BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangILO memperkirakan sekitar 2,2
juta orang tenaga kerja meninggal dunia per tahun akibat kecelakaan
kerja dan PAK. Sekitar 270 juta orang tenaga kerja mengalami cidera
non fatal yang serius dan 160 juta orang tenaga kerja menderita
sakit yang disebabkan karena hubungan pekerjaan (faktor ergonomi) .
ILO memperkirakan biaya total permasalahan tersebut mencapai 4%
dari PDB dunia (ILO, 2006).Kerugian tersebut memiliki dampak
negatif bagi pertumbuhan ekonomi dan menjadi beban bagi masyarakat
secara umum. Upaya pencegahan kecelakaan kerja dan PAK serta
masalah akibat ergonomi harus memperhitungkan nilai ekonomi, untuk
itu strategi K3 dan Ergonomi diterapkan di tempat kerja, bertujuan
untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas, sehingga dapat
mempromosikan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja. Bila K3 dan
Ergonomi tidak berjalan baik, dapat menyebabkan absensi yang
tinggi, cacat permanen, hal ini tidak hanya berdampak pada manusia
tetapi juga berdampak besar pada perekonomian.Investasi dibidang K3
dan Ergonomi harus dipandang sebagai investasi yang menguntungkan
dan bukar sekedar biaya yang tidak dapat dikembalikan. K3 Ergonomi
merupakan salah satu factor yang mmepengaruhi produktifitas. Modal
manusia (capital) merupakan prasyarat untuk pengembangan yang
berorientasi masa depan. Hal ini yang menyebabkan perusahaan
dituntut untuk meningkatkan kualifikasi, motivasi dan efisiensi
pekerja yang mampu berkontribusi secar aktif untuk melakukan
inovasi teknis dan organisasi.Berdasarkan latar belakang
permasalahan diatas, produktivitas kerja adalah salah satu
indikator dimana disuatu perusahaan dapat mengetahui bahwa proses
produksinya meningkat atau tidaknya hingga mengetahui faktor yang
menjadikan efektivitas dan efisiensi kerja dari para karyawannya.
Maka hal inilah yang menjadi acuan dari suatu perusahaan. Pada
kajian makalah ini, akan dianalisis suatu kasus dimana pada akhir
kajian akan diketahuinya perusahaan tersebut telah menerapkan
sejauh mana tindakan dalam hal pemenuhan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas dalam proses produksinya.B. Tujuan
MakalahAdapun tujuan dari makalah ini adalah :1. Untuk mengatahui
definisi dari produktivitas sebagai indicator keberhasilan dari
penerapan K3 dan ergonomi.2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja3. Untuk membahas analisis
permasalahan kasus dalam menentukan faktor penentu produktivitas
kerja
BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. Definisi dan Konsep
ProduktivitasProduktifitas merupakan sikap mentalyang berpandangan
bahwa mutu kehidupan hari iniharus lebih baik dari hari kemarin,
dan kebaikan hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok (Sadomo,
1991. Sedangkan produktifitas menurut ILO adalah To make work more
human (untuk memanusiakan manusia). Manusia sebagi unsur utama
pembangunan harus jmerupakan titik sentral dari pembangunan itu
sendiri. Istilah produktifitas mempunyai makna yang berbeda antara
satu orang dengan lainnya. Produktifitas berkisar dari efisiensi
untk efektifitas, untuk tingkat turnover dan ketidakhadiran, untuk
mengukur output, klien atau kepuasan konsumen, untu mengukur
sesuatu yang tidak tampak secara jelas seperti : moral, loyalitas
dan kepuasan kerja.Konsep produktifitas terkait dengan kualitas
(input, proses, output). Peningkatan kualitas hidup kerja seiring
dengan produktifitas. Produktifitaas dapat dianggap suatu ukuran
yang komprehensif, bagaiman organisasi dapat memenuhi kriteria
berikut ini (prokopenko, 1987) :1. Tujuan: Sejauhmana produktifitas
dapat tercapai2. Efisiensi: Seberapa efektif sumber daya yang
digunakan (doing things right)3. Efektifitas: Hal apa yang telah
dicapai dengan membandingkan dengan apa yang mungkin dicapai dengan
melakukan hal yang benar (doing the right things)4. Komparatif:
Bagaimana kinerja produktivitas dicatat dari waktu ke
waktuProduktifitas adalah sikap mental yang selalau berusaha
melakukan perbaikan mutu kehidupan secara berkelanjutanmelalui
peningkatan efisiensi, efektifitas dan kualitas (Permenakertrans
No. PER.21/MEN/IX/2009)Produktivitas adalah hubungan kuantitatif
anatara output dan input. Hubungan antara kuantitas dan kualitas
barang dan jasa yang diproduksi dan jumlah sumber daya yang
digunakan untuk menghasilkan produk (Prokopenko, 1987)Konsep umum
dari produktivitas adalah perbandingan anatra keluaran (output) dan
masukan (input) per satuan waktu. Produktivitas meningkat apabila
:1. Jumlah produksi/keluaran sama atau meningkat dengan jumlah
masukan/sumber daya yang sama2. Jumlah produksi/keluaran sama atau
meningkat dengan jumlah masukan/sumber daya lebih kecil3.
Produksi/keluaran meningkat dengan menambah sumber daya yang
relative kecil.Konsep tersebut dapat dipakai untuk menghitung
produktiviatas di semua sector kegiatan. Produktivitas merupakan
pencerminan dari tingkat efisiensi dan efektivitas secara
total.Input dapat di definisikan : tenaga kerja (sumber daya
manusia), modal (asset fisik dan keuangan) dan material. Sedangkan
output adalah barang dan jasa.B. Dampak Ekonomi Pada Level
Perusahaan Akibat Permasalahan K3 Ergonomi.Permasalahan K3 Ergonomi
PAKmenghabiskan biaya yang sangat besar memiliki dampak langsung
dan tak langsung dan outcomenya berdampak pada kehidupan pekerja
dan keluarganya serta bagi finansial perusahaan. Bagi pengusaha
biaya pemborosan dapat dijelaskan sebagai berikut :1. Pembayaran
upah untuk pekerjaan yang tidak dilakukan2. Pembayaran biaya
medical dan kompensasi3. Perbaikan dan penggantian peraltan kerja
dan mesin yang rusak4. Pengurangan produksi5. Biaya training dan
administrasi dan asuransi6. Penurunan kualitas kerja7. Efek
negative pada moral pekerja lainyaBerikut ini adalah biaya tambahan
yang perlu diperhitungkan berkaitan dengan hal berikut ini :1.
