EMOTIONAL RESPONSE SEBAGAI MEDISI PENGARUH STORE ENVIRONMENT , LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP IMPULSE BUYING (Studi Pada Rita Pasaraya Wonosobo) Oleh R. AJ. E. P. Apriliani O. D., SE., MM. 1 Abstraksi Tempat belanja kebutuhan sehari – hari di sekitaran Wonosobo sudah cukup banyak. Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen pasti akan memilih tempat belanja yang menyediakan berbagai kebutuhan yang lengkap dengan harga yang kompetitif. Selain itu, konsumen juga pasti menginginkan kenyamanan dan pelayanan yang terbaik sehingga puas saat berbelanja. Rita pasaraya Wonosobo merupakan salah satu tempat belanja yang mengutamakan kenyamanan dan melayani konsumen dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store environment dan lingkungan sosial terhadap impulse buying dengan emotional response sebagai variabel intervening. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Rita Pasaraya Wonosobo. Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel dengan cara convinience sampling adalah pemilihan sampel kepada konsumen yang mudah ditemui. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 96 orang. Teknik Analisis data menggunakan Path Analisys. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Store environment berpengaruh positif terhadap impulse buying (H1 diterima). Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying (H2 diterima). Emotional response berpengaruh positif terhadap impulse buying (H3 diterima). Store environment berpengaruh positif terhadap impulse buying yang dimediasi oleh emotional response (H4 diterima). Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying yang dimediasi oleh emotional response (H5 diterima). Kata kunci : emotional response, store environment, lingkungan sosial, impulse buying PENDAHULUAN Kondisi perekonomian kabupaten Wonosobo menunjukkan indikasi yang semakin baik dapat dilihat dengan semakin banyaknya pusat perbelanjaan yang ada. Hal ini terjadi seiring dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang semakin banyak. Meningkatnya jumlah penduduk berdampak 1 Dosen Tetap FE UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
18
Embed
EMOTIONAL RESPONSE SEBAGAI MEDISI PENGARUH …abcd.unsiq.ac.id/source/LP3MPB/Jurnal/Jurnal Ekonomi/2016/Volume 11... · Perumusan Masalah 1. Apakah store environment berpengaruh terhadap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EMOTIONAL RESPONSE SEBAGAI MEDISI PENGARUH STORE
ENVIRONMENT , LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP IMPULSE
BUYING
(Studi Pada Rita Pasaraya Wonosobo)
Oleh
R. AJ. E. P. Apriliani O. D., SE., MM.1
Abstraksi
Tempat belanja kebutuhan sehari – hari di sekitaran Wonosobo sudah cukup
banyak. Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen pasti akan memilih tempat
belanja yang menyediakan berbagai kebutuhan yang lengkap dengan harga yang
kompetitif. Selain itu, konsumen juga pasti menginginkan kenyamanan dan
pelayanan yang terbaik sehingga puas saat berbelanja. Rita pasaraya Wonosobo
merupakan salah satu tempat belanja yang mengutamakan kenyamanan dan
melayani konsumen dengan baik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh store environment dan
lingkungan sosial terhadap impulse buying dengan emotional response sebagai
variabel intervening. Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen yang
berbelanja di Rita Pasaraya Wonosobo. Dalam penelitian ini digunakan metode
pengambilan sampel dengan cara convinience sampling adalah pemilihan sampel
kepada konsumen yang mudah ditemui. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 96
orang. Teknik Analisis data menggunakan Path Analisys.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Store environment berpengaruh positif
terhadap impulse buying (H1 diterima). Lingkungan sosial berpengaruh positif
terhadap impulse buying (H2 diterima). Emotional response berpengaruh positif
terhadap impulse buying (H3 diterima). Store environment berpengaruh positif
terhadap impulse buying yang dimediasi oleh emotional response (H4 diterima).
Lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying yang dimediasi
oleh emotional response (H5 diterima).
