BSN2 BSN3 BSN1 13.05 SSN2 12.95 12.8 SSN3 12.74 Bending 9.071 13.22 12.8 STN1 11.71 STN2 STN3 13.6 SSN1 SPP PTN1 PTN2 PTN3 13.47 111.17 Ha 0.27 94.45 Ha 0.23 116.26 Ha 0.2 13.37 BBSP 12.86 SSL BSL 12.01 11.92 STP 10.15 STL PTP PTL 211.86 Ha 0.52 115.9 Ha 0.28 LEGENDA : NOMENKLATUR SALURAN PEMBAWA SUNGAI ANTARA SP = Saluran Primer = Bendungan = Bangunan Bagi Sadap SS = Saluran Sekunder Sipon= Gorong = = Bang. Sadap m 3 /det m 3 /det m 3 /det m 3 /det
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BSN2 BSN3BSN1 13.05 SSN2 12.95 12.8 SSN3 12.74
Bending 9.07113.22 12.8 STN1 11.71 STN2 STN3
13.6 SSN1SPP PTN1 PTN2 PTN3
13.47111.17 Ha 0.27 94.45 Ha 0.23 116.26 Ha 0.2813.37
BBSP12.86 SSL BSL
12.01 11.92STP 10.15
STL
PTP PTL
211.86 Ha 0.52 115.9 Ha 0.28
LEGENDA : NOMENKLATUR SALURAN PEMBAWA SUNGAI ANTARASP = Saluran Primer = Bendungan = Bangunan Bagi SadapSS = Saluran SekunderSipon = Gorong = = Bang. Sadap
m3/det m3/det m3/det
m3/det m3/det
NOMENKLATUR SALURAN PEMBUANG SUNGAI ANTARA
s. antara
64.95 Ha 0.06
P. T. A
105.75 Ha 0.10S.P.T.A1 ki
89.593 Ha 0.08
S.P.T.A71.955 Ha 0.06
S.P.T.A1 ka
S.P.T.A2 ka
55.7775 Ha 0.05
S.P.T.A2 ki
P. T. A1 ki
m3/det
m3/det
P. T. A1 ka
m3/detP. T. A2 ka
m3/det
P. T. A2 ki
m3/det
PERENCANAAN PETAK DAN SALURAN IRIGASI
Data-data Elevasi dan Kemiringan Saluran Irigasi
Nama SaluranElevasi Panjang Saluran
KemiringanAwal Akhir ( m )
Saluran Primer Antara 15.10 13.25 275 0.00673
13.25 11.40 1150 0.00161
11.40 10.55 1225 0.00069
Saluran Tersier Antara
13.00 12.65 375 0.00093
12.65 11.40 325 0.00385
11.40 10.35 350 0.00300
10.35 10.00 125 0.00280
10.00 9.47 250 0.00212
13.00 12.00 300 0.00333
12.00 10.65 350 0.00386
10.65 10.48 425 0.00040
11.00 10.65 250 0.00140
10.65 10.40 225 0.00111
11.00 10.50 325 0.00154
10.50 10.25 250 0.00100
10.25 10.10 250 0.00060
10.50 9.70 275 0.00291
9.70 9.55 350 0.00043
10.95 10.80 350 0.00043
10.80 10.40 275 0.00145
10.95 10.25 400 0.00175
10.25 9.75 300 0.00167
9.75 9.55 250 0.00080
Saluran Sekunder Antara 1
Saluran Sekunder Antara 2
Box Tersier - Box Kuarter 1
Box Kuarter 1 - Box Kuarter 3
Box Kuarter 3 - Box Kuarter 5
Box Kuarter 5 - Box Kuarter 6
Box Kuarter 6 - Box Kuarter 8
Box Tersier - Box Kuarter 2
Box Kuarter 2 - Box Kuarter 4
Box Kuarter 4 - Box Kuarter 7
Saluran Tersier Antara 1ki
Box Tersier - Box Kuarter 1
Box Kuarter 1 - Box Kuarter 2
Box Tersier - Box Kuarter 3
Box Kuarter 3 - Box Kuarter 4
Box Kuarter 4 - Box Kuarter 5
Box Kuarter 3 - Box Kuarter 6
Box Kuarter 6 - Box Kuarter 7
Saluran Tersier Antara 1ka
Box Tersier - Box Kuarter 1
Box Kuarter 1 - Box Kuarter 2
Box Tersier - Box Kuarter 3
Box Kuarter 3 - Box Kuarter 4
Box Kuarter 4 - Box Kuarter 5
10.25 9.00 375 0.00333
9.00 8.75 250 0.00100
8.75 8.38 225 0.00164
Box Kuarter 3 - Box Kuarter 6
Box Kuarter 6 - Box Kuarter 7
Box Kuarter 7 - Box Kuarter 8
10.05 9.50 250 0.00220
9.50 9.10 225 0.00178
9.10 8.70 325 0.00123
8.70 8.00 575 0.00122
8.00 7.90 225 0.00044
7.90 7.75 275 0.00055
10.50 9.60 500 0.00180
9.60 9.20 275 0.00145
9.20 8.25 475 0.00200
8.25 7.50 300 0.00250
Saluran Tersier Antara 2ka
Box Tersier - Box Kuarter 1
Box Kuarter 1 - Box Kuarter 2
Box Kuarter 2 - Box Kuarter 3
Box Kuarter 2 - Box Kuarter 4
Box Kuarter 4 - Box Kuarter 5
Box Kuarter 4 - Box Kuarter 6
Saluran Tersier Antara 2ki