Pekerja yang mengalami kecelakaan atau sakit mungkit perlu
dipindahkan ke tempat kerja lain2. Pekerja baru harus dilatih dan
diberikan waktu untuk dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik3.
Waktu untuk investigasi kecelakaan kerja, membuat laporan dan
sejenisnya4. Kecelakaan mempengaruhi dan mengganggu konsentrasi
pekerja lainnya5. K3 dan ergonomi yang tidak baik di tempat kerja
dapat menyebabkan hubungan public yang tidak baik.C. Keterkaitan K3
Ergonomi Dengan Tujuan Kinerja PerusahaanProgram K3 Ergonomi
memberikan efek positif dan outcome yang dapat mempengaruhi kinerja
perusahaan secara positif dan memberikan kontribusi pada tujuan
atau goal perusahaan.Investasi K3 Ergonomi pada tempat kerja
memberikan efek positif dan menghasilkan keuntungan bisnis, antara
lain :1. Penurunan tingkat PAK dan ketidakhadiran kerja2. Penurunan
angka turnover3. Peningkatan produktivitas4. Peningkatan image
perusahaan5. Mempertahankan personel yang berkualifikasi untuk
jangka panjang
Jalan Menuju Produktivitas
IntervensiHasilOutcome Yang diharapkan
Pencegahan penyakit, promosi kesehatanAbsenteesiesm menurun
Produktivitas meningkat
Management penyakit kronis dan akutMotivasi, kreatifitas dan
kinerja meningkat
K3 dan LingkunganKecelakaan menurun
dan penghematan biaya
Pengurangan Biaya
Budaya sehat di perusahaanBiaya pemeliharaan kesehatan
menurun
Sumber : Riedel et, al (2001)D. Penerapan K3 dan Ergonomi dalam
Peningkatan Produktivitas Finansial Perusahaan1. Biaya Finansial
sebagai Pendorong untuk PerubahanMiller dan haslam (2008)
menyatakan bahwa biaya pencegahan merupakan proporsi yang relatih
rendah dari dampak total biaya kesehatan dalam banyak kasus. Dalam
hal ini penerapan K3 dan Ergonomi adalah hal yang utama untuk
mencegah timbulnya biaya yang sangat tinggi dari
penanggulangan-penanggulang masalah kesehatan dan kecelakaan akibat
tidak adanya pencegahan.2. Absenteeism dan PresenteeismTerciptanya
K3 Ergonomi di suatu perusahaan, dapat berdampak pada kenyamanan
dari suatu lingkungan kerja bagi para pekerja yang bekerja. Hal
tersebut memungkinkan bahwa tingkat absenteeism berkurang, hal ini
berujung pada produktivitas meningkat. Dan juga pada lingkup
presenteeisme yang berarti bahwa bukan hanya sekedar hadir dalam
perusahaan tetapi benar-benar bekerja dengan jobdes
masing-masing.3. Program-Program yang SuksesSalah satu contoh dari
program yaitu keselamatan lingkungan dan penegakan ergonomic yang
inisiatif dan terintegerasi dapat membantu dan menjamin karyawan
lebih sehat dan lebih produktif dan bahwa penelitan lebih lanjut
diperlukan pada desai dan biaya intervensi yang optimal.4.
Pendekatan PartisipatoriTerdapat gagasan tentang pengembangan yang
didasarkan pada kenyataan bahwa desai program K3 saja tidaklah
cukup. Partisipasi karyawan dalam desai organisasi akan memiliki
efek yang luar biasa pada kinerja perusahaan secara organisasi akan
memiliki efek yang luar biasa pada kinerja perusahaan secara
organisasi akan memiliki efek yang luar biasa pada kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Program K3 hanya akan dapat
berkontribusi secara berkelanjutan dengan tujuan dan kinerja
perusahaan, jika program didesai dengna baik dan didasarkan pada
pendekatan secara partisipatif.Bentuk dari manfaat dari penegakan
K3 Ergonomi dalam pendekatan partisipatori dapat dilihat dalam
wujud:a. Involvement: Partisipasi berarti keterlibatan secara
mental dan emosional dari pada aktivitas pekerja. Keterlibatan
disini adalah secara psikologis dan bukan hanya terlibat dalam
pekerjaan saja. Tenaga kerja yang selalu sibuk bekerja bukan selalu
merupakan bentuk dari partisipasi. Keterlibatan pekerja untuk ikut
berpatisipasi aktif dalam setiap tahapan proses kerja akan
menumbuhkan gairah kerja dalam pekerjaannya.b. Contribution:
partisipasi memotivasi orang untuk dapat memberikan kontribusi
dalam upaya menyumbangkan apa yang mereka miliki. Partispasi
berbeda dengan perhatian. Partisipasi meningkatkan motivasi dengna
membantu tenaga kerja mengerti dan memahami tujuan kedepan. Dan
meningkatkan pemahaman dengan tanggung jawab yang lebih besar untuk
mencapai tujuan.c. Responsibility: partisipasi mendorong orang
untuk menerima tanggung jawab. Hal ini merupakan proses sosial yang
mana mereka melibatkan diri dalam suatu organisasi dan ingin
melihat pekerjaannya sukses.
