BAB I PENDAHULUAN Seringnya terjadi pemanjangan pada kala pengeluaran membuat meningkatnya resiko kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000 atau meningkat sekitar 57 persen bila dibandingkan dengan kondisi pada 2007, dimana 9% diantaranya disebabkan oleh persalinan yang lama. Oleh karena itu diperlukan tindakan langsung untuk membantu mempercepat kala pengeluaran yang lama, salah satunya dengan ekstraksi cunam/forceps. Sejarah cunam/forceps obstetrik teramat panjang, sekitar tahun 1500 SM sudah terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang alat ini. Cunam/forceps obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup diperkenalkan pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu dikenal lebih dari 700 jenis cunam/forceps obstetrik. 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Seringnya terjadi pemanjangan pada kala pengeluaran membuat
meningkatnya resiko kematian ibu dan bayi. Angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB) Indonesia masih tertinggi di Asia. Berdasarkan SDKI
2012, rata-rata angka kematian ibu (AKI) di Indonesia tercatat mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil
SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000 atau meningkat sekitar 57 persen bila
dibandingkan dengan kondisi pada 2007, dimana 9% diantaranya disebabkan oleh
persalinan yang lama. Oleh karena itu diperlukan tindakan langsung untuk
membantu mempercepat kala pengeluaran yang lama, salah satunya dengan
ekstraksi cunam/forceps.
Sejarah cunam/forceps obstetrik teramat panjang, sekitar tahun 1500 SM
sudah terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang alat ini.
Cunam/forceps obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup diperkenalkan
pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu dikenal lebih dari 700
jenis cunam/forceps obstetrik.
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya. Ekstraksi
cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin (kepala) dengan alat
cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat mengedan efektif untuk
melahirkan janin.
Forceps mempunyai berbagai macam ukuran dan bentuk, tetapi pada
dasarnya terdiri dari 2 tangkai forceps yang saling menyilang dan bisa
dimasukkan sati persatu kedalam vagina. Tiap tangkai forceps dapat diputar dalam
posisi yang sesuai dengan kepala bayi dan kemudian dikunci.
Terdapat beberapa keadaan pada persalinan yang perlu dilakukan tindakan
ekstraksi forsep, seperti pada ibu dengan pre-eklampsi, eklampsi, atau ibu-ibu
1
dengan penyakit jantung, paru, partus kasep, keadaaan gawat janin dan kala dua
lama. Kontraindikasi forceps jika dilatasi servik belum lengkap,adanya
disproporsi cepalo pelvik, pasien bekas operasi vesiko vagina fistel, kepala masih
tinggi, presentasi dan posisi kepala janin tidak dapat ditentukan dengan jelas dan
lain sebagainya.
Sebagai seorang dokter kita harus mengetahui tindakan ekstraksi forsep
dengan baik agar dapat memberikan pertolongan pada keadaan yang dapat
membahayakan ibu dan bayi, serta dengan mengetahui tatacara yang benar
tentang ekstraksi forsep kita dapat menghindari komplikasi akibat kesalahn dalam
melakukan forsep. Oleh karena itu makalah ini akan membahas mengenai
ekstraksi forsep.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Ekstraksi Cunam/Forceps
Riwayat cunam/forceps obstetrik teramat panjang, sekitar tahun
1500 SM sudah terdapat tulisan bahasa sansekerta yang mengulas tentang
alat ini. Cunam/forceps obstetrik modern yang digunakan untuk janin hidup
diperkenalkan pertama kali oleh Peter Chemberlen (1600) dan setelah itu
dikenal lebih dari 700 jenis cunam/forceps obstetrik. William Smellie (1745)
memberikan penjelasan tentang rincian aplikasi cunam/forceps yang benar
pada kepala janin dalam panggul. Sir James Simpson (1845)
mengembangkan jenis cunam/forceps obstetrik yang sesuai dengan
lengkungan kepala dan lengkungan panggul. Joseph DeLee (1920) membuat
modifikasi dari cunam/forceps obstetrik yang telah ada dan menyarankan
sebuah tindakan yang disebut sebagai “Prophylactic Forceps Delivery”.
