Top Banner

of 24

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF KPH Cianjur

Jul 12, 2015

Download

Documents

kph_cianjur

Summary of HCVF management in forest areas KPH Cianjur
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF

EKSEKUTIF SUMMARY PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI( High Conservation Value Forest )

DI WILAYAH KPH CIANJUR

PERUM PERHUTANI (PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA) UNIT III JAWA BARAT & BANTEN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN CIANJUR Jalan Dr. Muwardi No. 120 B Telephone (0263) 261741 Fax. 266265 Web. http://www.kphcianjur.perumperhutani.com. Email : [email protected]

i

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF KATA PENGANTAR Manajemen Pengelolaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi / KBKT atau HCVF, dilakukan sebagai salah satu pemenuhan terhadap prinsip dan kriteria pengelolaan hutan lestari yang dikeluarkan oleh FSC (Forest Stewardship Council), pada prinsip 9 pemeliharaan kawasan bernilai konservasi tinggi (HCVF). Sebagai tindak lanjut dari identifiksasi keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi, dibuat rencana pengelolaan dan pemantauan terhadap target konservasi, yang disusun berdasarkan hasil identifikasi tekanan dan sumber tekanan melalui proses pelaksanaan SCP dan PCP, hasil dari penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan yang dibuat melalui proses SCP dan PCP kemudian digabung dalam Dokumen Manajemen Pengelolaan HCVF. Dalam penyusunannya, penilaian atau identifikasi keberadaan KBKT, pengolahan data dan proses penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan KBKT di KPH Cianjur dilakukan oleh Perum Perhutani, yang dibantu oleh Tropical Forest Trust, Pakar Ekologi IPB, Instansi Pemerintah, LSM dan Masyarakat. Metoda yang digunakan adalah Proforest Toolkit, konsultasi dengan Masyarakat Desa Hutan menggunakan PCP dan konsultasi bidang ekologi sekaligus full assessment aspek ekologi melalui proses SCP untuk menyusun strategi dan monitoring pengelolaan KBKT

Cianjur, Desember 2011 Administratur / KKPH Cianjur

Ir. Hezlisyah Siregar, MF., MBA. PHT. 19640727 199004 1

ii

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................... ii DAFTAR ISI .............................................................................................. iii PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang...................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................... 2 KEADAAN UMUM KAWASAN ............................................................ 3 A. Kondisi Umum ..................................................................................... 3 B. Pembagian Kawasan............................................................................ 3 HASIL PENILAIAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT) ........................................................................................................ 5 A. Biodiversity Values / Nilai-Nilai Keanekaragaman Hayati ............ 5 1. NKT 1 .............................................................................................. 5 2. NKT 2 .............................................................................................. 7 3. NKT 3 .............................................................................................. 8 B. Environmental Services Values / Nilai-Nilai Jasa Lingkungan ...... 9 NKT 4 .................................................................................................... 9 C. Social & Cultural Values / Nilai-Nilai Sosial & Budaya .................10 NKT 5 ...................................................................................................10 NKT 6 ...................................................................................................10 RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT) ..........................................12 KESIMPULAN ..........................................................................................18

iii

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep HCVF (High Conservation Value Forest) atau Hutan Bernilai Konservasi Tinggi muncul pada tahun 1999 sebagai Prinsip ke 9 dari standar pengelolaan hutan yang berkelanjutan yang dikembangkan oleh Majelis Pengurus Hutan (Forest Stewardship Council / FSC), dengan tujuan untuk mencapai perencanaan tata-guna lahan yang menjaga keberlanjutan fungs dan manfaat biologi, sosial, dan ekologis. Dalam rangka mewujudkan visi Perum Perhutani sebagai pengelola hutan lestari berdasar standard FSC diperlukan implementasi pengelolaan hutan sesuai 10 Prinsip FSC, diantaranya adalah implementasi Pengelolaan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi atau HCVF sebagai pemenuhan terhadap prinsip 9 mengenai pemeliharaan Hutan Bernilai Konservasi Tinggi atau High Conservation Value Forest (HCVF), yang mensyaratkan adanya upaya perlindungan dan pemeliharaan terhadap kawasan yang bernilai konservasi tinggi dalam pengelolaan hutan untuk menjamin tidak ada perusakan terhadap kawasan tersebut dan menjamin pemeliharaan dan atau peningkatan nilai-nilai konservasi tinggi. Pengelolaan HCVF di Perum Perhutani KPH Cianjur secara garis besar dilakukan dengan menggunakan pendekatan 2 (dua) tahap, yaitu : 1) Mengidentifikasi keberadaan kawasan yang mengandung nilai-nilai konservasi tinggi di wilayah KPH Cianjur, dan 2) Menyusun dan melaksanakan sistem pengelolaan dan pemantauan KBKT untuk menjamin pemeliharaan dan atau peningkatan nilai-nilai tersebut melalui proses SCP (Site Conservation Planning) dan PCP (Participatory Conservation Planning).

1

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF Penilaian /identifikasi keberadaan KBKT di KPH Cianjur dilakukan oleh Perum Perhutani, dibantu oleh Tropical Forest Trust, Pakar Ekologi IPB, Instansi Pemerintah, LSM dan Masyarakat. Metoda yang digunakan adalah Proforest Toolkit, konsultasi dengan Masyarakat Desa Hutan menggunakan PCP ; konsultasi bidang ekologi sekaligus full assessment aspek ekologi melalui proses SCP untuk menyusun strategi dan monitoring pengelolaan KBKT. B. Tujuan Tujuan dari studi pengkajian keberadaan HCVF/KBKT di Perum Perhutani KPH Cianjur ini adalah : a. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kawasan HCVF/KBKT di wilayah KPH Cianjur melalui proses konsultasi (sosial) maupun melalui identifikasi aspek ekologi sebagai pemenuhan prinsip 9.1 dan 9.2 Menjustifikasi ada atau tidak kawasan HCVF/KBKT wilayah unit managemen hutan Perum Perhutani KPH Cianjur Menyusun rencana pengelolaan dan konservasi apabila ditemukan kawasan HCVF/KBKT di wilayah unit managemen hutan Perum Perhutani KPH Cianjur sebagai pemenuhan prinsip 9.3. Membangun system monitoring pengelolaan HCVF/KBKT untuk mengetahui apakah strategi yang dikembangkan sudah tepat atau belum sebagai pemenuhan prinsip 9.4.

b. c.

d.

