EKSTRAKSI DAN BIOAKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROB DARI BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS Jaspis sp. ISSANTO PUTRA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
EKSTRAKSI DAN BIOAKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROB DARI
BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS Jaspis sp.
ISSANTO PUTRA
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2012
ABSTRAK
ISSANTO PUTRA. EKSTRAKSI DAN BIOAKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROB DARI
BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS Jaspis sp. Di bawah bimbingan ARIS TRI WAHYUDI dan DUDI TOHIR
Banyak bakteri yang berasosiasi dengan spons mampu memproduksi senyawa metabolit
sekunder atau senyawa bioaktif baru yang diidentifikasi sebagai senyawa antimikrob, antifungi,
dan antibakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstrak senyawa antimikrob yang dihasilkan
oleh bakteri yang berasosiasi dengan spons Jaspis sp. dan menguji toksisitasnya terhadap larva
udang Artemia salina. Enam isolat bakteri potensial yang diisolasi dari spons Jaspis sp. dengan kode SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40, dan SAB S-43 diekstraksi
menggunakan pelarut etil asetat. Ekstrak kasar bakteri diuji aktivitas senyawa antimikrobnya
terhadap mikrob patogen dan non-patogen. Hasilnya menyatakan ekstrak kasar mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, Bacillus subtilis, Enteropathogenic
Escherichia coli (EPEC) K1-1, Stapylococus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans,
dan Candida tropicalis. Konsentrasi hambatan minimum (KHM) dari supernatan menunjukkan
penghambatan sebesar 12.5-100%. Tiga isolat terbaik ditunjukkan oleh SAB E-35, SAB E-38, dan
SAB S-43, selanjutnya difraksinasi menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Hasil KLT di
bawah sinar UV 365 nm dan UV 254 nm menunjukkan setiap ekstrak memiliki fraksi aktif yang
dapat menghambat pertumbuhan P. aeruginosa dan EPEC K1-1 melalui uji bioautografi. Enam
ekstrak kasar bakteri kemudian diuji brine shrimp letality test (BSLT) menggunakan Artemia salina sebagai organisme uji untuk mengetahui konsentrasi ekstrak yang bersifat toksik. Hasilnya
menunjukkan setiap ekstrak memiliki tingkat toksisitas yang berbeda diukur menggunakan LC50.
SAB E-38 menghasilkan nilai LC50 terendah, yaitu sebesar 81 mg/L.
Kata kunci : bioaktivitas, senyawa antimikrob, ekstraksi, BSLT, KLT
ABSTRACT
ISSANTO PUTRA. EXTRACTION AND BIOACTIVITY OF ANTIMICROBIAL
COMPOUNDS FROM BACTERIA ASSOCIATED WITH SPONGES Jaspis sp. Under
supervised of ARIS TRI WAHYUDI and DUDI TOHIR
Many bacteria associated with sponges produced secondary metabolite or bioactive
compounds that has been identified as antimicrobial, anti-cancer, anti-fungi, and anti-bacteria. This study aims to extract antimicrobial compound produced by bacteria associated with sponge Jaspis
sp and to test its toxicity toward Artemia salina prawn. Six potential isolates of bacteria isolated
from sponge Jaspis sp., coded as SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40, and
SAB S-43, were extracted by using ethyl acetate solvent. Bacterial crude extracts of antimicrobial
compounds were tested its activity toward pathogenic and non-pathogenic microbes. The results
revealed that the crude extracts of bacteria inhibited the growth of E. coli, B. subtilis, EPEC K1-1,
Stapylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Candida albicans, and Candida tropicalis. The
minimum inhibitory concentration (MIC) from bacterial supernatants range from 12.5% to 100%.
Three best isolate i.e. SAB E-35, SAB E-38, and SAB S-43 were fractionated by using thin layer
chromatography (TLC). Results of TLC under UV 365 nm and UV 254 nm showed that each
extract had active fraction that inhibited P. aeruginsa and EPEC K1-1 through bioautography test.
The six bacterial crude extracts were also tested using brine shrimp lethality test (BSLT) with Artemia salina as test organism to find out the toxicity concentration of the extract. Results
showed that each extract had different toxicity measured with LC50 provision. SAB E-38 produced
the lowest LC50 value which was 81 mg/L.
Keyword : bioactivity, antimicrobial compound, extraction, BSLT, TLC
EKSTRAKSI DAN BIOAKTIVITAS SENYAWA ANTIMIKROB DARI
BAKTERI YANG BERASOSIASI DENGAN SPONS Jaspis sp.
ISSANTO PUTRA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Departemen Biologi
DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2012
Judul Skripsi : Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa Antimikrob dari Bakteri yang
Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp. Nama : Issanto Putra NIM : G34080103
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si. Drs. Dudi Tohir, M.S.
NIP. 19630705 199103 1 005 NIP. 19571104 198903 1 001
Mengetahui
Ketua Departemen Biologi
Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.S.
NIP. 19641002 198903 1 002
Tanggal Lulus :
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya, sehingga
karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian dengan judul “Ekstraksi dan Bioaktivitas Senyawa
Antimikrob dari Bakteri yang Berasosiasi dengan Spons Jaspis sp.” ini dilakukan pada bulan
Desember 2011-Mei 2012 di laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan laboratorium
Kimia Organik, Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Dr. Aris Tri
Wahyudi, M.Si. dan Drs. Dudi Tohir, M.S. atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan serta
Ir. Agustin Wydia Gunawan, M.S. selaku komisi penguji atas masukan, kritik, dan saran yang
membangun dalam perbaikan karya ilmiah ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Yonatan Banoet, M.Si., Rika Indri Astuti, M.Si., Efendi S.Si., Meli S.Si., Ai Karwati, Dita,
Ita, Bapak Jaka dan Ibu Heni di laboratorium Mikrobiologi, serta Pak Sobur dari laboratorium Kimia
Organik atas bantuan dan saran selama penulis melakukan penelitian ini. Terima kasih juga untuk
keluarga tercinta dan Esa Ayu Pratama yang senantiasa memberi cinta, doa dan dukungan, serta
teman-teman Biologi angkatan 45, teman-teman Kimia angkatan 45, kakak S2 dan S3 di
laboratorium Mikrobiologi dan wisma Suhandas yang selalu memberikan bantuan, doa, semangat dan
kasih sayang. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Bogor, Juli 2012
Issanto Putra
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 25 Agustus 1990 dari pasangan Turasno dan
Mukarti. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMP Negeri 256
Jakarta pada tahun 2005, kemudian melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 89 Jakarta dan lulus
tahun 2008. Setelah itu, penulis lulus seleksi masuk jurusan Biologi di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur SNMPTN. Penulis mempunyai pengalaman sebagai asisten praktikum pada mata
kuliah Mikrobiologi Dasar dan Genetika Dasar. Penulis pernah aktif berorganisasi di BEM TPB
IPB pada tahun 2008, BEM FMIPA pada tahun 2009, Himpunan Mahasiswa Biologi
(HIMABIO) sebagai Ketua pada tahun kepengurusan 2010-2011, Ikatan Himpunan Mahasiswa
Biologi Indonesia (IKAHIMBI) pada tahun 2010-2011, serta menjadi panitia di berbagai kegiatan antara lain Bakti Sosial Kampus 2008, Pekan Ilmiah FMIPA (PIPA) 2009, dan Pesta
Sains 2010. Penulis juga mendapatkan prestasi seperti pendanaan dari Dinas Pendidikan Tinggi
(DIKTI) pada tahun 2009 untuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) di bidang kemasyarakatan,
