Top Banner
EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO ADAT DALAM PROSESI PERNIKAHAN (Studi di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Strata Satu (S1) Dalam Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah Disusun Oleh : ZUKNI NIM: UR. 140176 JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAH THAHA SAIFUDDIN JAMBI TAHUN 2018
99

EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

Nov 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN

SELOKO ADAT DALAM PROSESI PERNIKAHAN

(Studi di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Strata Satu

(S1) Dalam Komunikasi dan Penyiaran Islam

Fakultas Dakwah

Disusun Oleh :

ZUKNI

NIM: UR. 140176

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS DAKWAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTAH THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2018

Page 2: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

ii

ii

Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, M.HUM Jambi, 18 Oktober 2018

Drs. Saripuddin, M.Pd.I

Alamat : Fak. Dakwah UIN STS Jambi Kepada Yth.

JI. Raya Jambi-Ma. Bulian Bapak Dekan

Simp.Sungai Duren Fak.Dakwah

Muaro Jambi UIN STS Jambi

di-

JAMBI

NOTA DINAS

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sesuai dengan

persyaratan yang berlaku di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, maka kami

berpendapat bahwa Skripsi saudara Zukni dengan Judul “Eksistensi Lembaga

Adat dalam Melestarikan Seloko Adat dalam Prosesi Pernikahan (Studi di

Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi

Jambi)”telah dapat diajukan untuk dimunaqasyahkan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam pada Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

Demikianlah yang dapat kami sampaikan kepada Bapak dan Ibu, semoga

bermanfaat bagi kepentingan agama, nusa dan bangsa.

Wassalmu’alaikumWr. Wb.

Page 3: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

iii

Page 4: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

iv

iv

MOTTO

Artinya:

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)

memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan

diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat

kepada orang-orang yang berbuat baik. 1 (Q. S Al-A’raf 56)

1Kementrian Agama RI.Al-Fattah:Al.Qur’an 20 Baris&Terjemahan 2 Muka.(Jakarta:

Wali), 80

Page 5: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

v

v

SURAT PERNYATAAN ORISINILITAS SKRIPSI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Zukni

Nim : UR. 140176

Tempat/TanggalLahir : Sungai Dingin 25 Juli 1994

Konsentrasi : Komunikasi dan Penyiaran Islam

Alamat : Perum Bouginvil Blok AC 12B, Rt. 24,

Kel. Kenali Besar, Kec. Alam Barejo

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini yang berjudul

“Eksistensi Lembaga Adat dalam Melestarikan Seloko Adat di Prosesi

Pernikahan (Studi di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi)” adalah benar karya hasil saya, kecuali kutipan-

kutipan yang telah disebutkan sumbernya sesuai ketentuan yang berlaku. Apabila

di kemudian hari ternyata pertanyaan ini tidak benar, maka saya sepenuhnya

bertanggung jawab sesuai dengan hukum yang berlaku di Indonesia dan ketentuan

di Fakultas Dakwah UIN STS Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya

peroleh melalui Skripsi ini.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat

dipergunakan seperlunya.

Jambi, 18 Oktober 2018

Page 6: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

vi

vi

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil alamin

Akhirnya aku sampaikan pada titik ini

Tak henti-hentinya ku ucapkan syukur padamu Ya Rabb

Atas segala anugrah yang diberikan kepadaku,

Serta sholawat dan salam kepada beginda nabi Muhammad Saw,

Keluarga, Sahabat, dan para pengikutnya

Semoga karya ini menjadi kebanggan keluargaku tercinta

Kupersembahkan karya ini...

Untuk ayahku tercinta (Kasim) dengan nasehat dan kasih sayang

yang tulus, dengan wajah datar menyimpan segala perjuangan dan

pengorbanan yang tak bisa kubalas dengan apapun, kesabaran dan

pengertian luar biasa diberikan segala untukku

Serta belahan jiwaku, bidadari syurgaku, yang tanpamu aku bukan

siapa-siapa, ibundaku tersayanag (Isnaya)yang senantiasa mendoakan

ku untuk mencapai keberhasilan. Kepada kakakku (Joni Irawan) dan

adikku (Rego Saputra) terima kasih atas support yang telah diberikan

selama ini, semoga kakak dan adikku terkasih dapat mencapai

keberhasilan dikemudian hari.

Untuk keluarga besarku dari pihak ayah dan ibu, serta keluarga

angkatku di Desa Bernai Sarolangun, Pasar Sungai Manau Merangin,

dan Kota Karang Muaro Jambi.

Terima Kasih untuk kakakku Supriadi Sar, S.Pdi, teman

seperjuanganku Radi, Ratena, Sabriana, dan Prodi Public Relatoins B,

dan semua yang telah membantu ku hingga samapai pada saat ini,

semoga kebaikan kalian semua dibalas oleh ALLAH swt, Amin ya

Rabbal Alamin..

Page 7: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

vii

vii

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran mengenai eksistensi

lembaga adat dalam melestarikan seloko adat dalam prosesi pernikahan di desa

Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah adalah kualitatif deskriptif

yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subyek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi tindakan, dan

lain-lain. Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memfaatkan berbagai

metode ilmiah. Penelitiann ini mengunakan teknik pengumpulam data observasi,

wawancara dan dokumntasi. Adapun teknik analisis data dengan cara reduksi,

display dan kesimpulan dan verifikasi.

Hasil dalam penelitian ini menunjukan bahwa eksistensi lembaga adat

desa Lubuk Bedorong dalam melestarikan seloko adat dalam upacara pernikahan

dinilai cukup berperan. Hal ini terlihat dari kegiatan yang dilakukan lembaga adat

dalam memberikan sosialisasi melalu rapat yang dilakukan dengan lembaga adat

dan memberikan wewenang kepada lembaga adat untuk memberikan sosialisasi

kepada anggota keluarga masing-masing. Selain itu mereka memberikan

pemahaman tentang pentingnya seloko adat serta melakukan pembinaan seloko

adat kepada masyarakat.

Adapun hambatan yang terjadi dalam pelestarian seloko adat dalam

prosesi pernikahan di desa Lubuk Bedorong adalah kurangnya minat masyarakat

untuk belajar seloko, dan kurangnya kerjasama antara lembaga adat dengan pihak

lain dalam hal ini adalah pemerintah. Untuk mengatasi hambatan tersebut adapun

strategi yang mereka lakukan adalah mengunakan seloko dalam kehidupan sehari-

hari, mengadakan perlombaan tentang seloko serta menjalin kerjasama dengan

pihak lain, dalam hal ini adalah pemerintah.

Kata Kunci : Eksistensi, Seloko, Prosesi Adat Pernikahan, Pelestarian, Desa

Lubuk Bedorong

Page 8: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

viii

viii

KATA PENGANTAR

Dengan rasa syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan

rahmat-nya dan karunia-nya sehingga atas izin-nya kepada saya sehingga saya

mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar. Sholawat serta salam

tak terlupa saya haturkan kepada junjungan kita nabi agung Muhammad SAW,

yang dengan perjuangan beliau kita dapat menuju jalan terang yang dipancari oleh

sinar ilmu, iman dan islam.

Seiring dalam penulisan skripsi ini penulis telah berusaha semaksimal

mungkin dan mengadakan penyepurnaan agar menjadi sebuah karya ilmiah yang

bermutu namun penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan

yang perlu diperbaiki, oleh karena itu penulis berharap kepada seluruh pembaca

ata kritik dan sarannya yang dapat membangun dan meningkatkan nilai ilmiah

dalam skripsi ini. Dan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “

Eksistensi Lembaga Adat dalam Melestarikan Seloko Adat dalam Prosesi

Pernikahan (Studi di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi)”.Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu tuga

akhir dari studi pendidikan dan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

serjana pada Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dorongan, dan

do’a dari beberapa pihak yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini.

Tidak ada yang dapat penulis berikan kepada mereka saat ini kecuali rangkaian

do’a kepada Allah SWT. Semoga Allah membalas segala amal kebaikan dan

pengorbanan mereka serta mengangkat derajat mereka kedalam tingkat yang lebih

tinggi. Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, SH, M.Hum selaku dosen pembimbing I

sekaligus wakil Dekan Fakultas Dakwah Bidang Akademik, yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran dengan tulus meluangkan

banyak waktu untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Saripuddin, M.Pd.I selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan pengarahan serta saran dan tulus meluangkan

banyak waktu untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Sururuddin M.Pd.I selaku ketua jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk Komunikasi

Penyiaran Islam

4. Ibu Mardalina, M.Ud selaku sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran

Islam Fakultas Dakwah UIN STS Jambi

5. Ibu Nurbaiti, M.Fil yang membimbing dari semester satu sampai semester

tujuh yang selalu memberikan arahan yang positif.

6. Bapak Samsu, S.Ag, M.Pd.I, Ph.D selaku Dekan Fakultas Dakwah UIN STS

Jambi

7. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, MA selaku Rektor Universitas Islam Negeri

Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Page 9: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

ix

ix

8. Bapak Dr. H. Suaidi, MA, Ph.D selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan

Pengembangan Lembaga Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin

Jambi.

9. Bapak Dr. H. Hidayat M.Pd selaku Wakil Rektor Bagian Administrasi Umum

Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

10. Ibu Dr. Hj. Fadillah M.Pd selaku Wakil Rektor Bagian Kemahasiswaan dan

Kerjasama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

11. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen dan seluruh karyawan dan karyawati

Fakultas Dakwah UIN STS Jambi.

12. Orang tua saya, bapak Kasim dan ibu Isnaya beserta keluarga saya yang tak

hentinya memberikan dukungan, motivasi, serta do’anya demi keberhasilan dan

kesuksesan saya.

13. Sahabat-sahabat saya yang ku sayang dan selalu memberikan motivasi untuk

selalu berjuang dan semangat belajar untuk saya.

Atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan, penulis

mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga, sehingga allah SWT

membalasnya. Akhir kata penulis ucapkan sekali lagi terima kasih kepada

semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang membantu dalam

proses penyelesaian skripsi ini. Atas segala kesalahan dan kekeliruan penulis

ucapkan mohon maaf yang sebesar besarnya dan kepada Allah penulis mohon

ampun dan semoga semua amal ini di terima oleh Allah SWT, Amin.

Page 10: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

x

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

NOTA DINAS ........................................................................................................... ii

PENGESAHAN ........................................................................................................ iii

MOTTO .................................................................................................................... iv

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS .......................................................... v

PERSEMBAHAN ..................................................................................................... vi

ABSTRAK ................................................................................................................ vii

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. x

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

C. Batasan Masalah .......................................................................................... 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 8

E. KerangkaTeori ............................................................................................. 8

F. Metode Penelitian ........................................................................................ 27

G. Studi Relevan ............................................................................................... 35

BAB II PROFIL DESA LUBUK BEDORONG A. Sejarah desa Lubuk Bedorong ..................................................................... 38

B. Sejarah dan Silsilah Adat Eks Marga Bukit Bulan ...................................... 39

C. Gambaran Wilayah Kultur Masyakat Adat Marga Bukit Bulan .................. 41

D. Sejarah Pemerintahan Bukit Bulan .............................................................. 43

E. Keadaan Geografis dan Demografi desa LubukBedorong .......................... 47

F. Kelembagaan desa Lubuk Bedorong ........................................................... 49

G. Visi Misi Lembaga Adat Desa Lubuk Bedorong ......................................... 51

H. Tujuan Lembaga Adat.................................................................................. 52

BAB III EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN

SELOKO ADAT DALAM PROSESI PERNIKAHAN

A. Mensosialisasikan seloko adat kepada keluarga .......................................... 53

B. Memberi Pemahaman seloko adat pernikahan kepada masyarakat …… .... 57

C. Melakukan Pembinaan seloko adat kepada masyarakat .............................. 61

BAB IV STRATEGI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIAN

SELOKO ADAT PERNIKAHAN

A. Kendala dalam pelestarian seloko adat ........................................................ 64

B. Strategi pelestarian seloko adat ................................................................... 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................................. 78

B. Saran ............................................................................................................ 79

Page 11: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

xi

xi

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURICCULUM VITAE

DAFTAR INSTRUMEN PENELITIAN

Page 12: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

xii

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Nama Nenek Moyang Penghulu Masyarakat Eks.Marga

Bukit Bulan ............................................................................................ 40

Tabel 2 : Tabel Nama Nenek Moyang Batin Masyarakat Eks. Marga

Bukit Bulan ............................................................................................ 41

Tabel 3 : Pasirah Yang Menjabat di Bukit Bulan ................................................. 45

Tabel 4 : Jumlah dan Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bedorong Berdasarkan

Jumlah Jiwa pada Tahun 2017 .............................................................. 48

Tabel 5 : Jumlah dan Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bedorong Berdasarkan

Kepala Keluarga (KK) PadaTahun 2017 .............................................. 49

Tabel 6 : Struktur Organisasi Desa Lubuk Bedorong ......................................... 50

Tabel 7 : Struktur Organisasi Lembaga Adat Desa Lubuk Bedorong. ............... 51

Page 13: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jambi merupakan salah satu daerah strategis, terletak di pesisir timur

bagian tengah Pulau Sumatera. Provinsi Jambi ini dihuni oleh berbagai macam

suku bangsa yang terdiri dari penduduk asli dan pendatang. Salah satunya

adalah suku bangsa Melayu (penduduk asli). Suku bangsa Melayu atau

masyarakat Melayu Jambi dalam kehidupannya memiliki tradisi berseloko.

Berseloko dilaksanakan pada pertemuan-pertemuan adat, pelaksanaan prosesi

pernikahan dan sebagainya. Kata seloko (dalam dialek Jambi) identik dengan

kata seloka dalam bahasa Indonesia.Seloko merupakan bentuk sastra lama yang

disebut dengan tradisi lisan yang diciptakan, disebarluaskan, dan diwariskan

secara lisan kepada anggota masyarakat Jambi. Seloko disebut dengan tradisi

lisan karena disampaikan secara lisan dan termasuk bagian dari budaya yang

tidak terlepas dari kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, seloko memiliki

nilai budaya dan ajaran moral yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

bermasyarakat.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) se-lo-ka adalah jenis puisi

yang mengandung ajaran (sindiran dan sebagainya), biasanya terdiri atas 4 larik

yang berirama a-a-a-a yang mengandung sampiran dan isi, sebaliknya ber-se-

lo-ka artinya mengarang atau mengucapkan seloka.2Menurut Syam dalam adat

Jambi seloko berisikan nasehat dan pandangan nenek mamak, tuo tengganai,

dan cerdik pandai untuk masyarakatnya. Disamping itu seloko juga berperan

sebagai norma, filsafat, landasan, dan penegas dalam menyampaikan pikiran

dan perasaan masyarakat serta berfungsi sebagai media untuk menciptakan

suasana yang akrab dan mengandung nilai estetika dalam berbahasa sehingga

2Yudi Armansyah, Konstribusi Seloko Adat Jambi dalam Penguatan Demokrasi Lokal,

Sosial Budaya, Vol.14 No.I, Juni 2017, 1

1

Page 14: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

2

terwujud kehidupan bermasyarakat yang memiliki rasa persatuan yang kuat

dan hormat menghormati.3

Menurut beberapa catatan, Islam dan Melayu di Jambi ternyata memiliki

akar sejarah yang kuat. Penduduk asli Jambi adalah suku Melayu, yang

kemudian bercampur dengan suku Minang dan Arab-Turki. Sebelum Indonesia

merdeka, provinsi Jambi merupakan bekas wilayah Kesultanan Islam Melayu

Jambi 1500-1901. Penyebaran Islam di daerah Jambi dimulai dari datangnya

seorang ulama dari Turki (menurut referensi lainnya dari Gujarrat) yang

bergelar Datuk Paduko Berhala. Nilai-nilai Islam sejak dahulu menjadi nilai

terintegrasi dalam kehidupan sosial masyarakat Jambi.Hal ini terlihat dari

falsafah yang hidup di tengah masyarakat yaitu, Adat Basandi Syarak, Syarak

Basandi Kitabullah. Dengan demikian, tidak mengherankan jika model

pemerintahan adat-tradisional Jambi sangat kental dengan nilai-nilai keislaman

yang bercampur dengan budaya Melayu. Nilai-nilai inilah yang menjadi

karakteristik khas kehidupan sosial-politik masyarakat Jambi, sekaligus

membedakannya dengan daerah lain.4

Salah satu produk dari Islam–Melayu menurut Nurhasanah ialah lahirnya

hukum adat yang disebut seloko adat Jambi. Seloko adat adalah ungkapan yang

mengandung pesan, amanat petuah, atau nasihat yang bernilai etik dan moral

serta sebagai alat pemaksa dan pengawas norma-norma masyarakat agar selalu

dipatuhi. Isi ungkapan seloko adat Jambi meliputi peraturan bertingkah laku

dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya dan kaidah-kaidah hukum atau

norma-norma, senantiasa ditaati dan dihormati oleh masyarakatnya karena

mempunyai sanksi. Ungkapan-ungkapan seloko adat Jambi dapat berupa

peribahasa, pantun, atau pepatah-petitih.

Dalam pembacaan seloko, penyeloko biasanya menggunakan pantun atau

sejenisnya sehingga tidak jarang menarik perhatian bagi sebagian orang yang

mendengarkan. Namun demikian, tidak semua orang bisa memahami maksud

3Muhammad Yasir, Peranan Seloko dalam Upacara Pernikahan Masyarakat di Kota

Jambi. Skripsi,(Jambi:Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 2011), 5 4Hermansyah, Konstribusi Seloko Adat Jambi dalam Penguatan Demokrasi Lokal, Sosial

Budaya,2

Page 15: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

3

seloko tersebut karena dalam pemilihan diksi cendrung manggunakan majas

perbandingan atau perumpamaan. Hal senada juga dikemukakan oleh H.

Junaidi T. Noor, seloko bagi masyarakat Ras Melayu sudah tidak asing lagi,

seloko merupakan tradisi lisan yang terwariskan dari kakek ke bapak, dari

bapak ke bisa ke aku atau yang lain atau bisa terhenti atau tersamar karena

jarang didengar, jarang diungkapkan diruang publik atau antar lingkungan

keluarga. Masyarakat awam hanya dapat mendengar seloko dalam upacara adat

terutama dalam prosesi adat pernikahan.

Aspek yuridis tentang perlindungan dan pengelolaan seloko adat dapat

dilihat melalui UU No. 32/2009 Tentang terutama Bab I pasal 1 butir 30 yaitu

nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat untuk

melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.5Dalam pengertian

kebahasaan, kearifan lokal berarti kearifan setempat (local wisdom) yang dapat

dipahami sebagai gagasan-gagasan lokal yang bersifat bijaksana, penuh

kearifan, bernilai yang tertanam dan diikuti oleh warga masyarakatnya.Dalam

konsep antropologi, kearifan lokal dikenal pula sebagai pengetahuan setempat

(indigenous of local knowledge) atau kecerdasan setempat (local genius), yang

menjadi dasar identitas kebudayaan (cultural identity).

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu tokoh adat yang menjabat

sebagai ketua adat dalam lembaga adat desa Lubuk Bedorong yang dilakukan

pada hari Kamis tanggal 6 April 2018, menurutnya seloko adalah adat pegang

pakai atau prinsip masyarakat Lubuk Bedorong yang dijadikan sebagai

kekuatan, pedoman dan kepercayaan karena dalam hidup harus memiliki

prinsip dan pedoman sehingga hidup dapat tertata dengan baik sesuai dengan

aturan dan norma yang berlaku.

Di desa Lubuk Bedorong, seloko yang merupakan warisan dari orang-

orang terdahulu yang seharusnya kita jaga dan kita lestarikan,dan seloko ini

bersipat seremonial karena hanya dipakai dan disampaikan pada waktu upacara

tertentu seperti pelaksanaan upacara adat pernikahan. Kecenderungan ini

disebabkan kehadiran budaya modern yang telah mengikis budaya masyarakat

5Ibid.,3

Page 16: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

4

pada zaman dahulu, selain itu juga disebabkan adanya perasan gengsi dan juga

kurangnya rasa mencintai kebudayaan sendiri hal ini senada yang diungkapkan

oleh bapak M.Amajid, selaku ketua lembaga adat di desa Lubuk Bedorong

menungkapkan:

[S]eloko adat merupakan tradisi lisan yang diwariskan secara turun

temurun dari nenek moyang terdahulu, dan merupakan aset kita

masyarakat Negeri Jambi, seharusnya kita bangga karena selain sebuah

kekayaan juga merupakan adat pegang pakai kita sehari-hari, namun

sangat menyedihkan pada saat ini khususnya di desa Lubuk Bedorong

seloko adat Jambi begitu asing diteliga kita, terutama generasi muda,

bahkan mereka cendrung bersifat acuh dan juga tidak mengenalnya.6

Selanjutnya bapak M. Hud sebagai tengganai balimo umah tonggah

mengatakan:

[S]eloko hanya dipahami dan dipakai oleh kita yang tuo-tuo, anak mudo

kita sekarang mana tau seloko. Bahkan ketika kita berseloko mereka

bingung dari dengan apa yang kita sampaikan. Sejauh ini saya melihat

sangat rendahnya kesadaran mereka untuk belajar berseloko, saya takut

ketika yang tuo-tuo sudah meninggal, seloko ini benar-benar hilang

didesa kita tercinta ini.7

Sebagai salah satu kebudayaan daerah, yang juga merupakan salah satu

identitas negeri yang seharusnya kita kita lestarikan karena jika tidak, suatu

saat seloko adat jambi akan diklaim oleh negera lain sebagai kebudayaan

mereka. Dalam hal ini ada beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya

kesadaran masyarakat desa Lubuk Bedorong akan seloko adat seperti yang

diungkapkan bapak Muridan, tokoh masyarakat desa Lubuk Bedorong:

[K]ebudayaan luar lebih menarik dan juga kekinian, sehingga mereka

merasa kuno tradisi berseloko. Selain itu mayoritas generasi muda kita

menempuh pendidikan diluar jadi kesempatan mereka untuk belajar

berseloko juga tidak ada”.8

Oleh karena itu, seloko perlu dilestarikan karena berdampak positif

terutama bagi generasi muda untuk meningkatkan rasa bangga, rasa cinta, dan

rasa memiliki terhadap warisan budaya masyarakat khususnya terhadap seloko

6M. Amajid, Ketua Adat desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, 6 April 2018,

Kabupaten Sarolangun. 7M. Hud, Tengganai Balimo Umah Godang desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

penulis, 6 April 2018, Kabupaten Sarolangun. 8Muridan, Tokoh Masyarakat, Wawancara dengan penulis, 6 April 2018, Kabupaten

Sarolangun.

