Top Banner
EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING DI SULAWESI SELATAN
108

EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Mar 16, 2023

Download

Documents

Khang Minh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

EMPAT PERISTIWASEJARAH PENTING

DI SULAWESI SELATAN

Page 2: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

UU No. 28 Tahun 2014 tentang Hak CiptaKetentuan PidanaPasal 113

(1) Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta mel-akukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komerial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melaku-kan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Syahrir KilaRosdiana Hafid

Muhammad Amir

EMPAT PERISTIWASEJARAH PENTING

DI SULAWESI SELATAN

Page 3: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | v

Katalog Dalam Terbitan (KDT)Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi SelatanMakassar: 2016xxiv + 190 hal.; 14,8 x 21 cm

Hak Cipta © 2016 pada PenulisHak penerbitan pada Arus Timur. Bagi mereka yang ingin memperbanyak sebagian isi buku ini dalam bentuk atau cara apa pun harus mendapat izin tertulis dari penulis dan Penerbit Arus Timur.

Penulis : Syahrir Kila, Rosdiana Hafid, dan Muhammad AmirEditor : Anwar NasyaruddinDesain Grafis : djanoerkoening

Penerbit:

Jln. Tamangapa Raya IIIPerum. Tritura A5 No. 10 Makassar 90235Telp. 0411-494086 – 5057064 Fax. 0411-494086, Hp. 081343888172 – 081342183116 Email : [email protected]

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangAll Right Reserved

Anggota IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) Daerah Sulawesi Selatan

Cetakan I, 2016ISBN : 978-602-6350-01-5

PENGANTAR PENERBIT

Penerbit Pustaka refleksi memang sejak awal lahirnya, mempunyai obsesi menerbitkan karya-karya bertemakan muatan lokal dalam pengertian yang lebih luas. bahkan belakangan ini, penerbitan buku bertemakan muatan lokal semakin naik grafiknya, artinya penerbit Pustaka Refleksi semakin mendapat kepercayaan dari para penulis untuk menerbitkan karya mereka.

Alasan mereka tentunya beragam. tapi yang umum, karena mereka menyadari bahwa Penerbit Pustaka Refleksi mempunyai sikap konsistensi menerbitkan buku-buku yang didominasi bertemakan muatan lokal dari daerah Sulawesi Selatan. Alasan lain, para penulis melihat Pustaka Refleksi sudah mempunyai pengalaman yang dalam mengenai seluk beluk menerbitkan buku bertemakan muatan lokal.

Kepercayaan itu jelas akan tetap dipertahankan. Dalam bidang manapun, kepercayaan adalah modal yang paling esensial dalam mengarungi aktifitas kehidupan. Oleh karenanya penerbitan buku-buku muatan lokal yang dipercayakan kepada penerbit Pustaka

Page 4: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | viivi | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

Refleksi baik tentang nilai-nilai kesejarahan maupun kebudayaan, akan selalu memperhatikan segi kualitasnya.

buku yang berada di tangan anda ini berjudul: “empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan” adalah salah satu contoh buku yang bertemakan muatan lokal, karena isinya membicarakan empat peristiwa lokal di Sulawesi Selatan yang mempunyai andil dalam perkembangan karakter lokal masyarakat Sulawesi Selatan saat ini, dan akan datang.

Penerbitan buku ini melibatkan banyak pihak. Untuk itu penerbit Pustaka Refleksi mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penerbitan buku ini. Semoga kehadiran buku ini memberikan pencerahan kepada siapa saja yang membacanya.

ArUS tiMUr

ADA empat peristiwa sejarah penting di Sulawesi Selatan pada masa lalu, apa itu? Buku ini akan menjawab pertanyaan tersebut. Di Sulawesi Selatan pada masa lalu memang kaya dengan perjalanan sejarah dan dari perjalanan itu, beberapa diantaranya dinilai penting, karena menjadi tonggak dasar perjalanan sejarah masa sekarang dan akan datang.

Apa yang kita lihat sekarang tentang perkembangan peradaban di Sulawesi Selatan, tidak lepas dari perjalanan peradaban di masa lalu. Peristiwa sejarah yang mempengaruhi peradaban itu adalah tentang penyatuan Kerajaan kembar Gowa – tallo menjadi Kerajaan Makassar, Konflik Raja Bone Arung Palakka dengan mantan anak buahnya dan Kompeni, perang islam di Sulawesi Selatan, serta terjadinya Pembaharuan Perjanjian bungaya 1824, adalah peristiwa-peristiwa sejarah yang ikut mempengaruhi mentalitas peradaban masyarakat Sulawesi Selatan saat ini.

Marilah kita menengok sejenak ke belakang perjalanan sejarah Sulawesi Selatan yang berkaitan dengan empat peristiwa sejarah

PENGANTAR EDITOR

Page 5: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | ixviii | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

yang penting yang dikupas dalam buku ini. Pertama, penyatuan dua kerajaan kembar Gowa-tallo menjadi Kerajaan Makassar. Kebesaran dan keterkenalan Sulawesi Selatan saat ini tidak lahir begitu saja, melainkan dilihat dari perkembangan peradaban masa lalu. Masa keemasan Kerajaan Makassar yang mempunyai wilayah kekuasaan hampir seluruh indonesia timur, membuktikan sebagai kerajaan yang kuat dan disegani. bahkan kolonial belanda pun harus pontang-panting mencari dukungan dan bantuan untuk bisa mengalahkan Kerajaan Makassar. Sisa-sisa kebesaran peradaban Kerajaan Makassar masih ada sampai saat ini dalam bentuk spirit dan jiwa perlawanan.

Kedua, konflik antara Arung Palakka dengan mantan anak buahnya dan Kompeni. Arung Palakka bukanlah raja biasa, ia tidak lahir, besar dan mendapatkan kekuasaan dengan begitu saja sebagai warisan. Perjalanannya mencapai puncak karier kekuasaannya sebagai penguasa di Sulawesi Selatan melalui perjuangan yang susah payah dan penuh dengan kegetiran hidup. namun dari pengalamannya itu maka ia dapat menjadi penguasa yang disegani dan dapat mempersatukan raja-raja di Sulawesi Selatan. bahkan ia merupakan satu-satunya raja yang mampu meredam pemberontakan raja-raja dari berbagai kerajaan yang tidak ingin bekerjasama dengannya.

bahkan dengan kemampuannya inilah, kompeni belanda sebagai sekutu Arung Palakka, was-was. raja bone itu bisa saja berbalik haluan melawannya. namun itu tidak terjadi karena Arung Palakka adalah sosok raja yang konsisten dengan sikapnya. ia selalu bersikap arif dan melihat dampak yang luas sebelum mengambil keputusan. Salah satu bukti, bahwa Arung Palakka adalah raja yang besar dan mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, ia wafat dan sengaja minta dimakamkan di Lakiung, Gowa.

