Penyebab perdarahan hidung
Penyebab perdarahan hidung
Anatomi
Anatomi • Pembuluh darah utama di hidung berasal dari
arteri karotis interna (AKI) arteri optalmika arteri etmoidalis anterior dan posterior, pada bagian medial akan melintasi atap rongga hidung, untuk mendarahi bagian superior dari septum nasi dan dinding lateral hidung.
• AKE bercabang menjadi arteri fasialis dan arteri maksilaris interna. Arteri fasialis memperdarahi bagian anterior hidung melalui arteri labialis superior.
• Arteri maksilaris interna di fossa pterigopalatina bercabang menjadi arteri sfenopalatina, arteri nasalis posterior dan arteri palatina mayor. Arteri sfenopalatina memasuki rongga hidung pada bagian posterior konka media, memperdarahi daerah septum dan sebagian dinding lateral hidung. Pada bagian anterior septum, anastomosis dari arteri sfenopalatina, palatina mayor, ethmoidalis anterior dan labialis superior (cabang dari arteri fasialis), membentuk plexus Kiesselbach atau Little’s area. Pada posterior dinding lateral hidung, bagian akhir dari konka media terdapat plexus Woodruff yang merupakan anastomosis dari arteri sfenopalatina, nasalis posterior dan faringeal asendens.
Epidemiologi• Epistaksis atau perdarahan hidung diperkirakan terjadi pada 60% di seluruh
dunia, sekitar 33% membutuhkan penanganan gawat darurat
•Prevalensinya meningkat pada anak berusia kurang dari 10 tahun dan pada dewasa di atas 35 tahun
• Laki-laki lebih tinggi angka kejadiannya dibandingkan perempuan sampai usia 50 tahun, tetapi setelah usia 50 tahun tidak ada perbedaan antara kedua jenis kelamin
• Epistaksis anterior lebih sering terjadi dibanding epistaksis posterior, yaitu sekitar 80% kasus
• Epistaksis karena trauma lebih sering terjadi pada usia yang lebih muda (di bawah 35 tahun)
• Epistaksis karena non trauma lebih sering pada usia yang lebih tua (di atas 50 tahun)
Etiologi
Trauma
• Ringan mengorek hidung, benturan ringan, bersin, atau mengeluarkan ingus yang terlalu keras
• Trauma hebat kena pukul, jatuh, atau karena kecelakaan lalu lintas, juga bisa akibat benda asing tajam atau trauma pembedahan
spina septum yang tajam, pembengkakan.
deviasi atau perforasi
aliran udara pernafasan mengeringkan sekresi hidung.
krusta kerasUsaha melepaskan krusta
trauma digital. Berulang erosi
membrana mukosa septum
perdarahan
Infeksi lokal• Epistaksis dapat terjadi pada infeksi hidung
dan sinus paranasal seperti rhinitis atau sinusitis, bisa juga akibat infeksi spesifik seperti rhinitis jamur, tuberkulosis, lupus, sifilis, atau lepra.
•Rinosinusitis bakteri, virus, dan alergi menyebabkan inflamasi mukosa hidung dan dapat berakibat pada epistaksis. Perdarahan pada kasus ini biasanya ringan
Tumor
• Hemangioma• Angiofibroma
Tumor
• Hemangioma tumor jinak yang berasal dari jaringan pembuluh darah dari kulit, tulang, otot dan kelenjar
• (1) Hemangioma Kapiler• (2) hemangioma kavernosum • (3) mixed type hemangioma
Tumor
• Angiofibroma nasofaring : tumor nasofaring yang bersifat jinak secara histopatologis tetapi secara klinis bersifat destruktif dan lebih sering dijumpai pada laki-laki remaja
• Tumbuh cepat sinus paranasal, fossa pterigomaksila, fossa infratemporal, fossa temporal, pipi, orbita, dasar tengkorak dan rongga intrakranial
• Dua Unsur :– Jaringan Ikat Fibrosa – Pembuluh Darah
Dinding Pembuluh Darah
Tidak Mengandung Jaringan Ikat Elastis Dan
Lapisan Otot,
Mudah Terjadi Perdarahan Hebat Saat Disentuh
Penyakit sistemik
• Epistaksis sering terjadi pada tekanan darah tinggi
karena kerapuhan pembuluh darah yang
disebabkan oleh penyakit hipertensi yang kronis
sehingga terjadi kontraksi pembuluh darah yang terus menerus yang
mengakibatkan mudah pecahnya pembuluh darah
yang tipis.