pendanaan untuk program Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) IPB 2009, pendanaan
untuk Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) tahun 2010, juara pertama lomba karya tulis tingkat
FMIPA IPB 2010 dan pada tanggal 6-8 Juni 2012 penulis mempresentasikan hasil penelitian ini pada
forum International Seminar on Advances in Molecular Genetics and Biotechnology for Public
Education di Universitas Atmajaya, Jakarta.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................................ viii
PENDAHULUAN ............................................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat ......................................................................................................................... 2
Metode .................................................................................................................................... 2
Penentuan Konsentrasi Hambatan Minimum Antimikrob ................................................. 2
Ekstraksi Senyawa Bioaktif ............................................................................................... 2
Bioasai Ekstrak Kasar ......................................................................................................... 2
Fraksinasi Ekstrak Kasar .................................................................................................... 2
Aktivitas Antimikrob Senyawa Hasil Fraksinasi (Bioautografi) ....................................... 2
Uji Toksisitas Ekstrak Kasar Menggunakan Brine Shrimp Letality Test (BSLT) ............. 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi Hambatan Minimum .......................................................................................... 3
Bioasai Ekstrak Kasar ............................................................................................................ 3
Fraksinasi Ekstrak Kasar ........................................................................................................ 4
Aktivitas Antimikrob Senyawa Hasil Fraksinasi ................................................................... 6
Toksisitas Ekstrak Kasar Terhadap Larva Udang A. salina dengan Metode BSLT .............. 7
SIMPULAN ........................................................................................................................... 8
SARAN ................................................................................................................................ 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 8
LAMPIRAN ......................................................................................................................... 10
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Konsentrasi hambatan minimum (KHM) dari supernatan bakteri asal spons Jaspis sp.
terhadap bakteri dan cendawan patogen ................................................................................... 3
2 Aktivitas antimikrob ekstrak etil asetat dari bakteri asal spons Jaspis sp. terhadap
bakteri dan cendawan patogen .................................................................................................. 4
3 Fraksinasi dan uji aktivitas ekstrak kasar terhadap EPEC K1-1 dan P. aeruginosa ............... 6
4 Nilai toksisitas/LC50 senyawa ekstrak kasar bakteri asal spons Jaspis sp. .............................. 8
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Aktivitas antimikrob ekstrak etil asetat dari bakteri asal spons Jaspis sp. terhadap
S. aureus .................................................................................................................................... 5
2 Kromatogram dan uji bioautografi ........................................................................................... 7
DAFTAR LAMPIRAN Halaman
1 Komposisi medium sea water complete (SWC) ........................................................... 11
2 Penetasan larva A. salina ............................................................................................. 12
3 Peralatan medium penetasan A. salina ......................................................................... 13
4 Perhitungan LC50 pada metode BSLT .......................................................................... 14
5 Tabel perhitungan LC50 SAB E-38 .............................................................................. 15
6 Grafik probit LC50 isolat SAB E-38 ............................................................................. 16
PENDAHULUAN
Spons merupakan organisme laut yang
saat ini menjadi perhatian banyak peneliti di dunia karena manfaat yang dikandungnya dan
peranannya sebagai hewan simbion dari
berbagai macam mikroorganisme yang ada di
lautan. Keunikan dari sistem sirkulasi kanal
tubuhnya, spons merupakan habitat hidup bagi
beragam jenis mikroorganisme yang ada di
lautan khususnya bakteri. Menurut Wang
(2006) spons menjadi inang dari berbagai
jenis mikrob secara umum yang dapat
mencapai 50-60% dari tubuhnya. Ada peranan
penting dari mikrob yang hidup pada tubuh spons, antara lain sebagai sumber makanan
hingga penghasil senyawa bioaktif yang
berguna bagi spons itu sendiri (Kennedy et al.
2009). Spons berperan sebagai habitat hidup
mikrob yang aman, untuk mendapatkan akses
ke sinar matahari bagi mikrob yang
berfotosintesis, dan penyuplai nutrisi.
Salah satu manfaat penting yang
dihasilkan spons yaitu kemampuannya dalam
menghasilkan senyawa metabolit sekunder
yang bersifat senyawa bioaktif. Kemampuan
tersebut diduga merupakan hasil hubungan mutualisme antara spons dan mikrob yang
hidup bersimbiosis pada tubuh spons tersebut.
Penelitian Thakur dan Műller (2004) juga
mengungkapkan bahwa metabolit sekunder ini
tidak hanya berperan dalam metabolisme
organisme tersebut tetapi berperan juga dalam
strategi adaptasi organisme terhadap ling-
kungannya. Banyak metabolit sekunder yang
dihasilkan oleh bakteri yang berasosiasi
dengan spons yang diindikasi sebagai
senyawa bioaktif baru. Senyawa bioaktif tersebut memiliki aktivitas sebagai anti-
mikrob, antikanker, antitumor, antiviral,
antiangiogenik, hemolitik, dan sitotoksik
(Hentschel et al. 2002; Thakur & Műller
2004; Thakur et al. 2006; Taylor et al. 2007).
Senyawa bioaktif tersebut umumnya me-
rupakan turunan dari asam amino dan
nukleosida, makrolid, porfirin, terpenoid,
peroksida alifatik, dan sterol (Thakur &
Műller 2004).
Perkembangan penemuan dan identi-fikasi
senyawa bioaktif baru saat ini semakin maju seiring dengan perkembangan dalam bidang
biologi molekuler dan biokimia. Contoh di
bidang biokimia sendiri misalnya, isolasi dan
identifikasi komponen-komponen senyawa
organik yang berpotensi sebagai senyawa
bioaktif dapat dilakukan dengan beberapa
cara, salah satunya dengan kromatografi lapis
tipis (KLT). Kromatografi lapis tipis
merupakan teknik pemisahan senyawa ber-
dasarkan distribusi komponen yang berbeda
dari suatu campuran antara fase gerak dan fase
diam (Khopkar 1990). Uji untuk melihat ada
tidaknya aktivitas komponen (fraksi) yang
dihasilkan, dapat menggunakan uji lanjutan
yaitu uji bioautografi.
Metode untuk menganalisis suatu
senyawa bioaktif baru yang berpotensi se-
bagai senyawa sitotoksik terhadap sel hidup
ataupun sel kanker dapat menggunakan metode brine shrimp lethality test (BSLT).
Metode BSLT ini menggunakan larva udang
Artemia salina sebagai hewan uji dalam
menentukan nilai kematian 50% atau disebut
LC50 sebagai kadar minimum sito-toksik suatu
zat.