2

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF KEADAAN UMUM KAWASAN A. Kondisi Umum KPH Cianjur merupakan Forest Manajemen Unit (FMU) di bawah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. KPH Cianjur mempunyai luas hutan 70.064,40 ha terdiri dari hutan produksi terbatas 21.298,47 ha, hutan produksi tetap seluas 24.506,17 ha dan hutan lindung seluas 24.259,76 ha. Berdasarkan wilayah administratif kerja tersebar di 3 (tiga) kabupaten yaitu kabupaten Cianjur (69.136,40 ha = 98,7 %), kabupaten Sukabumi (777,17 ha = 1,1 %) dan kabupaten Purwakarta (150,83 ha = 0,2 %). Secara geografis terletak di 60 361l - 70 261 LS serta 1060 301 - 1070 251 BT. Batas wilayah pemantauan peredaran hasil hutan meliputi sebelah utara wilayah administrasi Kabupaten Purwakarta dan Bogor (KPH Purwakarta dan KPH Bogor), sebelah timur berbatasan dengan wilayah administratif Kabupaten Bandung Barat dan Garut (KPH Bandung Utara, Bandung Selatan dan KPH Garut), sebelah selatan Samudera Indonesia dan sebelah barat wilayah administrasi Kabupaten Sukabumi dan Bogor (KPH Sukabumi dan KPH Bogor). B. Pembagian Kawasan KPH Cianjur mengelola kelas perusahaan Jati dan kelas perusahaan Pinus, kelas perusahaan Pinus lebih mendominasi daripada kelas perusahaan Jati, akan tetapi dibandingkan dengan struktur tegakan pada kelas perusahaa Pinus terdapat dominasi hutan alam yaitu seluas 26.341,29 ha, terdapat di kawasan Hutan Lindung seluas 19.772,77 ha dan berupa hutan alam kayu lain ( HAKL ) pada kawasan hutan produksi seluas 6.568,52 ha. Berdasarkan Skema Pembagian Kawasan hutan KPH Cianjur, terbagi menjadi 3 (tiga) induk kawasan hutan yaitu kawasan produksi, lindung dan kawasan penggunaan lainnya, seperti pada bagan berikut :

3

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF SKEMA PEMBAGIAN KAWASAN HUTAN KPH CIANJURPEMBAGIAN KAWASAN HUTAN BERDASARKAN RENCANA PENGATURAN HUTAN LESTARI ( RPHL ) KPH CIANJUR TAHUN 2010Situs Budaya 2,12 0,00% Situs Ekologi dan MA) 92,50 0,13% 34,62% HUTAN LINDUNG ( HL ) SK. Menhut. No. 195 Th. 2003 24.259,76 Wana Wisata 6,13 0,01% Hutan Alam 10.468,30 14,94% Tegakan Homogen 4.386,24 6,26% Kawasan Biodiversity 9.304,47 13,28% (W

Sempadan Sungai 2.239,56 3,20% Sempadan Pantai 48,57% KAWASAN LINDUNG 34.033,07 4,54% KWS. PERL. SETEMPAT 3.180,42 Sempadan Waduk 8,86 0,01% Sempadan Mata Air (Situs Ekologi) 115,91 0,17% Sempadan Jurang 790,99 1,13% Situs Budaya 20,07 0,03% 24,37 0,03% Wana Wisata 3,50 0,00% Kuburan 9,41% KWS. PERL. KHUSUS 6.592,89 HUTAN PENELITIAN - 0,00% HUTAN ALAM 6.568,52 9,37% Hutan Alam Kayu Lain 6.555,15 9,36% Hutan Alam Kayu Lain Tak Baik Untuk Jati 13,37 0,02% Hutan Alam Jati Merana - 0,00% KAWASAN BIODIVERSITY - 0,00% 0,80 0,00% 25,10 0,04%

Pembagian LDTI 1 Alur

7 KUBURAN 8 WANA WISATA 9 TPK/TPN 10

KU I 4.300,97 18,58% Kelas Umur 18,66% Produktif 13.070,74 43,53% Baik u/ Produksi 30.499,48 Miskin Riap 50,50 13.016,14 Masak Tebang 4,10 KU II 3.841,89 KU III 2.811,11 KU IV 907,69 KU V 491,97 KU VI 92,27 KU VII 502,37 KU VIII UP 67,87 Lapangan Tebang Habis Jangka Lampau 719,82 1,03% 24,88% Tidak produktif 17.428,74 100,00% Luas Hutan KPH CIANJUR 70.064,40 50,58% KAWASAN PRODUKSI 35.437,18 5,08% Baik u/ Pro KP 3.558,60 5,09% Tak Baik u/ produksi 3.564,00 0,01% Kaw Tdk Baik Utk Jenis KP 5,40 1,96% Bukan Untuk Produksi (TBP) 1.373,70 Tanah Kosong Tak Baik Untuk Jati 5,40 0,01% Tanaman Jenis Kayu Lain 3.558,60 5,08% Tanaman Jati Pertumbuhan Kurang 561,40 0,80% Tanah Kosong dan / Tidak Produktif 2.869,09 4,09% Tanaman Kayu Lain 13.278,43 18,95% 0,10% 0,72% 0,13% 0,70% 1,30% 4,01% 5,48% 6,14%

Alur 277,60 0,40% Pekarangan Dinas 0,67% 0,85% KAWASAN PENGGUNAAN LAIN 594,15 Penggunaan Lain 472,10 0,17% Areal Pengadaan Benih 122,05 Jalur SUTT 30,48 0,04% Tempat Penimbunan dan / Pengumpulan Kayu 15,98 0,02% Lain-lain (Renc. Proyek PLTA Cirata, Tanah Pinjam Pakai PT. MMI, TPA, Guest House Eks. Prkbn. Angkola, Pemancar) 96,42 0,14% Jalan 47,71 0,07% 3,91 0,01%

