EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen) EXTRACT OF COFFEE BEANS AS AN ATRRACTANT FOR COCOA POD BORER (Conopomorpha cramerella Snellen) Amanda P. Firmansyah 1) , Sylvia Sjam 2) dan Vien Sartika Dewi 2) 1) Pascasarjana Program Studi Sistem-Sistem Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Jl.Perintis Kemerdekaan KM.10.90245 Makassar 2) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Jl.Perintis Kemerdekaan KM.10.90245 Makassar ABSTRACT The study aims to investigate the capability of coffee bean extract with variuos concentrations as an attractant to adult cocoa pod borer. The study was carried out in the laboratory of the deparment of pest and plant disease, Hasanuddin University and Maccubbu village. Robusta coffee beans and cocoa fruit skin type BAL 209 were soaked in methanol. The marinade was then evaporated with rotavapour to obtain a crude extract. The concentrations used for the coffee extract bean were 3%, 5%, 7%, and the control one while the concentration of 5% of the fruit skin extract of cocoa is used as a comparison. The experiment indicates taht the adult cocoa pod borer is more intersted in the 7% coffe bean extract with a value of interest of 86,48% and percentage of trapped borer is 31%. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak biji kopi sebagai atraktan imago penggerek buah kakao dengan berbagai tingkat konsentrasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Universitas Hasanuddin dan desa Maccubbu. Biji kopi robusta dan kulit buah kakao jenis BAL 209 direndam dengan metanol. Rendaman tersebut kemudian diuapkan dengan rotavapour untuk mendapatkan ekstrak kasarnya. Konsentrasi yang digunakan untuk ekstrak kopi adalah 3%, 5%, 7%, dan satu kontrol sedangkan konsentrasi 5% ekstrak kulit buah kakao sebagai pembanding. Percobaan menunjukkan imago
15
Embed
EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/eb922bb1f0e9df5ca4aba42e8969f645.pdf · ... keriput dan ringan, serta ... dewasa atau fase imago. Pengendalian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EKSTRAK BIJI KOPI SEBAGAI ATRAKTAN IMAGO PENGGEREK BUAH KAKAO (Conopomorpha cramerella Snellen)
EXTRACT OF COFFEE BEANS AS AN ATRRACTANT FOR COCOA POD BORER (Conopomorpha cramerella Snellen)
Amanda P. Firmansyah 1), Sylvia Sjam2) dan Vien Sartika Dewi2)
1) Pascasarjana Program Studi Sistem-Sistem Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Jl.Perintis Kemerdekaan KM.10.90245 Makassar
2) Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Kampus Unhas Tamalanrea. Jl.Perintis Kemerdekaan KM.10.90245 Makassar
ABSTRACT
The study aims to investigate the capability of coffee bean extract with variuos concentrations as an attractant to adult cocoa pod borer. The study was carried out in the laboratory of the deparment of pest and plant disease, Hasanuddin University and Maccubbu village. Robusta coffee beans and cocoa fruit skin type BAL 209 were soaked in methanol. The marinade was then evaporated with rotavapour to obtain a crude extract. The concentrations used for the coffee extract bean were 3%, 5%, 7%, and the control one while the concentration of 5% of the fruit skin extract of cocoa is used as a comparison. The experiment indicates taht the adult cocoa pod borer is more intersted in the 7% coffe bean extract with a value of interest of 86,48% and percentage of trapped borer is 31%.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan ekstrak biji kopi sebagai atraktan imago penggerek buah kakao dengan berbagai tingkat konsentrasi. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Universitas Hasanuddin dan desa Maccubbu. Biji kopi robusta dan kulit buah kakao jenis BAL 209 direndam dengan metanol. Rendaman tersebut kemudian diuapkan dengan rotavapour untuk mendapatkan ekstrak kasarnya. Konsentrasi yang digunakan untuk ekstrak kopi adalah 3%, 5%, 7%, dan satu kontrol sedangkan konsentrasi 5% ekstrak kulit buah kakao sebagai pembanding. Percobaan menunjukkan imago
penggerek buah kakao dewasa lebih tertarik pada ekstrak biji kopi 7% dengan nilai bunga 86,48% dan persentase penggerek terjebak adalah 31%.
PENDAHULUAN
Penggerek buah kakao atau PBK (Conopomopha cramerella
Snellen) merupakan hama utama kakao yang menimbulkan masalah
serius di Indonesia, karena telah menyerang hampir seluruh areal
pertanaman kakao dan sangat merugikan petani. Kehilangan hasil akibat
serangan PBK dapat mencapai 64,90 – 82,20% (Wardojo, 1980).