Page 17: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

5

dalam upacara adat pernikahan.9 Untuk itu perlu adanya pihak-pihak yang

bertanggung jawab untuk tetap mempertahankan adat pegang pakai masyarakat

desa Lubuk Bedorong tersebut. Seperti pemerintah, dalam hal ini peran

lembaga adat/ tokoh adat sangat diperlukan untuk mensosialisasikan,

mengajarkan, dan mendorong masyarakan agar tetap mempertahankan

pandangan hidupnya. Selain itu juga perlu adanya kesadaran dari masyarakat

itu sendiri untuk tetap mempertahankan nilai seloko sebagai adat pegang pakai

mereka sehari-hari khususnya seloko adat pernikahan.

Pernikahan menurut adat Jambi bukanlah semata-mata urusan kedua calon

mempelai, tetapi merupakan kewajiban kedua belah pihak orang tua, tuo-tuo

tengganai, nenek mamak, cerdik pandai, pimpinan formal, serta tokoh-tokoh

adat yang diatur oleh hukum adat berdasarkan kebudayaan masyarakat, agama,

dan undang-undang pernikahan. Selain itu, pernikahan merupakan suatu ikatan

lahir batin yang sakral yang mengikat kedua belah pihak suami istri dalam

kehidupan rumah tangga baik di dunia maupun di akhirat. Prosesi adat

perkawinaan masyarakat Jambi merupakan peristiwa yang sangat penting bagi

setiap anggota masyarakat. Prosesi yang sakral ini akan menentukan masa

depan suatu keluarga yang baru dalam pergaulan antarwarga dan antar

keluarga, serta akan merubah struktur warga masyarakat dengan

lingkungannya atas kehadiran keluarga baru. Untuk itu harus diawali dengan

perhatian yang penuh dari orang tua, kerabat, dan masyarakat agar pelaksanaan

pernikahan sesuai dengan tatanan adat istiadat yang berlaku.

Keluarga adalah salah satu agen komunikasi yang sangat efektif dalam

mensosialisasikan suatu hal. Menurut Teori Peluru (Butet Theory) menyatakan

bahwa media massa dianggap memiliki pengaruh yang sangat besar pengaruh

atau efek komunikasi massa terhadap khalayak.10

Teori peluru ini pertama kali dikemukan oleh Wilbur Schram, menurut

teori ini media massa memiliki kekeuatan yang sangat perkasa, dan komunikasi

dianggap pasif dan tidak tahu apa-apa. Seorang komunikator dapat

9Hasil observasi peneliti di desa Lubuk Bedorong, Tanggal 6 April 2018 10Nugraha,:Teori-peluru”diakses melalui http://media id.blogspot.co.id/2014/04/.html.1

Mei 2018

Page 18: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

6

menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang

tidak berdaya ( pasif ).

Eksistensi lembaga adat desa Lubuk Bedorong dalam melestarikan seloko

adat dalam prosesi pernikahan dilihat dalam hanya saja dalam pelaksanaannya

kurang terorganisasi dan kurangnya pengawasan dari lembaga adat tersebut.

Mereka melakukan sosialisasi seloko adat melalui rapat yang dilakukan dengan

lembaga adat dan pemberian wewenang kepada lembaga adat untuk

memberikan sosialisasi kepada anggota keluarga masing-masing. Namun rapat

rutin tersebut sekarang sudah tidak dilaksanakan lagi karena lembaga adat

merasa bahwa seloko adat akan tetap lestari dilingkungan masyarakat.

Lembaga adat desa Lubuk Bedorong sudah melakukan sosialisasi seloko

adat, namun sosialisasi yang dilakukan lembaga adat tersebut tanpa diikutu

dengan pengawasan dari lembaga adat. Hal ini menyebabkan rendahnya

pemahaman masyarakat tentang nilai-nilai seloko adat. Meskipun demikian

lembaga adat desa Lubuk Bedorong sudah melakukan pembinaan terhadap

masyarakat yang ingin belajar berseloko namun harus diakui bahwa jumlahnya

sangat sedikit namun pembinaan yang dilakukan sudah mulai aktiv dan rutin

dilakukan setiap minggunya.

Dalam pelestarain seloko adat di desa Lubuk Bedorong terdapat beberapa

kendala yang mnejadi penghambat. Adapun yang menjadi kendalanya adalah

kurangnya kesadaran masyarakat untuk belajar seloko, hal itu disebabkan

masuknya kebudayaan luar sehingga mengikiskan kebudayaan lokal, sel Untuk

mengatasi kendala yang terjadi, mengingat pentingnya pelestarian seloko adat

adapun strategi yang dilakukan lembaga adat desa Lubuk Bedorong adalah

menjadikan seloko seran komuikasi dalam kehidupan sehari-hari, membuat

perlombaan seloko adat, mencari sumber dana serta melakukan kerjasama

dengan pihak lain dalam rangka pelestarian adat.

Penulis tertarik untuk meneliti eksistensi lembaga adat dalam melestarikan

seloko adat diprosesi adat pernikahan karena seloko merupakan budaya daerah

berupa sastra lisan dan perlu dilestarikan, seloko menggunakan bahasa daerah

yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan dan mengandung ajaran moral,

Page 19: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

7

dan dalam kehidupan modern ini seloko dianggap aneh sedangkan zaman

dahulu merupakan ungkapan sehari-hari. Berdasarkan permasalahan diatas,

masalah pokok yang diangkat sebagi kajian utama dalam penelitian ini

bagaimana eksistensi lembaga adat dalam melestarikan seloko adat Jambi di

desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi

Jambi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan diatas, masalah pokok yang

diangkat sebagai kajian utama penelitian ini bagaimana eksistensi lembaga adat

dalam melestarikan seloko adat diprosesi pernikahan (desa Lubuk Bedorong,

Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi). Dalam upaya

mengkongkretkan pokok masalah tersebut, beberapa masalah krusial yang akan

diangkat melalui karya ini adalah:

1. Bagaimana eksistensi lembaga adat dalam melestarikan seloko adat

diprosesi pernikahan di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun,

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi?

2. Strategi apa yang di gunakan lembaga adat dalam melestarikan seloko adat

diprosesi pernikahan di desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun,

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi?

C. Batasan Masalah

Penelitian masalah yang berhubungan dengan barangkali sudah melimpah

dengan berbagai pendekatan yang dilakukan. Oleh karena itu untuk supaya

penelitian ini menjadi fokus terhadap persoalan yang dikaji maka dipandang

perlu membentuk suatu batasan masalah sehingga kajian tidak melebar dan

dalam rangka agar penelitian menjadi sebuah penelitian yang utuh dan

komprehensif tentang persoalan yang dibahas.

Penelitian ini membicarakan masalah keberadaan lembaga adat desa

Lubuk Bedorong dalam melestarikan seloko adat. Seloko adat yang dimaksud

adalah seloko adat dalam prosesi pernikahan di Desa Lubuk Bedorong.

D.Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Page 20: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

8

Berdasarkan batasan masalah diatas, adapun tujuan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana eksistensi lembaga adat dalam melestarikan

seloko adat dalam prosesi pernikahan di desa Lubuk Bedorong, Kecamatan

Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi

2. Untuk mengetahui strategi apa yang dilakukan lembaga adat dalam

meningkatkan kesadaran masyarakat akan seloko adat dalam prosesi

pernikahan di desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi

Lebih jauh lagi, penelitian ini juga diharapkan dapat berguna baik secara

teoritis maupun praktis. Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (SI)

dalam program studi, Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas

Dakwah, Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi

2. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan dibidang Komunikasi dan

Penyiaran Islam tentang eksistensi lembaga adat dalam melestarikan seloko

adat dalam prosesi pernikahan di desa Lubuk Bedorong, Kecematan Limun,

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

E. Kerangka Teori

Dalam melakukan penelitian, teori membantu peneliti mentukan tujuan dan

arah penelitian dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna pendekatan

metodologi kualitatif deskriftif. Teori memberikan kepada kita suatu kerangka

yang membantu dalam melihat permasalahan.

Agar pembahasan ini tidak terlalu meluas dan tepat sasaran maka penulis

perlu menganggap perlu adanya kerangka teori sebagai landasasan berfikir

guna mendapatkan konsep yang tepat dan benar dalam penyusunan skripsi

ini.Adapun teori yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Eksistensi

Page 21: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

9

Secara bahasa, istilah eksistensi diartikan sebagai “keberadaan” atau

“adanya”.11

Keberadaan atau adanya di sini dalam konteks merujuk kepada

ada atau tidak adanya pengaruh dari keberadaan sesuatu tersebut terhadap

sesuatu yang lain (benda/orang). Di samping itu, ada juga yang mengatakan

bahwa eksistensi adalah adanya kehidupan.12

Dalam konteks penelitian ini ,

eksistensi merujuk pada lembaga adat desa Lubuk Bedorong yang mana

tugas dan kewajibannya untuk melestarikan kebudayan atau adat istiadat

khususnya seloko adat dalam prosesi pernikahan yang dilakukan di Desa

Lubuk Bedorong.

Eksistensi yang bisa diartikan sebagai keberadaan. Dimana

keberadaan ini dimaksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidaknya

lembaga adat dalam pelestarian adat istiadat khususnya seloko adat di

prosesi pernikahan di desa Lubuk Bedorong.

2. Lembaga adat

a. Pengertian Lembaga Adat

Istilah lembaga adat merupakan dua rangkaian kata yang terdiri

dari kata lembaga dan adat. Kata lembaga dalam bahasa Inggris disebut

Institution yang bermakna pendirian, lembaga, adat dan kebiasaan.13

Dari

pengertian literatur ini, lembaga dapat diartikan sebagai sebuah istilah

yang menunjukkan kepada pola prilaku manusia yang mapan terdiri dari

interaksi sosial yang memiliki struktur dalam suatu kerangka nilai yang

relevan. Struktur adalah tumpukan logis lapisan-lapisan yang ada pada

sistem hukum sehingga lembaga adat adalah pola perilaku masyarakat adat

yang mapan yang terdiri dari interaksi sosial yang memiliki struktur dalam

suatu kerangka nilai adat yang relevan.

11M. A Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, (Surabaya: Karya Harapan,

2005), hal. 141. 12Tim Reality, Kamus Praktis Bahasa Indonesia: Edisi Terbaru, (Penerbit: Reality

Publisher, 2008), hal. 156. 13Ayu Mukhtaromi, dkk, Sinergi Pemerintah Daerah Dan Lembaga Adat Dalam

Melaksanakan Pelestarian Kebudayaan (Studi pada Budaya Suku Tengger Bromo Sabrang

Kulon Desa Tosari Kecamatan Tosari Kabupaten Pasuruan), Skripsi, (Fakultas ilmu

Administrasi Malang), hal. 157

Page 22: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

10

Menurut ilmu-ilmu budaya, lembaga adalah suatu bentuk

organisasi yang tersusun relatif tetap atas pola-pola kelakuan, peranan-

peranan, dan relasi-relasi yang terarah dan mengikat individu, mempunyai

otoritas formal dan sanksi hukum guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan

sosial dasar yang bersangkutan. Lembaga adalah pola organisasi untuk

memenuhi berbagai keperluan manusia, yang lahir dengan adanya

berbagai budaya sebagai suatu ketetapan. Summer telah menunjukkan

bahwa lembaga adalah suatu konsep yang ber-padu dengan struktur.

Menurut Mooney lembaga dibentuk berdasarkan cara, kebiasaan, adat

istiadat. 14

Menurut Roucek terdapat banyak jenis lembaga, salah satunya

adalah lembaga adat. Lembaga adat adalah sebuah organisasi

kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar

telah tumbuh dan berke-mbang didalam sejarah masyarakat yang

bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan

wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam wilayah hukum adat

tersebut.

Lembaga adat adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat

sesuai kebutuhan dan merpakan mitra pemerintah dalam memperdayakan

masyarakat. Lembaga adat merupakan salah satu bagian dari lembaga

sosial. Yang memiliki peran untuk mengatur hal-hal yang berhubungan

dengan adat istiadat di tempat lembaga itu berada.

Menurut Yesmil Anwar dan Adang menjelaskan bahwa, lembaga

sosial berfungsi sebagai pedoman bagi manusia dalam setiap bersikap dan

bertingkah laku. Lembaga sosial berfungsi sebagai unsur kendali bagi

manusia agar tidak melakukan pelanggran terhadap norma-norma sosial

yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Dan secara individual lembaga

sosial mempunyai fungsi ganda dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu: 1.

Mengatur diri pribadi manusia agar ia dapat bersih dari perasaanperasaan

iri, dengki, benci, dan hal-hal yang menyangkut kesucian hati nurani. 2.

14

Ibid. 158

Page 23: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

11

Mengatur prilaku manusia dalam masyarakat agar tercipta keselarasan

antra kepentingan pribadi dan kepentingan umum. Dalam hal ini manusia

diharapkan dapat berbuat sopan dan ramah terhadap orang lain agar dapat

tercipta pula suatu kedamaian dan kerukunan hidup bersama.

Sementara itu menurut Soerjono Soekanto dalam Yesmil dan Adang,

pada dasarnya lembaga kemasyarakatan mempunyai beberapa fungsi,

yaitu:15

1) Memberi pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka

harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapai masalah-

masalah dalam masyarakat yang terutama menyangkut kebutuhan-

kebutuhan yang bersangkutan.

2) Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.

3) Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian sosial (social control), yaitu sistem pengawasan dari

masyarakat terdari masyarakat terhadap tingkah laku anggotaanggotanya.

Pengertian lembaga adat menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman Penataan Lembaga

Kemasyarakatan, Lembaga Adat adalah Lembaga Kemasyarakatan baik

yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan

berkembang di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat

hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di

dalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur,

mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang

berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang

berlaku. 16

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

lembaga adat adalah suatu organisasi atau lembaga masyarakat yang

dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu yang dimaksudkan

untuk membantu pemerintah daerah dan menjadi mitra pemerintah daerah

15Ibid., 158 16Ibid., 159

Page 24: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

12

dalam memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat

yang dapat membangun pembangunan suatu daerah tersebut

b. Fungsi Lembaga Adat

Lembaga Adat berfungsi bersama pemerintah merencanakan,

mengarahkan, mensinergikan program pembangunan agar sesuai dengan

tata nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam

masyarakat demi terwujudnya keselarasan, keserasian, keseimbangan,

keadilan dan kesejahteraan masyarakat.

Selain itu, Lembaga adat berfungsi sebagai alat kontrol keamanan,

ketenteraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat, baik preventif maupun

represif, antara lain:

1) Menyelesaikan masalah sosial kemasyarakatan

2) Penengah (Hakim Perdamaian) mendamaikan sengketa yang timbul di

masyarakat. 17

Kemudian, lembaga adat juga memiliki fungsi lain yaitu :

1) Membantu pemerintah dalam kelancaran dan pelaksanaan pembangunan di

segala bidang terutama dalam bidang keagamaan, kebudayaan dan

kemasyarakatan.

2) Melaksanakan hukum adat dan istiadat dalam desa adatnya

3) Memberikan kedudukan hukum menurut adat terhadap hal-hal yang

berhubungan dengan kepentingan hubungan sosial kepadatan dan

keagamaan.

4) Membina dan mengembangkan nilai-nilai adat dalam rangka

memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional

pada umumnya dan kebudayaan adat khususnya.

5) Menjaga, memelihara dan memanfaatkan kekayaan desa adat untuk

kesejahteraan masyarakat desa adat .18

17Ayu Ariskha Mutiya. Peranan Lembaga Adat Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Piil

Pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah

Tahun 2015. 18 18 Ibid., 19

Page 25: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

13

c. Tugas dan Kewajiban Lembaga Adat

Mengacu kepada Peraturan Lembaga Adat Besar Republik Indonesia,

Lembaga Adat mempunyai hak dan wewenang sebagai berikut:

1. Mewakili masyarakat adat keluar yaitu dalam hal menyangkut

kepentingan yang mempengaruhi adat.

2. Mengelola hak-hak adat dan harta kekayaan adat untuk meningkatkan

kemajuan dan tarap hidup masyarakat kearah yang lebih baik.

3. Menyelesaikan perselisihan yang menyangkut perkara perdata dan pidana

ringan disetiap jenjang organisasi lembaga adat sepanjang

penyelesaianya itu tidak bertentangan dengan peraturan Perundangan-

undangan yang berlaku19

.

Lembaga Adat berkewajiban untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Membantu kelancaran penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan

pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan terutama dalam

pemanpaatan hak-hak adat dan harta kekayaan Lembaga Adat dengan

tetap memerhatikan kepentingan masyarakat adat setempat.

2. Memelihara stabilitas nasional yang sehat dan dinamis yang dapat

memberikan peluang luas kepada aparat pemerintah dalam melaksanakan

tugas-tugas penyelenggaran pemerintah yang bersih dan berwibawa,

pelaksana pembangunan yang lebih berkualitas dan pembinaan

kemasyarakatan yang adil dan demokratis.

3. Menciptakan suasana yang menjamin tetap terpeliharanya

kebhinnekaan masyarakat adat dalam rangka persatuan dan kesatuan

bangsa.20

Adapun tugas dan kewajiban lembaga adat yaitu :

1. Menjadi fasilitator dan mediator dalam penyelesaian perselisihan yang

menyangkut adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.

19Akhyar Mubarrok,” Bagaimana Peranan Lembaga Adat Mempertahankan Modal Sosial

Masyarakat, Studi Kasus Di Kabupaten Sarolangun,”Jurnal Ilmu Administrasi, XII, No.2, Agustus

2015, 16 20Ibid. 17

Page 26: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

14

2. Memberdayakan, mengembangkan, dan melestarikan adat istiadat dan

kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya

daerah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari budaya nasional.

3. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif

antara Ketua Adat, Pemangku Adat, Pemuka Adat dengan Aparat

Pemerintah pada semua tingkatan pemerintahan di Kabupaten daerah

adat tersebut.

4. Membantu kelancaran roda pemerintahan, pelaksanaan pembangunan

dan/atau harta kekayaan lembaga adat dengan tetap memperhatikan

kepentingan masyarakat hukum adat setempat.

5. Memelihara stabilitas nasional yang sehat dan dinamis yang dapat

memberikan peluang yang luas kepada aparat pemerintah terutama

pemerintah desa/kelurahan dalam pelaksanaan pembangunan yang lebih

berkualitas dan pembinaan masyarakat yang adil dan demokratis.

6. Menciptakan suasana yang dapat menjamin terpeliharanya kebinekaan

masyarakat adat dalam rangka memperkokoh persatuan dan kesatuan

bangsa.

7. Membina dan melestarikan budaya dan adat istiadat serta hubungan antar

tokoh adat dengan Pemerintah Desa dan Lurah.

8. Mengayomi adat istiadat

9. Memberikan saran usul dan pendapat ke berbagai pihak perorangan,

kelompok/lembaga maupun pemerintah tentang masalah adat

10. Melaksanakan keputusan-keputusan paruman dengan aturan yang di

tetapkan

11. Membantu penyuratan

12. Melaksanakan penyuluhan adat istiadat secara menyeluruh.21

21 Ibid., 24

Page 27: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

15

d. Pembinaan Lembaga Adat

Pembinaan desa adat dapat dilaksanakan dengan pola melaksanakan

ceramah-ceramah pembinaan desa adat, penyuluhan, penyuratan awig-awig

desa adat pada setiap tahunnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk

mencapai, melestarikan kesejahteraan masyarakat, dan mewujudkan

hubungan manusia dengan manusia sesama makhluk ciptaan Tuhan. Selain

itu pembinaan lembaga adat sebagai usaha melestarikan adat istiadat serta

memperkaya khasanah kebudayaan masyarakat, aparat pemerintah pada

semua tingkatan mempunyai kewajiban untuk membina dan mengembangkan

adat istiadat yang hidup dan bermanfaat dalam pembangunan dan ketahanan

nasional

e. Pembiayaan Lembaga Adat

Dana pembinaan terhadap Lembaga Adat pada semua tingkatan,

disediakan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Propinsi, Anggaran Pendapatan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten/Kota, Berta sumber-sumber lainnya yang tidak

mengikat.

Lembaga budaya diperlukan untuk menaungi kebutuhan pengembangan

adat istiadat dalam masyarakat yang beragam. Lembaga budaya di dalam

masyarakat berperan untuk pengembangan budaya, ilmu pengetahuan,

lingkungan, seni dan pendidikan pada masyarakat yang bersangkutan.

Lembaga adat diperlukan untuk pemberdayaan, pelestarian dan

pengembangan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam

rangka memperkaya budaya masyarakat serta memberdayakan masyarakat

dalam menunjang penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan.

Page 28: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

16

3. Pengertian Pelestarian

Pelestarian dalam Kamus Bahasa Indonesia berasal dari kata lestari,

yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian dalam

penggunaan bahasa Indonesia, penggunaan awalan pe- dan akhiran–an artinya

digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya (kata kerja). 22

J.M Dureau dan D.W.G. Clements dalam jurnal Eliyani Rizki

menyatakan bahwa preservasi mempunyai arti yang lebih luas, yaitu

mencakup unsur-unsur pengelolan keuangan, cara penyimpanan, tenaga,

teknik, dan metode untuk melestarikan informasi dan bentuk fisik bahan

pustaka. Istilah pelestarian meliputi 3 ragam kegiatan, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan yang ditunjukan untuk mengontrol lingkungan

perpustakaan agar dapat memenuhi syarat-syarat pelestarian bahanbahan

pustaka yang tersimpan didalamnya;

b. Berbagai kegiatan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk

memperpanjang umur bahan pustaka, misalnya dengan cara deasidifikasi,

restorasi, atau penjilidan ulang

c. Seluruh kegiatan yang berkaitan dengan usaha untuk mengalihkan isi

informasi dari satu bentuk format atau materi ke bentuk lain. Setiap

kegiatan menurut kategori-kategori tersebut itu tentu saja masih dapat

dikembangkan lagi ke dalam berbagai aktivitas lain yang lebih khusus dan

rinci.23

Berdasarkan tiga ragam istilah di atas dapat disimpulkan bahwa,

definisi pelestarian adalah seluruh kegiatan yang berkaitan dengan usaha-

usaha untuk mengontrol lingkungan perpustakaan agar dapat

memperpanjang umur bahan pustaka. Oleh karena itu, sebuah prosesatau

tindakan pelestarian mengenal strategi maupun teknik yang didasarkan pada

kebutuhan dan kondisinya masing-masing.

