BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang yang berisiskan interaksi antara beberapa komponen, baik komponen hayati dan non hayati termasuk manusia di dalamnya. Berbagai kegiatan pembangunan (lingkungan binaan) sangat tergantung oleh daya dukung lingkungan yang tersedia serta daya tampungnya. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan hidup manusia yang diwujudkan dalam bentuk lingkungan binaan, manusia melakukan kegiatan yang memanfaatkan sumberdaya alam di bumi ini. Semua kegiatan dalam lingkungan binaan, upaya pengelolaan lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian fungsi bumi. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta memiliki kualifikasi kompetensi lulusan yang dibekali dengan pengetahuan dan kemampuan yang terkait dengan permasalahan lingkungan binaan baik di bidang lingkungan pertambangan, perminyakan dan panas bumi, perencanaan kota, industri, pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, mitigasi bencana 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lingkungan merupakan suatu kesatuan ruang yang berisiskan
interaksi antara beberapa komponen, baik komponen hayati dan non hayati
termasuk manusia di dalamnya. Berbagai kegiatan pembangunan (lingkungan
binaan) sangat tergantung oleh daya dukung lingkungan yang tersedia serta
daya tampungnya. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan hidup dan
peningkatan kesejahteraan hidup manusia yang diwujudkan dalam bentuk
lingkungan binaan, manusia melakukan kegiatan yang memanfaatkan
sumberdaya alam di bumi ini. Semua kegiatan dalam lingkungan binaan,
upaya pengelolaan lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga kelestarian
fungsi bumi.
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN
“Veteran” Yogyakarta memiliki kualifikasi kompetensi lulusan yang dibekali
dengan pengetahuan dan kemampuan yang terkait dengan permasalahan
lingkungan binaan baik di bidang lingkungan pertambangan, perminyakan
dan panas bumi, perencanaan kota, industri, pengelolaan kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil, mitigasi bencana alam, dan sebagainya. Sesuai dengan
kurikulum Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknologi Mineral,
UPN “Veteran” Yogyakarta, mahasiswa semester 7 menyelengarakan
Ekskursi.
Mahasiswa yang mengikuti kegiatan Ekskursi Jawa Tengah - Jawa
Barat - DKI tahun 2014 adalah mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan
tingkat akhir, sehingga mereka telah mendapatkan materi kuliah yang terkait
selain pengetahuan dasar lingkungan hidup juga pengetahuan yang bersifat
aplikatif terkait dengan perencanaan dan pengelolaan lingkungan binaan.
1
1.2. Tujuan Pelaksanaan Ekskuri
Kegiatan yang dilakukan pada Studi Ekskursi Lingkungan Binaan
Jawa Tengah – Jawa Barat – DKI tahun 20124 ini bertujuan untuk:
a. Mengenalkan mahasiswa pada kegiatan-kegiatan di bidang
pertambangan, perminyakan, panas bumi, industri, serta pengelolaan
lingkungannya.
b. Memberikan gambaran secara langsung kepada mahasiswa tentang
kegiatan-kegiatan di bidang pertambangan, perminyakan, panas bumi,
dan industri dengan membandingkan teori-teori di bangku kuliah
dengan keadaan sebenarnya di lapangan.
1.3. Manfaat Pelaksanaan Ekskursi
a. Dapat mengetahui kegiatan-kegiatan yang ada di perusahaan, baik yang
terkait dengan lingkungan biotik, abiotik maupun sosial.
b. Dapat mempelajari dan melihat secara langsung bagaimana pengolahan
limbah secara langsung.
2
BAB II
HASIL KUNJUNGAN
2.1. Obyek Kunjungan 1
2.1.1. PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV Cilacap
PT PERTAMINA (PERSERO) Unit Pengolahan IV
Cilacap, beralamat di Jl. MT Haryono No. 77, Cilacap, Jawa Tengah,
53221, dengan nomor telepon (0282) 508108, dan Fax. (0282) 531920,
531922.
2.1.2. Sejarah Perusahaan
Unit Pengolahan IV Cilacap merupakan salah satu Unit Kilang
Minyak PT. Pertamina ( Persero) yang memiliki kapasitas terbesar dan
terlengkap fasilitasnya di tanah air dengan kapasitas yang dimiliki yaitu
348.000 barrel/ hari. Pembangunan kilang minyak di Cilacap merupakan
pembangunan salah satu dari unit-unit pengolahan yang ada di Indonesia.
Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap berada di bawah tanggung jawab
Direktorat Hilir Bidang Pengolahan Pertamina.
Kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan IV Cilacap didirikan
dengan maksud menghasilkan produk BBM dan Non BBM guna memenuhi
kebutuhan masyarakat pulau Jawa, mengingat secara geografis posisi
kilang Cilacap terletak di central pulau Jawa atau dekat dengan konsumen
terpadat penduduknya di Indonesia. Adapun maksud pembangunan kilang
minyak Cilacap selain menghasilkan produk BBM dan Non BBM yaitu
mengurangi ketergantungan impor BBM dari luar negeri yang semakin
meningkat serta sebagai langkah efisiensi karena memudahkan supply dan
distribusi. Kilang minyak UP IV merupakan satu -satunya kilang minyak
yang menghasilakn aspal dan base oil.
Kilang Minyak I
Pembangunan kilang minyak I Cilacap dimulai tahun 1974 dan
mulai beroperasi pada 24 Agustus 1976 setelah diresmikan oleh Presiden
3
Soeharto. Kilang ini dirancang oleh Shell International Petroleum
Maatschappij (SIPM), sedangkan kontraktornya adalah Fluor Eastern Inc.
yang dibantu oleh beberapa sub kontraktor dari perusahaan nasional
Indonesia dan asing. Selaku pengawas dalam pelaksanaan proyek ini adalah
Pertamina.
Kilang Minyak I didesain untuk menghasilkan produk BBM dan
NBM (minyak dasar pelumas dan aspal). Kilang ini dirancang dengan
kapasitas produksi 100.000 barrel/hari tetapi karena meningkatnya
kebutuhan konsumen, kapasitas kilang ini ditingkatkan menjadi 118.000
barrel/hari melalui Debottlenecking Project pada tahun 1997/1998.
Kilang Minyak II
Kilang Minyak II dibangun pada tahun 1981 untuk memenuhi
kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Setelah diresmikan
oleh Presiden Soeharto pada tanggal 4 Agustus 1983, kilang ini memulai
operasinya. Kompleks BBM (Fuel Oil Complex II) di kilang ini dirancang
oleh Universal Oil Product (UOP) sedangkan Kompleks Bahan Dasar
Minyak Pelumas (Lube Oil Complex II dan III) dirancang oleh Shell
International Petroleum Maatschappij (SIPM), dan Offsite Facilities oleh
Fluor Eastern Inc.
Kilang II dirancang terutama untuk mengolah minyak mentah dalam
negeri karena sebelumnya minyak mentah dalam negeri diolah di kilang
minyak luar negeri kemudian baru masuk kembali ke Indonesia dalam
bentuk BBM dan cara seperti ini sangatlah tidak efisien. Kilang ini
mengolah minyak mentah dalam negeri yang kadar sulfurnya lebih rendah
daripada minyak mentah Timur Tengah. Awalnya, minyak mentah
domestik yang diolah merupakan campuran dari 80% Arjuna Crude (kadar
sulfurnya 0,1%/berat). Dalam perkembangannya, bahan baku yang diolah
adalah minyak cocktail yang merupakan campuran dari minyak mentah
dalam dan luar negeri.
Sebelum diadakan Debottlenecking Project pada tahun 1997/1998,
kapasitas Kilang Minyak II hanya 200.000 barrel/hari tetapi setelah
4
diadakan proyek tersebut, kapasitasnya meningkat menjadi 230.000
barrel/hari.
Kilang Paraxylene
Kilang paraxylene dibangun berdasarkan pertimbangan adanya
bahan baku naphtha yang cukup. Kilang ini dirancang oleh Universal Oil
Product (UOP) dan dibangun pada tahun 1988 oleh kontraktor Japan
Gasoline Corporation (JGC). Kilang memulai operasinya setelah
diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 Desember 1990. Tujuan
pembangunan kilang ini adalah untuk mengolah naphtha dari FOC II
menjadi produk-produk petrokimia, yaitu paraxylene dan benzene sebagai
produk utama serta raffinate, heavy aromate, toluene, dan LPG sebagai
produk sampingan. Total kapasitas produksi dari kilang ini adalah 270.000
ton/tahun. Otomatis RU-IV menjadi satu-satunya unit pengolahan minyak
bumi di Indonesia yang terintegrasi dengan industri Petrokimia.
2.1.3. Hasil Kunjungan :
PT Pertamina (PERSERO) Refinery Unit IV Cilacap merupakan salah
satu unit kilang minyak yang memiliki kapasitas sebesar 348 ribu barer/hari
dengan luas area kilang dan perkantoran 226.39 Ha. PT Pertamina Unit IV
Cilacap memiliki tiga kilang, yaitu: kilang minyak I, kilang Minyak II dan
kilang Petrokimia Paraxylene.
