Bab 1Pendahuluan1.1 Latar BelakangJumlah senyawa karbon itu
sangat banyak, sehingga untuk memudahkannya senyawa-senyawa
tersebut dikelompokkan berdasarkan sifat khas yang dimiliki oleh
senyawa-senyawa tersebut. Misalnya saja senyawa karbon alkohol dan
eter. Cara pengelompokkan itu dapat dilihat dari sudut pandang
tentang ketatanamaan senyawa karbon tersebut atau dilihat juga dari
sifatnya, baik sifat secara fisik maupun kimia.Kimia senyawa karbon
tersebut sebenarnya meliputi hampir setiap aspek kehidupan kita.
Misalnya saja dalam dunia medis, makanan, bahkan bahan bakar pun
banyak yang terbuat dari senyawa-senyawa karbon tersebut. Sehingga
banyak manusia yang tidak memperhatikan dan menyadari akan adanya
senyawa-senyawa karbon tersebut.
1.2 Rumusan MasalahAdapun rumusan masalah dalam makalah ini
yaitu:1. Apa yang pengertian dari eter ?2. Bagaimana struktur dan
ikatan pada eter ?3. Bagaimana penamaan eter?4. Apa saja sifat
eter?5. Bagaimana cara membuat eter?6. Apa saja kegunaan eter?7.
Apa pengertian dari epoksida?8. Reaksi apa saja terjadi dalam
reaksi epoksida?
1.3 Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisa dari makalah ini
yaitu :1. Memberikan pengetahuan akan pengertian eter.2. Memberikan
penjelasan tentang bagaimana struktur dan ikatan eter.3. Memberikan
penjelasan tentang penamaan eter.4. Memberikan pengetahuan apa saja
sifat eter.5. Memberikan pengetahuan cara membuat eter.6.
Memberikan pengetahuan apa saja kegunaan eter.7. Memberikan
pengetahuan akan pengertian epoksida.8. Memberikan penjelasan
reaksi apa yang terjadi dalam reaksi epoksida.
Bab 2Pembahasan2.1Pengertian EterEter adalah suatu senyawa
organic yang mengandung gugus R-O-R ,dengan R dapat berupa akil
maupun aril. Contoh senyawa eter yang paling umum adalah pelarut
dan anestetik dietil eter (etoksietana, CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter
sangat umum ditemukan dalam kimia organic dan biokimia, karena
gugus ini merupakan gugus penghubung pada senyawa karbohidrat dan
lignin.2.1.1Struktur dan IkatanEter mempunyai rantai C-O-C yang
mempunyai sudut ikatan sebesar 104,5 dan jarak antara atom C dengan
O adalah sekitar 140 pm. Halangan rotasi untuk ikatan C-O sangat
kecil. Ikatan oksigen dalam eter, alkohol dan air sangatlah mirip.
Pada teori ikatan valensi, hibridisasi oksi gen adalah sp3.Oksigen
lebih elektronegatif daripada karbon, dengan demikian hidrogen alfa
eter bersifat lebih asam daripada hidrokarbon sederhana, tetapi
jauh kurang asam dibandingkan dengan hidrogen alfa golongan
karbonil (seperti aldehida dan keton).2.1.2Tata Nama EterAdadua
cara penamaan senyawa-senyawa eter, yaitu :a. IUPAC1) Nama
sistematik eter adalah alkoksi alkana. Alkil terkecil dianggap
sebagai alkoksi, dan yang terbesar dianggap alkana. Contoh :
2)Tentukan nomor terikatnya gugus alkoksi. Contoh :
3) Gugus alkoksi merupakan salah satu substituen , sehingga
penulisan namanya harus berdasarkan urutan abjad huruf pertama
nomor substituent. Contoh :
4) Awalan di-, tri-, sek-, ters-, tidak perlu diperhatikan dalam
penentuan urutan abjad sedangkan awalan yang tidak dipisahkan
dengan tanda hubung (antara lain : iso-, dan neo-) diperhatikan
dalam penentuan urutan abjad. Contoh :
b. Trivial1) Tentukan gugus-gugus alkil (substituen) yang
mengikat gugus eter (-O-). Contoh :
2) Tambahkan akhiran eter setelah nama-nama subtituen. Contoh
:
3) Penulisan substituen alkil tidak harus menurut urutan
abjad.Tabel 1. Penataan Nama Eter Menurut Trivial dan IUPACRumus
StrukturNama TrivialNama IUPAC
CH3OCH3Dimetil eterMetoksi metana
CH3OCH2CH3Etil metil eterMetoksi etana
CH3CH2OCH2CH3Dietil eterEtoksi etena
Isopentil etil eter2-etoksi pentana
Fenil propil eterFenoksi propana
2.1.3 Sifat sifat EterMolekul-molekul eter tidak dapat berikatan
hidrogendengan sesamanya, sehingga mengakibatkan senyawa eter