Lebih rinci A.W. Widjaja mengartikan pelestarian sebagai kegiatan atau

yang dilakukan secara terus menerus, terarah dan terpadu guna mewujudkan

22Ibid., 25 23Ibid., 26

Page 29: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

17

tujuan tertentu yang mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi,

bersifat dinamis, luwes, dan selektif.24

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa kegiatan pelestarian

dan kelestarian nilai-nilai piil pesenggiri adalah upaya atau kegiatan tetap

selama-lamanya tidak berubah yang dilakukan secara terus menerus, terarah

dan terpadu, guna mewujudkan tujuan dari piil pesenggiri tersebut yang

mencerminkan adanya sesuatu yang tetap dan abadi, bersifat dinamis, luwes

dan selektif.

Kebudayaan tidak bersifat statis, akan tetapi kebudayaan bersifat dinamis, ia

selalu mengalami perubahan dengan menyesuaikan perkembangan zaman.

Tanpa adanya gangguan yang disebabkan oleh masuknya unsur budaya asing

sekalipun, suatu kebudayaan dalam masyarakat pasti akan mengalami

perubahan. Oleh karena itu, kebudayaan penting untuk selalu dilestarikan dan

dijaga keberadabannya.

Dalam melestarikan kebudayaan, sangat dibutuhkan orang-orang khususnya

generasi muda yang mau peduli terhadap melestarikan budaya serta lingkungan

sekitar, dan suatu organisasi atau lembaga kemasyarakatan dirasa perlu

dibentuk guna terwujudnya suatu pelestarian budaya, agar kebudayaan yang

sudah ada dapat terus dilestarikan dan tetap terjaga keberadabannya dengan

baik.

Karena upaya pelestarian merupakan upaya memelihara untuk waktu yang

sangat lama maka perlu dikembangkan pelestarian sebagai upaya yang

berkelanjutan. Jadi bukan pelestarian sesaat, berbasis proyek, berbasis donor

dan elastic (tanpa akar yang kuat dimasyarakat). Pelestarian tidak akan dapat

bertahan dan berkembang jika tidak didukung oleh masyarakat luas dan

menjadi bagian nyata dalam kehidupan kita.

24Ibid. 27

Page 30: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

18

Pelestarian akan dapat berkelanjutan jika berbasis pada kekuatann dalam,

kekuatan lokal, kuatan swadaya. Karenanya sangat diperlukan penggerak,

pemerhati, pencinta dan pendukung dari berbagai lapisan masyarakat. Untuk

itu perlu ditumbuhkembangkan motivasi yang kuat untuk ikut tergerak

berpartisipasi melaksanakan pelestarian, antara lain:25

1) Motivasi menjaga, mempertahankan dan mewariskan warisan budaya yang

diwariskan oleh generasi sebelumnya.

2) Motivasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kecintaan generasi penerus

bangsa terhadapa nilai-nilai sejarah kepribadian bangsa dari masa ke masa

melalui pewarisan khasanah budaya dan nilainilai budaya secara nyata yang

dapat dilihat, dikenang dan dihayati.

3) Motivasi untuk menjamin terwujudnya keragaman atau variasi lingkungan

budaya.

4) Motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai budaya lokal akan meningkat

bila terpelihara dengan baik sehingga memiliki nilai komersial untuk

meningkatkan kesejateraan pengampunya.

5) Motivasi simbolis yang meyakini bahwa budaya lokal adalah manifestasi

dari jati diri suatu kelompok atau masyarakat sehingga dapat

menumbuhkembangkan rasa kebanggaan, harga diri dan percaya diri yang

kuat.

4. Pengertian Seloko

Seloko dalam bahasa Indonesia berarti seloka atau pepatah atau dengan

kata lain bisa juga disebut sebagai petuah adat. Seloko menurut masyarakat

Jambi merupakan bagian dari tuntunan dalam bermasyarakat yang

mempunyai nilai-nilai moral yang mengatur kehidupan masyarakat itu

sendiri26

.

Menurut Syukur, seloko dalam sastra lisan daerah Jambi berupa seluka

yang berasal dari bahasa sansekerta yaitu “eloka” yang merupakan suatu

25 Ibid.,30 26Muhammad Yasir, Peranan Seloko dalam Upacara Adat Perkawinan Masyarakat di Kota

Jambi,.5

Page 31: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

19

bentuk puisi dan pantun atau ungkapan-ungkapan tradisional berupa

pribahasa-pribahasa yang didalamnya terdapat seloka, sajak-sajaknya

sangat sederhana, hal ini terlihat dari jumlah baris dan suku kata,yakni

terdiri dari empat baris dengan beberapa suku kata dalam setiap barisnya

dan tidak memperhatikan persajakan.27

Pendapat lain juga diungkapkan oleh Poerwadarminta, bahwa seloka

atau seloko adalah sajak yang mengandung ajaran, sindiran dan sebagainya

yang tidak konsisten dalam pemakaian suku kata pada setiap baris dan

jumlah larik. Namun ada juga yang mengartikan seloko sebagai pantun

empat baris yang terdiri dari beberapa untaian kata yang tiap-tiap

untaiannya berhubungan dengan untaian berikutnya. Pendapat berbeda juga

diungkapkan Hookyks, bahwa seloko adalah bentuk sajak sederhana yang

terdiri dari empat baris suku kata tetapi dengan penuh pribahasa, nasehat

dan ibarat. Menurut Moeliono seloko adalah sajak yang mengandung

ajaran, sindiran yang biasanya terdiri dari beberapa larik yang bersajak a-b-

a-b yang mengandung sampiran dan isi.28

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa seloko adalah

ungkapan tradisional yang berisi nasehat, amanat, yang disampaikan oleh

pemuka adat secara lisan untuk memberikan tuntunan bagi keselamatan

anggota masyarakat dalam pergaulan hidup dan kehidupan.

5. Pengertian Pernikahan

Pernikahan dalam bahasa Arab disebut dengan al-nikah atau al-zawaj.

Secara bahasa kata al-nikah digunakan dalam makna persetubuan namun

juga bermakna akad tanpa persetubuan.29

Secara istilah kata al-nikah

mengandung makna sebuah akad yang menghalalkan bagi kedua belah

pihak untuk bersenang-senang sesuai dengan syariat.30

Meskipun terdapat

defenisi lain yang berbeda redaksinya, semua defenisi ini memberikan

pengertian yang sama bahwa objek akad pernikahan adalah memberi kan

27Ibid. 7 28Ibid. 8 29Ibid.,13 30Ibid. 14

Page 32: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

20

hak untuk bersenang-senang sesuai dnegan syariat, sehingga pernikahan

dipandang oleh manusia dan syariat bersenang-senang itu sebagai perbuatan

yang halal.

Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, pernikahan adalah

ikatan lahir batin antara pria dengan seorang wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga (Rumah Tangga)yang bahagiadan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 31

Pernikahan dianggap sah apabila

dilakuakn menurut hukum pernikahan masing-masing agama dan

kepercayaan serta tercatatoleh lembaga yang berwenang menurut

perundang-undangan yang berlaku.

Pernikahan adalah salah satu bentuk ibadah yang kesuciannya perlu

dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Pernikahan

bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia, sejahtera dan kekal

selamanya. Pernikahan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan

mental karena menikah atau kawin adalahs sesuatu yang sakral dan dapat

menentukan jalan hidup seseorang.

6. Pernikahan Menurut Hukum Adat

Menurut Hermansyah, dalam hukum adat pernikahan bukan saja

sebagai perikatan perdata tetapi juga merupakan perikatan adat dan

sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan kekeluargaan.32

Jadi

terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat

terhadap hubungan-hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban orang

tua, tetapi juga menyangkut hubungan-hubungan adat-istiadat, kewarisan

keluarga, dan kekerabatan dan ketetangaan serta menyangkut kewajiban

mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik dalam hubungan manusia

dengan Tuhannya maupun hubungan manusia dengan manusia dalam

pergaulan hidup agar selamat didunia dan selamat diakherat.

Menurut Sudiyati hukum adat pernikahan merupakan urusan kerabat,

keluarga, persekutuan, martabat, bisa merupakan urusan pribadi bergantung

31Ibid.,13-14 32Ibid.,14

Page 33: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

21

pada susunan masyarakat.33

dalam hukum adat banyak lembaga-lembaga

hukum dan kaidah-kaidah hukum yang berhubungan dengan tatanan dunia

dan diatas kemampuan manusia. Sedangkan menurut Hadikusuma,

pernikahan adat adalah pernikahan yang mempunyai akibat hukum terhadap

hukum adat yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.34

Hukum ini

telah ada sebelum perkawinan terjadi, yaitu dengan adanya pelamaran maka

timbul hak-hak dan kewajiban orang tua termasuk anggota keluarga dan

kerabat.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pernikahan adat adalah

suatu bentuk hidup bersama yang langgeng antara seorang pria dan wanita

yang diakui oleh peraturan adat.

7. Peranan Seloko dalam Prosesi Adat Pernikahan Masyarakat Jambi

Seloko merupakan bagian dari sastra yang disebut dengan tradisi lisan

yang memiliki nilai budaya dalam setiap kegiatan bermasyarakat yang

berkaitan dengan adat istiadat. Seloko digunakan dalam seluruh aspek

kehidupan, terutama dalam pelaksanaan upacara adat masyarakat jambi.

Menurut Syam, upacara adat merupakan kegiatan yang sangat penting

dalam kehidupan manusia yang diatur oleh hukum berdasarkan kebudayaan

masyarakat.35

[S]eloko digunakan dalam kehidupan masyarakat yang mengandung

nilai-nilai moral yang disampai oleh orang tua atau pemuka adat untuk

memberikan tuntunan bagi keselamatan dalam menempuh kehidupan

serta dapat menyelesaikan masalah yang timbul ditengah-tengah

masyarakat. Masyarakat Jambi memiliki tata upacara adat yang

dilaksanakan dalam berbagai peristiwa yang terjadi di dalam

masyarakat”.36

Upacara adat pernikahan adalah peristiwa yang sangat penting bagi

setiap anggota masyarakat dan merupakan ikatan lahir batin yang sakral

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

33Ibid.,15 34Ibid. 16 35Ibid., 17 36Ibid., 18

Page 34: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

22

berdasarkan ketentuan adat, ketentuan agama, dan ketentuan perundang-

undangan. Menurut Syam, dalam upacara adat pernikahan masyarakat

Jambi memiliki 11 (sebelas) tahapan dalam persiapan dan pelaksanaannya,

yaitu:37

a. Masa Perkenalan

Suatu Pernikahan diawali dengan masa perkenalan ataupun

pergaulan muda-mudi yang waktu dan tempatnya bermacam-macam,

seperti pada acara gotong-royong, acara perayaan tujuh belas Agustus,

Maulid Nabi dan sebagainya. Kebanyakan orang sebelum melangsungkan

pernikahan biasanya melakukan pendekatan terlebih dahulu, hal ini

biasanya dianggap sebagai masa perkenalan individu atau masa penjajakan

atau dianggap sebagai perwujudan rasa cinta kasih terhadap lawan

jenisnya. Masa perkenalan ini terbagi atas dua tahapan, yaitu sebagai

berikut:

1) Berusik Sirih Begurau Pinang

Berusik sirih begurau pinang adalah pertemuan antara laki-laki

dengan perempuan dan biasanya terjadi pada tempat-tempat keramaian

atau kegiatan masyarakat. Setelah berkenalan, laki-laki akan

mendatangi perempuan kerumahnya yang disebut dengan tahap

bertandang. Pada tahap ini laki-laki dan perempuan akan menggunakan

seloko untuk menyampaikan rasa cinta kasih dengan bahasa yang lebih

halus dan indah.

2) Pemilihan Jodoh

Pemilihan jodoh dilakukan sebagai langkah awal untuk

menentukan kebahagiaan hidup berumah tangga. Dalam pernikahan,

orang tua dapat memberikan pertimbangan kepada anaknya untuk

memilih pasangan hidup, hal ini dimaksudkan untuk memelihara

pertalian darah dan harta warisan datuk dan nenek. Pernikahan

37Abdoel Gafar,” Peranan Seloko Dalam Upacara Adat Pernikahan

Masyarakat di Kota JambI”, Jurnal Pena, Vol.2, NO 3 TAHUN (2012), 45-59.

Diakses melalui file:///C:/Users/Axioo/Downloads/1441-Article%20Text-2778-1-10-

20140228%20(1).pdf. Tanggal 10 April 2018

Page 35: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

23

dilangsungkan atas kehendak orang tua dan tentunya juga atas dasar

persetujuan kedua belah pihak. Pemeliharaan pertalian darah dan harta

warisan inilah yang menjadi penyebab banyaknya orang tua yang lebih

cenderung memilihkan istri atau suami untuk anaknya dari keluarganya

Setelah terjadi kesepakatan antara orang tua kedua belah

pihak.Tahapan selanjutnya dilakukan penetapan jodoh yang

pelaksanaannya dilakukan dengan cara perwakilan pihak laki-laki

datang ke rumah pihak perempuan. Dalam tahapan ini, seloko berperan

sebagai media komunikasi untuk menyampaikan maksud dan tujuan

pihak laki-laki, yaitu sebagai berikut:

b. Tegak Batuik Duduk Bertanyo

Untuk melakukan pendekatan lebih lanjut dan lebih serius, pihak

orang tua laki-laki mengutus keluarga untuk menanyakan kepada pihak

perempuan apakah si gadis telah mempunyai jodoh apa belum dan

sebagainya. Apabila telah terjadi kesepakatan, maka akan diletakkan

tando sesuai dengan adat setempat, atau disebut juga bertimbang tando.

Biasanya, untuk menentukan diterima atau tidaknya lamaran pihak laki-

laki, pihak perempuan akan menyerahkan tempat sirih dalam keadaan

kosong sebagai simbol diterimanya lamaran tersebut.

Setelah tegak batuik duduk bertanyo, dilanjutkan dengan ikat buat

janji semayo atau bertunangan. Sebelum bertunangan, pihak laki-laki dan

perempuan akan bermusyawarah untuk membicarakan tentang adat yang

akan diisi dan lembago yang akan dituang, sebab kalau menyimpang dari

kebiasaan akan menjadi gunjingan orang sekampung.

Setelah disepakati, pihak laki-laki akan membawa tepak sirih

pinang serta tanda pinangan. Tanda pinangan dapat berupa cincin belah

rotan, selembar kain, dan selembar dasar baju sesuai dengan kesepakatan.

c. Ulur Antar Serah Terimo Adat Dan Lembago

Memenuhi ketentuan adat nenek mamak pihak laki-laki berkewajiban

untuk mengisi adat dan mengantarkannya ke rumah pihak perempuan.

Kebiasaan seperti ini sudah menjadi kewajiban yang turun temurun. Pada

Page 36: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

24

tahapan ini seloko memiliki peranan sebagai media komunikasi

sebagaimana terlihat pada acara kato bejawab di halaman, yaitu tanya

jawab antara pihak laki-laki dan pihak perempuan.Selesai upacara

pelaksanaan ulur antar serah terimo adat dan lembago ini, kegiatan

selanjutnya adalah melaksanakan upacara akad nikah sesuai dengan

ketentuan syariat agama Islam.

d. Akad Nikah

Hari pelaksanaan akad nikah atau ijab kabul biasanya ditangguhkan

mendekati hari peresmian pernikahan atau hari labuh lek. Pada hari yang

sudah disepakati bersama antara nenek mamak pihak laki-laki dan

perempuan, maka dilaksanakan upacara akad nikah yang merupakan

kewajiban hukum syara.

e. Ulur Antar Serah Terimo Pengantin

Acara ulur antar serah terima pengantin dilaksanakan setelah

pelaksanaan akad nikah. Acara diawali ketika nenek mamak pihak

perempuan akan menjemput pengantin laki-laki sebelum diarak dan duduk

bersanding dengan pengantin perempuan. Penjemputan ini menggunakan

seloko sebagai media komunikasi

f. Acara Buka Lanse

Lanse adalah tabir yang berwarna putih. Lanse melambangkan

kesucian perempuan yang belum pernah dinodai. Menurut adat, sebelum

pengantin laki-laki memasuki kamar adat, dilakukan komunikasi dengan

seloko antara pihak laki-laki dengan pihak perempuan

g. Acara Adat Penuh

Setelah keluar dari kamar adat, kedua pengantin menuju timbangan

untuk melaksakan acara adat penuh. Makna yang terkandung dalam

tahapan ini adalah agar dalam mengarungi bahtera rumah tangga kedua

pengantin dapat mengambil keputusan secara matang dan berlaku adil

dalam keluarga agar kehidupan berumah tangga berjalan dengan baik.

Setelah ditimbang, kedua pengantin menaiki kepala kerbau yang

bertanduk, kaki kedua pengantin dicuci dengan santan bermanis yang

Page 37: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

25

mengandung makna bahwa kedua pengantin harus meninggalkan sifat-sifat

yang tidak baik selama mereka masih hidup sebagai bujang dan gadis.

Setelah dicuci dengan santan bermanis, kedua pengantin menaiki rumah

begonjong segi delapan. Selanjutnya, pengantin duduk bersanding di

pelaminan yang disebut dengan putero retno.

h. Penyuapan Nasi Sapat

Penyuapan nasi sapat artinya suapan terakhir dari orang tua masing

masing mempelai yang mengandung arti lepasnya hutang ibu bapak kepada

anak, yaitu mengantarkan anak menuju jenjang pernikahan.

i. Tunjuk Ajar Tegur Sapo

Tunjuk ajar tegur sapo dilakukan pada saat kedua mempelai

bersanding di putero retno. Kedua mempelai akan diberi nasehat oleh

nenek mamak dan tuo tengganai mengenai kewajiban seorang suami isteri

agar selamat dalam menjalani kehidupan berumah tangga

j. Pengumuman

Setelah acara tunjuk ajar tegur sapo, diadakan pengumuman mengenai

telah dilaksanakannya peresmian pernikahan untuk kedua mempelai. Dalam

acara ini, seloko berperan sebagai media informasi yang disampaikan oleh

pemuka adat.

k. Pembacaan doa

Pembacaan doa merupakan kegiatan terakhir yang dilangsungkan

dalam prosesi adat pernikahan masyarakat Jambi. Pembacaan doa ini

dimaksudkan agar pernikahan kedua mempelai mendapat restu dan berkah

dari Allah SWT.

8. Seloko Adat Dalam Prosesi Pernikahan

Dalam prosesi adat senantiasa dipergunakan kata-kata adat/seloko adat

dalam kata berjawab gayung bersambut yang dilakukan kedua belah pihak

nenek mamak yang terlibat dalam prosesi tersebut. Diantaranya dimukilkan

dibawah ini beberapa kata-kata adat/ seloko adat yang lazim dilakukan pada

setiap prosesi pernikahan.

Page 38: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

26

Ulur Antar Serah Terimo Pengantin

Kato Bejawab di Halaman

Yang datang : Assalamualaikum wr..wb

Yang nunggu : waalaikum salam wr..wb

Yang datang : Datuk-datuk, nenek-nenek, tuo-tuo tengganai, alim ulama ,

cerdik pandai, yang gedang bergelar, yang kecik benamo ko

gedang idak diimbau gelarnyo, nak kecik idak pulo disebut

namonyo.Ibu-ibu nan berderau gelnag ditangan nan bersentuk

cincin di jari,bekain ujung serong, yang bersanggul lipat

pandan Manolah kami sebanyak iko, kami susun jari nan

sepuluh kami tundukkan kepalo yang satu. Ampun-ampun

kepado yang tuo-tuo, minta maaf kepada yang banyak.

Yang Nunggu :Yoo... Yo

Yang Datang :Barangkali kami iko kok bajalan lah sampai ke batas,

berlayarlah sampai pulo ke pulau. Kalau bejalan lah sampai

ke batas kok berlayar lah sampai pulo ke pulau, ia boleh

kami ko berkato agak sepatah berunding agak sebaris?sebab

bak pantun anak mudo

Jauh-jauh kapa malintang

Tampak bendera luan kemudi

Dari jauh kami ko datang

Ado niat dalam hati

Yang Nunggu : Ooo.. macam itu maksudnyo, mako datuk-datuk bak kato

petuah orang tuo-tuo idak elok bercakap ditengah laman, kok

berunding sepanjang jalan, apo bunyi petuah orang tuo-tuo

kito yang sebagai mano dalam pantun seloko:

Batang belimbing ditengah laman

Uratnyo menyuruk dibawah rumah

Idak elok kita berunding ditengah laman

Elok kito naik ke atas rumah

Page 39: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

27

Hendak duo pantun seiring.

Yang datang : Macam iko datu, kami nan sebanyak iko takut kalau cepat

kaki salah lengkah, cepat tangan salah limbai, cepat mulut

salah kato, elok jugo kami betanyo,kalau naik kerumah datuk-

datuk ado iko idak larang kedengan pantangannyo.