Ketiga, perang islam di Sulawesi Selatan. Masyarakat Sulawesi Selatan mayoritas adalah beragama islam. Proses masuknya agama islam melalui peperangan, terutama ketika Kerajaan Makassar sudah memeluk agama islam dan ingin kerajaan-kerajaan lain di Sulawesi Selatan juga memeluk agama islam, namun dari rajanya sampai rakyatnya menolak. Kerajaan-Kerajaan yang tergabung Tellupoccoe paling getol menolak memeluk agama islam, akhirnya Kerajaan Makassar dengan menggunakan peperangan sebagai jalan satu-satunya untuk mengislamkan raja dan rakyat kerajaan tersebut.

Keempat, Pembaharuan Perjanjian bungaya 1824. Peristiwa perubahan Perjanjian bungaya ini dinilai sebagai salah satu peristiwa sejarah yang penting karena ikut mempengaruhi perjalanan eksistensi beberapa kerajaan seperti Kerajaan bone, Suppa dan Tanete. Salah satu contoh pemberlakuan Perubahan Perjanjian bungaya adalah menyebabkan wibawa Kerajaan bone mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya. bahkan kompeni berlaku sewenang-wenang kepada kerajaan-kerajaan taklukannya tanpa harus meminta persetujuan Kerajaan bone sebagaimana yang dilakukan sebelum diberlakukannya Pembaharuan Perjanjian bungaya.

empat peristiwa sejarah yang penting di Sulawesi Selatan itu terangkum dalam empat tulisan. Dua tulisan ditulis Syahrir Kila, sedangkan Rosdiana Hafid dan Muhammad Amir masing-masing satu tulisan. Keempat tulisan ini memberi kita wawasan kesejarahan mengenai peristiwa-peristiwa penting yang patut diketahui. Selamat menikmati.

editor

Page 6: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xix | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

tULiSAn ini diberi judul empat peristiwa sejarah yang penting di Sulawesi Selatan. Peristiwa sejarah-peristiwa sejarah yang dimunculkan dalam tulisan ini dianggap peristiwa sejarah yang telah merubah jalannya sejarah di Sulawesi Selatan pada masanya. Kendati peristiwa-peristiwa yang dimuat di dalam tulisan ini telah banyak ditulis oleh para penulis sejarah dan peminat sejarah, tetapi masih terbilang langka ditemukan karya-karya yang merangkumnya dalam suatu bentuk tulisan. Karya ini lebih bersifat sejarah lepas dari perspektif masa kini dan masa datang. namun demikian rekaman keempat peristiwa sejarah yang termuat dalam karya ini setidaknya dapat menjadi lokomotif kearifan dalam kebijakan mengantar kita ke masa depan.

Walau sebenarnya tulisan ini merangkum empat peristiwa sejarah yang dianggap penting di Sulawesi Selatan telah ditulis, namun dalam upaya mengumpulkan data untuk menjadikannya satu tulisan yang tak terpisahkan, dianggap sangat berat oleh karena harus membuatnya dalam bentuk tulisan pendek yang utuh dan

P E N G A N T A R

Page 7: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xiiixii | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

saling berhubungan. Setelah melewati waktu yang panjang (kurang lebih setahun), dengan seleksi yang begitu ketat dibarengi dengan suatu telaah yang bijak, sehingga selesailah tulisan ini dengan pernik sejarah yang lebih beragam dan lebih bervariasi. Oleh karena itu tulisan ini dimaksudkan untuk menambah lengkap tulisan yang pernah ada.

Peristiwa sejarah yang dianggap penting di Sulawesi Selatan, antara lain adalah lahirnya kerajaan orang Makassar yang dikenal dengan nama Kerajaan Gowa. Memulai kemunculannya pada masa pemerintahan Tumanurung yang berlangsung sejak tahun 1320 – 1345. Sejak itu kerajaan ini berkembang dan maju pesat diberbagai bidang. Wilayah kekuasaannya mulai diperluas sehingga menimbulkan pertikaian yang mengarah pada perluasan wilayah pengaruh kekuasaan. Perubahan mulai terjadi ketika Kerajaan Gowa diperintah oleh tunarangka Lopi dimana kerajaan ini dibagi menjadi dua bagian wilayah. Satu bagian tetap diberi nama Kerajaan Gowa dan sebagian lagi diberi nama Kerajaan tallo. beberapa kurun waktu kedua kerajaan ini terlibat pertikaian dan baru berakhir pada masa pemerintahan raja Gowa iX Karaeng tumapparisi Kallonna. Peperangan ini mengakibatkan Kerajaan tallo berhasil ditaklukkan oleh Kerajaan Gowa. Sejak itulah Kerajaan Gowa menjadikan Kerajaan tallo sebagai sekutunya. Persekutuan ini kemudian lazim disebut Kerajaan Gowa-tallo atau Kerajaan Makassar dan sejak itulah terbentuk Kerajaan Makassar. Ditetapkan pula bahwa raja Tallo yang harus menjadi Karaeng Tumabbicara Butta atau Mangkubumi (perdana menteri) Kerajaan Gowa. Sedangkan raja Gowa selalu menjadi raja Kerajaan Makassar secara turun temurun.

Pada masa pemerintahan Karaeng tumapparisi Kallonna, Gowa-tallo berhasil memperluas daerahnya dengan menaklukkan berbagai wilayah. Sejak itulah kerajaan-kerajaan kecil di Sulawesi

Selatan tidak lagi berdiri sendiri karena telah dikuasai oleh Kerajaan Makassar. Kondisi ini terlihat berbalik oleh karena kerajaan-kerajaan yang ditaklukkan itu harus membayar “sabukati” (bea perang) dan mengakui supermasi Kerajaan Makassar. Pada masa ini pulalah kondisi Kerajaan Makassar mulai dikenal sebagai bandar niaga yang ramai dikunjungi dan disinggahi oleh kapal-kapal asing yang membongkar muat rempah-rempah. Orang Eropa pertama yang datang kedaerah ini adalah orang Portugis dan berhasil menjalin kerjasama dan hubungan persahabatan. Selain itu, Kerajaan Makassar memperkuat kedudukan dan pertahanannya dengan membangun sebuah benteng dari tembok tanah yang mengelilingi istana pada tahun 1512. benteng ini dikenal dengan nama benteng Somba Opu. Demikianlah, kemegahan Kerajaan Makassar mulai menanjak setapak demi setapak hingga mencapai puncaknya yang sekaligus keruntuhannya pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin 1653 – 1669.