Pada praktek obstetrik modern, dimana sudah dikenal tranfusi darah dan
berbagai jenis antibiotika serta semakin langkanya ahli obstetri yang
memiliki keterampilan melakukan ekstraksi cunam/forceps maka ekstraksi
cunam sebagai alternatif persalinan pervaginam nampaknya semakin jarang
digunakan dan digantikan dengan tindakan seksio sesar. Pada tahun 1980,
beberapa penelitian menunjukkan bahwa persalinan cunam/forceps tengah
(“mid forceps delivery”) seringkali menimbulkan adanya efek samping
jangka panjang terhadap anak. Faktor-faktor ini menyebabkan banyak ahli
obstetri yang semakin enggan menggunakan persalinan ekstraksi
cunam/forceps.
2.2. Definisi Ekstraksi Cunam/Forceps
Ekstraksi cunam/forceps adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan dengan suatu tarikan cunam yang dipasang pada kepalanya.
Ekstraksi cunam/forceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
3
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian bawah janin
(kepala) dengan alat cunam. Tindakan ini dilakukan karena ibu tidak dapat
mengedan efektif untuk melahirkan janin. Walaupun sebagian besar proses
pengeluaran dihasilkan dari ekstraksi porceps tetapi bukan berarti kekuatan
menjadi tumpuan keberhasilan.
2.3. Bagian-bagian Cunam/Forceps
Gambar 1. Bagian-bagian Cunam/Forceps
1. Sepasang cunam/forceps terdiri dari dua sendok, yaitu: 1. Sendok
kanan/forceps kanan adalah cunam yang dipegang di tangan kanan
penolong dan dipasang di sebelah kanan ibu, 2. Sendok kiri/forceps kiri
adalah cunam yang dipegang di tangan kiri penolong dan dipasang di
sebelah kiri ibu.
2. Sendok cunam/forceps memiliki bagian-bagian sebagai berikut:
1. Daun cunam/forceps: bagian yang dipasang di kepala janin saat
melakukan ekstraksi cunam/forceps. Terdiri dari dua lengkungan
(curve), yaitu lengkung kepala janin (cephalic curve), misalnya
forcep Naegele dan Simpson dan lengkung panggul (cervical
curve), misalnya forcep Kjelland. Daun cunam/forceps dapat
4
memiliki lubang dan ujung. Batas lubang tersebut dinamakan iga
atau kostae.
2. Tangkai cunam/forceps: adalah bagian yang terletak antara daun
cunam/forceps dan kunci cunam/forceps. Terdiri dari 2 macam,
yaitu: 1. Tangkai terbuka, 2. Tangkai tertutup.
3. Kunci cunam/forceps: kunci cunam/forceps ada beberapa macam,
antara lain:
1. Kunci Prancis: Tangkai cunam/forceps disilangkan kemudian
diskrup.
2. Kunci Inggris: Kedua tangkai cunam/forceps disilangkan dan
dikunci dengan cara kait-mengait (interlocking), misalnya
forceps Naegele.
3. Kunci Jerman: Bentuk kunci cunam/forceps yang merupakan
kombinasi antara bentuk Prancis dan Inggris, misalnya forceps
Simpson.
4. Kunci Norwegia: Bentuk kunci cunam/forceps yang dapat
diluncurkan (sliding lock), misalnya forceps Kielland.
Gambar 2. Kunci Cunam/Forceps
(Prancis, Jerman, Norwegia, Inggris)
4. Pemegang cunam/forceps, bagian yang dipegang penolong saat
melakukan ekstraksi.
5
2.4. Jenis-jenis Cunam/Forceps
1. Tipe Simpson. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai
cunam/forceps yang terbuka sehingga lengkungan kepala lebih mendatar
dan lebih besar. Bentuk cunam/forceps ini baik untuk kepala janin yang
sudah mengalami molase.
2. Tipe Elliot. Bentuk cunam/forceps ini mempunyai tangkai yang tertutup,
sehingga lengkungan kepala lebih bundar dan lebih sempit.
Cunam/forceps ini baik untuk kepala yang bundar dan belum mengalami
molase.
3. Tipe khusus. Ada bentuk khusus cunam/forceps, misalnya
cunam/forceps Piper yang dipakai untuk melahirkan kepala janin dengan
letak sungsang dimana leher cunam/forceps mempunyai lengkung
perineum dan daun cunam/forceps mempunyai lengkung kepala, tetapi
tidak mempunyai lengkung panggul.
