaan oleh pak Budiman dari
BPPT dan BPTP Lembang, kan dari sana awal
mula hadirnya KRPL. Kita diberikan pelatihan dan
penyuluhan kurang lebih setahunanlah disana kita
pernah berbagi hasil panen tanaman organik, diberi
pelatihan tentang membuat benih cabe, tomat,
membuat pupuk cair, kumpul-kumpul, rapat,
dibuatkan rumah bibit pada tahun 2013 pokonya
banyak deh ilmu baru yang kita dapatkan.
Page 247
8. Dampak apa yang
dirasakan dari
program ini?
Pasti ada dampak yang ditimbulkan dari program
ini paling engga pengetahuan kita tentang organik
meningkat, pola hidup yang lebih sehat karena kita
menanam sendiri jadi kita tau prosesnya, bisa
mengurangi sedikitnya anggaran belanja dari
tanaman itu untuk lingkungan dapat mengurangi
pencemaran udara, terutama gas CO2 yang akan
diserap oleh tanaman. Untuk ekonominya dari
KRPL kita belum bisa dijadikan pendapatan
sendiri. Lalu tahun 2012 dulukan di Taman Hijau
Pekayon banyak pepohonan buah seperti pisang,
rambutan, manga, marquisa yang tumbuh disana
selain mendapatkan lingkungan menjadi hijau ada
dampak lainnya yaitu sampah daun yang
berguguran dari pohon kita olah menjadi sampah
3R digiling dicacah lalu dijadikan sebagai bahan
baku kompos organik.
9. Menurut ibu seberapa
baik program ini
berjalan?
Dulu berjalan dengan lancar tapi setelah dilepas
berjalan seperti sekarang yang aktif mah aktif
menanam sendiri di rumahnya yang di lahan
kompos masih banyak masih dirawat dan sudah
dirawat oleh pekerja yang sudah kita tugaskan
untuk menyiram tapi masih ada yang suka kontrol
kesana.
10. Apa harapan dan
saran ibu agar
program KRPL untuk
kedepannya?
Waduh klo harapan mah kita mah dari pengurus
sudah jatuh bangun untuk lakukan apapun supaya
berhasil lagi kedepannya.
Page 248
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA PROGRAM KRPL
Nama: Hj. Wirda Zulfikar
Usia: 66 Tahun
Alamat: Jl. Cendrawasih 2 BPI blok A9/6
Pendidikan: D3 Guru
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga Pensiunan
Jumlah Anggota Keluarga: 2
Hari/ Tanggal/Tempat: Jumat, 26 Agustus 2016/ Majlis Ta’liem Darussalam
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah yang anda
ketahui tentang
KRPL? Mengapa
tertarik untuk
mengikuti program
ini?
KRPL itukan program pemerintah sebelumnya nah,
KRPL itu seperti kegiatan pertanian kota dengan
manfaatin halaman sempit agar bisa produktif
untuk menghasilkan sesuatu berupa pertanian dan
itu dimulai dari lingkungan rumah tangga, kantor,
di sekolah juga bisa dengan pengembangan
kebunnya ga cuma tanaman aja perikanan juga
termasuk loh. Saya suka karena konsepnya itu
semua menggunakan bahan organik jadi saya pikir
terjamin saja kualitasnya aman, segar apalagi kita
sendiri yang menananmya seperti tertantang saja
mampu tidak nih saya menanam sendiri.
2. Sudah berapa lama
ibu mengikuti unit
program KRPL
disini?
Sama seperti ibu-ibu yang lain saya ikut dari
pertama datang pak budiman dari BPPT dan BPTP
memberikan pembinaan, lanjut-lanjut sampai
sekarang sih ya meskipun udah ga ada binaan lagi
dari sana tapi berjalan sendiri saja bermanfaat
sekalikan ilmunya sayang klo ga dilanjutkan.
3. Apa saja tanaman
yang ibu
budidayakan?
Bagaimanakah proses
awal hingga siap
dipanen hasilnya?
Macam-macam tapi ga banyak juga, kita menanam
yang bisa dipanen dalam jangka pendek saja dulu
sempat menanam sayuran itu ada kangkung,
bayam, caisin, cabe, bawang putih untuk toganya
ada lidah buaya, sereh, kunyit saya rawat dengan
telaten sekali supaya pas panenya dapat hasil bagus
dari mulai pupuknya pestisidanya semua pakai
bahan organik karena dari pembinaan yang didapat
seperti itu karena lahan yang digunakan sempit kita
memakai model budidaya polybag, pot atau secara
vertikal seperti digantung, tempel bisa juga disusun
bertingkat menggunakan pipa paralon seperti di
rumah kompos. Setiap tanaman itu punya waktunya
sendiri untuk panen klo untuk cabe bisa 2-3 bulan
terus kangkung 3-4 mingguan bayam 3 mingguan
setelah itu panen bisa dituai hasilnya tapi harus
diperhatikan juga kondisi hasil panennya yang
masih segar nih akan mempengaruhi rasa, tekstur
dan keawetan masa simpannya. Mengapa kita
memakai pupuk organik? Karena banyak
Page 249
keunggulannya dan manfaatnya. Apa saja? Nih
seperti Tanaman lebih subur, Daun lebih cerah,
Tidak berbau, Ramah terhadap lingkungan, ada
bakteri yang menguntungkan.
4. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengikuti program?
Untuk hambatannya itu pasti ada ya seperti
serangga lalu tangan-tangan jahil perusak tanaman,
dulu sempat ada piket untuk sekedar kontol, bersih-
bersih sekitar lahan tanaman yang dikelola bersama
tapi ga berjalan piketnya karena pertama memang
ada pekerja yang menyiramnya terus ada ibu-
ibunya tuh yang bersikap mengandalkan. Yang
menjadi pendukung dari program ini berjalan tuh
pasti pengetahuan dari situ kita praktik mencoba
lalu mendapatkan pengalaman bertanam.
5. Kebutuhan apa yang
telah terpenuhi dari
adanya program ini?
Baru sekedar cukup untuk kebutuhan masak di
dapur ga beli di pasar lumayan bisa ngehemat uang
belanja apalagi klo harga bumbu masakan naik tuh
cabe, bawang putih untungnya masih menanam tapi
yang terpenting sih kebutuhan sehatnya dari
makanan yang kita tanam sendiri diolah sendiri lalu
dikonsumsi bersama keluarga atau klo ada lebihnya
dibagikan ketetangga atau klo mau tukar-tukaran
hasil panen supaya saling melengkapi saja.
6. Apa saja manfaat dan
perubahan yang ibu
dirasakan setelah
mengikuti program?
Klo kita lagi panen tuh ya difoto dipamerin di grup
WA ibu-ibu GPL ada rasa bangga tersendiri saja
ceritanya habis memanen dari situ kita
menularkankan disanalah ilmunya supaya ibu-ibu
lainnya semangat lagi untuk menanam lalu sebagai
sumber keindahan atau memberikan nilai estetika
dari tanaman yang ditata rapi, tempat rekreasi dan
belajar, trus klo letak lahannya berseblahan dengan
tetangga gitu bisa dipakai untuk kumpul-kumpul
atau melakukan kegiatan sosial lainnya.
7. Dahulukan pernah
diberikan pembinaan,
Apa hasil yang
didapat untuk
program ini?
Memperkenalkan klo menanam itu ga susah ko asal
rajin dan semangat kita dapat memperoleh hasilnya.
Lalu dari memanfaatkan barang-barang bekas
kayak sandal, ban motor bekas, karung bekas, botol
air mineral bisa menjadi wadah untuk bertanam
kemudian diberitahu macam-macam teknik
berkebun di lahan sempit seperti kami yang tinggal
diperkotaan ada hydroponik yang menggunakan air
sebagai medianya, diletakan bertingkat (vertikal)
digantung, ditempel sesuai luas halaman kita.
8. Dampak apa yang
dirasakan dari
program ini?
Banyak sekali dampak yang saya rasakan ya
terutama untuk kesehatan bisa merubah cara hidup
menjadi lebih sehat lalu keterampilan kita
bertambah dalam berbudidaya sedikitnya bisa
menghemat biaya belanja dapur lalu pekarangan
Page 250
rumah hijau diisi dengan tanaman yang bermanfaat
klo ada lebihnya dibagikan ketetangga nah dari situ
ada rasa tolong menolong antar anggota ketika ada
anggota atau keluarga anggota sakit kita
berkunjung.
9. Menurut ibu seberapa
baik program ini
berjalan?
Klo ditanya seberapa lancar si belum ya untuk
komunitasnya tapi untuk perorangan dari kita masih
ada ibu-ibu yang bertanam lalu panen
menghasilkan biarpun hanya dikonusmsi sendiri
saja.
10. Apa harapan dan
saran ibu agar
program KRPL untuk
kedepannya?
Harapan sih supaya program KRPL ini dapat
berkembang lebih baik lagi, ibu-ibunya aktif dan
semangat kembali gitu untuk bertanam sehat dan
organik di halaman rumahnya.
Page 251
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA PROGRAM KRPL
Nama: Isa Fitri
Usia: 53 Tahun
Alamat: Jl. Akasia 8 Blok D 4/5
Pendidikan: S1 Hukum
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Jumlah Anggota Keluarga: 4
Hari/ Tanggal/Tempat: Jumat, 26 Agustus 2016/ Majlis Ta’liem Darussalam
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah yang anda
ketahui tentang
KRPL? Mengapa
tertarik untuk
mengikuti program
ini?
Bertani diidentikan menanam di lahan luas yang
berhektar-hektar tapi sekarang ini lahan-lahan itu
hilang dipakai untuk kepentingan bangunan, jalan,
pabrik apalagi di perkotaan lahan kosongnya sudah
makin sempit nah bagaimana caranya penduduk
perkotaan diharapkan lahan-lahan terbatas dirumah
dan perkotaan itu dimanfaatkan untuk kegitan
bercocok tanam yang ramah lingkungan seperti
coba menanam mandirilah sesuatu yang kita makan
itu lalu diharapkan menghasilkan uang dari
program KRPL ini tapi untuk disini belum bisa
karena lingkungan kita memang bukan yang dapat
menghasilkan uang dari sana klo dilihat masyarakat
sini bukan menengah kebawah. Ketertarikannya itu
dari kepengen coba bercocok tanam trus karna
hobi juga si seneng saja klo rumah banyak
tanamannya terlihat adem sejuk gitu kuncinya klo
kita rajin pasti berhasil.