Gambar. Pembagian Kawasan Hutan KPH Cianjur pada KP Jati dan Pinus

4

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF HASIL PENILAIAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT) Berdasarkan substansinya, atribut HCVF sebagaimana dideskripsikan oleh FSC dikelompokkan ke dalam dua bidang kajian nilai yaitu (1) nilai-nilai ekologis dan (2) nilai-nilai sosial. Kajian keberadaan HCVF (High Conservation Value Forest) prinsip 9 FSC disini bukan merupakan kajian tentang perlindungan spesies langka, terancam dan hampir punah secara individu. Akan tetapi kajian ini mengkaji tentang apakah suatu areal dapat dikategorikan sebagai HCVF atau tidak dengan melakukan evaluasi apakah areal tersebut memiliki 1 atau lebih dari 6 sifat Nilai Konservasi Tinggi/NKT. A. Biodiversity Values / Nilai-Nilai Keanekaragaman Hayati 1. NKT 1 Kawasan yang Mempunyai Tingkat Keanekaragaman Hayati yang Penting 1.1 Kawasan yang Mempunyai atau Memberikan Fungsi Pendukung Keanekaragaman Hayati bagi Kawasan Lindung dan /atau Konservasi Kawasan Hutan Lindung yang dikelola Perum Perhutani KPH Cianjur yang sudah ditetapkan pemerintah berdasarkan S.K. Menteri Kehutanan No. 195/Kpts-II/2003, berupa areal kawasan hutan (di luar alur) berada di wilayah pengelolaan BKPH Cibarengkok, Sindangbarang, Sukanagara Utara dan BKPH Sukanagara Selatan seluas 23.929,42 ha, masuk pada kategori NKT 1.1. Adapun kawasan hutan Perum Perhutani KPH Cianjur yang merupakan buffer zone bagi kawasan konservasi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, terdapat pada buffer zone Cagar Alam Talaga Warna dan TWA Jember yaitu di wilayah pengelolaan RPH Puncak BKPH Cianjur seluas 342,75, pada buffer zone Cagar Alam Gunung Simpang yaitu di wilayah pengelolaan RPH Cibarengkok II BKPH Cibarengkok seluas 248,52.

5

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF Luas kawasan hutan Perum Perhutani KPH Cianjur yang merupakan kawasan hutan lindung dan buffer zone kawasan konservasi yang telah ditetapkan Pemerintah adalah seluas 24.520,69 ha, berdasarkan atribut NKT memiliki nilai NKT 1.1. 1.2 Species Hampir Punah Berdasarkan hasil survey biodiversity KPH Cianjur ditemukan jenis Aves 110 Species, Amfibi 20 Species, Reptil 18 Species dan Mamalia 25 Species, dari sejumlah Species yang ditemukan tersebut terdapat 41 Species yang termasuk pada Species RTE baik yang dilindungi Peraturan Pemerintah, IUCN atau pada Cites Appendices, dari sejumlah Species yang ditemukan terdapat 1 (satu) Species berdasarkan Red List IUCN masuk pada kategori Critically Endangered, yaitu Macan Tutul / Macan Kumbang (Panthera pardus melas). Hasil Survey Biodiversity yang dilakukan tahun 2010, di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur ditemukan jenis Macan Tutul di wilayah hutan alam Cibarengkok pada petak 57A luas 478,12 Ha RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok KPH Cianjur. 1.3 Kawasan yang Merupakan Habitat Bagi Populasi Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup (Viable Population) Untuk penilaian NKT 1.3. Habitat bagi populasi species terancam, penyebaran terbatas atau dilindungi yang mampu bertahan hidup terdapat kawasan seluas 2.341,76 Ha di wilayah pengelolaan RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok, yang merupakan habitat bagi species Macan Tutul (Panthera pardus melas) dan Owa Jawa (Hylobates moloch), berdasarkan hasil pengolahan data survey biodiversity.

6

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF 1.4 Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Spesies atau Sekumpulan spesies yang Digunakan Secara Temporer (Viable Population) Untuk nilai NKT 1.4. Habitat bagi species yang digunakan secara temporer, teridentifikasi seluas 627,68 Ha kawasan, berupa gua yang digunakan habitat bagi jenis Kelelawar dan buffer zone bagi kawasan konservasi yang digunakan bagi habitat secara temporer jenis burung dari kawasan konservasi Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Talaga Warna dan TWA Jember. 2. NKT 2 Kawasan Bentang Alam yang Penting bagi Dinamika Ekologi Secara Alami 2.1. Kawasan Bentang Alam Luas yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi Secara Alami Mempertimbangkan (1) proporsi luas KPH Cianjur terhadap luas wilayah fisiografis dataran Kaki Bukit Utara (0,14%) dan Torehan Dataran Tinggi dan Dataran Rendah Selatan (0,12%) yang sangat kecil ; serta (2) kawasan hutan KPH-KPH Perum Perhutani yang berada pada wilayah fisiografis sama yang dikelola dengan tujuan pengelolaan yang sama tidak mengalami gradasi hutan dalam bentuk alih fungsi lahan, maka kawasan KPH Cianjur bukan merupakan KBKT ditinjau dari besarnya lanskap dan nilai-nilai keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. 2.2. Kawasan Alam yang Berisi Dua atau Lebih Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak Terputus (berkesinambungan) Wilayah kawasan hutan Perum Perhutani KPH Cianjur terbagi pada petak-petak berdasarkan sebaran jenis tanaman dan kelas umur, namun masing-masing terwakili pada formasi hutan hujan tropis pegunungan bawah (ketinggian 1.000 2.000 mdpl), ataupun pada formasi hutan hujan tropis dataran rendah (ketinggian 0 - 1.000 mdpl).

7

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF Dengan pertimbangan tidak terdapat formasi ekosistem hutan dataran rendah dan formasi ekosistem hutan pegunungan bawah yang menjadi satu kesatuan yang tidak terputus, maka kawasan hutan Perum Perhutani KH Cianjur tidak memiliki atribut NKT 2.2.. 2.3. Kawasan yang Mengandung Populasi dari Perwakilan Spesies Alami Identifikasi NKT 2.3. untuk kawasan yang mengandung populasi dari perwakilan specis alami, dalam hal ini species interest, sebagaimana hasil pengolahan data survey biodiversity dimana Umbrella Indeks tertinggi pada jenis Elang Ruyuk (Spilornis cheela) Ular Sanca Bodo (Python molurus) dan Macan Tutul (Panthera pardus melas), merupakan species interest KPH Cianjur. Kawasan hutan yang disediakan sebagai habitat satwa tersebut seluas 1.655,04 ha, pada petak 8 RPH Hanjawar Timur I BKPH Sukanagara Utara, RPH Hanjawar Timur II dan RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok pada BKPH Cibarengkok. 3. NKT 3 Kawasan yang Mempunyai Ekosistem yang Langka atau Terancam Punah Kawasan hutan di KPH Cianjur yang teridentifikasi mengandung nilai NKT 3. Seluas 24.587,80 ha. Ekosistem yang ada tersebut umumnya berupa ekosistem hutan dataran rendah seluas 5.503,22 ha, ekosistem hutan pegunungan bawah (sub montana) seluas 19.023,07 ha, ekosistem hutan karst seluas 36,41 ha, dan terdapat seluas 25,10 ha yang merupakan ekosistem hutan mangrove.