Pada penelitian sebelumnya, Abubakar
(2009) melaporkan bahwa bakteri yang ber-
asosiasi dengan spons Jaspis sp. dapat meng-
hasilkan senyawa antimikrob. Enam isolat
terbaik, SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40, dan SAB S-43 mampu
menghambat Staphylococcus aureus non
patogen, Staphylococcus aureus patogen,
Escherichia coli, Enteropathogenic Esche-
richia coli (EPEC) K1-1, Pseudomonas
aeruginosa, Candida albicans, Candida
tropicalis, dan Bacillus subtilis. Aktivitas
antimikrob dapat ditunjukkan oleh konsentrasi
hambatan minimum (KHM) tertentu atau
minimum inhibitory concentration (MIC).
Berdasarkan penelitian lanjutan oleh Rizqoh (2011), semua isolat SAB diduga memiliki
gen poliketida synthase (PKS) dan non-
ribosomal peptide synthase (NRPS). Deteksi
gen PKS dan NRPS merupakan salah satu
metode metagenomik yang dapat digunakan
untuk menganalisis gen yang menyandikan
pembentukkan senyawa bioaktif (Lee et al.
2005; Scheirmer et al. 2005; Taylor et al.
2007).
Meskipun aktivitas antimikrob pada isolat-
isolat tersebut dan gen penyandi PKS dan
NRPS telah diketahui, namun pengujian akti-vitas ekstrak dari senyawa antimikrob serta uji
toksisitasnya terhadap sel hidup belum
diketahui. Konsentrasi minimum penghambat-
an senyawa antimikrob, pemisahan senyawa
bioaktif, bioasai, bioautografi, dan uji tok-
sisitasnya terhadap larva udang Artemia salina
juga perlu dikaji lebih lanjut. Penelitian ini
bertujuan menganalisis senyawa bioaktif
antimikrob dari bakteri yang berasosiasi
dengan spons Jaspis sp. dan menguji
toksisitasnya terhadap larva udang A. salina.
10
BAHAN DAN METODE
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah isolat-isolat
terbaik dari bakteri yang berasosiasi dengan
spons Jaspis sp., yaitu SAB E-8, SAB E-33,
SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40, dan SAB S-
43 (Abubakar 2009) dan larva udang A.
salina. Mikrob indikator yang digunakan
untuk uji antagonis adalah E. coli, B. subtilis,
EPEC K1-1, S. aureus, P. aeruginosa, C.
albicans, dan C. tropicalis. Medium yang
digunakan yaitu sea water complete (SWC),
nutrient broth (NB), nutrient agar (NA),
potato dextrose broth (PDB), potato dextrose agar (PDA) dan air laut. Pelarut yang
digunakan untuk ekstraksi adalah etil asetat.
Alat laboratorium yang digunakan adalah
pelat KLT (TLC alumunium sheet silica gel
60F254 produksi Merck), vorteks, laminar
(Jouan, Prancis), autoklaf, hot plate, dan
rotavapor.
Metode
Penentuan Konsentrasi Hambatan Mini-
mum Antimikrob
Isolat bakteri asal spons Jaspis sp.
dikulturkan dalam medium SWC cair lalu
diinkubasi dalam mesin penggoyang selama
tiga hari di suhu ruang. Mikrob indikator
diremajakan kembali dalam medium NB
untuk E. coli, EPEC K 1-1, S. aureus, B.
subtilis, dan P. aeruginosa atau dalam
medium PDB untuk C. albicans dan C. tropicalis. Mikrob indikator tersebut di-
inkubasi selama 24 jam pada suhu ruang.
Setelah tiga hari, isolat asal spons di-
sentrifugasi dengan kecepatan 10.000 rpm
selama 30 menit. Supernatan dari hasil
sentrifugasi dimasukkan ke dalam 5 tabung
reaksi dengan konsentrasi 6.25%, 12.5%,
25%, 50%, dan 100%. Selain kelima
konsentrasi tersebut, dibuat juga kontrol yang
tidak diberi filtrat bakteri. Setelah itu, masing-
masing tabung diisi dengan 1 mL (OD620 0.45)
bakteri indikator. Biakan uji KHM tersebut lalu diinkubasi selama 24 jam di dalam tabung
reaksi dan diamati. KHM ditentukan ber-
dasarkan kekeruhan biakan dibandingkan
dengan kontrol.
Ekstraksi Senyawa Bioaktif
Isolat bakteri asal spons Jaspis sp.
dikulturkan dalam 500 mL medium SWC cair. Kultur diinkubasi pada mesin penggoyang
(100 rpm; 30°C) selama tiga hari, kemudian
ditambahkan 500 mL etil asetat, diaduk
selama 12 jam, kemudian lapisan etil asetat
dievaporasi. Ekstrak yang dihasilkan disimpan
pada suhu 5°C untuk pemakaian selanjutnya
(Muller et al. 2004).
Bioasai Ekstrak Kasar
Mikrob indikator dikulturkan selama 24 jam. Sebanyak 1% kultur mikrob indikator
dicampurkan ke medium NA atau PDA
semipadat lalu dituangkan di cawan. Ekstrak
kasar senyawa antimikrob yang telah
dilarutkan dengan metanol (100 mg/mL)
diteteskan ke kertas cakram masing-masing
sebanyak 100 µL dan diuapkan hingga kering.
Selanjutnya diletakkan di atas permukaan
medium agar tersebut. Cawan uji diinkubasi
selama 24 jam. Hasil uji positif ditunjukkan
dengan terbentuknya zona bening di sekitar kertas cakram.
Fraksinasi Ekstrak Kasar
Isolasi dan identifikasi senyawa bioaktif
sampel dilakukan dengan KLT terhadap
senyawa organik dari ekstrak kasar 3 isolat
terbaik hasil uji bioasai (SAB E-35, SAB E-
38, dan SAB S-43). Fraksinasi dilakukan pada pelat 25 TLC alumunium sheet silica gel
60F254. Sebanyak 30 µL ekstrak kasar
senyawa antimikrob diteteskan dengan pipa
kapiler pada pelat yang telah diberi tanda
sebagai titik awal. Kemudian pelat di-
masukkan ke dalam kotak kromatografi yang
berisi eluen n-butanol: etil asetat: akuades{
(2:3:1) & (2:5:1)} dan n-butanol: etil asetat
(3:7) dan telah dijenuhkan selama satu jam.
Setelah senyawa bergerak sampai garis batas
atas, pelat dikeluarkan dan dikeringkan.
Komponen senyawa organik yang terpisah akan berbentuk pita di sepanjang pelat,
kemudian dilihat dan ditandai di bawah sinar
UV dengan panjang gelombang 254 dan 365
nm (Zheng et al. 2005). Masing-masing fraksi
antimikrob kemudian diuji aktivitasnya
(bioautografi) untuk mengetahui fraksi
antimikrob yang dapat menghambat bakteri
patogen.