Kerajaan persekutuan yang lahir menandingi kebesaran kerajaan kembar Gowa-tallo atau Makassar adalah Kerajaan TellumpoccoE di tanah Bugis pada abad ke-17. Berbeda dengan tujuan pembentukan TellumpoccoE dan Kerajaan Makassar, dimana Kerajaan TellumpocoE dibentuk justru untuk menghadang ekspansif dari Kerajaan Gowa -tallo terhadap kerajaan-kerajaan yang ada di tanah bugis. Kenyataan ketika itu bahwa Kerajaan bone, Soppeng, dan Wajo yang ketika itu sudah mulai melakukan perluasan wilayah pengaruh kekuasaan. Oleh karena itu, untuk membentengi kerajaannya, kerajaan-kerajaan bugis membangun kehidupan masyarakat negeri dengan mengadakan persahabatan antar kerajaan-kerajaan terdekat, terutama dengan kerajaan yang senantiasa berada dalam tekanan dari Kerajaan Makassar.

Page 8: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xvxiv | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

Jauh sebelum persekutuan TellumpoccoE terbentuk, maka agama islam telah masuk di Kerajaan Makassar yang kemudian disebarkan ke wilayah-wilayah sekitarnya, termasuk kerajaan TellumpoccoE. Kehadiran agama Islam pada awal abad XVII membawa nuansa baru, terutama dalam kehidupan masyarakat. Perubahan utama terjadi nampak dengan diajarkannya masyarakat tentang syariat islam, namun adat kebiasaan tetap masih dilakukan. Adat kebiasaan pra islam tidaklah diberantas dengan keras, seperti saukang-saukang (rumah-rumah pemujaan roh), namun tetap dibiarkan berjalan.

Setelah Kerajaan Makassar menjadi kerajaan islam dan raja-rajanya memperoleh gelar sultan, maka kerajaan ini juga yang menjadi pusat pengislaman di seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Sesuai tuntutan sariat islam, raja Gowa mulai mengirim seruan kepada raja-raja yang ada di seluruh Sulawesi Selatan supaya mereka juga mau menerima agama islam, seruan ini oleh Kerajaan Makassar didasarkan pada perjanjian-perjanjian lama yang telah ada dan telah diikrarkan bersama. isi perjanjian itu menyatakan bahwa siapa yang menemukan suatu jalan yang baik, maka ia harus menyampaikan jalan yang dianggap baik itu kepada raja-raja lain. tetapi seruan itu oleh kerajaan-kerajaan bugis yang merasa kuat menolak keras ajakan itu. Karena penolakan itulah sehingga Kerajaan Makassar memerangi mereka, perang inilah kemudian yang disebut Perang Pengislaman (Musu Selleng).

Setelah diterimanya agama islam sebagai agama resmi di Sulawesi Selatan, di dalam masyarakat terjadi perubahan pada segala aspek kehidupan. Hal ini terjadi mengingat ajaran islam sifatnya demokratis dan diperlukan pada semua manusia. Ajaran islam bertujuan untuk merubah sesuatu yang tidak baik menuju kearah yang lebih baik dan terpuji. Kendatipun demikian, dalam

perkembangan berikutnya, ajaran-ajaran agama islam yang banyak bertentangan dengan adat kebiasaan pra islam berbenturan. namun benturan-benturan itu tidak mengarah kepada peperangan tetapi justru ajaran agama islam lebih bervariasi.

Agama Islam yang masuk ke daerah ini sejak awal abad XVII dan menjadi bagian dari kehidupan sosial-budaya penduduk dari sebagian besar wilayah teritorial Sulawesi Selatan. Ajaran agama islam menjadi tali penghubung para pemuka dan pimpinan serta struktur hirarki dalam mayarakat. Kerajaan-kerajaan kecil dan besar di Sulawesi Selatan pun mulai menghilangkan batas-batas territorial negeri-negeri dalam kekuasaan mereka, yang tadinya amat keras dipertahankan oleh setiap kerajaan. Juga batas-batas kewargaan kelompok kaum dan kekerabatan serta pelapisan masyarakat menjadi semakin lunak digantikan oleh ikatan se-iman dalam islam yang mengamalkan suasana egalitarian dan persamaan antara sesama sebagai mahkluk tuhan yang beriman dan bertaqwa kepada yang Maha Kuasa. Keadaan ini semakin menarik dan berkembang, tetapi dengan tidak memperhitungkan, perlahan-lahan menimbulkan gejolak-gejolak baru. Kelompok-kelompok kaum yang amat terikat jiwanya pada kesenangan-kesenangan dalam suasana para-islam membangkitkan gejolak, menyulut timbulnya peperangan yang tidak berkesudahan yang menimbulkan dendam kesumat. Kondisi seperti inilah yang mengiringi perjalanan hidup masyarakat Sulawesi Selatan memasuki pertengahan abad XVII.

Kerajaan Makassar mengalami puncak keemasan pada pertengahan abad XVII dan pada masa ini pula mengalami titik balik yang sangat sukar untuk ditahan sehingga mengalami keruntuhan. Penyebab keruntuhan itu karena terjadinya pelapukan dari dalam sebab tidak adanya kebersamaan serta kurang berperannya lembaga-lembaga kerakyatan atau lembaga adat Kerajaan Makassar, terutama

Page 9: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xviixvi | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

lembaga adat Bate Salapang. Padahal sesungguhnya dewan adat ini menjadi sumber supremasi dan kewenangan kekuasaan raja Gowa. Hal ini acapkali dilampaui, selain itu, karena pemberontakan-pemberontakan dalam negeri terutama yang digerakkan oleh La Tenritatta Datu Mario bersama To Bala yang didukung oleh Bone dan Soppeng. Selain itu, belanda juga sudah mulai menanamkan cakarnya di Sulawesi Selatan yang pada awalnya hanya sebagai pedagang rempah-rempah namun lambat laun ingin menguasai wilayah ini. Kedua kekuatan ini kemudian bersatu untuk melawan kekuatan Kerajaan Makassar..