E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas KerjaBanyak
faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya produktivitas
kerja. Soedirman (1986) dan Tarwaka (1991) merinci faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja secara umum antara
lain:1. MotivasiMotivasi merupakan kekuatan atau motor pendorong
kegiatan seseorang kearah tujuan tertentu dan melibatkan segala
kemampuan yang dimiliki untuk mencapainya.2. Kedisiplinan Disilinan
merupakan sikap mental yang tercermin dala perbuatan tingkah laku
perorangan, kelompok atau asyarakat berupa kepatuhan atau ketaatan
terhadap peraturan, ketentuan, etika norma dan kaidah yang
berlaku.3. KeterampilanFaktor keterampilan baik keterampilan teknis
maupun manajerial sangat menentukan tingakat pencapaian
produktivitas. Dengan demikian sikap individu selalu dituntut untuk
terampil dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
dalam teknologi mutakhir4. PendidikanTingkat pendidikan harus
selalu dikembangkan baik melalui jalur pendidikan formal maupun
informal. Karena setiap penggunaal teknologi hanya akan dapat kita
kuasai dengan pengetahuan ilmu pengetahuan, keterampilan dan
kemampuan yang handal.5. Etos kerjaEtos kerja merupakan salah satu
faktor penentu produktivitas, karena etos kerja merupakan salah
satu faktor penentu sejauh mana kita melakukan suatu pekerjaan dan
terus berupaya untuk mencapai hasil yang terbaik dalam setiap
pekerjaan yang kita lakukan.6. Sikap dan etika kerjaSikap seseorang
atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang di dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok lain
dan etika dalam hubungan kerja sangat penting artinya, dengan
tercapainya hubungan dalam proses produksi akan meningkatkan
produktivitas.7. Gizi dan kesehatandaya tahan tubuh seseorang
biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang dikonsumsi setiap
hari. Gizi yang baik akan mempengaruhi kesehatan karyawan dan semua
itu akan berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.8. Tingkat
penghasilanSemakin tinggi prestasi kerja karyawan akan semakin
besar upah yang diterima. Dengan penghasilan yang cukup akan
memberikan kepuasan terhadap karyawan yang menjadi karyawan
tersebut mempunyai semangat kerja9. Lingkungan kerja dan iklim
kerja.Lingkungan kerja dari karyawan disini termasuk hubungan
karyawan, hubungan dengan pimpinan, lingkungna kerja, penerangan
dan lain-lain. Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian
perusahaan karena karyawan enggan bekerja karena tidak ada
kekompakan kerja atau ruang kerja yang tidak menyenangkan. Hal ini
dapat menganggu kerja karyawan.10. Teknologi Adanya kemajuan
teknologi meliputi peralatan yang semakin otomatis dan canggih yang
dapat mendukung tingkat produksi dan mempermudah manusia dalam
melaksanakan pekerjaan.11. Sarana produksi.Faktor-faktor produksi
harus memadai dan saling mendukung dalam proses produksi12. Jaminan
sosialPerhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan
menunjang kesehatan dan pelayanan keselamatan. Dengan harapa supaya
karwayan semakin bergairah dan mempunyai semagat kerja.
13. ManajemenAdanya manajemen yang baik, maka karyawan akan
teroganisasi dengan baik pula. Dengan demikian produktivitas kerja
akan maximum.14. Kesempatan berprestasiSetiap orang dapat
mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dengan diberikan
kesempatan berprestasi maka karyawan akan meningkatkan
produktivitasnya.Kazaz et.al (2008) menentukan empat faktor dan
variabel-variabel yang dapa mempengaruhi produktivitas,
yaitu:Faktor Sosio-PsikologisFaktor Organisational
Kedisiplinan Kondisi K3 Kepuasan kerja Penciptaan kerja Hubungan
dengan rekan kerja Pemberian tanggung jawab Sharing masalah dan
hasilnya Kesempatan dalam aktivitas sosial Perbedaan budaya
Partisipasi pekerja Jarak dari rumah Jarak dari pusat-pusat
keramaian sosial Kualitas manajemen Manajemen material Alur kerja
sistematis Pengawasan Lay out tempat kerja Pendidikan dan pelatihan
kerja Jumlah tim kerja dan efisiensi Reputasi perusahaan Kesempatan
relaksasi dan penyegaran
Faktor ekonomiFaktor fisik
Pembayaran tepat waktu Jumlah gaji Asuransi sosial pekerjaan
Pembayaran insentif dan penghargaan Keuangan Ketidak berlanjutan
pekerjaan Keangotaan dalam serikat pekerja Bekerja pada kegiatan
yang serupa Desain komplesitas toleransi kesalahan kondisi cuaca
Pemadatan jadwal Lembur shift kerja
F. Pengukuran Produktivitas ObjyektifMenurut Sink ( 1983 ),
sluruh kinerja perusahaan terdiri dari setidaknya 7 9 tujuh )
criteria yaitu : efektivitas, efisiensi, kualitas, produktivitas,
kualitas hidup, kerja, inovasi, dan profitabilitas. Sedangkan
produktivitas merupakan factor kunci keberhasilan bagi semua
perusahaan. Hannula (1999 ) telah menyatakan bahwa organisasi harus
mampu secaraterus menrus meningkatkan produktivitas agar perusahaan
tetap memperoleh keuntungan. Oleh karena itu, produktivitas juga
harus dikelola dengan baik. Secara sederhana dapat dinyatakan
bahwa, pengukuran produktivita adalah kuantifikasi dari output dan
input sumber daya dari suatu system produktif. Tujuannya dari
pengukuran produktivitas adalah peningkatan produktivitas yang
melibatkan suatu kombinasi dari peningkatan efektivitas dan suatu
penggunaan sumber daya yangtersedia secara lebih baik. Pengukuran
produktivitas adalah salah satu alat tradisional dan praktis
yangdigunakan untuk mengelola produktivitas.
Idealnya,prtoduktivitas total yangharus diukur. Produktivitas total
adalah total output dibagi dengan jumlah semua input. Sebagai
sebuah konsep, produktivitas total sebenarnyacukup sederhana.
Namun, pengkuranproduktivitas total pada prakteknya sangat sulit
dilakukan. Masalah utamanya adalah bahwa perbedaan output ( produk
dan jasa ) dan input ( misalnya tenaga kerja, material, energy )
tridak dapat dijumlahkan. Sebuah solusi yang dapat digunakan adalah
dengan menggunakan nilai monetary, tetapi kemudian hal tersebut
akan menjadi pengukuran tentang profitabilitas ( Uusi Rauva 1996 ).
Sebetulnya terdapat beberapa metode yang lebih praktis yang dapat
digunakan untuk pengukuran produktivitas. Mungkin yang paling umum
dipraktekkan dengan menggunakan pengukuran produktivitas parsial.
