Top Banner
GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI RESERVOIR FORMASI GUMAI, LAPANGAN “AR” CEKUNGAN SUMATERA SELATAN PADA DAERAH ILIRAN HIGH, KECAMATAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN GEOLOGY AND IDENTIFICATION OF RESERVOIR GUMAI FORMATION, FIELD "AR" SOUTH SUMATERA BASIN IN THE ILIRAN HIGH AREA, MUSI BANYUASIN SUB-DISTRICT, SOUTH SUMATERA PROVINCE RATIH WIDYANINGRUM Program Studi Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Yogyakarta ABSTRAK Guna meningkatkan produksi minyak bumi, dibutuhkan tahap pengembangan untuk memaksimalkan produksi minyak bumi pada daerah Iliran High khususnya formasi Gumai Lapangan “AR”. Penelitian ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyelidikan geologi permukaan (surface investigation) dan penyelidikan geologi bawah permukaan (subsurface investigation) dengan menginterpretasi dari analisis log sumur dan inti batuan. Korelasi log berguna untuk mengetahui persebaran, ketebalan, serta mengetahui fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Gumai secara lateral dan vertikal. Hasil integrasi data log sumur, dan inti batuan, menghasilkan peta struktur kedalaman top formasi serta peta Isopach, kemudian peta-peta tersebut dibuat pembagian berdasarkan zona fasies dan lingkungan pengendapan, serta zona potensi perangkap hidrokarbon dari masing-masing interval. Berdasarkan hasil analisis batuan inti (litofasies) dan pola log (elektrofasies),fasies yang berkembang pada interval lapisan sand 1 yaitu fasies transgresive channel-fill. Sedangkan pada interval lapisan sand 2 yaitu fasies amalgamated braided channel. ABSTRACT For increasing oil production, required the development phase to maximize the production of oil in the Iliran High region, particularly the formation Gumai Field "AR". This research was carried out two activities that are geological surface (surface investigation) and the investigation of the subsurface geology (subsurface investigation) with
9
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Eksum RW

GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI RESERVOIR FORMASI GUMAI, LAPANGAN “AR” CEKUNGAN SUMATERA

SELATAN PADA DAERAH ILIRAN HIGH, KECAMATAN MUSI BANYUASIN, PROVINSI SUMATERA SELATAN

GEOLOGY AND IDENTIFICATION OF RESERVOIR GUMAI FORMATION, FIELD "AR" SOUTH SUMATERA BASIN IN THE

ILIRAN HIGH AREA, MUSI BANYUASIN SUB-DISTRICT, SOUTH SUMATERA PROVINCE

RATIH WIDYANINGRUM

Program Studi Teknik GeologiFakultas Teknologi Mineral

Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Yogyakarta

ABSTRAK

Guna meningkatkan produksi minyak bumi, dibutuhkan tahap pengembangan untuk memaksimalkan produksi minyak bumi pada daerah Iliran High khususnya formasi Gumai Lapangan “AR”. Penelitian ini dilakukan dua kegiatan yaitu penyelidikan geologi permukaan (surface investigation) dan penyelidikan geologi bawah permukaan (subsurface investigation) dengan menginterpretasi dari analisis log sumur dan inti batuan. Korelasi log berguna untuk mengetahui persebaran, ketebalan, serta mengetahui fasies dan lingkungan pengendapan Formasi Gumai secara lateral dan vertikal.

Hasil integrasi data log sumur, dan inti batuan, menghasilkan peta struktur kedalaman top formasi serta peta Isopach, kemudian peta-peta tersebut dibuat pembagian berdasarkan zona fasies dan lingkungan pengendapan, serta zona potensi perangkap hidrokarbon dari masing-masing interval.

Berdasarkan hasil analisis batuan inti (litofasies) dan pola log (elektrofasies),fasies yang berkembang pada interval lapisan sand 1 yaitu fasies transgresive channel-fill. Sedangkan pada interval lapisan sand 2 yaitu fasies amalgamated braided channel.

ABSTRACT

For increasing oil production, required the development phase to maximize the production of oil in the Iliran High region, particularly the formation Gumai Field "AR". This research was carried out two activities that are geological surface (surface investigation) and the investigation of the subsurface geology (subsurface investigation) with interpretation by well log and core rock analysis. Log correlation useful to know the distribution, thickness, and to know facies and depositional environment Gumai Formation laterally and vertically.  The results of the integration of the well log data and rock core, resulting the structure maps top depth formation and Isopach maps (gross sand), then these maps is created divisions based on zone facies and depositional environment, as well as zones of hydrocarbon potential pitfalls of each interval.

Based on the analysis of rock core (litofasies) and log patterns (elektrofasies), facies that develop on the lining interval sand layer 1 are channel-fill transgresive facies. While at intervals sand layer 2, there are Amalgamated braided channel facies.