Kata kunci : emotional response, store environment, lingkungan sosial,
impulse buying
PENDAHULUAN
Kondisi perekonomian kabupaten Wonosobo menunjukkan indikasi
yang semakin baik dapat dilihat dengan semakin banyaknya pusat
perbelanjaan yang ada. Hal ini terjadi seiring dengan jumlah pertumbuhan
penduduk yang semakin banyak. Meningkatnya jumlah penduduk berdampak
1 Dosen Tetap FE UNSIQ Jawa Tengah di Wonosobo
2
pada semakin banyaknya jumlah permintaan barang dan jasa. Dengan
peningkatan tersebut, merupakan peluang yang baik bagi pemasar untuk
memperoleh sebagian pangsa pasar yang ada. Pola hidup masyarakat yang
semakin maju, ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat
seiring dengan perkembangan zaman. Pengaruh perkembangan tersebut sangat
nyata, misalnya terciptanya fasilitas-fasilitas yang memudahkan kegiatannya
sejalan dengan perkembangan teknologi tersebut. Berbelanja merupakan
kegiatan yang dilakukan masyarakat ketika mereka melakukan pembelian
produk-produk yang mereka butuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Seperti halnya bisnis ritel di kabupaten Wonosobo, pengaruh dari
globalisasi menyebabkan banyak pengusaha ritel dari luar negeri dengan
kemampuan kapital yang luar biasa melakukan aktivitasnya di Indonesia.
Menurut Utami(2006) ada beberapa faktor yang mendorong globalisasi yang
dilakukan para peritel internasional tersebut antara lain karena pasar domestik
yang semakin dewasa/jenuh, sistem dan keahlian, dan hilangnya batas
perdagangan. Tempat belanja kebutuhan sehari – hari di sekitaran Wonosobo
sudah cukup banyak. Dalam memenuhi kebutuhannya, konsumen pasti akan
memilih tempat belanja yang menyediakan berbagai kebutuhan yang lengkap
dengan harga yang kompetitif. Selain itu, konsumen juga pasti menginginkan
kenyamanan dan pelayanan yang terbaik sehingga puas saat berbelanja. Rita
pasaraya Wonosobo merupakan salah satu tempat belanja yang berbentuk
hypermarket yang mengutamakan kenyamanan dan melayani konsumen
dengan baik. Selain berlokasi di Jalan A. Yani yang mudah dijangkau dan
memiliki tempat parkir yang luas, Rita pasaraya Wonosobo menjamin kualitas
pelayanan dan berbagai ketersediaan produknya. Perkembangan bisnis ritel
yang pesat di kabupaten Wonosobo membuat konsumen yang berbelanja ke
Rita pasaraya Wonosobo semakin menurun. Kondisi ini membuat Rita
pasaraya Wonosobo melakukan strategi pemasaran. Stimulus dalam toko yang
diciptakan oleh Rita pasaraya Wonosobo yaitu dengan menambah
kenyamanan konsumen saat berbelanja dengan ruangan yang luas dan
penataan barang yang rapi.
Kondisi pada saat sekarang ini banyak bermunculan toko-toko modern
seperti Trio, indomart, alfamart dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan
persaingan semakin ketat dan Rita harus mampu mempertahankan
pelanggannya dan menjaring pelanggan baru. Strategi pemasaran harus benar-
benar dilakukan oleh Rita pasaraya apabila ingin terus menjadi market leader
dalam pasar modern, karena kondisi yang terjadi saat ini konsumen mulai
jenuh dengan model yang ditawarkan rita dan konsumen banyak yang
berpindah ke pasar modern lainnya.
Menurut Fandy Tjiptono (2005) salah satu faktor fundamental dalam
studi perilaku konsumen adalah premis bahwa “people often buy product not
for what they do, butfor what they mean”. Artinya, konsumen membeli sebuah
produk bukan semata-mata karena mengejar manfaat fungsionalnya, namun
lebih dari itu juga mencari makna tertentu (seperti citra diri, gengsi, bahkan
kepribadian).
