ETNOMATEMATIKA PADA CANDI BOROBUDUR Latifah Septi Cahyati Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Prodi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purwokerto [email protected]ABSTRAK Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, hal itu yang menyebabkan matematika sulit dipahami. Hasil ini disebabkan karena pembelajaran yang kurang inovatif. Maka dari itu diperlukan inovasi dalam pembelajaran matematika, salah satu pembelajaran yang inovatif adalah dengan menggunakan pendekatan budaya atau yang biasa disebut Etnomatematika. Salah satu bentuk etnomatematika yang menarik untuk dieksplorasi yaitu pada candi Borobudur. Candi Borobudur memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan dikarenakan candi Borobudur memiliki nilai Historis yang sudah melekat dengan masyarakat, Kontekstual dan bisa digunakan dalam memudahkan pemahaman siswa terhadap matematika. Terkhusus pada bentuk dari bagian relief dan stupa Candi Borobudur yang erat kaitnya dengan pembelajaran matematika. Melalui Etnomatematika pada Candi Borobudur ini siswa bisa memahami pelajaran matematika, khususnya pada materi geometri, perbandingan dan penjumlahan. Etnomatematika Pada Candi Borobudur 1
42
Embed
etnomatematika candi borobudur mata kuliah seminar pendidikan matematika
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ETNOMATEMATIKA PADA CANDI BOROBUDUR
Latifah Septi Cahyati
Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Prodi Pendidikan Matematika
Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logik, matematika bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, hal itu yang menyebabkan matematika sulit dipahami. Hasil ini disebabkan karena pembelajaran yang kurang inovatif. Maka dari itu diperlukan inovasi dalam pembelajaran matematika, salah satu pembelajaran yang inovatif adalah dengan menggunakan pendekatan budaya atau yang biasa disebut Etnomatematika. Salah satu bentuk etnomatematika yang menarik untuk dieksplorasi yaitu pada candi Borobudur. Candi Borobudur memiliki potensi yang bisa dimanfaatkan dikarenakan candi Borobudur memiliki nilai Historis yang sudah melekat dengan masyarakat, Kontekstual dan bisa digunakan dalam memudahkan pemahaman siswa terhadap matematika. Terkhusus pada bentuk dari bagian relief dan stupa Candi Borobudur yang erat kaitnya dengan pembelajaran matematika. Melalui Etnomatematika pada Candi Borobudur ini siswa bisa memahami pelajaran matematika, khususnya pada materi geometri, perbandingan dan penjumlahan.
Bagian-bagian pada Candi Borobudur memiliki potensi dimanfaatkan
sebagai bahan ajar dalam pembelajaran matematika yang inovatif dikarenakan
Candi Borobudur lekat sekali dengan Masyarakat, dan merupakan pembelajaran
yang kontekstual. Didalamnya mengandung berbagai konsep-konsep
pembelajaran matematika.
Rumusan permasalahan penelitian ini yaitu a) Bagaiamana keterkaitan
pembelajaran Etnomatematika pada Candi Borobudur dengan? b) Bagaimana
pembelajaran matematika pada relief dan stupa Candi Borobudur pembelajaran ?
Tujuan dalam penelitian ini yaitu a) Mengetahui keterkaitan
Etnomatematika pada Candi borobudurdalam pembelajaran matematika. b)
mengetahui ada kaitnya bentuk relief dan stupa candi borobudur dalam
pembelajaran matematika.
Etnomatematika Pada Candi Borobudur 3
KAJIAN PUSTAKA
Etnomatematika
Istilah ethnomathematics yang selanjutnya disebut etnomatematika
diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang matematikawan Brasil pada tahun 1977.
