El Nino dan La Nina
El Nino dan La NinaAhmadyo S. (13223)Dimas P. F. H
(13225)Nikmatul A. (13233)Aprilia Sari (13235)Aprilia Ratna S.
(13241)Vedha Trya S. (13253)Yunny F. (13261)Habibi Z. (13264)Fidian
Nur A.(13265)Andrian O. N. (13270)
Agoes M. F. (13272)Adrian A. Y. D. (13273)Miftahul A.
(13275)Siti Ema A. (13277)Izza Hasna S. (13319)M. Rifan K.
(13320)Venita C. (13332)Monica I. A. (13351)Fransisca S. R. S.
(13362)Zulfa R. (13381)
Fakultas PertanianUniversitas Gadjah MadaYogyakarta2014Latar
BelakangIklim merupakan rata-rata cuaca pada suatu tempat. Cuaca
dipengaruhi oleh anasir-anasir iklim yakni radiasi matahari,
kelembapam nisbi, suhu, evaporasi, angin, dan hujan.Diperlukan data
cuaca tempat tersebut selama minimal 30 tahun. Iklim pada suatu
tempat akan berbeda dari tempat lainnya dan akan berbeda dari masa
ke masa. Perbedaan iklim suatu tempat dari masa ke masa dapat
terjadi karena adanya perubahan iklim.Berlangsungnya perubahan
iklim dapat terjadi karena banyaknya faktor yang mempengaruhi iklim
dan faktor-faktor tersebut memiliki kecenderungan berubah-ubah
untuk membentuk kesetimbangan. Pada periode-periode tertentu,
terjadi peristiwa alam yang merupakan bentuk variabilitas iklim dan
dianggap anomali. Selain mempengaruhi iklim, beberapa fenomena alam
juga dapat mempengaruhi kegiatan manusia. El Nino dan La Nina
merupakan dua fenomena alam yang terjadi beberapa tahun sekali.
Kedua fenomena alam ini mempengaruhi iklim pada beberapa wilayah di
dunia tak terkecuali Indonesia.El Nino dan La Nina merupakan
peristiwa alam yang disebut juga dengan ENSO (El-Nino Southern
Oscillation). ENSO dibedakan menjadi ENSO hangat (El Nino) dan ENSO
dingin (La Nina). Kondisi tanpa ENSO disebut sebagai kondisi
normal. Penggunaan kata hangat dan dingin didasarkan pada nilai
anomali suhu permukaan laut di daerah Nino di Samudera Pasifik
dekat ekuator bagian tengah dan timur. Terdapat pula istilah ENSO
negatif dan ENSO positif. Akan tetapi penggunaan istilah ini tidak
konsisten karena sebagian menggunakan istilah positif dan negatif
berdasarkan harga Indeks Osilasi Selatan (IOS), sementara yang lain
menggunakan istilah positif dan negatif berdasarkan harga anomali
SPL. Hal ini menyebabkan pada beberapa literatur digunakan istilah
ENSO negatif untuk El Nino sedangkan pada literatur lainnya ENSO
negatif digunakan untuk menyatakan La Nina (Anonim, 2014).
El Nino, berdasarkan sejarah adalah fenomena yang teramati oleh
penduduk Peru dan Ekuador yang tinggal di pantai sekitar Samudera
Pasifik bagian timur pada bulan Desember. Fenomena teramati adalah
meningkatnya suhu air laut yang biasanya dingin. El Nino terjadi
apabila perairan yang lebih panas di Pasifik tengah dan timur
meningkatkan suhu dan kelembapan atmosfer yang berada di atasnya.
Hal ini menyebabkan terbentuknya awan yang meningkatkan curah hujan
pada daerah tersebut. Bagian barat samudra pasifik tekanan udara
meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di
atas lautan bagian timur Indonesia. Terbentuknya El Nino dikaitkan
dengan pola sirkulasi samudera pasifik yang dikenal degan osilasi
selatan yang ditimbulkan oleh interaksi laut-atmosfer. Hal ini
menyebabkan perairan yang tadinya kaya akan ikan menjadi
sebaliknya. Pada saat bersamaan terjai pola tekanan perubahan udara
yang mempunyai dampak sangat luas dengan gejala yang berbeda-beda.
Pemberian nama El Nino disebabkan oleh kejadian yang seringkali
terjadi pada bulan Desember menjelang Natal. El Nino sendiri dapat
diartikan sebagai anak lelaki.
Selain fenomena menghangatnya SPL (meningkatnya suhu air laut)
terdapat pula fenomena mendinginnya SPL akibat menguatnya
upwelling. Fenomena turunnya suhu air laut ini disebut La Nina yang
berarti anak perempuan. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.
Pada saat La Nina berlangsung, tekanan udara di kawasan pasifik
arat menurun sehingga memungkinkan terbentuknya awan. Hal ini
berarti tekanan udara di kawasan pasifik tengah dan timur menjadi
tinggi dan menghambat terbentuknya awan.Rendahnya tekanan udara di
pasifik barat menyebabkan terbentuknya awan cumulus nimbus yang
menimbulkan hujan lebat desertai petir. Karena sifat udara yang
bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, maka udara bergerak
ke arah pasifik barat menyebabkan awan konvektud di atas pasifik
tengah da timur bergeser ke pasifik barat. Pasca atau pra La Nina
biasanya terjadi El Nino. Namun, secara umum, peluang terjadinya La
Nina setelah El Nino tidak begitu besar.Di Indonesia, fenomena El
Nino menyebabkan musim kemarau yang lebih panjang dan mundurnya
musim hujan (Anonim, 2014). Hal ini menyebabkan kemungkinan
terjadinya kekeringan di sebagian besar wilayah IndonesiaFenomena
La Nina merupakan kebalikan dari El Nino. Selama La Nina
berlangsung, Indonesia akan mengalami kelimpahan air. Jika tidak
mampu mengelola air dengan baik, akan terdapat ancaman besar
terjadinya banjir terutama pada daerah-daerah dataran rendah.
Cara mengatasi dampak El NinoPenampungan air hujanMenyediakan
daerah khusus resapan air hujanPenanaman pohonPenanaman komoditas
pertanian yang tahan dengan kondisi air yang sedikitPengolahan air
limbah menjadi air bersih
11Cara mengatasi dampak La NinaDrainase lingkungan yang
baikTidak membangun pemukiman di daerah resapan airTidak membangun
tempat tinggal di daerah bantaran sungaiMelakukan perlindungan
tanaman dari penyakit yang mungkin berkembang
KEsimpulanEl Nino dan La Nina terjadi karena adanya kenaikan
atau penurunan suhu air laut yang kemudian berpengaruh terhadap
suhu dan kelembapan atmosfer. Perubahan suhu dan kelembapan
atmosfer mempengaruhi tekanan udara dan pembentukan awan di tempat
tersebut. Tinggi rendahnya tekanan udara di suatu tempat akan
mempengaruhi pergerakan udaranya dan awan yang menjadi penyebab
terjadinya hujan.
El Nino dan La Nina dapat menyebabkan kekeringan maupun
berlimpahnya air di Indonesia. Pencegahan dampak buruk dapat
dilakukan dengan pengelolaan air yang baik, perencanaan tata kota,
dan ketahanan di bidang pertanian dalam hal komoditas maupun
perlindungan tanaman.
Terima Kasih