LAPORAN ETIKA Tentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku Arsitek BANGUNAN YANG TERINDIKASI PELANGGARAN KODE ETIK ARSITEK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI ARSITEK A.DATA 1. Data Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak, Kalimantan Barat. Sejak Prefek Pacificus Bos pertama kali menginjakkan kakinya di Singkawang pada tanggal 30 November 1905, ia telah memikirikan perlunya sebuah pangkalan, pusat stasi induk Gereja Katolik di Pontianak sebagai ibu koya Borneo Barat. Sebagai waktu yang tepat, pada hari terakhir tahun 1906 Prefek Pacificus Bos mengutus Pater Beatus ke Pontianak. Dia tinggal sebulan lamanya di Pontianak sambil menjajaki kemungkinan untuk bermisi di tengah masyarakat Tionghua pada waktu itu. Saat itu jumlah umat Katolik ada sebanyak 20-an orang (kebanyakan orang Eropa) dari sekitar 18.000 warga Pontianak. Stasi pertama di Pontianak dimulai dalam bulan Maret karena itu perjalanan misi Gereja diserahkan kepada Santo Yoseph sebagai pelindung Gereja. Tanggal 2 Oktober Prefek P. Bos kembali ke Pontianak. Asisten Residen pada waktu itu menganjurkan untuk membeli 1 ANDI NITA ATIRA 3201307041
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku
Arsitek
BANGUNAN YANG TERINDIKASI PELANGGARAN KODE ETIK ARSITEK DAN KAIDAH TATA LAKU PROFESI ARSITEK
A. DATA 1. Data Gereja Katedral St. Yoseph Pontianak, Kalimantan Barat.
Sejak Prefek Pacificus Bos pertama kali menginjakkan kakinya di Singkawang pada
tanggal 30 November 1905, ia telah memikirikan perlunya sebuah pangkalan, pusat stasi
induk Gereja Katolik di Pontianak sebagai ibu koya Borneo Barat. Sebagai waktu yang
tepat, pada hari terakhir tahun 1906 Prefek Pacificus Bos mengutus Pater Beatus ke
Pontianak. Dia tinggal sebulan lamanya di Pontianak sambil menjajaki kemungkinan
untuk bermisi di tengah masyarakat Tionghua pada waktu itu. Saat itu jumlah umat
Katolik ada sebanyak 20-an orang (kebanyakan orang Eropa) dari sekitar 18.000 warga
Pontianak. Stasi pertama di Pontianak dimulai dalam bulan Maret karena itu perjalanan
misi Gereja diserahkan kepada Santo Yoseph sebagai pelindung Gereja. Tanggal 2
Oktober Prefek P. Bos kembali ke Pontianak. Asisten Residen pada waktu itu
menganjurkan untuk membeli sebidang tanah yang terletak tidak terlalu jauh dari pasar
dan bagian kota untuk orang-orang Eropa. Dalam surat yang tertulis tanggal 14 dan 19
Juli 1908 Prefek Pacificus Bos melaporkan kepada Provinsial tentang pembelian tiga
bidang tanah (untuk membangun gereja, pastoran, rumah yatim-piatu, sekolah dan
pekuburan), kemudian sebidang tanah lainnya untuk susteran.
1ANDI NITA ATIRA 3201307041
LAPORAN ETIKATentang Pelangaran Etika Dan Tata Laku
Arsitek
Gambar A.1: Pasificus Bos, Pendiri Gereja St. Yoseph Pontianak(Sumber: http://www.rs-antonius.com/sejarah.php; diakses pada 22 Maret 2016)
Arsitek pembangunan gereja Katedral ini adalah seorang militer Belanda, Tuan Van
Noort, yang baru ditempatkan di Pontianak. Tenaga pertukamagan berasal dari Belanda
dan Kalimantan. Dana bersumber dari himpunan warga Pontianak dan luar daerah. Gereja
ini digunakan oleh semua golongan masyarakat tanpa batas pemisah seperti warna kulit,
budaya maupun latar belakang. Bangunan gereja berukuran 20 x 11 meter dengan tinggi
menara 22 meter. Dasar bangunan gereja harus kuat sebab tanah di Kalimantan Barat
(Borneo Barat) memang merupakan tanah delta yang lembut. Dinding gereja terbuat dari
anyaman besi yang diplester semen. Pada tanggal 9 Desember 1909 gereja ini diberkati
oleh Prefek Pacificus Bos. Upacara ini dihadiri oleh seluruh umat Katolik, Katekumen,
instansi – instansi sipil dan militer. Paroki Katedral Pontianak dibuka pada tahun 1909