3
TEACHINGKh o t b a h Um u m
E-MAGZ27 Jan 2019
Eks po s i s i 1 Ko r i n t u s 1 6:1 5-1 8Mimbar REC, 27 Januari 2019 | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.
Menyadari bahwa pelayanan harus teosentris (berpusat pada Allah) adalah hal yang baik. Semua yang kita laku-
kan memang dari Dia, oleh Dia, dan kepada Dia (Rm. 11:36). Sayangnya, konsep ini seringkali dipahami secara sempit. Se-bagian orang beranggapan bahwa “teosentris” berarti tidak ada ruang untuk apresiasi bagi manusia. Yang penting adalah Allah. Manusia sama sekali tidak ada yang penting. Benarkah Allah dan manusia harus diletakkan dalam diko-tomi (baca: pemisahan) seperti itu? Apakah berdosa untuk menghargai manusia? Khotbah hari ini akan mengajarkan ke-pada kita hal sebaliknya. Mengutamakan Allah tidak harus dikontraskan dengan menghargai manusia.
4
TEACHINGKh o t b a h Um u m
E-MAGZ27 Jan 2019
Dalam teks ini Paulus secara khusus membicarakan ten-tang Stefanus dan keluarganya serta beberapa nama lain. Porsi pembahasan yang diberikan pun cukup besar (4 ayat). Dari porsi pembahasan dan isinya terlihat bahwa orang-orang ini bukanlah orang sembarangan. Paulus sangat menghar-gai mereka, dan dia ingin agar jemaat Korintus menunjukkan sikap yang sama terhadap mereka. Penghargaan ini (ayat 18b) diwujudkan dalam bentuk ketaatan (ayat 16a). Yang perlu dicatat, permohonan Paulus ini bukan didasarkan pada faktor kedekatan belaka. Yang lebih disorot oleh Paulus adalah apa yang dilakukan orang-orang ini bagi Tuhan. Bukan tentang mereka, tetapi pelayanan mereka. Dua kali Paulus menambahkan frasa “orang-orang yang demikian” (ayat 16a, 18b). Bukan cuma “orang-orang ini”. Dia juga menyertakan “setiap orang yang turut bekerja dan berjerih-payah” (ayat 16b). Dengan kata lain, Paulus sedang membahas tentang kat-egori orang, bukan pribadi orang. Siapa saja – selama orang itu memenuhi kategori yang ada – berhak untuk memperoleh penghargaan. Orang-orang seperti apa yang layak mendapat penghar-gaan dan ketaatan kita? Paulus memberikan beberapa poin yang saling berkaitan. Poin-poin ini bisa dibedakan tetapi ti-dak bisa dipisahkan. Pertama, mereka yang menjadi buah sulung (ayat 15). Frasa “orang-orang yang pertama-tama bertobat” (LAI:TB) secara hurufiah berarti “buah sulung” (aparchē, lihat semua versi Inggris). Paulus sangat mungkin memikirkan dua aspek dari istilah ini: “pertama” dan “utama”. Pertama dari sisi wak-tu. Utama dari sisi kepentingan. Sesuai konteks, di antara dua aspek tadi, yang paling dom-
5
TEACHINGKh o t b a h Um u m
E-MAGZ27 Jan 2019
inan adalah yang kedua (keutamaan). Dalam surat-surat Pau-lus, kata “buah sulung” (aparchē) merujuk pada sesuatu yang utama dan pangkal dari yang lain. Sebagai contoh, Yesus ada-lah buah sulung kebangkitan (15:20, 23). Artinya, kebangki-tan-Nya jauh melebihi dan malah menjadi pokok kebangkitan bagi yang lain. Hal ini sesuai dengan konsep Perjanjian Lama. Buah sulung dianggap sebagai yang terbaik dan jaminan bagi panen berikutnya. Apa yang terjadi pada yang sulung akan berdampak pada yang lain. Pemikiran ini tersirat dalam ka-limat Paulus di Roma 11:16 “Jikalau roti sulung adalah kudus, maka seluruh adonan juga kudus, dan jikalau akar adalah ku-dus, maka cabang-cabang juga kudus”. Begitulah yang terjadi dengan Stefanus (dan keluarganya). Dia bukan hanya petobat pertama di Akhaya. Bukan itu yang disorot. Yang penting adalah peranan dia sesudah pertobatan tersebut. Percuma menjadi pertama kalau bukan yang utama. Percuma menjadi pertama tapi tanpa dampak apa-apa. Den-gan cara yang sama, kita yang bukan petobat pertama tidak perlu kecewa. Kita masih bisa menjadi “buah sulung” dalam arti menjadi bagian yang terbaik dan berdampak besar bagi orang lain. Kedua, mereka yang mengabdikan diri untuk pelayanan bagi orang-orang kudus (ayat 15). Kata “mengabdikan diri” (etaxan, dari kata tassō) di sini menyiratkan sebuah keteta-pan yang bulat. Kata ini digunakan untuk keputusan seorang atasan kepada bawahannya (Luk. 7:8), ketetapan kekal Allah (Kis. 13:48; 22:10), atau keputusan lain yang sudah pasti (Kis. 15:2; 28:23). Pendeknya, Stefanus (dan keluarganya) bukan hanya melibatkan diri dalam pelayanan, tetapi mengabdikan diri. Mereka memiliki komitmen yang kuat dalam pelayanan.
6
TEACHINGKh o t b a h Um u m
E-MAGZ27 Jan 2019
Keseriusan dalam pelayanan ini dibuktikan melalui ker-ja keras (ayat 16b). Mereka bukan hanya bekerja, tetapi rela berjerih-payah (kopiaō). Paulus sendiri sudah memberikan te-ladan tentang hal ini (4:12; 15:10; Kol. 1:29; 1Tim. 4:10). Dia sadar bahwa tidak semua orang mau membayar harga yang mahal ini. Itulah sebabnya dia sangat menghargai orang-orang yang rela berjerih-payah dalam pelayanan (lihat Rm. 16:6, 12; 1Tes. 5:12; 1Tim. 5:17). Lebih jauh, fokus pelayanan mereka bukanlah diri sendiri tetapi orang lain. Frasa “untuk pelayanan bagi orang-orang kudus” (eis diakonian tois hagiois) muncul di bagian awal. Keuntungan dan kebaikan orang lain diletakkan di posisi ter-depan. Hal ini sesuai dengan prinsip kasih yang sudah diajarkan oleh Paulus dalam surat ini: “kasih tidak mencari keuntungan diri sendiri” (13:5). Hal ini selaras juga dengan cara pelayanan Paulus: dia mau menjadi segala-galanya – bahkan melepaskan hak dan kebebasannya - bagi kepentingan orang lain (9:1-23). Contoh terbesar untuk pelayanan seperti ini adalah Yesus Kristus. Dia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk me-layani dan menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28’//Mrk. 10:45). Walaupun Dia adalah Allah, Dia rela menjadi manusia dan hamba untuk mati secara terhina bagi manusia (Flp. 2:6-8). Pola pelayanan seperti ini berbeda dengan praktek agama-ag-ama mistis kuno maupun ajaran lain. Pelayanan ditujukan bagi kepentingan diri sendiri, misalnya mendapatkan sesuatu dari allah yang disembah. Orang lain hanya dimanipulasi untuk kepentingan diri sendiri. Pola ini juga berbeda dengan prak-tek sosial kuno “patron-klien”. Para patron (pelindung, pen-gayom, dsb) mengharapkan penghargaan dan dukungan dari
7
TEACHINGKh o t b a h Um u m
E-MAGZ27 Jan 2019