Yang Nunggu :Ooo.. macam itu retinyo. kalau itu nan datuk-datuk

maksudkan, sebenarnyo larang dan pantang itu idak ado,cuman

yang ado dengan apaki! Yang mano yang tereco terpakai bak

kato-kato adat:

Kok tepian berpagar dengan baso

Kok rumah berpagar dengan adat

Kok halaman bersapu dengan undang

Adalah eco dengan pakai larang dengan pantang

Jadi kalau datuk-datuk bertemu dengan nan berebo jangan

dilerak, kalau bertemu yang bersawar jangan ditempuh, nan

..io...apobilo di tegur hantu rimbo demam panas, akalu ditegur

nenek mamak utang nan akan tumbuh.

Yang datang : Nah..jelaskan kami tu..dengar oleh kito nan banyak iko

oi...kalau lah macam itulah kami ko nak naik

Yang Nunggu : Silokan datuk-datuk... silokan ...

F. Metode Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif

bersifat deskriftif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud

untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek

penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi tindakan, dan lain-lain.

Secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,

pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memfaatkan berbagai metode

ilmiah38

38Moleong, Lexy J.Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung Remaja

Rosdakarya,.2010), ed.Revisi, 6

Page 40: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

28

2. Setting Penelitian

Setting/ tempat penelitian adalah lingkungan tempat atau wilayah yang

direncanakan oleh peneliti untuk dijadikan sebagai objek penelitian.

Penelitian ini dilakukan di desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun,

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi. Ada beberapa alasan kenapa

wilayah ini dipilih menjadi setting dalam penelitian ini diantaranya,lokasi

penelitian ini tidak terlalu jauh dari kediaman peneliti sehingga dapat

dikunjungi secara berkala jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

3. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah berupa informan sebagai data penelitian.

39Adapun subyek dalam penelitian ini adalah lembaga adat Provinsi Jambi,

lembaga adat desa Lubuk Bedorong, dalam hal ini yaitu ketua adat, tokoh

adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh agama desa Lubuk

Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

Teknik penentuan sampelnya adalah dengan cara purposive

sampling. Purposive Sampling adalah pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. 40

Pertimbangan tertentu dimaksud misalnya

orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan,

ataupun mungkin dia sebagai pengusaha sehingga akan memudahkan

penulis menjelajah objek/ situasi yang diteliti.

Berdasarkan data yang diperoleh masyarakat desa Lubuk Bedorong

berjumlah 812 jiwa terdiri dari 209 KK. Adapun yang menjadi Key

Informan dalam penelitian ini adalah Bapak M.Mujid, Kepala Adat desa

Lubuk Bedorong. Sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah orang yang

dianggap paling berpengalam yakni berjumlah 12 orang.

39Samsul Huda dkk. Pedoman Penelitian Skripsi Fakultas Adab- Sastra dan

Kebudayaan Islam IAIN STS Jamii, 2011. (Jambi: Fakultas Adab-Sastra dan Kebudayaan

Islam IAIN STS Jambi, 2012), 31 40Sugiyono. Metode Penelitian kualitatif, (Bandung: Alfabeta,2011), 124

Page 41: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

29

4. Sumber dan Jenis Data

a. Jenis Data

1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

narasumber atau informan yang diangap berpotensi dalam

memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya dilapangan.Data

primer adalah data utama dalam penelitian.41

Adapun data primer

dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi dan wawancara

dengan lembaga adat di desa Lubuk Bedorong. Dari hasil observasi

dan wawancara ini diperoleh data mengenai peran lembaga adat dalam

melestarikan seloko adat dalam upacara pernikahan di desa Lubuk

Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi,

meliputi:

a) Aktivitas yang dilakukan pihak lembaga adat dalam melestarikan

seloko adat dalam upacara pernikahan di desa Lubuk Bedorong,

kecamatan Limun, kabupaten Sarolangun, provinsi Jambi

b) strategi yang dilakukan pihak lembaga adat dalam meningkatkan

kesadaran masyarakat akan seloko adat dalam upacara pernikahan

di desa Lubuk Bedorong, kecamatan Limun, kabupeten

Sarolangun.

2. Data Skunder

Data skunder adalah data pendukung yang diperoleh oleh

pengumpulnya dari sejumlah literature, misanya dari biro statistik,

majalah, koran, keterangan atau publikasi lainnya.42

Adapun data

skunder dalam penelitian ini meliputi:

a) Sejarah Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi

41Tim Penyusun, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas Ushuluddin IAIN

STS Jambi.(Jambi: Fakultas Ushuluddin, 2014) 42Ibid,.

Page 42: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

30

b) Sejarah dan silsilah adat Eks. Marga Bukit Bulan (Desa Lubuk

Bedorong

c) Gambaran wilayah kultural masyarakat adat Eks. Marga Bukit

Bulan

d) Sejarah pemerintahan Bukit Bulan

e) Keadaan geografis dan demografi desa Lubuk Bedorong,

Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

f) Kelembagaan di desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun,

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

g) Visi Misi desa Lubuk Bedorong

b. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data itu

diperoleh. Pada dasarnya sumber data utama dalam penelitian kualitatif

adalah kata-kata dan tindakan. 43

Adapun Sumber data dalam penelitian

ini, meliputi:

1. Lembaga Adat Provinsi Jambi

2. Ketua adat desa Lubuk Bedorong

3. Orang Adat (tengganai balimo) desa Lubuk Bedorong, Kecamatan

Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

4. Tokoh masyarakat, tokoh agama dan Ttkoh pemuda desa Lubuk

Bedorong Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

5. Metode Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dalam studi ini mengunakan tiga teknik

yang dilakukan yaitu:

a. Observasi

Observasi (Observation) adalah suatu pengamatan terhadap objek

yang diteliti baik secara langsung maupun tidak langsung untuk

memperoleh data yang dikumpulkan dalam penelitian. Adapun observasi

yang penulis gunakan adalah non participant observation, yakni dimana

penulis tidak terlibat langsung dan hanya sebagai pengamat independent.

43Moleong, Lexy J, Op.,157

Page 43: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

31

Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui kondisi penelitian dan

juga sebagai perkenalan dan pendekatan dengan informan. Hal ini

dilakukan untuk memudahkan dalam proses wawancara, sehingga

informan lebih mudah mengungkapkan jawabannya tanpa ada rasa

canggung.

b. Wawancara

Wawancara merupakan alat pengumpul data yang sangat penting

dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia sebagai

subjek sehubungan dengan realitas atau gejalah yang dipilih untuk

diteliti.Sebelum dilakukan wawancara sebaiknya peneliti telah

mempersiapkan sejumlah pertanyaan yang disesuaikan dengan data yang

diperlukan.44

Wawancara adalah kegiatan tanya jawab yang dilakukan reporter

atau wawancara dengan narasumber untuk memperoleh informasi

menarik dan penting yang diinginkan. Sedangkan metode wawancara

adalah teknik memperoleh informasi secara langsung melalui permintaan

keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang dipandang dapat

mendirikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan.

Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan subjek

penelitian yang terdiri dari lembaga adat Provinsi Jambi, lembaga adat,

desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun,

Provinsi Jambi.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data melalui data-

data dokumenter,berupa catatan, buku dan google yang dapat membantu

memberikan informasi tentang objek yang diteliti.Studi dokumentasi

merupakan pelengkap dari metode wawancara dalam penelitian

kualitatif45

.

44Pawito.Penelitian Komunikasi Kualitatif,(Yogyakarta: LKS Pelangi Aksara, 2007), 132 45Sugiyono.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta, 2013),

240

Page 44: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

32

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah,

keadaan geografis dan demografi, kelembagaan dan juga visi dan misi

desa Lubuk Bedorong, kecamatan Limun, kabupaten Sarolangun, provinsi

Jambi

6. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan bentuk penelitian, dalam penelitian ini, analisis data

yang dilakukan sejak pengumpulan data secara keseluruhan. Data kemudian

dicek kembali, secara berulang. Adapun teknik analisis data yang dilakukan

adalah sesuai dengan fakta dan fenomena yang ada.

a. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan ditulis atau diketik dalam bentuk

uraian atau laporan yang terinci.Laporan-laporan ini perlu direduksi dan

dirangkum, karena data yang direduksi memberian gambaran yang lebih

tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah penelitian untuk

mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan.46

b. Display Data

Data yang betumpuk-tumpukan laporan dilapngan yang serba

sulit ditangani. Sulit mencari intinya karena banyaknya dan sulit melihat

detail yang banyak. Dengan demikian peneliti dapat menguasai

menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan detail, membuat

display ini juga merupakan bagian dari kegiatan analisis.

c. Kesimpulan dan Verifkasi

Sejak semula peneliti berusaha mencari makna data yang

dikumpulkan, untuk itu mencari pola, tema hubungan, persamaaan. Hal-

hal yang sering timbul, dan sebagainya. Jadi data yang diperoleh ia sejak

mula berupaya mengambil kesimpulan.

7. Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk memperoleh data yang terpercaya dan dapat dipercaya, maka

peneliti melakukan teknik pemeriksaan keabsahaan data yang didasarkan

46Kaelen, Metode Penelitian Kualitatif Intrdisipliner. (Yogyakarta: Ghalia Indonesia,

2012), 132-133

Page 45: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

33

atas sejumlah kriteria. Dalam penelitian kualitatif, upaya pemeriksaan

keabsahan data yang dilakukan lewat tiga cara yaitu:

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Jika hal ini dilakukan maka membatasi ganguan dari dampak

peneliti pada konteks, membatasi kekeliruan peneliti, dan

mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian atau peristiwa yang memiliki

pengaruh sesaat.

b. Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemikrisaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang diluar data pada pokok data itu untuk

keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan terhadap data itu.

c. Diskusi dengan Teman Sejawat

Menurut Arifullah, langkah akhir untuk menjamin keabsahan data

peneliti adalah peneliti melakukan penelitian dengan teman sejawat guna

untuk memastikan bahwa data yang diterima benar-benar real bukan

persepsi sepihak dari peneliti atau informen. Melalui cara tersebut

diharapkan peneliti mendapatkan sumbangan, masukan dan saran yang

berharga dalam meninjau keabsahan data.47

H. Definisi Konseptual dan Operasional

a. Defenisi Konseptual

a. Lembaga adat

Lembaga adat adalah suatu organisasi atau lembaga masyarakat

yang dibentuk oleh suatu masyarakat hukum adat tertentu yang

dimaksudkan untuk membantu pemerintah daerah dan menjadi mitra

pemerintah daerah dalam memberdayakan melestarikan dan

mengembangkan adat istiadat yang dapat membangun pembangunan

suatu daerah tersebut.

47Mohd Arifullah.DKK, Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahassiwa Fakultas Ushuluddin

IAIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi, (Jambi, Fak.Ushuluddin IAIN STS Jambi,2015), 68

Page 46: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

34

b. Seloko Adat

Seloko adalah ungkapan tradisional yang berisi nasehat, amanat,

yang disampaikan oleh pemuka adat secara lisan untuk memberikan

tuntunan bagi keselamatan anggota masyarakat dalam pergaulan hidup

dan kehidupan masyarakat Jambi.

2. Defenisi Operasional

a. Peranan lembaga adat

Peranan lembaga adat adalah suatu perilaku atau aktivitas yang

dilakukan berdasarkan kedudukan seseorang sesuai dengan hak dan

kewajibannya dalam suatu masyarakat adat mengenai segala urusan yang

behubungan dengan adat istiadat setempat. Peran lembaga adat disini

adalah untuk memberikan pemahaman, mengawasi dan memberikan

pembinaan terhadap pelaksaan seloko adat diupacara pernikahan

masyarakat Jambi. Adapun indikator-indikator yang dapat dijadikan tolak

ukur dalam pengukuran eksistensi lembaga sosial yaitu :

1) Memberikan pemahaman

2) Membina

3) Memberdayakan

4) Mengembangkan

5) Mengayomi

6) Melaksanakan

7) Hambatan-hambatan

b. Seloko Adat diupacara Pernikahan Masyarakat Jambi

Dalam adat Jambi seloko berisikan nasehat dan pandangan nenek

mamak, tuo tengganai, dan cerdik pandai untuk masyarakatnya.

Disamping itu seloko juga berperan sebagai norma, filsafat, landasan, dan

penegas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan masyarakat serta

berfungsi sebagai media untuk menciptakan suasana yang akrab dan

mengandung nilai estetika dalam berbahasa sehingga terwujud kehidupan

Page 47: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

35

bermasyarakat yang memiliki rasa persatuan yang kuat dan hormat

menghormati.

Upacara adat pernikahan adalah peristiwa yang sangat penting bagi

setiap anggota masyarakat dan merupakan ikatan lahir batin yang sakral

antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan

tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketentuan adat, ketentuan agama, dan ketentuan perundang-

undangan. Menurut Syam, dalam upacara adat pernikahan masyarakat

Jambi memiliki 11 (sebelas) tahapan dalam persiapan dan pelaksanaannya,

yaitu: Masa perkenalan, tegak batuik duduk bertanyo, ulur antar serah

terimo adat dan lembago, akad nikah, ulur antar serah terimo pengantin,

acara buka lanse, acara adat penuh, penyuapan nasi sapat, tunjuk ajar tegur

sapo, pengumuman, dan pembacaan doa. Adapun indikator-indikator yang

dapat mengukur pelestarian seloko adat diupacara adat pernikahan

masyarakat Jambi, yaitu:

1) Masa perkenalan

2) Tegak batuik duduk bertanyo

3) Ulur antar serah terimo adat dan lembago

4) Akad nikah

5) Ulur antar serah terimo pengantin

6) Acara buka lanse

7) Acara adat penuh

8) Penyuapan nasi sapat

9) Tunjuk ajar tegur sapo

10) Pengumuman

11) Pembacaan doa

G. Studi Relevan

Berdasarkan penelusuran penulis, terdapat beberapa karya yang

membicarakan tentang pelestarian atau seloko adat Jambi. Seperti skripsi yang

di tulis oleh Ayu Ariskha Mutiya dengan judul Peranan Lembaga Adat Dalam

Melestarikan Nilai-Nilai Piil Pesenggiri Di Desa Gunung Batin Udik

Page 48: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

36

Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2015.48

Didalam penelitian ini menguakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan

data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi lapangan,

dokumentasi kegiatan, refrensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Hasil

penelitian ini menunjukan bahwa peranan lembaga adat dalam melestarikan

nilai-nilai piil pesenggiri dilakukan secara tidak langsung, pemberian

pemahaman melalui penyimbang adat dan menjadi teladan. Hambatan yang

dihadapai dalam upaya pelestarian ini adalah faktor tempat, biaya, kesadaran

masyarakat, dan partisipasi pemerintah desa serta generasi muda.

Penelitian ini hampir sama dengan penulis. Sama-sama mengambarkan

bagaimana peran lembaga adat dalam melestarikan adat suatu daerah.

Perbedaanya dalam penelitian ini penulis fokus membahas seloko adat

pernikahan di desa Lubuk Bedorong, Kec. Limun, Kab. Sarolangun, Provinsi

Jambi. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ayu Ariska Muthiya

membahas adat pegang pakai atau pandangan hidup yang disebut dengan nilai-

nilai piil Pisenggiri masyarakat gunung Batin Udik Kecamatan Terusan

Nunyai Kabupaten Lampung Tengah

Selanjutnya skripsi yang dibahas oleh Febri Kurniawan dengan judul

Peranan Meseum Jambi dalam Melestarikan Benda-benda Bersejarah. Skripsi

ini hampir sama dengan penulis yaitu sama-sama mengunakan metode

kualitatif bersifat deskriftif dan juga teknis pengumpulan data melalui metode

observasi, wawancara dan dokumentasi. Namun disini penelitian yang

dilakukan Febri Kurniawan mengunakan anlaisis domain, taksonomis,

kompersioal dan tema budaya. 49

Sedangkan dalam penelitian ini penulis

mengunakan teknis analis adata dengan reduksi,display, penarikan kesimpulan

dan verifikasi.

48Ayu Ariskha Mutiya. Peranan Lembaga Adat Dalam Melestarikan Nilai-Nilai Piil

Pesenggiri di Desa Gunung Batin Udik Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung

Tengah Tahun 2015. Skripsi, (Bandar Lampung: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

2015) 49Febri Kurniawan, Peran Meseum Jambi dalam Melestarikan Benda-Benda Bersejarah

.Skripsi (Jambi: Fakultas Adab dan Kebudayaan Islam, 2015)

Page 49: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

37

Selain itu penulis juga menjadikan skripsi Deva Andrian Aditya sebagai

studi relevan dengan judul Pelestarian Kesenian Lengger di Era Modern (Studi

Kasus Kelompok Kesenian Taruna Budaya Desa Sendangsari Kecamatan

Garung Kabupaten Wonosobo. Penelitian ini hampir sama dengan penulis yaitu

sama-sama mengunakan metode kulaitatif bersifat deskriftif dengan tujuan

Mendeskripsikan bentuk pelestarian Kesenian Tari lengger di era modern,

Mengetahui faktor pendorong dan penghambat serta solusi atas faktor

penghambat yang dialami oleh kelompok kesenian Taruna Budaya.50

Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan bagaimana peran lembaga

adat dalam melestarikan seloko adat diupacara pernikahan di desa Lubuk

Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi,

selanjutnya itu apa kendala serta juga juga upaya yang dilakukan lembaga adat

dalam melestarikan seloko adat diupacara pernikahan di desa Lubuk Bedorong,

Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi.

50Deva Andrian Aditya, Pelestarian Kesenian Lengger di Era Modern (Studi Kasus

Kelompok Kesenian Taruna Budaya Desa Sendangsari Kecamatan Garung Kabupaten

Wonosobo.Skripsi (Semarang: Fakultas Ilmu Sosial, 2015)

Page 50: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

38

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Desa Lubuk Bedorong

Desa Lubuk Bedorong adalah desa tua yang telah ada semenjak abad ke-

19.pada tahun 1926, ketika sistem pemerintahan marga yang dibentuk oleh

pemerintahan koloniel Belanda mulai ditetapkan. Lubuk Bedorong adalah

sebuah kampung yang masuk dalam kesatuan marga Bukit Bulan. Pada masa

itu kampung Lubuk Bedorong dipimpin oleh seorang Penghulu Batin,

sedangkan marga Bukit Bulan dipimpin oleh seorang Pesirah dengan

kedudukan pusat pemerintahan berada di desa Meribung.

Berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979, tentang

pemerintahan desa, berdampak pada perubahan sistem pemerintahan marga

Bukit Bulan. Pada tahun 1983, marga Bukit Bulan dihapuskan dan diganti

menjadi sistem pemerintahan desa. Pada masa itu wilayah eks marga Bukit

Bulan dibentuk sepuluh desa, yang berasal dari delapan kampung yang telah

ada sebelumnya dan dua desa bentukan baru

Keberadaan sepuluh desa di eks marga Bukit Bulan hanya berlangsung

selama satu dekade. Pada tahun 1993, sepuluh desa yang ada dilebur sehingga

hanya terdapat lima desa diwilayah eks marga Bukit Bulan. Pada peleburan

tersebut, desa Temalang dan desa Lubuk Bedorong melebur menjadi satu desa,

dengan tetap memakai nama desa Lubuk Bedorong, Sedangkan desa Temalang

berubah menjadi dusun Temalang yang merupakan bagian dari desa Lubuk

Bedorong. Saat ini desa Lubuk Bedorong, bersama empat desa eks marga

Bukit Bulan lainnya (desa Meribung, Napal Melintang, Mersip dan Berkun)

adalah desa-desa secara administrative masuk dalam kecamatan Limun berada

dikawasan hulu Kabupaten Sarolangun.

Pada tahun 2013, dusun Temalang memisahkan diri dari desa Lubuk

Bedorong dan diganti dengan dusun Rena Mane (perkampungan Suku Anak

Dalam) sehingga sekarang Lubuk Bedorong terdiri atas tiga dusun,yaitu dusun

38

Page 51: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

39

Lubuk Bedorong, dusun Sungai Binjai, Lapangan Hijau dan dusun Rena Mane

(Tepian Ratu).51

Sesuai dengan kondisi atau keadaan masa itu, maka dibentuklah

kelompok-kelompok yang dinamakan dengan kalobu. Setiap kalobu dipimpin

oleh seorang kepala kalobu yang dinamakan dengan Tuo tenganai atau orang

yang dituakan didalam kalobu tersebut. Apabila terjadi suatu permasalahan

disebuah kalobu maka tengganai kalobu tersebut yang akan menyelesaikannya.

Tenggnai lain tidak bisa menyelesaikannya.52

Ada lima kolobu yang terdapat di Desa Lubuk Bedorong.

1. Kelobu Samauang berasal dari keturunan Lubuk Mas

2. Kalobu Sialang berasal dari dusun Kancung

3. Kalobu Lubuk Pondam berasal dari Desa Remban

4. Kalobu Umah Tongah berasal dari Minang Kabau

5. Kalobu Umah Godang bersal dari Minang Kabau

Dari kelima kalobu tersebut yang merupakan kalobu asli desa Lubuk

Bedorong adalah kalobu umah tongah dan kalobu umah godang. Sedangkan

kalobu samauang, sialang dan lubuk pondam adalah pendatang.

B. Sejarah Dan Silsilah Adat Eks. Marga Bukit Bulan (Desa Lubuk

Bedorong)

Pada abad 13-14 M terjadi migrasi beberapa orang perantau dari kerajaan

Minangkabau ke kawasan Sarolangun, melalui izin dari kesultanan jambi kala

itu. Dengan perjanjian “ ka aia babungo pasia ka tobing babungo kalam ka

darat babungo amping” dan membayar pajak. Kawasan Bukit Bulan adalah

salah satu kawasan yang di pilih masyarakat Mingkabau kala itu, mengiat

Bukit Bulan adalah salah satu derah yang menghasilkan emas terbesar di

Sumatra. Dikatakan oleh Mochtar Naim dalam bukunya Pola Migrasi suku

Mingkabau adalah dilatar belakangi oleh ekonomi dan pendidikan.53

51Komunitas Konservasi WARSI, (Profil Desa Lubuk Bedorong, 2010),1-2 52Zawawai. Tengganai Balimo Sialang, Wawancara dengan penulis, 23 Mei 2018.