2. Sudah berapa lama
ibu mengikuti unit
program KRPL
disini?
Sejak perkenalan dari BPTP itu tertarik dengan
presntasinya terus ada rasa ingin coba lalu ikutlah
menjadi anggota, mereka tuh datang pas tahun
2013.
3. Apa saja tanaman
yang ibu
budidayakan?
Bagaimanakah proses
awal hingga siap
dipanen hasilnya?
Ga banyak sih ya untuk dikonsumsi sendiri saja
sekarang mah masih ada daun salam, cabe rawit,
bawang merah, sawi, kangkung yang jangka
pendek saja ditanamnya biar cepat dipanen
ditanamnya juga pakai rak disusun bertingkat..
terus belimbing wuluh, daun pandan, lidah buaya
dari toganya paling sirih aja sih trus ada juga
tanaman hias bunga kamboja jepang 3 pot ada
mawar merah juga sudah besar, tinggi. Untuk
prosesnya itu pasti menyiapkan benih yang
berkualitas baik karena benih salah satu faktor
paling mahal dan mempengaruhi potensi hasil,
benih yang kita didapat itu dari jatah yang
dibagikan oleh ibu suko atau klo ga mau repot kita
bisa beli sendiri sekarang benih sudah pada murah
atau benih bisa didapatkan dari menyemai sendiri
Page 252
bijinya nah paling setiap tanaman sayuran diatas
kita menggunakan organik semua medianya dari
pupuk sampai semprotan pestisidanya dan itu kita
yang buat sendiri jadi memanfaatkan sampah-
sampah nah sampah itu ada yang organik dan
anorganik, kita pilah sampah untuk membuat pupuk
sudah pasti sampah organik yang dipakai dikubur
dulu dalam tanah selama 40harian nah klo yang
anorganik dipisahkan untuk diserahkan ke bank
sampah GPL kita dan dimanfaatkan untuk macam-
macam. Pupuk organik juga macam-macam ada
padat dan cair disini juga kita memproduksi pupuk
organik yang material organiknya dari sampah sisa
tanaman, dedauan kering komplek yang sudah ada
tong sampah besar khusus untuk itu yang nanti
diangkut dengan baktor lalu setelah jadi kompos
kita jual untuk pemasukan kas YGPL. Oh iya
tanamannya jangan lupa disiram jangan lupa juga
disemprotkan pestisida organik supaya tidak
terjangkit penyakit tanaman pokonya serba organik
kan supaya hasil panenya sehat.
4. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengikuti program?
Musim sih bisa menjadi penghambatnya seperti
kurang sinar matahari, ancaman kejenuhan untuk
ibu-ibu karena serangan hama sitikus, SDMnya
karena kendalanya soal ibu-ibu yang gamau gerak
kembali lagi latar belakang ekonominya seperti “itu
bukan pekerjaan aku ko”, partisipsi masyarakatnya
untuk mengola secara komunitas perlu ditingkatkan
lagi. Untuk pendukungnya sih ketertarikan dan
kesadaran mereka sendiri sih tapi sebagai anggota
kita perlu juga memberikan dukungan untuk yang
kendur-kendur nih bertanamnya.
5. Kebutuhan apa yang
telah terpenuhi dari
adanya program ini?
Hasil panen sayuran jika sedikit dikonsumsi sendiri
sama keluarga saja tapi klo banyak dikumpulin
untuk dijual lalu hasil jualan itu diputar untuk
anggotanya ya seperti..untuk merapikan wadah
rusak-rusak.
6. Apa saja manfaat dan
perubahan yang ibu
dirasakan setelah
mengikuti program?
Manfaat yang didapatkan itu kita lebih peduli
makanan yang akan dikonsumsi dengan memenuhi
bahan makanan segar, untuk lingkungan itu
mengurangi polusi, meyengarkan udara dari
pepohonan dan tumbuhan hijau sebagai penghasil
oksigen terus degan panen di rumah mengurangi
pemakaian bahan-bahan plastik sebagai
pembungkus bahan makanan yang biasa kita beli di
pasar lalu menghemat BBM karena tidak ada biaya
transport yang dibutuhkan membeli sayur mayur di
pasar terus di facebook, saya berteman dengan
Page 253
teman-teman yang menanam secara hydroponik
biarpun tidak terjun langsung sih nanti setiap
pengetahuan itu saya bagikan ke ibu-ibu GPL.
Program ini juga turut dalam penyelamatan
lingkungan dengan pengelolaan sampah melalui
gerakan 3R (reuse, reduse, recycle).
7. Dahulukan pernah
diberikan pembinaan,
Apa hasil yang
didapat untuk
program ini?