orang-orang yang mereka bantu atau lindungi (klien).Ketiga, mereka yang melengkapi kekurangan orang lain (ayat 17). Banyak penafsir berbeda pendapat tentang maksud Pau-lus di balik penyataan ini. Sebagian melihat kalimat ini sebagai sindiran (negatif). Apa yang gagal dilakukan oleh jemaat Ko-rintus – yaitu mereka menentang Paulus – telah ditebus oleh Stefanus, Fortunatus, dan Akhaikus. Mereka tetap menerima dan mengunjungi Paulus. Mereka bahkan mungkin berperan sebagai mediator antara Paulus dan jemaat Korintus yang se-dang bertikai. Penafsir lain memandangnya sebagai ungkapan kerinduan Paulus (positif). Jemaat Korintus tidak bisa bersama dengan Paulus karena dipisahkan oleh jarak. Kehadiran tiga orang ini merupakan perwakilan untuk mereka.Di antara dua opsi ini, yang terakhir lebih bisa diterima. Tidak ada petunjuk apapun tentang pertikaian antara Paulus dan je-maat Korintus di ayat 15-18. Tidak ada nuansa kecaman atau kritikan terhadap mereka. Lagipula, Paulus bersukacita karena kedatangan (parousia) mereka, bukan apa yang mereka laku-kan. Kedatangan mereka sudah cukup bagi Paulus. Kedatan-gan mereka menggantikan ketidakhadiran jemaat Korintus. Dengan kata lain, mereka adalah perwakilan jemaat Korintus, entah mereka memang diutus oleh jemaat atau datang sendiri dalam sebuah perjalanan bisnis.Keempat, mereka yang menyegarkan jiwa orang lain (ayat 18). Dalam tulisan Paulus, istilah “menyegarkan jiwa” (anapauō to pneuma) muncul dalam kaitan dengan penghiburan, sukacita, dan dukungan (2Kor. 7:13; Flm. 1:7). Pendeknya, segala ses-uatu yang baik dan membawa manfaat atau keuntungan bagi orang lain (Flm. 1:20 “Ya saudaraku, semoga engkau berguna
8
TEACHINGKh o t b a h Um u m
E-MAGZ27 Jan 2019
bagiku di dalam Tuhan: Hiburkanlah hatiku di dalam Kristus!”).Kita tidak perlu berspekulasi tentang keadaan jiwa/roh Paulus sebelum kedatangan mereka. Apakah Paulus sedang tertekan atau baik-baik saja? Teks tidak menyediakan petunjuk yang memadai untuk mengetahuinya. Kita juga tidak perlu mene-bak-nebak apakah kesegaran jiwa ini berkaitan dengan konflik yang terjadi antara Paulus dan jemaat Korintus. Sekali lagi, tidak ada petunjuk yang memadai dan konklusif yang dise-diakan oleh teks.Ketidakadaan petunjuk yang eksplisit mungkin malah disen-gaja. Paulus ingin agar pembacanya memandang hal ini secara umum. Paulus mungkin sekadar mengakui bahwa kehadiran mereka bertiga selalu membuat orang lain terhibur dan di-kuatkan. Pada saat berada di tengah jemaat Korintus, mereka menghibur dan menguatkan mereka. Ketika bersama dengan Paulus, mereka juga memberikan hal positif yang sama.Bukankah semua orang yang sudah datang kepada Kristus pasti memperoleh kelegaan (istirahat) yang sempurna (Mat. 11:28)? Apakah kita rela menjadi agen kelegaan bagi orang lain juga? Soli Deo Gloria.
9
TEACHINGE-MAGZ27 Jan 2019
Pokok Doa Syafaat
1. Berdoa untuk bulan keluarga bulan Februari. Kiranya ada pemulihan keluarga setelah jemaat diperlengkapi Firman Tu-han yang mengubahkan perspektif yang keliru tentang kelu-arga.
2. Berdoa untuk persiapan pemilu. Kiranya Tuhan melindun-gi keamanan dan stabilitas nasional selama persiapan pemilu. Kiranya tidak ada pihak-pihak yang memecah belah bangsa dengan berbagai fitnah dan gangguan keamanan. Berdoa un-tuk para aparat supaya dimampukan menjaga dan menganti-sipasi berbagai kemungkinan yang bisa muncul.
10
TEACHINGE-MAGZ27 Jan 2019
Katekismus Westminster
Pertanyaan 10:Apa sifat-sifat khusus kepribadian ketiga Pribadi dalam ke-Allahan?
Jawaban Sifat khusus Sang Bapa ialah memperanakkan Sang Anak; sifat khusus Sang Anak ialah diperanakkan oleh Sang Bapa; sifat khusus Roh Kudus ialah dari kekekalan keluar dari Sang Bapa dan Sang Anak. a. Ibr 1:5-6,8. b. Yoh 1:14,18. c. Yoh 15:26; Gal 4:6.
11
CAREA l l A b o u t M a r i a g e
E-MAGZ27 Jan 2019
Penulis Rachel Cusk menulis tentang bayi perempuannya yang tak henti-hentinya menangis selama berjam-jam.
Pada suatu pagi, setelah melewati malam panjang yang diwar-nai suara berisik tangis bayi dan kurang tidur, Rachel menyu-sui bayinya yang “barangkali ini adalah yang kesepuluh kalin-ya dalam sepuluh jam terakhir”. Ia membaringkan bayinya ke dalam tempat tidur bayi sembari berharap ia akan tidur pada akhirnya.
Saya tidak menuntut bisa beristirahat dengan nyaman: saya cuma membutuhkan waktu beberapa menit untuk membenahi wajah saya yang kusut, lalu berbicara apa pun keras-keras di depan cermin untuk memastikan apa-
kasih yang menyala-nyalaMembesarkan Anak Mengajar Kita
untuk Mampu Mengendalikan Amarah
12
CAREA l l A b o u t M a r i a g e
E-MAGZ27 Jan 2019
kah saya sudah benar-benar gila. Dalam hal ini, saya ti-dak sekadar menginginkan bayi saya tidur. Ia harus tidur karena jika tidak, saya tidak tahu apa yang akan terjadi. Situasi saya saat ini sangat logis, dipenuhi keputusasaan, dan tidak dapat diganggu gugat.
Setelah meletakkan bayinya ke dalam boks bayi, Rachel segera masuk ke kamar mandi untuk mendapatkan ketenangan se-jenak. Sayangnya, hal itu berlangsung sangat singkat. Bayinya menangis kembali, dan Rachel – yang merasa kelela-han dan sudah kehilangan akal – mulai berteriak:
Saya benar-benar tidak tahu apa yang saya teriakkan, suatu perasaan diperlakukan tidak adil, suatu perasaan seakan saya ini sangat tidak masuk akal jika menginginkan waktu LIMA MENIT SAJA untuk diri sendiri. TIDUR! Saya berteriak, kini sembari berdiri tepat di dekat ranjan-gnya. Saya berteriak bukan karena saya menganggap ia harus mematuhi saya, melainkan karena saya menyadari adanya dorongan untuk melemparkannya keluar dari jen-dela. Ia menatap saya dengan ketakutan. Ini adalah untuk pertama kali dalam hidupnya ia menatap demikian kepa-da saya. Tentu saja bukan ini yang saya harapkan terjadi.
Segera setelah bayinya tidur, Rachel merasa takut dengan apa yang baru saja terjadi. Ia menelepon beberapa temann-ya. “Aku membentaknya tadi, saya mengakui. Pada akhirn-ya saya mengakui hal itu kepada beberapa orang lainnya, dan tak seorang pun membenarkan saya sebagaimana yang saya harapkan. Astaga, cetus mereka. Bayi yang malang. Mereka tidak memikirkan saya.”
