EMERGING DAN RE-EMERGING DISEASEEBOLA
DISUSUN OLEH: Kelompok 1Frisma Indah P.
1102008108Aan Muthmainnah 1102010001Etika Septira
1102010090Ikra Alfata Arza
1102010127Pratama Aditya B. 1102010217KEPANITERAAN ILMU
KESEHATAN MASYARAKAT KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 29 Juni 31 Juli 2015BAB I
PENDAHULUANEmerging disease termasuk wabah penyakit menular yang
tidak diketahui sebelumnya atau penyakit menular baru yang
insidennya meningkat signifikan dalam dua dekade terakhir.
Re-emerging disease atau yang biasa disebut resurging disease
adalah wabah penyakit menular yang muncul kembali setelah penurunan
yang signifikan dalam insiden dimasa lampau. Ada beberapa faktor
yang menyebabkan dua permasalahan ini selalu muncul hampir disetiap
tahunnya,yaitu evolusi dari microbial agent seperti variasi genetik
atau mutasi, hubungan microbial agent dengan hewan perantara
(zoonotic encounter), perubahan iklim dan lingkungan, perubahan
perilaku manusia seperti penggunaan pestisida, penggunaan obat
antimikrobial yang bisa menyebabkan resistensi dan penurunan
penggunaan vaksin.
Selain itu perkembangan industri dan ekonomi, perpindahan
penduduk secara masal yang membawa serta wabah penyakit tertentu
(travel diseases), dan perang seperti ancaman penggunaan
bioterorisme atau senjata biologis juga dapat mempengaruhi
kemunculuan dari kasus-kasus tersebut. Oleh karena itu dibutuhkan
penanganan dan pemantauan di bidang kesehatan masyarakat sangat
dibutuhkan sebagai deteksi dini dan penatalaksanaan penyakit
emerging dan re-emerging.
Pada referat ini tim penulis akan membahas mengenai penyakit
ebola yang sedang marak di Indonesia. BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1. Emerging dan Re-eemerging DiseaseA. Definisi Menurut WHO,
Emerging infectious diseases (EID) adalah penyakit yang pertama
kali muncul dalam suatu populasi, atau penyakit yang telah ada
sebelumnya tetapi mengalami peningkatan insidendsi atau area
geografis dengan cepat. Emerging infectious diseases merupakan
penyakit infeksi yang kejadiannya pada manusia meningkat dalam dua
dasawarsa/ dekade terakhir atau cendedrung akan meningkat di masa
mendatang. Secara umum EID dapat dibagi dalam tiga kelompok
penyakit, yaitu:a. Penyakit menular baru (New Emerging Infectious
Diseases)
b. Penyakit menular lama yang cenderung meningkat (Emerging
Infectious Diseases)
c. Penyakit menular lama yang menimbulakan masalah baru
(Re-Emerging Infectious Diseases)
B. Faktor yang mempengaruhi
Penyakit yang berhubungan erat dengan negara berkembang, yang
mana negara berkembang merupakan tempat ideal untuk munculnya dan
penularan penyakit infeksi. Kemiskinan, populasi yang padat,
deforestation, urbanisasi pemanasan global, struktur kesehatan yang
lemah dan terabaikan merupakan karakteristik negara berkembang dan
merupakan situasi ideal untuk munculnya penyakit infeksi. Sebagai
hasilnya, menjadi beban kesehatan masyarakat.
1. Faktor demografi dan pertumbuhan ekonomi serta perubahan gaya
hidup.
Sekitar 77 juta jiwa bertambah setiap tahunnya di dunia, tahun
2015 diperkirakan akan ada 23 megacities dengan populasi melebihi
10 juta dimana tujuh diantaranya akan ada di asia tenggara.
Kepadatan populasi yang tinggi menigkatkan potensi penyebaran
penyakit dari orang keorang, kecenderungan pemanasan global yang
lebih hebat, jumlah pelancong yang besar, peningkatan kelaparan dan
malnutrisi dan arus urbanisasi yang ekstensif.Di negara-negara
Asia, 105 populasi diperkirakan berusia >65 tahun pada 2030.