Ada pembinaan dari BPPT dan BPTP sama dispera
saja banyak si pembinaan dan penyuluhan dari
mereka dari sana kita pasti mendapatkan
pengetahuan yang bertambah mengenai pertanian
kota skala rumah tangga, relasi dengan komunitas
lain juga meluas misalnya menghadiri acara
undangan dari dispera bertemu dengan Kelompok
Tani Sayur se Kota Bekasi pada 2015 lalu.
8. Dampak apa yang
dirasakan dari
program ini?
Dampak seperti hubungan antar anggota semakin
erat, kita saling bertegur sapa kemudian
mengurangi impor sayuran, lingkungan sekitar juga
jadi sehat membantu mengurangi dampak
pemanasan global sampah rumah tangga juga dapat
diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat,
Pemahaman kita lebih mendalam dan meluas
mengenai bertani yang bukan cuma gaya hidup tapi
meningkatkan rasa peduli masyarakat terhadap
kualitas makanan, gizi dari makanan organik segar
yang ditanam sendiri. Bayangin klo kita selalu
mengonsumsi makanan tidak sehat, dampak buruk
pasti ada walau ga dalam jangka pendek.
9.
Menurut ibu seberapa
baik program ini
berjalan?
Akhir dari sebuah program itukan keberlanjutan
ya..keberalanjutan itukan seperti kemandirian
secara perorangan masih ada yang melakukannya
dari sekian anggota, tapi mandiri secara komunitas
itu yang belum bangkit lagi semangatnya naik
turun.
10. Apa harapan dan
saran ibu agar
program KRPL untuk
kedepannya?
Semoga kedepannya KRPL kami dapat berjalan
kembali tidak terhenti lalu untuk pemuda-
pemudinya dapat meneruskan program-program
karena umur kami yang tidak lagi muda kemudian
meningkatan kapasitas sdm masyarakatnya.
Page 254
TRANSKIP WAWANCARA DENGAN ANGGOTA PROGRAM KRPL
Nama: Yuni Kahar
Usia: 54 Tahun
Alamat: Blok A9/9
Pendidikan: Sarjana Muda Perbankan
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Jumlah Anggota Keluarga: 3
Hari/ Tanggal/Tempat : Jumat, 26 Agustus 2016/ Majlis Ta’liem Darussalam
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah yang anda
ketahui tentang
KRPL? Mengapa
tertarik untuk
mengikuti program
ini?
Program KRPL itu apa yaa.. pertanian buat para
petani perkotaan seperti kita turut ikut memikirkan
nasib pembangunan pertanian kedepannya..di kota
kita bisa ko menanam seperti petani desa bedanya
menanam kita itu ga harus membutuhkan lahan luas
dimulai dari lingkungan rumah karena lebih praktis
biarpun cuma lahan terbatas bisa dimanfaatkan
untuk kegiatan bercocok tanam nanam apa gitu
kebutuhan dapur dan pengolahan makanan dari
lahan rumah yang tadinya tidak produktif cuma
tumbuh tanaman liar kita ubah jadi kegiatan yang
menghasilkan untung bagi pemiliknya dan
kelebihan kita bertanam itu organik. Klo sudah
hobinya bercocok tanam bisa dilakukan dimana
saja nah dari lahan yang terbatas itu kreatifitas kita
dibutuhkan ga ada alasan untuk ga bisa bercocok
tanam dan kita ga harus tahu banyak tentang
pertanian hanya dibutuhkan kemauan untuk
memulai dan komitmen untuk menjaganya.
2. Sudah berapa lama
ibu mengikuti unit
program KRPL
disini?
Klo saya sih pas program ini baru-barunya sedang
ada pembinaan ikut kegiatan pelatihan dari sana.
3. Apa saja tanaman
yang ibu
budidayakan?
Bagaimanakah proses
awal hingga siap
dipanen hasilnya?
Di rumah saya paling ada cabe, bayam, kangkung
3xpanen tanahnya diganti, seledri, salada, terong,
sawi, daun katuk, kunyit, ya gitu gitu ajalah ga
banyak nah dekat rumah saya ada ibu Wuri
Sugiman di rumahnya beliau banyak menanam ada
buah lengkeng, buah nangka, terus jeruk limau
dibikin minuman, belimbing wuluh buat tambahan
nyayur, lalu sayuranya ada bayem, cabe, kangkung,
seledri, bawang putih, tomatnya suka dibuat jus,
untuk toganya serai, sirih merah klo sudah bosan
saya suka dibagiin ketetangga, cincau, binahong,
jahe terus beliau pelihara ikan patin, gurame ditaro
enceng gondok dikolamnya, lele, masih pada kecil-
kecil. Tempatnya pakai bekas talang air, bamboo
disusunnya tingkat-tingkat atau ditempel di tembok.
Page 255
Dari proses menanam kita hanya perlu memberikan
apa saja yang dibutuhkan tanaman untuk hidup dan
tumbuh hingga panen.
4. Apakah yang menjadi
faktor pendukung dan
penghambat dalam
mengikuti program?