13
CAREA l l A b o u t M a r i a g e
E-MAGZ27 Jan 2019
Anak yang rewel akan melelahkan Anda. Anda memendam amarah selama berhari-hari dan berturut-turut, dan kemudi-an dalam suatu kesempatan emosi dahsyat itu akan meledak. Bahkan sementara Anda meledak, ada suara dalam hati Anda berbicara, ini sangat buruk; ini mengerikan! Ada apa dengan diriku? Dan segera Anda berjanji dalam hati untuk tidak per-nah marah lagi – tetapi ternyata masalah yang lain datang lagi di kemudian hari.
Jadi, paramater apa yang seharusnya kita pakai untuk kemar-ahan kita? Pertama, kemarahan kita seharusnya disertai den-gan rasa enggan dan rasa tidak nyaman. Yakobus menasiha-ti kita agar “lambat untuk marah” (Yakobus 1:19). Menurut pengamatan Yakobus, kemarahan manusia tidak akan mem-buahkan kehidupan yang benar sebagaimana yang Tuhan ke-hendaki.
Kedua, kita harus dengan sadar membatasi kemarahan dengan tidak membiarkan amarah itu bertahan sampai berlarut-larut. Kita akan tampak terlalu meremehkan masalah bila mengan-jurkan dua belas jam sebagai batasan rohani dalam kemarah-an. Jika saya berbincang-bincang dengan seseorang yang pu-trinya telah dibunuh atau diperkosa, saya tidak akan pernah memberitahu mereka bahwa mereka hanya memiliki waktu sepuluh jam lagi untuk marah dan selanjutnya mereka harus “melupakannya”. Frasa matahari terbenam merupakan gaya bahasa metafora: Kita harus mengendalikan amarah dalam suatu periode yang tepat dan menyudahinya sesegera mun-gkin sesuai kesanggupan kita, agar tidak melahirkan kebencian
14
CAREA l l A b o u t M a r i a g e
E-MAGZ27 Jan 2019
dan kepahitan. Alkitab mengartikan bahwa begitu kita mema-suki suatu wilayah kemarahan, kita harus memiliki keinginan yang kuat untuk segera keluar dari sana. Itu bukan wilayah yang baik untuk ditinggali.
Ketiga, kita harus mengontrol kemarahan dengan alasan yang jelas, kedewasaan rohani, dan hikmat yang penuh kesabaran. Kasih itu tidak “pemarah” (1 Korintus 13:5), dan seorang peni-lik jemaat – yakni, seorang pemimpin yang matang – bukan-lah “pemarah” (Titus 1:7). Kemarahan menjadi sebuah unsur dalam respons kita, tetapi unsur yang pasif. Kita menganggap amarah sebagai salah satu bahan dalam resep hubungan ma-nusia, tetapi bila amarah itu menjadi bahan yang berdiri sendi-ri tanpa taburan kasih, kebaikan hati, kelembutan, kesabaran, dan sejumlah besar bahan religius lainnya, maka adonan itu tetap terasa pahit.
Keempat, bukannya lari dari kemarahan, kita malah harus mengingat bahwa amarah yang benar akan menjadi pedang bermata dua. Saya harus marah pada ketidakadilan, tetapi apakah saya akan semarah itu apabila sayalah yang melaku-kan ketidakadilan itu? Tentu saja saya akan marah jika anak saya melakukan hal yang konyol atau tidak bermoral, tetapi apakah saya akan semarah itu apabila sayalah yang melakukan perbuatan konyol atau tidak bermoral itu? Kemarahan men-jadi suatu masalah ketika kita menujukan kemarahan itu han-ya untuk orang lain dan bukan untuk diri kita pula. Ketahuilah, ketika kita sebagai orangtua takut akan Tuhan, kita membenci dosa karena Tuhan membenci dosa. Kita membenci dosa kita, kita membenci dosa sesama kita, dan
15
CAREA l l A b o u t M a r i a g e
E-MAGZ27 Jan 2019
kita membenci dosa anak-anak kita, tetapi kita tidak pilih-pi-lih dosa mana yang lebih kita toleransi – seperti halnya Tuhan juga tidak pilih-pilih. Memusatkan perhatian pada dosa ses-ama (atau anak-anak) saya, berarti berhenti mempraktikkan iman kekristenan yang didasarkan pada kasih karunia dan mu-lai menganut agama orang-orang Farisi. Ingatlah, ayat yang memuat kata-kata “dalam takut akan Allah” diawali dengan kata-kata “Saudara-saudaraku yang terkasih, karena kita se-karang memiliki janji-janji itu, marilah kita menyucikan diri kita dari semua pencemaran” (2 Korintus 7:1).
Pada akhirnya, dikatakan bahwa kasih – bukan murka, keben-cian, atau kemarahan – merupakan bentuk respons kristiani yang paling utama. Ketika seorang anak tidak taat, Tuhan me-manggil kita untuk menanggapinya dengan kasih. Anak-anak perlu melihat komitmen total kita kepada mereka, sehingga mereka menyadari bahwa kemarahan kita itu tidak mencer-minkan sikap mementingkan diri sendiri (seolah-olah pelang-garan mereka yang terbesar adalah mendatangkan rasa malu bagi diri kita), tetapi Iebih memperlihatkan ke arah suatu ben-tuk perhatian yang besar untuk kebaikan mereka. Kemarahan yang mencerminkan kemarahan Tuhan sendiri adalah kemara-han yang tidak memikirkan diri sendiri. Adanya unsur kepent-ingan diri sendiri memang tetap ada – kepedihan hati karena suatu hubungan yang dikhianati dan kepercayaan yang diru-sak – tetapi kepedihan itu lebih ke arah sikap menyayangkan hal indah yang telah dilewatkan begitu saja oleh si pelaku tadi dan karena pengharapan kita untuk kebaikan mereka.
Singkatnya, ketika anak-anak berhasil membuat kita mem-
16
CAREA l l A b o u t M a r i a g e
E-MAGZ27 Jan 2019
perlihatkan ketidaksabaran dan rasa frustrasi kita yang ber-pusat pada diri sendiri, maka sesungguhnya itulah cerminan dari hati kita yang sebenarnya. Seperti halnya respons Tuhan terhadap anak-anak-Nya menunjukkan karakter-Nya, proses mengasuh anak juga akan menunjukkan karakter kita. Hal itu akan memperlihatkan dosa kita dan memberikan gambaran yang jelas tentang apa yang paling kita agungkan dalam hidup ini.
Cuplikan Bab 7SACRED PARENTING – Gary ThomasTanggung Jawab Mengasuh Anak Membentuk Hati Para Orangtua
17
TEACHINGApakah Menjadi Orang Kristen Membosankan?
E-MAGZ27 Jan 2019
apakah menjadi orang kristenmembosankan?
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M.
(Lanjutan tgl 20 Januari 2019)
Kekristenan selalu menekankan esensi dari suatu perintah atau larangan. Wujud dari perintah/larangan bisa berubah-ubah
sesuai dengan perubahan konteks dan jaman, tetapi nilai teolo-gis dan moral yang melandasinya tetap sama. Contoh yang pal-ing jelas untuk hal ini adalah penafsiran Yesus terhadap Hukum Taurat di Matius 5:17-48. Dia tidak meremehkan, apalagi mem-batalkan Taurat. Dia hanya menunjukkan esensi dari semuanya itu. Sebagai contoh, inti perzinahan tidak terletak pada kontak fisik melainkan sikap hati (Mat. 5:27-28). Pada tingkat yang paling fundamental, dasar moralitas adalah sifat Allah sendiri. Jikalau Allah adalah sempurna, maka semua umat-Nya juga se-harusnya demikian (Mat. 5:48). Ini semua berbicara tentang
18
TEACHINGApakah Menjadi Orang Kristen Membosankan?