3
Oleh karena itu, kajian akan perilaku konsumen perlu dipelajari
sebagai langkah bagi pelaku usaha di dunia ritel modern untuk mengetahui
bagaimana perilaku konsumen di dalam toko ritel modern. Dan selanjutnya
bisa dijadikan referensi untuk membuat strategi pemasaran yang baik. Perilaku
konsumen yang menarik di dalam toko ritel modern yaitu adanya perilaku
impulse buying atau yang biasa disebut pemasar dengan pembelian yang tidak
direncanakan. Impulse buying adalah bagian dari sebuah kondisi yang
dinamakan “unplanned purchase” atau pembelian yang tidak direncanakan
yang kurang lebih adalah pembelanjaan yang terjadi ternyata berbeda dengan
perencanaan pembelanjaan seorang konsumen. Rook dan Fisher (1992)
mendefinisikan impulse buying sebagai kecenderungan konsumen untuk
membeli secara spontan, sesuai dengan suasana hati. Sementara Dune dan
Lusch (2005) mengatakan bahwa impulse buying adalah pengaruh yang timbul
dari stimuli-stimuli yang disebabkan oleh store environment yang konsumen
rasakan.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2014)
menunjukkan bahwa variabel Store Environment berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Impulse Buying. Semakin kuat pengaruh Store
Environment maka Impulse Buying yang dilakukan konsumen juga semakin
kuat. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggoro (2013) yang
menunjukkan hasil bahwa komponen–komponen yang terdapat dalam store
atmosphere seperti ambience, design, employee, dan crowding berperan
penting dalam membentuk store atmosphere yang dapat mempengaruhi
impulse buying.
Selain Store Environment, lingkungan sosial juga mampu membentuk
impulse buying. Selain stimulus lingkungan toko, faktor lingkungan sosial
juga mempengaruhi terjadinya pembelian impulsif. Saat melakukan
pembelian, konsumen akan mendapatkan atsmosfer toko dan pelayanan yang
telah diwujudkan pada stimulus lingkungan belanja (Fam et al. 2011).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Bong, Soesono (2011), suasana toko
yang baik dapat dicapai antara lain dengan mengatur musik yang indah dan
enak didengar, dekorasi interior yang indah dilihat, penampilan pelayan toko
yang ramah dan profesional dan sebagainya. Hasil penelitian yang dilakukan
oleh Yuliartini et. al, (2013) menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Menurut Park et al. (2005) emosi adalah sebuah efek dari mood yang
merupakan faktor penting konsumen dalam keputusan pembelian. Faktor
perasaan/emosi merupakan konstruk yang bersifat temporer karena berkaitan
dengan situasi atau objek tertentu (kenyamanan) dari lingkungan toko
terhadap perilaku pembelian secara impulsif, serta faktor lingkungan sosial
(tingkat kepadatan dan keramahan karyawan) secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Hetharie (2011) menyatakan emosi yang dirasakan konsumen yang
terktualisasi dengan sikap positif pelanggan dalam hal sikap yang merasa
senang dan bangga sewaktu berbelanja. Persepsi ini dalam konteks pendapat
pelanggan bahwa berbelanja di toko ritel modern merupakan aktivitas yang
4
menyenangkan dan merupakan kegiatan atau aktivitas favorit bagi individu
sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian impulsive. Penelitian
yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2013) menunjukkan bahwa
emotional response mampu memediasi pengaruh store environment terhadap
impulse buying.
Perumusan Masalah
1. Apakah store environment berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo?
2. Apakah lingkungan sosial berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo?
3. Apakah emotional response berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo?
4. Apakah store environment berpengaruh terhadap impulse buying dengan
emotional response sebagai variabel intervening ?
5. Apakah lingkungan sosial berpengaruh terhadap impulse buying di Rita
Pasaraya Wonosobo dengan emotional response sebagai variabel
intervening ?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh store environment terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo.
3. Untuk mengetahui pengaruh emotional response terhadap impulse buying
di Rita Pasaraya Wonosobo.
