Top Banner
EKOTOKSIKOLOGI EKOTOKSIKOLOGI LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET MAKALAH DOSEN PEMBIMBING: Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes 19780420 200501 2 002 OLEH : Rizki Akrimi H1E111023 Alfisyah H1E111036 Suhendra Amka Putra H1E111048 Jamiyaturrasyidah H1E111062 Muhammad Akmal Hakim H1E111207 Widya Mulida H1E112039 Ilman Sahbani H1E112043 Yuni Aulia Agustina H1E112048 Garu Ujwala H1E113044 KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
74

Ekotoksikologi Industri Karet

Sep 16, 2015

Download

Documents

Ilman Sahbani

Tugas Mata Kuliah Ekotoksikologi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

EKOTOKSIKOLOGI

EKOTOKSIKOLOGI LIMBAH CAIR INDUSTRI KARETMAKALAH

DOSEN PEMBIMBING:Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes

19780420 200501 2 002

OLEH :Rizki Akrimi

H1E111023Alfisyah

H1E111036Suhendra Amka Putra

H1E111048

Jamiyaturrasyidah

H1E111062Muhammad Akmal Hakim

H1E111207Widya Mulida

H1E112039Ilman Sahbani

H1E112043Yuni Aulia Agustina

H1E112048Garu Ujwala

H1E113044KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK LINGKUNGAN

BANJARBARU

2015

KATA PENGANTARPuji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia nikmat, rahmat, dan hidayah bagi umat-Nya. Atas ridho-Nya jualah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul Ekotoksikologi XE "Ekotoksikologi" Limbah XE "Limbah" Cair Industri XE "Industri" Karet tepat pada waktunya. Adapun penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekotoksikologi.Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. selaku Reaktor Universitas Lambung Mangkurat.2. Bapak Dr. Ing Yulian Firmana Arifin, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat.3. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp, ST., M.Kes. selaku dosesn mata kuliah Ekotoksikologi XE "Ekotoksikologi" .4. Seluruh Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru dan jajarannya.5. Seluruh pihak PT. Banua Lima Sejurus terkait yang telah membantu melakukan observasi lapangan dan pengambilan sampel XE "sampel" . 6. Teman-teman Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat angkatan 2012 dan 2013.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, bimbingan, serta nasihat yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca dalam meningkatkan prestasi belajar, serta membina mental seorang pelajar Indonesia seutuhnya.Banjarbaru, Mei 2015PenulisDAFTAR ISIKATA PENGANTAR

iDAFTRAR ISI

iiDAFTAR TABEL

ivDAFTAR GAMBAR

vBAB I PENDAHULUAN

11.1 LATAR BELAKANG MASALAH

11.2 RUMUSAN MASALAH

21.3 TUJUAN

2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN EMPIRIK

32.2 TINJAUAN TEORITIK

32.2.1 Pengertian Uji Ekotoksisitas

32.2.2 Klasifikasi Uji Toksikologi

72.2.3 Toksik XE "Toksik" pada Limbah XE "Limbah" Cair

8

2.2.4 Studi Toksikologi

112.3 STUDI KASUS LIMBAH CAIR INDUSTRI KARET PT. BANUA LIMA

SEJURUS

292.3.1 Proses Crum Rubber

292.3.2 Pengolahan Limbah XE "Limbah" Cair PT. Banua Lima Sejurus

32BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN3.1 HASIL PENGAMATAN

363.2 PEMBAHASAN

36

3.2.1 pH XE "pH"