E-MAGZ27 Jan 2019
esensi. Pemahaman tentang esensi akan memampukan orang-orang Kristen untuk memilah dan memilih gaya hidup dengan tepat. Kekristenan bukan sekolot yang dipikirkan banyak orang. Se-lama esensi dijaga, wujudnya bisa fleksibel. Pendeknya, kekris-tenan bukan agama legalistik. Pahami esensinya, aplikasikan se-suai konteks masing-masing. Yang terakhir, pertanyaan “Apakah menjadi orang-orang Kristen membosankan?” sebenarnya didasarkan pada sebuah asumsi yang keliru. Mereka berpikir bahwa gaya hidup yang glamor dan bebas tidak akan membawa orang pada kebosanan. Hal ini tentu saja tidak benar. Banyak orang yang mengalami depresi walaupun mereka sudah mencoba hidup sebebas mun-gkin. Bahkan orang-orang yang di luar terlihat sangat ceria, ti-dak jarang adalah orang-orang yang paling berduka. Keceriaan hanya ditunjukkan di tengah keramaian dan kebersamaan, teta-pi ada kesendirian yang mendalam di tengah kesepian. Orang-orang semacam ini kadangkala justru lebih sering merasa bosan dengan hidupnya daripada orang-orang lain yang hidupnya wa-jar-wajar saja. Bagi orang-orang Kristen yang sejati, kekristenan tidak per-nah membosankan. Kekristenan itu tentang relasi. Relasi dengan Allah Tritunggal yang tidak terbatas, begitu sempurna, indah, dan penuh cinta. Perjumpaan dengan Dia tidak mungkin memba-wa kebosanan. Perjumpaan ini justru menjadi pemenuhan sem-purna dari pergulatan eksistensial manusia tentang penerimaan, pengakuan, penghargaan, dan kasih sayang. Jika hidup kita su-dah utuh di dalam Kristus Tuhan, bagaimana kita bisa memiliki hidup yang membosankan? Tidak mungkin! Soli Deo Gloria.
19
TEACHINGDoctrine Does Matter
E-MAGZ27 Jan 2019
(Lanjutan tgl 20 Januari 2019)
Saya setiap saat mendengar keberatan semacam ini: Ye-sus tidak pernah benar-benar mengklaim diri-Nya sebagai
Anak Allah; alih-alih, kepercayaan ini dibesar-besarkan oleh tradisi Yesus yang diusung oleh pengikut-pengikut-Nya sela-ma bertahun-tahun setelah kematian-Nya. Yesus yang sebe-narnya melihat diri-Nya sendiri tidak lebih dari seorang rabi, seorang bijak, penggalang massa penentang berhala—segala macam kecuali Allah. Atau, setidaknya, inilah yang diklaim oleh para pengkritik. Namun ini bukanlah yang ditunjukkan dengan jelas oleh bukti yang ada. Kebenaran yang ada disim-pulkan oleh seorang teolog Skotlandia H.R. Macintosh: “Ke-
APAKAH YESUS PERNAHMENGKLAIM DIRINYA SEBAGAI ALLAH?
20
TEACHINGDoctrine Does Matter
E-MAGZ27 Jan 2019
beradaan diri Yesus ... adalah fakta terbesar di dalam sejarah.” Kevin Vanhoozer, profesor riset teologi sisitematika di Trinity Evangelical Divinity School, mengatakan isu yang ada demikian: “Yesus mengerti diri-Nya sendiri sebagai Anak Al-lah yang terkasih, yang dipilih Allah untuk menghadirkan ker-ajaan Allah, dan pengampunan dosa. Pengertian kita terha-dap siapakah Yesus itu harus sesuai dengan pengertian Yesus sendiri. Jika kita tidak mengakui Yesus sebagai Kristus, maka entah Ia berbohong terhadap identitas-Nya sendiri atau kita yang berbohong.” Paling tidak ada sepuluh faktor yang menunjuk kepada Ye-sus bahwa Ia adalah Anak Tunggal Allah. Pertama, itulah cara yang Ia pakai untuk mengacu kepada diri-Nya sendiri. Tak seorang sarjana pun ragu bahwa cara yang paling lazim Yesus mengacu kepada diri-Nya sendiri sebagai “Anak Manusia,” yang dikenakan kepada diri-Nya lebih dari empat lusin kali, dalam kitab Markus, yang dianggap sebagai Injil yang paling awal. Ketika beberapa orang pengkritik secara salah percaya bahwa ini hanyalah sebuah klaim kemanusiaan belaka, kon-sensus kesarjanaan berkata bahwa ini mengacu kepada Daniel 7:13-14, di mana Anak Manusia diantar ke dalam hadirat Yang Mahakuasa, memiliki “otoritas, kemuliaan dan kekuatan yang penuh kuasa,” menerima penyembahan dari “seluruh umat,” dan seseorang yang wilayah kekuasaannya adalah kekal. “Anak Manusia adalah sebuah figur ilahi di dalam kitab Daniel dalam Perjanjian Lama yang akan datang pada akh-ir Zaman untuk menghakimi umat manusia dan memerintah selamanya,” kata teolog dan filsuf William Lane Craig. “Oleh sebab itu, klaim sebagai Anak Manusia akan berpengaruh ter-hadap klaim keilahian.”
21
TEACHINGDoctrine Does Matter
E-MAGZ27 Jan 2019
Vanhoozer menambahkan sebuah keterangan tambahan yang menarik: “Hal menarik mengenai penggunaan sebutan ini oleh Yesus... adalah bahwa Ia menghubungkannya tidak hanya dengan tema kemuliaan yang akan datang namun juga dengan tema penderitaan dan kematian. Dalam melakukan hal ini, Yesus mengajarkan murid-murid-Nya sesuatu yang baru mengenai Mesias yang dijanjikan, yaitu, penderitaan-Nya akan mendahului kemuliaan-Nya (Lukas 9:22).” Kedua, Vanhoozer menunjukkan bahwa Yesus juga mem-buat klaim keilahian ketika Ia mengenakan perkataan “Akulah”, Pada suatu titik Ia mengatakan, “Aku berkata kepadamu, ses-ungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada” (Yoh 8:58). Kutipan yang nyata terhadap Firman Allah kepada Musa da-lam semak yang menyala-nyala merupakan sebuah deklarasi yang tidak dapat disangkali mengenai kesataraan-Nya den-gan Allah di mana para pendengar-Nya mengambil batu un-tuk dilemparkan kepada-Nya karena menghujat Allah.
Bersambung……………..Sumber: Who made God?
22
TEACHINGDo You Know?
E-MAGZ27 Jan 2019
Dalam salah satu kisah Alkitab yang cukup terkenal, muncul se-buah nama yang jika disebutkan, pembaca Alkitab akan langsung
mengenal gambaran tokoh ini, yaitu tokoh Goliat. Goliat dikenal kare-na hubungannya dengan kisah heroik Daud. Sebelum Daud menjadi raja, Daud pernah ‘berperang’ melawan Goliat dan Daud menang. Bukan saja karena kemenangannya yang menjadikan kisah ini lebih heroik, tetapi karena perbandingan antara tokoh Daud dan Goliat yang menjadikan kemenangan tersebut seharusnya menjadi sesuatu yang mustahil terjadi. Dari sisi fisiknya, Daud dan Goliat amat sangat jauh berbeda. 1 Sam. 17 menyatakan bahwa tinggi Goliat 6 hasta sejengkal (masih ada perdebatan tentang tinggi Goliat, tapi setidaknya tinggi Goliat di atas 2 meter). Kepalanya mengenakan ketopong dari tembaga, baju
SIAPAKAH YANG MEMBUNUH GOLIAT:DAUD ATAU ELHANAN ?