8

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF B. Environmental Services Values / Nilai-Nilai Jasa Lingkungan NKT 4 Kawasan Yang Menyediakan Jasa-jasa Lingkungan Alami 4.1 Kawasan atau Ekosistem yang Penting Sebagai Penyedia Air dan Pengendalian Banjir bagi Masyarakat Hilir Di dalam kawasan hutan KPH Cianjur terdapat mata air yang dapat digunakan oleh masyarakat sebagai sumber air minum, pengairan sawah, perikanan dan untuk keperluan MCK. Dari hasil identifikasi dan inventarisasi terdapat 45 titik mata air yang ada di kawasan hutan. Sekitar 31 mata air sudah dimanfaatkan sebagai sumber air minum bagi masyarakat Cianjur dan sekitarnya. Terdapat seluas 2.461,03 Ha, kawasan berupa Sungai, Mata Air, Rawa dan Telaga, yang merupakan kawasan atau ekosistem yang penting sebagai penyedia air dan pengendali banjir 4.2 Kawasan yang Penting bagi Pengendalian Erosi dan Sedimentasi Berdasarkan Inventarisasi Kawasan Perlindungan Setempat (KPS) KPH Cianjur tahun 2010 dan evaluasi potensi SDH tahun 2009 yang ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat (KPS) seluas 3.180,42 ha yang terdiri dari 2.091,57 ha (KP Jati) dan 1.088,85 ha (KP Pinus) yang terbagi dalam sempadan sungai seluas 2.239,56 ha, sempadan jurang 790,99 ha, sempadan mata air 115,91 ha, Sempadan Waduk 8,86 ha dan sempadan pantai 25,10 ha. Kawasan perlindungan setempat selain sebagai penyedia air dan pengendali banjir, juga sangat penting bagi pengendali erosi dan sedimentasi yaitu pada kawasan sempadan jurang seluas 790,99 ha.

9

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF 4.3 Kawasan yang Berfungsi Sebagai Sekat Alam untuk Mencegah Meluasnya Kebakaran Hutan atau Lahan Secara umum di wilayah KPH Cianjur jarang terjadi kebakaran, bahkan pada tahun 2010 tidak tercatat adanya kejadian kebakaran hutan. Kebakaran yang pernah terjadi pada tahun 2010 hanya pada skala kecil dan yang terbakar bagian lantai hutan dan tidak mematikan tanaman Jati. Seresah di atas tanah berupa daun lebar dan cabang yang jatuh membusuk perlahan-lahan menghambat tumbuhan lain, tapi membentuk serasah yang mudah terbakar. Jika ada api merambat, pohon Jati tidak terbakar tapi tumbuhan bawah terbakar (Whitten T. Et all 1999). Saat musim hujan tumbuan bawah yang terbakar tumbuh kembali. Mengingat hal tersebut, di kawasan hutan KPH Cianjur tidak teridentifikasi NKT 4.3. C. Social & Cultural Values / Nilai-Nilai Sosial & Budaya NKT 5 Kawasan Alam yang Mempunyai Fungsi Penting untuk Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat Lokal Kawasan yang penting untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat lokal teridentifikasi pada lokasi tanaman dengan sistem tumpangsari, karena peranan penting sumberdaya hutan dalam pemenuhan kebutuhan dasar atau mata pencaharian terletak pada nilai-nilai dalam kegiatan tanaman Sistem Tumpangsari, adapun kawasan berupa sumber mata air yang dijadikan kebutuhan pokok untuk air minum seluas 76,96 Ha. NKT 6 Kawasan yang Mempunyai Fungsi Penting Untuk Identitas Budaya Tradisional Komunitas Lokal Ditemukan situs budaya dan religi di wilayah KPH Cianjur, seluas 23,49 Ha, pada kawasan hutan produksi seluas 21,37 Ha dan pada kawasan hutan lindung seluas 2,12 Ha, masuk pada kategori NKT 6.

10

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF Situs-situs ini sudah menjadi milik masyarakat umum dan bukan menjadi milik khusus masyarakat adat. Situs-situs ini termasuk dalam NKT 6 terkait dengan nilai religi, sosial dan ekologi sebagian masyarakat. Situs-situs ini dalam konteks perlindungan areal sudah diidentifikasi oleh KPH Cianjur dan sudah diakomodasi oleh Prinsip 3.3. FSC.

