0BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi belakangan ini semakin berkembang,seperti mesin – mesin perkakas dari yang manual sampai ke yang serba canggih, maka diperlukan kemajuan teknologi yang dapat menujang kebutuhan tersebut. Dimana mesin – mesin perkakas tersebut menggunakan transmisi Roda Gigi . Mahasiswa jurusan Teknik Mesin FTI-ITI untuk menyelesaikan masa studinya harus mengerjakan beberapa tugas yang sifatnya mendukung teori yang telah didapatkan pada waktu perkuliahan diantara tugas – tugas tersebut adalah tugas Elemen Mesin III. Tugas ini berisikan materi perencanaan system dan perancangan transmisi. Dan pada kesempatan ini penulis mencoba merencanakan transmisi roda gigi lurus pada gear box mesin bubut. 1.2. Tujuan Perencanaan Tujuan perencanaan Elemen Mesin III ini adalah 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
0BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Perkembangan teknologi belakangan ini semakin berkembang,seperti mesin –
mesin perkakas dari yang manual sampai ke yang serba canggih, maka diperlukan
kemajuan teknologi yang dapat menujang kebutuhan tersebut. Dimana mesin – mesin
perkakas tersebut menggunakan transmisi Roda Gigi .
Mahasiswa jurusan Teknik Mesin FTI-ITI untuk menyelesaikan masa studinya
harus mengerjakan beberapa tugas yang sifatnya mendukung teori yang telah
didapatkan pada waktu perkuliahan diantara tugas – tugas tersebut adalah tugas Elemen
Mesin III. Tugas ini berisikan materi perencanaan system dan perancangan transmisi.
Dan pada kesempatan ini penulis mencoba merencanakan transmisi roda gigi lurus
pada gear box mesin bubut.
1.2. Tujuan Perencanaan
Tujuan perencanaan Elemen Mesin III ini adalah
Membekali penulis pengetahuan tentang system transmisi khususnya
roda gigi unrtuk transmisi roda gigi lurus.
Mempelajari kembali perhitungan dalam perencanaan roda gigi.
Melatih penulis untuk merencanakan suatu system trasmisi yang baik
pada mesin perkakas.
Menerapkan dan memahami teori dalam merencanakan system yang
telah diperoleh dalam bangku kuliah.
1
1.3. Batasan Masalah
Pada kesempatan ini penulis membatasi permasalahan system transmisi roda
gigi lurus pada mesin bubut ini dan disini penulis akan membahas serta melakukan
perencanaan system transmisi roda gigi yang digunakan untuk memutarkan poros
kepala tetap pada mesin bubut.
1.4. Manfaat Perencanaan
Untuk memperdalam pengertian penulis dalam hal ini pada transmisi roda gigi
pada mesin bubut yaitu :
Untk melatih penulis dalam merancang suatu system transmisi roda gigi.
Untuk menerapkan rumus – rumus yang sudah ada dalam buku perancangan
dan dalam perkuliahan.
1.5. Sistematika Perencanaan
Untuk sistematikanya pada perencanaan ini penulis akan memulai dengan teori
dasar yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai rumus – rumus yang akan
digunakan nanti dalam perhitungan dan juga diberikan gambar. Pada bab ini
selanjutnya akan dilakukan perencanaan serta perhitungan kekutan roda gigi dan juga
diberikan aspek – aspek yang diperlukan untuk melengkapi perencanaan ini ,dan juga
untuk menyimpulkan yang diperoleh dari perencanaan ini.
1.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan perencanaan ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
2
Membahas mengenai latar belakang,tujuan perencanaan,batasan
masalah,manfaat perencanaan,sistematiak perencanaan dan sistematika
penulisan.
BAB II TEORI DASAR
Membahas mengenai teori – teori roda gigi,nama bagian roda gigi serta
ukuranya,perbandingan putaran roda gigi dan analisa gaya.
BAB III PERHITUNGAN PERENCANAAN RODA GIGI
Dalam bab ini membahas spesifik tugas,jumlah gigi masing – masing roda
gigi,ukuran roda gigi, perbandingan reduksi, gaya tangensial yang terjadi,factor
pembentuk gigi, tebal roda gigi bahan roda gigi bahan poros perhitungan poros
dan ukuran pasak.
BAB IV KESIMPULAN
Menyimpulkan hasil dari perencanaan tersebut.
Daftar pustaka.
Lampiran – lampiran.
3
BAB II
TEORI DASAR
2.1. Roda Gigi
Roda gigi adalah alat transmisi yang menggerakan satu proses dengan poros
lainnya dengan cara kontak atau berkaitan roda gigi yang satu dengan lainnya,
sehingga lainya dapat digerakan. Roda gigi mentransmisikan daya atau torsi,mulai
dari putaran terkecil sampai putaran terbesar. Posisi roda gigi yang berpasangan bias
pararel seperti pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Macam – macam Roda gigi
4
Ada pula roda gigi dengan putaran yang terputus – putus dan roda gigi
Geneva,yang sering dipakai untuk menggerakan film pada proyektor bioskop. Dalam
perencanaan roda gigi biasanya dibuat anggapan bahwa roda gigi merupakan benda
kaku yang hampir tidak mengalami perubahan untuk jangkan waktu yang lama.