memilikititik didihyang relatif rendah dibandingkan
denganalkohol.Eter bersifat sedikit polar karena sudut ikat C-O-C
eter adalah 110 derajat, sehingga dipol C-O tidak dapat meniadakan
satu sama lainnya. Eter lebih polar daripada alkena, namun tidak
sepolar alkohol, ester, ataupunamida. walau demikian, keberadaan
dua pasangan elektron menyendiri pada atom oksigen eter,
memungkinkan eter berikatan hidrogen dengan molekul air.Eter dapat
dipisahkan secara sempurna melalui destilasi.Eter siklik
sepertitetrahidrofurandan1,4-dioksanasangat larut dalam air karena
atom oksigennya lebih terpapar ikatan hidrogen dibandingkan dengan
eter-eteralifatiklainnya.Beberapa alkil eter
EterStrukturTitik lebur (C)Titidk didih (C)Kelarutan dalam 1 L
H2OMomen dipol (D)
Dimetil eterCH3-O-CH3-138,5-23,070g1,30
Dietil eterCH3CH2-O-CH2CH3-116,334,469g1,14
TetrahidrofuranO(CH2)4-108,466,0Larut pada semua
perbandingan1,74
DioksanaO(C2H4)2O11,8101,3Larut pada semua perbandingan0,45
1. Sifat Fisik Titik didihrendah sehingga mudah menguap Sulit
larutdalam air, karena kepolarannya rendah Sebagai pelarut yang
baik senyawa-senyawa organik yang tak larut dalam air Mudah
terbakar Pada umumnya bersifat racun Bersifat anastetik (membius)
Eter sukar bereaksi, kecuali dengan asam halida kuat (HI dan H
Br)
2. Sifat Kimiaa. OksidasiOksidasi suatu eter dengan campuran
kalium bikromat dan asam sulfat akan menghasilkan
aldehida.Contoh:
b. Reaksi dengan asam sulfat. Eter dapat bereaksi dengan asam
sulfat menghasilkan suatu alcohol dan asam alkana sulfonat. Contoh
:
c. Reaksi dengan asam iodide. Eter dapat bereaksi dengan asam
iodide menghasilkan campuran alcohol dengan akil halide. Contoh
:
d. Hidrolisis.Hidrolisis dengan asam sulfat suatu eter akan
menghasilkan alcohol. Contoh :
e. HalogenasiEter dapat mengalami reaksi substitusi oleh
halogen. Substitusi terjadi pada atom H. Contoh :
2.1.4 Pembuatan Etera. Mereaksikan akil halide dengan
alkoksida.Eter dapat dibuat dengan mereaksikan antara akil halide
dengan natrium alkoksida. Hasil samping diperoleh garam natrium
halide. Contoh :
b. Mereaksikan akil halide dengan perak (I) oksida.Alkil halida
bereaksi dengan perak(I) oksida menghasilkan eter. Hasil samping
diperoleh garam perak halida. Contoh :c. Dehidrasi alcohol
primer.Eter dapat dibuat dengan dehidrasi alcohol primer dengan
asam sulfat dan katalis alumina. Contoh :
2.1.5Kegunaan EterSenyawa-senyawa eter yangumum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari antara lain :1) Dietil eter (etoksi etana)
biasanya digunakan sebagai pelarut senyawa-senyawa organik,selain
itu dietil eterbanyak digunakan sebagai zat arestesi (obatbius) di
rumah sakit.2) MTBE (Metil Tertier Butil Eter),Senyawa eter ini
digunakan untuk menaikan angka oktan besin menggantikan kedudukan
TEL / TML, sehingga diperoleh bensin yang ramah
lingkungan.Sebabtidak menghasilkan debutimbal(Pb2+)sepertibila
digunakanTEL /TML.
Beberapa eter pentingEtilena oksidaEter siklikyang paling
sederhana.
Dimetil eterMerupakan propelan pada aerosol. Merupakan bahan
bakar alternatif yang potensial untukmesin dieselkarena mempunyai
bilangancetansebesar 56-57.
Dietil eterMerupakan pelarut umum pada suhu rendah (b.p.34.6C),
dan dulunya merupakan zatanestetik. Digunakan sebagai cairan
starter kontak pada mesin diesel.
Dimetoksimetana(DME)Pelarut pada suhu tinggi (b.p.85C):
DioksanaMerupakan eter siklik dan pelarut pada suhu tinggi
(b.p.101.1C).
Tetrahidrofuran(THF)Eter siklik, salah satu eter yang bersifat
paling polar yang digunakan sebagai pelarut.
Anisol(metoksibenzena)Merupakaneter arildan komponen utamaminyak
esensialpada bijiadas manis.
Eter mahkotaPolieter siklik yang digunakan sebagaikatalis
transfer fase.
Polietilen glikol(PEG)Merupakan polieter linear, digunakan
padakosmetikdanfarmasi.