23
TEACHINGDo You Know?
E-MAGZ27 Jan 2019
zirah bersisik dengan berat 5.000 syikal tembaga (1 syikal =10 gr; jadi sekitar 50000 gr = 50 kg). Penutup kakinya berasal dari tem-baga dan ada lembing di bahunya. Belum lagi dengan tombaknya dengan mata seberat sekitar 6 kg. Kisah heroik itu mencapai puncaknya ketika Daud, anak bungsu Isai, yang dikatakan masih muda (17:33), menghadapi Goliat. Den-gan tanpa menggunakan baju perang (17:38-39) dan dengan bekal tongkat, 5 butir batu dan ketapel, Daud berhasil merobohkan Goliat yang gagah. Batu dan ketapelnya berhasil mengenai dahi Goliat se-hingga dia roboh dengan wajah menghadap tanah (17:49). Setelah roboh, Daud mengambil pedang, menghunus dan memancung kepa-la Goliat hingga dia mati (ay. 50). Maka tamatlah riwayat Goliat.
Namun dalam kisah di 2 Sam. 21:19 muncul lagi tokoh Goliat. Dan terjadi lagi pertempuran melawan orang Filistin, di Gob; \El-hanan bin Yaare-Oregim, orang Betlehem itu, menewaskan Goliat, orang Gat itu, yang gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun.
Hampir sama dengan kisah di 1 Sam. 17, Goliat dikatakan orang Gat (Filistin) dan gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun (bdg. 1 Sam 17:7).
Gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun, dan mata tombak-nya itu enam ratus syikal besi beratnya. Dan seorang pembawa perisai berjalan di depannya.
Kali ini yang menghadapi Goliat bukanlah Daud, melainkan El-hanan bin Yaare-Oregim, orang Betlehem. Apakah Goliat, oang Gat yang dimaksud, adalah orang yang sama? Bukankah Goliat yang di-hadapi Daud telah mati di 1 Sam 17:50? Menariknya lagi, 1 Taw 20: 5 mengatakan bahwa Elhanan bin Yair menewaskan Lahmi, saudara Goliat.
Maka terjadilah lagi pertempuran melawan orang Filistin, lalu El-hanan bin Yair menewaskan Lahmi, saudara Goliat, orang Gat itu,
24
TEACHINGDo You Know?
E-MAGZ27 Jan 2019
yang gagang tombaknya seperti pesa tukang tenun.
Yang menjadi ‘kunci’ sebenarnya adalah catatan dalam 2 Sam. 21:19. Tanpa kemunculan ayat ini, kisah yang muncul hanyalah Daud yang mengalahkan Goliat dan Elhanan yang mengalahkan Lahmi, saudara Goliat. Ayat ini justru seakan ‘mencampur’ 2 kisah yaitu El-hanan yang mengalahkan Goliat. Jadi dimanakah kebenaran kisah antara Goliat, Daud dan Elhanan ini? Ada beberapa kemungkinan yang dapat muncul dari beberapa pernyataan tersebut:1. Nama Elhanan adalah nama lain dari Daud. Nama Elhanan adalah
nama aslinya sedangkan Daud adalah nama waktu dia menjadi raja (bdg. Nama lain Salomo adalah Jedija: 2 Sam 12:25)
2. Targum (terjemahan Akitab dalam bahasa Aram) mengidentik-kan Elhanan dengan Daud karena sama-sama dikatakan berasal dari Betlehem
3. Pembunuhan Goliat dilakukan oleh Elhanan tetapi kemudian di-identifikasikan kepada Daud untuk meningkatkan kemasyurannya.
4. Ada 2 Goliat, yang satu dikalahkan Daud, yang lainnya dikalah-kan oleh Elhanan. Goliat adalah sebuah nama yang umum untuk merujuk pada raksasa (sama seperti nama ‘Akhis’ (1 Sam. 21:10; 27:2) yang merujuk pada penguasa Filistin atau nama Firaun un-tuk raja Mesir).
Salah satu kesulitan untuk menyetujui alasan kesamaan Daud dan Elhanan adalah: pertama, Elhanan termasuk dalam daftar pahl-awan-pahlawan Daud (1 Taw. 11:26)
Bersambung……………..NK_P
25
MISSIONBAB VI: Pembebasan Umat Allah
E-MAGZ27 Jan 2019
(Lanjutan tgl 20 Januari 2019)
Hal kedua, terhadap ciptaan, perintah diberikan untuk men-dukung pemulihan. Tahun Sabat memberikan waktu istirahat
bagi tanah untuk dapat memulihkan kesuburannya. Yang tumbuh dengan sendirinya harus diberikan kepada orang miskin (Kel. :10 dan Im. 25:1-7). Setiap tujuh tahun Sabat adalah sebuah tahun Yobel yang merupakan tahun Sabat besar, tahun pembebasan (Im. 5:8-55). Pada pendamaian di tahun ke lima puluh, sangkala di-bunyikan, menandakan perdamaian dengan Allah sebagai syarat mutlak untuk perdamaian di dalam hubungan manusia dan dunia. Tanah itu harus dikembalikan kepada ahli waris semula, menanda-kan bahwa Allah yang empunya tanah itu dan bangsa Israel diberi kepercayaan untuk menggunakannya (Im. 25:23). Pada waktu itu
bab Vi : pembebasan umat allah
26
MISSIONBAB VI: Pembebasan Umat Allah
E-MAGZ27 Jan 2019
para budak harus dilepaskan. Hal ini menandakan bahwa perbuda-kan paling tidak merupakan gagasan sementara dan akhirnya ha-rus dihapuskan sama sekali. Semua hutang harus dihapus, yang sekali lagi membantu orang-orang yang karena alasan tertentu telah menjadi miskin sehingga harus menjual tanah warisnya atau anaknya itu menjadi budak. Karena “kuasa orang kaya atas orang miskin merupakan pengingkaran perjanjian Allah dengan seluruh bangsa”. Ini lebih dari pada apapun yang menyatakan kehendak Allah, agar ada cara-cara untuk memperbaiki ketidakseimbangan dalam hubungan antar manusia. Oleh para nabi perayaan Yobel disamakan dengan harapan terhadap sebuah penyelesaian mutlak bagi hal-hal yang benar dan salah. Lambang Yobel merupakan hal yang penting terutama dalam Kitab Yesaya, ketika bangsa itu sendiri menjadi budak di sebuah negara asing (Yes. 61:1-2). Ayat-ayat ini sesungguhnya menjadi bacaan utama dalam kotbah pertama Kris-tus di Nazaret dalam Injil Lukas 4:18-21, ketika Ia mengumumkan maksud pelayanan-Nya. Gagasan tentang Yobel kemudian men-jadi sebuah bayangan yang penting bagi karya Kristus.