Suka ada rasa malas gitu untuk memulai lagi
sewaktu-waktu tanaman kita gagal panen karena
serangan hamalah digigitin tikus pada bolong atau
kadang lupa menyiram kesalahan kecil tapi bisa
memberikan kerugian jugakan. Ibu-ibu klo di
rumahnya lagi ada yang panen gitu suka dishare ke
grup..”ih si ibu ini aja bisa masa saya ga” ada rasa
seperti itu terus saya mulai lagi menanamnya
karenakan hasil panennya kita-kita juga yang
mengkonsumsinya apalagi organik sehat.
5. Kebutuhan apa yang
telah terpenuhi dari
adanya program ini?
Kebutuhan paling klo sedang panen kita petik
diolah sendiri menjadi lauk dirumah lumayan ga
belanja tapi untuk bahan baku yang lainnya kita
masih suka belanja di pasar atau klo lagi ga nanam
beli diabang sayur sini lalu makanan kita lebih
terkontrol karena asupan sayuran kita sedikit
kurangnya masih ada yang menggunakan organik
lebih sehatlah terjamin bebas dari zat-zat
berbahaya.
6. Apa saja manfaat dan
perubahan yang ibu
dirasakan setelah
mengikuti program?
Sekarang Ibu-ibu si masih pada ikutserta masih ada
perhatiannyalah klo ada pertemuan-pertemuan
tentang program tapi tindaklanjutnya itu belum ada.
Lingkungan kita tuh jadi bersih, lingkungan juga
berkualitas komplek inikan menjadi titik pantau
adipura berkat perhatiannya pada penghijauan,
pelestarian lingkungan, dengan melihat tanaman
tuh mengurangi kejenuhan setelah seharian
beraktivitas bekerja atau sekolah yang dikatakan
suami sama anak-anak saya lalu rumah juga sejuk.
7. Dahulukan pernah
diberikan pembinaan,
Apa hasil yang
didapat untuk
program ini?
Memperkenalkan kepada kita ada banyak cara
menyenangkan untuk memulai bercocok tanam di
lahan sendiri ga sulit dan ga membosankan lalu
tentang cara-cara mengusir hama pengganggu lalu
tentang bertani secara organik semuanya memakai
media organik.
8. Dampak apa yang
dirasakan dari
program ini?
Yang pasti bisa menghemat terus menumbuhkan
kebiasaan sehat, mengurangi kemungkinan terkena
berbagai penyakit kita juga mempunyai banyak
kesempatan untuk menikmati hasil panen
sayur..lalu mengurangi kekhawatiran karena kita
menanam sendiri, berusaha semaksimal mungkin
mengkonsumsinya karena ada rasa sayang klo
membuangnya begitu saja..rasa bertanggung jawab
penuh dari proses menanam yang kita
miliki..banyak masyarakat tuh tertarik dengan
Page 256
program kita seperti diundang menjadi narasumber
dalam memberikan pelatihan gitu..YGPL berdiri
untuk melestarikan lingkungan kemudian kita
makin dikenal juga dikalangan sekolah, universitas.
9. Menurut ibu seberapa
baik program ini
berjalan?
Klo yang saya rasakan program ini sih belum
sampai meningkatkan pendapatan yang diharapkan
dari tujuan adanya KRPL, klo pun pernah uang
belanja itu paling sedikit saja masih ada bahan-
bahan baku dapur lainnya yang kita beli di pasar
tapi yang lebih penting sih mendapatkan sehat.
10. Apa harapan dan
saran ibu agar
program KRPL untuk
kedepannya?
Harapannya si supaya program ini terus berlanjut
ga berhenti lalu ikutserta dari masyaraktnya
digerakan kembali karena KRPL kita lagi ga aktif
ga seperti dulu ketika awal tahun pembinaan.
Page 257
HASIL OBSERVASI
1. Nama : Ir. H. Sukowitono
2. Usia : 66 Tahun
3. Pendidikan : Teknik Geologi
4. Pekerjaan : Pensiunan
5. Lama mengikuti program :
6. Waktu : Senin, 22 Agustus 2016/pukul 16.30 wib
Deskripsi Makna
Pada pertemuan kali ini, sudah kali ketiga
peneliti bertemu dengan informan. Pertama
kali bertemu ketika peneliti wawancara
sebatas mengetahui gambaran umum
YGPL dari Bapak Suko. Bapak Suko ketua
RW 011-Pekayon dan beliau juga sebagai
ketua dari Rumah Kompos yang mana
dalam perannya memberikan kontribusi
pada program KRPL dalam hal pengolaan
pupuk organik. Karena beliau memiliki
kontribusi pada program KRPL, dalam
wawancara yang peneliti lakukan memiliki
pandangan baru seputar program KRPL.
Ketika hari wawancara, beliau sedang
mengganti buah bintaro yang mana
manfaatnya dapat mengusir tanaman dari
gangguan hama tikus. Selain itu, jika di
diletakan di sudut rumah dapat mencegah
tikus masuk masuk ke dalam rumah.
Tanaman buah bintaro biasa ditemukan di
area perumahan dan TOL. Caranya dengan
menaruh buah bintaro di setiap sudut
rumah dan pot dijamin tanaman dan rumah
terlindungi dari gangguan tikus.