37

3.2.2 TSS (Total Suspended Solid)

37

3.2.3 NH3 (Amoniak XE "Amoniak" )

383.2.4 BOD XE "BOD" (Biological Oxygen Demand)

383.2.5 COD XE "COD" (Chemical Oxygen Demand)

39BAB IV PENUTUP4.1 KESIMPULAN

454.2 SARAN

45DAFTAR PUSTAKA

44LAMPIRAN

46INDEKS

47DAFTAR TABELTabel 2.1 Tinjauan Empirik

3Tabel 2.2 Kreteria Toksisitas

4Tabel 2.3 Gejala Keracunan dan Penyebabnya Berdaarkan Uji Kualitatif

14Tabel 2.4 Keuntungan dan Pembatasan Masing Masing Pendekatan Tes

18Tabel 2.5 Klasifikasi Zat Kimia Berdasarkan Toksisitas Relatif

24Tabel 2.6 Baku Mutu Limbah XE "Limbah" Cair Untuk Industri XE "Industri" Karet

33DAFTAR GAMBARGambar 2.1 Kurva Respon-Dosis Diklorvos pada Tikus

38Gambar 2.2 Karet siap olah

29

Gambar 2.3 Proses Peremahan XE "Peremahan"

30

Gambar 2.4 Proses Pengeringan

31Gambar 2.5 Proses Pengepresan XE "Pengepresan"

31Gambar 2.6 Proses Pembungkusan

32Gambar 2.7 Layout IPAL PT. Banua Lima Sejurus

33Gambar 2.8 Proses Lumpur Aktif XE "Lumpur Aktif"

34Gambar 2.9 Proses Lumpur Aktif XE "Lumpur Aktif" PT. Banua Lima Sejurus

34Gambar 2.10 Bak Sedimentasi PT. Banua Lima Sejurus

35Gambar 2.11 Bak Netralisasi PT. Banua Lima Sejurus

35BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangManusia dan organisme hidup lain senantiasa terpapar XE "terpapar" (exposed) banyak jenis bahan alami maupun bahan buatan manusia. Keracunan berarti bahwa suatu zat XE "zat" kimia telah mengganggu proses fisiologis XE "fisiologis" , sehingga keadaan organisme itu tidak lagi dalam keadaan sehat. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi kesehatan XE "kesehatan" , mungkin menyebabkan kematian, atau hanya menimbulkan perubahan biologik yang kecil sekali. Sifat dan instensitas gejala penyakitnya tergantung pada, jenis racunnya, jumlah yang masuk ke dalam badan, lamanya badan mengalami keracunan, keadaan badan organisme yang keracunan serta cara kebiasaan hidup organisme itu. Ekotoksikologi XE "Ekotoksikologi" adalah ilmu yang mempelajari efek negatif zat (berdiri sendiri ataud alam campuran zat, limbah, radiasi sinar, suhu, dll) terhadap semua atau sebagian dari tingkat organisasi biologis (komunitas, populasi, individu, organ jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak stuktur maupun fungsi biologis.

Industri XE "Industri" pengolahan karet XE "karet" alam merupakan industri yang mengolah lateks XE "lateks" (getah) karet menjadi karet setengah jadi, bentuk karet tersebut dapat berupa sit, krep dan karet remah. Dalam pengolahannya, industri karet menggunakan bahan-bahan kimia sebagai bahan koagulan lateks dan air dalam jumlah yang cukup besar untuk pencucian tangki-tangki tempat lateks serta untuk proses penggilingan. Dengan begitu limbah yang dihasilkan dari kegiatan tersebut berupa cairan. Dalam setiap produksi, limbah cair yang dihasilkan 400 m3 per hari. Limbah XE "Limbah" cair tersebut ditampung dalam kolam penampungan yang akan dikeluarkan ke sungai setelah 3 hari. Limbah cair pabrik karet mengandung komponen karet (protein, lipid, karotenoid, dan garam anorganik XE "anorganik" ), lateks yang tidak terkoagulasi dan bahan kimia yang ditambahkan selama pengolahan. Karakteristik limbah cair pabrik karet tersebut yaitu berwarna keruh dan berbau tidak enak. Adanya bahan-bahan organik XE "organik" tersebut menyebabkan nilai BOD XE "BOD" dan COD XE "COD" menjadi tinggi. Limbah dengan karakteristik XE "karakteristik" ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang mengakibatkan resiko pencemaran XE "pencemaran" , sehingga resiko toksikologi XE "toksikologi" juga akan meningkat.1.2 Tujuan

Tujuan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mengetahui bagaimana proses industri karet XE "karet" .2. Mengetahui sumber limbah cair industri karet XE "karet" .3. Mengetahui baku mutu limbah cair industri karet XE "karet" .1.3 Manfaat Penulisan

Manfaat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:1. Mahasiswa

Menambah pengetahuan mahasiswa dalam bidang yang diteliti baik secara teoritis maupun observasi lapangan, sekaligus bahan referensi bagi mahasiswa lain yang tertarik pada objek yang sama.