Sebelum terjadinya penyatuan kedua kekuatan tersebut di atas, Arung Palakka bersama pasukan bugisnya berperang melawan Kerajaan Makassar, namun semua perlawanan yang dilakukan tidak pernah mengalami kemenangan. Dari kenyataan itulah sehingga Arung Palakka memutuskan untuk bersekutu dengan belanda untuk melawan Kerajaan Makassar. Persekutuan ini akhirnya melahirkan perang yang sangat dahsyat yang menyebabkan Kerajaan Makassar harus menerima kenyataan sebagai pihak yang kalah yang ditandai dengan lahirnya suatu perjanjian perdamaian yang disebut “Perjanjian bungaya”.

Perang antara Kerajaan Makassar melawan Arung Palakka yang dibantu oleh sekutunya (belanda) inilah yang kemudian dikenal dengan nama “Perang Makassar”. Dan perjanjian ini yang kemudian merubah peta politik di Sulawesi Selatan, dimana para penguasa lokal (raja-raja) tidak lagi mempunyai kekuatan dalam kekuasaannya. Hal ini disebabkan oleh karena belanda telah menjadi penguasa baru di Sulawesi Selatan menggantikan peran Kerajaan Makassar sebagai pemegang supermasi kekuasaan sebelum terjadinya Perang Makassar.

Setelah Perang Makassar usai, yang diakhiri dengan suatu perjanjian damai, maka sentral percaturan politik, kekuasaan dan militer berlangsung dengan corak yang baru. Terdapat tiga kekuatan yang saling berbenturan baik secara sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan dan terbuka antara satu dengan lainnya. Pusat pergolakan ketiga kekuatan itu adalah Sulawesi Selatan dan sekitarnya. Setiap kekuatan ini mempunyai pendukung masing-masing sehingga membuat daerah Sulawesi Selatan dalam kondisi yang berubah. Kendati ada tiga kekuatan yang saling bersaing, namun Arunng Palakka yang memainkan peran utama sehingga Sulawesi Selatan menjadi satu wilayah teritorial. Kesadaran kesatuan teritorial itu menjadi kesadaran baru yang dalam mengintegrasikan kesadaran kaum yang menjadi sendi kerajaan-kerajaan lokal di Sulawesi Selatan pada masa lampau. Kesadaran baru ini diletakan oleh Arung Palakka yang dimulainya di Kota Makassar, kendati pun ia sebenarnya adalah raja Bone XIV. Kota ini pula yang menjadi ajang pertarungan antara ketiganya sehingga ia menjadi kegiatan yang menentukan jalannya Sejarah Sulawesi Selatan.

Kendatipun ketiga kekuatan itu menjadikan Kota Makassar sebagai pusat perjuangan mereka, namun masing-masing mempunyai basis pertahanan. Arung Palakka atas izin Admiral Speelman menjadikan bontoala sebagai markasnya dengan perhitungan bahwa jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat atau perang, maka daerah itu sangat strategis. bontoala menduduki posisi sentral untuk pengendalian beberapa benteng antara lain benteng Mangara bombang di tallo, sebelah utara, benteng Kalegowa serta kawasan Fort rotterdam dan Vlaardingeng atau tempat kedudukan belanda. Sementara raja Gowa dan pembesar-pembesarnya masih tetap menempati istananya yang megah.

Page 10: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xixxviii | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

Sebenarnya kalau diperhatikan kenyataannya, tampak sekali bahwa memang ada tiga kekuatan di Sulawesi Selatan yang saling bersaing, namun yang memegang peran penting dalam pemerintahan hanya ada dua yaitu, Arung Pallakka dan belanda (Admiral Speelman). Kedua pemerintahan ini masing-masing ingin menguasai daerah Sulawesi Selatan karena mereka memiliki kekuatan yang besar. Pemerintahan belanda berada di tangan Admiral Speelman yang berkedudukan di benteng Fort rotterdam dan pemerintahan Arung Palakka (raja Bone XIV) berkedudukan di bontoala. Arung Palakka kemudian membangun istana di bontoala dengan halaman luas yang dikelilingi tembok atau dewala sebagai pengaman yang kokoh. Dari istana inilah Arung Palakka mengendalikan kekuatan politik dan militernya untuk menyatukan seluruh negeri Sulawesi Selatan menjadi negeri besar di bawah kendali kekuasaannya, oleh karena itulah bontoala juga diperluas.

Atas jasa dan bantuan Arung Palakka terhadap belanda pada Perang Makassar, maka dia diberikan hak istimewa oleh belanda di Fort rotterdam. Siapa saja yang ingin bertemu atau menghadap belanda, baik itu pejabat-pejabat biasa maupun raja-raja harus bersama-sama dan sepengetahuan Arung Palakka (raja bone). Hak prerogatif itulah yang membuat Arung Palakka mengadakan pendekatan kepada raja-raja di Sulawesi Selatan dengan tujuan untuk mempersatukan kerajaan-kerajaan itu di bawah kekuasaannya menggantikan kedudukan Kerajaan Gowa. Arung Palakka bercita-cita menjadi raja tunggal untuk Sulawesi Selatan (Datu Tangke’na Tana Ugi), tetapi cita-cita ini tidak pernah terlaksana hingga beliau wafat di bontoala.

Sebenarnya Arung Palakka bersekutu dengan belanda dalam memerangi Pariaman adalah dengan harapan bahwa kelak belanda dapat pula membantunya untuk memerdekakan tanah bone dan

Soppeng dari kekuassan Kerajaan Gowa dan tidak untuk berkuasa di Sulawesi Selatan secara umum, apalagi secara khusus untuk Tanah bone dan tanah Soppeng. Harapan-harapan itulah yang membuat Arung Palakka sering berselisih paham dengan pemerintah belanda di Fort rotterdam. Sebaliknya, ternyata belanda ingin membantu Arung Palakka dengan harapan bahwa apabila Kerajaan Gowa telah dikalahkan, maka ia (belanda) dapat berkuasa penuh di Sulawesi Selatan.