Definisi etnomatematika menurut D'Ambrosio adalah:
“The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural context and therefore includes language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffix tics is derived from techné, and has the same root as technique” (Rosa & Orey 2011). (Indra Rahmawati, 2013 : 3)
Sedangkan secara istilah etnomatematika diartikan sebagai:
"The mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as national-tribe societies, labour groups, children of certain age brackets and professional classes" (D'Ambrosio, 1985) Artinya: “Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional" (D'Ambrosio, 1985). (Indra Rahmawati, 2013 : 3)
Istilah tersebut kemudian disempurnakan menjadi:
"I have been using the word ethnomathematics as modes, styles, and techniques ( tics ) of explanation, of understanding, and of coping with the natural and cultural environment ( mathema ) in distinct cultural systems ( ethno )" (D'Ambrosio, 1999, 146). Artinya: "Saya telah menggunakan kata Etnomatematika sebagai mode, gaya, dan teknik (tics) menjelaskan, memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan budaya (mathema) dalam sistem budaya yang berbeda (ethnos)" (D'Ambrosio, 1999, 146). (Indra Rahmawati, 2013 : 3)
Dari definisi tersebut etnomatematika dapat diartikan sebagai matematika
yang dipraktikkan oleh kelompok budaya, seperti masyarakat perkotaan dan
pedesaan, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu, masyarakat
adat, dan lainnya.
Sejalan dengan Gerdes, mengungkapkan bahwa etnomatematika adalah
matematika yang diterapkan oleh kelompok budaya tertentu, kelompok
buruh/petani, anak-anak dari masyarakat kelas tertentu , kelas-kelas profesional
dan lain sebagainya (Gerdes,1994). Didalam pembelajaran matematika di sekolah
dan matematika yang ditemukan anak dalam kehidupan sehari-hari sangat
Etnomatematika Pada Candi Borobudur 4
berbeda. Oleh sebab itu pembelajaran matematika sangat perlu memberikan
muatan antara matematika dalam dunia sehari-hari yang berbasis pada budaya
lokal dengan matematika sekolah. (Edy Tandililing, 2013:194).
Salah satu pembelajaran matematika yang inovatif dapat dilakukan melalui
pendekatan budaya atau yang disebut etnomatematika. Etnomatematika bisa
didefinisikan sebagai cara-cara khusus yang dilakukan oleh suatu kelompok
tertentu dalam melakukan aktifitas matematika. Salah satu bentuk dari
etnomatematika berupa hasil budaya berkembang pada daerah itu sendiri,
misalnya berupa Candi Borobudur dari Jawa Tengah, Indonesia.
Candi Borobudur
Candi, menurut Hardiati ES adalah peninggalan arsitektural yang berasal
dari masa klasik indonesia yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar
belakang agama hindu dan Budha, dari abad ke-5M sampai ke-15M. (Ima
“The Borobudur, a huge Mahayana Buddhist building of circa 55.000 cubic meters, with a base of 15.129m2 (123x123m) and a height of now 34.5m (originally: 42m) which is located near Magelang in Central Java, stems from about the year 800 and was erected between two twin volcanoes: mounts Sundoro and Sumbing in the North-West and mounts Merbabu and Merapi in the North-East. To be exact, on its 10 fl oors the lava-stone structure has a tower, 72 stupas (domes of more than 3m in height), 504 Buddha-statues in lotus sitting posture (conspicuously, no reclining or standing statues), and 1460 story-telling bas relief panels. The name “Borobudur” is seemingly derived from the Sanskrit “vihara” , meaning sanctuary and pronounced in Javanese as “biara” or “boro” located on the hill: “bidur” or “budur” ; thus “borobudur” and its function has been traditionally designated by the local people as the “Mountain of the Bodhisattva’s 10 Developmental Phases”. (Maurits G.T. Kwee, 2012 : 3)
Borobudur adalah nama yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah, Indonesia. Lokasi candi kurang lebih 100 Km disebelah Barat daya
semarang dan 40 Km disebelah barat laut yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini
didirikan oleh para penganut agama budha mahayana sekitar tahun 800-an masehi
pada masa syailendra(Putrawanmant e-learning.htm). candi yang terbesar didunia
dengan tinggi 34,5 meter, luas 15.129 m2 terlihat begitu imresif dan berat 1,3 juta
Etnomatematika Pada Candi Borobudur 5
ton itu berdiri “kokoh” tanpa ada satu paku pun tertancap di tubuh-nya (El jeffry,
kompasiana)
Sejarah Candi Borobudur
Gambar 1. Bangunan Candi Borobudur
Sejarah Periode Awal : Tidak ditemukan bukti tertulis yang menjelaskan
siapakah yang membangun Borobudur dan apa kegunaannya. Waktu
pembangunannya pada prasasti kerajaan abad ke-8 dan ke-9. Diperkirakan
Borobudur dibangun sekitar tahun 800 masehi. Kurun waktu ini sesuai dengan
kurun antara 760 dan 830 M, masa puncak kejayaan wangsa Syailendra di Jawa
Tengah, yang kala itu dipengaruhi Kemaharajaan Sriwijaya. Pembangunan
Borobudur diperkirakan menghabiskan waktu 75 – 100 tahun lebih dan benar-
benar dirampungkan pada masa pemerintahan raja Samaratungga pada tahun 825.