Rasio produktivitas parsial dapat dihitung dengan membagi total
output dengan salah satu atau bebarapa factor input. Sebagai
contoh, produktivitas tenaga kerja parsial tidak dapat dihitung
karena total output tidak dapat ditentukan, bahkan produktivitas
fisik. Produktivitas fisik diperoleh dengan membagi beberapa output
yang khas ( misalnya : jumlah klien yang dilayani atau jumlah
produksi dari produk utama ) dengan suatu input penting ( misalnya
: jam operasi mesin atau jam kerja ( Uusi-Rauva 1996 ).Sementara
itu, pengukuran produktivitas tidak langsung ( atau pengukuran
produktivitas pengganti ) dapatdigunakan dalam kasus kasus dimana
tidak mungkin untuk mendapatkan datayang diperlukan untuk
pengukuran produktivitas parsial dan fisik. Menurut Sink ( 1983 ),
pengukuran produktivitas pengganti meliputi factor- factor dan
rasio manajerial yang tidak termasuk dalam konsep produktifitas,
tetapi diketahui berkorelasi dengan hal itu. Dengan kata lain
gejala atau fenomena tertentu yang berkaitan dengan masalah
produktivitas. Hal tersebut termasuk, misalnya : tingkat kecacatan
yang tinggi, kecacatan pada mesin, kapasitas yangtidak terpakai,
material tidak terpakai, transportasi yang tidak perlu, suasana
kerja yangtidak kondusi, dan waktu tunggu yang panjang. Pengukuran
produktifitas tidak langsungfokus pada factor factor tersebut yang
berkaitan dengan produktivitas. Daftarberikut ini menyajikan contoh
contoh lebih lanjutdari factor- factor tidak langsung yang dapat
mempengaruhi produktifitas :1. Kebiasaan kerja, seperti :
ketidakhadiran, keterlambatan, pelanggaran aturan K32. Suasana
kerja, seperti : jumlah keluhan, turnover karyawan, kepuasan kerja.
3. Perasan atau perilaku, seperti : perubahan sikap, reaksi
terhadap keadan yangterjadi, perubahan yang dirasakan dalam kinerja
4. Keterampilan baru, seperti; keputusan yang dibuat, konflik yang
dapat dihindari, keterampilan mendengarkan. Kecepatan membaca,
frekuensi penggunaan keterampilan baru 5. Pengembangan atau
kemajuan, seperti : pengingkatan efektivitas pekerjaan, promosi dan
kenaikan gaji, permintaan mutasi kerja. 6. Initiatif, seperti :
jumlah usulan yang diserahkan / dilaksanakan keberhasilannya
menyelesaikan proyek. 7. Lingkungan keja fisika, seperti :
ketertiban dan kerapian, ergonomic, ( Smith 1990 ; Uusi-Rauva 1996;
Laitenen et.al.1999 )Dengan mengukur factor factor pengganti,
yangseharusnya terkait erat dengan produktivitas, seorang bisa
mendapatkan praktek pengukuran produktifitas subyektif. Hal ini
akan memberikan informasi tentangproduktivitas subyektif tidak
langsung, yang juga dapat digunakan untuk menjelaskan
penyebabperubahan dalam produktifitas.Sementara produktifitas dapat
didefinisikan secara singkat sebagai suatu rasio antara output dan
input, tetapi apakah produktivitas benar- benar dapat digunakan
sebagai suatu alat ukur yang selalu memicu banyak kontroversi di
kalangan para ahli. Pada dasarnya, dapat dikatakan bahwa pengukuran
produktivitas hanya merupakan suatu konsep yang sederhana. Dalam
prakteknya bagaimanapun juga, baik pengukuran output dan input
keduanya melibatkan masalah agregasi, dan masalah tersebut terletak
pada pengukuranproduktivitas di rumah kompleksitas. Sebagai contoh,
pertanyaan tentang bagaimana untuk menggabungkan produk yang
berbeda yang tidak memiliki kualitas yang konstan untuk dihapus
dari pengukuran output. Dalam nada yang sama, suatu masalah tentang
bagaimana mengagregasikan bergabai jenis input kedalam suatu unit
komposit yang terdefinisi dengan baik dan tetap menjadi salah satu
hal yang oentingpada sisi pengukuran input. Untuk mengatasi masalah
agregasi output dan input, terutama ketika input dan output
yangbersifat heterogen digabungkan, beberapa peneliti menyarankan
bahwa input harus ditambahkan dalam harga konstan dalam bentuk
nilai uang. Hal yang sama juga harus dilakukan untuk output (
Iyaniwura dan Osaba, 1983, David, 1972 ). Suatu celah dalam
pendekatan ini adalah bahwa indeks produktivitas yang dihasilkan
akan menjadi produktivitas ekonomi bukan produktivitas fisik, yang
mana harus menyampaikan lebih banyak makna bagi sebagain besar
pengguna pengukuran produktivitas. Ditambah lagi kedalam masalah
pengukuran input yaitu pertanyaan tentang bagaimana mengukur input
modal. Akibatnya, preferensi sering dinyatakan untuk suatu
pengukuran factor tunggal dari produktivitas, dan hal itu merupakan
suatu hal yang umum untuk melihat adanya penekanan yang menempatkan
pada input tenaga kerja ( input tenaga kerja itu sendiri juga sulit
untuk ditukar Misalnya, kadang- kadang disarankan bahwa tenaga
kerja harus didefiniskan dan diklarifikasikan baik melalui upaya
mental maupun fisik ). Hal ini secara fundamental tidak tepat untuk
mengasumsikan homogenitas tenagakerja ketika terdapat perbedaan
yang jelas dalam hal jenis kelamin, usia dan bakat. Terdapat 3 (
Tiga ) alasan yang kadang- kadang dikemukakan untuk membenarkan
penggunaan input tenaga kerja untuk tujuan pengukuran produktivitas
parsial sebagai berikut, yaitu:1. Tenaga kerja dianggap sebagai
factor yang paling penting dari produksi;2. Tenaga kerja merupakan
factor produksi yang paling mudah diukur;3. Tenaga kerja merupakan
satu satunya factor produksi yang memiliki control atas
kontribusinya terhadap output.Suatu ukuran atau indeks output
agregat dibagi dengan jumlah yang diamati dari input tunggal
sehingga menjadi pendekatan awal untuk melakukan pengukuran
produktivitas. Pendekatan indeks jumlah ini didasarkan pada
penggunaan factor pengukuran produktivitas tunggal atau parsial
yang memiliki satu keuntunga unik, yaitu : penjumlahan yang
sederrhana dan layak atau fisibel, kecualai bahwa data agregat
input tenaga kerja yang diperlukan tersedia. Kelemahan terbesar
dari pengukuran produktivitas tenaga kerja adalah ketidakmampuan
untuk mengidentifikasi factor penyebab akuntansi untuk pertumbuhan
produktivitas yang diamati. Misalnya substitusi modal untuk tenaga
kerja, pengenalan lebih banyak ( tenaga kerja ) efisien modal,
realisasi skala ekonomi dan pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
yanglebih terlatih, semua akan muncul dalam indeks output per orang
jam Muncul dalam literature tentang pengukuran produktivitas akhir-
akhir ini yang menunjukkan bahwa pengukuran produktivitas awal
berkisar pada nilai output agregat per input tenaga berupa jam
kerja pekerja. Saat ini penelitian tentangproduktivitas lebih
terfokus pada pengukuran factor produktivitas total atau Total
Factor Productivity ( TFP ) dimana agregat output dan input secara
komprehensif lebih diperhatikan. Perlu dicatat bahwa teori tentang
produksi tetap berbasis pada analisis factor factor yang
menjelaskan perubaahan tingkatoutput. Sedangkan, tingkat output
tergantungpada tiga (3) factor, yaitu :1. Kondisi teknologi atau
jenis proses produksi yang digunakan : 2. Jumlah dan jenis sumber
daya dimasukkan ke dalam proses produksi; dan 3. Efesien terhadap
penggunaan sumber dayaBerdasarkan ketika factor di balik perubahan
produktivitas tersebut muncul tiga penjelasan atas perbedaan dalam
jumlah factor produktivitas. Penjelasan tersebut adalah perbedan
dalam efesiensi produktif, skala produksi dan penggunaan teknologi,
tergantung pada asumsi asumsi tertentu ( asumsi ekuilibrium
kompetitif yang menunjukkan bahwa factor produksi dibayar dengan
nilai produksi marginal dan pengembalian konstan untuk skala
yangsering dibuat ) yang dibuat sehubungan dengan fungsi produksi
dan kondisi pasar. Sedangkan menurut Pernenakertrans Nomoe : PER.