• Pada arteriosklerosis terjadi kekakuan
pembuluh darah. Jika tekanan darah
meningkat, pembuluh darah tidak bisa
mengkompensasi dengan vasodilatasi
sehingga menyebabkan ruptur dari pembuluh
darah.
Penyakit sistemik• Hati merupakan organ yang
penting bagi sintesis protein-protein yang berkaitan
dengan koagulasi darah, misalnya pembentukan
fibrinogen, protrombin, faktor V, VII, IX, X dan vitamin K.
Pada sirosis hepatis, fungsi sintesis protein-protein dan
vitamin yang dibutuhkan untuk pembekuan darah
terganggu sehingga mudah terjadinya perdarahan,
sehingga epistakis bisa terjadi pada penderita sirosis
hepatis.
• Pada diabetes melitus, terjadi kerusakan mikroangiopati dan
makroangiopati. Kadar gula darah yang tinggi dapat
menyebabkan sel endotelial pada pembuluh darah
mengambil glukosa lebih dari normal sehingga terbentuklah lebih banyak glikoprotein pada permukaannya dan hal ini juga menyebabkan basal membran semakin menebal dan lemah.
Dinding pembuluh darah menjaadi lebih tebal tetapi
lemah sehingga mudah terjadi perdarahan.
Kelainan darah
LeukemiaAkutKronikMultiple Myeloma
HemofiliaTipe ATipe BTipe C
Gangguan darah lain
AnemiaTrombositopenia
Gangguan hormonalGangguan Hormonal
Atrofi mukosa
Epistaksis Berulang
Pemberian Terapi Hormonal
Kelainan kongenital • kelainan otosomal dominan
berupa malformasi vaskular yaitu abnormalitas susunan endotel dan kelemahan pembuluh darah sehingga mudah terjadi perdarahan
Telangektasis hemoragik herediter
• Kelainan otosomal dominan pada fungsi koagulasi (faktor VIII)Von
Willebrand
Infeksi sistemik
Demam berdarah
Tifoid
Morbili
Influenza
Perubahan udara atau tekanan atmosfer
Epistaksis
Kelembaban udara yang
rendah iritasi pada mukosa.
udara yang kering dan saat musim
dingin dehumidifikasi mukosa nasal zat kimia di
tempat industri yang bersifat
korosif keringnya mukosa
hidung
Tatalaksana
Perbaiki keadaan umum
Cari sumber perdarahan
Hentikan perdarahan
Cari faktor penyebab untuk mencegah perdarahn berulang
Tatalaksana perdarahan anteriorPerdarahan anterior dapat dicoba hentikan dengan menekan
hidung dari luar selama 10-15 menit
perdarahan dikaustik dengan larutan Nitras Argenti (AgNO3) 25-30%. Setelahnya diberi salep antibiotik
Pemasangan tampon anterior apabila perdarahan masih terus berlangsung. Dibuat dari kapas atau kasa yang diberi pelumas vaselin atau salep antibiotik. Tampon dimasukkan sebanyak 2 sampai 4 buah dan dipertahankan selama 2 x 24 jam, harus
dikeluarkan untuk mencegah infeksi hidung
Tatalaksana perdarahan anterior
Tatalaksana perdarahan anterior
Tatalaksana perdarahan posterior• Tampon Bellocq
• Kateter folley
• Tampon buatan pabrik dengan balon yang khusus untuk hidung atau tampon dari bahan gel hemostatik
• Teknik kauterisasi atau ligase arteri sfenopalatina dengan panduan endoskop
Tatalaksana perdarahan posterior
Komplikasi Akibat epistaksis
Aspirasi darah ke dalam saluran napas bawah
Syok, anemia, dan gagal ginjal
Turunnya tekanan darah mendadak
Infeksi
Hemotimpanun
Bloody tears
Akibat penanggulangan epistaksis
Rinosinusitis, otitis media, septicemia, atau toxic shock
syndrome
Pemasangan tampon posterior (tampon Bellocq) dapat
menyebabkan laserasi palatum mole atau sudut bibir
Pencegahan perdarahan berulangPerlu dicari penyebabnya
Lakukan pemeriksaan laboratorium darah lengkap, pemeriksaan fungsi hepar dan ginjal, gula darah, hemostatis
Pemeriksaan foto polos atau CT scan sinus bila dicurigai adanya sinusitis
Konsul ke penyakit dalam dan anak apabila terdapat kelainan sistemik