Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016 Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47 Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo Kecamatan Buluspesantren Kabupaten Kebumen Oleh: Niken Budi Lestari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa [email protected]Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (2) Eksistensi kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode etnografi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah warga desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, instrumen lainnya ada alat rekam, kamera, dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting. Hasil dari penelitian (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (a) Pra Pertunjukan, meliputi: a) Membuat perencanaan acara, b) Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping, c) Mempersiapkan berbagai sesaji, d) Persiapan penari, e) Obong Menyan (membakar Kemenyan), (b) Bentuk pertunjukan kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga, meliputi gerakan membuat lingkaran besar untuk berdoa, gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan thakuran, gerakan unton-unton, gerakan kentrungan, gerakan nyirig, gerakan gebesan, gerakan sendi kaki, gerakan sendi sampur,gerakan pancakgulu, gerakan teposan, dan (c) Pasca pertunjukan ditutup dengan penari kesurupan atau ndadi. (2) Eksistensi kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, antara lain (a) Sejarah berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (b) Penghayatan Masyarakat Tentang Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (c) Upaya Menjaga Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap Eksis, meliputi: a) latihan dengan rutin, b) membentuk grup, c) membentuk organisasi, d) pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu 1) pementasan latihan, dan 2) pementasan undangan/ ditanggap, dan e) peremajaan grup. Kata kunci: Eksistensi, kesenian kuda lumping Pendahuluan Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak kebudayaan, salah satunya adalah dilihat dari banyaknya kesenian yang lahir dan berkembang di Indonesia. Kesenian tersebut diantaranya adalah seperti seni tari, seni musik, seni ukir dan sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu unsur kekayaan yang dapat menjadi kebanggaan tersendiri dan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Seperti yang
13
Embed
Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 47
Eksistensi Kesenian Tradisional Kuda Lumping Grup Seni Budaya
Binaraga di Desa Ambalkumolo Kecamatan Buluspesantren
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskipsikan (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (2) Eksistensi kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan metode etnografi. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai Desember 2015. Subjek penelitian ini adalah warga desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah peneliti sendiri sebagai instrumen utama, instrumen lainnya ada alat rekam, kamera, dan alat tulis untuk mencatat hal-hal yang penting. Hasil dari penelitian (1) Prosesi pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (a) Pra Pertunjukan, meliputi: a) Membuat perencanaan acara, b) Membersihkan arena pertunjukan kuda lumping, c) Mempersiapkan berbagai sesaji, d) Persiapan penari, e) Obong Menyan (membakar Kemenyan), (b) Bentuk pertunjukan kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga, meliputi gerakan membuat lingkaran besar untuk berdoa, gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan thakuran, gerakan unton-unton, gerakan kentrungan, gerakan nyirig, gerakan gebesan, gerakan sendi kaki, gerakan sendi sampur,gerakan pancakgulu, gerakan teposan, dan (c) Pasca pertunjukan ditutup dengan penari kesurupan atau ndadi. (2) Eksistensi kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, antara lain (a) Sejarah berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (b) Penghayatan Masyarakat Tentang Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, (c) Upaya Menjaga Kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap Eksis, meliputi: a) latihan dengan rutin, b) membentuk grup, c) membentuk organisasi, d) pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu 1) pementasan latihan, dan 2) pementasan undangan/ ditanggap, dan e) peremajaan grup.
Kata kunci: Eksistensi, kesenian kuda lumping
Pendahuluan
Indonesia adalah Negara yang memiliki banyak kebudayaan, salah satunya
adalah dilihat dari banyaknya kesenian yang lahir dan berkembang di Indonesia.
Kesenian tersebut diantaranya adalah seperti seni tari, seni musik, seni ukir dan
sebagainya. Kebudayaan merupakan salah satu unsur kekayaan yang dapat menjadi
kebanggaan tersendiri dan sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Seperti yang
Obong menyan merupakan sebuah ritual yang dianggap
sakral oleh masyarakat pendukung tradisi, terutama yang masih
kental dengan nuansa kejawen. Pada intinya proses obong
menyan ini dilakukan untuk meminta kepada leluhur dan roh-
roh (danyang) yang berdiam di dalam peralatan kuda lumping
karena akan diselenggarakannya tarian kuda lumping. Tujuan
lain dari proses obong menyan ini adalah untuk mengundang
roh-roh (danyang) agar hadir dalam tradisi ini, selain itu untuk
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 54
melindungi dan menghindarkan dari roh-roh yang sifatnya
negatif.
2) Pertunjukan kuda lumping grup seni budaya binaraga
Pertunjukan kuda lumping Seni Budaya Binaraga dimulai
dengan bacaan doa, yang dipimpin oleh ketua anggota. Kemudian
setelah selesai berdoa ada sambutan-sambutan, sambutan dari tuan
rumah dan sambutan dari salah satu anggota grup kesenian. Setelah
selesai sambutan kemudian para wiyaga (penabuh gamelan)
memainkan gamelan, untuk pertanda pertunjukan kuda lumping akan
segera dimulai. Hal tersebut dijelaskan saat wawancara dengan Bapak
Turija pada 20 Juli 2015 sebagai berikut.