21/MEN/IX/2009 tentang Pedoman Pelayanan Produktivitas, dinyatakan
bahwa pengkuran Produktivitas nneliputi : a) Pengukuran
produktivitas individu, b) Pengukuran Produktivitas mikro: c)
Pengukuran produktivitas makro, dimana :1) Pengukuran produktivitas
individu dilakukan pada orang per orang yang bekerja di perusahaan,
instansi pemerintah, atau kelompok masyarakat2) Pengukuran
Produktivitas mikro dilakukan pada skala perusahaan instansi
pemerintah atau kelompok masyarakat 3) Pengukuran Produktivitas
makro dilakukan pada skala nasional, sektoral, provinsi, atau
kabupaten / kotaSecara lebih sederhana, pengukuran produktivitas
secara umum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1.
Produktivitas total : adalah perbandingan antara total keluaran
(output ) dengan total masukan ( input ) per satuan waktu. Dalam
perhitungan produktivitas total, semua factor masukan ( tenaga
kerja, capital, bahan, energi ) terhadap total keluaran harus
diperhitungkan.2. Produktivitas parsial : adalah perbandingan dari
keluaran ( output ) seperti : hasil pekerjaan atau hasil produksi
dengan satu jenis masukan (input) persatuan waktu, seperti : upah
tenaga kerja, capital, bahan,energy, beban kerja, tinkat kelelahan
dll.Soedirman ( 1986 ) menghitung produktivitas parsial tenaga
kerja dengan rumus sebagai tersebut berikut ini 1) Produktivitas
Tenaga Kerja= (Keluaran ( OUTPUT ))/(Jenis Makanan ( INPUT )
)Sebelum perbaikan : Pk = k/M Setelah perbaikan : Pk = K/M; dimana,
Pk:produktivitas tenaga kerja sebelum perbaikan M:masukan per orang
per satuan waktu K:Keluaran ( rerata hasil kerja ) per orang per
satuan waktu Pk:Produktivitas tenaga kerja setelah perbaikan
M:Masukan per orang per satuan waktu setelah perbaikan ( M + ),
dimana biaya perbaikan K:keluaran ( reratan hasil kerja ) per orang
per satuan waktu ( K + X), dimana X adalah kenaikan atau penurunan
hasil kerja rerata per orangper satuan waktu.2) Rasio Produktivitas
Tenaga Kerja ( P )P:Produktivitas Tenaga Kerja Setelah Perbaikan (
Pk) Produktivitas Tenaga Kerja Sebelum Perbaikan ( Pk ) P:( M/M + )
Produktivitas dikatakan meningkat Pk > Pk, jika Pk = Pk Maka
produktivitas setelah perbaikan adalah sama dengan peroduktivitas
sebelum perbaikan Dapat ditegaskan bahwa, dari sudut pandang
ergonomi dan K3 bahwa penngkatan produktivitas kerja adalah berbeda
dari peningkatan produksi. Dalam prakteknya, peningkatan produksi
belum tentu disertai dengan peningkatan produktivitas, demikian
pula sebaliknya. Jadi tidak benar, jika ingin dan mengabaikan
faktor sumber dayanya.G. Pengukuran Produktivitas
SubyektifPengukuran produktivitas subyektif tidak didasarkan pada
informasi operasional secara kuantitatif. Sebaliknya, pengukuran
didasarkan pada penilaian subyektif personil individu. Wang dan
Gianakis ( 1999 ) telah mentapkan ukuran kinerja subyektif sebagai
indikator yang digunakan untuk menilai persepsi individu agrega,
sikap atau penilaian terhadap suatu produk atau jasa organisasi
perusahaan. Perbedaan antara pengukuran produktivitas obyektif dan
subyektif terletak pada apakah pengukuran didasarkan pada data
kuantitatif pada operasi atau sebaliknya yang didasarkan pada data
kualitatif, seperti ; keyakinan, persepsi atau sikap dan perilaku
individu. Dataproduktivitas biasanya dikumpulkan dengan menggunakan
kuesioner survey. Data subyektif juga bisa dalam bentuk deskriptif
atau kualitatif yang dikumpulkan dengan cara wawancara. Data
produktivitas subyektif dapat dikumpulkan dari karyawan,
supervisor. Klien atau pemasok. Menurut Smith ( 1990 ), informasi
produktivitas obyektif maupun subyektif harus valid dan reliable
dan harus mewakili produk atau proses yang telah diselesaikan.
Namun, dalam banyak kasus informasi output yangterkait tidak cukup
tersedia.dalam situasi demikian, sumber sumber informasi tidak
langsung biasanya dapat digunakan. Dalam bahasan ini, definisi
tentang pengukuran produktivitas subyektif berikut ini dapat
digunakan Pengukuran produktivitas subyektif adalah metode untuk
memperoleh informasi tentang produktivitas dengan cara mengumpulkan
dan menganalisi penilaian dari para pemangku kepentingan
yangrelevan mengenai produktivitas langsung atautidak langsung dari
obyek pengukuran.Sebagaimana pengukuran produktivitas obyektif,
pengukuran produktivitas subyektif juga dapat dilakukan
secaralangsung atautidak langsung. Sebenarnya istilah ini (
obyektif, subyektif, langsung dan tidak langsung ) hanya
menggambarkan keistimewaan tertentu dari situasi pengukuran.