11

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (KBKT) Berdasarkan hasil identifikasi keberadaan KBKT dalam proses sebelumnya yang dilanjutkan dengan kegiatan full assessment untuk pengelolaannya melalui proses SCP dan PCP, maka disusun strategi pengelolaan dan pemantauan KBKT pada target konservasi hasil identifikasi. Penyusunan strategi pengelolaan KBKT didahului dengan penentuan target konservasi, dilanjutkan survey viabilitas, stress dan stressor setiap target konservasi. Dari hasil assessment, viabilitas target konservasi secara keseluruhan di KPH Cianjur diketahui pada level sangat baik (very good), sebagaimana tersaji dalam tabel berikut : Tabel. Ringkasan Rangking Viabilitas Target Konservasi KPH CianjurNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Sistem / Target Konservasi Hutan Alam Batu Tumpang Hutan Alam Gunung Beser Hutan Alam Geger Bentang Hutan Alam Pasir Cibeureum Hutan Alam Cibitung Hutan Alam Gunung Kancana Hutan Alam Gunung Gombong Hutan Alam Mega Mendung Hutan Alam Cisarua CA Hutan Alam Gunung Hanjawar Hutan Alam Cibarengkok Simpang Hutan Alam Gunung Bengbreng Hutan Alam Cantayan Barat Hutan Alam Dinding Ari Hutan Alam Jampang Manggung Hutan Alam Pasir Astana Hutan Alam Cipandak Hutan Alam Gunung Kendang Kidul Hutan Alam Gunung Bahurarang Hutan Alam Gunung Buleud Hutan Alam Pasir Cibeser Hutan Alam Gunung Garungsang Hutan Alam Gunung Karang Tugu Hutan Alam Angkola Hutan Alam Pasir Galing Hutan Alam Gunung Subang Hutan Alam Pasir Panglay Hutan Alam Cihea Selatan Hutan Alam Pasir Tubuy Hutan Lindung Gunung Garungsang Hutan Lindung Gunung Hanjawar Hutan Lindung Gunung Kendang Kidul Hutan Lindung Gunung Simpang Jurang dan Kawasan Curam Kawasan Mata Air DAS Cibuni DAS Cisadea DAS Citarum Kawasan Waduk dan Telaga Kawasan Mangrove / Pantai Kawasan Gua Macan Tutul Elang Ruyuk Ular Sanca Bodo Size Grade Weight Very Good 4,0 Very Good 4,0 Fair 2,0 Fair 2,0 Good 3,0 Very Good 4,0 Fair 2,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Fair 2,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Fair 2,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Fair 2,0 Good 3,0 Very Good 4,0 Fair 2,0 Good 3,0 Good 3,0 Very Good 4,0 Very Good 4,0 Poor 1,0 Good 3,0 Fair 2,0 Good 3,0 Very Good 4,0 Good 3,0 Very Good 4,0 Good 2,4 Good 2,9 Good 2,6 Good 2,2 Fair 1,5 Good 2,2 Very Good 4,0 Fair 1,8 Very Good 3,5 Very Good 3,5 Very Good 3,5 3,1 SITE BIODIVERSITY RANK Condition Grade Weight Good 3,0 Good 2,9 Good 2,7 Good 2,6 Good 2,8 Good 2,6 Good 2,6 Very Good 3,1 Good 2,8 Very Good 3,5 Good 2,9 Good 2,7 Good 2,9 Good 3,0 Good 3,0 Very Good 3,1 Very Good 3,5 Very Good 3,5 Very Good 3,6 Very Good 3,6 Very Good 3,2 Good 2,8 Very Good 3,1 Good 2,9 Very Good 3,2 Very Good 3,1 Very Good 3,4 Very Good 3,2 Very Good 3,4 Good 2,7 Very Good 3,1 Very Good 3,5 Very Good 3,3 Fair 1,9 Good 2,4 Good 2,4 Fair 2,0 Good 2,3 Good 2,6 Fair 1,8 Good 2,1 Very Good 3,5 Very Good 3,6 Very Good 3,3 2,929747 Lanscape RANGKING Grade Weight VIABILITAS Good 2,9 Very Good Very Good 3,2 Very Good Very Good 3,7 Good Very Good 3,3 Good Very Good 3,8 Very Good Very Good 3,3 Very Good Good 2,7 Good Very Good 3,3 Very Good Very Good 3,3 Very Good Very Good 3,8 Very Good Very Good 3,7 Very Good Very Good 4,0 Very Good Good 2,3 Good Good 2,7 Very Good Good 2,7 Very Good Good 2,3 Good Very Good 3,5 Very Good Very Good 3,3 Very Good Very Good 3,3 Good Very Good 3,3 Very Good Very Good 3,1 Very Good Fair 2,0 Good Good 2,3 Good Good 2,7 Good Good 2,1 Very Good Good 2,8 Very Good Good 2,7 Good Good 2,7 Good Good 2,7 Good Good 2,2 Good Very Good 3,7 Very Good Very Good 3,3 Very Good Very Good 3,7 Very Good Good 2,7 Good Very Good 3,5 Good Good 2,8 Good Good 2,8 Good Good 2,8 Good Very Good 3,5 Good Very Good 3,3 Very Good Good 2,1 Fair Very Good 4,0 Very Good Very Good 4,0 Very Good Very Good 4,0 Very Good 3,092144 SANGAT BAGUS Very Good

12

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF Strategi pengelolaan target-target konservasi ini dibangun dengan mengikuti kaedah pengelolaan kawasan konservasi, dimana terdapat tiga pilihan umum pengelolaan target konservasi yang meliputi : (1) Konservasi murni Konservasi murni berarti pada kawasan konservasi tersebut hanya untuk peruntukan perlindungan tanpa ada aktivitas lain selain pengelolaan kawasan konservasi, hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai konservasi tinggi yang ada pada kawasan tersebut tetap dapat dijaga, atau bahkan ditingkatkan kualitasnya. (2) Modifikasi atau Pengelolaan Terbatas; dan Modifikasi atau pengelolaan terbatas terhadap kawasan konservasi berarti dalam mengelola kawasan tersebut masih diperkenankan untuk melakukan pengelolaan hutan, hanya saja dengan metode yang ramah terhadap lingkungan dan sangat terbatas dengan pengawasan yang sangat ketat, dimana tujuan utama dalam modifikasi pengelolaan ini adalah nilai-nilai konservasi tinggi tetap dapat dijaga dan bahkan ditingkatkan kualitasnya. (3) Restorasi. Restorasi adalah aktivitas pemulihan kembali kawasan konservasi dari segala stress yang dialami oleh kawasan tersebut. Ekologi pemulihan lingkungan (ecological restoration) dapat didefinisikan sebagai proses yang secara sengaja mengubah (keadaan lingkungan) suatu lokasi guna menetapkan suatu ekosistem yang bersifat tertentu, asli, dan bersejarah. Tujuan dari proses ini adalah untuk mengembalikan struktur, fungsi keanekaragaman dan dinamika suatu ekosistem. Strategi pengelolaan dan pemantauan target konservasi yang telah dibangun tersebut kemudian digunakan sebagai dasar dalam penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan KBKT di KPH Cianjur. Ringkasan hasil identifikasi dan rencana pengelolaan dan pemantauan KBKT disajikan dalam matriks berikut.

13

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVFMATRIK HASIL IDENTIFIKASI KEBERADAAN HCVF DAN RENCANA PENGELOLAAN & PEMANTAUAN HCVF DI KPH CIANJURa

RENCANA PENGELOLAAN DAN RENCANA PEMANTAUAN NKT BERDASARKAN HASIL SCP DAN PCP Luas Rencana Pemantauan NKT NKT Definisi Distribusi di KPH Cianjur Rencana Pengelolaan NKT (Ha) Parameter Metode Indikator NKT 1. Kawasan hutan secara global, regional atau nasional berisi konsentrasi yang signifikan nilai-nilai keanekaragaman hayati. 1.1. Kawasan yang Hutan Lindung Cibarengkok, Sindang24.520,69 1. Collaborative management A. Viabilitas Target Konservasi 2. Pengamanan penyangga Kawasan 1. Ukuran a. Pengukuran a. Luas (Komunitas/Habitat) Mempunyai atau barang, Sukanagara Utara dan b. Line Transect b. Kelimpahan flora Konservasi dan Hutan Lindung Memberikan Fungsi Sukanagara Selatan; Buffer Zone 3. Inventarisasi kerusakan dan sumber c. Line Transect c. Kelimpahan fauna Pendukung Cagar Alam Gunung Simpang; TWA kerusakan pada penyangga Kawasan Keanekaragaman Hayati Jember dan Talaga Warna 2. Kondisi a. Line Transect a. Struktur flora Konservasi dan Hutan Lindung Bagi Kawasan Lindung 4. Rehabilitasi dan Restorasi penyangga b. Line Transect b. Komposisi flora & fauna dan/atau Konservasi. Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung 5. Pemeliharaan dan Pengamanan Tata 3. Konteks Lanskap Batas pada penyangga Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung 6. Sosialisasi, Komunikasi dan Informasi 7. Pengendalian Kebakaran B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan a. b. SCP, Pengukuran Sample SCP a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