PBK menyerang saat fase larva. Larva yang baru menetas
menggerek buah muda, memakan daging buah dan saluran makanan
yang menuju ke biji. Setelah buah masak, barulah nampak gejala
serangan PBK. Ini terlihat dari warna kulit buah menjadi pudar dan timbul
belang berwarna jingga. Bila buah diguncang tidak menimbulkan bunyi,
bila dibelah warna daging buah hitam, bijinya melekat satu sama lain,
berwarna hitam, keriput dan ringan, serta mutunya rendah. Fenomena
serangga seperti ini memberikan kendala dalam usaha pengendaliannya,
terutama untuk pengendalian pada fase larva yang terdapat di dalam buah
sehingga salah satu alternatif pengendalian diarahkan pada serangga
dewasa atau fase imago. Pengendalian hama PBK dengan menggunakan
insektisida sintetik yang hanya bisa diaplikasikan pada daun dan buah
sehingga cara ini dinilai kurang berhasil.
Salah satu cara pengendalian imago PBK pada saat ini adalah
dengan penggunaan perangkap feromon seks sintetik yang sudah
dikembangkan oleh beberapa perusahaan. Contoh feromon seks berupa
“CPB-Lure” diekstrak dari imago betina untuk menarik imago jantan.
Perangkap dipasang setinggi 0,5 m di atas tajuk tanaman kakao. Tidak
lama setelah pemasangan perangkap, imago jantan PBK akan tertarik
untuk datang sehingga terperangkap dan mati (Wahyudi, 2011). Karena
feromon ini hanya menarik serangga jantan, kemungkinan besar tidak
memberi pengaruh signifikan terhadap intensitas serangan PBK, sehingga
meskipun terbukti dapat menangkap hama PBK dalam jumlah besar tetapi
efektifitasnya untuk menurunkan tingkat serangan dan kerusakan hama
PBK di lapang perlu dikaji lebih lanjut (Priyono 2009).
Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bahan
alami tanaman juga bisa digunakan sebagai penarik dalam memerangkap
PBK. Beberapa hasil penelitian ekstrak kulit buah kakao baik lapisan
eksokarp dan mesokarp dapat menarik serangga PBK (Nurjannah, 2008)
dan campuran antara ekstrak kulit buah kakao baik lapisan eksokarp dan
mesokarp menyebabkan peningkatan ketertarikan PBK (Sylvia, Sulaeha
dan Citra, 2010). Ketertarikan PBK pada ekstrak kulit buah kakao
disebabkan oleh suatu senyawa kimia. Menurut Harborne at al. (1967)
pada buah dan biji kakao terdapat senyawa chlorogenic acid (asam
klorogenat) yang merupakan senyawa metabolit sekunder yang dapat
merangsang serangga untuk meletakkan telur. Asam klorogenat pertama
kali diperoleh dalam bentuk kristal melalui proses kondensasi kafein dan
quinic oleh Gorter (1909) yang berasal dari biji kopi muda. Senyawa ini
selain bersifat antibakteri, antitumor, dan antioksidan juga bersifat sebagai
stimulan serangga untuk meletakkan telur (Jeffrey, et al.,1999).
Kopi memiliki kandungan asam klorogenat tertinggi di antara
spesies tanaman, 6-7% dalam Arabika dan sampai 10% dalam Robusta.
Kandungan asam klorogenat pada kopi diduga dapat menarik serangga
dewasa PBK. Pembuktian akan hal tersebut telah dilakukan, diantaranya
penelitian Rya (2010), yang mendapatkan hasil bahwa ketertarikan
serangga dewasa PBK yang terdapat pada perlakuan ekstrak daun kopi
dengan konsentrasi 5% lebih tinggi dalam menarik PBK dibanding
konsentrasi 2,5% dan 7,5%. Dalam hal pemanfaatan buah kakao yang berumur 3-4 bulan untuk
proses ekstraksi dinilai kurang efektif karena petani memerlukan
pembesaran buah untuk diambil bijinya sebagai hasil produksi. Diperlukan
analog atau bahan pengganti dalam menghasilkan ekstrak yang mampu
menarik dan memerangkap imago PBK selain kulit buah kakao. Biji kopi
memiliki kandungan senyawa kimia yang sama dengan kulit buah kakao.
Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian ekstrak biji kopi dengan
berbagai tingkat konsentrasi untuk mengetahui kemampuan menarik
imago PBK dibandingkan dengan ekstrak kulit buah kakao.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yakni, Laboraturium Hama
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan dan di Desa Maccobbu Pinrang
yang berlangsung dari Juli hingga Desember 2012.
Persiapan
Buah kopi dari jenis robusta yang berasal dari Kabupaten Polewali
ditumbuk dan dipisahkan antara kulit buah dan bijinya. Biji kemudian
ditimbang sebanyak 500 g lalu ditumbuk kembali dengan menggunakan
mortal, dan kemudian ditempatkan ke dalam toples kaca. Biji lalu
direndam dengan methanol teknis sebanyak 1 lt selama 3 hari. Setelah 3
hari, ekstrak lalu disaring dan dipindahkank ke wadah lain. Perendaman
seperti ini dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga akan diperoleh 3 lt ekstrak
kulit buah kopi yang siap diolah. Buah kakao jenis BAL 209 yang berumur
3-4 bulan dikupas dengan menggunakan pisau kemudian bagian
mesokarp dan endokarp diambil lalu disatukan. Kulit buah tersebut lalu
dikering anginkan selama 2 hari. Setelah itu kulit buah kakao ditimbang
sebanyak 1 kg kemudian kulit buah tersebut dirajang halus dan
dimasukkan ke dalam toples. Setelah itu, kulit buah kemudian direndam
dengan methanol teknis sebanyak 3 lt. Perendaman dilakukan selama 3
hari. Perendaman seperti ini dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga akan
diperoleh 9 lt ekstrak kulit buah kakao yang siap diolah.
Ekstrak biji kopi dan kulit buah kakao kemudian diuapkan dengan
menggunakan alat rotavapor, tujuannya adalah untuk memisahkan ekstrak
dari pelarut methanolnya. Rotavapor akan menguapkan methanol
sehingga terbentuk ekstrak yang cukup kental. Ekstrak dimasukkan ke
dalam refrigator untuk dipergunakan dalam pengujian selanjutnya. Seluruh
kegiatan ekstraksi bahan tanaman dilakukan di Laboraturium Hama
Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan.
Pupa diambil dari kulit buah kakao yang ditutup selama 5 hari
dengan menggunakan daun kakao. Setelah 5 hari daun serta kulit buah
kakao diperiksa dengan seksama. Pupa biasanya terbentuk dipermukaan
atas atau bawah daun atau disela-sela alur kulit buah kakao. Pupa yang
diperoleh disimpan di dalam wadah. Pemeliharaan pupa dilakukan di
Laboratorium Hama Jurusan Hama dan Penyakit Tanaman. Pupa
disimpan dalam wadah plastik yang bagian atasnya dilapisi kain kasa,
pada bagian bawah wadah plastik dioleskan kapur anti serangga untuk
mencegah datangnya semut. Pemeliharaan dilakukan hingga pupa
berubah menjadi imago, dan siap digunakan dalam proses pengujian.
Pelaksanaan
Percobaan untuk skala laboraturium terdiri dari 3 jenis konsentrasi
ekstrak biji kopi yakni 3% , 5%, 7 % serta 1 kontrol, sehingga terdiri dari 4
perlakuan, dimana tiap perlakuan dilakukan sebanyak 6 ulangan, dengan
jumlah serangga uji sebanyak 30 ekor dari tiap ulangan. Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan toples plastik
berbentuk silinder. Disekeliling toples dibuat 4 lubang dengan diameter 2,5
cm dengan jarak masing-masing lubang 5 cm. Pada lubang kemudian
dipasang tabung plastic kecil mengarah keluar. Dibagian dasar tabung
dibuat lubang sebagai tempat sirkulasi udara. Lubang tersebut dilapisi kain
kasa agar serangga tidak keluar.
Setelah toples pengujian tersebut disiapkan, pupa yang telah
berubah menjadi imago dimasukkan sebanyak 30 ekor. Pada penutup
toples dipasangi kawat yang menghadap ke dalam untuk meletakkan
kapas berisi madu sebagai makanan bagi imago PBK. Selanjutnya kapas
dipotong dengan ukuran 2 x 2 cm. Pada kapas diteteskan sebanyak 0,5 ml
ekstrak kopi dengan konsentrasi 3%, 5%, dan 7%. Kapas kemudian
diletakkan di tengah-tengah lembar perekat berukuran 1 x 3 cm. Lembar
perekat beserta kapas dimasukkan ke dalam 4 tabung yang berada toples
pelastik. Masing-masing tabung diberi kode berdasarkan tingkat
konsentrasinya.