Aktivitas Antimikrob Senyawa Hasil
Fraksinasi (Bioautografi)
Bahan yang digunakan adalah pelat KLT
yang mengandung senyawa yang sudah
difraksinasi. Pelat tersebut disterilisasi meng-
gunakan sinar UV selama 1 jam, lalu di-
letakkan di atas agar nutrien pada cawan petri.
Lapisan tersebut kemudian dilapisi oleh
medium agar cair yang mengandung bakteri
11
uji P. aeruginosa dan EPEC K1-1 dengan
metode agar tuang, kemudian diinkubasi pada
suhu 37°C selama 24 jam. Setelah masa
inkubasi, zona bening diamati untuk melihat
fraksi senyawa organik yang dapat meng-
hambat pertumbuhan bakteri (Zheng et al.
2005).
Uji Toksisitas Ekstrak Kasar Meng-
gunakan Brine Shrimp Letality Test (BSLT)
Sebanyak 10 larva A. salina di-tambahkan
ke dalam tabung reaksi yang telah berisi ekstrak kasar dan 3 tetes Tween-80 dengan
berbagai konsentrasi dan kontrol, lalu
ditambahkan air laut hingga volume akhir
adalah 5 mL. Konsentrasi akhir dalam tabung
setelah penambahan air laut adalah 1000
µg/mL, 500 µg/mL, 100 µg/mL, 10 µg/mL,
dan kontrol. Selanjutnya tabung diinkubasi
selama 24 jam. Kematian larva pada setiap
konsentrasi dicatat dan dibandingkan dengan
kontrol, lalu dihitung dengan rumus:
Perhitungan LC50 dilakukan dengan
menggunakan bantuan program SPSS 15.
Suatu ekstrak dikatakan bersifat aktif apabila nilai LC50 yang diperoleh ≤ 1000 µg/mL
(Fajarningsih et al. 2006).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsentrasi Hambatan Minimum (KHM)
Uji KHM dari keenam isolat mikrob asal
spons Jaspis sp. menghasilkan nilai hambatan
yang berbeda, yaitu antara 12.5 - 100% (Tabel
1). Isolat SAB E-35 dan SAB S-43 memiliki
nilai KHM terhadap E. coli sebesar 12.5%,
yang merupakan konsentrasi penghambatan
minimum dari keenam isolat (Tabel 1). Nilai
tersebut menunjukkan kedua isolat meng-
hasilkan efek senyawa antimikrob yang baik.
SAB E-8 memiliki nilai aktivitas peng-
hambatan terbaik terhadap mikrob uji E. coli
dan EPEC K1-1 dengan nilai konsentrasi
penghambatan sebesar 50%. Isolat SAB E-33
menunjukkan nilai hambatan terbaik dengan
konsentrasi 25% terhadap B. subtilis dan P.
aeruginosa. Isolat SAB E-38 menunjukkan nilai hambatan terbaik terhadap E. coli dengan
konsentrasi minimum sebesar 25%. Isolat
SAB E-40 menunjukkan nilai hambatan
terbaik sebesar 25% terhadap P. aeruginosa.
Sebagian besar isolat SAB mampu
menghambat pertumbuhan ketujuh bakteri
target. Berdasarkan hasil uji KHM, semua
isolat dapat menghambat pertumbuhan bakteri
atau bersifat bakteriostatik. Nilai hambat
terhadap cendawan C. albicans dan C.
tropicalis sangatlah rendah karena kedua cendawan tersebut merupakan cendawan
patogen yang memiliki dinding sel tebal
sehingga sulit untuk didegradasi. Selain itu,
cendawan patogen tersebut memiliki me-
kanisme pertahanan untuk menghambat atau
menghilangkan efek senyawa bioaktif dari
supernatan bakteri asal spons Jaspis sp.
Uji KHM merupakan uji yang bersifat
tidak konstan bergantung dari ukuran
inokulum, bakteri uji, kuantitas bakteri target,
komposisi kultur medium, pertumbuhan isolat yang berbeda dan kondisi inkubasi seperti
temperatur, pH, dan aerasi (Tokayasa 2010).
Bioasai Ekstrak Kasar
Hasil berikutnya yaitu ekstraksi senyawa
bioaktif dari bakteri dengan menggunakan
pelarut etil asetat. Proses ekstraksi
menghasilkan ekstrak kasar senyawa bioaktif
Tabel 1 Konsentrasi hambatan minimum (KHM) dari supernatan bakteri asal spons Jaspis sp.
terhadap bakteri dan cendawan patogen
Bakteri &
cendawan uji
KHM (%)
SAB E-8 SAB E-33 SAB E-35 SAB S-38 SAB E-40 SAB
S-43
Escherichia coli* 50 100 12.5 25 50 12.5
Bacillus subtilis * 100 25 50 50 50 100
Staphylococcus aureus 100 100 50 100 100 50
Pseudomonas
aeruginosa 100 25 50 100 25 50
Enteropathogenic
Escherichia coli
(EPEC) K1-1 50 100 100 100 100 100
Candida albicans 100 100 50 100 100 100
Candida tropicalis 100 100 100 100 100 100
* non patogen
12
yang positif sebagai antimikrob. Hasil yang
didapat dari uji bioasai menggunakan difusi
paper disk menunjukkan hasil yang positif
terhadap mikrob target (Tabel 2). Indikasi
aktivitas positif dari senyawa antimikrob
tersebut ditandai oleh adanya zona bening di
sekitar koloni. Untuk kontrol, kontrol negatif
ditandai dengan tidak terbentuknya zona
bening di sekitar cakram serta kontrol positif
(amplisilin 100 mg/mL) akan menghasilkan
zona bening (Gambar 1). Penelitian ini merupakan penelitian lanjut-
an dari Abubakar (2009) yang telah di-
laporkan bahwa ekstrak kasar dari spons
Jaspis sp. bersifat antimikrob. Ekstrak kasar
bakteri asal spons Jaspis sp. hasil ekstraksi
dengan menggunakan pelarut etil asetat
menunjukkan bahwa hampir seluruh ekstrak
dapat menghambat pertumbuhan bakteri uji.
Isolat SAB E-35 mampu menghambat semua
bakteri dan cendawan uji kecuali E. coli.
Ekstrak kasar SAB E-38 dan SAB S-43 juga mampu menghambat keseluruhan bakteri
kecuali C. albicans dan C. tropicalis. Nilai
hambat terbesar yang ditandai oleh besarnya
diameter zona bening diperoleh dari isolat
SAB E-38 terhadap S. aureus dengan diameter
zona bening sebesar 23 mm.
Hampir keseluruhan hasil penapisan yang
diperoleh memiliki kesamaan dengan pe-
nelitian sebelumnya. Perbedaan yang ada dari
penelitian sebelumnya disebabkan karena
aktivitas sekresi metabolit yang dihasilkan
berbeda pada tingkat pertumbuhan isolat yang
berbeda pula (Sudirman 1992).