Kabupaten Sarolangun. 53M. Muallimin, Eksistensi Hukum Adat dalam Penyelesaian Kasus Pencurian Karet

Milik Masyarakat di Eks Marga Bukit Bulan. Skripsi, (Jambi: Fakultas Syari’ah,2016), 32

Page 52: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

40

Berbagai versi menyebutkan tentang tujuan mereka melakukan migrasi

tersebut di antaranya ada yang menyebutkan tujuan mereka untuk

menyebarkan agama islam, ada juga yang mengatakan tujuan mereka adalah

untuk mencari penghidupan karena di daerah ini banyak mengandung emas, ini

di buktikan dengan banyak nya bekas tambang di sungai Sipa salah satu sungai

di desa Lubuk Bedorong (masyarakat Batin). Di samping itu daerah ini cukup

subur pula untuk bercocok tanam.

Dari hasil penulusuran dengan beberapa orang tokoh adat di kawasan

Bukit Bulan ini yang merupakan keturunan lansung dari perantau

Minangkabau, di antara beberapa orang perantau atau di sebut orang penghulu

adalah:

Tabel 1 Nama Nenek Moyang Penghulu Masyarakat

Eks. Marga Bukit Bulan

NO NAMA GELAR MENETAP SELAMA

HIDUP

1 Datuk Mangkuto

Alam Penghulu Lareh Dusun Temalang

2 Datuk Mangkuto Sati Penghulu Sakti Dusun Sungai Beduri

3 - Penghulu Batu Dusun Meribung

4 Datuk Rajo Nan Sati Datuk Rajo Intan Dusun Mersip

5 Singo Marajo Datuk Sati Mangku

Rajo Dusun Napal Melintang

Sumber: Skripsi M. Muallimin, Eksistensi Hukum Adat dalam Penyelesaian Kasus

Pencurian Karet Milik Masyarakat di Eks Marga Bukit Bulan. Jambi: Fakultas Syari’ah, 2016

Page 53: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

41

Tabel 2 Nama Nenek Moyang Batin Masyarakat

Eks. Marga Bukit Bulan

NO NAMA GELAR MENETAP SEMASA

HIDUP

1 Bagindo Suman Bagindo Suman Dusun Lubuk Bedorong

2 - Pangi Batin Dusun Pangi, Manggis

3 - Batin Berkun Berkun s/d Bukit Lintang

Sumber: Skripsi M. Muallimin, Eksistensi Hukum Adat dalam Penyelesaian Kasus

Pencurian Karet Milik Masyarakat di Eks Marga Bukit Bulan. Jambi: Fakultas Syari’ah, 2016

Dari ketiga orang inilah berkembangnya generasi masyarakat Batin di

Bukit Bulan, tapi disisi lain banyak diakui oleh lembaga adat bahwa untuk

adat istiadat pegang pakai Batin di Bukit Bulan hampir punah, ini bisa di

buktikan keseharian mereka. Hal ini dikarenakan masyarakat Batin berada di

tengah-tengah masyarakat penghulu yang berada di Bukit Bulan, kecuali Batin

rio paniti di dusun Lubuk Bedorong yang masih berpegang teguh ke pegang

pakai Batin

C. Gambaran Wilayah Kultural Masyarakat Adat Marga Bukit Bulan

Menurut sejarah di Bukit Bulan pada masa pendudukan Hindia Belanda

telah di bentuk satu pemerintahn lokal yang di sebut marga yang di pimpin

oleh pasirah. Pemeritahan marga Bukit Bulan pada masa itu di bagi ke delapan

kampung, yang terbagi atas tiga kampung batin dan lima kampung penghulu.

Dengan kata lain” Bukit Bulan kampung nan lapan, dengan slogan “Bukit

Bulan bumi batin jo penghulu”. Seperti yang diungkap Bahtiar Tokoh

Masyarakat Lubuk Bedorong tiga batin itu adalah Batin rio paniti, Batin pangi

batin, dan Batin berkun dan Lima penghulu adalah Penghulu lareh, Penghulu

sakti, Penghulu batuah, Penghulu datuk sati mungko rajo dan Penghulu datuk

rajo intan

Dengan berlakunya undang-undang pemerintahan desa ke delapan

kampung ini di satukan menjadi lima desa. Pada masa itu masyarakat daerah

sangat tenteram dan makmur dengan sumber daya alam yang melimpah dan

bentang alam yang memberikan anugrah yang melimpah mulai dari emas yang

Page 54: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

42

bisa di dulang, hingga ke hutan yang subur untuk becocok tanam yang

terdapat Bukit Bulan.

Menurut pengakuan tokoh masyarakat dan lembaga adat di Bukit Bulan

bahwa nenek moyang mereka berasal dari wilayah kerajaan pagaruyung

Sumatra Barat yang diperkirakan mulai datang ke wilayah Bukit Bulan

diantara abad ke 13 hingga 14 masehi, mereka menuju tempat ini dengan

tujuan untuk mencari emas.

Setelah melalui proses akulturasi dan adaptasi yang panjang, pada saat ini

sisa-sisa peradaban masa lalu masih tersimpan di beberapa tempat di kawasan

ini, pada umumnya peninggalan tersebut menunjukan kebesaran budaya

Minangkabau pada masanya.

Dengan latar belakang budaya pada masa itu yang masih berbeda dengan

masyarakat Melayu Jambi yang telah lama menetap di sekitar kawasan,

masyarakat Bukit Bulan pada masanya tidaklah pernah mengalami konflik

denga masyarakat yang sudah lama menetap di sana, pada masanya pula dan

sampai di kenal masih sekarang masyarakat Bukit Bulan biasa di sebut dengan

penghulu, yang membuktikan bahwa di Bukit Bulan ada keturunan dari

Minangkabau dengan kata lain “ Adat dari Minang Kabau taliti di Jambi54

.

Sebenarnya sebutan penghulu itu berasal dari daerah Minangkabau merupakan

gelar pemimpin yang membawahi beberapa kalbu.

Di sisi lainnya, di Bukit Bulan di kenal pula bagian masyarakat yang

menyebut keberadaan mereka dengan masyarakat batin. Masyarakat batin ini

sudah menetap di kawasan ini jauh sebelum kedatangan masyarakat penghulu.

Maka di sini lah masyarakat penghulu mulai menerapkan adat Minangkabau,

apa yang di maksud dengan adat dari Minangkabau taliti di jambi artinya adat

pegang pakai yang di bawa masyarakat penghulu dari Minangkabau di taliti

(kaji ulang) di Jambi. Karena itu lah adat pegang pakai masyarakat penghulu

dan batin tidak banyak berbeda, Masyarakat batin dan penghulu di Bukit

54Muridan, Tokoh Masyarakat desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis, 30

Mei, 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 55: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

43

Bulan mereka sesuku dan selembago namun tidak tidak seadat dan spesako55

.

perbedaan adat batin dan penghulu hanya tunak tani, pintak pinto56

.

Dalam proses sejarah, terdapat bukti bahwa telah terjadi akulturasi antara

masyarakat batin dan penghulu di kawasan ini. di satu sisi eksistensi

masyarakat penghulu yang ikut membawa agama Islam ke daerah ini, telah

membuat penerimaan yang baik pada masyarakat setempat, di tambah lagi

dengan hadirnya tekhnologi mata pencarian yang baru yakni alat untuk

menambang emas, untuk mencari emas yang melimpah ruah di kawasan Bukit

Bulan ini. membuat mereka cepat di terima di daerah ini.

D. Sejarah Pemerintahan Bukit Bulan

Dalam menjalani sistem pemerintahan di sebuah daerah, maka di perlu

sistem yang di akui, baik itu secara adat maupun secara keseluruhan, maka

dari itu masyarakat Bukit Bulan mempunyai tiga sistem pemerintahan adalah :

1. Masa Pemerintahan Pemuncak

Dari hasil kajian yang telah dilakukan sebelumnya melalui

penelusuran terhadap kajian manuskrip sejarah yang masih disimpan oleh

beberapa tokoh masyarakat adat di Bukit Bulan didapatkan fakta bahwa

bentuk sistem pemerintahan pertama di Bukit Bulan disebut dengan

pemuncak yang dipimpin oleh kepala kampung. Pemuncak adalah sistem

pemerintahan lokal pada masa itu untuk mengakomodir keberadaan

masyarakat. Ketika Belanda mengusai Jambi pada tahun 1906, Kesultanan

Jambi dibubarkan oleh Belanda dan wilayah Jambi di bagi menjadi 12

marga (onderdistrict) berdasarkan hukum adat. Dasar pembagian itu

adalah IGOB (inlandsche gemente ordonatie buitengeweaten) yang

mengatur bentuk pemerintahan Hindia Belanda diluar pulau Jawa. Marga-

marga tersebut adalah onderdistrict Sarolangun (Sarolangun, Pelawan

dan Batin VIII), onderdistrict Limun (Cermin nan Gedang, Datuk nan

Tigo dan Bukit Bulan), onderdistrict Batangasai (Batangasai, Batang

55M.Muallimin, Eksistensi Hukum Adat dalam Penyelesaian Kasus Pencurian KareMilik

Masyarakat di Eks Marga Bukit Bulan, 35 56M.Tiar. Tokoh Masyarakat desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis, 30 Mei,

2018, Kabupaten Sarolangun

Page 56: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

44

Hungemban dan Sungai Pinang), onderdistrict Pauh (Batin IV, Simpang

III dan Air Hitam).

Sejak pembubaran Kesultanan, di Jambi berlaku dua macam hukum

tata negara yang berbeda satu sama lain, yaitu hukum atas dasar kehidupan

yang mengatur hubungan kesultanan dengan pemerimtahan Hindia

Belanda seperti bentuk dan besaran pajak serta hukum adat yang mengatur

pemerintahan kesultanan yang hanya berlaku didalam kesultanan jambi.

Artinya pada masa itu ada dua hukum yang berlaku. untuk hal yang

berkaitan dengan keputusan politik dan administrasi negara menggunakan

hukum Belanda, sementara untuk mengatur kehidupan sosial masyrakat

masih dipergunakan hukum adat yang berlaku ditengah-tengah

masyarakat.

2. Masa Pemerintahan Marga

Pada awal abad ke-19 pasca dibubarkan kesultanan Jambi oleh

pemerintahan Hindia Belanda kala itu maka dibentuklah kesatuan hukum

adat (rechtgemeenschap) yang disebut dengan Marga, hal ini dilakukan

untuk memudahkan administrasi dari pemerintahan Hindia Belanda masa

itu. Pemerintahan Marga di pimpin oleh Pasirah yang di pilih secara

demokratis oleh semua masyarakat adat di eks Marga Bukit Bulan

khususnya yang laki-laki. Bagaimana yang diungkapkan oleh Arel

Sesepuh desa Lubuk Bedorong: Sistem pemilihan Pasirah adalah

menggunakan sistem demokratis dengan cara semua kandidat pasirah

berdiri di depan dan diikuti oleh pendukungnya, siapa paling banyak atau

paling panjang kebelakang itulah pemenangnya. Adapun pasirah yang

pernah memimpin marga Bukit Bulan adalah:

Page 57: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

45

Tabel 3

Pasirah Yang Menjabat di Bukit Bulan

No Nama Masa Jabatan

1 Pasirah Ma ajam 25 tahun

2 Pasirah H. Fudin 15 tahun

3 Pasirah H. Maksun 10 tahun

Sumber : Nuraliyah, Desa Lubuk Bedorong 1979-1999, Skripsi Unbari 2012

Jabatan pasirah merupakan struktur tertinggi ditingkat marga, sebagai

kepala pemerintahan tertinggi ditingkat marga fungsi dan wewenangnya

mencakup berbagai hal yang menyangkut dalam pemerintahannya.

Sebagai seorang pasirah bukan hanya mengatur tentang kelembagaan

pemerintahan saja akan tetapi mempuyai kekuasaan untuk mengatur

kelembagaan adat di tingkat lokal. Adapun tugas –tugas pasirah adalah :

1. Menjamin lancarnya roda pemerintahan di marganya

2. Mengatur dan mengadakan rapat dengan kepala kampung, cerdik

pandai, alim ulama dalam marga untuk memperbincangkan tentang

keamanan, kebersihan, pendidikan, kesejahteraan sosial, persatuan,

adat dan agama

3. Menghadiri sidang, baik sidang adat maupun sidang yang dilakukan

oleh pemerintahan Hindia Belanda

4. Ikut mengsukseskan lancarnya jalan pemerintahan di dalam marganya

5. Menglola keuangan marga

6. Ikut berpartisipasi dalam setiap pembangun dalam marga berusaha

menciptakan ketertiban dan keamanan jalan pemerintahan

7. Menyelesaikan perkara adat, dengan tulus dan ikhlas dengan jalan

musyawarah untuk mencari jalan mufakat

8. Menanamkan rasa persatuan dan hormat menghormati antara kepala

kampug yang ada di marga

9. Menanamkan nilai adat dan melestarikannya sebagai pusako marga,

dengan cara tetap menjalankan adat istiadat lamo pusako usang.

Page 58: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

46

Fungsi dan tugas pasirah bukan hanya mengatur kemasyrakatan dari

segi pemerintahan saja, akan tetapi juga meliputi tatanan kemasyrakatan,

sehingga jika ada persoalan dalam penyelesaian persoalan adat istadat.

Jadi pasirah inilah yang merupakan pemimpin utama di tatanan

masyarakatnya.

3. Masa Pemerintahan Desa

Selaras dengan perkembangan sistem pemerintahan di indonesia,

setelah berlakunya Undang-undang No. 5 tahun 1979 tentang

pemerintahan desa, maka pada tahun 1983 marga Bukit Bulan dihapuskan

dan berubah menjadi sepuluh desa. Pada tahun 1993 dilakukan

penggabungan desa tersebut menjadi lima desa yakni desa Lubuk

Bedorong, Meribung, Napal Melintang, Mersip dan Berkun, pada tahun

2013 di tambah menjadi 6 desa yaitu Desa temalang. Keenam desa

tersebut menjadi bagian dari 14 desa di kecamatan Limun kabupaten

Sarolangun. keberadaan desa tersebut masih eksis sampai sekarang.

Secara yuridis masyarakat hukum adat diakui melalui undang-undang

Dasar 1945, namun pelaksanaannya di atur dalam Undang-undang

Republik Indonesia nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa. Di

dalam konsiderans “menimbang” sub b dikatakan, bahwa :

“Sesuai dengan sifat Negara Kesatuan Republik Indonesia maka

kedudukan pemerintahan Desa sejauh mungkin diseragamkan, dengan

mengindahkan keragaman keadaan Desa dan ketentuan adat istiadat yang

masih berlaku untuk memperkuat pemerintahan Desa agar makin mampu

menggerakkan masyarakat dalam partisipasinya dalam pempangunan dan

menyelenggarakan administrasi desa yang makin meluas dan efektif”57

Dari penjelasan diatas dapat dinyatakan bahwa keadaan pemerintahan

desa sekarang ini adalah sebagai akibat pewaris dari Undang-undang lama

yang pernah ada, yang mengatur desa, yaitu Inlandsche Gemeente

Ordonnantie (IGO) Stbl 1906 nomor 83 yang berlaku untuk Jawa dan

57Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2002

h.111-112

Page 59: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

47

Madura dan Inlandsche Gemeente Ordonnantie Buitengewest (IGOB)

Stbl 1938 nomor 490 jo Stbl 1938 nomor 681 yang berlaku di luar Jawa

dan Madura.

Walaupun sistem pemerintahan di rubah melalaui undang–undang

pemerintahan desa tapi adat di eks marga Bukit Bulan adat masih eksis

sampai sekarang. Hal ini dibuktikan dengan adanya lembaga adat desa

yang termasuk dalam struktur organisasi pemerintahan desa yang berada

di Bukit Bulan dan ditambah lagi dengan adanya tengganai kalobu dan

tengganai belimo yang masih eksis hingga sekarang di desa Lubuk

Bedorong.

E. Keadaan Geografis dan Demografi Desa Lubuk Bedorong

1. Geografis

Secara administrative, desa Lubuk Bedorong berada di Kecamatan

Limun, Kabupaten Sarolangun,Provinsi Jambi. Desa Lubuk Bedorong

memiliki luas wilayah 71 k atau sebesar 8,83% dari luas keseluruhan

kecamatan Limun. Wilayah administrative desa terbagi tiga dusun yaitu

dusun Lubuk Bedorong, dusun Sungai Binjai dan dusun Rena Mane. Desa

Lubuk Bedorong memiliki batas administrative dengan wilayah-wilayah

berikut:

a. Batas Utara : Desa Panca Karya

b. Batas Selatan : Desa Meribung dan Desa Berkun

c. Batas Barat : Hutan Lindung, Kecamatan Batang Asai

d. Batas Timur : Desa Tanjung Raden dan Desa Kudis

Secara Geografis desa Lubuk Bedorong terletak dianatara 02 ’41.7”

LU dan diantara 102ْ24’54 BT sampai dengan102ْ07’19.20” BT.Desa

Lubuk Bedorong berada di ketinggian 150 – 650 meter dari permukaan laut

dengan curah hujan tahunan lebih 3.000 mm pertahun. Topologi wilayah ini

umumnya berbukit dengan tingkat kelerengan bervariasi dari 5-15 % sampai

> 40 % dengan jenis tanah dominan padzolik merah kuning dan litasol

Desa Lubuk Bedorong memiliki orbit (jarak dari pusat pemerintahan )

sejauh 40 km dari pusat kecamatan, 65 kilometer dari pusat kabupaten dan

Page 60: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

48

235 kilometer dari ibu kota provinsi. Akses untuk menuju desa dapat

ditempuh melalui jalan darat yang dapat dilalui kendaran roda dua maupun

roda empat. Pada saat sekarang kondisi jalan yang beraspal yang

menghubungkan ibu kota dengan kecamatan dengan desa banyak yang

rusak sehingga waktu tempuh untuk keluar dan masuk desa relative lama

dan sangat tergantung dengan cuaca.58

2. Demografi

Jumlah penduduk desa Lubuk Bedorong berdasarkan data monografi

desa tahun 2017, penduduk desa Lubuk Bedorong terdiri atas jiwa dan

kepala keluarga (KK). Secara lengkap distribusi penduduk berdasarkan

wilayah dapat dilihat pada tabel dibawah ini.59

Tabel 4 Jumlah dan Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bedorong

Berdasarkan Jumlah Jiwa Pada Tahun 2017

No

Nama Dusun

Jumlah Jiwa

L P

1 Lubuk Bedorong 94 88

2 Sungai Binjai 109 100

3 Lapangan Hijau 106 97

4 Tepian Ratu 106 112

Jumlah 812

Tabel 5 Jumlah dan Distribusi Penduduk Desa Lubuk Bedorong

Berdasarkan Kepala Keluarga (KK) Pada Tahun 2017

No Nama Dusun Jumlah Kepala Keluarga (KK)

58Meri Rovida. Literasi Agama Kristen Komunitas Adat Terpencil di Desa Lubuk

Bedorong, Kecamatan Limun, Kabuapten Sarolangun, Provinsi Jambi. Skripsi. (Jambi: Fakultas

Adab dan Humaniorah, 2015),48-49 59 Desa Dalam Angka.(Lubuk Bedorong, 2018), 2-3

Page 61: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

49

1 Lubuk Bedorong 48

2 Sungai Binjai 58

3 Lapangan Hijau 47

4 Tepian Ratu 56

Jumlah 209

F. Kelembagaan Desa

Di desa Lubuk Bedorong terdapat beberapa kelembagaan desa, baik

lembaga resmi maupun lembaga yang tidak resmi (kelompok-kelompok yang

dibentuk masyarakat). 60

1. Lembaga Resmi

Adapun lembaga resmi terdiri dari pemerintahan desa (Pemdes),

badan permusyawaratan desa (BPD), Lembaga pemberdayaan masyarakat

(LPM), dan pembina kesejahteraan keluarga (PKK).Pemerintahan desa

Lubuk Bedorong merupakan lembaga yang terdiri dari Pemdes dan BPD

menjadi penyelenggara pemerintah desa. Kedua lembaga ini mempunyai

tugas sebagai apresiasi masyarakat dan membuat aturan serta keputusan

yang mengakomodir kepentingan masyarakat. Pemerintahan desa Lubuk

Bedorong dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih secara demokratis

oleh masyarakat.

Dalam menjalankan roda pemerintahan seorang kepala desa dibantu

oleh seorang sekretaris desa (Sekdes) dan perangkat desa lainnya yang

terdiri dari kepala urusan (Kaur) Pemerintah, Kaur Pembangunan, dan Kaur

Umum. Selain itu penyelenggaraan pemerintah di desa Lubuk Bedorong

juga dibantu oleh tiga orang kepala dusun (Kades) dan delapan orang ketua

rukun tetangga (RT).

BPD mempunyai peran penting dalam membantu pemerintahan desa

untuk merencanakan arah pembangunan desa. Di desa Lubuk Bedorong,

BPD cukup aktif membantu pemerintahan desa dalam merencanakan

pembangunan yang tergambar dari peran yang dilakukan dalam pengajuan

60 Komunitas WARSI, ibid., 41-44

Page 62: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

50

usulan pembangunan desa, baik usulan kepada pemerintah yang tertuang

dalam rencana pembangunan desa ataupun kepada beberapa sumber

pembangunan lainnya. Selain membuat rencana pembangunan, BPD dan

Pemdes juga membuat peraturan desa, seperti peraturan desa Lubuk

Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten Sarolangun Nomor 01 tahun

2006 tentang pengolahan hutan desa

Tabel 6 Struktur Organisasi Desa Lubuk Bedorong

2. Lembaga Non Resmi

Di desa Lubuk Bedorong terdapat beberapa lembaga tidak resmi

atau kelompok-kelompok yang dibentuk oleh masyarakat. Saat ini

lembaga tidak resmi yang ada di desa Lubuk Bedorong terdiri dari

lembaga adat, kelompok tani, karang taruna dan kelompok pengajian.

Beberapa lembaga lain yang masih berperan aktif seperti lembaga adat,

kelompok tani dan pengajian.