HASIL IDENTIFIKASI NKT

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

1.2. Spesies Hampir Punah / Macan masuk pada Critically melas ) Endangered / CITES Apendix I

Tutul

(Panthera

pardus

478,12 1. Collaborative management A. Viabilitas Target Konservasi 2. Pengamanan spesies Macan Tutul dan 1. Ukuran habitatnya 3. Pengendalian kebakaran 4. Pemeliharaan dan Pengamanan Tata Batas pada habitat spesies Macan Tutul 2. Kondisi 5. Pengelolaan spesies Macan Tutul dan habitatnya 3. Konteks Lanskap

a. b. c. a.

Pengukuran Line Transect Concentration Count Line Transect

a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Kelimpahan Macan Tutul c. Minimum dinamic area a. Struktur flora & spesies Macan Tutul b. Komposisi flora & spesies Macan Tutul c. Interaksi biotik spesies Macan Tutul a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

a.

SCP, Pengukuran Sample

b. B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

SCP

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

12

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVFHASIL IDENTIFIKASI NKT NKT 1.3. Definisi Distribusi di KPH Cianjur RENCANA PENGELOLAAN DAN RENCANA PEMANTAUAN NKT BERDASARKAN HASIL SCP DAN PCP Luas Rencana Pemantauan NKT Rencana Pengelolaan NKT (Ha) Parameter Metode Indikator 2.341,76 1. Collaborative management A. Viabilitas Target Konservasi 2. Pengamanan spesies Macan Tutul, Owa 1. Ukuran a. Pengukuran a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Line Transect b. Kelimpahan Macan Tutul dan Owa Jawa Jawa dan habitatnya 3. Pengendalian kebakaran c. Concentration Count c. Minimum dinamic area 4. Pemeliharaan dan Pengamanan Tata Kondisi a. Line Transect a. Struktur flora, struktur spesies Macan Batas pada habitat spesies Macan Tutul 2. Tutul dan Owa Jawa dan Owa Jawa 5. Pengelolaan spesies Macan Tutul, Owa b. Komposisi flora, komposisi spesies Jawa dan habitatnya Macan Tutul dan Owa Jawa c. Interaksi biotik spesies Macan Tutul dan Owa Jawa 3. Konteks Lanskap a. SCP, Pengukuran Sample a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Macan Tutul dan Owa Habitat bagi Populasi Jawa Spesies yang Terancam, Penyebaran Terbatas atau Dilindungi yang Mampu Bertahan Hidup (Viable Population)

b. B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

SCP

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

1.4.

Kawasan yang Merupakan Habitat bagi Spesies atau Sekumpulan Spesies yang Digunakan Secara Temporer

Gua sebagai habitat kelelawar dan buffer zone sebagai habitat secara temporer oleh jenis burung dari kawasan konservasi

627,68 1. Collaborative management 2. Pengamanan Kawasan Gua 3. Inventarisasi kerusakan dan sumber kerusakan pada Kawasan Gua 4. Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Gua 5. Pemeliharaan dan Pengamanan Tata Batas pada Kawasan Gua 6. Sosialisasi, Komunikasi dan Informasi 7. Pengendalian Kebakaran

A. Viabilitas Target Konservasi 1. Ukuran

a. b. c. a. b. a. b.

Pengukuran Line Transect Line Transect Line Transect Line Transect SCP, Pengukuran Sample SCP

a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Kelimpahan flora c. Kelimpahan fauna a. Struktur flora b. Komposisi flora & fauna a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

2.

Kondisi

3.

Konteks Lanskap

B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

13

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVFRENCANA PENGELOLAAN DAN RENCANA PEMANTAUAN NKT BERDASARKAN HASIL SCP DAN PCP Luas Rencana Pemantauan NKT Rencana Pengelolaan NKT (Ha) Parameter Metode Indikator Kawasan hutan secara global, regional atau nasional berisi lanskap hutan yang luas, berada di dalam, atau unit manajemen berada di dalamnya, dimana populasi yang tumbuh di dalamnya kebanyakan atau jika tidak semuanya merupakan spesies alami dengan penyebaran dan kelimpahan pola alami. Definisi Distribusi di KPH Cianjur Kawasan Bentang Alam Tidak ditemukan Luas yang Memiliki Kapasitas untuk Menjaga Proses dan Dinamika Ekologi. Kawasan Lansekap yang Tidak ditemukan Berisi Dua atau Lebih Ekosistem dengan Garis Batas yang Tidak Terputus (berkesinambungan) atau kawasan ecotone Kawasan yang Kawasan Hutan yang terdapat spesies Mengandung Populasi interest berupa Macan Tutul dari Perwakilan Spesies (Panthera pardus ), Ular Sanca Bodo Alami (Phyton molurus )dan Elang Ruyuk (Sphilornis cheela ) HASIL IDENTIFIKASI NKT

NKT NKT 2. 2.1.

2.2.

-

-

-

-

-

2.3.

1.655,04

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Collaborative management A. Viabilitas Target Konservasi Pengamanan spesies Interest dan 1. Ukuran habitatnya Pengendalian kebakaran Pemeliharaan dan Pengamanan Tata 2. Kondisi Batas pada habitat spesies Interest Pengelolaan spesies Interest dan habitatnya Pengelolaan habitatnya spesies Interest dan 3. Konteks Lanskap

a. b. c. a.

Pengukuran Line Transect Concentration Count Line Transect

a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Kelimpahan spesies interest c. Minimum dinamic area a. Struktur flora & spesies Interest b. Komposisi flora & spesies Interest c. Interaksi biotik spesies Interest

a.

