BORANG PORTOFOLIO 1No. ID dan Nama Peserta:dr. Arif Ridha
No. ID dan Nama Wahana:RSUD Bangkinang
Topik:Epistaksis Anterior
Tanggal (kasus):14-12-2014Presentan:dr. Arif Ridha
Tanggal presentasi:9-12-2014Pendamping:dr. Nur Aisyah M Kes
Tempat presentasi:RSUD Bangkinang
Obyektif presentasi:
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia
Deskripsi:Laki-laki, 23 tahun, datang dengan keluhan hidung
berdarah sejak 10 menit SMRS
Tujuan:Diagnosis dan penanganan yang cepat dan tepat
Bahan bahasan: Kasus Tinjauan Pustaka Riset Audit
Cara membahas: Diskusi Presentasi dan diskusi E-mail Pos
Data pasien:Nama:Tn. INo. Registrasi:
Nama klinik: RSUD BangkinangTelp:Terdaftar sejak:
Data utama untuk bahan diskusi :
1.Diagnosis/Gambaran Klinis : Epistaksis Anterior. Pasien
seorang laki-laki 22 tahun yang memiliki hobi bermain sepak bola,
saat bermain sepakbola tidak sengaja hidup pasien tersundul kepala
temannya.
2.Riwayat Pengobatan :-
3.Riwayat Kesehatan/Penyakit :Riwayat : Riwayat hipertensi
disangkal. Riwayat mimisan sebelumnya disangkal.
4.Riwayat Keluarga/Lain-lain :Riwayat penyakit yang sama di
keluarga atau lingkungan sekitar tidak ada.
5.Riwayat Pekerjaan :Pasien bekerja sebagai Pegawai Swasta di
salah satu perusahaan swasta di Kabupaten Kampar. Pekerjaan rutin
sebagai petugas di bidang administrasi yang tidak memiliki risiko
mengalami trauma pada os nasal.
Daftar Pustaka :
1. Abelson TI. Epistaksis dalam: Scaefer, SD. Rhinology and
Sinus Disease Aproblem- Oriented Aproach. St. Louis, Mosby Inc,
2008: 43 9 2.
http://emedicine.medscape.com/article/863220-epistaxis3. Adam GL,
Boies LR, Higler PA (eds) Buku Ajar Penyakit THT, Edisi Keenam,
Philadelphia: WB Saunders, 2009. Editor Effendi H. Cetakan VI.
Jakarta, Penerbit EGC, 2010
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis Epistaksis Anterior2. Tatalaksana Epistaksis
Anterior
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subyektif : Pasien
datang dengan keluhan keluar darah dari kedua lubang hidung sejak
10 menit sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku saat itu sedang
bermain sepak bola dan lawan main pasien tidak sengaja menyundul
daerah muka pasien, lalu mulai keluar darah dari hidung pasien.
Pasien sudah mencoba menahan laju perdarahan menggunakan tissue,
tetapi darah tidak kunjung berkurang. Riwayat mimisan sebelumnya
disangkal. Riwayat hipertensi disangkal. Riwayat trauma pada hidung
sebelumnya disangkal.Pasien bekerja sebagai Pegawai Swasta di salah
satu perusahaan swasta di Kabupaten Kampar. Pekerjaan rutin sebagai
petugas di bidang administrasi yang tidak memiliki risiko mengalami
trauma pada os nasal.Pasien hobi bermain sepak bola dan futsal
bersama rekan-rekan kerjanya. Kegiatan ini dilakukan minimal 2x/
minggu.