Proses penuaan ditandai dengan penurunan daya tahan dan peningkatan
kerentanan terhadap emerging infectious.Perkembangan ekonomi di
suatu negara selain memacu industrialisasi dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, tetapi juga dapat berakibat meningkatkan
urbanisasi dan kepadatan di daerah perkotaan. Urbanisasi dan
kepadatan penduduk di daerah perkotaan dapat menyebabkan masalah
akibat keterbatasan berbagai sarana air bersih dan perumahan.
Keadaan ini berdampak pada peningkatan terjadinya penyakit menular.
Pertumbuhan ekonomi juga dapat berakibat perubahan gaya hidup
seperti perilaku seksual dan penggunaan obat narkotika dan
psikotropika.Kemiskinan menyebabkan gangguan kesehatan dan
sebaliknya gangguan kesehatan menyebabkan kemiskinan. Sekarang ini,
kemiskinan merupakan tantangan diseluruh dunia. Perilaku masyarakat
penggunaan obat-obatan terlarang dengan menggunakan jarum suntik
yang sama, jarum tato yang tidak steril dan praktik tindik kulit
menyebarkan penyakit yang ditularkan melalui darah seperti Hepatits
C. Secara global, penggunaan injeksi yang berlebihan dan injeksi
yang tidak aman diperkirakan menyebabkan 22,5 juta infeksi virus
Hepatitis B, 2,7 juta infeksi Hepatitis C dan 98.000 infeksi
HIV.
2. Kemajuan transportasi dan perjalanan internasional.
Kemajuan di bidang transportasi mengakibatkan arus perjalanan
antar daerah dan antar negara. Hal ini disebabkan oleh makin
meningkatnya kecepatan, kemampuan jelajah dan kapasitas angkut
pesawat terbang. Kemudian transportasi ini berdampak pada
meningkatnya interaksi antar penduduk antar daerah maupun antar
negara sehingga meningkatkan risiko penularan berbagai penyakit
menular.
Perjalanan dan perdagangan internasional juga memfasilitasi
perpindahan infeksi.Telah dilaporkan SARS merupakan salah satu
penyakit yang perpindahan mikroorganismenya paling cepat. Avian
influenza tersebar diseluruh dunia dalam waktu kurang dari 12
bulan. SARS dibawa melalui perjalanan udara internasional oleh
orang terinfeksi ke 31 negara yang dilaporkan kemungkinan kasus
SARS.
3. Faktor lingkungan.
Air dan higiene yang baik adalah prasyarat kesehatan individual
dan masyarakat. Secara global, diperkirakan 1 miliar penduduk tidak
memiliki akses terhadap suplai air dan 2,5 miliar kurang memiliki
sanitasi yang baik. Di asia tenggara, walaupun 86% populasi
dinyatakan mendapat akses suplai air bersih, tetapi kualitas dan
keamanan air dipertanyakan. Penyakit yang ditularkan melalui air
terus menjadi masalah utama. Fasilitas sanitasi dasar yang lemah
menyebabkan lebih dari 88 juta populasi di Asia Tenggara kurang
mendapat fasilitas yang baik untuk pembuangan limbah.Perubahan
lingkungan yang terjadi secara mendadak pada lingkungan yang luas
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya emerging
infections. Utamanya yang berkaitan dengan pembabatan hutan
(deforestation) maupun penghutanan kembali (forestation). Keduanya
dapat mengakibatkan perubahan ekologi. Deforestation mengubah flora
dan fauna, ekosistem diseluruh dunia telah rusak. Perubahan ini
menyebabkan meningkatnya pemaparan serangga atau binatang lainnnya
pada manusia. Jika binatang-binatang ini merupakan reservoir,
vektor atau hospes perantara dari mikroorganisme atau parasit maka
akan meningkatkan penularan vector borne diseases, zoonoses atau
penyakit menular lainnya.Manusia hidup sangat dekat dengan binatang
sejak waktu yang lama. Kedekatan ini, kontak yang terus menerus
menyebabkan pertukaran mikroorganisme antara hewan dan manusia dan
memberikan kesempatan untuk terjadi perubahan genetik organisme
untuk menyesuaikan terhadap tubuh manusia dan memulai siklus baru
untuk transmisi orang ke orang, misalnya SARS sesuai dengan
fenomena ini.Infeksi zoonotik meningkat sesuai proporsi jumlah dan
intensitas hewan yang kontak dengan manusia. Sebagai tambahan,
peningkatan produksi daging juga meningkatkan infeksi zoonotik
secara eksponensial. Emerging infectious dapat meningkat dari
heawan dan burung dan merupakan bibit pandemi melalui perpindahan
ke negara lain melalui migrasi atau perdagangan. Pemanasan global
selama tiga tahun terakhir, terlihat bumi akan lebih panas 1-4C
dari abad 21. Hal ini akan mengubah distribusi vektor. Pada suhu
yang lebih panas, parasit berkembang lebih cepat. Konsekuensinya
akan ada peningkatan insidensi malaria dan dengue fever.