SCP, Pengukuran Sample

a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

b. B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

SCP

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

NKT 3. NKT 3

Kawasan hutan berada atau berisi ekosistem langka, terancam dan hampir punah. Kawasan hutan berada Ekosistem Pegunungan Bawah (Sub 19.023,07 1. Collaborative management 5.503,22 2. Pengamanan Kawasan Hutan Alam, atau berisi ekosistem Ekosistem Hutan Dataran Rendah 36,41 Hutan Karst dan Mangrove langka, terancam dan Ekosistem Karst Ekosistem Mangrove 25,10 3. Inventarisasi kerusakan dan sumber hampir punah. kerusakan pada Kawasan Hutan Alam, Hutan Karst dan Mangrove 4. Rehabilitasi dan Restorasi Kawasan Hutan Alam, Hutan Karst dan Mangrove 5. Pemeliharaan dan Pengamanan Tata Batas pada Kawasan Hutan Alam, Hutan Karst dan Mangrove 6. Pengelolaan KPS (Kawasan Perlindungan Setempat) Pantai 7. Sosialisasi, Komunikasi dan Informasi 8. Pengendalian Kebakaran

A. Viabilitas Target Konservasi 1. Ukuran

a. b. c. a. b. a. b.

Pengukuran Line Transect Line Transect Line Transect Line Transect SCP, Pengukuran Sample SCP

a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Kelimpahan flora c. Kelimpahan fauna a. Struktur flora b. Komposisi flora & fauna a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

2.

Kondisi

3.

Konteks Lanskap

B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

14

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVFRENCANA PENGELOLAAN DAN RENCANA PEMANTAUAN NKT BERDASARKAN HASIL SCP DAN PCP Luas Rencana Pemantauan NKT Rencana Pengelolaan NKT (Ha) Parameter Metode Indikator Kawasan hutan dapat memberikan jasa alami dasar dalam kondisi kritis. Kawasan penyedia air dan Sungai, Mata Air, Rawa dan telaga. 2.461,03 1. Collaborative management A. Viabilitas Target Konservasi 2. Pemeliharaan dan Pengamanan tata 1. Ukuran a. Pengukuran a. Luas (Komunitas/Habitat) pengendali banjir batas pada Situs Ekologi 3. Pengamanan kawasan konservasi pada b. Line Transect b. Kelimpahan flora Situs Ekologi 4. Rehabilitasi dan restorasi pada kawasan c. Line Transect c. Kelimpahan fauna Situs Ekologi 5. Penanganan debit air yang berkurang 6. Penanganan debit air yang berkurang 2. Kondisi a. Line Transect a. Struktur flora 7. Penanganan Kebakaran Hutan b. Line Transect b. Komposisi flora & fauna 8. Penanganan vegetasi rusak 9. Pengelolaan Kawasan Perlindungan 3. Konteks Lanskap a. SCP, Pengukuran Sample a. Regime dan proses lingkungan dominan Setempat ( KPS ) (Hidrologi, tanah, hujan); Definisi Distribusi di KPH Cianjur b. B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan SCP b. Konektivitas HASIL IDENTIFIKASI NKT

NKT NKT 4. 4.1.

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

4.2.

Kawasan pengendali erosi KPS Sempadan Jurang dan sedimentasi

790,99 1. Collaborative management A. Viabilitas Target Konservasi 2. Penetapan batas zona konservasi 1. Ukuran tangkapan air pada aliran sungai 3. Pengamanan Kawasan Konservasi 4. Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat ( KPS ) 2. Kondisi

a. b. c.

Pengukuran Line Transect Line Transect

a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Kelimpahan flora c. Kelimpahan fauna

a. b. a. b.

Line Transect Line Transect SCP, Pengukuran Sample SCP

a. Struktur flora b. Komposisi flora & fauna a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

3.

Konteks Lanskap

B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

a.

SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem -

2.

Penyebab Kerusakan

a.

SCP

4.3.

Kawasan sekat alam / Tidak ditemukan bakar

-

-

-

-

15

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVFHASIL IDENTIFIKASI NKT NKT NKT 5. NKT 5 Luas (Ha) Kawasan Hutan secara fondamental memenuhi keperluan dasar masyarakat lokal. Kawasan Hutan secara Tumpangsari 1. 76,96 2. fondamental memenuhi Mata Air keperluan dasar 3. masyarakat lokal. Definisi Distribusi di KPH Cianjur 4. 5. 6. 7. 8. 9. Rencana Pengelolaan NKT RENCANA PENGELOLAAN DAN RENCANA PEMANTAUAN NKT BERDASARKAN HASIL SCP DAN PCP Rencana Pemantauan NKT Parameter Metode A. Viabilitas Target Konservasi 1. Ukuran

Indikator

Collaborative management Pemeliharaan dan Pengamanan tata batas pada Situs Ekologi Pengamanan kawasan konservasi pada Situs Ekologi Rehabilitasi dan restorasi pada kawasan Situs Ekologi Penanganan debit air yang berkurang Penanganan debit air yang berkurang Penanganan Kebakaran Hutan Penanganan vegetasi rusak Pengelolaan Kawasan Perlindungan Setempat ( KPS )

a. b. c.

Pengukuran Line Transect Line Transect Line Transect Line Transect PCP dan SCP, Sample PCP dan SCP

a. Luas (Komunitas/Habitat) b. Kelimpahan flora c. Kelimpahan fauna a. Struktur flora b. Komposisi flora & fauna Pengukuran a. Regime dan proses lingkungan dominan (Hidrologi, tanah, hujan); b. Konektivitas

2.

Kondisi

a. b. a. b.

3.

Konteks Lanskap

B. Rangking Ancaman Target Konservasi 1. Bentuk Kerusakan

a.

PCP dan SCP

a. Kerusakan b. Rangking Kerusakan a. Penyebab Kerusakan b. Rangking Penyebab Kerusakan c. Rangking Ancaman terhadap sistem

2.

Penyebab Kerusakan

a.

PCP dan SCP

NKT 6. NKT 6

Kawasan hutan memiliki identitas budaya tradisional (kawasan budaya, ekologi, ekonomi atu religi) diidentifikasi bersama masyarakat . Kawasan hutan memiliki Situs Budaya 23,49 1. Pengelolaan Situs Budaya : Pembuatan A. Viabilitas Target Konservasi identitas budaya Tanda Batas Lokasi Situs Budaya; 1. Ukuran tradisional (kawasan Pemagaran Lokasi Situs Budaya budaya, ekologi, ekonomi atu religi) diidentifikasi 2. Pengamanan Situs Budaya : Pembuatan bersama masyarakat . Plang Informasi Keberadaan Situs Budaya; Pembuatan Plang Larangan 3. Collaborative Management : Pengkayaan Jenis Vegetasi Pohon Yang 2. Biasanya Tumbuh/Ditanam Pada Lokasi Situs Budaya

a. b.

Pengukuran Pemantauan dan Penilaian

a. Tanda Batas Lapangan Situs Budaya b. Pemagaran di sekitar lokasi Situs Budaya

c.