Lembaga adat masih cukup berperan didalam kehidupan

masyarakat sehari-hari. Peran lembaga adat dalam pengelolaan sumber

daya alam tercermin dari keberadaan hutan adat, hutan desa dan lubuk

larangan desa Lubuk Bedorong. Di desa Lubuk Bedorong, terdapat juga

kelompok tani yang dibentuk setiap dusun, namun kelompok tani yang

aktif hanya di dusun Lubuk Bedorong dan Sungai Binjai. Sedangkan di

Page 63: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

51

dusun Rena Mane tidak aktif lagi. Aktivitas yang dilakukan oleh

kelompok tani bergerak dibidang perikanan dan perkebunan.

Tabel 7 Struktur Organisasi Lembaga Adat Desa Lubuk Bedorong

Aktivitas pengajian di desa Lubuk Bedorong dibedakan atas

kelompok pengajian bapak-bapak dan kelompok pengajian ibu-ibu. Untuk

kelompok pengajian bapak-bapak dilakukan pada malam jum’at,

sedangkan pengajian ibu-ibu dilakukan pada hari jum’at siang, yakni

pukul 13.00-15.15 WIB. Selain melakukan aktifitas keagamaan berupa

pembacaan yasinan, kegiatan ini kerap dibarengi dengan kegiatan arisan

terutama oleh ibu-ibu

G. Visi Misi Lembaga Adat Desa Lubuk Bedorong

1. Visi

Menjadikan desa Lubuk Bedorong beradab dan Terdepan dalam

Kebudayaan Melayu

2. Misi

Melestarikan, dan menerapkan nilai kebudayaan dalam kehidupan

bermasyarakat serta mengawasi dan menangkal budaya luar yang

bertantangan dengan nilai-nilai budaya masyarakat desa Lubuk Bedorong.

H. Tujuan Lembaga Adat

Page 64: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

52

Menjadi pedoman dan pandangan hidup bagi generasi penerus dimasa

yang akan datang, dan untuk melestarikan serta menumbuh kembangkan

adat dan budaya yang dimiliki.

Demikian pula adat yang merupakan elemen perekat dalam kehidupan

masyarakat dapat dijadikan sebagai penyaring atau pilter terhadap berbagai

dampak negatip dari derasnya arus kemajuan tekhnologi yang telah

membebaskan batas ruang dan waktu. Sehingga dapat dipelajari dan di

pahami/di mengerti oleh generasi muda, dan membentuk karakter para

generasi muda yang berakhlak mulia.

Page 65: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

53

BAB III

EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO

ADAT DALAM PROSESI PERNIKAHAN (STUDI DI DESA LUBUK

BEDORONG, KECAMATAN LIMUN, KABUPATEN SAROLANGUN,

PROVINSI JAMBI)

Lembaga adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan baik yang sengaja

dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berke-mbang didalam

sejarah masyarakat yang bersangkutan atau dalam suatu masyarakat hukum

adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan di dalam

wilayah hukum adat tersebut serta berhak dan berwenang untuk mengatur,

mengurus dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan

dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku

Lembaga adat dibentuk oleh masyarakat sesuai kebutuhan dan merupakan

mitra pemerintah dalam memperdayakan masyarakat. Lembaga adat

merupakan salah satu bagian dari lembaga sosial. Yang memiliki peran untuk

mengatur hal-hal yang berhubungan dengan adat istiadat di tempat lembaga itu

berada.

Lembaga Adat berfungsi bersama pemerintah merencanakan,

mengarahkan, mensinergikan program pembangunan agar sesuai dengan tata

nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat

demi terwujudnya keselarasan, keserasian, keseimbangan, keadilan dan

kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Lembaga adat berfungsi sebagai alat

kontrol keamanan, ketenteraman, kerukunan, dan ketertiban masyarakat, baik

preventif maupun represif.

Eksistensi atau keberadaan lembaga adat dalam pelestarian seloko adat di

desa Lubuk Bedorong dapat dilihat dari barbagai kegiatan yang telah dilakukan

yaitu:

A. Mensosialisasikan Seloko Adat Kepada Keluarga

Eksistensi lembaga adat desa Lubuk Bedorong disini sangat

diperlukan dalam upaya pelestarian seloko adat yang merupakan adat

pegang pakai masyarakat desa Lubuk Bedorong terutama seloko adat

53

Page 66: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

54

dalam prosesi pernikahan. Upaya tersebut dapat dilakukan melalui

sosialisasi dengan memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang

seloko adat dan pentingnya mempertahankan nilai-nilai seloko adat

tersebut.

Sosialisasi erat kaitannya dengan enkulturasi atau proses

pembudayaan, yaitu proses belajar dari seorang individu maupun

kelompok untuk belajar mengenal, menghayati, dan menyesuaikan alam

pikiran serta sikap terhadap sistem adat, norma, bahasa, seni, agama serta

semua peraturan dan pendiriannya dalam lingkungan kebudayaan

masyarakatnya. Sosialisasi merupakan proses sosial tempat seorang

individu mendapat pembentukan sikap untuk berprilaku sesuai dengan

prilaku orang-orang dalam kelompoknya.

Menurut Bruce J. Cohen, sosialisasi bertujuan untuk memberikan

bekal keterampilan yang dibutuhkan bagi individu pada masa

kehidupannya kelak, memberikan bekal kemampuan untuk berkomunikasi

secara efekif dan mengembangkan kemampuannya untuk membaca,

menulis dan berbicara, mengendalikan fungsi-fungsi organik melalui

latihan-latihan mawas diri yang yang tepat, membiasakan individu dengan

nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat dan membentuk

sistem prilkau melalui pengalaman yang dipengaruhi oleh watak

pribadinya, yaitu bagaimana ia memberikan reaksi terhadap suatu

pengalaman menuju proses pendewasaan.61

Salah satu bentuk dari sosialisasi adalah melalui pelatihan. Dalam

hal ini adalah pelatihan yang dilakukan lembaga adat untuk memberi

pengatahuan mengenai seloko adat kepada masyarakat. Dalam wawancara

yang penulis lakukan dengan bapak Ridwan salah satu staf di lembaga

adat Provinsi Jambi, ia mengungkapkan:

[S]osialisasi Adat sangat penting dilakukan dalam upaya pelestarian

adat Jambi. Lembaga adat Jambi setiap tahunnya melakukan

sosialisasi ke berbagai daerah di Provinsi Jambi. Tahun lalu kita

61file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/4._SOSIALISASI_DAN_PEMBENTUKA

N_SKL.pdf. Di akses tanggal 21 mei 2018.

Page 67: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

55

sosialisasi ke Kecamatan Limun. Dari setiap desa kita mengundang

perwakilan untuk mengikuti sosialisasi tersebut ” 62

Dari penjelasan informan diatas dapat diketahui bahwa dalam rangka

melestarikan adat di Provinsi Jambi, Lembaga adat melakukan sosialisasi

ke seluruh daerah di Provinsi Jambi setiap tahunnya. Selain melakukan

sosialisasi mereka juga melakukan berbagai kegiatan dalam rangka untuk

melestarikan adat, seperti pameran, dll.

Bagi masyarakat Jambi adat berseloko merupakan sebuah tradisi lisan

yang diwariskan secara turun temurun. Artinya sosialisasi seloko adat

dalam masyarakat Jambi dilakukan melalui keluarga. Hal ini terlihat dari

pernyataan yang dikemukakan oleh H. Junaidi T. Noor.

[S]eloko bagi masyarakat Ras Melayu sudah tidak asing lagi, seloko

merupakan tradisi lisan yang terwariskan dari kakek ke bapak, dari

bapak ke bisa ke aku atau yang lain atau bisa terhenti atau tersamar

karena jarang didengar, jarang diungkapkan diruang publik atau antar

lingkungan keluarga”.63

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawanacara dengan bapak

Marjohan, tengganai balimo umah tonggah, dalam wawancara yang

penulis lakukan ia mengungkapkan:

[S]aya dari kecil sudah bisa berseloko. Itulah yang membedakan anak

sekarang dengan kita zaman dahulu. Dulu kita dari kecil sudah

diajarkan berseloko karena seloko dipakai dalam kehidupan sehari-

hari bukan hanya dalam prosesi pernikahan saja”64

Meskipun sebuah tradisi turun temurun, Di era globalisasi agar sebuah

kebudayaan menjadi useng atau ketinggalan zaman, maka sebagai sebuah

lembaga informasi, lembaga adat harus mengikuti perkembangan zaman.

Di era globalisasi ini salah satu media yang sangat efektif untuk

penyebaran informasi adalah media masa seperti media cetak, audio

visual, dan media internet. Sebagai alat komunikasi yang dapat

62Ridwan, Staf Bag.Humas Lembaga Adat Provinsi Jambi, Wawancara dengan Penulis,

09 Mei 2018, Provinsi Jambi 63 Muhammad Yasir, Peranan Seloko dalam Prosesi Adat Perkawinan Masyarakat di Kota

Jambi, 1 64Marjohan, Tengganai Balimo Desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, 23

Mei 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 68: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

56

menjangkau masyarakat secara luas, media massa diidentifikasikan

sebagai media sosialisasi yang berpengaruh terhadap perilaku

khalayaknya.

Berdasarkan observasi dan juga wawancara yang penulis lakukan

dengan bapak ridwan staf bag. Humas lembaga adat Provinsi Jambi,

selain sosialisasi secara langsung dengan masyarakat berupa pelatihan,

lembaga adat provinsi Jambi juga mengunakan media massa sebagai

media untuk pelestarian seloko adat Jambi. Dalam hal ini mereka

menggunakan media cetak, media audio visual dan internet.

“[K]ita juga mensosialisasikan adat Jambi kepada masyarakat

melalui media massa. Disini kita menyediakan tulisan mengenai

seloko adat selain itu kita juga mensosialisasikan melalui televisi dan

juga internet”.65

Selain wawancara dengan staf lembaga adat provinsi Jambi, penulis

juga melakukan wawancara dengan orang adat desa Lubuk Bedorong,

Dalam hal ini untuk mengetahui media yang dilakukan lembaga adat desa

Lubuk Bedorong dalam melakukan sosialisasi. Seperti yang diungkapkan

bapak Zulkipli, tengganai balimo lubuk pondam dalam wawancara yang

penulis lakukan ia menyatakan:

[B]elajar seloko ada jalurnya. Yang taun dan ada belajarnya kaji

baconyo. Adat yang tersirat adalah adat pogang pakai sakatiko. Kalau

hukum adat yang tersirat karena ado lubuk ado lumpaknyo contohnyo

adat pogang pakai sedangkan adat yang tertulis contohnyo adat yang

digunakan dalam penyerahan bungo kelapo”66

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan bapak

M.Hud, tengganai balimo umah godang, dalam wawancara yang penulis

lakukan ia mengungkapkan hal yang sedikit berbeda:

[S]osialisasi adat memang penting dilakukan apalagi didalam

keluarga. Mengingat Seloko adalah pedoman hidup, adat pogang

pakai khusunya masyarakat desa Lubuk Bedorong, jadi sedikit

banyak mereka pasti tahu. Namun adanya semacam persepsi keliru

65Ridwan, Staf Bag.Humas Lembaga Adat Provinsi Jambi, Wawancara dengan Penulis,

09 Mei 2018, Provinsi Jambi 66Zulkipli. Tengganai Balimo Lubuk Pondam, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan Penulis, 23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Page 69: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

57

dalam masyarakat, mereka mengangap seloko adalah warisan dari

nenek moyang, jadi akan tetap lestari dalam masyarakat“.

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa dalam

rangka pelestarian adat seloko di desa Lubuk Bedorong, lembaga adat

memberikan sosialisasi melalu rapat rutin yang dilakukan dengan lembaga

adat dan pemberian wewenang kepada lembaga adat untuk memberikan

sosialisasi kepada anggota keluarga mereka masing-masing. Namun rapat

rutin tidak lagi dilakukan, rapat adat hanya dilakukan apabila terjadinya

sebuah permasalahan.

Menurut Fuller dan Jacobs dalam Sunarto, yang termasuk ke dalam

media sosialisasi diantaranya adalah keluarga, kelompok bermain dan

media masa. Kelompok media massa terbagi menjadi 3 bagian yaitu media

cetak (surat kabar, majalah, tabloid), media audio visual (radio, televisi,

video, film, iklan), dan media internet.67

Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga adat desa

Lubuk Bedorong dalam hal pelestaraian seloko adat dalam prosesi

pernikahan di desa Lubuk Bedorong mereka melakukan sosialisasi. Dalam

sosialisasi seloko adat mereka menjadi keluarga sebagai media sosialisasi.

Hal itu disebabkan beberapa faktor diantaranya karena tidak adanya biaya

selain itu adanya sebuah persepsi dari lembaga adat bahwa sebagai sebuah

tradisi lisan yang diwariskan secara turun temurun maka tradisi seloko

akan tetap lestari dalam lingkungan masyarakat desa Lubuk Bedorong.

Selain itu mereka juga mengunakan media cetak sebagai media sosialisasi,

dalam hal ini mereka mengunakan buku yang berisi tentang seloko adat

Jambi.

B. Memberikan pemahaman Nilai seloko Adat Pada Masyarakat

Salah satu peran lembaga adat dalam pelestarian adat adalah memberikan

pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya makna seloko adat.Tokoh

adat desa Lubuk Bedorong tidak menjalankan tugas dan perannya dengan

dalam memberi pemahaman nilai seloko kepada masyarakat.

67 file:///C:/Users/User/Downloads/Documents/Chapter%20II.pdf, tanggal 28 Mei 2018

Page 70: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

58

Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Marjohan,

tengganai balimo desa Lubuk Bedorong ia mengungkapkan:

[S]eloko adat berupa kata kiasan, sindiran jadi tidak semua orang

memahami. Apalagi seloko adat yang tersirat itu susah dipahami oleh

anak-anak muda sekarang. Untuk seloko adat yang tertulis itu sudah biasa

didengarkan jadi sedikit banyak mereka paham makna dan tujuannya”68

Hampir senada juga diungkapkan bapak Hasan Basri, tengganai balimo

Samauang desa Lubuk Bedorong ia mengungkapkan:

“[S]eloko adalah petuah adat, amanat atau ajaran yang memakai bahaso

sindiran. Apa yang diucapkan berbeda maksudnyo dan tujuannyo. Jadi tidak

semua orang yang paham makna dan maksudnyo”69

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa seloko adat

adalah kata kiasan, sindiran dan tidak semua orang dapat memahaminya,

karena selain sulit dipahami karena dikarenakan apa yang diucapkan tidak

sesuai dengan apa yang tersirat.Dalam hal ini penulis juga melakukan

wawancara dengan bapak Zawawi, tengganai balimo Sialang desa Lubuk

Bedorong. Menurut bapak Zawawi umur adalah salah satu faktor yang

menentukan tingkat pemahaman seseorang terhadap seloko adat:

[J]angankan anak-anak muda, yang tua saja boleh dikatakan ada yang

tidak paham makna seloko. Mereka hanya terbiasa mendengarkan diacara-

acara adat seperti pernikahan tanpa tau makna dan maksudnya”. Dan yang

lebih lucunya lagi mereka bisa mengucapkan seloko tapi mereka tidak

paham maknanya. Itu makanya sering sekali apa yang seloko mereka

ucapkan tidak sesuai pada tempatnya. Contohnya seloko tomat kaji dipakai

pada bararak olek hari H70

Hal senada juga diungkapkan bapak Zulkipli. Tengganai balimo Lubuk

Pondam ia mengungkapkan:

[T]ingkat pemahaman masyarakat terhadap makna seloko rendah. Mereka

hanya tau seloko ketika ada acara pernikahan. Contohnya mereka

mendengarkan ketika penyerahan bunga kelapo. Sedangkan pada zaman

68Marjohan. Tengganai Balimo Umah Tonggah, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan Penulis, 23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun 69Hasan Basri. Tengganai Balimo Samauang, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

Penulis, 24 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun 70Zawawi. Tengganai Balimo Sialang, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

Penulis, 23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Page 71: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

59

dahulu seloko dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Jadi besak kecil tau

berseloko. Kalau sekarang yang bisa berseloko dan paham maknanya

hanyalah orang-orang tuo.dapat dihitung yang mudo-mudo yang bisa

berseloko”71

Dari pernyataan informan diatas dapat dipahami bahwa rendahnya

pemahaman masyarakat desa Lubuk Bedorong terhadap makna seloko. Makna

yang tercantum dalam seloko adat hanya dipahami oleh orang-orang berusia

tua. Meskipun demikian seloko adat juga dipahami maknanya oleh kaum muda

namun dalam hal ini hanya beberapa orang saja.

Tabel 8 Kategori Umur Menurut Depkes RI (2009):

No Umur Kategori

1 0-5 Belita

2 6-11 Kanak-kanak

3 12-16 Remaja Awal

4 17-25 Remaja Akhir

5 26-35 Dewasa Awal

6 36-45 Dewasa Akhir

7 46-55 Lansia Awal

8 56-65 Lansia Akhir

9 ≥65 Manua

Menurut Saparinah pada usia 55 sampai 65 tahun merupakan kelompok

umur yang mencapai tahap praenisium pada tahap ini akan mengalami berbagai

penurunan daya tahan tubuh/kesehatan dan berbagai tekanan psikologis.

Dengan demikian akan timbul perubahan-perubahan dalam hidupnya.

71Zulkipli. Tengganai Balimo Lubuk Pondam, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan Penulis,23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Page 72: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

60

Tabel 9 Data Masyarakat Desa Lubuk Bedorong

Tahun 2017

NO

UMUR

KATEGORI

JUMLAH

L P

1 0-9 Belita/ Kanak-kanak 74 92

2

10-14

Remaja

65 31

15-19 54 39

20-25 29 40

3

26-45

Dewasa

117 102

46-59 57 45

4

60-69

Lanjut Usia

13 20

≥70 6 10

Total 425 387

Sumber: Data Penduduk desa Lubuk Bedorong

Dalam penelitan ini digunakan batasan umur 60 tahun untuk menyatakan

kategori umur tua. Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa masyarakat

desa Lubuk Bedorong yang dikategorikan lanjut usia (elderly) berjumlah 49

orang yang terdiri dari 19 laki-laki dan 30 orang wanita. Dengan demikian

dapat diketahui bahwa masyarakat desa Lubuk Bedorong yang memahami

makna seloko adat ±40 orang.

Selain itu tidak adanya pengawasan langsung dari lembaga adat desa

Lubuk Bedorong dalam pemahaman seloko adat untuk masyarakat desa Lubuk

Bedorong. Hal ini diungkapkan bapak M. Hud, tengganai balimo umah godang

ia mengungkapkan:

“[T]idak perlu diawasi karena saloko adat adalah tradisi turun

temurun,jadi akan tetap ada dan dipakai didalam masyarakat”72

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa rendahnya

pemahaman masyarakat desa Lubuk Bedorong terhadap makna yang

72M. Hud Tengganai Balimo Umah Godang, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

Penulis, 24 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Page 73: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

61

terkandung didalam seloko adat pernikahan hal itu disebabkan pengawasan

oleh lembaga adat. Selain itu kurangnya pemahaman masyarakat tentang

seloko adat pernikahan disebabkan tidak adanya sosialisasi dari lembaga adat

untuk memberikan pemahaman langsung kepada masyarakat makna seloko

adat.

C. Melakukan Pembinaan Seloko Adat Kepada Masyarakat

Pembinaan lembaga adat adalah proses, cara, usaha, tindakan, dan

kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil

yang lebih baik. Pembinaan lembaga adat dapat dilakukan dengan pola

melaksanakan ceramah, penyuluhan,dan lain sebagainya yang pada dasarnya

bertujuan untuk mencapai, melestarikan kesejahteraan masyarakat, dan

mewujudkan hubungan manusia dengan manusia sesama makhluk ciptaan

Tuhan

Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan bapak Ridwan staf

lemabaga adat provinsi Jambi ia mengungkapkan:

[L]embaga Adat Provinsi Jambi melakukan pembinaan adat ke

berbagai daerah setiap tahunnya. Pembinaan yang dilakukan lembaga

adat kecamatan. Setiap desa nanti akan diberi undangan untuk

mengirimkan perwakilannya untuk mengikuti pembinaan tersebut”73

Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa lembaga adat

provinsi melakukan pembinaan dalam upaya pelestaraian adat di provinsi

Jambi. Selain melakukan wawancara dengan informan diatas penulis juga

melakukan wawancara dengan bapak Bayu, kepala desa Lubuk Bedorong

untuk membenarkan pernyataan yang diungkapkan informan sebelumnya.

Selain itu juga penulis ingin mengetahui bentuk pembinaan yang

dilakukan lembaga adat provinsi Jambi, dalam hal ini ia mengungkapkan:

73Ridwan. Staf. Bag Humas Lembaga Adat Provinsi Jambi, Wawancara dengan penulis,

tanggal 09 Mei 2018.Provinsi Jambi

Page 74: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

62

“[M]emang sering dilakukan pembinaan adat dari lembaga adat baik

itu lembaga adat provinsi maupun lembaga adat kabupaten.

Pembinaannya dalam bentuk pelatihan maupun penyuluhan tentang

adat”74

Pembinaan yang mereka lakukan ke berbagai kecamatan di provinsi

Jambi berupa pelatihan dan penyuluhan adat. Untuk membenarkan

pernyataan informan diatas, penuis juga melakukan wawancara bapak M.

Amajid, ketua adat desa Lubuk Bedorong ia mengungkapkan:

[M]emang benar sering sekali pembinaan yang dilakukan lembaga

adat baik itu dari provinsi maupun kabupaten, namun

permasalahannya kita orang adat tidak pernah pergi karena yang

pergi selalu dan selalu kepala desa”75

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa dalam

rangka pelestarian adat Jambi, Lembaga Adat Provinsi Jambi maupun

Kabupaten melakukan pembinaan berupa penyuluhan. Namun Lembaga

adat desa Lubuk Bedorong tidak pernah datang karena mereka tidak

mendapat undangan tersebut. Undangan tersebut hanya sampai ke kepala

desa.

