LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
ENZIM UREASE DAN SCHARDINGER
Disusun OlehKelompok 9 Farmasi D :Lisa Dewi Purnama
Rizki(201210410311018)Aditya Pradnya Paramita(201210410311109)Irsan
Fahmi(201210410311171)Rosida Fajrin(201210410311201)Nurul
Hidayah(201210410311236)
PROGRAM STUDI FARMASIFAKULTAS ILMU KESEHATANUNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MALANG2014BAB IPENDAHULUAN
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam
sel hidup, dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi
biokimia, yang secara kolektif membentuk metabolisme perantara dari
sel.Reaksi-reaksi yang terjadi dalam sel hidup berlangsung sangat
cepat berkat adanya enzim. Enzim disintesa diaktivitasnya. Karena
enzim terdiri dari protein, maka sifat-sifat kimia dan fisika
protein pada umumnya berlaku juga untuk enzim. Dan juga golongan
enzim dapat mengkatalisis beberapa reaksi, seringkali hanya satu
reaksi saja. Ini merupakan salah satu sifat enzim . ada juga
golongan enzim yang dapat mengkatalisis jenis reaksi yang sama,
misalnya pemindahan fosfat, oksidasi reduksi, dan sebagainya. Jadi
ada suatu kespesifikan.1. Enzim UreaseUrease adalah sebuah protein
yang ditemukan dalam bakteri, kapang, dan beberapa tanaman tingkat
tinggi. Urease merupakan enzim yang menghidrolisis urea menjadi CO2
dan NH3. Reaksinya adalah :
+ H2O 2NH3 + CO2 (NH4)2CO3
Aktivitas urease meningkat sebanding dengan peningkatan suhu
dari 10 40 C. Aktivitas urease menjadi sangat tidak aktif apabila
tanah dipanaskan selama 24 jam sehingga suhu mencapai 105 C. Berat
molekul enzim urease sebesar 483.000. Suhu 10oC akan mempercepat
reaksi dua kali atau tiga kali lebih cepat. Karakteristik lainnya
yaitu pH optimum 7,4 suhu optimum 60C dengan spesifikasi enzimatis:
urea dan hidroksi urea.Karakteristik enzim urease yaitu :1. Tempat
aktifnya metal : nikel (II)2. Berat molekul : 480kDaatau 545kDadari
Jack Bean Urease (kalkulasi massa dari rangkaian asam amino).3. pH
Optimum : 7.44. Temperatur optimum : 600C5. spesifik enzim : urea
dan Hydroxyurea6. Inhibitor : Logam beratPeran utama urease adalah
menyediakan energi internal dan eksternal bagi organisme untuk
menggunakan urea atau hidroksiurea sebagai sumber N. (Suhartono,
1989). Urease ditemukan terutama dalam kuantitas besar pada
jackbean, kedelai, biji tanaman, pada beberapa jaringan hewan dan
pencernaan mikroorganisme. Urease juga ditemukan pada berbagai
macam organisme seperti bakteri, jamur, dan tumbuhan tinggi. Urease
pada lingkungan berperan dalam jalur sistem transportasi nitrogen.
Peran utama urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal
bagi organisme untuk menggunakan urea atau hidroksiurea sebagai
sumber N.
2. Enzim SchardingerEnzim schardinger merupakan enzim yang
termasuk golongan enzim oksidase, terdapat diantara lain di dalam
susu sapi dan dikenal pula sebagai enzim xanthine oksidase karena
dapat mengoksidase xanthine. Enzim ini juga dapat mengoksidasi
aldehid. Gugus aldehid bertindak sebagai donor hidrogen. Reaksinya
berlangsung secara anaerob dan dapat ditunjukkan bila ada akseptor
hidrogen yang sesuai seperti metilen biru. Jalannya reaksi dapat
dilihat dengan perubahan warna biru (bentuk oksidasi) menjadi tidak
berwarna (bentuk reduksi).Degan adanya enzim Schardinger, dapat
juga digunakan untuk mengetahui kesegaran suatu susu. Susu yang
basi mengandung banyak bakteri yang bekerja secara aerob dengan
kata lain membutuhkan banyak oksigen. Hal ini mengakibatkan kadar
oksigen dalam susu menurun. Oleh karena itu, ketika methylene blue
ditambahkan, warna biru langsung berubah menjadi putih karena enzim
Schardinger langsung bekerja disebabkan kadar oksigen yang minimal
(kondisi anaerob) sehingga sesuai dengan sifat kerja enzim
Schardinger yang bersifat anaerob.