2. Perusahaan

Hasil analisa dan penelitian yang dilakukan dapat menjadi bahan masukan bagi perusahaan sebagai referensi maupun evaluasi,3. AkademikSebagai tambahan referensi khususnya mengenai bidang ilmu keteknik lingkungan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak yang memerlukan.BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan EmpirikBeberapa studi empirik yang menjadi acuan makalah ini antara lain:

Tabel 2.1 Tinjauan Empirik

NoNamaJudulHasil

1Fitri Purnama SariAnalisis Kadar COD XE "COD" , BOD XE "BOD" , Dan Angka Permanganat Dari Limbah XE "Limbah" Cair Industri XE "Industri" Karet yang Terdapat Pada Air Sungai Denai di AmplasPenelitian dilakukan selama tiga minggu. Di minggu-minggu berikutnya kadar COD XE "COD" , BOD XE "BOD" dan angka permanganat pada limbah karet XE "karet" dan air Sungai Denai mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena pada saat pengambilan sampel XE "sampel" pabrik karet tidak berproduksi, dan cuaca pada saat itu mengalami peningkatan curah hujan dan air Sungai Denai yang merupakan tempat pembuangan limbah karet telah mengalami pencemaran XE "pencemaran" .

2Ofan Bosman, Ferdinand Hukama Taqwa, MarsiToksisitas Limbah XE "Limbah" Cair Lateks Terhadap Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan Dan Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Patin (Pangasius Sp)Pada uji toksisitas sub letal, limbah cair lateks XE "lateks" berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup pada konsentrasi XE "konsentrasi" 25% x LC50 XE "LC50" 96 jam (6,125 mL.L-1) (F) dan tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan patin sampai dengan konsentrasi 50% x LC50 96 jam (12,5 mL.L-1) (G), sedangkan lama waktu pemaparan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi oksigen yaitu konsentrasi 0,5% x LC50 96 jam (0,1225 mL.L-1) (B) sampai dengan 50% x LC50 96 jam (12,5 mL.L-1) (G) dimana semakin lama waktu pemaparan maka tingkat konsumsi oksigen ikan patin semakin menurun.

3Bonifasia Tripina SuligundiPenurunan Kadar COD XE "COD" Pada Limbah XE "Limbah" Cair Karet Dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang Dilanjutkan Dengan Reaktor Activated CarbonPenurunan konsentrasi XE "konsentrasi" tertinggi terdapat pada reaktor biosand filter dengan variasi ketinggian media 45 : 10 : 15 dengan efisiensi rata-rata sebesar 98,33%. Sedangkan untuk reaktor activated carbon, efisiensi penurunan konsentrasi COD XE "COD" berkisar antara -323,75% sampai dengan 64,58%. Penurunan konsentrasi COD terjadi dikarenakan adanya proses biokimia, filtrasi, aerasi dan adsorpsi pada reaktor biosand filter dan reaktor activated carbon.

2.2 Tinjaun Teoritik2.2.1 Pengertian Uji Ekotoksisitas

Uji toksisitas merupakan uji yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat XE "zat" atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu limbah. Sehingga dapat dikatakan uji ekotoksisitas XE "ekotoksisitas" merupakan pengujian toksikan pada konsentrasi XE "konsentrasi" yang menghasilkan efek negatif bagi biota XE "biota" . Uji ekotoksisitas juga merupakan salah satu metode penilaian kualitas lingkungan baik pada organisme perairan maupun organisme terestrial. Hasil uji toksisitas dapat dijadikan pedoman analisa kualitas lingkungan lebih jauh pada distribusi zat-zat pencemar dalam suatu ekosistem. Selanjutnya, dampak zat-zat pencemar yang ada dalam lingkungan dapat dicegah atau diinimalkan tingkat paparannya terhadap kesehatan XE "kesehatan" manusia.