1.  PENDAHULUAN

Page 2: Eksum RW

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan hidrokarbon yang berpotensi besar dalam sejarah eksplorasi dan eksploitasi minyak bumi di Indonesia dan terbagi atas beberapa sub-cekungan yang mengandung dan memproduksi hidrokarbon dengan umur produksi yang telah mencapai puluhan tahun, salah satu sub-cekungan tersebut yaitu berlokasi di daerah Iliran High Lapangan “AR”.

Indonesia 10 tahun yang lalu mampu menghasilkan 1.5 juta barel minyak per hari,namun kini produksi minyak kian menurun mencapai 950.000 barel per hari. Itulah sebabnya kini Indonesia menjadi importir minyak bumi. Produksi minyak bumi pada Lapangan “AR” dominan diperoleh dari reservoir dangkal dan kandungan minyak berat. Reservoar berada pada kedalaman antara 10 – 350 feet dari permukaan tanah. Banyaknya rembesan minyak dipermukaan dan bukti keberadaan minyak di reservoir yang sangat dangkal mengindikasikan bahwa komponen petroleum system yang mempunyai resiko paling besar adalah batuan tudung (cap rock). Dalam usaha meningkatkan produksi minyak bumi di Indonesia yang bisa dilakukan pada Lapangan “AR” antara lain melakukan tahap pengembangan di sumur-sumur produksi. Salah satu metode yang akan diterapkan tersebut adalah Cyclic Steam Injection (Huff/Puff), dimana akan dilakukan injeksi uap panas ke dalam sumur dalam kondisi tekanan dan temperature tinggi. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui penyebaran lapisan sand 1 dan sand 2, menentukan fasies serta lingkungan pengendapan dari sand 1 dan sand 2, dan memperkirakan potensi perangkap hidrokarbon di Lapangan “AR” dalam usaha meningkatkan produksi minyak dan gas bumi.

Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai studi dalam menentukan potensi perangkapdan penyebaran hidrokarbon sertamelatih penulis untuk berpikir secara logis dalam melakukan evaluasi formasi geologidengan menggunakan data batuan inti (core), dan data log sumur. Selain itu pula hasil penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi  perusahaan dalam  penentuan zona potensi perangkap minyak bumi selanjutnya untuk pengembangan lapangan.

2.  METODOLOGI PENELITIAN

Secara umum penelitian terdiri dari tahap persiapan, tahap interpretasi data, tahap integrasi dan analisis data. Tahap Persiapan meliputi studi pendahuluan / pustakamengenai metode penelitian yang digunakan, studi geologi regional daerah penelitian,pengenalan perangkat lunak yang akan digunakan, serta kompilasi data-data yangdiperlukan

Metode yang digunakan pada penelitian ini tergolong pada metode bawah permukaan (sub surface mapping methods) yang berupa data sekunder dan metode permukaan (sub surface mapping methods) yang berupa data primer.

Data primer terdiri dari data pengamatan lapangan, maupun pengamatan megaskopis contoh batuan (mineralogi dan petrologi), mikroskopis contoh batuan (petrografi) dan struktur geologi. Sedangkan data sekunder dalam penelitian ini berupa data log sumur dan inti batuan Untuk pengumpulan data ini dilakukan langkah-langkah pemetaan agar data yang didapat lengkap sesuai yang dibutuhkan.

3.  HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis pada penelitian ini hanya terbatas enam sumur kontrol yang berada di Lapangan “AR”. Sumur-sumur tersebut menembus Formasi Gumai. Sumur yang digunakan adalah SH-02 , S-1, S-2, S-3, S-4, dan S-6.

Dalam mengidentifikasi fasies log hal yang penting dilakukan adalah menganalisispola log dan perubahan penyimpangannya kurva log terutama pada log gamma ray dan resistivity . Menurut Selley dalam Walker (1992) dijelaskan bahwa pola log gamma ray  mencerminkan variasi dalam suatu suksesi ukuran besar butir. Suksesi ukuran besar butir tersebut dapat menunjukan perubahan energi pengendapan yang berbeda. Hasil interpretasi enam data log di Lapangan “AR” pada interval Lapisan sand 1 dan sand 2 diketahui terdapat 2 pola log yaitu pola blocky shape, dan pola bell shape.