Dalam pelestarian seloko adat di desa Lubuk Bedorong, lembaga

adat desa Lubuk Bedorong juga melakukan pembinaan. Dalam hal ini

penulis melakukan wawancara dengan bapak Zawawi, tengganai balimo

Sialang desa Lubuk Bedorong ia mengungkapkan:

“[P]embinaan yang kita lakukan bagi mereka yang punya keinginan

untuk belajar berseloko. Untuk sekarang saya yang dipercayakan untuk

mengajarkan seloko bagi masyarakat yang ingin belajar”76

Hal senada juga diungkapkan bapak Zulkipli, tengganai balimo

lubuk podam, dalam wawancara yang penulis lakukan:

74Bayu, Kepala desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, tanggal 23 Mei 2018,

Kabupaten Sarolangun 75M. Amajid, Ketua Adat desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, tanggal 23

Mei 2018, Kabupaten Sarolangun 76Zawawi. Tengganai Balimo Sialang, Desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

Penulis, 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 75: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

63

[A]lhamdulillah dalam dua tahun terakhir ini sudah ada beberapa

dari warga yang belajar berseloko. Selain warga sini ada juga

beberapa orang warga desa tetangga. Mungkin karena adanya

perlombaan seloko yang diadakan dikecamatan, selain itu

berkemungkinan kesadaran mereka sendiri untuk belajar mengingat

yang tau berseloko saat ini sedikit nian”77

Bapak Hasan Basri juga mengungkapkan:

“[S]edikit-sedikit kita sudah mulai melakukan pembinaan. Mereka

biasanya belajar seloko langsung datang ke rumah bapak Zawawi.

Biasanya seminggu sekali mereka belajar tapi harinya tidak

ditentukan”.78

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa lembaga

adat desa Lubuk Bedorong sebagai mana perannya sebagai untuk

melestarikan adat istiadat di desa Lubuk Bedorong telah melakukan

pembinaan. Pembinaan adat yang mereka lakukan melalui pendidikan

seloko bagi masyarakat yang ingin belajar seloko.

77Zulkipli. Tengganai Balimo Lubuk Pondam desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan

penulis, tanggal 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun 78Hasan Basri. Tengganai Balimo desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis,

tanggal 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 76: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

64

BAB IV

STRATEGI YANG DIGUNAKAN LEMBAGA ADAT DALAM

MENGATASI HAMBATAN YANG TERJADI DI DESA LUBUK

BEDORONG

Secara umum strategi merupakan cara atau proses yang digunakan untuk

tercapainya sebuah tujuan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat intremental

(senantiasa meningkat) dan terus menerus, yang dilakukan berdasarkan sudut

pandang tentang tujuan yang diharapkan. mencapai tujuan secara efektif.

Menurut bussines dictionary strategi merupakan metode atau rencana yang dipilih

untuk membawa masa depan yang diinginkan, seperti pencapaian tujuan atau

solusi untuk masalah

Dalam sebuah organisasi, strategi yang baik terdapat sebuah koordinasi

tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan

prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan

memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Dalam penelitian ini strategi

yang dimkasud adalah strategi yang dilakukan lembaga adat desa Lubuk

Bedorong dalam upaya pelestarian seloko adat di desa Lubuk Bedorong. Sebelum

membentuk sebuah strategi kita harus tahu apa yang menjadi masalah dalam

pelestarian adat tersebut.

A. Kendala Lembaga Adat Dalam Melestarikan Seloko Adat

Dalam pelestarian sebuah adat terdapat banyak sekali kendala yang

dihadapi. Sama halnya dengan lembaga adat desa Lubuk Bedorong, kendala-

kendala tersebut menjadi penghambatan lembaga adat dalam melakukan

pelestrian adat seloko selama ini. Adapun kendala yang menjadi permasalahan

tersebut adalah:

1. Kurangnya Minat Masyarakat Untuk Belajar Seloko Adat

Pada zaman dahulu seloko adalah serana yang digunakan masyarakat

desa Lubuk Bedorong dalam berkomunikasi. Seloko tidak hanya

digunakan pada prosesi pernikahan tetapi seloko dijadikan serana

komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun sangat disayangkan,

63

Page 77: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

65

seiringnya waktu seloko tidak lagi digunakan masyarakat desa Lubuk

Bedorong sebagai serana komunikasi. Seloko hanya bisa kita jumpai pada

prosesi pernikahan. Hal itu disebabkan minimnya pengetahuan masyarakat

tentang seloko adat. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk belajar

seloko merupakan salah satu kendala dalam pelestaraian seloko adat di

desa Lubuk Bedorong.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan bapak Zawawi,

Tengganai Balimo Sialang mengungkapkan:

“[K]emauan untuk belajar itu masih sangat rendah. Terutama kaum

muda. Kita sama-sama tau, dulu seloko kita pakai dalam kehidupan

sehari-hari, jadi dalam pernikahan hal biasa kita dengar, tapi

sekarang boleh dihitung dengan jari berapo orang yang tahu dan

benar-benar paham makna yang ada dalam seloko. Terkadang ada

tahu mengucapkan saja tapi tidak tahu penempatan dan maknanya.79

Hal senada juga diungkapkan bapak Marjohan, Tengganai Balimo

Umah Tonggah dalam wawancara yang penulis ia mengungkapkan:

“[B]elajar seloko itu dibilang susah-susah gampang menurut saya. Di

bilang gampang kenyataanya tidak semua orang bisa berseloko,

karena apa yang kita ucapkan memiliki arti yang berbeda. Intinya

kemauannya lagi. Memang belajar seloko itu tidak mudah, karena

kita tidak hanya dituntut untuk bisa berseloko tetapi juga bisa

memahami maknanya. Karena seloko itu punya arti jadi tidak

seenaknya kita dalam berbahasa, karena seloko adalah alat dalam

berkomunikasi”

Selian itu penulis juga melakukan wawancara dengan bapak M. Hud,

Tengganai Balimo Umah Godang untuk mengetahui penyebab rendahnya

minat masyarakat desa Lubuk Bedorong belajar seloko adat. Dalam

wawancara yang penulis lakukan ia mengungkapkan:

“[A]nak sekarang sudah modern, bahaso kerennya anak zaman now,

mana mau mereka belajar berseloko, mereka lebih tertarik untuk

mempelajari bahasa luar, padahal kita tahu seloko adalah adat

istiadat yang digunakan nenek moyang kita terdahulu dalam

79Zawawi, Tengganai Balimo Sialang desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis,

20 Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 78: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

66

berkomunikasi jadi mereka mengagap bahasa jadul, kuno dan tidak

kekinian”80

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan

masyarakat desa Lubuk Bedorong yang menjadi mahasiswa di Universitas

Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi. Wawancara yang penulis

lakukan dengan Romdania, mahasiswa semester V jurusan ilmu

perpustakaan ia mengungkapkan:

[S]aya suka mempelajari berbagai bahasa, seloko itu menurut saya

unik dan sangat menarik untuk bisa dipelajari. Hanya saja saya tidak

mempunyai waktu untuk mempelajarinya. Semenjak sekolah saya

sudah keluar dari kampung sampai sekarang. Hanya sekali-kali saya

pulang, itupun hanya sebentar untuk melihat keluarga dikampung.

Berbeda dengan bahasa asing, kita bisa belajar manual sedangkan

seloko kita harus belajar langsung dengan orang yang bisa berseloko.

Sehari dua hari tidak cukup untuk belajar. 81

Berbeda dengan informan sebelumnya, Solehan, mahasiswa

semester 3 jurusan Aqidah dan Filsafat Islam dalam wawancara yang

penulis lakukan ia mengungkapkan alasan lain yang menyebabkan

rendahnya minat masyarakat desa Lubuk Bedorong untuk belajar seloko.

Dalam wawancara yang penulis lakukan, ia mengungkapkan:

[S]eloko adalah tutur kata yang diwariskan secara turun temurun dari

nenek moyang terdahulu. Kalau saya tidak bisa mengunakannya. Tapi

saya yakin karena berseloko adalah adat istiadat masyarakat desa

Lubuk Bedorong, jadi saya sangat yakin akan tetap ada dan lestari

selamanya dalam masyarakat. Masih banyak kita temui nenek mamak,

tengganai balimo yang mengunakan seloko terutama dalam pesta

pernikahan. 82

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa rendahnya

minat masyarakat desa Lubuk Bedorong belajar seloko adat menjadi

kendala dalam pelestarian seloko adat. Rendahnya minat masyarakat desa

Lubuk bedorong untuk belajar seloko adat disebabkan kebudayaan lokal

diangap jadul, dan ketinggalan jaman sedangkan kebudayaan luar lebih

80 M. Hud, Tengganai Balimo Umah Godang desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan

penulis, 20 Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun 81Romdania, Mahasiswa UIN STS Jambi, Wawancara dengan penulis, 21 Oktober 2018 82Solehan, Mahasiswa UIN STS Jambi, Wawancara dengan penulis, 21 Oktober 2018

Page 79: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

67

menarik, mayoritas masyarakat desa Lubuk Bedorong, khususnya generasi

muda menempuh pendidikan diluar sehingga tidak mempunyai waktu

untuk belajar berseloko. Selain itu adanya persepsi dari masyarakat, karena

seloko adalah tradisi turun temurun, jadi akan tetap lestari .

2. Biaya

Salah satu kendala dalam pelestarian adat adalah tidak adanya biaya

untuk melakukan pelestarian adat. Sedangkan dalam pembinaan lembaga

adat biaya disediakan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara

(APBN), Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Propinsi,

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/ Kota, serta

sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat

Seperti yang diungkapkan bapak Ridwan, staf humas Lembaga Adat

Provinsi Jambi dalam wawancara yang penulis lakukan, ia

mengungkapkan:

“[D]alam pembinaan adat itu sudah ada biaya yang dianggrakan

pemerintah setiap tahunnya melalui APBD. Dari dana ini lah nanti

dikelolah oleh lembaga adat setempat untuk melakukan pelestarian

adat setempat”83

Dari pernyataan informan diatas diketahui bahwa dalam pelestarian

adat, dana bersumber dari APBD yang kemudian dikelolah lembaga adat

untuk melakukan pelestarian adat. Dalam wawancara ini dia tidak

menyatakan besarnya anggaran yang digunakan untuk pelestarian adat

setiap desa.

Namun kenyataannya di desa Lubuk Bedorong anggaran yang

diberikan pemerintah melalui APBD tidak digunakan untuk peletarian

adat. Dalam wawancara bapak M.Amajid, kepala adat desa Lubuk

Bedorong mengungkapkan:

[T]entulah untuk melakukan pelestarian saloko adat pogang pakai,

kita membutuhkan dana. Makanya inilah yang dipermasalahkan

dengan kepala desa itu, dana tersebut tidak sampai dengan tengganai

83Ridwan, Staf. Bag.Humas Lembaga Adat Provinsi Jambi, Wawancara dengan penulis,

09 Mei 2018, Provinsi Jambi

Page 80: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

68

balimo. Memang ada dana dari ADD itu yang dianggarkan melalui

APBD sekian persen”.84

Hal senada juga diungkapkan bapak Marjohan, Tengganai Balimo

Umah Tonggah dalam wawancara yang penulis lakukan ia

mengungkapkan,:

[M]emang ada sumber pendanaan pelestarian adat dari pemerintah.

Setiap tahunnya pemerintah menggangarkan 20 juta yang diambil

dari APBD. Namun kenyataanya uang tersebut hanyalah sebuah

cerita istilahnya, uang tersebut digunakan untuk kepentingan pribadi

oleh pihak tertentu”85

Tidak jauh berbeda yang diungkapkan informan sebelumnya, bapak

Hasan Basri, tengganai balimo Samaunag mengungkapkan:

[L]ebaran kemaren ada kepala desa menemui kami dan memberi

kami amplop,isinya seratus ribu perorang tapi tidak kami terima,

karena kami tau uang yang seharusnya digunakan untuk lembaga

adat disini besar dari pemerintah.setiap tahun dia yang

menghabisinya bukan sebaliknya digunakan untuk pelestrian adat

disini. Itulah kenapa tidak ada pelestarian adat disini. Orang atas

taunya uang itu digunakan untuk kegiatan adat tapi kenyataanya

tidak.”86

Bapak Zulkipli, tengganai balimo Lubuk Pondam membenarkan

tentang adanya uang pelestarian adat. Ia mengungkapkan bahwa uang

untuk pelestarian adat diambil dari APBD melalui ADD sebanyak 3 juta

pertahunnya. Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa dan tersebut

digunakan untuk membayar guru ngaji.

[S]ebenarnya dana itu memang ada. Berasal dari APBD Diposkan

ADD nominalnya 3 juta per tahun. Dana itulah digunakan untuk

operasional untuk lembaga adat seperti guru ngaji, dan lain

sebagainya”87

84M. Amajid, Ketua Adat desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, 23 mei

2018, Kabupaten Sarolangun 85Marjohan, Tengganai Balimo Tongah desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

penulis, 23 mei 2018, Kabupaten Sarolangun 86Hasan Basri, Tengganai Balimo Samauang desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

Penulis, 24 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun 87Zulkipli, Tengganai Balimo Lubuk Pondam desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan

Penulis, 23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Page 81: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

69

Dari penyataan informan diatas dapat disimpulkan bahwa

pemerintah telah mengangarkan biaya pelestarian adat melalui APBD yang

diposkan melalui ADD. Namun dana tersebut tidak dapat dimemfaatkan

lembaga adat desa Lubuk Bedorong untuk melakukan pelestarian. Uang

tersebut digunakan oleh pihak tertentu mengatas namakan lembaga adat

desa Lubuk Bedorong.

3. Tidak adanya Kerjasama Antara Lembaga Adat dengan Pihak lain

Selain lembaga resmi di desa Lubuk Bedorong juga terdapat lembaga

non resmi, yaitu lembaga atau kelompok-kelompok yang dibentuk oleh

masyarakat. Saat ini lembaga tidak resmi yang ada di desa Lubuk

Bedorong terdiri dari lembaga adat, kelompok tani, karang taruna dan

kelompok pengajian..

Lembaga adat masih cukup berperan didalam kehidupan masyarakat

sehari-hari. Peran lembaga adat dalam pengelolaan sumber daya alam

tercermin dari keberadaan hutan adat, hutan desa dan lubuk larangan desa

Lubuk Bedorong.

Dalam hal ini penulis wawancara dengan bapak Hasan Basri ia

mengungkapkan:

[K]erjasama antara lembaga adat baik itu dengan tokoh masyarakat,

tokoh agama maupun tokoh pemuda ada, karena apabila terjadi

permasalahan maka sama-sama didudukkan, tengganai balimo lah

yang mencincang dan memutuskan”.88

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa lembaga adat

desa Lubuk Bedorong bekerjasama dengan tokoh-tokoh yang berada di

desa Lubuk Bedorong dalam memutuskan permasalahan adat yang terjadi.

Namun dalam pelestarian adat seloko di desa Lubuk Bedorong, Salah satu

kendala adalah kurangnya kerjasama antara lembaga adat dengan pihak

lain. Dalam hal ini adalah tokoh agama, tokoh pemuda, dan tokoh

masyarakat yang berada di desa Lubuk Bedorong.

88Zawawi. Tengganai Balimo Sialang desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis,

23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 82: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

70

Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan bapak M.Tiar, tokoh

masyarakat desa Lubuk Bedorong ia mengungkapkan:

[M]emang peran tokoh adat di desa Lubuk Bedorong dikatakan

penting apalagi dalam penyelesaian permasalahan adat yang terjadi.

Namun dalam upaya pelestarian adat seloko sejauh ini belum ada

kerjasama antara tokoh adat dengan pihak lain dalam lingkup desa

Lubuk Bedorong”89

Hal senada juga diungkapkan bapak Husni, tokoh pemuda desa Lubuk

Bedorong dalam wawancara yang penulis lakukan ia mengungkapan:

[K]alau untuk pelestarian adat ada contohnya dalam pembinaan graup

rabana, nazam, kasida dll tapi khususnya seloko adat belum pernah

ada kerjasama tokoh pemuda dengan tokoh adat selama ini.”90

Dalam wawancara dengan penulis bapak Rahmat, tokoh agama desa

Lubuk Bedorong juga mengungkapkan:

“[T]idak ada. Untuk saat ini pembinaan yang sedangkan kita lakukan

bekerjasama dengan lembaga adat diantaranya nazam, kasida, dan

pengajian rutin”91

Pernyataan informan diatas di benarkan oleh bapak Marjohan,

tengganai balimo umah tonggah:

[T]idak ada. Biasanya kerjasama kalau ada permasalahan adat yang

terjadi. Namun untuk adat berseloko belum ada.Tapi belum tahu

kedepannya, insyallah akan kita lakukan kerjasama dalam rangka

pelestarian Adat.92

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa peran lembaga

adat desa di desa Lubuk Bedorong dalam upaya pelestarian adat sudah

baik terlihat dari pembinaan yang dilakukan namun khususnya pelestrian

seloko adat pernikahan tidak pernah melakukan kerjasama dengan pihak

lain.

89M.Tiar. Tokoh Masyarakat Desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis, 31 Mei

2018, Kabupaten Sarolangun 90Husni. Tokoh Pemuda Desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis, 30 Mei 2018,

Kabupaten Sarolangun 91Rahmat, Tokoh Agama desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis, 30 Mei

2018, Kabupaten Sarolangun 92Marjohan, Tengganai Balimo Umah Tongah Desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan penulis, 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 83: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

71

B. Strategi Lembaga Adat dalam Melestarikan Seloko Adat Dalam Prosesi

Pernikahan di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun, Kabupaten

Sarolangun, Provinsi Jambi

Mengingat begitu pentingnya pelestarian seloko adat untuk mengatasi

begitu kompleksnya permasalahan dalam pelestarian seloko adat di desa Lubuk

Bedorong, untuk itu dibutuhkan solusi/ strategi agar permasalahan tersebut

dapat diatasi. Adapun strategi yang dapat dilakukan lembaga adat desa Lubuk

Bedorong dalam pelestarian adat seloko adalah sebagai berikut:

1. Mengunakan Seloko dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam prosesi pernikahan masyarakat jambi seloko merupakan serana

dalam berkomunikasi. Bagi masyarakat desa Lubuk Bedorong, seloko tidak

hanya serana komunikasi dalam sebuah prosesi pernikahan, tetapi juga

sebagai serana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Namun saat ini

seloko adat hanya bisa dijumpai dalam sebuah prosesi pernikahan saja, hal

itu disebabkan tidak ada.

Seloko sebagai sebuah tradisi yang diwariskan turun temurun dari

nenek moyang sudah seharusnya untuk dilestarikan agar tetap ada dalam

hati masyarakat dan tidak hilang terkikis oleh kebudayaan seiring maraknya

kebudayaan luar yang masuk ke dalam kebudayaan lokal.

Mengingat begitu rendahnya minat masyarakat khususnya masyarakat

di desa Lubuk Bedorong untuk belajar seloko, lembaga adat sebagai sebuah

instansi yang punya kewajiban untuk melestariakan adat istiadat yang ada

didalam masyarakat. Untuk itu dibutuhkan strategi-strategi yang handal

sehingga masyarakat terdorong untuk belajar seloko.

Mengenai hal ini penulis melakukan wawancara dengan bapak

Zawawi, tengganai balimo sialang ia mengungkapkan:

“[B]elajar dari yang terdahulu, kami dahulu belajar seloko karena

kemauan dari dalam diri, ada rasa malu kalau tidak tahu berseloko,

selain itu seloko digunakan dalam tutur kata sehari-hari. Jadi sudah

menjadi sebuah tuntutan untuk kita belajar dan memahami seloko.

Page 84: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

72

Pada masa kami dulu tempat belajar seloko masih banyak, beda

dengan sekarang. Jadi menurut sayo, menjadikan seloko sebagai tutur

kato sehari-hari adalah hal yang patui kita coba.93

Tidak jauh berbeda dengan informan sebelumnya, itu penulis juga

melakukan wawancara dengan bapak Marjohan, tengganai balimo umah

tonggah. Dalam wawancara yang penulis lakukan ia mengungkapkan:

“[B]isa ala biasa, ungkapan itu lebih tepat dengan kondisi saat ini.

Saya dulu bisa berseloko karena selain belajar juga dikarenakan

dipakai dalam sehari-hari. Apa yang kita dapat kita praktekkan itu

lebih baik dan muda lengketnya.“94

Selain itu dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan

mahsiswa Universitas Islam Negeri Sultan Thaha Saifuddin Jambi.

Wawancara yang penulis lakukan Romdania, mahasiswa semester 5 jurusan

ilmu perpustakaan ia mengungkapkan:

“[P]engalaman saya dulu pernah tinggal diasrama semester 1 dan 2.

Di asrama ada peraturan wajib 3 bahasa. 2 bahasa asing dan satu

bahasa Indonesia. Dalam seminggu kita di wajibkan mengunakan 3

bahasa. Contohnya senin-rabu bahasa inggris, jadi segala aktivitas

selama hari senin samapi rabu mengunakan bahasa Inggris. Apabila

hari mengunakan bahasa Arab jadi diwajibkan seluruh santri

mengunakan bahasa Arab. Mungkin bisa menjadi solusi untuk

lembaga adat desa untuk menerapkan kebijakan seperti ini. Sehari

berangkali dalam seminggu.” 95

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa menjadikan

seloko sebagai bagian atau serana komunikasi dalam kehidupan sehari-hari

adalah salah satu strategi yang dapat dilakukan agar seloko menjadi minat

dan tuntutan bagi masyarakat untuk belajar berseloko namun menurut

saya, lebih efektif lagi kalau kebijakan tersebut dibarengi dengan sebuah

sangsi adat sehingga membuat sebuah beban dan efek jera bagi masyarakat

yang tidak mengunakan seloko.

93Zawawi, Tengganai Balimo Sialang desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis,

21 Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun. 94Marjohan, Tengganai Balimo Umah Tonggah desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan penulis, 21 Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun 95Romdania, Mahasiswa UIN STS Jambi, Wawancara dengan penulis, 22 Oktober 2018.

Kabupaten Jambi

Page 85: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

73

2. Mengadakan Perlombaan Seloko Adat

Sudah menjadi fitranya seorang manusia untuk menjadi pribadi

berbeda dibanding mahluk disekelilingnya. Ia ingin terlihat lebih menonjol

dibanding di banding teman-temannya. Hal itu tak terlepas dari sebuah

perasaan yang ingin dihargai, di puji dan diterima didalam sebuah

lingkungan.