Fraksinasi Ekstrak Kasar
Analisis kandungan senyawa ekstrak kasar etil asetat ini dilakukan dengan menggunakan
teknik kromatografi lapis tipis. Isolat yang
ekstrak kasarnya akan diuji, dipilih ber-
dasarkan hasil yang paling baik dari uji
bioasai. Isolat yang diuji yaitu SAB E-35,
SAB E-38, dan SAB S-43. Isolat SAB E-35,
SAB E-38, dan SAB S-43 masing-masing
terfraksinasi pada eluen n-butanol: etil asetat:
air {(2:3:1) & (2:5:1)} dan pada eluen n-
butanol : etil asetat (3:7) menjadi tiga fraksi
besar kecuali pada eluen n-butanol: etil asetat (3:7), isolat SAB S-43 terfraksinasi menjadi 4
fraksi.
Tabel 2 Aktivitas antimikrob ekstrak etil asetat dari bakteri asal spons Jaspis sp. terhadap bakteri
dan cendawan patogen
Kode
Isolat
Mikrob Uji
Staphylococcus
aureus
Pseudomonas
aeruginosa EPEC
Bacillus
subtilis*
Escherichia
coli *
Candida
albicans
Candida
tropicalis
SAB
E-8 + + - - + + -
SAB
E-33 - + - - + - -
SAB
E-35 +++ + ++ ++ - + +
SAB
E-38 ++++ + ++ +++ + - -
SAB
E-40 +++ + + ++ - - -
SAB
S-43 +++ + + + + - - (+) Diameter zona hambat 6-9 mm; ++ : 10-14 mm; +++ : 15-19 mm; ++++: 20-24mm *: non patogen.
13
Semua fraksi yang telah didapatkan,
selanjutnya diuji menggunakan metode bio-
autografi. Hasil uji bioautografi disajikan pada
Tabel 3. Hasil dengan eluen n-butanol: etil
asetat: akuades (2:3:1) pada isolat SAB E-35
memiliki nilai Rf sebesar 0.7; 0.84; dan 0.95.
Dari ketiga nilai Rf tersebut, hanya pada fraksi
1 yang memiliki aktivitas antimikrob P. aeruginosa. Isolat SAB E-38 memiliki 3
fraksi dengan eluen yang sama, yaitu sebesar
Rf 0.58; Rf 0.71; dan Rf 0.95. Tiga fraksi yang
didapatkan dari isolat SAB E-38, fraksi 1
menunjukkan adanya kemampuan anti-mikrob
terhadap EPEC K1-1 dan fraksi 3 memiliki
kemampuan antimikrob terhadap P.
aeruginosa.
Tiga fraksi juga didapatkan dari Isolat
SAB S-43 dengan eluen sama yang mem-
punyai nilai Rf masing-masing sebesar 0.4; 0.73; 0.9. Dari ketiga fraksi yang didapatkan,
hanya fraksi 2 yang memiliki kemampuan
untuk menghambat pertumbuhan mikrob
EPEC K1-1 dan P. aeruginosa. Hasil pe-
misahan fraksi dengan eluen n- butanol: etil
asetat: akuades (2:5:1) didapatkan masing-
masing tiga fraksi pada ketiga isolat yang
berbeda. Isolat SAB E-35 mendapatkan 3
fraksi yang berhasil dipisahkan dengan nilai Rf
masing-masing sebesar 0.64; 0.76; dan 0.95.
Fraksi 1 memiliki kemampuan penghambatan terhadap mikrob patogen P. aeruginosa dan
fraksi 2 aktif dalam menghambat per-
tumbuhan EPEC K1-1. Isolat SAB E-38 juga
memiliki tiga fraksi yang berhasil dipisahkan
yaitu dengan nilai Rf sebesar 0.62; 0.76; dan
0.9. Fraksi 1 aktif dalam menghambat per-
tumbuhan P. aeruginosa dan fraksi 2 aktif
memiliki kemampuan antimikrob EPEC K1-1.
Isolat SAB S-43 dipisahkan menjadi 3 fraksi
dengan nilai Rf masing-masing sebesar 0.62;
0.76; dan 0.93. Dari ketiga fraksi yang
didapatkan, hanya fraksi 2 saja yang mampu menghambat pertumbuhan EPEC K1-1.
Hasil pemisahan dengan menggunakan
eluen n-butanol:etil asetat (3:7) didapatkan
masing-masing 3 fraksi setiap isolatnya,
kecuali pada isolat SAB S-43 yang terdapat 4
fraksi. Isolat SAB E-35 terpisahkan menjadi 3
fraksi dengan nilai Rf masing-masing sebesar
0.67; 0.82; dan 0.95. Fraksi 1 memiliki
kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri P. aeruginosa dan fraksi 2 memiliki
kemampuan penghambatan terhadap bakteri
EPEC K1-1. Isolat SAB E-38 memiliki nilai
Rf masing-masing sebesar 0.67; 0.78; dan
0.91. Dari ketiga fraksi yang dapat dipisahkan,
hanya fraksi 3 yang memiliki aktivitas meng-
hambat pertumbuhan bakteri EPEC K1-1.
Isolat SAB S-43 memiliki nilai Rf masing-
masing sebesar 0.36; 0.64; 0.82; dan 0.95.
Dari keempat fraksi yang dapat dipisahkan,
hanya fraksi 2 yang memiliki aktivitas positif untuk menghambat pertumbuhan bakteri
patogen EPEC K1-1 dan P. aeruginosa.
Jumlah fraksi setiap eluen berbeda-beda
tergantung pada tingkat kepolaran eluen yang
digunakan. Eluen yang terdiri dari n-butanol:
etil asetat: air (2:3:1) memiliki tingkat
kepolaran yang lebih tinggi dibandingkan
dengan eluen n-butanol: etil asetat (3:7).
Untuk mengoptimalkan hasil fraksinasi,
digunakan dua eluen yang berbeda tingkat
kepolarannya, yaitu eluen dengan tingkat kepolaran yang tinggi dan eluen yang tingkat
kepolarannya rendah. Nilai Rf belum dapat
dijadikan sebagai identifikasi komponen
senyawa, tetapi hanya untuk melihat jumlah
komponen yang terkandung dalam ekstrak
senyawa dan sebagai dasar purifikasi pada
kromatografi kolom atau kromatografi cair
kinerja tinggi (HPLC) (Sudirman 2005).
Gambar 1 Aktivitas antimikrob ekstrak etil asetat dari bakteri asal spons Jaspis sp. terhadap S. aureus dengan kode isolat
(a) SAB E-8, (b) SAB E-33, (c) kontrol negatif, (d) SAB E-35, (e) SAB E-38, (f&g) kontrol negatif , (h) SAB
E-40, (i) SAB S-43, (j) kontrol negatif, dan (k) kontrol positif (amplisilin 100 mg/mL).
j
k
a b
c
d
e
f
g h i
14
Aktivitas Antimikrob Senyawa Hasil
Fraksinasi (Bioautografi)
Hasil fraksi yang telah didapatkan dari
hasil fraksinasi ekstrak senyawa antimikrob,
selanjutnya diuji aktivitasnya terhadap P.
aeruginosa dan EPEC K1-1 dengan metode
bioautografi. Hasil uji ini menunjukan bahwa
ketiga isolat terbaik hasil seleksi bioasai yaitu
SAB E-35, SAB E-38, dan SAB S-43
memiliki fraksi yang aktif sebagai senyawa
bioaktif dan fraksi pengotor.