Setelah itu toples ditutup kain hitam agar tidak ada intervensi lain
pada pengamatan selain pengaruh ekstrak itu sendiri. Parameter
pengamatan adalah konsentrasi berapa yang paling berpengaruh dalam
menarik dan memerangkap imago PBK.
Setelah pengujian tahap awal selesai, masuk kepada tahap
pengujian selanjutnya dimana konsentrasi yang paling baik pada
pengujian sebelumnya digunakan kembali, yakni ekstrak biji kopi dengan
konsentrasi 5% dan 7%, dengan tambahan perlakuan berupa ekstrak kulit
buah kakao yakni 5% sebagai pembanding. Penggunaan ekstrak kulit
kakao berdasarkan penelitian Waniada (2010) yang menyatakan
ketertarikan imago PBK tinggi pada konsentrasi 5%, dengan nilai
ketertarikan 64%. Percobaan disusun dengan menggunakan Rancangan
Acak Lengkap (RAL). Percobaan terdiri dari 3 jenis konsentrasi 5% biji
kopi , 5% kulit kakao, 7% biji kopi serta 1 kontrol, sehingga terdiri dari 4
perlakuan, dimana tiap perlakuan dilakukan sebanyak 4 ulangan, dengan
jumlah serangga uji sebanyak 30. Setelah itu toples ditutup kain hitam
agar tidak ada intervensi lain pada pengamatan selain pengaruh ekstrak
itu sendiri.
Setelah melewati uji in vitro, konsentrasi yang paling banyak
menarik imago PBK dari dua percobaan sebelumnya digunakan kembali
untuk percobaan skala lapang. Percobaan dilakukan dengan
menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), terdiri dari 5 perlakuan
dimana setiap perlakuan dilakukan sebanyak 5 ulangan.
Setiap ekstrak akan dipasang dengan menggunakan perangkap
segitiga. Perangkap akan dipasang 0,5 m di atas kanopi tanaman kakao.
Perangkap dipasangi kawat sepanjang 10 cm lalu dikaitkan ke ranting
atau percabangan pohon. Perangkap dipasang pada tiap 3 pohon dengan
jarak yang diberikan antara perlakuan yakni 100 m.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah banyaknya
serangga dewasa PBK yang tertarik pada perlakuan yang diujikan. Tingkat
ketertarikan serangga dewasa PBK terhadap ekstrak biji kopi, dihitung
berdasarkan persamaan menurut dari Sighomang et al (1984).
Persentase Ketertarikan =( N – A )
N %100 ݔ
Keterangan :
N : Banyaknya serangga dewasa yang terdapat pada perlakuan
A : Banyaknya serangga dewasa pada control
Klasifikasi Ketertarikan :
Kelas 0 : Attraktan negatif
Kelas 1 : 0 – 20% (Kurang atau rendah)
Kelas 2 : 21,1% - 40% (Sedang)
Kelas 3 : 40,1% - 60% (Cukup)
Kelas 4 : 61,1% - 80% (Tinggi)
Kelas 5 : 80,1 – 100% (Sangat tinggi)
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Ketertarikan Imago PBK Dalam Berbagai Konsentrasi Pada Ekstrak Biji Kopi
Hasil percobaan ketertarikan pada berbagai tingkat konsentrasi
menunjukkan bahwa ekstrak biji kopi dapat bersifat atraktan terhadap
imago PBK. Pengujian berbagai konsentrasi memperlihatkan bahwa pada
konsentrasi 7% dan 5% lebih banyak menarik dan memerangkap
serangga dewasa PBK dibandingkan dengan konsentrasi 3 % dan kontrol.
Gambar 1. Persentase Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap pada Pengujian
Ekstrak Biji Kopi pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata
pada taraf uji BNT=0,05
Pada gambar 4 memperlihatkan bahwa jumlah serangga dewasa
yang terperangkap tertinggi pada konsentrasi 7% dengan nilai persentase
rata-rata 25,0%, diikuti dengan konsentrasi 5 % dengan persentase rata-
rata 17,2%, kemudian konsentrasi 3 % dengan persentase rata-rata
12,2%, dan jumlah terendah kontrol sebesar 6,1%. Hasil analisis uji BNT
perlakuan 7 % berbeda nyata dengan perlakuan kontrol, namun tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 5 %, begitu pula perlakuan 5 % tidak
berbeda nyata dengan perlakuan 3 %, dan perlakuan 3 % tidak berbeda
nyata terhadap kontrol.