Sekalipun kesalahpahaman sering terjadi antara Arung Palakka dan pemerintah Belanda, terutama pasca pergantian Admiral Speelman, namun belanda tidak pernah berniat untuk memutuskan hubungan persahabatan di antara mereka. Arung Palakka mempunya pengaruh kekuasaan yang sangat besar di Sulawesi Selatan, sementara waktu itu, belanda sering mendapat gangguan dari para pembangkang orang-orang Makassar, terutama yang berada di bima dan Sumbawa, termasuk pasukan Karaeng Galesong di Jawa Timur. Oleh karena itu, sebelum Belanda meminta bantuan untuk memerangi dan memulangkan orang bugis dan Makassar pada ketiga daerah tersebut, pemerintah belanda harus mengganti gubernurnya yang berkedudukan di For rotterdam karena tidak disenangi Arung Palakka.

Sebelum Arung Palakka membantu belanda untuk memerangi orang-orang Makassar dan bugis pada ketiga tempat tersebut di atas, diSulawesi Selatan sendiri terjadi gejolak yang mengancam kedudukan Arung Palakka sehingga harus diselesaikan terlebih dahulu. Oleh karena itulah, sebelum Arung Palakka melakukan ekspedisi ke Pulau Jawa membantu pemerintahan belanda untuk memerangi orang-orang bugis dan Makassar, yang disebutnya sebagai pengacau itu, maka Arung Palakka terlebih dahulu harus menyelesaikan gejolak yang terjadi di Sulawesi Selatan. Setelah

Page 11: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xxixx | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

selesai barulah ekspedisi ini dilakukan. Dan memang ekspedisi beliau berhasil, terbukti dengan dikembalikannya ribuan orang-orang bugis dan Makassar ke Makassar, Sulawesi Selatan. Pada 13 Maret 1680, rombongan Arung Palakka tiba di Makassar dan disambut oleh Komandan kedua Fort Rotterdam yaitu Paulus de Bocq serta syahbandar yang bernama Francois Prins.

Setelah beberapa kali pemerintah belanda mengganti gubernurnya di Sulawesi Selatan, muncul niatnya untuk memperbaharui isi Perjanjian Bungaya 1667 sebab dianggap bahwa isinya tidak lagi sesuai dengan perkembangan dan kondisi pemerintahan yang sedang berlangsung. Pembaharuan yang dimaksud dikenal dengan nama Pembaharuan Perjanjian bungaya 1824 atau setelah berlalu sekitar 150 tahun. Rencana pembaharuan ini mendapat penolakan dari kerajaan-kerajaan lokal, terutama Kerajaan bone dan sekutu-sekutunya yaitu Kerajaan tanete dan Kerajaan Suppa. Sikap belanda menghadapi penolakan itu pada awalnya tetap mengupayakan jalan damai untuk menerima dan mau menandatangani perjanjian tersebut. tetapi karena upaya-upaya belanda itu selalu gagal sehingga akhirnya belanda mengambil jalan kekerasan melalui suatu perang.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh belanda itu, kemudian direalisasikan dengan menghukum terlebih dahulu sekutu Kerajaan bone yaitu Kerajaan tanete dan Kerajaan Suppa sebagai sok terapi kepada Kerajaan bone. tujuan Pemerintah belanda menyerang kedua sekutu bone itu agar Kerajaan bone mau merubah sikapnya dan bersedia menandatangani perjanjian yang telah dibuat itu. tetapi Kerajaan bone tidak pernah merubah sikapnya meskipun sekutunya telah diserang terlebih dahulu. Penyerangan kedua sekutu bone itu hingga takluk, tidak pernah menciutkan nyali Kerajaan Bone pada prinsipnya yang semula. Ketegasan prinsip itu pula menyebabkan

Kerajaan bone harus menghadapi belanda dalam suatu perang yang cukup besar. Bone kalah dalam perang ini, tetapi tidak dapat menangkap pimpinannya sebab ia dapat meloloskan diri ke daerah pedalaman. Perang pada tahun ini dikenal dengan nama Agresi Militer belanda i.

Page 12: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

xxii | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | xxiii

Pengantar Penerbit — vPengantar editor — viiPengantar — xiDaftar Isi — xxiii

bAGiAn i INTEGRASI KERAJAAN GOWA DAN KERAJAAN TALLO DALAM KerAJAAn MAKASSAr — 1Oleh: Syahrir Kila A. Pendahuluan — 2 B. Pembahasan — 4 a. Munculnya Nama Makassar — 4 b. Proses integrasi — 8 C. Kesimpulan — 23 Daftar Pustaka — 25

bAGiAn iiPEPERANGAN ARUNG PALAKKA PASCA PERJANJIAN BONGAYA — 27Oleh: Rosdiana Hafid

D A F T A R I S I

Page 13: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

xxiv | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

BAGIAN I

INTEGRASI KERAJAAN GOWA DAN KERAJAAN TALLO

DALAM KERAJAAN MAKASSAR

A. Pendahuluan — 28 b. Pembahasan — 31 a. Arung Palakka Menata Kekuasaannya — 31 b. Konflik antara Arung Palakka dan Bekas Anak Buahnya Serta belanda — 46 C. Penutup — 63 Daftar Pustaka — 66

bAGiAn iiiPERANG ISLAM DI SULAWESI SELATAN — 67Oleh: Syahrir Kila A. Pengantar — 68 B. Pembahasan — 70 a. Masuknya islam di nusantara — 70 b. Perang islam di Sulawesi Selatan — 82 C. Kesimpulan — 101 Daftar Pustaka — 103

BAGIAN IVPEMBAHARUAN PERJANJIAN BUNGAYA 1824 — 105Oleh: Muhammad Amir A. Pendahuluan — 106 B. Pembahasan — 108 a. Latar belakang Perjanjian — 108 b. Pembaharuan Perjanjian bungaya — 124 c. Pasca Pembaharuan Perjanjian — 145 C. Penutup — 158 Daftar Pustaka — 162 Lampiran — 166

INDEKS — 183tentAnG PenULiS — 187

Oleh: Syahrir Kila

Page 14: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | 32 | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

A. PENDAHULUAN

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui terjadinya integrasi Kerajaan Gowa dan Kerajaan tallo melalui suatu perang yang melahirkan Kerajaan Makassar. Kajian ini dilakukan dalam beberapa tahap, antara lain; pengumpulan data historis, melakukan kritik atas data yang telah dikumpulkan serta melakukan interpretasi data atau sumber. tahap akhir yaitu melakukan penulisan sejarah atau historiografi berdasarkan urutan waktunya. Hasil kajian menunjukkan bahwa integrasi Kerajaan Gowa dan Kerajaan tallo melalui suatu perang. Perang ini dimenangkan oleh Kerajaan Gowa, namun tidak menjadikan Kerajaan tallo sebagai daerah taklukkan atau palili. bahkan Kerajaan tallo ditingkatkan kedudukannya menjadi sekutu utama dan menggabungkan kerajaannya menjadi satu. Dalam perjalanan sejarah Kerajaan Makassar, raja Gowa yang selalu menduduki posisi sebagai raja Makassar dan raja tallo selalu diposisikan sebagai mangkubumi kerajaan atau panglima perang. Posisi kedua jabatan itu dijabat secara turun temurun sepanjang sejarah Kerajaan Makassar hingga jatuhnya pada tanggal 16 November 1667 dalam Perang Makassar.