Seperti diilustrasikan pada gambar 6.8 yang menggambarkan pendangan
ini. Pengukuran langsung atau tidak langsung mengacu pada
pendekatan yang digunakan dalam mengukur obyek pengukuran, disini
letak kunci produktivitas. Sedangkan pengukuran obyektif dan
subyektif menggambarkan kualitas dari data pengukuran. Hal tersebut
juga berhubungan dengan metode pengumpulan data yang dilakukan
Pengukuran produktivitas Langsung Pengukuran Produktivitas Tidak
Langsung
Pengukuran produktivita obyekrifMisalnya ; rasio produktivitas
parsial dan rasio produktivitas fisik Misalnya : Ketidakhadiran,
kapasitas yangtidal terpakai, transportasi yang tidak perlu dan
waktu tunggu yang lama
Pengukuran Produktivitas SubyektifMisalnya : pertanyaan survei
mengenai persepsi karyawan terhadap produktivitas mereka sendiri
Misalnya : pertanyaan survey mengenai kapasitas yangtidak terpakai,
transportasi yang tidak perlu dan waktu tunggu yang lama
Pengukuran produktivitas subyektif tidak langsung focus pada
factor factor pengganti. Factor factor tersebut meliputi kebiasaan
kerja, kepuasan kerja, waktu tunggu, waktu untuk mencari sesuatu,
dll. Dengan demikian, pengukuran produktivitas subyektif tidak
langsung memberikan informasi mengenai factor factor
subyektiftersebut. Suatu pengukuran produktifitas subyektif tidak
dapat langsung dilakukan melalui, misalnya ; pertanyaan survey
mengenai persepsi karyawanitu sendiri mengenai waktu tunggu yang
diperlukan. Menurut Clements Croome & Kaluarchchi ( 2000 ),
keuntungan dari pengukuran produktivitas subyektif adalah bahwa
pengukuran tersebut mudah digunakan, murah dan menawarkan berbagi
macam teknik. Suatu pertanyaan tunggal dapat mencakup topic dan
mudah untuk menambahkan ke dalam survey atau wawancar.
Pertanyaannya haru dibuat secara umum untuk semua responden dan
perbandingan yang fair dapatdibuat antara sebagian besar respon.
Selaian itu, untuk sampel besarda[at disurvei dengan biaya
yangrelatif murah, analisis data dan verifikasi lebih mudah untuk
seluruh sampel besar pada banyak kelompok yang berbeda. Di sisi
lain, selalu ada sejumlah masalah bagi responden yang disurvei dan
perancangan survey mungkin agak sulit dibuat. Sementara pengukuran
pengukuran produktivitas subyektif mungkin tidak memiliki tujuan
pengukuransecarakuatitatif ( atau fisik ) bahkan mungkin dapat
ditegaskan bahwa pengukuran produktivitas pengukuran subyektif
lebih tepat, manakala secara individu cnderung bekerja sesuai
dengan perasaan mereka. Menurut baku et.al ( 1993 ),keyakinan itu
sendiri, apakah hal tersebut benar atau tidak, akan dapat
mempengaruhi produktivitas. Meskipun demikian,kita dapat mengambil
keputusan esuai kemampuan kita sendiri dan kita akan cukup mampu
mengambarkan tentang produktifitas itu sendiri, meski sampai
sekarang belum ada caraatau pertanyaan terbaik untuk menilai
produktivitas ( Smith 1990 )Selain pertimbangan praktis,
reliabilitas dan validitas data juga merupakan hal yang penting.
Validitas mengacu pada kemampun alat ukur untuk mengukur apa
yangdimaksud untuk diukur. Secarateori, validitas pengukuran
produktivitas subyektiflangsungadalah baik, karena produktivitas
yang terkait dengan pertanyaan secara khusus dapat
dibuatsecararuntun untuk setiap kasus. Selain itu pertanyaan
pertanyaan dapat mencakup fenomena, seperti ; produktivitas,
komprehensif Dalam praktekny,pengukuran produktivitas
subyektiftidak memiliki validitas yangsemburna. Namun demikian,
masalah daalam validitas pengukuran produktivitas obyektif mungkin
akan lebih besar ( Uusi Rauva & Hannula 1996 ). Reliabilitas
adalah mengacu pada konsistensi hasil pengukuran. menurutEmory (
1985), reliabilitas berkaitan dengan perkiraan tingkat kebebabasan
random sampling atau ketidakstabilan kesalahan. Realibilitas dari
beberapa pengukuranproduktivitas subyektif biasanyaterletak pada
pembuatan kuisioner dapat meningkatkan kesetaraan. Selanjutnya
menurut Leaman dan Bordas ( 2000 ), bahwa responden akanmemutuskan
pilihannya sendiri pada saat mereka menjawab pertanyaan pertanyaan
produktivitas yang diajukan. Dengan demikian, pengukuran
produktivitas subyektif selalu dipengaruhi oleh factor- factor
eperti sikap responden, nilai nilai, dan fenomena sosial.Jenis
pengukuran Produktivitas SubyektifContoh pertanyaan terkait
Tingkat produktivitas tenaga kerja Responden sekarangbekerja
leboh keras daripada biasanya atau tidak bekerja daripada biasanya
( Woods et.al ) Beri nilai tingkat produktivitas pada skala tujuh
poin, mulai dari sangat tidak puas ampai dengan sangat puas (
Clements Croome dan Kaluarachchi)
Perubahan produktivitas tenaga kerja Bagaimana produktivitas
responden berubaa selama duatahun terakhir ( latinen et.al )
Tingkat factor tidak langsung Seberapa seringresponden menunggu
alat dan bahan pada saat mereka melakukan pekerjaan (Laitenan et.al
) Seberapa eringresponden menunggu tindakan rekan kerja atau
menunggu perintah atasan dalam pekerjaan ( laitenan et.al )
Perubahan factor tidak langsung Menilaia perubahan tingkat
kecacatan selama dua tahun terakhir ( Latinen et.al )
Pengaruh faktor produktivitas Penilaian tentangseberapa besar
presenta produktivitas responden akan meningkat jika masalah
lingkungan kerja kantor terkaittelah dapat diselesaikan (
Clements-Croome dan Kaluarachchi ) Perkiraan bagaimana responden
berfikir tentang produktivitas yang dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan di dalam gedung ( Leaman dan Bordass ) Dll
Sebetulnya banyak pengukuran produktivitas subyektifyang
ditampilkan tidak benar- benar mengukur dalam mengukur
produktivitas. Prakteknya hanya mengukur hubungan yangdirasakan
antara produktivitas dan faktor lingkungan kerja tertentu. Sebagai
contoh adalah jenis pertanyaanberikutestimasikan bagaimana anda
berfikir bahwa produktivitas anda di tempat kerja dapat meningkat
atau menurun oleh karena kondisi lingkungan di dalam gedung. Jenis
pertanyaantersebut tidak dapat digunakan dalam menentukan tingkat
atau perubahan dalam produktivitas. Namun dapat berguna secara
manajerial untuk mengidentifikasi factor fakto rtidak langsung yang
dianggap memiliki efek atau pengaruh pada produktivitas. Pertanyaan
terbaik berkaitan dengan produktifitassubyektiftampaknya yang folus
pada fenomena konkret. Misalnya, seberapa baik alat dan sarana
kerja yanganda gunakan pada saat bekerja ( pada skala 0 hingga 100
persen dari kapasitas anda ) ?atau seberapa seringanda harus
mencari alat dan bahan yangdigunakan dalam pekerjaan anda ? .