Tabel 2. Persentase dan kelas ketertarikan imago PBK yang terperangkap pada pengujian ekstrak biji kopi
Perlakuan Persentase
Kelas Ketertarikan
Ketertarikan
(%)
Tingkat Kriteria
3 % KP 50,13 Kelas 3 Cukup
6.1c
12.2bc
17.2ab
25.0a
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
25.0
30.0
KONTROL 3% 5% 7%Rata
-rat
a Im
ago
PBK
yang
Te
rper
angk
ap
Konsentrasi Perlakuan (%)
5% KP 64,60 Kelas 4 Tinggi
7% KP 75,6 Kelas 5 Sangat tinggi
Banyaknya imago PBK yang terdapat pada konsentrasi 7 %
menyebabkan tingkat preferensi serangga dewasa PBK pada perlakuan
ini adalah yang tertinggi, yaitu sebesar 75,6 %, sedangkan pada ekstrak
dengan konsentrasi 5 % adalah 64,60 %, dan pada ekstrak dengan
konsentrasi 3 % dengan persentase ketertarikan sebesar 50,13 %. Di
dalam biji kopi terkandung beberapa senyawa kimia antara lain, kafein,
trigoneline, protein, karbohidrat, asam alifatik, asam klorogenat, lemak,
glikosida, mineral, dan komponen volatile (Sri dan Yusianto 2005). Dari
beberapa kandungan kimia tersebut, asam klorogenat bertindak sebagai
senyawa atraktan terhadap imago PBK. Hal ini sesuai Renwick dan Chew
(1994) bahwa asam klorogenat selain bertindak sebagai antioksidan pada
manusia, juga bersifat menarik serangga.
2. Ketertarikan Imago PBK Pada Ekstrak Biji Kopi Dan Kulit Buah Kakao Hasil percobaan ketertarikan menunjukkan bahwa ekstrak biji kopi
dengan konsentrasi 7% masih lebih bersifat atraktan terhadap imago PBK.
Sedangkan ekstrak kulit buah kakao dengan konsentrasi 5% memiliki nilai
persentase yang lebih tinggi dibanding dengan ekstrak biji kopi
konsentrasi 5%. Hal ini terlihat pada diagram di bawah ini.
Gambar 2. Persentase Rata-rata Imago PBK yang Terperangkap pada Pengujian Ekstrak Biji Kopi (KP) dan Ekstrak Kulit Buah Kakao (KK) pada Beberapa Tingkat Konsentrasi
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada taraf uji BNT=0,05
Pada gambar 5 memperlihatkan bahwa jumlah imago PBK yang
terperangkap pada konsentrasi 7% biji kopi memiliki nilai persentase
tertinggi sebesar 31%, kemudian diikuti oleh konsentrasi 5% kulit kakao
sebesar 19%, konsentrasi 5% biji kopi sebesar 15%, dan kontrol sebesar
Anonim, 2011. Asam Klorogenat (online) (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_klorogenat diakses 1 Agustus 2011)
Araque, Pedronel, Herley Casanova, Carlos Ortiz, Beatriz Henao, dan Carlos Pelaez. 2007. Insecticidal Activity of Caffeine Aqueos Solutions and Caffeine Oleate Emulsions against Drosophila melanogaster and Hypothenemus hampei. J. Agric. Food Chem., 2007, 55 (17), pp 6918-6922.
Dewi, V.S. 2007. Mekanisme Resistensi Tanaman Kakao Terhadap Penggerek Buah Kakao (PBK) (Conopomorpha cramerella Snellen). Program Pascasarja Universitas Hasanuddin
Griffiths, L.A. 1958. Phenolic Acids and Flavanoids of Theobroma cacao. Separation and Identification By Paper Chromatography. Biochem. Jour. 70 : 120-125
Harborne, J.B., Herbert Baxter and Gerard P. Moss., 1970. Phytochemical Dictionary “ A Hand book of Bioactive Coumpounds from Plants “ second Edition. Taylor and Francis, Ltd.
Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia. Penuntun Cara Moderen Menganalisis Tumbuhan. Terbitan kedua. Penerbit ITB, Bandung.