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya
menyatakan bahwanama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudharma,
yaitu artinya gunung (bhudara) dimana di lereng-lerengnya terletak teras-teras.
Misalkan kata borobudur dari ucapan buddha yang karena pergeseran bunyi
menjadi Borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata
bara dan beduhur. Kata bara berasal dari kata Vihara. Sementara ada pula
penjelasan lain dimana bara berasal dari bahasa sansekerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya tinggi. Jadi maksudnya ialah sebuah biara
atau asrama yang beradaditanah tinggi.
Sejarah Periode Penemuan : Candi Borobudur memasuki periode sejarah baru
ketika T.S. Raffles mendengar keberadaan candi megah ini dan berkunjung pada
Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan, pembuktian
yang logik, matematika itu adalah bahsa yang menggunakan istilah yang
didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan
padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. (Eman
Suherman, 20013:17)
Banyak saat ini pembelajaran matematika yang membosankan, sehingga
saat ini pemeblajaran kontekstual yang kaitnya dengan kehidupan sehari-hari
masuk dalam pembelajaran matematika. Dengan inovasi pendekatan budaya
didalam pembelajaran matematika itu sangat membantu siswa dalam belajar serta
Etnomatematika Pada Candi Borobudur 27
mengenal budayanya sendiri. Pendekatan budaya itu sering disebut dengan
etnomatematika. Pendekatan budaya dengan menggunakan Candi borobudur
dalam pembelajaran itu sangat menarik digunakan.
Didalam candi borobudur tersimpan konsep-konsep mtematika yang
begitu banyak sehingga, cocok untuk pembelajaran matematika. Khusunya pada
bagian relief dan Stupa.
Konsep-konsep matematika dalam candi borobudur yaitu Geometri,
penjumlahan, perbandibgan dan pola. Dalam geometri sendiri terdapat banyak
bagiannya misal pada banun datar dan bangun ruang.
DAFTAR PUSTAKA
Eman Suherman. Strategi Pembelajaran matematika kontenporer, (Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia,2013)
Edy Tandililing, 2013, “pengembangan pembelajaran matematika sekolah dengan pendekatan etnomatematika berbasis budaya lokal sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika di sekolah” FMIPA UNY, yogyakarta
El Jefri, 2014, “borobudur misteri teknologi dan peradaban Nusantara abad 9” . Tersedia: http://sejarah.kompasiana.com/2012/07/17/borobudur-teknologi-dan-peradaban-abad-9-nusantara-478372.html . 06/04/2016
Indra Rachmawati, 2013. “ Eksplorasi Etnomatematika Masyarakat Sidoarjo”. Jurnal belum diterbitkan.
Ima kusumawati hidayati, Priyanto Sunarto & Triyadi Guntur, 2014 , “ mengenal relief, Mudra dan Stypa Candi Borobudur untuk anak-anak usia 9-12 tahun melalui Edugame”ITB J, Vis.Art & Des, Volume 6. No 1
Miftah Rizkqi Hanafi, 2014, “ Aplikasi Borobudur Ethnomatematics media pembelajaran matematika sebagi pendukung pembelajaran Geometri berbasis Etnomatematika”, Yogyakata : 2014 ) Skripsi
Maurits G.T.Kwee, 2012, “ The Borobudur : A Psychology of Loving-Kindness Carved in Stone” . The journal of the internasional Association of Buddhist Universities. Vol.3 . 2012
Rully Charitas Indra Prahmana. 2010. “Permainan Tepuk bergilir yang berorientasi konstruktivisme dalam pembelajaran konsep KPK siswa kelas IVA di SD N 21 Palembang”. Jurnal pendidikan matematika, Volume 4. No.2. Desember 2010
Silvia Yanirawati, Nilawasti ZA, Mirna . 2012. “ pembelajaran dengan Pendekatan Konstekstual disertai tugas peta pikiran untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa”. Jurnal pendidikan matematika, Volum 1 . no 1 (2012)