Tidak dapat dipastikan secara tepat kapan Kerajaan Makassar muncul. Para sejarahwan hanya menduga bahwa diperkirakan hal itu terjadi pada pertengahan abad ke-16 atau pada masa pemerintahan

raja Gowa ke-9 yang bernama tumapparisi Kallonna (1510-1546). Dugaan itu berdasarkan tiga alasan. Pertama, sebelum masa pemerintahannya, pusat pemerintahan dan istana raja berada di atas bukit tamalate, yaitu suatu tempat dimana Tumanurung pernah muncul. Tempat ini sekarang berada di wilayah administrasi Kabupaten Gowa, dan letaknya sekitar 6,5 km. dari pesisir laut. Hal ini dipandang bahwa kerajaan ini berorientasi ke dunia agraris. Kedua, raja ini mengawali pemerintahannya dengan memindahkan pusat pemerintahan dan istananya ke pesisir pantai pada muara Sungai Jene’berang. Wilayah ini kemudian menjadi pusat bandar niaga kerajaan sehingga dipandang sebagai awal kerajaan terlibat dalam dunia niaga. Ketiga, pada masa ini pula dikenal adanya suatu jabatan syahbandar yang mengatur lalu lintas barang dan perdagangan di pelabuhan.

Pada masa inilah Kerajaan Makassar diperkirakan muncul di bawah pemerintahan raja Gowa ke-9 yang bernama tumapparisi Kallonna yang melakukan perluasan wilayah kekuasaan. beliaulah yang memerangi kerajaan saudaranya dan tetangganya, yaitu Kerajaan tallo. Kerajaan ini sudah lama menekuni dunia niaga dengan tetangganya yaitu Kerajaan Maros dan Polombangkeng. Akhir peperangan itu menjadikan pihak tallo kalah dan mengakui keunggulan Kerajaan Gowa. Perang ini diakhiri suatu sumpah yang berbunyi:” barang siapa yang mengadu domba antara Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo akan dikutuk oleh Dewata, atau dalam bahasa setempat disebut,” Ia iannamo tau ampasiewai Gowa-Tallo, iamo nacalla Rewata”. Sejak itulah Kerajaan Gowa dan Kerajaan tallo berintegrasi yang melahirkan Kerajaan Makassar yang berjaya beberapa abad lamanya di kemudian hari.

Sejak itu pula, kehidupan bernegara dalam kerajaan ini dikenal ungkapan” Se’reji ata narua Karaeng” yang artinya; hanya satu rakyat,

Page 15: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | 54 | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

tetapi dua raja. Maksudnya adalah walau telah berintegrasi menjadi Kerajaan Makassar, namun Kerajaan tallo tetap memiliki seorang raja yang berdaulat ke dalam, begitu juga Kerajaan Gowa tetap memiliki raja. Akan tetapi bilamana menyangkut urusan keluar pemerintahan, maka kedua raja ini berpasangan sebagai seorang raja dan seorang mangkubumi atau panglima perang. raja Gowa adalah sebagai raja Kerajaan Makassar dan raja tallo sebagai mangkubumi Kerajaan Makassar. Hal ini pula menjadi ketentuan turun temurun bahwa raja Gowa selalu menjadi raja Kerajaan Makassar dan raja tallo sebagai pemangku jabatan mangkubumi.

B. PEMBAHASAN

a. Munculnya Nama Makassar

Membicarakan sejarah lahirnya Kerajaan Makassar, ada baiknya diketahui kapan nama Makassar itu sendiri mulai pertama kali dipergunakan. Ada beberapa anggapan yang menyatakan bahwa nama Makassar adalah pemberian dari bangsa eropa yaitu Portugis dan belanda. Salah satu dari anggapan itu mengatakan bahwa Makassar itu adalah salah satu suku bangsa yang mendiami jazirah Sulawesi Selatan. tetapi bahwa sebelum Kerajaan Gowa berdiri hingga mencapai puncak kejayaannya dan berhasil menguasai daerah maritim, baik di kawasan Sulawesi maupun indonesia bagian timur. Pendapat yang dianggap dapat dijadikan sebagai bahan bandingan terhadap pendapat yang lain adalah sebuah catatan eredia, seorang pedagang Portugis berdarah bugis-Suppa (daerah ini sekarang masuk wilayah Kabupaten Pinrang) yang ditulis pada abad ke-16 dan menyatakan bahwa wilayah Pulau Sulawesi yang disebut Pulau-pulau Makassar ( ilhas dos Makazar ) dibagi atas tiga bagian wilayah. 1) Wilayah bagian jazirah utara disebut “wilayah Sulawesi”

(Celebes Regiam), 2)Wilayah Sulawesi tengah disebut “wilayah bugis” (bugis Regiam. 3) dan wilayah Sulawesi bagian selatan disebut “wilayah Makassar” (Makazar Regiam). Wilayah ini berada di Selatan Kaili (sekarang Donggala) dan meliputi wilayah jazirah selatan dan jazirah tenggara. Dalam hal ini termasuk wilayah Poso (sekarang bagian wilayah Propinsi Sulawesi tengah) dan wilayah Mekonngga yang termasuk wilayah kekuasaan Kerajaan Luwu.1