Pemantauan dan Penilaian

c. Keberadaan Plang Lokasi Situs Budaya

Kondisi

a. b.

Poto / Dokumentasi Situs a. Kondisi / Perubahan Keterawata Budaya Pemantauan Keberadaan Situs b. Keberadaan Petugas Khusus / Juru Kunci Budaya, History, Keterawatan, dll. Participatory Conservation a. Koneksitas Planning Pemantauan Data Pengunjung b. Buku Tamu di Petugas Khusus / Juru Kunci Participatory Conservation Plan a. Kerusakan (Keparahan) b. Sumber Kerusakan (Kontribusi) c. Bobot Ancaman

3.

Konteks Landskap

a. b.

B. Rangking Ancaman Target Konservasi

a.

Keterangan : 1. Pelaksanaan Identifikasi Keberadaan HCVF di Wilayah KPH Cianjur mengacu pada Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservsi Tinggi di Indonesia (Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia, Tropenbos, 2008) 2. Dalam Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Rencana Pemantauan HCVF digunakan metode yang dikembangkan oleh TNC yaitu Site Conservation Planning (SCP) dan Participatory Conservation Planning (PCP)

16

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVFREKAPITULASI KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI (HIGH CONSERVATION VALUE FOREST) PADA KAWASAN LINDUNG DI WILAYAH KAWASAN HUTAN KPH CIANJURNO. 1 FUNGSI KAWASAN 2 KELAS HUTAN 3 LUASAN HCV 4 NKT 1.1. 5 NKT 1.2. 6 NKT 1.3. 7 KANDUNGAN NILAI KONSERVASI TINGGI (NKT) PADA MASING-MASING KAWASAN NKT 1.4. NKT 2.1. NKT 2.2. NKT 2.3. NKT 3. NKT 4.1. NKT 4.2. 8 9 10 11 12 13 14 NKT 4.3. 15 NKT 5. 16 NKT 6. 17

A HUTAN LINDUNG 1. Kawasan Hutan Lindung B HUTAN PRODUKSI 2. Kawasan Lindung - Hutan Alam - Kawasan Perlindungan Setempat - Situs Budaya dan Makam Keramat 3. Perlindungan Khusus - Buffer Zone Konservasi (Bopuncur) - Gua

HL

24.177,94

24.177,94

478,12

2.341,76

248,52

-

-

1.655,04

17.910,55

96,70

-

-

33,68

2,12

HAKL LDTI LDTI TKL KU VI LDTI TBP

6.615,74 3.180,42 19,40 32,77 4,24 0,31 36,10 34.066,92

305,74 32,77 4,24 24.520,69

478,12

2.341,76

305,74 32,77 4,24 0,31 36,10 627,68

-

-

1.655,04

6.615,74 25,10 0,31 36,10 24.587,80

2.364,33 2.461,03

790,99 790,99

-

43,28 76,96

1,87 19,40 0,10 23,49

JUMLAH:

17

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF KESIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di wilayah kawasan hutan KPH Cianjur, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat keberadaan Nilai Konservasi Tinggi (NKT) di kawasan hutan KPH Cianjur, pada NKT 1 (1.1., 1.2., 1.3. dan 1.4.), NKT 2 (2.3.), NKT 3, NKT 4 (4.1., 4.2.), NKT 5 dan NKT 6. 2. Kawasan dimana terdapat Nilai Konservasi Tinggi (NKT), yaitu pada Kawasan Hutan Lindung (NKT 1.1., 1.2., 1.3., 1.4., 2.3., 3, 4.1., 5 dan NKT 6), Kawasan lindung yang berada pada fungsi hutan produksi, yang terdiri dari Hutan Alam / HAKL (NKT 1.1., 1.4. dan NKT 3), Kawasan Perlindungan Setempat / KPS (NKT 3, 4.1., 4.2., 5 dan NKT 6), dan Kawasan yang terdapat Situs Budaya / Makam Keramat (NKT 6), selanjutnya kawasan yang berada pada fungsi hutan produksi akan tetapi mempunyai karakteristik khusus sebagai kawasan lindung, yaitu Buffer Zone Kawasan Konservasi yang telah ditetapkan Pemerintah (NKT 1.1. dan NKT 1.4.), dan Kawasan Gua (NKT 1.4., 3 dan NKT 6). 3. Berdasarkan hasil identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi, kawasan yang banyak memiliki Nilai Konservasi Tinggi (NKT), yaitu pada Kawasan Hutan Lindung, khususnya pada areal Hutan Lindung yang memiliki vegetasi Rimba Campur (Hutan Alam). 4. Kawasan Hutan Alam pada status fungsi Hutan Lindung, terdapat banyak nilai NKT, dan memiliki Vegetasi ataupun Fauna dengan nilai Indek Keragaman Hayati yang Tinggi, sebagaimana hasil pengolahan data Survey Biodiversity pada Manajemen Biodiversity KPH Cianjur. 5. Mengingat banyaknya nilai NKT pada Hutan Alam (pada status Fungsi Hutan Lindung), dan Indek Keragaman Hayati yang tinggi, juga memiliki jenis-jenis Vegetasi ataupun Fauna yang tergolong RTE (Rare Threatened Endangered) dan Endemik, maka sangat baik untuk ditetapkan sebagai Kawasan yang Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF).

18

Eksekutif Summary Pengelolaan HCVF 6. Sebagaimana hasil pengolahan data Survey Biodiversity KPH Cianjur tahun 2010, kawasan Hutan Alam pada Fungsi Hutan Lindung, telah diperuntukan sebagian kawasannya sebagai Kawasan Biodiversity, pada keluasan 9.304,47 ha, atau dalam istilah lain sebagai Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi KPH Cianjur, yang berada pada wilayah pengelolaan RPH Hanjawar Timur I BKPH Sukanagara Utara, RPH Hanjawar Timur II dan RPH Cibarengkok I BKPH Cibarengkok. 7. Kawasan Hutan KPH Cianjur, dimana terdapat nilai NKT, dilakukan rencana pengelolaan kedepan, untuk mempertahankan kawasan yang sudah baik, dan memperbaiki pada kawasan yang memiliki sumber tekanan. Selanjutnya dilakukan rencana tindak lanjut untuk pemantauannya, dengan intensitas waktu yang disesuaikan dengan kebutuhannya. 8. Identifikasi sumber dan penyebab tekanan pada target konservasi, masing-masing kawasan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi, dilakukan dengan metode SCP (Site Conservation Planning) dan PCP (Participatory Conservation Planning), selanjutnya dirangkum dalam Manajemen Pengelolaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi KPH Cianjur.

19