Isolat SAB E-35 sendiri memiliki tiga fraksi yang terpisah dan saat diuji melalui uji
bioautografi, hanya fraksi dengan nilai Rf 0.7
saja yang mampu menghambat pertumbuhan
dari bakteri patogen P. aeruginosa. Isolat
SAB E-38 memiliki tiga fraksi yang berhasil
dipisahkan. Dua fraksi setelah uji bio-
autografi, diketahui memiliki kemampuan
positif sebagai senyawa antimikrob EPEC K1-
1 dan P. aeruginosa yaitu masing-masing
dengan nilai Rf 0.95 dan Rf 0.58. Isolat SAB S-43 memiliki empat fraksi yang berhasil
dipisahkan. Empat fraksi yang berhasil
dipisahkan, ada satu fraksi yang mampu
menghambat pertumbuhan dari dua bakteri
patogen uji EPEC K1-1 dan P. aeruginosa
yaitu fraksi dengan nilai Rf 0.64. Fraksi
lainnya juga ada yang positif menghambat
pertumbuhan bakteri EPEC K1-1.
Tiga fraksi SAB E-35 dan SAB E-38 pada
eluen n-butanol: etil asetat: air (2:3:1), dua
fraksi diantaranya memiliki nilai Rf yang sama yaitu fraksi 1 dan 3. Kedua fraksi
tersebut kemungkinan memiliki komposisi
senyawa yang sama, namun setelah di uji
bioaktivitasnya, ternyata memiliki perbedaan
penghambatan terhadap EPEC dan P.
aeruginosa seperti terlihat pada Tabel 3. Hal
tersebut disebabkan karena adanya perbedaan
keaktifan senyawa pada fraksi 1 dan fraksi 3
Tabel 3 Fraksinasi dan uji aktivitas ekstrak kasar terhadap EPEC K1-1 dan Pseudomonas
aeruginosa
Fase gerak Kode isolat Fraksi Rf Aktivitas
EPEC P. aeruginosa
n-butanol:etil asetat:air
(2:3:1)
SAB E-35 1 0.70 - +
2 0.84 - -
3 0.95 - -
SAB E-38 1 0.58 - +
2 0.71 - -
3 0.95 + -
SAB S-43 1 0.40 - -
2 0.73 + +
3 0.90 - -
n-butanol:etil asetat:air
(2:5:1)
SAB E-35 1 0.64 - +
2 0.76 + -
3 0.95 - -
SAB E-38 1 0.62 - +
2 0.76 - -
3 0.90 + -
SAB S-43 1 0.62 - -
2 0.76 + -
3 0.93 - -
n-butanol:etil asetat (3:7)
SAB E-35 1 0.67 - +
2 0.82 + -
3 0.95 - -
SAB E-38 1 0.67 - -
2 0.78 - -
3 0.91 + -
SAB S-43 1 0.36 - -
2 0.64 + +
3 0.82 - -
4 0.95 - - (+) Ada zona bening di sekitar pelat KLT.
15
Gambar 2 (a) Kromatogram ekstrak kasar metanol isolat SAB E-38; (b) Hasil uji bioautografi SAB E-38
yang positif (Rf 0.95); (c) hasil uji bioautografi yang negatif (Rf 0.71); dan (d) hasil uji positif (Rf
0.58).
untuk menghambat pertumbuhan EPEC dan
P. aeruginosa. Satu fraksi yang sama dapat
dilihat pula pada eluen n-butanol:etil asetat:air
(2:5:1) untuk SAB E-35 dan SAB E-38 yaitu
fraksi 2 dengan nilai Rf 0.76. Namun terdapat
perbedaan keaktifan untuk menghambat
mikrob uji, dimana pada fraksi 2 SAB E-35
mampu menghambat pertumbuhan EPEC
sementara pada fraksi 2 SAB E-38 tidak mampu menghambat pertumbuhan EPEC. Hal
tersebut berarti senyawa yang kemungkinan
sama belum tentu memiliki nilai keaktifan
terhadap mikrob uji yang sama. Untuk
fraksinasi yang menggunakan eluen n-
butanol:etil asetat (3:7), terdapat 1 fraksi pada
SAB E-35 dan SAB E-38 yang memiliki nilai
Rf sama yaitu fraksi 3 pada SAB E-35 dan
fraksi 4 pada SAB E-38. Kesamaan nilai Rf
dapat memberikan kemungkinan bahwa fraksi
tersebut memiliki komponen senyawa dan sifat yang sama.
Fraksi-fraksi yang aktif dalam meng-
hambat pertumbuhan mikrob patogen uji
dapat dilihat dari zona bening yang terbentuk
di sekitar pelat (Gambar 2). Sementara itu,
tidak semua fraksi yang terpisah dan setelah
melalui uji bioautografi merupakan fraksi
yang aktif dapat menghambat mikrob patogen,
hal ini karena fraksi tersebut tidak membawa
senyawa yang berfungsi sebagai senyawa
bioaktif namun hanya sebagai senyawa
organik pengotor saja ataupun senyawa aktif yang tidak terdeteksi dengan mikrob uji EPEC
K1-1 dan P. aeruginosa. Selain itu, penyebab
lainnya yaitu fraksi tersebut merupakan
senyawa yang aktif namun tidak sensitif
terhadap bakteri uji yang digunakan
(Sudirman 2005). Uji bioautografi merupakan
uji pendahuluan yang dapat dipakai untuk
melihat dan mengisolasi berapa banyak
senyawa organik yang memiliki kemampuan
senyawa bioaktif dari setiap ekstrak kasar
isolat bakteri asal spons Jaspis sp.
Beberapa faktor yang membuat uji ini
dapat berhasil dilakukan, antara lain yaitu
keterampilan dalam membuat spot di atas
KLT, komposisi eluen yang digunakan,
tingkat sterilisasi KLT sesaat sebelum uji
bioautografi, kuantitas bakteri patogen uji dan
penyebaran bakteri uji yang merata serta lama waktu inkubasi dan penetrasi senyawa yang
terdapat di dalam pelat untuk menyebar ke
dalam agar medium (Sudirman 2005).
Kekuatan eluen dalam menarik senyawa dan
dalam mengelusi sampel juga merupakan
faktor penting dalam keberhasilan proses uji
bioautografi. Sistem KLT akan menghasilkan
pita yang baik jika ruang penjenuhan yang
digunakan benar-benar dalam kondisi telah
jenuh dengan uap sistem pelarut (Cristian
1994).