Ketiga, terdapat sifat hakiki dari hukum itu untuk membuat tempat bagi bangsa Israel bertemu dengan Allah. Pada hari Sabat setiap pekan (Kel. 23:12-13), di atas mezbah-mezbah yang Allah perin-tahkan kepada mereka untuk membuatnya (Kel. 20:24), dan akh-irnya pada berbagai perayaan (Im. 23), bangsa Israel dapat meng-ingat Allah mereka dan bergembira di hadapan-Nya. Di sini sifat penebusan dari hukum itu jelas. Karena Allah tidak hanya menga-jar mereka tentang ibadah, tetapi dari sudut Allah, Ia harus mem-buat jalan untuk menebus dosa-dosa mereka. Karena Allah tidak hanya membuat jalan untuk menebus dosa-dosa mereka. Kare-na dosa, maka mereka tidak dapat mendekati Allah dengan cara yang mereka sukai, tetapi ketika mereka sudah membersihkan diri dan menguduskan diri sehingga membuat pantas untuk datang
27
MISSIONBAB VI: Pembebasan Umat Allah
E-MAGZ27 Jan 2019
ke pelatarannya. Semua perintah ini mencapai puncaknya pada hari perdamaian ketika persembahan yang sungguh-sungguh dib-uat untuk semua orang, dan darah dipercikan pada kambing yang kemudian dilepaskan ke padang gurun (Im. 16). Tempat khusus di mana Allah akan bertemu dengan umat-Nya merupakan sebuah kemah pertemuan, kemah suci (Kel. 29:42-46), yang selalu di-dirikan di tengah-tengah perkemahan. Yang menarik ialah bahwa Bezaleel dipenuhi oleh Roh Allah untuk suatu tugas khusus, yakni membuat rancangan yang indah untuk kemah suci (Kel. 31:1-5)! Karena di tengah-tengah bangsa itu harus ada sebuah tempat yang khusus, indah, dan tenang, tempat Allah berdiam, yang setiap hari mengingatkan mereka akan tujuan Allah yang bersifat Rahim bagi kehidupan mereka.
Dengan pemberian hukum itu, bentuk misi bangsa Israel di dunia mulai terlihat. Seperti Musa mengingatkan bangsa itu di dalam Kitab Ulangan bahwa menaati hukum merupakan “kebijaksanaan-mu dan akalbudimu di mata bangsa-bangsa… Sebab bangsa besar manakah yang mempunyai allah yang demikian dekat kepadan-ya seperti TUHAN, Allah kita, setiap kali kita memanggil kepa-da-Nya? Dan bangsa besar manakah yang mempunyai keteta-pan dan peraturan demikian adil seperti seluruh hukum ini, yang kubentangkan kepadamu pada hari ini?” (Ul. 4:6-8). Allah bertu-juan agar semua bangsa “mengenal” (yaitu mengakui) Dia untuk diri mereka sendiri (Yes, 19:21), tetapi tahap awal misi ini adalah memanggil satu bangsa untuk mengenal-Nya.
Bersambung…………..(diambil dari buku “Agar Bumi bersukacita” oleh William A Dyr-ness)
28
FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ27 Jan 2019
Senin, 28 Januari 2019PELAYAN BAGI SEMUA
(BACAAN : MATIUS 20:20-28)
Robert K. Greenleaf, pendiri Greenleaf Center for Servant-Leadership di Indianapolis berkata, “Pemimpin yang besar mulan-ya terlihat sebagai pelayan, dan kenyataan sederhana itu adalah kunci dari kebesarannya.” Dua ribu tahun yang lalu, Yesus mengajarkan kebenaran itu ke-pada para murid-Nya dan Dia pun memberi teladan akan hal itu. Sebagai Anak Allah, Dia telah diberi “segala kuasa di surga dan di bumi” (Matius 28:18). Namun, Dia tidak memaksa orang lain un-tuk mengikuti dan menaati-Nya. Pola kepemimpinan-Nya sangat berbeda dengan apa yang kita lihat di dunia sekarang ini. Dia me-mimpin dengan melayani secara rendah hati dan tidak mement-ingkan diri sendiri. Kepemimpinan menurut teladan Kristus berarti lebih mem-pedulikan kebutuhan sesama daripada kebutuhannya sendiri, me-nyenangkan mereka, menyemangati pertumbuhan rohani dan ke-dekatan mereka dengan Allah. Itu artinya, memperlakukan sesama sama seperti Allah memperlakukan kita. Pemimpin yang melayani akan membujuk dengan lembut dan penuh pertimbangan, bukan-nya menyuruh orang lain dengan kasar atau memberikan ultima-tum. Ia tidak mendikte atau menuntut, tetapi sadar bahwa di ha-dapan Allah ia hanyalah pelayan yang melaksanakan tugas (Lukas 17:10). Entah apa pun posisi kepemimpinan kita, kita tidak akan ke-hilangan harga diri kita apabila kita memberi diri kepada orang lain. Pelayanan yang lebih mementingkan orang lain adalah dasar dari kebesaran sejati --David Roper
29
FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ27 Jan 2019
Selasa, 29 Januari 2019MENYINGKIRKAN PENDETA
(BACAAN : 1TIMOTIUS 5:17-25)
Seorang pemimpin kristiani bercerita tentang beberapa ang-gota jemaat yang datang kepadanya untuk meminta nasihat. Mer-eka ingin tahu cara menyingkirkan pendeta mereka. Pemimpin itu merasa bahwa orang-orang itu berlaku tidak adil, maka ia pun me-nyarankan hal-hal berikut:Sesekali tataplah langsung mata pendeta Anda pada saat ia berk-hotbah dan katakan “Amin!”. Maka ia akan berkhotbah dengan sungguh-sungguh.Tepuklah pundak pendeta Anda dan ungkapkan hal-hal baik yang ada dalam dirinya. Maka ia akan bekerja dengan sungguh-sungguh.Perbarui penyerahan diri Anda kepada Kristus dan tanyakanlah kepada pendeta Anda pelayanan apa yang dapat Anda lakukan. Ia akan sangat senang mendengarnya.Ajaklah jemaat untuk berdoa baginya. Ia akan menjadi hebat se-hingga gereja yang lebih besar akan mengambilnya dari Anda. Jika pendeta Anda dengan setia mengajarkan firman Allah dan mencoba untuk menjadi teladan yang hidup, lakukanlah semua yang Anda mampu untuk mendukung dan meneguhkannya. Me-mang benar, tidak ada pendeta yang sempurna, dan kadang-kadang ia perlu mendapat teguran penuh kasih (1 Timotius 5:20). Namun, seorang pendeta memikul tanggung jawab besar (Ibrani 13:17), dan orang-orang yang setia kepada Allah layak mendapatkan hormat dan dukungan keuangan yang murah hati (1 Timotius 3:1; 5:17,18). Jika diingat-ingat, kapan terakhir kali Anda berkata kepada pendeta Anda, “Saya sangat bersyukur atas Anda dan semua yang telah Anda lakukan bagi saya”? --Richard De Haan
30
FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ27 Jan 2019