4. Untuk mengetahui pengaruh store environment terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo dengan emotional response sebagai variabel
intervening.
5. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying di
Rita Pasaraya Wonosobo dengan emotional response sebagai variabel
intervening.
Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa
kerangka teoritis tentang perilaku impulse buying yang dilakukan
konsumen serta faktor-faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang
secara potensial dapat menyebabkan konsumen melakukan impulse
buying.
KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Impulse Buying
Menurut Rook dan Fisher (2007) impulse buying sebagai
kecenderungan konsumen untuk membeli secara spontan, reflek, tiba-tiba
dan otomatis. Dari definisi ini terlihat bahwa impulse buying merupakan
sesuatu yang alamiah dan merupakan reaksi cepat. Impulse buying terjadi
pada saat konsumen masuk ke toko ritel dan ternyata membeli produk ritel
5
itu tanpa merencanakan sebelumnya. Terjadinya impulse buying pada
konsumen umumnya adalah pertama produk yang memiliki harga yang
rendah sehingga konsumen tidak perlu berfikir untuk menghitung anggaran
yang dikeluarkan. Kedua adalah produk-produk yang memiliki mass
marketing, sehingga ketika berbelanja konsumen ingat bahwa produk
tersebut tersebar pernah diiklankan di televisi. Ketiga adalah produk-produk
dalam ukuran kecil dan mudah disimpan. Biasanya konsumen mengambil
produk ini karena dianggap murah dan tidak terlalu membebani keranjang
atau kereta belanjanya.
Store environment
Store environment adalah sesuatu yang mencerminkan lingkungan
toko yang menyenangkan dapat merangsang konsumen terkait dengan
kemungkinan pengambilan keputusan yang lebih baik dan manifestasi
perilaku pembelian impulsif (Donovan dan Rossiter 1982). Menurut
Donovan dan Rossiter (1982) dalam Virvilaite et al (2011) lingkungan toko
yang menyenangkan dapat merangsang konsumen terkait dengan
kemungkinan pengambilan keputusan yang lebih baik dan manifestasi
perilaku pembelian impulsif. Menurut Leith dan Baumeister (1996) dalam
Virvilaite et al (2011) bahwa perasaan gembira yang dialami oleh konsumen
dapat mengurangi kemungkinan untuk berpikir tentang tindakan yang
mereka ambil.
Penelitian yang dilakukan oleh Putra dan Sukawati (2014)
menunjukkan bahwa variabel Store Environment berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Impulse Buying. Semakin kuat pengaruh Store
Environment maka Impulse Buying yang dilakukan konsumen juga semakin
kuat. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggoro (2013)
yang menunjukkan hasil bahwa komponen–komponen yang terdapat dalam
store atmosphere seperti ambience, design, employee, dan crowding
berperan penting dalam membentuk store atmosphere yang dapat
mempengaruhi impulse buying. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
dihipotesiskan sebagai berikut :
H1 : store environment berpengaruh terhadap impulse buying
Lingkungan sosial.
Toko yang menginginkan tingkat penjualan yang meningkat, juga
perlu didampingi dengan pelayanan karyawan saat banyaknya pengunjung
yang datang ke toko tersebut. Menurut Bell dkk, (2011), keramaian adalah
tata letak barang yang terlihat dan suasana yang disebabkan karena
banyaknya pengunjung yang dating ke toko tersebut. Menurut Utami
(2006:243), pelayanan pelanggan adalah aktivitas dan program yang
dilakukan oleh ritel untuk menciptakan pengalaman berbelanja dan lebih
bersifat memberikan penghargaan kepada pelanggan.