Kutipan:
“Wonten pelaksaan menika inggih dibuka kaliyan doa, ingkang
dipimpin ketua anggota. Lajeng onten sambutan-sambutan,
sambutan saking tuan rumah kaliyan sambutan saking salah
setunggal anggota grup kesenian. Yen sampun sambutan-
sambutan lajeng gendingan dipun mulai, kangge pertanda
pementasan kuda lumping badhe mulai”.
Terjemahan:
“Dalam pelaksanaan yaitu dibuka dengan doa, yang dipimpin
oleh ketua anggota. Kemudian ada sambutan-sambutan,
sambutan dari tuan rumah dan sambutan dari salah satu
anggota grup kesenian. Jika sudah sambutan-sambutan
kemudian iringan musik dimulai untuk menandakan pementasan
kuda lumping akan mulai”.
Setelah iringan musik dimulai oleh para wiyaga (penabuh
gamelan), kemudian sebagai gerakan pembuka yaitu wirayuda keluar
menari-nari di arena pertunjukan. Wirayuda kemudian membunyikan
pecut tiga kali, pertanda pasukan penari akan keluar untuk menari.
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 55
Setelah pasukan penari keluar, kemudian semua penari menari-nari
mengikuti iringan musik gamelan.
Pada gerakan inti, penari menarikan berbagai macam gerakan
seperti ada gerakan lenggutan kepala, gerakan congklak, gerakan
kentrungan, gerakan nyirig, gerakan thakuran, gerakan unton-unton,
gerakan sendi kaki, gerakan sendi sampur, gerakan teposan, gerakan
pancak gulu, dan gerakan gedrug.
Pada gerakan penutup penari berbaring di atas kepang masing-
masing, kemudian wirayuda menari-nari memutari penari yang sedang
berbaring, kemudian wirayuda membunyikan pecut pertanda
membangunkan penari yang berbaring. Jika ada penari yang tidak
bangun, maka penari tersebut mengalami kesurupan atau ndadi.
b) Pasca pertunjukan kesenian kuda lumping grup seni budaya binaraga
Pasca acara pertunjukan tari kuda lumping Seni Budaya Binaraga
yaitu diakhiri dengan penari yang ndadi. Penari yang ndadi disembuhkan
oleh pawang. Apabila pemain yang ndadi sudah sembuh, maka
pertunjukan sudah selesai. Semua penari dan anggota lainnya istirahat,
setelah semua sudah selesai istirahat secukupnya kemudian semuanya
berdoa dengan doa penutup yang dipimpin ketua anggota. Hal ini
dijelaskan oleh Bapak Sujayus saat wawancara pada 20 Juli 2015.
Kutipan:
“Pasca pertunjuka menika inggih penari ndadi, lajeng yen sampun rampung ndadi lajeng istirahat secukupe. Yen sampun rampung sedoyo anggota berdoa kaliyan doa penutup, ingkang dipimpin ketua anggota”.
Terjemahan :
“Pasca pertunjukan yaitu penari ndadi, kemudian kalau sudah selesai ndadi kemudian istirahan secukupnya. Jika sudah selesai semua anggota berdoa dengan doa penutup, yang dipimpin ketua anggota”.
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 56
c. Pendukung Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga
Dalam kesenian kuda lumping pasti ada pendukung kesenian,
pendukung tersebut meliputi penari, tempat dan waktu, alat musik, tata rias,
tata busana, dan tema pertunjukan. Penari meliputi wirayuda, wirapati,
wiratamtama, cepetan, barongan, penimbul/ pawang. Tempat dan waktu
meliputi lapangan atau tempat terbuka, waktunya pagi, siang, sore dan
malam. Alat musik meliputi kendhang, demung, gong, saron, kethuk kenong,
bonang. Tata rias meliputi bedak, lipstik, sisir, dan kaca. Tata busana
meliputi celana pendek, kaos lengan panjang, rompi, sampur, stagen, ikat
kepala. Tema pertunjukannya adalah gerakan seekor kuda.
d. Perlengkapan Pementasan Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga
Perlengkapan yang dibutuhkan dalam pementasan kuda lumping
grup Seni Budaya Binaraga adalah perlengkapan pementasan seperti
panggung, penari dan sesaji. Panggung meliputi sound, tarub, dan papan.
Penari meliputi seragam, kuda kepang dan pecut. Sesaji meliputi panggang
2. Eksistensi Kesenian Kuda Lumping Grup Seni Budaya Binaraga di Desa
Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen
a. Sejarah Berdirinya kesenian kuda lumping grup Seni Budaya Binaraga
Grup kesenian kuda lumping Ambalkumolo ada sejak tahun 1971, dilatih
oleh Pak Sunarko. Pak Sunarko adalah seorang guru Sekolah Dasar yang
menguasai seni tari kuda lumping dengan gaya temanggungan, beliau berasal
dari Desa Kedungsari, Kecamatan Klirong, Kabupaten Kebumen. Beliau
menawarkan jasa kepada masyarakat Desa Ambalkumolo untuk melatih
kesenian kuda lumping.