4. Tipe Naegele. Daun sendok berbentuk lengkung kepala dengan jarak
terpanjang 9 cm yang disesuaikan dengan diameter kepala dan
mempunyai lengkung panggul yang sesuai dengan lengkung paksi
panggul.
5. Tipe Kielland. Karena daun sendok tidak mempunyai lengkung panggul,
cunam/forceps Kielland selalu dapat dipasang biparietal terhadap kepala,
tidak tergantung posisi kepala terhadap panggul.
Gambar 3. Jenis-jenis Cunam/Forceps
6
2.5. Fungsi Cunam/Forceps
1. Traksi, yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan, yang
disebabkan oleh karena satu dan lain hal.
2. Koreksi, yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil di kiri atau
dikanan depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau UUK
kiri atau kanan belakang menjadi UUK depan (di bawah simfisis pubis).
3. Kompresor, untuk menambah moulage kepala.
2.6. Pembagian Pemakaian Cunam/Forceps
Ekstraksi cunam/forceps pada presentasi belakang kepala
dibedakan atas penurunan dan posisi kepala di dalam rongga panggul pada
saat melakukan ekstraksi cunam/forceps.
1. High Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin belum
masuk pintu atas panggul (floating). Ekstraksi cunam/forceps ini dapat
menimbulkan trauma yang berat untuk ibu maupun janinnya oleh karena
itu saat ini tidak dilakukan lagi. Sectio cesarea lebih direkomendasikan.
2. Mid Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
masuk pintu atas panggul (engaged), namun belum mencapai dasar
panggul. Saat ini tidak dilakukan lagi. Pada ekstraksi cunam/forceps
tengah, fungsi cunam adalah ekstraksi dan rotasi karena harus mengikuti
putaran paksi dalam. Sekarang ekstraksi cunam/forceps sudah jarang
dipakai. Sectio Cesarea ataupun vakum lebih direkomendasikan.
3. Low Forceps / Outlet Forceps
Ekstraksi cunam/forceps yang dilakukan pada saat kepala janin sudah
mencapai pintu bawah panggul dan sutura sagitalis sudah dalam
anteroposterior. Cara ini yang masih sering dipakai hingga saat ini.
6. Komplikasi yang terjadi pada ekstraksi forcep meliputi komplikasi langsung
pada ibu: perdarahan, infeksi; komplikasi pada bayi: asfiksia, infeksi, trauma;
dan komplikasi yang terjadi kemudian meliputi perdarahan, penyebaran
infeksi dan trauma jalan lahir (pada ibu), dan trauma, sepsis, dan gangguan
susunan saraf pusat (pada bayi)
41
DAFTAR PUSTAKA
1. American College Of Obstetrican and Gyncologists: Operative vaginal delivery. Practice Bulletin no 17, June 2000.
2. Arya LA et al : Risk of new-onset urinary incontinence after forcep and vacuum delivery in primiparous women. Am J Obstet Gynecol 185,1318, 2001.
3. Bhide A, Guven M, Prefumo F, Vankalayapati P, Thilaganathan B. Maternal and neonatal outcome after failed ventouse delivery: comparison of forceps versus cesarean section. J Matern Fetal Neonatal Med. Jul 2007;20(7):541-5. [Medline].
4. Caughey AB, Sandberg PL, Zlatnik MG, et al. Forceps compared with vacuum: rates of neonatal and maternal morbidity. Obstet Gynecol. Nov 2005;106(5Pt1):908-12. [Medline].
5. Cunningham FG (editorial): Forceps Delivery and Vacuum Extraction in “William Obstetrics” 22nd ed p 547–563, Mc GrawHill Companies 2005.
6. de Leeuw JW, de Wit C, Kuijken JP, Bruinse HW. Mediolateral episiotomy reduces the risk for anal sphincter injury during operative vaginal delivery. BJOG. Jan 2008;115(1):104-8. [Medline].
7. Fitzpatrick M et al: Randomized clinical trial to asses anal sphincter function following forceps and vacuum assisted vaginal delivery. Br J Obstet Gynecol 110;424, 2003.
8. Gillstrap LC III: Forcep Delivery. In Gillstrap LC III, Cunningham FG, Van Dorsten JP(eds): Operative Obstetrics 2nd ed. New York, Mc Graw-Hill, 2002.