Kilang minyak pertama khusus memproduksi BBM dan Non BBM.
Bahan baku kilang ini adalah minyak mentah yang berasal dari Timur
Tengah, yaitu Arabian Light Crude (ALC) yang kadar sulfurnya cukup
tinggi (sekitar 1,88%/berat). Kilang Minyak I Pertamina Refinery Unit IV
Cilacap meliputi :
1. Fuel Oil Complex (FOC I), untuk memproduksi BBM.
2. Lube Oil Complex (LOC I), untuk memproduksi bahan baku minyak
pelumas (lube base oil) dan aspal.
Kilang minyak kedua khusus mengelolah minyak mentah campuran
baik di dalam maupun luar negeri. Area Kilang Minyak II meliputi :
5
1. Fuel Oil Complex II (FOC II) yang memproduksi BBM.
2. Lube Oil Complex II (LOC II) yang memproduksi bahan dasar
minyak pelumas dan aspal.
Kilang petrokimia paraxylene untuk mengolah naphtha dari FOC II
sehingga memproduksi paraxylene, benzene dan produk-produk samping
lainnya.
Hasil produksi BBM kilang RU IV Cilacap dipergunakan untuk
kebutuhan dalam negeri yang kemudian disalurkan melalui jalur pipa ke
wilayah barat dari Cilacap ke Tasikmalaya, Padalarang (Bandung),
sedangkan wilayah timur dari Cilacap, Yogyakarta menuju Boyolali.
Sedangkan hasil produksi Non BBM dan petrokimia dipasarkan di dalam
negeri dan sebagian lagi di ekspor yang disalurkan dengan menggunakan
kapal tanker dan jalur transportasi darat.
Untuk mengatasi dampak lingkungan maka dibangun sarana
penunjang antara lain: Sour water stripper, Corrugated Plate Interceptor,
Holding Basin, Flare, Fin Fan Cooler, maupun silencer. Kilang Pertamina
UP IV saat ini sedah memiliki sertifikat ISO 9001 untuk kualitas juga
sertifikat ISO 14001 mengenai lingkungan dan Proper hijau.
Program CSR yang diterapkan di PT Pertamina UP IV Cilacap
yaitu : Community Development, Community Relations, dan program
Kemitraan. Ada 5 bidang yang menjadi perhatian perusahaan, untuk
program Community Development yaitu: pendidikan, kesehatan, ekonomi,
lingkungan, infrastruktur. Sedangkan program community relations berupa
participation, dan sponsorship. Sementara program kemitraan dengan
menyalurkan kredit lunak dengan bunga rendah untuk pengusaha kecil dan
koperasi.
2.1.4. Pembahasan
Dari hasil kunjungan yang dibahas di atas, maka dari segi
lingkungan PT. Pertamina Persero UP IV Refinery Cilacap melakukan
upaya-upaya yang bisa meminimalisir untuk terjadinya kerusakan
lingkungan. PT. Pertamina Persero UP IV Refinery Cilacap juga
6
mengedepankan keselamatan diri dalam bekerja. Peraturan K3 di PT.
Pertamina Persero UP IV Refinery Cilacap juga sangat ketat. Diharapakan
PT. Pertamina Persero UP IV Refinery Cilacap bisa menjadi perusahaan
yang lebih mementingkan dan mengedepankan kondisi lingkungan sekitar
yang terkena dampak dari kegiatan pengolahan minyak.
Sebagai calon ahli lingkungan, harus bisa membantu dan
menimbulkan inovasi baru dalam upaya pengelolaan dan penjagaan
lingkungan dari akibat suatu kegiatan perusahaan. PT. Pertamina Persero
UP IV Refinery Cilacap juga bisa menjadi salah satu perusahaan yang bisa
menambah devisa negara karena bisa menjual hasil produksi minyak ke
luar negeri.
2.2. Obyek Kunjungan 2
2.2.1. PT. Holcim Indonesia Cilacap
PT Holcim Indonesia Cilacap adalah salah satu unit produksi semen
yang berlokasi di Jl Nusantara 1, Karangtalun, Cilacap Utara, Cilacap, kode
pos: 53234. Nomor telepon/HP: +62.282.545006. Fax: 021 5719188.
2.2.2. Sejarah Perusahaan
Semen Holcim Cilacap berlokasi di Jalan Nusantara Cilacap.
Sejarahnya dulu di tahun 1974 merupakan Semen Nusantara dan di tahun
1993 kembali berubah jadi Semen Cibinong karena dengan adanya akuisi
dari Semen Cibinong. Dan di tahun 2001 berubah menjadi PT Semen
Holcim sampai sekarang.