Pada daerah penelitian dibuat dua lintasan korelasi. Arah –arah lintasan yang dibuat dipilih sedemikian rupa dengan mempertimbangkan arah sedimentasi regional pada daerah penelitian dengan arah korelasi sebagai berikut :

1. Korelasi 1 : SH-02, S-62. Korelasi 2 : SH-02, S-6, S-4, S-3, S-2, dan S-1

Page 3: Eksum RW

Dari kedua korelasi yang telah diinterpretasi sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada sand 1 dan sand 2, log Gamma Ray dengan pola blocky menunjukkan lingkungan braided system dengan jenis channel fill dicirikan dengan litologi batupasir berukuran kasar sampai sedang. Sedangkan log dengan pola bell (fining upward) menunjukkan lingkungan transgresive dengan jenis channel fill dicirikan oleh litologi batupasir sedang sampai halus.

Pada Lapangan “AR” hanya terdapat satu sumur yang memiliki data core yaitu sumur SH-02 yang berada pada interval kedalaman Formasi Gumai dan terbagi atas dua interval dengan rincian kedalaman sebagai berikut:

1. Inti batuan SH-02 (Core-1) interval kedalaman 1-72 feet (Gambar 3)

2. Inti batuan SH-02 (Core-2) interval kedalaman 72-99 feet (Gambar 4)

Gambar 1. Korelasi

Stratigrafi lintasan

BaratLaut - Tenggara Lapangan

“AR"

Page 4: Eksum RW

Gambar 2. Korelasi Stratigrafi lintasan Utara - Selatan Lapangan “AR"

Litologi penyusun antara lain batupasir berukuran halus sampai sangat kasar. Batupasir berukuran halus lebih dominan ditemukan pada core di sumur SH-02. Inti batuan memiliki komposisi mineral antara lain fragmen kuarsa, lithic, matrik glaukonit dan pada interval lapisan sand 2, pada bagian bawah darisand body ini mulai banyak dijumpai mineral-mineral seperti glaukonit, dan adanya sisipan tipis lapisan siderit, dengan ukuran butir kasar, semen silica, dan graind supported. Kehadiran butiran yang berukuran kasar, banyak terbentuk pada bagian bawah fasies akibat dari adanya pengerosian berupa gravel lag (dengan semen karbonat setempat-setempat) dan amalgamasi dari channel-fill tersebar luas secara lateral yang menunjukkan sedimentasi terjadi pada daerah yang memiliki sinuositas yang rendah, dengan dominan proses bedload sungai teranyam yang membentuk sebuah braided delta yang tersebar luas (Allen and Chambers, 1998). Dan pada bagian tengah dan atas pada lapisan sand 2 ini memiliki litologi batupasir dengan ukuran butir sedang hingga halus, berwarna abu-abu kecoklatan, membundar, terpilah sedang-baik, kemas terbuka, semen non-karbonat, memiliki porositas baik hingga sedang, yaitu sebesar 36,7% sedangkan permeabilitasnya 275mD. Struktur sedimen yang dimiliki lapisan sand 2 ini diantaranya bergelombang (wavy lamination), silang siur (cross bedding), wavy lentikuler, flaser, dan sudah mulai banyak dijumpai kegiatan organisme (bioturbasi). Sedangkan pada interval lapisan sand 1 juga dijumpai mineral glaukonit semen silica, dan mud supported. Kehadiran mud supported, mengindikasikan pengendapan sedimen terjadi secara sangat cepat serta didukung dengan sortasi yang buruk. memiliki porositas sedang, yaitu sebesar 32,7% sedangkan permeabilitasnya 853mD. Inti batuan pada interval ini menunjukkan kehadirannya struktur sedimen sebagai penciri lingkungan tidal flat seperti ditemukan struktur silang siur (cross bedding), dan bergelombang (wavy lamination). Clay drapes kadang-kadang dapat diamati dalam fasies ini. Biasanya pada bagian atas fasies ini terjadi perubahan menjadi offshore bar sand yang berukuran butir lebih halus ataupun marine shale. Data-data tersebut menunjukkan bahwa sedimentasi terjadi pada lingkungan yang dipengaruhi oleh pasang surut yang berenergi tinggi, kemungkinan merupakan estuarine channel atau asosiasi pada shoreface.

Page 5: Eksum RW

Gambar 3 Deskripsi dan analisis fasies pengendapan berdasarkan data inti batuan interval interval 4-72 feet Sand 2 pada sumur SH-2

Gambar 4 Deskripsi dan analisis fasies pengendapan berdasarkan data inti batuan interval interval 74-88 feet Sand 1 pada sumur SH

Pemetaan struktur kedalaman ini bertujuan untuk mengetahui tinggi – rendahnya tiap – tiap lapisan reservoir. Pemetaan struktur kedalaman dilakukan dengan cara menentukan nilai top pada tiap – tiap lapisan batupasir bersih. Nilai – nilai top ini akan menjadi acuan untuk membuat kontur ketinggian. Pada tahap pemetaan ini akan dihasilkan peta struktur kedalaman.