Gambar 2.2 Nama – nama Bagian roda gigi
2.2. Rumus – Rumus Roda Gigi
Rumus – rumus umum yang dipergunakan untuk ukuran roda gigi adalah :
1. Diameter linkaran jarak bagi (do) :
do = m . z
2. Diameter lingkaran kepala (dk) :
dk = do + 2 m
3. Diameter lingk aran kaki (df) :
df = do – 2,4 m
4. Jarak sumbu poros (ao) :
ao = m Z1 + Z2]
2
5
Gambar 2.3 ukuran gigi pasangan roda gigi lurus
5. Tebal gigi ( t ) :
t = m .
6. Modul ( m ) :
m = p
7. Tinggi gigi ( H ) :
H = ha + hf
Dimana : ha = m = tinggi kepela
hf =1,2 . m = tinggi kaki normal
8. Jarak bagi P { pitch )
P = m . ( mm)
Untuk roda gigi adanya beban dorong yang sejajar poros menyebabkan kita perlu
mengetahui sudut miring,sehingga perhitungan selanjutnya perlu dimasukkan
sudut kemiringannya. Roda gigi miring ini mempunyai sudut miring o dan sejajar
jarak antara puncak gigi yaitu Px. Dapat dilihat gambar dibawah ini.
6
Gambar 2.4. Sudut kemiringan roda gigi
Jarak a – d adalah aksial pitch Px dan dituliskan sebagai hubungan antara :
Px = Pt
cos o
Dimana : Pa = Pt cos o
Modul normalnya, mn adalah :
mn = m cos βo
Modul pandangan depan ( ms ) adalah ;
ms = m cos βo
Jarak lingkaran bagi ( tso ) adalah :
tso = tn cos βo
2.3. Perbandingan putaran dan perbandingan roda gigi
Jika putaran roda gigi yang berpasangan dinyatakan dengan n1 ( rpm ) pada
poros penggerak dan n 2 ( rpm) pada poros yang digerakan lingkaran jarak bagi d1 dan
d 2 dan jumlah gigi , maka perbandingan putaran U adalah :
U = n1 = d1 = mz1 = l n2 d2 mz2 t
Dimana : Z2 = i. Z1
7
Harga i adalah perbandingan antara jumlah gigi pada roda gigi dan pinion yang
biasa disebut sebagai perbandingan roda gigi atau perbandingan transmisi.
Perbandingan transmisi ini dapat sebesar 4 – 5 dalam roda gigi lurus standart, dan pada
roda gigi miring ganda perbandingan tersebut dapat mencapai 10. Roda gigi biasanya
dipakai untuk mereduksi ( i.>1 ),tetapi kadang juga dipakai untuk menentukan putaran
(i.< 1).
2.4. Analisa Gaya
Perubahan roda gigi I diberikan pada roda gigi 2 yang terjadi adalah Fn ( gaya
normal ). Ft ( gaya tangensial ) yaitu membuat sudut terhadap gaya normal ( Fn ).
Gambar 2.5 Gaya – gaya pada profil gigi
Fr1 dan Ft1 adalah komponen – komponen dari gaya Fn1 , titik pertemuan komponen
tersebut adalah pada perpotongan do1 dan do2.
8
Cos o = FU1 , tan o = Fu1
Fn1 Fr1
Mt = F . I = F . d 2
Untuk gaya tangensial ( Ft ) adalah :
Ft = 2000 Mt . Cs ( N.mm) do
Dimana Cs = factor keamanan kerja yang berhubungan dengan beban dan kondisi kerja
untuk keadaan beban khusus / berat.
Dan untuk : Mt = 9550 . p n
Untuk o = 20
Maka : Fr = Ft . tan o = 0,634 . Fu ( N )
Fn = Ft / cos o = 1,065 . Fu ( N )
Gambar 2.6. Gaya – gaya pada roda gigi
9
Pada gambar diatas ada tiga gaya yang bekerja pada roda gigi miring :
Fr = F sin n . cos o ; Fa = F cos n . cos o
Biasanya Ft ( gaya keliling / tangensial ) diketahui seperti rumus diatas. Sedangkan
untuk mencari gaya tangensial ( Ft ) digunakan hubungan :
Maka rumus kekuatan akan gigi adalah :
b = Ft
bm . qk. qe . b izin
Dimana : Ft = gaya tangensial
qk = factor bentuk gigi
qe = factor perbandingan kontak
b = lebar gigi
Tegangan geser yang terjadi pada roda gigi (g) :
Gambar, 2.7 .Analisa tegangan geser pada gigi
g = Ft x L bh2
6
Dengan tegangan geser izin g izin = b
v
10
Dimana : g = tegangan geser ijin kg / mm2
b = tegangan tarik padabahan kg / mm2
v = factor keamanan
Diameter poros yang akan dipergunakan (ds) :
Bahan poros yang dipergunakan adalah s30c dengan b = 48 kg/mm2
Dengan tegangan puntir izin :
p = b
sf1 + sf2
Dimana : sf1 = 6 { pengaruh massa baja paduan }
Sf2 = 2 { pengaruh factor perhitugan }
Untuk diameter poros ds1 :
Ds1 = { 5,1 x kt x cb x T 1 } 1/3
b
Dimana : kt = koersi momen puntir 1,5 – 3,0 diambil 2,0