Bedasarkan hasil observasi,
peneliti mendapatkan sudut
pandang yang berbeda pada
pembahasan dampak yang
KWT Harmoni dapatkan
dalam penerapan program
tersebut. Selain itu peneliti
mendapatkan pengetahuan
baru seputar mengusir hama
tikus menggunakan buah
bintaro. Yang mana jika
diltemukan di perumah dan
TOL, buah tersebut hanya
jatuh tergeletak tidak
dimanfaatkan oleh pemilik
rumah maupun orang
sekitar. Peneliti pun
mencoba cara tersebut
dirumah.
Page 258
1. Nama : Ibu Rustinah Hasan
2. Usia : 65 Tahun
3. Pendidikan : Universitas Brawijaya
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Lama mengikuti program :
6. Waktu : Sabtu, 27Agustus 2016/ pukul 10.10 wib
Deskripsi Makna
Pada sabtu 27 Agustus lalu, peneliti
melakukan wawancara dengan Ibu Rustina.
Beliau adalah ketua dari YGPL. Pada saat
melakukan wawancara beliau sangatlah
terbuka dan sangat ramah. Terbukti ketika
pertemuan awal dengan peneliti Ibu
Rustina dengan mudah melakukan
komunikasi dan beradaptasi dengan
peneliti. Ketika wawancara peneliti turut
diajak aktif dengan mewawancarai
pengurus yang datang kala pertemuan itu
agar peneliti kenal dengan semua pengurus
dan mendapatkan jawaban yang bervariasi
dari berbagai sudut pandang. Saat itu
wawancara dilakukan di rumah bunda
SEHAT. Yang mana sedang diadakan
perkumpulan bersama wakil tim dari
Indomart, Sari Husada dan Rumah zakat
untuk pengukuhan pengurus di rumah
bunda SEHAT. Setelah melakukan
wawancara, dilanjutkan dengan acara
makan siang bersama. Dari sana peneliti
mendapatkan ilmu kembali, yang mana
sampah sisa makanan tersebut
dikumpulkan terpisah dengan gelas bekas
air mineral yang nantinya sisa makanan
tersebut dapat didaur ulang menjadi
kompos.
Bedasarkan hasil obesrvasi.
Ibu Rustina hasan orang
yang sangat luas
wawasannya dan juga sangat
berpengalaman dalam
berorganisasi, namun beliau
memiliki sifat tegas dalam
keramahannya. Dari beliau
peneliti mendapatkan
jawaaban wawancara yang
sangat beragam. Selain itu,
peneliti melihat pemilahan
sampah yang dilakukan oleh
ibu-ibu YGPL setelah
perkumpulan selesai.
Aktivitas tersebut selalu
dilakukan dalam berbagai
acara.
Page 259
1. Nama : Ibu Siti Nurul
2. Usia : 59 Tahun
3. Pendidikan : SMA Medan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Lama mengikuti program : Tiga Tahun
6. Waktu : Senin, 22 Agustus 2016/pukul 17.12 wib
Deskripsi Makna
Peneliti bertemu dengan informan sudah
lebih dari dua kali bertemu. Sebelumnya,
peneliti tidak mengenalnya, hanya saja
ketika datang dan melakukan perkenalan
awal penelitian dengan ibu Lala beliau
memperkenalkan peneliti dengan Ibu Siti
Nurul Karena keterkaitan judul peneliti.
Saat bertemu dia dan melakukan
wawancara ia jawab secara rapi dan
terstruktur. Gaya bicaranya yang
terstruktur membuat peneliti ingin terus
menggali segala informasi mengenai
program KRPL. Berbagai dampak ia
sebutkan dari keuntungan aktivitas
menanam. Sore hari itu dirumah Ibu
Nurul, peneliti melihat suami dari beliau
sedang melakukan penyiraman tanaman
di lahan pekarangnya. Dengan
menggunakan selang panjang dan
semangat beliau dapat menyelesaikan
aktivitas menyiramnya tersebut.
Menurutnya sore hari itu waktu yang
tepat untuk melepas penat setelah
seharian beraktivitas di luar karena
matahari mulai menenggelamkan diri
yang membuat cuaca di lingkungan tidak
terasa panas.
Bedasarkan observasi,
informan merupakan orang
yang terbuka, jujur. Dia
merasakan ada manfaat
tersendiri juga dari menanam
kebutuhan makanan di lahan
pekarangan sendiri. Sebelum
melakukan wawancara,
peneliti melihat aktivitas
suami dari Ibu Nurul yang
melakukan penyiraman
tanaman menggunakan air dari
keran rumahnya yang
bertujuan agar tanaman
tersebut tidak kekurangan air.
Page 260
1. Nama : Ibu Lucia
2. Usia : 66 Tahun
3. Pendidikan : D3 Financial Management
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Lama mengikuti program :Tiga Tahun
6. Waktu : Jumat, 26 Agustus 2016/pukul 10.30 wib
Deskripsi Makna
Pada tanggal 26 bulan Agustus pertama
kali peneliti bertemu denga Ibu Lucia.