Menurut Stanton dalam Alma (2005), pelayanan diartikan secara
terpisah, diberikan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan memiliki
sifat tidak berwujud. Menurut Engel, et al., (2008) menyatakan bahwa
6
karyawan toko sangat mempunyai peranan yang sangat penting saat
konsumen melakukan pembelian. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Yuliartini et. al, (2013) menunjukkan bahwa faktor lingkungan sosial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap perilaku pembelian impulsif.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
H2 : lingkungan sosial berpengaruh terhadap impulse buying
Emotional response
Emosi positif menurut Laros dan Steenkamp (2005),”Emotion is
reaction assessment (positive or negative) of a complex nervous system of a
person towards external or internal stimuli and often conceptualized as a
general dimension, such as the positive and negative influences” .ini
mempunyai arti bahwa Emosi adalah reaksi penilaian (positif atau negatif)
dari sistem saraf seseorang terhadap rangsangan eksternal atau internal dan
sering dikonseptualisasikan sebagai sebuah dimensi yang umum, seperti
yang mempengaruhi positif dan negatif. Impulse buying atau pembelian tak
terencana adalah suatu keputusan pembelian yang tidak direncanakan atau
tanpa direncanakan sebelumnya untuk membeli produk atau layanan.
Hasil penelitian yang dilakukan Sinaga et al. (2010) bahwa emotional
response berpengaruh signifikan terhadap impulse buying. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan sebelumnya maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian diatas adalah :
H3 : emotional response berpengaruh positif terhadap impulse buying
Pengaruh store environment terhadap impulse buying dengan emotional
response sebagai variabel intervening.
Lingkungan fisik dalam hal ini stimulus yang diberikan department
store berpengaruh positif terhadap emosi konsumen dan perilaku pembelian
tidak terencana dalam hal ini adalah emosi positif yang dirasakan konsumen
pada saat berkunjung ke department store. Chang dan Yan (2009)
menyatakan bahwa stimulus yang disebabkan oleh lingkungan toko dan
factor sosial berpengaruh positi terhadap respon emosi positif dari
konsumen. Turley dan Milliman (2000) menyatakan bahwa warna dapat
mempengaruhi waktu yang dihabiskan konsumen di dalam toko,
menimbulkan dorongan dan menciptakan rasa senang yang dialami
konsumen serta mendorong terjadinya pembelian.
Hetharie (2011) menyatakan emosi yang dirasakan konsumen yang
terktualisasi dengan sikap positif pelanggan dalam hal sikap yang merasa
senang dan bangga sewaktu berbelanja di departement store. persepsi ini
dalam konteks pendapat pelanggan bahwa berbelanja di Department Store
merupakan aktivitas yang menyenangkan dan merupakan kegiatan atau
aktivitas favorit bagi individu sehingga dapat mempengaruhi keputusan
pembelian impulsive. Alwi (2011) menyatakan bahwa perilaku pembelian
tidak terencana dipengaruhi oleh stimulus lingkungan toko dan faktor sosial
toko baik secara langsung maupun secara tidak langsung dimediasi oleh
emosi positif. Sinaga dkk (2011) menyatakan bahwa atsmosfer toko
7
berpengaruh positif terhadap perilaku pembelian tidak terencana dan emosi
positif sebagai mediatornya. Adelaar et al (2003) menyatakan bahwa format
atau situasi dalam toko berperan menimbulkan respon emosi yang positif
kepada konsumen untuk melakukan pembelian tidak terencana. Berdasarkan
uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut :
H4 : store environment berpengaruh terhadap impulse buying dengan
emotional response sebagai variabel intervening.
Pengaruh lingkungan sosial terhadap impulse buying dengan emotional
response sebagai variabel intervening.