Rabu, 30 Januari 2019MENJADI TELADAN
(BACAAN : 1PETRUS 5:2-3)
Seorang induk cheetah (hewan liar berbintik) membawa rusa muda yang masih hidup kepada anak-anaknya yang berusia lima bulan lalu melepaskannya. Setelah anak-anak cheetah itu melaku-kan beberapa penyerangan dan gagal, sang induk pun kemudian mengambil alih dan menunjukkan kepada mereka cara menang-kap santapan malam. Saya mengamati teknik yang sama, yang dipakai oleh petugas asuransi jiwa. Setelah ia menjelaskan berbagai manfaat sebuah po-lis, ia menceritakan betapa besar perlindungan yang ia dapatkan untuk keluarganya. Kata-katanya ini menimbulkan makna yang baru karena ia menunjukkan dengan memberi contoh bagaimana ia sendiri mengasuransikan keluarganya dengan benar. Jika kita ingin mengajar orang lain seni mengenal Allah dan melayani-Nya, kita tidak dapat mengabaikan pentingnya dan kua-sa teladan. Demikianlah Kristus dan para rasul-Nya mengomuni-kasikan pesan yang sama. Ketaatan mereka kepada Allah terlihat melalui istilah-istilah sehari-hari yang mudah dimengerti. Kepemimpinan yang dilakukan dengan memberi teladan akan bersifat menular. Ketika Paulus menyebut orang-orang Tesaloni-ka, yang telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan, ia berkata bahwa mereka juga telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya (1Tesalonika 1:6,7). Kepemimpinan lebih dari sesuatu yang secara otomatis ber-jalan seiring status resmi seperti Ayah, Ibu, Pendeta, atau Guru. Orang-orang yang ingin memimpin serta menolong sesama harus menjadi teladan terlebih dahulu. MRD
31
FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ27 Jan 2019
Kamis, 31 Januari 2019PEMIMPIN YANG RENDAH HATI
(BACAAN : EFESUS 5:21)
Seorang pria yang bertemperamen lembut membaca buku tentang bagaimana menjadi orang yang tegas. Lalu ia memutuskan untuk mulai mempraktikkannya di rumah. Maka ia pun menerjang masuk ke rumah, menunjuk wajah istrinya, dan berkata, “Mulai sekarang saya adalah bos di sini, maka kamu harus menuruti ka-ta-kata saya. Saya ingin kamu menyiapkan makanan enak dan air mandi buat saya. Kemudian, setelah selesai makan dan mandi, ia bertanya, coba tebak siapa yang akan mendandani dan menyisir rambut saya.” “Petugas penguburan,” jawab istrinya. Raja Rehabeam mencoba ketegasan yang serupa. Namun, hal itu justru membuat bangsa Israel berbalik melawannya. Ke t i k a ia naik takhta, rakyat memohon pengurangan beban pajak. Para penasihat yang lebih tua mendesaknya untuk memenuhi permin-taan rakyat, namun teman-temannya yang masih muda mena-sihatinya agar bersikap lebih tegas daripada ayahnya. Karena ia menuruti nasihat teman-temannya, akibatnya sepuluh dari dua belas suku Israel memisahkan diri dan membentuk sebuah kera-jaan baru (2Tawarikh 10:16,17). Pemimpin yang baik tidak mengandalkan ketegasan yang mendominasi -- baik di rumah, di gereja, atau dalam pekerjaan. Sebaliknya, mereka menyeimbangkan ketegasan itu (yang ses-ungguhnya bukan sesuatu yang salah) dengan prinsip saling mer-endahkan diri (Efesus 5:21). Mereka mendengarkan dengan rasa hormat, mengakui kesalahan mereka, menunjukkan kesediaan un-tuk berubah, dan menggabungkan kelembutan dengan ketegasan. Itulah kepemimpinan yang rendah hati, dan itu manjur untuk di-lakukan! --Herb Vander Lugt
32
FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ27 Jan 2019
Jumat, 1 Februari 2019HIDUP YANG DITELADANI(BACAAN : ROMA 12:3-8)
Kematian C.S. Lewis pada tanggal 22 November 1963 teng-gelam oleh berita pembunuhan Presiden John F. Kennedy pada hari yang sama. Meskipun peringatan kematian Lewis hampir tidak menjadi berita utama surat kabar, tetapi pengaruh yang kuat dari ahli teologi, guru, dan penulis Inggris ini masih terus berlangsung di seluruh dunia setelah 40 tahun kematiannya. Bukunya terjual lebih dari 3 juta eksemplar setiap tahunnya. Dan karyanya yang paling terkenal, Mere Christianity, The Screwtape Letters, dan The Chronicles Of Narnia, telah dicetak ulang berka-li-kali. Saat dewasa, Lewis menyerahkan hidupnya kepada Kris-tus. Ia mencurahkan pikiran serta imajinasinya yang tajam untuk bekerja melayani Allah. Sekalipun telah menjadi penulis dan pem-bicara terkenal, ia tetap hidup sederhana. Berikut ini komentar Michael Nelson tentangnya yang dimuat di International Herald Tribune, “Dua pertiga dari royalti bukunya disisihkan untuk amal. Ia tidak pernah bepergian ke luar negeri, bahkan ketika ketenaran membuatnya sering diundang berceramah di seluruh dunia.” Lewis memberi kita suatu pemberian yang tak ada bandin-gannya, yaitu pandangan yang segar dan kreatif tentang kondisi kemanusiaan kita yang berdosa dan kekuatan Injil Kristus yang tak berkesudahan. Ia melaksanakan perintah untuk melayani orang-orang percaya melalui apa pun yang telah diberikan Allah karena anugerah-Nya (Roma 12:4-6). Teladan hidupnya dapat memacu kita untuk menggunakan karunia yang diberikan Allah kepada kita bagi kemuliaan-Nya --David McCasland
33
FAMILY FELLOWSHIPE-MAGZ27 Jan 2019
Sabtu, 2 Februari 2019TAK DIKENAL
(BACAAN : ROMA 16:1-16)