Box Tersier - Box Kuarter 1
Box Kuarter 1 - Box Kuarter 2
Box Kuarter 2 - Box Kuarter 3
Box Kuarter 3 - Box Kuarter 4
SKEMA SALURAN PEMBAWA SUNGAI ATO
LEGENDA : NOMENKLATUR SALURAN PEMBAWA SUNGAI ATO
SP = Saluran Primer = Bendungan
SS = Saluran Sekunder = Bang. Sadap
ST = Saluran Tersier = Bangunan Bagi Sadap = Sipon
Perhitungan dimensi saluran StricklerDiketahui : m = 1 , n = 1 , k = 35
Ia = 0.000933( Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, 1986, Tabel 4.3, Halaman 138 )
Iterasi 01 (nilai k, Tabel 7.1 Hal. 77 KP 03 )
Direncanakan h = ho = 0.3575 m
Vo = 350.3575 ( 1 + 1.00 ) ### / ###
0.0009330.5
1 +### (### + 1 2 ) 0.5
= 0.3494
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah
Ao =0.0236
= 0.06750.3494
Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah
=0.0675 ###
= 0.1838 m1 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0
h1 - h0 = 0.18 - 0.36 = 0.17 > 0.005
Iterasi 02Perhitungan dimensi saluran StricklerDiketahui : m = 1.0 , n = 1.0 , k = 35
Ia = 0.000933( Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, 1986, Tabel 4.3, Halaman 138 )
0.92
A0.92
Dimensi Saluran Pembuang
A0.92
0.92 m3/detik
m/s2
m2
Vo=k [ ho(n+m )
(n+2√1+m2 ) ]2/3
√Ia
Ao=QVo
h1=√ Aon+m
ErvindaD111 00 020
Direncanakan h = ho = 0.1838 m
Vo = 350.18 ( 1 + 1.00 ) ### / ###
0.0009330.5
1 +### (### + 1### ) 0.5
= 0.2242
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah
Ao =0.0236
= 0.10530.2242
Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah
=0.1053 ###
= 0.2294 m1 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0
h1 - h0 = 0.2294 - 0.1838 = 0.05 > 0.005
Iterasi 03Perhitungan dimensi saluran StricklerDiketahui : m = 1.0 , n = 1.0 , k = 35
Ia = 0.000933( Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, 1986, Tabel 4.3, Halaman 138 )
Direncanakan h = ho = 0.2294 m
Vo = 350.23 ( 1 + 1.00 ) ### / ###
0.0009330.5
1 +### (### + 1### ) 0.5
= 0.2599
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah
Ao =0.0236
= 0.09080.2599
Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah
m/s2
m2
m/s2
m2
Vo=k [ ho(n+m )
(n+2√1+m2 ) ]2/3
√Ia
Ao=QVo
h1=√ Aon+m
Vo=k [ ho(n+m )
(n+2√1+m2 ) ]2/3
√Ia
Ao=QVo
ErvindaD111 00 020
=0.0908 ###
= 0.2131 m1 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0
h1 - h0 = 0.2131 - 0.2294 = 0.02 > 0.005
Iterasi 04Perhitungan dimensi saluran StricklerDiketahui : m = 1.0 , n = 1.0 , k = 35
Ia = 0.000933( Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, 1986, Tabel 4.3, Halaman 138 )
Direncanakan h = ho = 0.2131 m
Vo = 350.21 ( 1 + 1.00 ) ### / ###
0.0009330.5
1 +### (### + 1### ) 0.5
= 0.2474
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah
Ao =0.0236
= 0.09540.2474
Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah
=0.0954 ###
= 0.2184 m1 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0
h1 - h0 = 0.2184 - 0.2131 = 0.01 > 0.005
Iterasi 05Perhitungan dimensi saluran StricklerDiketahui : m = 1.0 , n = 1.0 , k = 35
Ia = 0.000933( Sumber : Buku Petunjuk Perencanaan Irigasi, 1986, Tabel 4.3, Halaman 138 )
Direncanakan h = ho = 0.2184 m
m/s2
m2
h1=√ Aon+m
Vo=k [ ho(n+m )
(n+2√1+m2 ) ]2/3
√Ia
Ao=QVo
h1=√ Aon+m
Vo=k [ ho(n+m )
(n+2√1+m2 ) ]2/3
√Ia
ErvindaD111 00 020
Vo = 350.22 ( 1 + 1.00 ) ### / ###
0.0009330.5
1 +### (### + 1### ) 0.5
= 0.2515