Uji toksisitas dilakukan untuk menilai efek akut XE "akut" , sub kronis XE "kronis" dan kronis. Uji tersebut berdsarkan atas waktu (lama pengujian). Uji toksisitas dapat dilakukan dalam skala laboratorium, tujuannya adalah mencari dosis XE "dosis" aman bagi manusia atau mencari kriteria untuk standarisasi kualitas lingkungan.

Tabel 2.2 Kreteria Toksisitas

No.Kriteria ToksisitasNilai (ppm)

1.Sangat toksik100.000 ppm

Sumber: Rossiana, 2009

Seleksi (screening) merupakan tahap awal dalam uji toksisikologi. Dalam uji hayati skrining yang diguakan biasanya adalah skrining fitokimia yang termasuk dalam toksisitas tingakt satu (akut XE "akut" ). Adapula metode yang digunakan pada kasus mengenai toksisitas dari daging buah pare dengan mengembangkan uji lebih lanjut pada tanaman pare untuk mengetahui kandungan senyawa yang berpotensi sebagai agen anti kanker. Salah satu metode yang digunakan untuk menguji potensi bioaktif suatu senyawa kimia sebagai agen anti kanker adalah uji kematian larva udang, dimana metode ini merupakan uji skrining awal untuk senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai agen anti kanker yang dalam pengujian digunakan larva udang Artemia salina Leach yang berumur 48 jam (2 hari). Selanjutnya dari data tersebut akan diolah dan disajikan dengan analisis statitik.

Skrining fitokimia atau penapisan kimia adalah tahapan awal untuk mengidentifikasi kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan, karena pada tahap ini kita bisa mengetahui golongan senyawa kimia yang dikandung tumbuhan yang sedang kita uji/teliti. Metode yang digunakan dalam skrining fitokimia harus memiliki persyaratan : metodenya sederhana dan cepat

peralatan yang digunakan sesedikit mungkin

selektif dalam mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu

dapat memberikan informasi tambahan mengenai keberadaan senyawa tertentu dalam kelompok senyawa yang diteliti.

Untuk mengetahui kandungan bahan metabolit sekunder dilakukan dengan:

a. Uji Alkaloid (Pereaksi Dragendorff dan Pereaksi Meyers)Empat gram ekstrak kasar ditambahkan 10 mL kloroform-amoniak, lalu disaring ke dalam tabung reaksi. Filtrat ditambahkan dengan beberapa tetes H2SO4 2 M dan dikocok sehingga terpisah dua lapisan. Lapisan asam yang terdapat di bagian atas dipipet ke dalam tabung reaksi lain, lalu ditambahkan pereaksi Meyers (5 g KI dilarutkan dalam 90 mL air dan ditambahkan perlahan-lahan HgCl2 sambil diaduk dan diencerkan sampai volume 100 mL dan Dragendorff (campuran Bi(NO3)2 5H2O dalam asam nitrat dan larutan KI). Adanya alkaloid ditunjukkan dengan terbentuknya endapan putih dengan pereaksi Meyers dan endapan jingga sampai merah coklat dengan pereaksi Dragendorff.b. Uji Triterpenoid dan Steroid/Uji Liebermann-Burchard

Empat gram ekstrak kasar diekstraksi dengan dietil eter dan fraksi yang larut dalam dietil eter dipisahkan. Fraksi yang larut dalam dietil eter ditambahkan CH3COOH glasial dan H2SO4 pekat. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan selama beberapa menit. Steroid memberikan warna biru atau hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau violet.c. Uji Flavonoid

Empat gram ekstrak kasar ditambahkan air panas, dididihkan selama 5 menit, kemudian disaring. Filtrat ditambahkan sedikit serbuk Mg dan 1 mL HCl pekat, kemudian dikocok kuat-kuat. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna merah, kuning atau jingga.d. Uji Fenol

Empat gram ekstrak kasar ditambahkan air panas, kemudian ditambahkan beberapa tetes pereaksi FeCl3 1%. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya warna hijau, biru atau ungu.e. Uji Saponin/Uji Forth

Empat gram ekstrak kasar ditambahkan air panas, kemudian ditambahkan beberapa tetes HCl pekat. Uji positif ditunjukkan oleh terbentuknya busa permanen 15 menit.