4. Sarana dan pelayanan kesehatan.
Memiliki infrastruktur pelayanan kesehatan masyarakat yang baik
dapat mencegah banyak infeksi. Keterbatasan atau kelemahan dalam
sarana dan pelayanan kesehatan termasuk pengamatan penyakit
(surveilans) dan keterbatasan kemampuan diagnostik laboratorium
dalam mengidentifikasi kejadian penyakit memberikan kontribusi
meningkatnya masalah emerging infectious diseases. Pelayanan
kesehatan yang efisien tidak hanya cepat mendeteksi dan tanggap
terhadap epidemik selama fase awal tetapi juga sensitif untuk
menentukan titik infeksi baru atau infeksi patogen yang tidak
dikenal.
5. Pengolahan makanan dan bahan makanan.
Pengolahan, pengemasan dan pengiriman/distribusi makanan dan
bahan makanan juga merupakan faktor berkembangnya emerging
infectious diseases. Peningkatan produksi bahan makanan yang
berasal dari tumbuh tumbuhan dan hewan melalui rekayasa genetik,
penggunaan bahan pengawet, penggunaan antibiotik dan pemakaian
insektisida merupakan faktor yang dapat memberikan kontribusi.
6. Mutasi dan evolusi organisme.
Organisme dapat mengalami mutasi atau evolusi. Mutasi ini akan
menimbulkan strain baru mikroba. Strain baru organisme tersebut
dapat menjadi resisten terhadap pengobatan. Mutasi juga dapat
menyebabkan perubahan mikroba non-patogen menjadi patogen.
Gambar 1. Skema Faktor yang mempengaruhi emerging dan
re-emerging disease (Sumber: Silitonga, 2012).
C. Epidemiologi Emerging dan Re - Emerging Infectious
DiseasesPenyakit-penyait infeksi terus menjadi tantangan utama di
daerah Asia Tenggara. Diperkirakan bahawa penyakit bertanggung
jawab atas sekitar 40% dari 14 juta kematian setiap tahun di region
Asia Tenggara dan sekitar 28% merupakan penyakit infeksi yang
menjadi permasalahan global.
Perkembangan berbagai penyakit re-emerging diseases dan new
emerging diseases kembali mengancam derajat kesehatan masyarakat.
Penyakit menular tergolong re-emerging diseases yang menjadi
perhatian saat ini adalah Poliomyelitis, Tuberkulosis, Dengue Demam
Berdarah, HIV-AIDS, Demam Typhoid & Salmonellosis,
Leptospirosis, Anthrax, Rabies, Pes, Filariasis, Kolera &
penyakit diare lainnya, Pneumococcal pneumonia & penyakit ISPA
lainnya, Diptheria, Lepra, Infeksi Helicobacter, Ricketsiosis,
Pertussis, Gonorrhea & penyakit infeksi menular seksual
lainnya, Viral hepatitis, Campak, Varicella/Cacar Air, Chikungunya,
Herpes, Japanese encephalitis, Infectious Mononucleosis, infeksi
HPV, Influenza, Malaria dan lain-lain.