BAB IIPROSEDUR PRAKTIKUM
A. Enzim Urease
1. Alat Pipet volumetric 1 mili Tabung reaksi 3 buah Beaker
glass Hotplate
2. Bahan Susu kedelai (larutan urease) Indikator Phenolphetalin
Larutan ureum 1% HgCl2 Urin
3. Pelaksanaan1. Siapkan enam tabung reaksi, tandai dengan ureum
A, B, C dan urin A, B, C2. Isi tabung reaksi ureum A, B, dan C
dengan larutan 5 ml ureum 1% dan tabung reaksi urin A, B, dan C
dengan larutan 5 ml urin yang sudah di add kan dengan aquadest3.
Untuk tabung ureum dan urin :a. Untuk tabung A tambahkan 5 tetes
phenolphatelin 2% dan kemudian 1 ml larutan urease. Siapkan
stopwatch, perhatikan warna larutan yg timbulb. Lakukan percobaan
seperti tahap 3a pada tabung B, tetapi dengan lebih dulu memanaskan
1 ml larutan urease yang akan dipakai sampai mendidih. Siapkan
stopwatch, perhatikan warna yang timbulc. Lakukan percobaan seperti
tahap 3a pada tabung C, tetapi dengan lebih dulu menambahkan 5
tetes larutan HgCl2 ke dalam 1 ml larutan urease yang akan dipakai.
Siapkan stopwatch, perhatikan warna yang timbul.
4. Bagan AlirSiapkan 6 tabung reaksi yang telah ditandai ureum
A, B, C dan urin A, B, C
Tabung ureum A, B, C diisi dengan 5 ml ureum 1%, tabung urin A,
B, C diisi dengan larutan 5 ml Turin
1. Tabung A tambahkan 5 tetes phenolphatelin 2% dan kemudian 1
ml larutan urease. Siapkan stopwatch, perhatikan warna larutan yg
timbul
2. Lakukan seperti percobaan di atas pada tabung B, tetapi
dengan lebih dulu memanaskan 1 ml larutan urease yang akan dipakai
sampai mendidih. Siapkan stopwatch, perhatikan warna yang
timbul
3. Lakukan percobaan seperti no. 1 pada tabung C, tetapi dengan
lebih dulu menambahkan 5 tetes larutan HgCl2 ke dalam 1 ml larutan
urease yang akan dipakai. Siapkan stopwatch, perhatikan warna yang
timbul
5. Gambar Skematis
B. Enzim Schardinger
1. Alat1. Pipet volumetric 1 mili2. Tabung reaksi 3 buah3.
Beaker glass
2. Bahan 1. Susu sapi mentah2. Susu sapi matang3. Methylene Blue
Formaldehid4. Paraffin cair
3. Pelaksanaan1. Siapkan 3 tabung reaksi, tandai dengan P,Q dan
R.2. Kedalam tabung P dan Q tambahkan masing-masing 3 ml susu
mentah, sedangkan ke dalam tabung R masukkan 3 ml susu yang sudah
dimasak.3. Tambahkan 6 tetes Methylene Blue formaldehid (25 mg MB
dilarutkan dalam 195 ml air dan 5 ml formaldehid 40 %) kedalam
ketiga tabung dan kocoklah sampai warnanya rata.4. Tambahkan 8
tetes paraffin cair kedalam tabung P, Jangan Dikocok!5. Inkubasi
ketiga tabung pada 37o C selama jam. Amatilah perubahan warna yang
terjadi dalam masing-masing tabung dan jelaskan mengapa
demikian.
4. Bagan AlirSiapkan 3 tabung reaksi yang telah ditandai P, Q,
dan RTabung P dan Q + 3 ml susu mentah, sedangkan tabung R masukkan
3 ml susu masak+ 6 tetes MB formaldehid ke dalam ketiga tabung,
kocok ad rata+ 8 tetes parafin cair pada tabung P. Jangan di
kocok!Inkubasi ketiga tabung pada suhu 37o C selama jam. Amatilah
perubahan warna5. Gambar Skematis
BAB IIIDATA HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Enzim Urease Hasil Percobaan Tabung A ( perlakuan ) 5ml urine
( telah di encerkan ) + 1 ml susu kedelai + 1 tetes indicator PP
Tabung B ( perlakuan ) 5ml urine ( telah diencerkan ) + 1ml susu
kedelai yang di panaskan + 1 tetes indicator PP Tabung C (
perlakuan ) 5ml urine ( telah di encerkan ) + 1 ml susu kedelai + 1
tetes indicator PP + 1 tetes larutan Sublimat ( HgCl2)
Pembahasan Pada praktikum kali ini akan di uji bagaimana kerja
enzim urease pada perlakuan yang berbeda pada tabung A, B, dan C.