Gaya bahasa tubuh yang saling
berhadapan menandakan jika Ibu Lucia
sangat antusias dengan wawancara
peneliti. Ibu Lucia orang yang terbuka,
informasi seputar pertanyaan wawancara
ia jawab dengan jelas dan rinci. Gaya
bahasanya yang ramah dan terbuka
membuat peneliti selalu menyimak setiap
kata patah yang diucapkannya. Apalagi
ketika membicarakan mengenai dampak
program KRPL bagi dirinya dan
keluarganya, karena banyak manfaat
yang ia rasakan dari berjalannya
program. Dia sangat pintar membuat
orang menyimak dan menjadi pusat
perhatian pada wawancara dengan
peneliti. Ketika itu wawancara dilakukan
di tempat majlis ta’lim darusslam.
Peneliti hanya ditunjukan slogan-slogan
dan pamflat YGPL dalam mengajak
masyarakat Perumahan Pondok Pekayon
Indah agar melakukan penghijauan. Saat
itu cuaca yang mendung membuat
lingkungan sekitar perumah menjadi
lebih asri, teduh dan sejuk.
Bedasarkan observasi yang
peneliti lakukan, informan
merupakan orang yang apa
adanya dalam menjawab
setiap pertanyaan. Ia
menyatakan jika program
sedang mengalami penurunan
dalam penerapan kemudian
menjelaskan hambatan yang
dialami dalam penerapan
program tersebut. Dia
memiliki pendapat yang
berbeda sesuai dengan apa
yang sedang ia rasakan. Lalu
Peneliti merasakan sendiri
manfaat dari penghijaun
lingkungan. Ketika peneliti
berjalan-jalan disekitar
perumahan suasana
lingkungan yang teduh asri
peneliti rasakan saat itu.
Page 261
1. Nama : Ibu Hj. Wirda Zulfikar
2. Usia : 66 Tahun
3. Pendidikan : D3 Guru
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Lama mengikuti program : Tiga Tahun
6. Waktu : Jumat, 26 Agustus 2016/pukul 11.10 wib
Deskripsi Makna
Ketika pertama kali bertemu dengan Ibu
Wirda kesan pertama yang peneliti
dapatkan adalah dia orang yang sangat
ramah dan tidak menggurui ketika sedang
memberikan jawaban atas pertanyaan
peneliti. Gaya dalam menjawab pertanyaan
membuat peneliti seperti bertanya dengan
teman yang tidak jauh dalam pautan umur
namun peneliti masih sopan. Jawaban yang
jelas, rinci dan tidak melebihkan itu yang
peneliti dapatkan apalagi ketika peneliti
bertanya seputar dampak yang ia rasakan
dari penerapan program KRPL, ia
menjelaskan dengan antusias dalam
memaparkan jawabannya. Sama dnegan
ibu lucia, peneliti melakukan wawancara
dengan Ibu Wirda di majlis ta’liem
Darussalam. Wawancara terlaksana setelah
para ibu-ibu selasai menghadiri pengajian
rutin yang diadakan setiap hari jumat. Ibu
Wirda hanya menceritakan saja prosesn ia
bertanam dan kendala-kendala yang ia
temukan dalam bertani.
Bedasarkan observasi,
informan merupakan orang
yang menjawab sesuai
dengan yang ia rasakan.
Peneliti diajak berpikir juga
tidak semata-mata ia
menjawab pertanyaan saja.
Dari sana peneliti
mendapatkan jawaban yang
lebih bervariasi.
Page 262
1. Nama : Ibu Isa Fitri
2. Usia : 53 Tahun
3. Pendidikan : S1 Hukum
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Lama mengikuti program : Tiga Tahun
6. Waktu : Jumat, 26 Agustus 2016/pukul
12.10 wib
Deskripsi Makna
Pertama kali yang peneliti rasakan ketika
bertemu dengan Ibu Isa Fitri, ia
merupakan informan yang sangat santai.
Saat bertemu ia langsung menanyakan
kabar peneliti dan menanyakan
ketertarikan peneliti dengan program
KRPL. Setiap pertanyaan dijawab
dengan jelas dan detail. Dia
menceritakan dengan santai bahkan dia
menceritakan sambil tertawa namun
tetap serius. Setiap pertanyaan dijawab
sesuai dengan yang ia dapatkan dalam
proses penerapan di lapangan. Setelah
selesai melakukan wawancara, Ibu Isa
mengajak peneliti berkeliling sekitar
komplek PPI. Lalu kami mengahampiri
rumah Ibu Wuri Sugiman. Disana
peneliti melihat banyak tanaman sayuran
yang sedang tumbuh ada cabe, seledri,
bayam, daun sirih, jeruk limau, buah
kelengkeng lalu belimbing wuluh dan
macam lainnya. Tanaman tersebut
sedang dalam masa menunggu waktu
panen saja. Lingkungan rumah Ibu Wuri
peneliti rasakan sangatlah indah, nyaman
dan teduh.
Bedasarkan hasil observasi
ditemukan, informan
merupakan orang yang jelas
dan detail dalam setiap
pertanyaan peneliti. Selain itu
ia juga mudah beradaptasi
sehingga membuat peneliti
tidak canggung. Peneliti
mendapatkan informasi
mengenai dampak yang ia
rasakan. Lalu peneliti
berkeliling komplek untuk
melihat suasana perumahan
yang bersih dan sejuk.