Sedangkan kemunculan penyakit new emerging disease diantaranya
ditandai dengan merebaknya Avian Flu mulai bulan Juni 2005 yang
lalu, hingga tanggal 18 Maret 2007 telah mendekati ribuan Kasus dan
sebanyak 86 orang diantaranya Positif Avian flu serta meninggal 65
orang. Case Fatality Rate (CFR) atau angka kematian kasus Avian flu
pada manusia di Indonesia kini adalah 75,6 persen. Penyakit infeksi
yang baru muncul (New Emerging Diseases) dan mengancam saat ini
sebagian besar adalah penyakit bersumber binatang, misalnya SARS,
Avian flu, Hanta-virus Pulmonary Syndrome, Hanta-virus infection
with renal involvement, Japanese Encephalitis, Nipah diseases, West
Nile Fever, dan E. Coli.
Berikut adalah penjelasan dari beberapa Emerging dan Re -
emerging Infectious Diseases yang pernah terjadi didunia:
a. Infeksi virus hanta adalah penyakit infeksi paru yang jarang
tapi serius, sering fatal, disebabkan oleh virus hanta tipe Sin
Nombre, sedangkan tipe lain menyerang ginjal. Virus hanta ditemukan
pada rodent, terutama di amerika utara. Tertular bila menghisap
debu terkontaminasi liur, kencing, cairan tubuh virus yang
terinfeksi. Dilaporkan beberapa jenis tikus tertentu di beberapa
pelabuhan laut menunjukkan tes serologi positif terhadap virus
hanta.
b. Infeksi virus ebolam pertama kali ditemukan di sudan dan aire
1976. Kejadian Luar Biasa (KLB) berikutnya 1995, 2000-2001. Sampai
deseber 2003 masih terjadi KLB di beberapa negara Afrika. Angka
kematian 50-90%. Cara terinfeksi kontak langsung dengan darah,
sekret, organ, dan cairan tubuh penderita/binatang terinfeksi.
Reservoir alami adalah primata dan kalelawaar. Dilaporkan bahwa tes
serologi pada kera di Jawa Barat dan lampung menunjukkan positif
terhadap virus Ebola.
c. Avian influenza disebabkan oleh virus influenza H5N1, terjadi
KLB pada tahun 1997 dan 2003. Penyakit disebabkan oleh virus
influenza yang menyerang unggas, burung, ayam. Menular dari unggas
ke unggas, ke hewan lain dan ke manusia. Penularan dari manusia ke
manusia kemungkinannya kecil tetapi potensial terjadi terutama bila
terjadi mutasi. Secara kumulatif kasus avian influenza pada tahun
2007 mencapai 118 orang dan 95 diantaranya meninggal. Februari 2008
jumlah kasus 126 orang dan 103 meninggal dunia. Angka kematian
mencapai 80,5%.
d. SARS merupakan penyakit infeksi pada jaringan paru manusia,
pertama kali ditemukan di Cina pada tahun 2003 yang disebabkan oleh
Corona Virus Pnemunia yang bermutasi hingga terjadi pandemi. SARS
memiliki angka penularan yang tinggi dan pada tahun 2003 WHO
menetapkan SARS merupakan ancaman kesehatan global. Penularan
infeksi melalui inhalasi pernapasan dari pasien yang menderita pada
saat batuk atau bersin, atau kontaminasi tangan penderita.
e. Influenza A baru disebabkan oleh virusinflueza tipe H1N1. WHO
mengumumkan pandemi global pada tahun 2009. Meskipun influenza yang
ditimbulkan termasuk ringan, tetapi penyebarannya sangat mudah dari
manusia ke manusia menyebabkan tingginya tingkat kesakitan karena
virus influenza ini. Hingga sekarang karakteristik virus H1N1 masih
tetap sama dengan karakteristik virus pertama yang terjadi di
Meksiko, tetapi ada kekhawatiran perubahan atau mutasi genetik dari
virus influenza A baru (H1N1) menjadi lebih berat daripada saat
ini.
f. HIV/AIDS merupakan penyakit yang mengancam penduduk dunia
saat ini. Ditemukan pertama kali di amerika 20 tahun yang lalu.
Penyakit ini adalah sekumpulan gejala yang terjadi akibat
menurunyya daya tahan tubuh seseorang. Disebabkan oleh virus HIV
yang ditularkan melalui hubungan seksual yang tidak aman,
penggunaan jarum suntik yang berulang kali dan bergantian, dll.
Epidemi HIV/AIDS di Indonesia telah bergerak dari satu tingkat
epidemi rendah yaitu prevalensi