Pengujian dalam skala laboratorium dalam keadaan sebagai berikut:

Dapat dibuat bebas patogen. Patogen adalah agen biologis yang menyebabkan penyakit pada inangnya atau disebut juga mikroorganisme parasit. Dapat dibuat bebas patogen berarti bebas dari mikroba hidup, tidak mengandung patogen atau mikroorganisme parasit dalam sampel XE "sampel" tersebut. Keadaan steril, keadaan steril merupakan suatu keadaan dimana suatu zat XE "zat" bebas dari patogen (menimbulkan penyakit) maupun non patogen (tidak menimbulkan penyakit), baik dalam bentuk vegetatif (siap untuk berkembang biak) maupun dalam bentuk spora (dalam keadaan statis, tidak dapat berkembang biak, tetapi melindungi diri dengan lapisan pelindung yang kuat). Sedangkan proses untuk membuat ruang/benda menjadi steril adalah sterilisasi. Cahaya buatan, yang dimaksud dengan cahaya buatan bukan berasal dari cahaya matahari melainkan berasal dari cahaya yang tidak bersumber dari alam seperti lampu dan lain-lain. Eksposur konstan, objek yang rentan terhadap resiko dan berdampak terhadap lingkungan namun resiko tersebut tidak mengalami perubahaan itulah yang dimaksud dengan eksposur konstan. Maksudnya, resiko yang diakibatkan oleh suatu objek tadi tidak akan beresiko tinggi ataupun resikonya menurun dampaknya terhadap lingkungan. Populasi homoogen, yang menjadi objek penelitian berupa populasi sejenis, tidak dapat dilakukan pada populasi yang tidak sejenis atau berlawanan jenis. Zat racun murni, zat XE "zat" racun tidak berasal dari bahan yang terkontaminasi zat toksik seperti di alam bebas melainkan benar-benar dari zat yang bersih.2.2.2 Klasifikasi Uji Toksikologi

Pengujian toksisitas biasanya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu :

1. Uji toksisitas akut XE "akut" (jangka pendek)Uji ini dilakukan dengan memberikan zat XE "zat" kimia yang sedang diuji sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam.

2. Uji toksisitas (subkronis)Uji ini dilakukan dengan memberikan zat XE "zat" kimia tersebut berulang-ulang, biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% masa hidup hewan, yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun untuk anjing. Namun,beberapa peneliti menggunakan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat kimia selama 14 dan 28 hari.3. Uji toksisitas jangka panjang (Kronis)Percobaan jenis ini mencakup pemberian zat XE "zat" kimia secara berulang selama 3-6 bulan atau seumur hidup hewan , misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun anjing dan monyet. Memperpanjang percobaan kronis XE "kronis" untuk percobaan karsinogenik.

2.2.3 Toksik XE "Toksik" pada Limbah XE "Limbah" CairLimbah XE "Limbah" cair atau air buangan merupakan air yang tidak dapat dimanfaatkan lagi serta dapat menimbulkan dampak yang buruk terhadap manusia dan lingkungan keberadaan limbah cair tidak diharapkan di lingkungan karena tidak mempunyai nilai ekonomi. Pengolahan yang tepat bagi limbah cair sangat diutamakan agar tidak mencemari lingkungan. Limbah cair baik domestik XE "domestik" maupun non domestik XE "non domestik" mempunyai beberapa karakteristik XE "karakteristik" sesuai dengan sumbernya, dimana karakteristik limbah cair dapat digolongkan pada karakteristik fisik, kimia, dan biologi sebagai berikut:1. Karakteristik FisikKarakteristik fisik air limbah yang perlu diketahui adalah total solid XE "solid" , bau, temperatur, densitas, warna, konduktivitas dan turbidity.1) Total solid XE "solid" Total solid XE "solid" adalah semua materi yang tersisa setelah proses evaporasi pada suhu 103oC - 105oC. Karakteristik yang bersumber dari saluran air domestik XE "domestik" , industri, erosi tanah, dan infiltrasi/inflow ini dapat menyebabkan bangunan pengolahan penuh dengan sludge dan kondisi anaerob dapat tercipta sehingga mengganggu proses pengolahan.2) Bau