Dalam rangka untuk mendapat sebuah penghargaan diri berbagai

cara mereka lakukan agar mereka diakui kehebatnya. Salah satu cara

mereka mendapat reword adalah dengan mengikuti berbagai perlombaan

untuk menunjukan kehebatan mereka.

Menurut bapak Zawawi, tengganai balimo Sialang dalam wawancara

yang penulis lakukan ia mengungkapkan bahwa perlombaan tentang

seloko adat adalah salah satu cara agar masyarakat terdorong untuk belajar

seloko.

“[S]aya melihat desa lain untuk menarik minat masyarakat untuk

belajar berseloko mereka membuat perlombaan seloko. Tahun ini

rencananya kita lembaga adat akan melakukan perlombaan seloko

adat yang dilakukan kecamatan. Dan kedapannya saya ingin membuat

perlombaan seloko pada hari-hari besar nasional maupun keagamaan,

biar masyarakat kita berminat untuk belajar berseloko”96

Selain penulis juga melakukan wawancara dengan informan diatas,

penulis juga melakukan wawancara dengan bapak Zulkifli, tengganai

balimo Lubuk Pondam, dalam wawancara yang penulis lakukan ia

mengungkapkan:

“[D]i desa kita saja yang belum ada seloko adat diperlombakan.

Didesa lain, desa Temalang contohnya, seloko adat di perlombakan

untuk masyarakatnya, jadi semenjak diadakan perlombaan tersebut,

setidaknya sudah ada beberapa orang yang mulai tertarik belajar

berseloko. Untuk seloko pernikahan yang paten itu bapak Zawawi,

jadi mereka belajar seloko di desa ini.”97

96 Zawawi, Tengganai Balimo Sialang desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis,

21 Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun. 97 Zulkifli, Tengganai Balimo Lubuk Pondam desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan

penulis, 21 Oktober 2018, Kabupaten Sarolangun.

Page 86: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

74

Dalam hal ini penulis juga melakukan wawancara dengan mahasiswa

Universitas Islam negeri Jambi, dalam wawancara yang penulis lakukan

dengan mahasiswa semester 3 Jurusan Aqidan dan Filsafat Islam ia

mengungkapkan:

“[S]ebenarnya biar seloko makin dikenal masyarakat, bekerjasama

dengan tokoh pemuda,agama misalnya untuk mengikut sertakan

seloko adat dalam berbagai acara yang biasa mereka lakukan seperti di

hari 17 Agustus, Halal bin Halal dan lain sebagainya. Selain itu

selama ini kalau didesa kalau kita mengadakan perlombaan biasanya

anak-anak samapai remaja, disini kita membuat perlombaan untuk

umum anak-anak hingga yang tua.

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa dalam rangka

melestarikan seloko adat strategi yang dapat dilakukan diantaranya

membuat perlombaan tentang seloko adat. Karena perlombaan dianggap

strategi yang handal, karena sebagai mahluk sosial manusia butuh reward

dalam dirinya. Reward yang diberikan dalam perlombaan mnejadi daya

tarik bagi masyarakat untuk mempelajari seloko adat

3. Mencari Sumber Dana Lain

Lembaga adat masih cukup berperan didalam kehidupan masyarakat

sehari-hari. Peran lembaga adat dalam pengelolaan sumber daya alam

tercermin dari keberadaan hutan adat, hutan desa dan lubuk larangan desa

Lubuk Bedorong.

Dalam pelestarian adat selain dana disediakan dalam Anggaran

Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) dana juga dapat diperoleh

dari sumber-sumber lainnya yang tidak mengikat. Keberadaan hutan adat,

hutan desa dan juga lubuk larangan di desa Lubuk Bedorong apabila

dioleh secara maksimal akan menjadi sumber pendanaan dalam pelestarian

adat di desa Lubuk Bedorong.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan bapak

M.Amajid, kepala adat desa Lubuk Bedorong ia mengungkapkan:

[S]elain mempunyai hutan adat kita juga mempunyai hutan desa dan

juga lubuk larangan. Seperti lubuk larangan dibuka setahun sekali dan

kita juga menjual ikan-ikannya kepada pihak-pihak luar yang ingin

Page 87: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

75

membelinya. Biasanya uang hasil penjualan kita memfaatkan untuk

kepentingan umum seperti mesjid”98

Hal Senada Juga diungkapkan bapak Marjohan, tengganai balimo

umah tongah dalam wawancara yang penulis lakukan ia mengungkapkan:

“[S]eperti hutan desa itu sejatinya milik desa namun diserahkan

kepada tengganai balimo jadi dapat dimemfaatkan untuk kepentingan

adat”99

Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan bapak Zulkifli,

tengganai balimo Lubuk Pondam untuk mengetahui sumber daya alam

desa Lubuk Bedorong yang bisa dijadikan untuk sumber pendanaan dalam

pelestarian atau kegiatan adat yang dilakukan di desa Lubuk Bedorong..

Menurut bapak Zulkpili SDA milik desa Lubuk Bedorong selama ini

dieksploitasi oleh masyarakat baik dalam maupun luar namun hasilnya

tidak pernah diserahkan kepada desa salah satu contohnya adalah tambang

emas di Batang Sifa desa Lubuk Bedorong

[B]atang sifa adalah wilayah hutan desa Lubuk Bedorong, selama ini

orang menambang emas tidak pernah membagi hasilnya untuk desa.

Untuk kedepannya kita harus tegas terhadap mereka, kalau mereka

tidak mau berbagi hasil maka mereka tidak boleh menambang disana

lagi”100

Dalam hal ini penulis juga wawancara dengan bapak Muridan ia

mengungkapkan:

[S]elain menghasilkan emas, karet, damar, hutan desa dan hutan adat

desa Lubuk Bedorong mempunyai rotan, bambu dan kayu yang

mempunyai kualitas bagus salah satunya tembesu. Rotan dan bambu

contohnya melalui PKK atau bekerjasama dengan pihak warsi untuk

membuat berbagai kerajinan dan semua itu menghasilkan uang yang

dapat digunakan untuk kepentingan desa maupun adat”.101

98M. Amajid. Ketua Adat desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, 23 Mei

2018, Kabupaten Sarolangun 99Marjohan. Tengganai Balimo Umah Tonggah Desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan penulis, 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun 100Zulkipli. Tengganai Balimo Lubuk Pondam Desa Lubuk Bedorong, Wawancara

dengan penulis, 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun 101Muridan. Tokoh Masyarakat Desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, 23

Mei 2018, Kabupaten Sarolangun

Page 88: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

76

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa begitu

banyak sumber pendaan yang dapat digunakan sebagai dana dalam

pelestarian adat khususnya seloko adat pernikahan di desa Lubuk

Bedorong. Namun sangat disayangkan karena SDA desa Lubuk Bedorong

belum dapat dimemfaatkan secara maksimal oleh masyarakat desa Lubuk

Bedorong.

4. Melakukan Kerjasama dengan Pihak Lain

Selaku mahluk sosial kita tidak bisa dipisahkan dengan orang lain.

Melakukan kerjasama dengan pihak lain sangat dibutuhkan hidup dalam

masyarakat. Dalam rangka pelestarian adat, melakukan kerjasama dengan

pihak lain dalam ruang lingkup desa Lubuk Bedorong yang seharusnya

dilakukan lembaga adat desa Lubuk Bedorong.

Dalam hal ini penulis wawancara dengan bapak Zawawi, tengganai

balimo sialang ia mengugkapkan:

[T]ahun ini rencananya kita lembaga adat akan melakukan

perlombaan seloko adat yang dilakukan kecamatan.Dan kedapannya

saya ingin membuat perlombaan seloko pada hari-hari besar nasional

maupun keagamaan”102

Selain itu penulis juga melakukan wawancara dengan bapak Husni,

tokoh pemuda desa lubuk bedorong untuk mengetahui strategi yang tepat

dalam pelestarian seloko adat desa lubukBedorong. Dalam wawancara ia

mengungkapkan:

[S]etiap tahun kita melakukan berbagai kegiatan, bekerjasama

contohnya dalam hari besar keagamaan dalam rangka membangun

kebersamaan antar masyarakat. Berbagai perlombaan akan diadakan.

Ada baiknya kalau seloko adat ikut diperlombakan juga”103

Hal senada juga diungkapkan bapak Rahmat, tokoh agama desa Lubuk

Bedorong, dalam wawancara yang penulis lakukan ia mengungkapkan:

[H]ari besar keagamaan biasanya kita membuat berbagai perlombaan.

Selama ini seloko adat belum pernah dilakukan perlombaan. Solusinya

102Zawawi. Tengganai Balimo Sialang desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan

penulis, 23 Mei 2018, Kabupaten Sarolangun 103

Husni. Tokoh Pemuda desa Lubuk Bedorong, wawancara dengan penulis, 30 Mei

2018, Kabupaten Sarolangun

Page 89: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

77

adalah dengan membuat perlombaan sehingga orang banyak berminat

untuk belajar berseloko”104

Dari pernyataan informan diatas dapat diketahui bahwa tokoh adat desa Lubuk

Bedorong harus melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam hal ini tokoh

agama, dan tokoh pemuda dalam upaya pelestarian adat seloko dengan membuat

perlombaan pada hari besar keagamaan atau pun nasional.

104Rahmat. Tokoh Agama desa Lubuk Bedorong, Wawancara dengan penulis, 30 Mei

2018, Kabupaten Sarolangun

Page 90: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

78

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dapat

disimpulkan bahwa eksistensi lembaga adat dalam melestarikan seloko adat

dalam prosesi pernikahan di desa Lubuk Bedorong berperan cukup baik. Hanya

saja dalam pelaksanaannya kurang terorganisasi dan kurangnya pengawasan

dari lembaga adat tersebut. Dengan sub-fokus sebagai berikut:

1. Eksistensi Lembaga Adat Dalam Melestarikan Seloko Adat dalam

Prosesi Pernikahan

Eksistensi lembaga adat di desa Lubuk Bedorong terlihat dalam

berbagai kegiatan yang mereka lakukan dalam rangka pelestarian seloko

adat. Seperti melakukan sosialisasi melalui rapat rutin yang dilakukan

lembaga adat dan memberikan wewenang kepada lembaga adat untuk

memberikan sosialisasi kepada anggota keluarga masing-masing, selain itu

lembaga adat juga memberikan pemahaman dan pembinaan kepada

masyarakat tentang seloko adat..

2. Strategi Lembaga Adat dalam Pelestaraian Seloko Adat dalam Prosesi

Pernikahan

Dalam melakukan pelestarian seloko adat dalam prosesi pernikahan di

desa Lubuk Bedorong, terdapat banyak sekali hambatan, adap pun hambatan

tersebut diantaranya rendahnya minat masyarakat untuk belajar berseloko,

tidak adanya sumber pendanaan serta kurangnya kerjasama antara lembaga

adat dengan pihak lain. Untuk mengatasi pemasalahan yang terjadi, adapun

strategi yang dilakukan lembaga adat desa Lubuk Bedorong adalah

mengunakan seloko dalam kehidupan sehari-hari serta mengadakan

perlombaan seleko adat bagi masyarakat, mencari sumber pendanaan lain,

dan menjalin kerjasama dengan pihak lain, dalam hal ini pemerintahan desa

maupun tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun pemuda untuk membuat

berbagai kegiatan dalam rangka pelestarian seloko adat.

78

Page 91: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

79

B. Saran

1. Bagi lembaga adat agar dapat memberikan peranannya sebagai

organisisasi yang diberikan wewenang mendorong anggota-anggota

masyarakat adatnya untuk melakukan kegiatan pelestarian serta

pengembangan seloko adat di Provinsi Jambi

2. Bagi masyarakat, agar lebih banyak lagi berpartisipasi dalam pelestarian

setiap adat budaya Jambi, khususnya seloko adat dalma upacara

Perkawinan

3. Kepada generasi muda agar menanamkan rasa cinta terhadap adat

budayanya sendiri dengan tetap menjaga dan melestarikan adat istiadat

budaya Jambi dalam hal ini mengenai seloko adat dalam kehidupan sehari-

hari, mempelajari kembali adat budaya Jambi sehingga adat Jambi bisa

tergali dan tetap lestari.

4. Bagi pemerintah khususnya dinas terkait yaitu Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan masyarakat dan dapat

membantu secara moril dan materil.

Page 92: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

80

DAFTAR PUSTAKA

A. Karya Ilmiah

Aggoro, M. Linggar. Teori & Profesi Ketua adat serta Aplikainya di Indonesia

Jakarta: Bumi Aksara, 2001

Arifullah, Mohd, dkk. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahassiwa Fakultas

Ushuluddin IAIN Sultan Thaha Sayfuddin Jambi.Jambi, Fak.Ushuluddin

IAIN STS Jambi, 2015

F. Rachmadi. Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia, 1994

Kaelen. Pawito. Metode Penelitian Kualitatif Intrdisipliner. Yogyakarta: Ghalia

Indonesia, 2012

Lembaga Adat Provinsi Jambi. Pokok-pokok Adat Sepucuk Jambi Sembilan

Lurah. Jambi: Lembaga Adat Provinsi Jambi, 2001

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung Remaja Rosdakarya,

2010

Morissan. Manajemen Publik Relation. Jakarta: Kencana, 2010

M. Muallimin. “Eksistensi Hukum Adat dalam Penyelesaian Kasus Pencurian

Karet Milik Masyarakat di Eks Marga Bukit Bulan”. Skripsi. Jambi:

Fakultas Syari’ah,2016.

Rahima, Ade.”Interpretasi Makna Simbolik Ungkapan Tradisional Seloko

Hukum Adat Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari.Vol.17 No.1, 2017

Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,

2013

Tim Penyusun. Panduan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa Fakultas

Ushuluddin IAIN STS Jambi. Jambi: Fakultas Ushuluddin, 2014

Yasir, Muhammad. “Peranan Seloko dalam Upacara Adat Perkawinan

Masyarakat di Kota Jambi”.Skripsi, Jambi: Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, 2011

Yudi Armansyah,”Konstribusi Seloko Adat Jambi dalam Penguatan Demokrasi

Lokal,”Sosial Budaya, Vol.14 No.I, Juni 2017

B. Website

Amelia, Dian, Strategi Humas Yayasan Husnul Khotimah dalam

Mensosialisaikan Pondok Pasentren, Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu

Dakwah dan Imu Komunikasi, 2016.

Diaksesmelaluialamathttp://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/12345

6789/35330/1/DIANA%20AMELIA FD.pdf, tanggal 6 april 2018

Yuliana Eka. Peranan Kepala Adat dalam Mensosialisasasikan Program Kelurga

Berencana di Desa Pampnag, Kel Sugau Biring. “e jurnal Ilmu

Komnikasi”, Vol.1, No 2 Tahun 2013, Diakses melalui alamat

http://ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id/site/wp

content/uploads/2013/05/Eka%20yuliana%20jurnal%20(05-01-13-02-

5552).pdf. tanggal 7 April 2018

Page 93: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

81

C. Observasi, Wawancara Dan Dokumentasi

Hasan Basri. Tengganai Balimo Samauang desa Lubuk Bedorong Wawancara

Dengan Penulis. 24 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Husni. Tokoh Pemuda desa Lubuk Bedorong Wawancara dengan Penulis. 30 Mei

2018. Kabupaten Sarolangun

Marjohan. Tengganai Balimo Umah Tonggah desa Lubuk Bedorong Wawancara

Dengan Penulis. 23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

M.Hud. Tengganai Balimo Umah Godang desa Lubuk Bedorong Wawancara

Dengan Penulis. 24 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

M. Amajid, Ketua Adat Desa Lubuk Bedorong Wawancara dengan Penulis. 23

Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

M.Tiar. Tokoh Masyarakat desa Lubuk Bedorong Wawancara dengan Penulis.31

Mei 2018.Kabupaten Sarolangun

Muridan. Tokoh Masyarakat desa Lubuk Bedorong Wawancara dengan

Penulis.31 Mei 2018.Kabupaten Sarolangun

Rahmat. Tokoh Agama desa Lubuk Bedorong Wawancara dengan Penulis.30 Mei

2018.Kabupaten Sarolangun

Ridwan. Staf .Bag Humas Lembaga Adat Provinsi Jambi Wawancara dengan

Penulis. 09 Mei 2018.Provinsi Jambi

Romdania. Mahasiswa UIN STS Jambi Wawancara dengan Penulis. 21 Oktober

2018. Kabupaten Kota Jambi

Zulkipli. Tengganai Balimo Lubuk Pondam desa Lubuk BedorongWawancara

dengan Penulis.23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Zawawi. Tengganai Balimo Sialang desa Lubuk Bedorong Wawancara dengan

Penulis. 23 Mei 2018. Kabupaten Sarolangun

Page 94: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

82

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA

Skripsi

“EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO

ADAT DALAM PROSESI PERNIKAHAN

(Studi di Desa Lubuk Bedorong, Kecamatan Limun,

Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi)”

No JENIS DATA METODE SUMBER DATA

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1.

- Sejarah Desa Lubuk

Bedorong

- Sejarah dan Silsilah Adat

Eks Marga Bukit Bulan

- Gambaran Wilayah Kultur

Masyakat Adat Marga

Bukit Bulan

- Sejarah Pemerintahan

Bukit Bulan

- Keadaan Geografis dan

Demografi desa Lubuk

Bedorong

- Kelembagaan Desa

- Upacara pernikahan di

Desa Lubuk Bedorong

- Peran Lembaga adat

- Hambatan Melestarikan

- Upaya Meningkatkan

Kesadaran masyarakat

- Dokumentasi

- Wawancara

- Dokumentasi

-Dokumentasi

-Wawancara

-Dokumentasi

-Wawancara

- Dokumentasi

- Dokumentasi

- Observasi

- Wawancara

- Wawancara

- Wawancara

- Skripsi Meri Rovida

- Zawawi

- Skripsi M.Muallimin

- Skripsi M.Muallimin

- Muridan

- Skripsi M.Muallimin

- M.Tiar

- Skripsi Meri Rovida

- DokumentasiDesa

- DokumentasiDes

- LembagaAdat,desa

Lubuk Bedorong

- Lembaga Adat

Provinsi

- LembagaAdat,desa

Lubuk Bedorong

- Lembaga Adat,desa

Lubuk Bedorong

- Tokoh Masyarakat

- Tokoh Agama

- Tokoh Pemuda

- Lembaga Adat

Provinsi

Page 95: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

83

PANDUAN OBSERVASI

NO JENIS DATA OBJEK OBSERVASI

1 Upacara Pernikahan di Desa Lubuk

Bedorong

- Upacara pernikahan didesa

Lubuk Bedorong

PANDUAN DOKUMENTASI

NO JENIS DATA DATA

DOKUMENTASI

1

2

3

4

5

6

- Sejarah Desa Lubuk Bedorong

- Sejarah dan Silsilah Adat Eks Marga Bukit Bulan

- Gambaran Wilayah Kultur Masyakat Adat Marga

Bukit Bulan

- Sejarah Pemerintahan Bukit Bulan

- Keadaan Geografisdan Demografi Desa Lubuk

Bedorong

- Kelembagaan Desa Lubuk Bedorong

- Skripsi Meri Rovida

- Skripsi M.uallimin

-Skripsi M.Muallimin

-Skripsi M.Muallimin

- Dokumentasi Geografis

dan Demografi

- Dokumentasi Lembaga

Desa

PANDUAN WAWANCARA

NO JENIS DATA SUBSTANSI WAWANCARA

1

2

3

- Peran Lembaga adat dalam

pelestarian seloko Adat

Pernikahan

- Hambatan dalam melestarikan

- Upaya dalam melestarikan

-Pernahkah dilakukan sosialisasi seloko

adat?

-Apa media yang digunakan?

-Bagaimana pemahaman masyarakat

terhadap makna seloko adat?

-Apakah umur mempengaruhi tingkat

pemahaman seseorang terhadap seloko

adat?

-Pernahkah dilakukan pembinaan?

-Pembinaan seperti apa yang dilakukan?

-Adakah hambatan dalam melakukan

melestarikan

- Strategi atau upaya apa yang dilakukan

untuk Meningkatkan kesadaran

masyarakat akan seloko adat

Page 96: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

84

DATA INFORMAN

NO NAMA JABATAN

1 M. Majid KetuaAdat

2 Marjohan Tengganai Balimo Umah Tongah

3 HasanBasri Tengganai Balimo Samauang

4 Tukil Tengganai Balimo Lubuk Pondam

5 M.Hut Tengganai Balimo Umah Godang

6 Zawawi Tengganai Balimo Sialang

7 M.Tiar Tokoh Masyarakat

8 Muridan Tokoh Masyarakat

9 Anasri Tokoh Masyarakat

10 Rahmat Tokoh Agama

11 Husni Tokoh Pemuda

12 Ridwan Bag. Humas Lembaga Adat Prov. Jambi

Page 97: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

85

CURRICULUM VITAE

A. Informasi Diri

Nama : ZUKNI

Tempat/ Tanggal Lahir : Sungai Dingin 25 juli 1994

alamat : Perum Bouginvil Blok AC 12B, Rt. 24,

Kel.

Kenali Besar, Kec. Alam Barejo

Fakultas/ Jurusan : Dakwah/ Public Relations

Nama Ayah : Kasim

Nama Ibu : Isnaya

Email : [email protected]

B. Riwayat Pendidikan

NO PENDIDIKAN TEMPAT TAHUN

1 SDN.19 4/VII Trans Sei.Dingin 2007

2 Ponpes Al-Mubarok Sebrang Kota

Jambi

2011

3 Ponpes Al-Mubarok Sebrang Kota

Jambi

2014

4 UIN STS Jambi Jambi 2018

Page 98: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

86

A.Gambar 1.1 Proses Berarak

B.Gambar 1.2 Proses Penyambutan Serah Terimo Pengantin

C.Gambar 1.3

Proses Berarak Tomat Kaji

Page 99: EKSISTENSI LEMBAGA ADAT DALAM MELESTARIKAN SELOKO …

87