Page 6: Eksum RW

Dari peta struktur kedalaman yang telah dilakukan dapat terlihat bahwa lapisan semua sand yang telah dipetakan dapat diinterpretasikan memiliki gejala struktur yang berkembang di daerah telitian berupa lipatan antiklin yang menunjukkan pola penyebaran relatif Baratlaut-Tenggara.

Gambar 5 Peta depth structure amalgamated braided channel dan transgressive channel fill Adapun informasi dari peta isopach yang dapat diketahui, yaitu penebalan sedimen dari lapisan

sand 1 dan lapisan sand 2 relatif pada bagian barat daya dari daerah penelitian dan ditandai dengan warna merah yang merupakan nilai tertinggi pada peta isopach. Penebalan sedimen di bagian barat daya pada daerah penelitian disebabkan oleh arah pengendapan material-material sedimen dari daerah Iliran High ini cenderung berasal dari arah Timurlaut. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan ketebalan, dimana isopach pada bagian Timurlaut lebih tipis dibandingkan dengan bagian tengah-Baratdaya di daerah penelitian.

Berdasarkan hasil interpretasi dan analisis dari data core, dan log mengenai fasies dan lingkungan pengendapan dari interval Lapisan sand 1 dan lapisan sand 2 pada Lapangan “AR”, penulis merangkum dalam bentuk peta distribusi fasies dan lingkungan pengendapan seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini.

Gambar 6 Peta isopach amalgamated braided channel dan transgressive channel fill

Page 7: Eksum RW

4.  KESIMPULAN

Setelah melakukan analisis data pada Lapangan “AR”, dapat disimpulkan:1. Berdasarkan analisa penampang profil satuan batupasir III (Satuan Batupasir Kuarsa)

memiliki pola fining upward, memiliki ukuran butir sedang hingga halus, terdapat struktur lentikuler. Lingkungan pengendapan pada Satuan Batupasir Kuarsa ini adalah tidal flat.

2. Berdasarkan analisis data core jenis litologi yang ada pada Lapisan Sand 1 dan Sand 2 Formasi Gumai Lapangan “AR” didominasi oleh batupasir berukuran butir kasar - halus.

3. Berdasarkan analisis fasies pengendapan dari batuan inti dan data log, ditafsirkan bahwa reservoar batupasir lapisan Sand 1 dan Sand 2 Formasi Gumai Lapangan “AR” diendapkan pada fasies pengendapan amalgamated braided channel, dan transgressive channel fill dengan arah pengendapan timur laut-barat daya.

4. Geometri Unit sand 1 berkisar antara 74 – 88 feet dengan ketebalan kotor berkisar antara 14 – 21 feet, ketebalan bersih berkisar antara 10 – 18 feet. Unit sand 2 berkisar antara 4 – 72 feet dengan ketebalan kotor berkisar antara 36 – 68 feet, ketebalan bersih berkisar antara 32 – 60 feet dengan menipis kearah selatan. Lapisan batupasir Sand 1 dan Sand 2 ini memiliki kisaran nilai porositas 29,9% – 36,7%. Kisaran nilai permeabilitas yang dimiliki oleh Sand 1 adalah 853 mD dan Sand 2 adalah 275 mD. Yang mana pada saat ini sudah dilakukan pemboran (produksi) oleh PT. Medco E & P Indonesia.

5. Berdasarkan pemetaan bawah permukaan didapatkan struktur yang berkembang pada lapangan “AR” berupa antiklin.

Acuan :

De Coster, G.L., 1974, The Geology of The Central and South Sumatera Basin, Proceedings Indonesian Petroleum Association 3rd Annual Convention, Jakarta.

Romadhon, William. Oktober 2010. Preliminary Core Description. Diktat, Departemen Eksplorasi, PT. Medco E&P, Jakarta, Indonesia.

Selley, Richard C, 1985, Elements of Petroleum Geology. W. H Freeman & Company. New York.Toha, B., Aulia, K., and Primadi, H., 1999, High Resolution Sequence Stratigraphy of the Minas Oil

Field: A key Reference for Reservoir Management and EOR Oil Field Development. Proceeding of the 28th Annual Convention of Indonesian Association of Geologist, Jakarta.

Walker, R. G., dan James, N. P. 1992. Facies Models : Response to Sea Level Change. Geological Association of Canada, Canada.

Walker, R. G. dan Henry W. Posamentier, 2006, Facies Model Revisited, Society for Sedimentary Geology, Tulsa, Oklahoma.

Romadhon, William. Oktober 2010. Preliminary Core Description. Diktat, Departemen Eksplorasi, PT. Medco E&P, Jakarta, Indonesia.

Selley, Richard C, 1985, Elements of Petroleum Geology. W. H Freeman & Company. New York.