Toksisitas Ekstrak Kasar Terhadap Larva
Udang A. salina dengan Metode BSLT
Hasil uji yang terakhir yaitu uji BSLT. Uji
ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah
suatu senyawa dapat bersifat toksisitas
terhadap sel hidup atau tidak. Dalam analisis,
digunakan suatu standar perhitungan yang
disebut sebagai LC50. LC50 merupakan standar
kematian organisme uji hingga 50% dari
organisme awal akibat dari pemberian suatu
senyawa, dengan kata lain jika suatu senyawa
dapat mematikan minimal 50% organisme uji dengan kadar konsentrasi ≤1000 µg/mL, maka
senyawa tersebut dapat dikatakan memiliki
kemampuan aktivitas toksisitas (Fajarningsih
et al. 2006). Dalam membantu perhitungan
nilai LC50 dapat digunakan program SPSS 15.
Hasil uji BSLT menunjukkan bahwa
hampir semua isolat SAB memiliki ke-
mampuan aktif dalam uji toksisitas terhadap
larva udang A. salina kecuali isolat SAB E-33
yang disajikan pada Tabel 4.
Rf : 0.95
Rf : 0.71
Rf : 0.58
16
Dilakukan 3 kali pengulangan menggunakan larva (nauplii) A. salina.
Nilai LC50 masing-masing isolat, yaitu
SAB E-8 (620), SAB E-35 (83), SAB E-38
(81), SAB E-40 (138), dan SAB S-43 (403)
memiliki nilai LC50 dibawah 1000 µg/mL
yang berarti ekstrak kasar dari isolat tersebut
bersifat aktif. Hasil dari nilai LC50 terbaik
diperoleh oleh isolat SAB E-35 dan SAB E-38
dengan nilai masing-masing sebesar 83µg/mL
dan 81 µg/mL. Nilai keaktifan ekstrak kasar
dua isolat, yaitu SAB E-35 dan SAB E-38 tersebut dapat dikatakan sangat aktif karena
mendekati nilai standar keaktifan dari
National Cancer Institute (NCI) Amerika
yang menyatakan standar efektifitas kom-
ponen bioaktif untuk melawan sel kanker
adalah ≤ 30µg/mL (Albuntana 2011).
Penggunaan metode BSLT ini merupakan
metode yang banyak digunakan para peneliti
untuk dapat menganalisis suatu ekstrak kasar
senyawa baru yang didapatkan baik dari
tumbuhan, hewan, maupun mikroorganisme
yang berpotensi sebagai senyawa bioaktif antikanker. Penggunaan hewan uji standar
yaitu A. salina karena tingkat pembelahan sel
A. salina pada rentang waktu 0-24 jam hampir
sama dengan pembelahan sel kanker. Ada
beberapa faktor yang dapat memengaruhi
keberhasilan pengujian toksisitas meng-
gunakan BSLT, yaitu umur dari A. salina
dibawah 48 jam. Jika umur A. salina telah
mencapai 48 jam maka membran sel A. salina
telah terbentuk kompleks sehingga ekstrak
yang diberikan tidak dapat masuk ke dalam sel A. salina (Juniarti 2009).
Faktor lain yang dapat memengaruhi
keberhasilan pengujian toksisitas meng-
gunakan BSLT, yaitu konsentrasi ekstrak dan
air laut yang digunakan dalam setiap
pengujian harus konstan, penambahan zat
yang membantu melarutkan ekstrak dalam air
laut seperti Tween-80, ketepatan dan
ketelitian peneliti untuk menghitung jumlah
larva awal dan yang mati serta pengulangan
minimal 2 kali pengulangan untuk dapat
memberikan nilai ketepatan uji yang tinggi (Septina 2005).
SIMPULAN
Keenam isolat bakteri asal spons Jaspis sp.
yaitu SAB E-8, SAB E-33, SAB E-35, SAB E-38, SAB E-40, dan SAB S-43 merupakan
bakteri penghasil senyawa bioaktif antimikrob
dengan spektrum yang luas. Hasil ekstraksi
ekstrak kasar isolat bakteri tersebut me-
nunjukkan aktivitas antimikrob terhadap E.
coli, B. subtilis, EPEC K1-1, S. aureus, P.
aeruginosa, C. albicans, dan C. tropicalis.
Isolat-isolat bakteri tersebut memiliki nilai
konsentrasi hambat minimum yang berbeda-
beda berkisar antara 12.5-100% tergantung
mikrob uji yang digunakan. Hasil fraksinasi, tiga isolat terbaik (SAB E-35; SAB E-38;
SAB S-43) memiliki kemampuan bioaktif
antimikrob terhadap bakteri P. aeruginosa dan
EPEC K1-1 dengan nilai Rf yang berbeda-
beda. Hasil uji BSLT, nilai LC50 terbaik
ditunjukkan oleh isolat SAB E-38 dan SAB E-
35 sebesar 81 µg/mL dan 83 µg/mL.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk
memurnikan dan mengoptimasi fraksi
senyawa antimikrob yang dihasilkan oleh bakteri isolat SAB E-35 dan SAB E-38 yang
berasosiasi dengan spons Jaspis sp. melalui
kromatografi kolom dan preparatif guna
mendapatkan nilai LC50 yang lebih rendah.
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar H. 2009. Bakteri yang berasosiasi
dengan spons Jaspis sp.: analisis penghasil
senyawa antimikrob dan keragaman
genetiknya [tesis]. Bogor: Program Pasca-
sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Albuntana A, Yasman, Wardhana W. 2011.
Uji toksisitas ekstrak empat jenis teripang suku Holothuriidae dari Kepulauan
Penjaliran Timur, Kepulauan Seribu,
Jakarta menggunakan brine shrimp
lethality test (BSLT). J Iltek Keltrop 3:65-
72.
Tabel 4 Nilai toksisitas/LC50 senyawa ekstrak kasar bakteri asal spons Jaspis sp.
Kode Isolat Nilai LC50 (µg/mL)
SAB E-8 620
SAB E-33 5248 SAB E-35 83
SAB E-38 81
SAB E-40 138
SAB S-43 403
17
Christian DG. 1994. Analytical Chemistry. Ed
ke-5. Seattle: University of Washington.
Fajarningsih ND, Januar HI, Nursid M,
Wikanta T. 2006. Potensi antitumor
ekstrak spons Crella papilata asal Taman
Nasional Laut Kepulauan Seribu. J Pas
Biol Kel Perik 3:35-41.
Hentschel U et al. 2002. Molecular evidence
for a uniform microbial community in
sponges from different oceans. Appl
Environ Microbiol 68:4431-4440.
Juniarti, Osmeli D, Yuhernita. 2009.
Kandungan senyawa kimia, uji toksisitas
(Brine Shirmp Lethality Test) dan
antioksidan (1,1-diphenyl-2-pikrilhydra-
zyl) dari ekstrak daun saga (Abrus
precatorius L). Makara Sains 13:50-54.
Kennedy J, Beker P, Piper C, Cotter PD,
Walsh M. 2009. Isolation and analysis of
bacteria with antimicrobial activities from
the marine spons Haliclona simulans
collected from Irish waters. Mar Biotechnol 11:384-396.