Sebelum tabung-tabung di isi dengan zat-zat. Terlebih dahulu
melakukan pengenceran urine. Yaitu ukur 15 ml urine ditambah
aquadest 15 ml lalu dikocok hingga homogenPada tabung A perlakuan
di masukkan 5 ml urine yang telah di encerkan + 1ml susu kedelai +
1 tetes indikator PP. Setelah semua di masukkan kedalam tabung
reaksi dan setelah 8 menit. Tabung reaksi A memberikan perubahan
warna, yaitu dari yang awalnya tidak berwarna menjadi berwarna
merah muda ( pink ). Tabung A merupakan kontrol positif dari
percobaan ini. Dimana dapat dilihat dengan adanya perubahan warna
menandakan bahwa enzim urease telah bekerja yaitu dengan
menghidrolisis urine yang telah di encerkan menjadi senyawa
ammonium carbonate [(NH4)2CO3]. Dan dengan di tambahkannya PP serta
perubahan zat di dalam tabung menjadi warna menjadi merah muda (
pink ) menandakan bahwa enzim ini bekerja dalam suasana basa.
Pada tabung B pelakuan dimasukkan 5 ml urine yang telah di
encerkan + 1ml susu kedelai yang telah direbus + 1 tetes indikator
PP. Pada tabung B menunjukkan bahwa warna larutan putih keruh dan
terdapat endapan berwarna putih di dasar tabung. Hal ini menandakan
bahwa enzim urease tidak bekerja untuk menghidrolisis urine yang
telah di encerkan. Sehingga ammonium carbonate [(NH4)2CO3] yang
berperan sebagai produk tidak terbentuk. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa seperti yang telah kita ketahui enzim urease merupakan
suatu protein dimana cara kerjanya dipengaruhi oleh beberapa faktor
salah satunya suhu. Jika berada dalam suhu diatas 60o C maka enzim
akan mengalami denaturasi/rusak sehingga enzim tidak dapat bekerja.
Dalam tabung B ini seperti yang kita ketahui susu kedelai (
mengandung enzim urease ) direbus hingga mendidih sehingga enzim
rusak dan tidak dapat bekerja dan produk berupa ammonium carbonate
tidak terbentuk. Pemberian indikator PP juga tidak memberikan
perubahan warna menunjukkan bahwa larutan dalam suasana asam.Pada
Tabung C perlakuan dimasukkan 5 ml urine yang telah diencerkan +
1ml susu kedelai + 1 tetes indicator PP + 1 tetes larutan sublimat
berupa mercury klorida / (HgCl2). Pada larutan tabung reaksi C
larutan berwarna putih keruh. Dan tidak menunjukan perubahan warna
yang berarti seperti pada tabung A yang menandakan terbentuknya
produk [(NH4)2CO3] / ammonium carbonate. Karena kerja enzim telah
diinaktifkan oleh mercury klorida / (HgCl2). Seperti yang kita
ketahui Hg2+ merupakan salah satu jenis inhibitor nonkompetitif
irreversible dimana salah satu kerjanya yaitu dapat menginaktifkan
kerja enzim. Karena kerja enzim urease diinaktifkan oleh mercury
klorida / (HgCl2) maka produk [(NH4)2CO3] / ammonium carbonate
tidak dapat terbentuk. Dan dengan ditambahkan 1 tetes indicator PP
tidak menunjukan perubahan warna maka dapat dipastikan larutan ini
dalam suasana asam.
B. Enzim Schardinger Hasil Percobaana. Tabung P : susu 3 mL + 6
tetes MB + 8 tetes parafin cairb. Tabung Q : susu 3 mL + 3 tetes
MBc. Tabung R : susu masak 3 mL + 6 tetes MB
Pembahasana. Tabung R Susu sapi masak 3 ml + 6 tetes Methylene
blue formadehide (kocok ad homogen)Pada tabung reaksi R, sebelum
diinkubasi larutan berwarna biru muda. Setelah diinkubasi selama
jam ( 30 menit ) pada suhu 37oC, warna larutan tetap berwarna biru
muda. Hal ini menunjukkan metilen blue tidak menangkap adanya ion
H+ sehingga warna larutan tidak berubah. Hal ini disebabkan enzim
Schardinger tidak dapat mengoksidasi gugus aldehid sehingga ion H+
tidak terbentuk. Fenomena ini terjadi karena enzim Schardinger yang
ada didalam susu sapi mengalami denaturasi atau rusak karena suhu
yang tinggi (diatas 60o C) yang diakibatkan dari pemasakan susu
sapi hingga matang (suhu tepat atau lebih dari 100o C). Enzim
schardinger merupakan suatu protein dan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi stabilitas protein adalah faktor suhu.b. Tabung P
Susu sapi masak 3 ml + 6 tetes methylene blue formaldehid + 8 tetes