Mowen dan Minor (2001) berpendapat faktor sosial ini mengacuh
pada pengaruh orang lain terhadap konsumen dalam suatu kegiatan
konsumen yang berpengaruh kepada perilaku konsumen. Engel, et al (2008)
berpendapat bahwa karyawan toko sangat mempunyai peranan yang sangat
penting. Potensi untuk mempengaruhi konsumen selama berbelanja dapat
besar dapat dilakukan oleh para karyawan toko. Unsur-unsur yang ada pada
karyawan toko ini berupa jumlah dan karekteristik (misalnya: perhatian,
keahlian, keramahan dan cara menyapa). Assael (1992) beranggapan bahwa
store personnel atau karyawan toko menyangkut: kesopanan, keramahan,
dan suka menolong. Menurut Liaw karyawan toko (employee) ini
menyangkut apa yang dirasakan oleh konsumen dari pengaruh yang
ditimbulkan karyawan toko, seperti penampilan karyawan, keramahan,
banyaknya karyawan, kemampuan profesional, dan lain-lain. Karyawan
toko merupakan factor penting yang mempengaruhi keputusan pembelian
konsumen dan emosi konsumen (Grewall dan Sharma (1991) dalam Liaw
(2007). environment tampaknya menjadi alasan kuat mengapa konsumen
menghabiskan waktu ekstra di toko-toko tertentu, dan menghabiskan uang
lebih dari awalnya dimaksudkan. Penelitian mereka juga menunjukkan
bahwa kontribusi variabel-variabel emosional terhadap perilaku konsumen
hususnya impulse buying.
Hawkins et al (2000) mendefinisikan emosi sebagai “strong,
relatively uncontrolled feeling hat affect our behaviour” (Perasaan yang
kuat, dan relatif tidak terkendali yang mempengaruhi perilaku kita).
Menurut Solomon (2007), suasana hati (emosi) seseorang atau kondisi
psikologis pada saat pembelian dapat memiliki dampak yang besar pada apa
yang dia beli atau bagaimana ia menilai pembeliannya. Seseorang dapat
menikmati atau tidak menikmati situasi, dan mereka bisa merasakan
distimulasi atau tidak. Suasana hati dapat dipengaruhi oleh desain toko,
cuaca, atau faktor spesifik lainnya bagi konsumen.
Hasil penelitian sinaga et al. (2011) menuunjukkan bahwa social
respon mampu mempengaruhi impulse buying yang dimediasi oleh
emotional respon. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dihipotesiskan
sebagai berikut :
H5 : lingkungan sosial berpengaruh positif terhadap impulse buying
dengan emotional response sebagai variabel intervening.
8
Kerangka Teoritis
Setelah dilakukan telaah pustaka yang mendasari perumusan masalah
yang diajukan dalam penelitian ini, selanjutnya dibentuk kerangka pemikiran
teoritis yang akan digunakan sebagai acuan untuk pemecahan masalah.
Kerangka pemikiran teoritis yang dibangun ditampilkan dalam gambar
sebagai berikut.
Gambar 1
Kerangka pemikiran
METODE PENELITIAN
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer.
Yang dimaksud dengan data primer yaitu data yang berasal langsung dari
sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung
dengan permasalahan yang diteliti (Cooper & Emory 1995).
Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berbelanja di Rita
Pasaraya Wonosobo. Desain sampel yang digunakan daam penelitian ini
adalah non-probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak
memberi peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2007). Karena jumlah
populasi belum diketahui maka penentuan jumlah sampel ditentukan dengan
menggunakan rumus slovin sebagai berikut (Rao Purba 1996) :
n = Z2
4 (moe)2
Keterangan :
n : Jumlah sampel
Z : tingkat keyakinan
Moe : Margin of error atau kesalahan maksimum yang ditolerir
Dengan tingkat keyakinan sebesar 95% atau Z = 1,96 dan moe sebesar
10% maka jumlah sampel dapat ditentukan sebagai berikut :
n = 1,962
4 (0,1)2
= 96
H1
H2
H3, H4,
H5
store environment
(X1)
impulse buying
(Y)
emotional
response (I)
Lingkungan sosial
(X2)
H1
9
Jadi jumlah tersebut dibulatkan menjadi 96 sampel atau responden.
Dalam penelitian ini digunakan metode pengambilan sampel dengan cara
convinience sampling adalah pemilihan sampel kepada konsumen yang mudah
ditemui. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 96 orang.
Definisi operasional variable yang digunakan dalam penelitian ini
Variabel Impulse Buying diukur dengan 5 item pertanyaan dengan indikator