Khopkar SM. 1990. Konsep Dasar Kimia
Analitik. Saptoharjo, penerjemah. Jakarta:
UI Pr. Terjemahan dari: Basic Concepts of
Analytical Chemistry.
Lee B, Kroken S, Chou DYT, Robbertse B,
Yoder OC. 2005. Funcional analysis of all
nonribosomal peptide synhetases in
Cochliobolus heterostrophus reveals a
factor, NPS6, involved in virulence and
resistance to oxidative stress. Eukaryot Cell 4:545-555.
Müller WEG, Grebenjuk VA, Thakur NL,
Thakur AN, Batel R. 2004. Oxygen-
controlled bacterial growth in the sponge
Suberites domuncula: toward a molecular
understanding of the symbiotic relation-
ships between sponge and bacteria. Appl
Environ Microbiol 70:2332-2341.
Rizqoh D. 2011. Karakterisasi bakteri yang
berasosiasi dengan spons Jaspis sp.
sebagai penghasil senyawa antimikrob
berspektrum luas [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahu-
an Alam, Institut Pertanian Bogor.
Schirmer A et al. 2005. Metagenomic analysis
reveal diverse polyketide synthase gene
cluster in microorganisme associated with
the marine sponge Discodermia dissoluta.
Appl Environ Microbiol 71:4840-4849.
Septina YA. 2005. Identifikasi dan uji tok-
sisitas asam tanat dalam ekstrak daun
ketapang (Terminalia catappa L) [skripsi].
Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Dipone-
goro.
Sudirman LI. 1992. Purification et recherche
de la structure d’antibiotique de Lentinus
squarrosulus actifs contre Rigidoporus
lignosus, a parasite de l’hevea [disertasi].
Nancy: Faculte de Science, Universite de Nancy I.
Sudirman LI. 2005. Detection of antimicrobial
compounds isolated from several tropical
Lentinus by bioautographic method.
Hayati 12:67-72.
Taylor MW, Radax R, Steger D, Wagner M.
2007. Spons associated microorganisms:
evolution, ecology, and biotechnological
potential. Microbiol Mol Biol Rev 71:295-
347.
Thakur NL, Műller WEG. 2004. Bio-technological potential of marine sponges.
Curr Sci 11:86.
Thakur AN, Thakur NL, Indap MM, Pandit
RA, Datar VV, Műller WEG. 2006.
Antiangiogenik, antimicrobial, and cito-
toxic potential of sponges-associated
bacteria. Mar Biotechnol 7:245-252.
Tokasaya P. 2010. Sponge-associated bacteria
producing antimicrobial compounds and
their genetic biodiversity analysis [tesis].
Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Wang G. 2006. Diversity and biotechnological
potential of the sponges-associated
microbial consortia. J Ind Microbiol
Biotechnol 33:545-551.
Zheng L, Chen H, Yan X. 2005.
Antimicrobial screening and active
compound isolation from marine
bacterium NJ6-3-1 associated with the
sponge Hymeniacidon perleve. World J
Microbiol Biotechnol 21:201-206.
LAMPIRAN
19
Lampiran 1 Komposisi medium sea water complete (SWC)
Komposisi untuk 1 liter
Pepton 5 gram
Yeast Extract 1 gram
Glicerol 3 mL
Bacto Agar 15 gram
Air laut steril 750 mL
Aquades 250 mL
20
Lampiran 2 Penetasan larva A. salina
Satu gram telur A. salina grade A dimasukkan ke dalam medium penetasan (botol, gelas,
toples) yang sebelumnya telah berisi kurang lebih 250 mL air laut steril. Selanjutnya diberi
gelembung udara menggunakan aerator yang berfungsi agar telur tidak jatuh ke dasar medium
penetasan. simpan di tempat kering dan tempatkan di tempat yang memiliki pencahayaan yang
cukup (jika pencahayaan kurang, dapat diberikan pencahayaan tambahan menggunakan lampu
yang tidak terlalu terang). Inkubasi selama 24 jam. setelah 24 jam, larva yang sudah menetas
dipindahkan ke tabung baru, dan siap digunakan untuk uji BSLT.
21
Lampiran 3 Peralatan medium penetasan A.salina
22
Lampiran 4 Perhitungan LC50 pada metode BSLT
Setelah pengujian menggunakan metode BSLT dilakukan, dan inkubasi selama 24 jam
telah selesai, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari tiap lubang. Angka
mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Angka
hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (3 lubang).
Perhitungan akumulasi mati tiap konsentrasi dilakukan dengan cara berikut: akumulasi mati untuk
konsentrasi 10 ppm = angka mati pada konsentrasi tersebut, akumulasi mati untuk konsentrasi 100
ppm = angka mati pada konsentrasi 10 ppm + angka mati pada konsentrasi 100 ppm, akumulasi
mati untuk konsentrasi 200 ppm = angka mati pada konsentrasi 10 ppm + angka mati pada
konsentrasi 100 ppm + angka mati pada konsentrasi 200 ppm. Akumulasi angka mati dihitung
sampai konsentrasi 1000 ppm. Perhitungan akumulasi hidup tiap konsentrasi dilakukan dengan
cara berikut: akumulasi hidup untuk konsentrasi 1000 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000
ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi 500 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm +
angka hidup pada konsentrasi 500 ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi 200 ppm = angka
hidup pada konsentrasi 1000 ppm + angka hidup pada konsentrasi 500 ppm + angka hidup pada
konsentrasi 200 ppm. Akumulasi angka hidup dihitung sampai konsentrasi 10 ppm.
Selanjutnya dihitung mortalitas dengan cara: akumulasi mati dibagi jumlah akumulasi hidup
dan mati (total) dikali 100%. Grafik dibuat dengan log konsentrasi sebagai sumbu x terhadap
mortalitas sebagai sumbu y. Nilai LC50 merupakan konsentrasi di mana zat menyebabkan kematian
50% yang diperoleh dengan memakai persamaan regresi linier y = a + bx. Suatu zat dikatakan
aktif atau toksik bila nilai LC50 < 1000 ppm untuk ekstrak dan < 30 ppm untuk suatu senyawa.
23
Lampiran 5 Tabel perhitungan LC50 isolat SAB E-38
Konsentrasi
(mg/L) Ulangan
Σ Larva
Artemia
Σ Larva
mati
%
Mortalitas Rerata Probit
SAB E-38 SAB E-38 SAB E-38 SAB E-38
0
1 10 - 0
0.0 - 2 10 - 0
3 10 - 0
10
1 10 1 10
10.0 3.7 2 10 1 10
3 10 1 10
100
1 10 2 20
23.3 4.3 2 10 2 20
3 10 3 30
500
1 10 9 90
86.7 6.1 2 10 9 90
3 10 8 80
1000
1 10 10 100
100.0 8.1 2 10 10 100
3 10 10 100
24
Lampiran 6 Grafik probit LC50 dari isolat SAB E-38
y = 2,0113x + 1,1684 R² = 0,8136
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0 1 2 3 4
Probit SAB E-38
probit sab e-38
Linear (probit sab e-38)