2.1.6 Beberapa Reaksi EterEster adalah golongan senyawa organic
yang memiliki rumus umum R-O-R. Beberapa reaksi dari eter
diantaranya adalah :a. PembakaranEter mudah terbakar membentuk gas
karbon dioksida dan uap air. Contoh : b. Reaksi dengan Logam
AktifEter tidak dapat bereaksi dengan logam natrium ( logam
aktif)c. Reaksi dengan PCL5Eter bereaksi dengan PCL5 tetapi tidak
membebaskan HCL.
d. Reaksi dengan Hidrogen Halida (HX)Eter terurai oleh asam
halide, terutama oleh HI. Jika asam halide terbatas : asam halide
berlebih :
2.2 Pengertian EpoksidaEpoksida adalah senyawa eter siklik
dengan cicin yang memiliki tiga anggota. Struktur dasar dari sebuah
epoksida berisi sebuah atom oksigen yang diikat pada dua atom
karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari
cincin dengan tiga anggota ini membuat senyawa epoksida menjadi
lebih reaktif. Dalam tatanama IUPAC, epoksida disebut oksirana.
Epoksida paling sederhana memiliki nama umum etilena oksida.
Karakteristik dari senyawaepoksida adalah gugus oksiran yang
terbentuk oleh oksidasi dari senyawa olefinik atau senyawa
aromatikikatan ganda. Senyawa epoksida merupakan senyawa yang
sangat penting sama seperti produk kimia lainnya, misalnya
resin.Metode yang paling umum digunakan untuk mensintesa epoksida
adalah reaksi dari suatu alkena dengan suatu asam peroksi organic,
yaitu suatu proses yang disebut epoksidasi.
Dalam reaksi ini,asam peroksi memberikan suatu atom oksigen
kepada alkena. Mekanismenya adalah sebagai berikut :
Adisi oksigen pada ikatan rangkap dalam suatu reaksi epoksidasi
adalah adisi syn. Untuk membentuk suatu cincin dengan tiga anggota,
atom oksigen harus mengadisi kedua atom karbon dari ikatan rangkap
pada sisi yang sama.Asam peroksi yang paling umum digunakan adalah
asam peroksiasetat dan asam peroksibenzoat. Sebagai contoh,
sikloheksana bereaksi dengan asam peroksibenzoat menghasilkan
1,2-epoksi-sikloheksana dalam jumlah yang kuantitatif.
Reaksi antara alkena dengan asam-asam peroksi berlangsung dengan
suatu cara yang stereospesifik. Sebagai contoh, cis-2-butena hanya
menghasilkan cis-2,3-dimetiloksirana, sedangkan trans-2-butena
hanya menghasilkan trans-2,3-dimetiloksirana.
2.3 Reaksi reaksi Epoksida
a. Cincin tiga anggota dengan tegangan (strain) yang sangat
tinggi dalam molekul epoksida menyebabkan epoksida lebih reaktif
terhadap substitusi nukleofilik dibandingkan dengan eter yang
lain.b. Katalisis asam membantu pembukaan cincin epoksida dengan
menyediakan suatu gugus pergi yang lebih baik (suatu alkohol) pada
atom karbon yang mengalami serangan nukleofilik. c. Katalisis ini
sangat penting terutama jika nukleofilnya adalah suatu nukleofil
lemah seperti air atau suatu alkohol: Pembukaan cincin dengan
katalis asam
Pereaksi nukleofil akan menyerang C yang lebih
tersubstitusi.
Pembukaan cincin dengan katalis basa
Pereaksi nukleofil akan menyerang C yang lebih sedikit
tersubstitusi (kurang terhalang).
2.4 Kegunaan EpoksidaEpoksida dapat berlaku sebagaibahan baku
untuk sintesis berbagai bahan kimia, seperti alkohol, glikol,
alkanolamin,komponen karbonil, komponen ole2in, dan polimer,
seperti poliester, poliuretan, dan resinepoksi.
Bab 3Kesimpulan
Eter adalah suatu senyawa organic yang mengandung gugus R-O-R
,dengan R dapat berupa akil maupun aril. Contoh senyawa eter yang
paling umum adalah pelarut dan anestetik dietil eter (etoksietana,
CH3-CH2-O-CH2-CH3). Eter sangat umum ditemukan dalam kimia organic
dan biokimia, karena gugus ini merupakan gugus penghubung pada
senyawa karbohidrat dan lignin.Epoksida adalah senyawa eter siklik
dengan cicin yang memiliki tiga anggota. Struktur dasar dari sebuah
epoksida berisi sebuah atom oksigen yang diikat pada dua atom
karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon. Tegangan dari
cincin dengan tiga anggota ini membuat senyawa epoksida menjadi
lebih reaktif.
Daftar Pustaka1. Brown, H.W., Foote, S.C., Iverson, L.B, and
Anslyn, V.E., 2009, Organic Chemistry, pp. 431-433, Brooks/Cole
Cengage Learning, Belmont.2. Dinda, S., Patwardhan, V.A., Goud.,
V.V., and Pradhan, C.N., 2008, Epoxidation of Cottonseed Oil by
Aqueous Hydrogen Peroxide Catalised by Liquid Inorganic Acids,
Bioresource Technology, 99, pp. 3737-3744.3. Gunstone, D.F., 1996,
Fatty Acid and Lipid Chemistry, pp.186-188, Blackie Academic &
Proffessional, Chapman & Hall, Wester Cleddens Road,
Bishopbriggs, Glasgow.
6