2. Obyektif :Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum
tampak sakit ringan, pasien tampak tenang, TD 120/80 mmHg, N 104
x/menit Regular-Equal-Isi Cukup, R: 24x/menit, S 36,8 oC. Mata :
Konjungtiva anemis -/- , Leher: JVP tidak meningkat,. Thorax :
Pergerakan dada simetris, Vesikular Breath Sound kanan = kiri,
ronkhi-/-, wheezing-/- Jantung: Bunyi jantung I,II Murni Reguler,
murmur -, gallop -, Abdomen : Cembung, BU (+) Normal, datar lembut
NT (-). Ekstrimitas edema pretibial -/-
Status lokalis:Lubang Hidung kanan dan kiri mengeluarkan
darahDeformitas tidak adaHematom -Faring: tidak terlihat darah
mengalir
3. Assessment :
Dari anamnesis didapatkan gejala darah keluar dari kedua rongga
hidung, hal ini dapat terjadi akibat pecahnya Kiesselbachs Plexus
akibat trauma atau benturan yang terjadi saat bermain sepak bola.
Selain itu bermain sepak bola di siang hari saat udara panas dan
kelembaban rendah menjadi faktor risiko iritasi pada rongga hidung
dan memudahkan terjadinya pecahnya Kiesselbachs Plexus. Adapun
beberapa penyebab tersering pecahnya Kiesselbachs Plexus
(epistaksis anterior) secara garis besar dibagi dua, lokal dan
sistemik:Lokal: Trauma lokal akibat benturan atau nose picking.
Udara panas dan kelembaban rendah Iritasi bahan Kimia. Abnormalitas
septum Tumor daerah nasofaring Benda asing Reaksi inflamasi
Vascular malformation Sistemik: Gangguan pembekuan darah
Obat-obatan seperti antihistamin, kortikosteroid, dan NSAID
Hipertensi Hereditary Haemorrhagic Telangiectasis Malnutrisi
4. Plan :Prinsip penanganan pada Epistaksis adalah menghentikan
perdarahan, adapun hal-hal penting yang perlu dicari tahu
sebelumnya:1. Riwayat perdarahan sebelumnya2. Lokasi perdarahan3.
Apakah darah mengalir ke tenggorokan (epistaksis posterior) atau
keluar dari hidung depan pada saat pasien duduk tegak.4. Lamanya
perdarahan dan frekuensinya5. Riwayat gangguan perdarahan pada
keluarga6. Hipertensi7. Penyakit Hati8. Diabetes Melitus9. Gangguan
koagulasi10. Trauma hidung yang belum lama11. Obat-obatan
anti-agregrasi trombosit
Tiga prinsip utama dalam penanganan epistaksis yaitu,
menghentikan perdarahan, mencegah komplikasi, dan mencegah
terjadinya epistaksis ulang. Jika pasien mengalami syok, perbaiki
dulu keadaan umum pasien. Tindakan yang dapat dilakukan antara
lain:a.) Perbaiki keadaan umum penderita, penderita diperiksa dalam
posisi duduk, kecuali bila penderita sangat lemah.b.) Pada anak
dengan epistaksis ringan, perdarahan dapat dihentikan dengan cara
duduk dengan kepala ditegakkan, kemudian cupping hidung ditekan ke
arah septum dalam beberapa menit. (metode trotter)c.) Tentukan
sumber perdarahan dengan tampon anterior yang telah dibasahi dengan
adrenalin dan pantokain.d.) Bila perdarahan cukup jelas, dapat
dilakukan elektrocauter untuk epistaksis anterior.e.) Bila
perdarahan masih mengalir, dapat diberikan tampon anterior pada
epistaksis anterior.
Setelah diagnosis epistaksis anterior ditegakkan dan
penyulit-penyulit seperti riwayat gangguan pembekuan darah, riwayat
tumor, riwayat mimisan berulang pada keluarga disangkal, perdarahan
dihentikan dengan menggunakan kasa steril di kedua lubang hidung.
Pasien diminta bernapas melalui mulut dengan posisi kepala
menghadap ke atas. Selain itu, diberikan Vit K dan Asam traneksamat
1 tablet untuk membantu menghentikan perdarahan. Dua puluh menit
kemudian, perdarahan berhenti dan pasien bisa pulang.