paraffin cair (jangan di kocok) Pada tabung P, fungsi pemberian
parafin cair adalah untuk menghalangi agar O2 tidak dapat masuk ke
dalam susu. Setelah itu, tabung diinkubasi selama 30 menit pada
suhu 37oC. Sebelum diinkubasi, larutan berwarna biru muda. Setelah
diinkubasi, warna larutan berubah menjadi putih butek (putih tidak
jernih). Hal ini menunjukkan bahwa metilen blue menangkap ion H+
sehingga mengalami perubahan warna. Adanya ion H+ menunjukkan bahwa
enzim schardinger dapat mengoksidasi aldehid. Gugus aldehid
bertindak sebagai donor hidrogen. Dengan begitu, telah ditunjukkan
bahwa Enzim Schardinger bekerja secara anaerob (tidak membutuhkan
oksigen dalam melaksanakan aktivitasnya). Selain itu, inkubasi pada
suhu 37o C selama 30 menit juga membantu enzim bekerja lebih baik
disebabkan pada suhu tersebut enzim berada pada kondisi lingkungan
yang optimal.c. Tabung Q Susu sapi 3 ml + Methylene blue
formaldehid 6 tetes (kocok ad homogen)Pada tabung Q, warna larutan
sebelum diinkubasi berwarna biru muda. Setelah diinkubasi, warna
larutan berubah sebagian menjadi warna putih butek (putih yang
keruh). Hal ini menunjukkan metilen blue tidak dapat menangkap ion
H+ secara keseluruhan sehingga warna larutan hanya berubah
sebagian. Indikator tersebut menunjukkan bahwa enzim Schardinger
tidak bekerja secara optimal walaupun dalam kondisi lingkungan
optimal yang ditandai dengan diinkubasi selama 30 menit dalam suhu
37oC. Hal ini disebabkan masih adanya kontak antara enzim
Schardinger dengan O2 sehingga kerja enzim Schardinger tidak lagi
optimal atau terhambat.
BAB IVPENUTUP
1. Kesimpulan
Enzim Ureasea. Didalam susu kedelai terdapat enzim urease.
Karena enzim merupakan suatu protein maka ada beberapa
factor-faktor yang dapat memengaruhi salah satunya adalah suhu.
Enzim akan mengalami denaturasi / rusak jika didihkan / berada
diatas suhu 60oC . b. Cara kerja enzim urease
(NH2)2CO+H2OCO2+2NH3Urea + Water urease Ammonium Carbonate
c. Urease ditemukan dalam jumlah yang besar pada jack bean,
kacang kedelai, dan beberapa biji tanaman lainnya.d. Dengan
ditambahkan larutan sublimat berupa mercury klorida/(HgCl2) dapat
menginaktifkan kerja enzim urease. Sehingga produk berupa ammonium
carbonate tidak dapat terbentuk. Seperti yang kita ketahui Hg2+
merupakan salah satu inhibitor non-kompetitif irreversible dimana
cara kerjanya dapat menginaktifkan kerja enzim.e. Peran utama
urease adalah menyediakan energi internal dan eksternal bagi
organisme untuk menggunakan urea atau hidroksi urea sebagai sumber
N (Suhartono, 1989).f. Dengan ditambahkannya indicator
phenolphthalein ( PP ) dapat dipergunakan utuk mengetahui dalam
suasana apa larutan itu bekerja.
Enzim Schardinger1. Enzim pada susu dapat mengakatalisis
oksidasi formaldehid dengan berubahnya warna pada metilen biru dari
biru menjadi putih2. Dengan adanya pemasakan susu, enzim yang
terkadung di dalamnya (Schardinger) menjadi rusak3. Dengan adanya
parafin cair dapat mempercepat kerja enzim (perubahan warna semakin
cepat) karena suasana menjadi anaerob4. Enzim Schardinger dikenal
dengan juga dengan xantine oksidasi karena selain dapat
mengoksidasi aldehid juga dapat mengoksidasi xantine5. Enzim
Schardinger bekerja secara anaerob
2. Saran1. Perlu penelitian lebih lanjut megenai faktor-faktor
lingkungan lain (pH, kadar substrat, All) yang dapat mempengaruhi
enzim Schardinger untuk bekerja.2. Praktikan perlu lebih teliti dan
kuanti dalam pengambilan reagen-reagen. Selain itu, praktikan harus
memperhatikan ketepatan dan efisiensi waktu ketika memasukkan
campuran enzim kedalam tabung reaksi.
DAFTAR PUSTAKASuhartono, M. T. 1989. Enzim dan Bioteknologi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi Antar Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian
Bogor.Urease.
http://www.britannica.com/eb/article-9074458/urease#74436.hook.
Diakses tanggal 24 April 2014