Luas basah yang dibutuhkan ( Ao ) adalah
Ao =0.0236
= 0.09380.2515
Kedalaman air yang baru ( h1 ) adalah
=0.0938 ###
= 0.2166 m1 + 1.0
Bandingkan h1 dengan h0
h1 - h0 = 0.2166 - 0.2184 = 0.0018 < 0.005
Lebar dasar saluran ( b ) = n x h1 = 1 . 0.2166 = 0.217 mTinggi jagaan ( w ) = 0.3 + 0.25 h = 0.3 + 0.25 x 0.2166 = 0.354 mLebar permukaan ( B ) = b + 2 m ( h + w )
= 0.22 + ### 1 0.5707 = 1.358 m
Sketsa Penampang saluran Pembuang :
B = 1.36 m
w = 0.35 m
h = 0.2166 m
b = 0.22 m
m/s2
m2
Ao=QVo
h1=√ Aon+m
ErvindaD111 00 020
3.3.2. Perencanaan Saluran Tersier Ato 2ki
Q = #REF!( Berdasarkan Tabel didapat hubungan Ato Q, m, k, dan n)
k = 35 (koofesien kekasaran Strickler)m = 1n = 1Ia = 0 (kemiringan medan saluran)
Referensi rumus : Buku petunjuk perencanaan irigasi, halaman 112 -116.Elevasi Muka Air Saluran Tersier
Dimana :P = Elevasi muka air pada saluran tersierA = Elevasi sawah dengan elevasi yang menentukana = Kedalaman air di sawah = 0.1 mb = Kehilangan tinggi energi dari saluran kuarter sampai sawah = 0.05 mc = Kehilangan tinggi energi pada box kuarter = 0.05 m/boxn = Jumlah box tersier di terase salurand = Kehilangan air pada bangunan pembawa di saluran irigasi = I x LI = Kemiringan saluranL = Jarak antar box bagie = Kehilangan tinggi energi pada box tersier = 0.05 mm = Jumlah box kuarter di terase yang direncakan
Elevasi Muka Air di Hilir dan di Hulu Bangunan Bagi dan atau Sadap
Dimana :P' = Elevasi muka air di hulu bangunanP = Elevasi muka air di hilir bangunan / elevasi muka air tertinggi pada saluran tersier
atau saluran sekunderf = Kehilangan tinggi energi pada gorong - gorong = 0.05 mg = Kehilangan tinggi energi di banunan sadap tersier = 0.11 m
= Variasi tinggi muka air di jaringan utama di hulu bangunan sadap tersier = 0.18 hh = Tinggi air pada salurand = I x L
Dh
P=A + a+ b + n . c + d + m . e
P '=P̄ + f + g + d + ΔH
L11
10 cm = 0,1 m
V12
5 cm = 0,05 m
Q13
5 cm = 0,05 m
Q18
5 cm = 0,05 m
TABEL ELEVASI MUKA AIR SALURAN TERSIER
SALURANA a b
nc
I Ld
me P
( m ) ( m ) ( m ) ( m ) ( m ) ( m ) ( m )STP 9.660 0.1 0.05 1 0.05 0.00052 5 0.003 10 0.05 12.010STL 10.150 0.1 0.05 1 0.05 0.00038 5 0.002 8 0.05 10.150
= Kecepatan sebelum sipho = 0.35 m/det= Kecepatan didalam sipho = 1.5 m/det= Kecepatan setelah siphon = 0.35 m/det
siphon dibuat dari pasanngan batu dan permukaan dianggap kasar
A =Q
=0.143732
= 0.09581.5
A =t =
d= 0.035 m
0.0958 = 0.3 10D = 0.349 m
Keliling basah :P = p . D
= 1.097 m
Jari-jari Hidrolis :
R =A
= 0.087P
Kehilangan Energi :a. Kehilangan akibat gesekan
hf =dimana : C =
C = 53.286
hf =18
= 0.073 m247.941
b. Kehilangan Energi pada peralihan
= =2 g 2 g
= 0.067 m = 0.067 m
c. Kehilangan Energi pada siku dan tikungan
= Kbdmana Kb : Koefisien kehilangan energi
2 g
= 0.22.2519.6 Kb = 0.2
= 0.028 m
Kehilangan Energi Total = 0.073 + 0.067 + 0.067 + 0.028
Kehilangan Energi Total = 0.235 m
m3/detV1 (KP 04
halaman 75)
V2
V3
Bentuk siphon : Bulat/lingkaran
m2
V2
0.25 . p . D2
p . D2
(V22 . L) k. R1/6
C2 .R
DH masuk(V2
- V1)2
DH keluar(V3
- V2)2
DH masuk DH keluar
DHbV2
2
untuk potongan bulat dan sudut a = 45o
DHb
DHb
untuk potongan bulat dan sudut
PERHITUNGAN PLAT PELAYAN
Panjang plat-plat melayang diambil berdasarkan bukaan pada bangunan alat ukur . Untuk keseragaman diambil lebar bukaan pada alat ukur Romijn, L = 0.5 m