2.2.3. Hasil Kunjungan :
Pabrik produksi semen yang beroperasi di Karangtalun kabupaten
Cilacap memiliki kapasitas terpasang : 2,6 Juta ton/tahun (CC2) dengan luas
Areal : 128,4 ha. Pabrik Holcim Cilacap terdiri dari 2 kompleks, yaitu CC-1
dan CC-2. Proses produksi semen secara singkat terdiri dari 3 tahap, yaitu
7
Raw material extraction, Blending and clinkerization dan Grinding and
distribution.
Gambar 2.1. Alat produksi semen di PT Holcim
Skema Cement Process Production – Overall:
Awalnya raw material yang terdiri dari bahan-bahan dengan
komposisi lime stone ± 80%; clay ± 16%; silica sand ± 3%; dan iron sand ±
1% dicampur lalu masuk ke dalam raw mill yang menghaluskan ukuran
campuran tadi dan sekaligus dikeringkan oleh preisipitator. Campuran yang
telah dihaluskan ini lalu masuk ke silo yang telah siap untuk proses
selanjutnya. Campuran ini (yang disebut raw meal) kemudian masuk ke
proses pre-calciner sebelum diproses di kiln/burning unit. Pada proses
selanjutnya di unit kiln, campuran dibakar dengan temperatur sangat tinggi
(hingga 1450 °C) hingga terjadi perubahan fasa campuran dari solid/padat
menjadi liquid/cair. Bahan bakar yang digunakan berupa batubara. Hasil
dari unit kiln ini berupa clinker. Clinker ini selanjutnya siap memasuki
proses finishing agar menjadi semen yang siap dipasarkan. Clinker dengan
komposisi ± 96% dicampur dengan gypsum dan aditif lain ± 4% kemudian
masuk lagi ke dalam finish mill untuk mereduksi ukurannya. Setelah dari
8
finish mill, semen, masuk ke silo untuk kemudian dikemas lalu
didistribusikan. PT Holcim memasarkan hasil produksi di Jawa Tengah dan
Jawa Timur.
Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Bakar Alternatif BBMA/AFR
(Alternative Fuel and Raw Material) adalah Bahan Bakar dan Bahan Baku
Alternatif yang dimanfaatkan untuk menggantikan bahan bakar dan bahan
baku yang biasa kita gunakan. Bahan bakar atau Bahan baku Alternatif
disini adalah bahan bakar atau bahan baku yang bisa diperbaharui atau
material dari hasil samping suatu industri (limbah industri lain).
Pemanfaatan/pemusnahan material hasil samping dari industri lain di proses
industri semen disebut dengan Co-Processing.
Pabrik semen dapat digunakan untuk tempat penghancuran limbah karena:
a. Kondisi proses produksi semen mempunyai temperatur yg sangat tinggi
(1450oC), memungkinkan untuk menghancurkan semua material limbah
secara sempurna.
b. Ijin Pemanfaatan/Pemusnahan Limbah B3 dari KLH no.506 tahun 2007.
Manfaat yang diharapkan dari program AFR:
a. Memberikan solusi ramah lingkungan terhadap permasalahan limbah.
b. Mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam tak terbarukan.
c. Mengurangi emisi.
d. Peluang kegiatan ekonomi untuk masyarakat.
Persyaratan Umum Bahan Bakar Alternatif di Kiln
a. Tidak memberikan gangguan yang berarti dalam proses pembuatan
semen.
b. Tidak mempengaruhi kualitas klinker & semen.
c. Tidak menimbulkan emisi yang membahayakan.
d. Memberikan nilai ekonomis.
e. Mematuhi Holcim AFR Policy.
9
f. Mendukung usaha-usaha dalam rangka “Pembangunan Berkelanjutan”
Kebutuhan untuk pasar utama PT Holcim Indonesia Tbk, yaitu Pulau
Jawa, dipasok dari dua unit produksi utama dan satu stasiun penggilingan,
dan semua unit ini mampu berproduksi dengan kapasitas 8.265 juta ton
pertahun. Saat ini sedang dibangun unit produksi yang ketiga di Tuban,
Jawa Timur, yang berkapasitas tahunan 1,7 juta ton dan direncanakan mulai
berjalan pada tahun 2013. PT Holcim Indonesia Tbk mengoperasikan
banyak batching plant beton, dua tambang dan jaringan logistik lengkap
yang mencakup pula gudang dan silo.
Limbah yang dihasilkan PT Holcim ada 4 jenis yaitu limbah
domestik, limbah non logam, limbah logam dan limbah B3. Sedangkan CSR
yang dilaksanakan di PT Holcim terdiri dari empat pilar yaitu kesehatan,
bidang lingkungan, pendidikan dan ekonomi.