sebenarnya pertanyaan pertanyaan tersebut jugatidak dapat mengukur
produktivitas secara sempurna. Namun demikian, validitas dan
reabilitas pengukuran produktivitas subyektif dapat
dirancangsebagipenjumlahan dari beberapa pertanyaan.Secara ringkas
dapat disampaikan bahwa pengukuran produktivitas subyektif pada
dasarnya memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam kebanyakan kasus,
belum dipertimbangkan mengapa pertanyaan produktivitas harus dibuat
secaraspesifik atau apakah pertanyaan produktivitas adalah valid
atau tidak. Selaian itu, tidak ada pedoman untuk menerapkan
pertanyaan produktivitas spesifik dalam pengaturan organisasi yang
berbeda. Dengan demikian. Pada saat ini tidak ada prinsip baku
untuk menggunakan pengukuran produktivitassubyektifsebagai tujuan
penelitian atautujuan manajerial. Seperti diuraikan sebelumnya
bahwa kita tidak bisa mengatakan bahwa mendefinisakan dan /
ataumengukur produktivitas merupakan tujuan akhir. Pengukuran
produktivitas harus menghasilkan control yangefektif, yang pada
gilirannya akan menghasilkan tindakan korektif danyangpada akhirnya
akan menghasilkan peningkatan produktivitas. NECA ( 1991 ) juga
telah mengkategorikan factor factor yang mempengaruhi produktivitas
menjadi 3 ( tiga ) factor, yaitu : factor umum; factor organisasi
danteknis; dan factor manusia. Untuk produktivitas sebagai suatu
konseo danoengukurannya tampaknya masuk akal untuk percaya bahwa
terdapat perspektif yang lebih jelas dan pemahaman tentang
produktivitas berada dalam konseptulisasi produktivitas yang
merangkul semua pihak. Barangkali definisi produktivitas yang
komprehnsif akan membuatnya menjadi variable dependen yang akan
cukup untuk mengetahui apakah dalam kontek produktivitas atau bukan
: 1. Penghematan biaya yangdihasilkan dari pengenalan teknologi
baru Perbaikan manajemen diukur dengan kehadiran pada program
pelatihan manajemen dan seminar- seminar2. Perbaikan metode untuk
mencapai tugas perkejaan tertentu. 3. Meningkatkan moral dan
kepuasan pada karywan 4. Produk dan layanan yanglebih banyak dan
lebih baik.5. Fokus pada indikator kuantitatif dan kualitatif
produktivitas 6. Unit analisis dalam halo rang, kelompok kerja,
program, organisasi dan masyarakat pada umumnya yang menggunakan
kombinasi dari indikator kinerja di atas, termasuk indikator
kinerja dan standar, efektivitas perencanaan sumber daya manusia
untuk analisis produktivitas, pengkuran kerja. Untuk pengukuran
produktivitas, baik imajiner maupun nyata, indikator utama
daripeningkatan produktivitas menjadi suaturasio penurunan input ke
utama dari peningkatan produktivitas menjadi suatu rasio penurunan
input ke outputpada kualitas yang kontan atau meningkat. Sampai
saat ini, pendekatan yang ada yang digunakan untuk mengukur
produktivitas diharapkan pada nasalah agregasi. Namun, peningkatan
produktivitas harus diukur jika hanya untuk mencari peluanguntuk
meningkatkan danmenunjukkan seberapa baik upaya yang sedang
dilakukan.sangat mungkin bahwa besarnya masalah agregasi akan dapat
dikurangi jika pilihan yangtepat dibuat antara menerapkan
pengukuran produktivitas parametric dan non- parametrik.
BAB IIISTUDI KASUSA. Kasus Perbaikan Metode Kerja Pada
Perusahaan Rokok Sumber Rezeky Wajak Malang Di Bagian Pelintingan
Rokok Untuk Meningkakan Produktivitas Kerja(Alifia, 2004)
Perusahaan rokok Sumber Rejeki adalah salah satu perusahaan rokok
kretek yang proses produksinya dilakukan secara manual.
Permasalahan yang terjadi adalah perusahaan belum bisa mencapai
permintaan pasar sebagai target produksi setiap hari yang bisa
mencapai 28.800 batang (12 bal). Perusahaan hanya bisa memenuhi 75%
target produksi yang ada sebesar 21.600 batang (9bal) setiap hari.
Penyimpangan tersebut disebabkan tidak adanya waktu standar bagi
tenaga kerja pelintingan untuk menyelesaikan pekerjaannya yang
menyebabkan waktu penyelesaian pekerjaan menjadi tidak terkontrol
sehingga tenaga kerja harus lembur untuk mencapai target produksi
yang diinginkan perusahaan. Disamping itu juga disebabkan adanya
beberapa gerakan tidak efektif yang tidak diperlukan pada metode
kerja di bagian pelintingan yang berakibat lamanya pekerjaan
tersebut dilakukan. Hal ini menyebabkan tenaga kerja mengalami
kelelahan yang berakibat produktivitas kerja menurun.