James Deitz telah membuat berbagai lukisan pesawat terbang dan awaknya. Lukisannya begitu realistis sehingga tampak seperti foto. Banyak karyanya dipajang di berbagai galeri penerbangan di Amerika Serikat, termasuk Lembaga Smithsonian. Salah satu lukisan Deitz yang berjudul “Tak Dikenal”, meng-gambarkan empat awak mekanik yang sedang memperbaiki se-buah pesawat pengebom. Mereka berada jauh di bawah geladak kapal induk pengangkut pesawat terbang, di tengah Samudera Pasifik pada Perang Dunia II. Keempat pria berwajah pucat dan serius yang berlumuran minyak itu sedang bekerja keras memper-baiki pesawat agar dapat kembali ke medan perang. Mungkin kita pun sedang melakukan tugas tak terlihat dalam mendukung misi gereja untuk menyebarkan Injil dan menumbuh-kan iman jemaat. Tanpa banyak sukarelawan, tak satu pun gereja atau lembaga misi dapat menjalankan pelayanannya secara efek-tif. Saat Rasul Paulus mengakhiri suratnya kepada jemaat di Roma, ia menuliskan beberapa nama yang tak disebutkan di bagian lain Alkitab. Sebagai contoh, Paulus menyebut Febe dan mengatakan bahwa ia “memberikan bantuan kepada banyak orang” (ayat 16:2). Febe dan beberapa orang lain, telah menjadi bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pelayanan gereja mula-mula. Apakah Anda bekerja “di bawah geladak kapal”? Ingatlah, pelay-anan Anda bagi Kristus sangat penting. Bahkan jika tak seorang pun menunjukkan penghargaan atas kerja keras Anda, yakinlah bahwa suatu hari nanti Tuhan sendiri akan memberikan penghar-gaan kepada Anda (Kolose 3:23,24) --Dave Egner
34
PENGUMUMANE-MAGZ27 Jan 2019
Hari / Tanggal Pkl Keterangan
Senin, 28 Jan 2019 23.00Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FMHUT: Bp. Rudy Hartanto
Selasa, 29 Jan 2019 HUT: Bp. Putu YehezkielHUT: Sdr. Hugo Graciano
Rabu, 30 Jan 2019
18.30Pembinaan Jemaat modul 2“Gereja Yang Menggerakkan Jemaat”Oleh: Ev. Heri Kristanto
19.00 Latihan Musik KU 3HUT: Sdr. Repto SrisroyoHUT: Sdri. Vania Tri Cahyani
Kamis, 31 Jan 201918.30
Pembinaan Jemaat modul 2“Gereja Yang Menggerakkan Jemaat” Oleh: Pdt. Yohanes Dodik Iswanto
19.00 Latihan Musik KU 1 dan 2HUT: Bp. Budiyono
Jumat, 01 Feb 201918.30 Persekutuan Pemuda REC Darmo I - move
HUT: Sdri. Kristine Katarina
Sabtu, 02 Feb 2019
06.00 Doa Pemuridan18.00 Persekutuan Pemuda REC Nginden
22.00 Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FMHUT: Sdri. Vivia Anggraini
Minggu, 03 Feb 2019Sakramen Perjamuan Kudus KU 1, 2 dan 3HUT: Bp. Stefanus Lutfi Eliazer
AGENDA MINGGU INI
35
IBADAHE-MAGZ27 Jan 2019
Minggu, 27 Januari 2019
Singer
Doa Syafaat
danPersem
bahan
Penyambut
Jemaat
Pelayan LCD
Pelayan Musik
Liturgos
Pengkhotbah
Tema
Penatalayanan
Bp. CharlieIbu Vena
Pdt. Dodik
Ibu YuniyIbu Yuli
Bp. Yefta
Sdr. Teddy
Sdri. Kristine
Bp. Ruben
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
Eksposisi 1 Korintus
REC N
gindenKU
Ipk. 07.00
Bp. CharlieSdr. Kendhy
Bp. Santoso
Bp. SantosoBp. EddyIbu Sisca
Ibu Christiana
Ibu Herlin
Sdri. Kristine
Bp. Felix
REC N
gindenKU
IIpk. 10.00
Sdr. YosepSdri. M
elan
Bp. Soegianto
Sdri. StevaniSdr. SebastianSdr. Agus HBp. Suyono
Sdri. K. Ange-line
Sdri. Hilda
Bp. TonySdr. H
arrisBp. Yoga
Sdri. K. An-gelica
REC N
gindenKU
IIIpk. 17.00
TEAM
Bp. Jefry
Bp. Jefry
Sdr. Yosi
Bp. Haryadi
Bp. Koesoemo
Ev. Edo Walla, M
.Div
REC D
armo
KU I
pk. 07.00
Sdri. Dina
Sdri. Happy
Sdr. Mito
Sdr. YosiSdr. M
ito
Sdri. Wella
Sdr. VickySdr. Rio
Sdri. Melisa
Sdr. Daniel
Bp. Dave
Sdri. Stevana
REC D
armo
KU II
pk. 10.00
Sdr. BrunySdr. N
aeson
Sdri. Vanny
Sdri. ElsyeSdr. D
amsi
Sdr. Gary
TEAM
Sdri. Vanny
Ev. Reynold
REC M
errKU
Ipk. 10.00
Sdr. BrunySdr. N
aeson
Sdri. Vanny
Ibu IkeBp. W
arno
Sdr. Gary
TEAM
Sdri. Vanny
REC M
errKU
IIpk. 17.00
36
IBADAHE-MAGZ27 Jan 2019
Minggu, 03 Februari 2019
Singer
Doa Syafaat
danPersem
bahan
Penyambut
Jemaat
Pelayan LCD
Pelayan Musik
Liturgos
Pengkhotbah
Tema
Penatalayanan
Sdr. Hendri K
Sdri. Melinda
Pdt. Dodik
Bp. FerryIbu FennyIbu N
unuk
Sdr. Andreas P
Bp. Eliazar
Ibu Wilis
Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M
Cinta Kuat Seperti Maut (Kidung Agung 8:6-7)
REC N
gindenKU
Ipk. 07.00
Sdr. Hendri K
Sdri. Melinda
Bp. Santoso
Sdr. CliffordSdr. Vincent
Sdri. ChristineSdri. Via
Sdri. Melissa
Bp. Eliazar
Ibu Wilis
REC N
gindenKU
IIpk. 10.00
Sdr. Dennis
Sdri. Stevani
Bp. Soegianto
Sdri. KarinaSdri. ReginaSdr. Chandra
Sdri. Ester
Sdr. Tan Hen-
dra
Bp. Martin
Sdr. EvanSdr. Arka
Sdr. Daniel
Ibu Ike
REC N
gindenKU
IIIpk. 17.00
Sdri. EkaSdri. Yena
Ibu Ruth
Ibu Ruth
Sdr. Yosi
Bp. Haryadi
Sdr. Mito
Ev. Edo Walla, M
.Div
REC D
armo
KU I
pk. 07.00
Sdri. VirginSdr. D
ennis
Ibu Ruth
Ibu Ruth
Bp. Amir
Sdr. Klemens
Sdr. RioSdr. SugikSdr. Albert
Sdri. Renne
REC D
armo
KU II
pk. 10.00
Sdri. Glory
Sdri. Lia Jacob
Sdr. Daniel
Sdr. Naeson
Sdri. Lia Jacob
Sdri. Marlin
TEAM
Sdr. Daniel
Pdt. Novida F Lassa, M
.Th
REC M
errKU
Ipk. 10.00
Sdri. Glory
Sdri. Lia Jacob
Sdr. Daniel
Sdr. TeddySdri. Kristine
Sdri. Marlin
TEAM
Sdr. Daniel
REC M
errKU
IIpk. 17.00
37
IBADAHE-MAGZ27 Jan 2019
SEKOLAH MINGGU
Keterangan 27 Januari 2019(Pk. 10.00 WIB)
03 Februari 2019(Pk. 10.00 WIB)
Liturgos/Singer Kak Vena Kak Willy / DinanPelayan Musik Kak Willy Kak GandaDoa Pra/Pasca
SM Kak Kezia Kak Debby
Persembahan Fide dan Rosi Riby dan Livi
Tema Kelas Gabunganoleh Kak Dodik Tuhan mengirimkan Gideon
Bahan Alkitab Hakim-Hakim 6Sion Kak Feni
Getsemani Kak MeiYerusalem Kak HildaNazareth Kak YosefBetlehem Kak Evelyn
REMAJA DAN PEMUDATema
Ibad
ah P
emud
aSa
btu,
02
Feb’
19 p
k. 18
.00
Kerasukan dan Pelayanan Kelepasan
Ibad
ah R
emaja
Min
ggu,
27 J
an’ 1
9 pk
. 10.
00
Eksposisi 1 Korintus
Pengkotbah Pdt. Yohanes Dodik Sdr. Ganda
Liturgos Sdri. Sherly Sdri. Christine
Pelayan Musik Sdr. Kevin SSdr. Cleming
Sdr. MichaelSdr. DanielSdr. YeyelSdr. Faith
Pelayan LCD Sdri. Kani Sdr. JeremyPenyambut
JemaatSdri. MichelleSdr. Tommy
Sdri. FefeSdri. Angie
Petugas Doa Sdri. Michelle Sdr. Joseph
38
IBADAHE-MAGZ27 Jan 2019
KEHADIRAN JEMAATIbadah Hari/Tanggal Jumlah Jemaat Keterangan
REC NGINDEN KU I Minggu, 20 Jan’19 46
REC NGINDEN KU II Minggu, 20 Jan’19 95
REC NGINDEN KU III Minggu, 20 Jan’19 48
Sekolah Minggu Minggu, 20 Jan’19 38
Remaja Nginden Minggu, 20 Jan’19 16
Pemuda Nginden Sabtu, 19 Jan’19 18
REC MERR Minggu, 20 Jan’19 KU1: 34KU2: 21
REC DARMO PERMAI KU I Minggu, 20 Jan’19 25
REC DARMO PERMAI KU II Minggu, 20 Jan’19 49 SM: 9
RM: 4
REC BATAM Minggu, 20 Jan’19 15 SM: 35RM: 38
POS Batu Aji Minggu, 20 Jan’19 15
39
E-POSTERE-MAGZ27 Jan 2019