Pabrik semen PT Holcim Indonesia Tbk di Cilacap 4 kali berhasil
meraih penghargaan PROPER Emas dari Kementerian Negara Lingkungan
Hidup (penghargaan tertinggi di bidang manajemen limbah dan lingkungan
hidup di Indonesia).
2.2.4. Pembahasan
Holcim dikenal sebagai pelopor dan inovator di sektor industri
semen yang tercatat sebagai sektor yang tumbuh pesat seiring pertumbuhan
pasar perumahan, bangunan umum dan infrastruktur. PT Holcim Indonesia
Tbk satu-satunya produsen yang menyediakan produk dan layanan
terintegrasi yang meliputi 10 jenis semen, beton dan agregat. Pabrik semen
Holcim memiliki tekad untuk menggunakan bahan bakar non BBM dalam
rangka penghematan penggunaan BBM dan sebagai upaya pengoptimalan
limbah. Sekian persen bahan bakar yang digunakan adalah sekam padi, dan
biomass lain. Dan PT Holcim memiliki target untuk menggunakan biomass
ini 100 persen menggantikan solar yang saat ini menjadi bahan bakar utama.
10
2.3. Obyek Kunjungan 32.3.1. PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE)
Area panasbumi Kamojang merupakan salah satu daerah kerja
PERTAMINA Unit EP III yang berlokasi di Desa Laksana, Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Berada diatas ketinggian 1500 mdpl
dengan total produksi 200 MW dengan reservoir single fasa uap kering.
Gambar 2.2. Sumur injeksi di PT Pertamina Geothermal Energy
2.3.2. Sejarah Perusahaan
Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan PT
Pertamina (Persero), berdiri sejak tahun 2006 telah diamanatkan oleh
pemerintah untuk mengembangkan 14 Wilayah Kerja Pengusahaan
Geothermal di Indonesia. Perusahaan yang menyediakan energy tanpa
polusi ini, 90% sahamnya dimiliki oleh PT Pertamina (Persero) dan 10%
dimiliiki oleh PT Pertamina Dana Ventura.
Era baru bagi energi geothermal diawali dengan peresmian
Lapangan Geothermal kamojang pada tanggal 29 Januari 1983 dan diikuti
dengan beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP) Unit-1
(30MW) pada tanggal 7 Pebruari 1983, dan lima tahun kemudian 2 unit
beroperasi dengan kapasitas masing-masing 55 MW. Di pulau Sumatera
11
untuk pertama kali beroperasi Monoblok 2 MW di daerah Sibayak-Brastagi
sebagai Power Plant pertama dan pada Agustus 2001 PLTP pertama 20 MW
beroperasi di daerah Lahendong.
Seiring dengan perjalanan waktu Pemerintah melalui Keppres No.
76/2000 mencabut Keppres terdahulu dan memberlakukan UU No. 27/2003
tentang geothermal, dimana PT Pertamina tidak lagi memiliki hak monopoli
dalam pengusahaan energi geothermal tetapi sam dengan pelaku bisnis
geothermal lainnya di Indonesia.
Dalam mengimplementasikan undang-undang tersebut Pertamina
telah mengembalikan 16 Wilayah Kerja Pengusahaan (WKP) Geothermal
kepada Pemerintah dari 31 WKP yang diberikan untuk dikelola.
Pada tanggal 23 Nopember 2001 pemerintah memberlakukan UU
MIGAS No. 22/2001 tentang pengelolaan industri migas di Indonesia. UU
ini memjbawa perubahan yang sangat besar bagi sektor migas, termasuk
Pertamina. Pasca berlakunya UU tersebut Pertamina memiliki kedudukan
yang sama dengan pelaku bisnis migas lainnya. Pada tanggal 17 September
2003 PERTAMINA berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) dan
melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 31/2003 diamanatkan untuk
mengalihkan usaha geothermal yang selama ini dikelola oleh PT Pertamina
ntuk dialihkan kepada Anak Perusahaan paling lambat dua tahun setelah
perseroan terbentuk. Untuk itu PT Pertamina membentuk PT Pertamina
Geothermal Energy (PT PGE) sebagai anak perusahaan yang akan
mengelola kegiatan usaha dibidang geothermal.
PT Pertamina memiliki hak pengelolaan atas 15 Wilayah Kerja
Pengusahaan (WKP) geothermal dengan total potensi 8.480 MW setara
dengan 4.392 MMBOE. Dari 15 WKP tersebut, 10 WKP dikelola sendiri