Selanjutnya Wichman menyodorkan dua pendapat yang dianggap benar berkenaan dengan nama “Celebes dan Makassar”.l) Karya Antonio Calvao (1563) yang selalu menggunakan kata-kata Celebes Mocassares, Amboines dan lain-lain. ini terlihat jelas adanya dua kata yang berbeda yaitu Celebes (maksudnya ternama dan berani) dan kata kedua Mocassares (maksudnya Volkstam atau etnicsroup Makassar). Dari kedua teori itu, maka lahirlah nama “Selat Makassar”, yaitu perairan antara Pulau Kalimantan dan Sulawesi. Sementara itu, Nicoli de’ Conti, memperkenalkan “Kepulauan Cengkeh dan Pala” di eropa sejak 1440, sudah tentu tidak khilaf dalam menggunakan kata “Mocassores”(Makassar), Maloko (nama ternate pada saat itu), sebab telah pernah disebutkan sejak negara Kertagama (1365), juga telah menerima informasi lainnya dari pedagang-pedagang islam yang telah sampai ke tanah itali pusat perdagangan itu. itulah sebabnya dalam buku pelayaran Undang-Undang Sultan Malaka tahun 1424 dan 1445 dari perjuangan dengan pelaut-pelaut Makassar, disebut bahwa orang-orang Makassar dan Bugis telah melayari Jawa, Sumbawa, Timor, Bengkulu, Aceh, Malaka, Johor, Pelembang, banjarmasin dan Manila dan di pantai barat Sulawesi Selatan terdapat kerajaan manunggal Gowa dan tallo dengan ibu kota Makassar. Kerajaan ini sudah ada hubungannya

1 Poelinggomang, dkk, 2004, Sejarah Sulawesi Selatan, jilid I, Makassar, Balitbangda, Provinsi Sulawesi Selatan, hlm. 11-12

Page 16: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | 76 | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

dengan pedagang-pedagang asing.2

Selain itu pula dalam “Sejarah Melayu” ceritra no.XIX dikisahkan adanya “Samarluki, Mengcokok Makassar, pergi menjarah dan merampok ke Majapahit Siam dan Malaka. Di perairan terjadi peperangan dengan Laksamana Hangtuah, akhirnya Samarluki kembali ke Makassar. Dari keterangan ini dapat disimpulkan bahwa tampak sudah disebut-sebut adanya Kerajaan Makassar, dengan ibu kota Makassar, pelaut Makassar. Dalam naskah-naskah“itene rantiun” dikisahkan bahwa pelayar-pelayar bangsa Portugis dan Spanyol dimana peta utamanya telah dipelopori oleh reinir Pauw, Hendrik Hudde dan Jan Jauzr, De Gouwenaar dan Cornelis De Houtman yang juga pernah pergi ke Lisabon dan memperoleh rahasia pelayaran itu. Pada 1594, mereka kembali ke Amsterdam. Kemudian lagi Petrus Plancius (1552-1622) Marcacattor seorang ahli ilmu bumi mendapat rahasia pelayaran ke Indonesia itu. Termasuk “Macassar Boito” yaitu suatu peta telah jatuh pula ke tangan mereka.3

Tome Pires (Suma Oriental 1512: diterjemahkan dan disingkat oleh Dr. Ch. Pelras) melukiskan Pulau Macacar sebagai berikut: Kepulauan Makassar terdapat kira-kira empat atau lima hari perjalanan lewat pulau yang baru kita sebut (kalau kita dari Malaka) ke Maluku... ujungnya yang satu hampir mencapai Buton, di atasnya Madura, yang satu lagi menulis jauh di Utara. Pulau itu berdagang dengan Malaka, Jawa, brunei, negeri Siam dan juga semua terdapat anatara Pahang dan negeri Siam. Mereka suka berperang dan orangnya gagah-gagah semua.4

2 Ramto, 2002, Asal Usul, Makna , Lambang dan Peranan Makassar,dimuat dalam “Makassar Dulu, Makassar Kini dan Makassar Nanti”, Makassar : Yayasan Losari Makassar, hlm. 5-6

3 Ibid, 2000, hlm. 64 Farid, 2020, Ujung Pandang atau Makassar? (suatu tinjauan dari segi sejarah),

dimuat dalam “Makassar Dulu, Makassar Kini, Makassar Nanti, Makassar : Yayasan Losari Makassar, hlm. 25-26, baca juga : Poelinggomang, dkk.,2004.op., cit., hlm. 13

Dalam tulisan Tome Pires tersebut dijelaskan bahwa ada dua kelompok orang-orang di pulau-pulau Makassar itu. Orang-orang dari pulau itu adalah perampok yang paling besar di dunia, kekuatannya besar dan perahunya banyak. Mereka berlayar untuk merampok dari negeri mereka sampai ke Pegu, dan dari negeri mereka sampai Maluku dan banda dan semua pulau di sekitar Jawa. Hasil-hasil rampokannya kemudian dijual di Jumaina, di dekat Pahang. Mereka keliling Pulau Sumatra dan pada umumnya mereka adalah bajak laut. Orang-orang Jawa menyebut kelompok ini sebagai Bajuus (bajau dan bajo) dan Selates (orang selat). Kelompok yang bukan perampok (pen: orang bugis, Makassar dan Mandar) datang ke Malaka membawa barang jualan dengan perahu Binta’ dan padewa’kang yang besar dan dibuat baik. Mereka membawa beras yang putih dan sedikit emas, mereka membawa pulang kain bertanggi, kain Cambayu dan sedikit dari benggala dan Keling bersama lubang Jawi dan dupa. Pulau itu banyak penduduknya, banyak daging perbekalan yang berlimpah-limpah. Orangnya semua memakai keris, dan mereka kuat-kuat semuannya. Mereka berlayar kian kemari dan ditukuti dimana-mana karena memang semua perampok patuh kepadanya.5

Dari fakta-fakta tersebut di atas,tampak sangat jelas bahwa penyebutan Makassar ini sebenarnya telah dikenal jauh sebelum terbentuknya Kerajaan Makassar (Gowa-tallo), begitu juga bandar Makassar yang dikenal sekarang. Dalam naskah Negara Kartagama yang ditulis oleh Prapanca, pada 1364 telah disebutkan nama Makassar, disamping sejumlah nama tempat lain yang disinggahi armada dagang Majapahit seperti : Luwu, bantaeng, dan Selayar. Sementara para pedagang Portugis menyebut bahwa Makassar adalah tempat singgah dalam pelayaran ke Maluku. Oleh karena

5 Farid, 2000, op., cit., hal. 26. Baca juga : Poelinggomang, dkk, 2004, Op., cit., hlm. 13-14

Page 17: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | 98 | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

itu, maka dapat disimpulkan bahwa semua pelabuhan-pelabuhan yang disinggahi di pesisir barat jazirah selatan itu berpredikat tempat singgah ke Maluku sehingga seluruhnya disebut Makassar. Daerah-daerah tempat singgah itu meliputi : Tallo, Siang (Bungoro, Kabupateng Pangkep), Bacukiki (wilayah Kota Madya Pare-pare sekarang), Suppa, dan napo (balaipa : masuk Kabupaten Polman).6

b. Proses Integrasi

Setelah diketahui dengan jelas berdasarkan fakta sejarah tentang kapan nama Makassar itu dipergunakan, kini muncul pertanyaan yang lebih serius yaitu kapan Kerajaan Makassar lahir atau ada? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, sangat perlu dilakukan suatu kajian tentang cikal bakal lahirnya Kerajaan Makassar. Cikal Bakal lahirnya kerajaan ini adalah setelah bersatunya dua kerajaan di tanah Makassar yaitu Kerajaan Gowa dan Kerajaan tallo.