Harinder P. S. Makkar, P. Siddhuraju and Klaus Becker, Plant Secondary Metabolites , Methods in Molecular Biology, 2007, Volume 393, 89-91, DOI: 10.1007/978-1-59745-425-4_15
Hatanaka, T., Y.E. Choi, T. Kusano & H. Sano (1999). Transgenic plants of coffee (Coffea canephora) from embryogenic callus via Agrobacterium tumefaciens-mediated transformationPlant Cell Rep.,19, 106-110.
Hulme, A.C. 1952. The Isolation of Chlorogenic Acid from the Apple Fruit. Ditton Laboratory, Department of Scientific and Industrial Research, East Malling, Maidatone, Kent. Biochem 1953 Vol : 53.
Isyana, B., O. Ivanova. 2011. Carrot’s Resistant To Carrot Fly and Carrot Weevil, and Ways to Increase It (In Russian). Plant Protection Research Institute (St. Petersburg)
Jalil, A. Maleyki, Amin Ismail, 2008. Polyphenols in Cocoa and Cocoa Products : Is There a Link between Antioxidant Properties and Health?. ISSN 1420-3049. (Molecules 2008, 13, 2190-2219; DOI: 10.3390/molecules 13092190)
James DG, 2007. Futher Field Evaluation of Synthetic Herbivora-Induced Plan Volatiles As Attractants For Benificial Insect. J. Of Chemical Ecology Vol. 31 (2) : 481-495.
Lattanzio, Vincenzo, Veronica M.T. Lattanzio & Angela Cardinali. 2006. Role of Phenolic in The Resistance Mechanisms of Plants Against Fungal Pathogens and insect. ISBN: 81-308-0034-9. Editor : Filippo Imperato (Research Signpost 37/661 (2), Fort
P.O., Trivandrum-695 023, Kerala, India) Lim, G.T. and K.Y. Pan., 1986. Observation on the sexual activity and egg
production of cacao podborer Conopomorpha cramerella (Snellen) in the Laboratory. Annual Research Report, Departement of Agriculture, Kota Kinibalu, Sabah.
Mustafa, Burhanuddin. 2005. Kajian Penyarungan Buah Muda Kakao Sebagi Suatu Metode Pengendalian Penggerek Buah Kakao (PBK) Conopomorpha cramerella Snellen (Lepidoptera : Gracillariidae). Dinas Perkebunan Sulawesi Selatan. ISBN : 979-95025-6-7
Oka, I.N,. 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya Di Indonesia. Gadjah Mada University Press. Cetakan I.
Robinson, Trevor. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, Terjemahan Kokasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB Bandung.
Rudkin, G. 0. & Nelson, J. M. (1947). J. Amer. Chemical. Soc.69, 1470. Salisbury FB, Ross CW. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. penerjemah:
Lukman DR, Sumaryono. Bandung:Penerbit ITB. Hal:145-147. ISBN 979-8591-27-5
Shukla, K. Shailendra, Tiwari V.K., Sushma Rani, Tewari I.C., 2011. Studies On Synthetic And Biological Activity Of Some New Triorganotin (IV) Carboxylates. ISSN : 2230-9314 & E-ISSN : 2230-9322, Volume. 1, Issue 2, 2011, PP-10-19
Sondheimer, E., 1958. On The Distribution Of Caffeic Acid and The Chlorogenic Acid Isomers In Plants. Arch. Biochem and Biophys. 74 : 131-138
Vance, C.P.T, K., Kirk, & R.T. Sherwood. 1980. Lignifications as a mechanism of disease resistance. Annual Review of Phytopathology 18:259-88.
Wardojo, S. 1980. The cocoa podborer – major hidranceto development. Indonesian Agricultural Research & Development Journal, 2:1-4.
Waniada, Citra. 2010. Pengujian Ekstrak Kulit Buah Kakao Sebagai Stimulant Imago Penggerek Buah Kakao (Conopomorpha cramerella Snellen) Pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L). Universitas Hasanuddin.
Wahyudi, T. 2011. Panduan Lengkap Kakao. Penerbit Niaga Swadaya (online) (http://books.google.co.id/books?id=zo6a4YE-5o0C&pg=PA146&lpg=PA146&dq=asal+feromon+pbk&source=bl&ots=ailyb2e3E_&sig=hUztnYygWOqSKy0p1226FsuQzvY&hl=id&ei=Dm8yTr7pCcOtrAfqjcHLCw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4&ved=0CCcQ6AEwAw#v=onepage&q&f=false diakses tanggal 29 Juli 201)