Page 263
1. Nama : Ibu Yuni Kahar
2. Usia : 54 Tahun
3. Pendidikan : Sarjana Muda Perbankan
4. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
5. Lama mengikuti program : Tiga tahun
6. Waktu : Jumat, 26 Agustus 2016 pukul 11.40 wib
Deskripsi Makna
Pada hari Jumat, 26 Agustus peneliti
pertama kali bertemu dengan Ibu Yuni,
sama dengan informan lainnya kecuali
dengan ibu Siti Nurul. Dia menjawab
pertanyaan peneliti dengan sesuai
dengan apa yang peneliti tanyakan, ia
juga orang yang ramah. Ketika
wawancara dia lebih pendiam dari
informan lainnya, namun tetap menjawab
pertanyaan dengan jelas. Ia pun bercerita
tentang dampak yang ia rasakan ketika
sedang bertani di lahan pekarangannya.
Keseluruhan Dampak yang ia rasakan
adalah dampak positif, hanya saja
terdapat kendala dalam perjalanan
program tersebut di lapangan. Setelah
melakukan wawancara, Peneliti pergi ke
taman hijau pekayon. Yang mana
ditaman tersebut banyak ditumbuhi
dengan pohon manga, undak-undakan.
tanaman yang berisi tanaman sayuran
hias saja, namun sayang undak-undak
tersebut rusak tidak hanya banyak pohon
ditaman tersebut difasilitaskan dengan
taman bermain anak-anak, tempat
bermain basket, 2 tong sampah besar
untuk sampah organik dan sampah
anorganik.
Bedasarkan hasil observasi,
informan merupakan orang
yang menjawab ketika kita
bertanya seputar pertanyaan
wawancara. Setelah tiga tahun
menerapkan program tersebut
tentu ada pencapaian yang
naik dan turun yang ia rasakan
secera individu dan kelompok.
Keseluruhan hanya dampak
positif saja yang dirasakan.
Peneliti pergi ke taman hijau
Pekayon yang man ataman
tersebut pernah ada
Page 264
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Page 265
DAFTAR ANGGOTA KWT HARMONI PONDOK PEKAYON INDAH
KELURAHAN PEKAYON JAYA KECAMATAN BEKASI SELATAN
NO NAMA ANGGOTA ALAMAT
1. Rustinah Hassan B 5 No. 8
2. Wirda Zulfikli A 9 No. 6
3. Ny. Hardiman A 9 No. 12
4. RochanaArief B 9 No. 17
5. Elis Agus A 9 No. 1
6. Yuni kahar A 9 No. 9
7. Jumini B 212 No. 3
8. Dyah Teddy A 2 No. 1
9. Imar Amrun B 12 No. 8
10. Nur Mutmainah B 6 No. 9
11. Sri Widodo A 10 No. 10
12. Nuriyah C 6 No. 19
13. Ny. Soeharjono D 7 No. 22
14. Ny. Robert A 9 No. 24
15. Lala Gozali C 1 No. 8
16. Julianti Ruddy D 2 No. 11
17. Mamaiek Sutaji C 4 No. 1-2
18. Ny. Sukamto C 4 No. 12
19. Ny. Warsino D 1 No. 2
20. Hasnah C 4 No. 3
21. Ani azmi B 1 No. 5
22. Windy Usman B 4 No. 4
23. Sri Rejeki B 2 No. 6
24. Wuri Sugiman B 4 No. 2
25. Hera Muslich D 2 No. 2
26. Ny. Wahyu D 4 No. 4
27. Nurul Suko C 3 No. 3
28. Ny. Indrajit D 2 No. 11
29. Indah Bisri B1 No. 4
30. Ny. Memed B 2 No. 2
31. Rita Panggabean C 2 No. 7
32. Masnem A 6 No. 2
33. Topo A 6 No. 1
34. Sri Pramono B 10 No. 19
35. Nurul Aini B 10 No. 5
36. Aziati DD 2 No. 9
37. Suwarti C 10 No. 9
38. Dewi R A 6
39. Lucia D 4 No. 3
40. Iyut Djohrowi A 3 No. 1
41. Lara M A 2 No. 4
Page 276
DOKUMENTASI
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Keadaan saung bibit pada tahun 2016 setelah tanamannya dipindahkan ke rumah
kompos dan tiga tempat sampah organik dan anorganik yang terdapat di Taman
Hijau Pekayon
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Wawancara peneliti dengan empat ibu dari Kelompok Wanita Tani (KWT)
Harmoni setelah acara pengajian bersama Ibu-ibu Majlies Taliem Darussalam
Page 277
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Keadaan tanaman sayuran yang terawat dan teramankan setelah ditempatkan di
Rumah Kompos dengan menggunakan barang bekas sebagai wadah dan polybag
dengan teknik vertikal
(Sumber: Dokumentasi Peneliti)
Kegiatan mengaji di Majlies Taliem Darussalam dan senam bersama yang
dilakukan oleh Ibu-ibu YGPL Pekayon dalam menjaga keakraban antar
anggota