Masyarakat mengadakan musyawarah untuk membahas tentang
tawaran diadakannya kesenian kuda lumping. Musyawarah tersebut
menghasilkan kesepakatan menerima tawaran dari Pak Sunarko. Masyarakat
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 57
sepakat untuk mendirikan grup kesenian kuda lumping dengan gaya tarian
tumenggungan. Grup kesenian tersebut dinamakan dengan Seni Budaya
Binaraga. Saat wawancara dengan Mbah Darsan pada 04 Juli 2015, sebagai
berikut.
Kutipan: “Wiwit mulai awal belajar taun 1971, wonten setunggaling guru,
inggih punika maninipun pak Ngademi anggadahi kenalan guru ingkang saged mblajari utawi nyinauni seni kuda lumping model Temanggungan, lajeng dipun praktekaken wonten Desa Ambalkumolo, inggih menika ingkang dipun sesepuhi pak Ngademo almarhum”.
Terjemahan:
“Mulai belajar dari awal tahun 1971, ada salah satu guru, yaitu Bapak
Ngademo yang mempunyai kenalan seorang guru yang bisa
mengajari seni kuda lumping dengan model atau gaya
Temanggungan, lalu dipraktekan di Desa Ambalkumolo, yang diketuai
oleh Bapak Ngademo almarhum”.
b. Penghayatan Masyarakat Terhadap Kesenian Kuda Lumping Grup Seni
Budaya Binaraga
Masyarakat Desa Ambalkumolo antusias dengan kesenian kuda
lumping, apalagi kesenian kuda lumping milik sendiri. Desa Ambalkumolo
memiliki kuda lumping dengan nama grup Seni Budaya Binaraga. Semua
masyarakat menanggapi kesenian kuda lumping dengan baik dan mendukung
dengan adanya kesenian kuda lumping. Kesenian kuda lumping begitu dicintai
oleh mayarakat, buktinya sering digilir atau disuruh pentas dengan undangan
perorangan maupun dari undangan kelompok. Penghayatan dari Bapak Aan
seorang pegawai Sekolah saat wawancara pada 3 November 2015, sebagai
berikut.
Kutipan: “Kula inggih remen marang kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga, kula inggih sering nonton yen onten pertunjukan lan yen kula nganggur,mboten teng sekolahan. Kula ndukung sanget kaliyan kesenian kuda lumping wonten Ambalkumolo,amargi kula remen. Kula inggih nate nggilir nanggap kanggo acara khitanan anak kula”.
Vol. / 09 / No. 02 / Oktober 2016
Jurnal Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 58
Terjemahan :
“Saya ya suka dengan kesenian kuda lumping Seni Budaya
Binaraga,saya juga sering nonton kalau ada pertunjukan dan saya
tidak bekerja, tidak di sekolahan. Saya mendukung sekali dengan
kesenian kuda lumping di Ambalkumolo”.
c. Upaya Menjaga Kesenian Kuda Lumping grup Seni Budaya Binaraga Desa
Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen Agar Tetap
Eksis
Cara menjaga kesenian kuda lumping Seni Budaya Binaraga agar tetap
eksis yaitu dengan cara : (1) latihan dengan rutin, (2) membentuk grup, (3)
membentuk organisasi, (4) pementasan, pementasan dibagi menjadi dua yaitu
(a) pementasan latihan, dan (b) pementasan undangan/ ditanggap, dan (5)
peremajaan grup. Saat wawancara dengan Bapak Turija pada 20 Juli 2015,
sebagai berikut.
Kutipan: “Upayanipun inggih sering latian, lajeng ndamel grup,ndamel organisasi, pagelaran, pagelaran menika wonten kalih, yaiku pagelaran undangan lan pagelaran latian, lan wonten peremajaan grup utawi nganyari anggota”.
Terjemahan: “Upayanya yaitu sering latihan, kemudian membuat grup, membentuk
organisasi, pertunjukan, pertunjukan tersebut ada dua, yaitu pertunjukan undangan atau diundang dan pertunjukan latihan, dan ada peremajaan grup atau memperbaharui anggota”.
Simpulan
Hasil penelitian sebagai berikut; (1)Proses pertunjukan kesenian tradisional kuda
lumping grup Seni Budaya Binaraga di Desa Ambalkumolo, Kecamatan Buluspesantren,
Kabupaten Kebumen, 1) Pra Pertunjukan yang meliputi: (a) Membuat perencanaan
Mada University Press. Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Humaniora
Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusliana, Iyus. 1990. Pendidikan Seni Tari. Jakarta: Departemen Pendidikan dan