Karaeng tunatangka Lopi mempunyai dua orang putra yakni yang sulung bernama batara Gowa dan bungsu bernama Karaeng Loe risero. Karena khawatir kalau terjadi perselisihan atau perang saudara antara kedua orang putranya itu, maka Karaeng tunatangka Lopi membagi Kerajaan Gowa menjadi dua bagian. Sebagian diserahkan kepada batara Gowa, sedangkan sebagian lagi diserahkan kepada Karaeng Loe risero. bagian-bagian itu adalah sebagai berikut 1. Yang ditetapkan menjadi bagian batara Gowa dan inilah kelak

yang disebut Kerajaan Gowa.a. Gallarang Paccellekangb. Gallarang Pattallasang

6 Poelinggomang, dkk, 2004, op., cit., hlm. 14. Baca juga : Paeni, 1990, Somba Opu, Pusat Kekuasaan Maritim abad ke -17 di Indonesia Timur (Makassar); Patunru, 1969, Sejarah Gowa, Makassar : Yayasan Kebudayaan Sulselra, hlm. 27.

c. Gallarang Bontomanai Timur (iraya)d. Gallarang bontomanai barat (ilau)e. Gallarang tombolof. Gallarang Mangasa

2. Yang ditetapka menjadi bagian Karaeng LoE Risero yang selanjutnya menjadi Karajaan talloa. Gallarang Saumatab. Gallarang Pannampuc. Gallarang Monco LoEd. Gallarang Parang Loe7

Menyangkut pemerintahan Karaeng tunatangka Lopi tidak banyak yang tercatat dalam sejarah sebagai raja Gowa ke-6. Hanya diceritakan bahwa Karaeng tunatangka Lopi pada waktu baginda berlayar, ia ditimpa kecelakaan yang menyebabkan baginda tewas. Perahu baginda tenggelam karena pusaran air yang dahsyat dan baginda wafat ditelungkupi perahu yang baginda tumpangi. itulah sebabnya maka baginda diberi gelar tunatangka Lopi (seharusnya Tunarangka Lopi = orang yang ditelungkupi perahu). Ketika baginda telah wafat, maka beliau digantikan oleh anaknya yang bernama Batara Gowa sebagai raja Gowa ke-7. Sementara adiknya yang bernama Karaeng Loe risero juga diangkat menjadi raja tallo yang pertama dan beliau inilah yang menurunkan raja-raja di tallo.

Setelah batara Gowa wafat, baginda diberi gelar Anumerta “Tumenangari Parallekkenna” artinya raja yang dimakamkan di halamannya. baginda mewariskan tahta Kerajaan Gowa kepada anaknya yang bernama i Pakkere tau sebagai raja Gowa ke-8. beliau lebih dikenal dengan sebutan Tuni Jallo ri Passuki,

7 Sagimun, 1986, Sultan Hasanuddin Menentang VOC. Jakarta : Depdikbud, hlm. 48; Patunru, 1969, Sejarah Gowa,Makassar: Yayasan Kebudayaan Sulawesi Selatan dan Tenggara, hlm. 8; Rahim dan Ridwan Borahima, 1974, Sejarah Kerajaan Tallo, (Suatu Transkripsi Lontarak), Ujung Pandang : Kantor Cabang II Lembaga Sejarah dan Antropologi.

Page 18: EMPAT PERISTIWA SEJARAH PENTING

Empat Peristiwa Sejarah Penting di Sulawesi Selatan | 1110 | Syahrir Kila • Rosdiana Hafid • Muhammad Amir

pemerintahannyapun tidak banyak diketahui. Hanya disebutkan bahwa baginda wafat karena diamuk denga sebilah “passuki” atau gala/bambu runcing. Ketika baginda mempermalukan seorang hambanya sedemikian rupa, sehingga orang itu gelap mata lalu menikam Karaeng tuni Jallo denga sebuah passuki.8

baginda Karaeng tuni Jallo tidak mempunyai anak, sehingga pada waktu beliau meninggal dunia ia hanya digantikan oleh saudaranya lain ibu, yaitu Daeng Matanre Karaeng tumapparisi Kallonna. Pada masa pemerintahan beliau, Kerajaan Gowa mulai mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. bagindalah yang mula-mula membuat undang-undang dan peraturan perang. beliau pula mulai mengangkat syahbandar yang pertama bernama Dg. Pamatte, dan dialah yang konon membuat huruf-huruf lontarak. Pada saat yang bersamaan Daeng Pamatte juga merangkap sebagai Tumailalang Kerajaan Gowa.

Sementara Kerajaan Gowa sudah mulai mengadakan perluasan wilayah kekuasaannya, ketika itu Kerajaan tallo yang diawal berdirinya diperintah oleh Karaeng Loe risero sebagai raja pertama. Sebelum mangkat jabatannya sebagai raja pertama Kerajaan tallo ia tinggalkan, beliau pergi meninggalkan daerahnya ke Pulau Jawa. Sebab-sebab kepergian beliau adalah karena saudarannya yang bernama batara Gowa selalu cekcok (selisih paham). Wilayah yang sudah menjadi bagiannya kemudian ditinggalkan, sebagian diambil alih saudaranya dan sebagian lagi terkatung-katung menunggu tuannya yang telah pergi. Setelah berselang beberapa waktu lamanya, iapun kembali dan menyetujui sebagian wilayahnya diambil oleh kakaknya. Oleh karena itulah iapun akhirnya memilih dan menetap di suatu tempat disebelah utara bangkala yang bernama “Passangga Leang”.9

8 Sagimun,1986, op-cit, hlm. 51. Baca juga : Patunru, 1969, op-cit, hlm. 11.9 Rahim dan Ridwan Barahima, 1975, op-cit, hlm. 5; Poelinggomang, dkk, 2004, op.,

tempat itulah kemudian yang dinamai oleh Karaeng Loe risero “Pasiknang” (=yang be