BAB IVPEMBAHASANA. Analisis Permasalahan KasusAdapun
permasalahan yang ada pada kasus tersebut yakni:1. Tidak adanya
waktu standar bagi tenaga kerja dalam menyelesaikan pekerjaannya
yang masih menggunakan sistem manual dalam proses pengerjaannya2.
Metode kerja yang tidak ergonomis yang membuat ketidaknyamanan
dalam bekerja3. Adanya permasalahan tenaga kerja yang mengalami
kelelahan yang berakibat produktivitas kerja menurunB. Pembahasan1.
Faktor yang mempengaruhi produktivitas pada kasusSejalan dengan
teori yang dikemukakan oleh Kazaz et.al (2008) tentang faktor
penentu produktivitas, bahwa pada pekerja pelintingan rokok di
perusahaan rokok Sumber Rejeki ini, ada beberapa hal yang membuat
produktivitas menurun. Seperti faktor sosio-psikologis dari
lingkungan kerja yaitu kondisi K3 (lingkungan kerja yang tidak
ergonomis) yang mengakibatkan ketidaknyamanan sehingga tenaga kerja
mengalami banyak keluhan yang berujung pada kurangnya
produktivitas.Perbaikan metode kerja dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Perbaikan ini bertujuan untuk
mendapatkan metode kerja yang lebih baik dengan waktu penyelesaian
yang singkat sehingga diharapkan dapat mencapai target produksi
yang ditetapkan. Menurut Wignjosoebroto (2003) perbaikan metode
kerja bisa dilakukan melalui analisa metode untuk mencari,
mengembangkan, dan menerapkan metode yang lebih efektif dan
efisien, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran waktu kerja untuk
menentukan berapa lama waktu yang diperlukan untuk melaksanakan
metode tersebut dan menetapkan waktu standar sesuai dengan metode
yang sudah diperbaiki.Kemudian faktor dari organisasi kerja, dimana
tidak adanya pengawasan dan alur kerja yang sistematis, sehingga
beban kerja yang dirasakan oleh pekerja menjadi berlebih yang
berdampak pada produktivitas yang menurun.Kemudian dari faktor
ekonomi seperti pengupahan yang tidak tentu berdasarkan kuantitas
dari hasil kinerja dan tidak terkontrol dari serikat pekerja juga
menjadi sumbangnsi dalam penentu produktivitas kerja dari tenaga
kerja yang ada pada kasus. Dan dengan adanya shift kerja lembur
yang mengakibatkan kelelahan, sehingga membuat pekerja tidak
produktifPeningkatan produktivitas menjadi salah satu kunci bangi
perusahaan pada umumnya, dan hal lain yang menyebabkan pentingnya
produktivitas adalah meningkatknya standard kepuasan bagi pelanggan
yang disertai dengan adannya kompetisi yang semakin ketat. Sebagai
suatu kesatuan msing-masing bidang dan perusahaan harus mendukung
produktivitas perusahaan secara keseluruhan. Oleh sebab itu program
peningkatan produktivitas merupakan usaha terpadu yang menjadi
tujuan strategik setiap pimpinan perusahaan.2. Prinsip dalam
manajemen produktivitas pada kasusPrinsip dalam manajemen
produktivitas adalah efektif dalam mencapai tujuan dan efisien
dalam menggunakan sumber daya. Unsur-unsur yang terdapat dalam
produktivitas yang harus menjadi fokus dalam kasus tersebut yaitu
:a. EfisiensiProduktivitas sebagai rasio output/input merupakan
ukuran efisiensi pemakaian sumber daya (input). Efisiensi merupakan
suatu ukuran dalam membandingkan penggunaan masukan (input) yang
direncanakan dengan penggunaan masukan yang sebenarnya terlaksana.
Pengertian efisiensi berorientasi kepada masukan.b.
EfektivitasEfektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan
gambaran seberapa jauh target yang dapat tercapai baik secara
kuantitas maupun waktu. Makin besar presentase target tercapai,
makin tinggi tingkat efektivitasnya.c. KualitasSecara umum kualitas
adalah ukuran yang menyatakan seberapa jauh pemenuhan persyaratan,
spesifikasi, dan harapan konsumen. Kualitas merupakan salah satu
ukuran produktivitas. Meskipun kualitas sulit diukur secara
matematis melalui rasio output/input, namun jelas bahwa kualitas
input dan kualitas proses akan meningkatkan kualitas output.3.
Makna Pentingnya Produktivitas Pada Kasus yang DikajiPentingnya
arti produktivitas dalam meningkatkan kesejahteraan telah disadari
secara universal, tidak ada jenis kegiatan manusia yang tidak
mendapatkan keuntungan dari produktivitas yang ditingkatkan sebagai
kekuatan untuk menghasilkan lebih banyak barangbarang maupun jasa,
peningkatan produktivitas juga menghasilkan peningkatan langsung
pada standar hidup yang berada dibawah kondisi distribusi yang sama
dari perolehan produktivitas
BAB VPENUTUPA. KesimpulanBerdasarkan hasil kajian studi kasus,
adapun hal yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut:1.
Produktivitas adalah pengaruh antara hasil nyata maupun fisik
(barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya.
Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan
antara hasil keluaran dan masukan atau output : input.2.
Faktor-Faktor dalam penentu produktivitas adalah Motivasi,
Kedisiplinan, Keterampilan, Pendidikan, Etos kerja, Sikap dan etika
kerja, Gizi dan kesehatan, Tingkat penghasilan, Lingkungan kerja
dan iklim kerja, Teknologi ,Sarana produksi, Jaminan sosial,
Kesempatan berprestasi dan Manajemen3. Dari kasus yang dikaji,
adapun faktor yang mempengaruhi produktivitas dari pekerja
pelinting rokok di perusahaan Sumber Rezeki yang sejalan dengan
teori produktivitas dari Kazaz et.al (2008) yakni, faktor
psiko-sosial, organisasi, ekonomi dan faktor fisik4. Makna penting
dari produktivitas adalah peningkatan efektivitas dan efisiensi
sebagai sumber pertumbuhan ekonomi dan indicator perlindungan dalam
lingkup K3 dan ergonomic di sebuah perusahaan.
B. SaranBerdasarkan pembahasan dari kasus, adapun hal yang
menjadi saran adalah perbaikan metode kerja dapat dilakukan untuk
mengatasi masalah tersebut. Perbaikan ini bertujuan untuk
mendapatkan metode kerja yang lebih baik dengan waktu penyelesaian
yang singkat sehingga diharapkan dapat mencapai target produksi
yang ditetapkan1