Karakteristik ini bersumber dari gas-gas yang dihasilkan selama dekomposisi bahan organic dari air limbah atau karena penambahan suatu substrat ke air limbah.

3) Temperatur XE "Temperatur"

Temperatur XE "Temperatur" air mempengaruhi konsentrasi XE "konsentrasi" oksigen terlarut di dalam air. Semakin tinggi temperatur air kandungan oksigen dalam air berkurang atau sebaliknya.4) Density

Density adalah perbandingan antara massa dengan volume yang dinyatakan sebagai slug/ft3(kg/m3).5) Warna

Air limbah yang berwarna, banyak menyerap oksigen dalam air, sehingga dalam waktu lama akan membuat air berwarna hitam dan berbau. Pada kenyataannya pencemaran XE "pencemaran" oleh zat XE "zat" warna juga dapat menyebabkan gangguan estetika lingkungan.6) Kekeruhan (Turbidity)

Turbidity atau dikenal sebagai kekeruhan ini diukur dengan perbandingan antara intensitas cahaya yang dipendarkan oleh sampel XE "sampel" air limbah dengan cahaya yang dipendarkan oleh suspensi standar pada konsentrasi XE "konsentrasi" yang sama.

2. Karakterisitik KimiaPada air limbah ada tiga karakteristik XE "karakteristik" kimia yang perlu diidentifikasi yaitu, bahan organik XE "organik" , anorganik XE "anorganik" , dan gas1) Bahan organik XE "organik" Pada air limbah bahan organik XE "organik" bersumber dari hewan, tumbuhan, dan aktivitas manusia. Bahan organik itu sendiri terdiri dari C, H, O, N dan walaupun banyak sekali jenis bahan organik, yang menjadi karakteristik XE "karakteristik" kimia adalah protein, karbohidrat, lemak dan minyak, surfaktan, Volatile Organic Compound (VOC), pestisida dan fenol, dimana sumbernya adalah limbah domestik XE "domestik" , komersil, industri kecuali pestisida yang bersumber dari pertanian dan fenol dari industri.

2) Bahan anorganik XE "anorganik" Jumlah bahan anorganik XE "anorganik" meningkat sejalan dan dipengaruhi oleh asal air limbah. Pada umumnya berupa senyawa-senyawa yang mengandung logam berat, senyawa senyawa anorganik yang bersifat asam kuat dan basa kuat, senyawa fosfat, senyawa-senyawa nitrogen (amonia, nitrit, dan nitrat), dan juga senyawa-senyawa belerang (sulfat dan hidrogen sulfida).

3) GasGas yang umumnya ditemukan dalam limbah cair yang tidak diolah adalah nitrogen (N2), oksigen (O2), metana (CH4), hidrogen sulfida (H2S), amonia (NH3), dan karbon dioksida (CO2).

3. Karakterisitik BiologiPada air limbah, karaktreristik biologi menjadi dasar untuk mengontrol timbulnya penyakit yang dikarenakan organisme patogen. Karakteristik biologi tersebut seperti bakteri dan mikroorganisme lainnya yang terdapat dalam dekomposisi dan stabilisasi senyawa organik XE "organik" .

Sumber air limbah dikelompokkan menjadi 3 kategori, yaitu:

1. Air limbah domestik XE "domestik" atau rumah tanggaMenurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup nomor 112 tahun 2003, limbah cair domestik XE "domestik" adalah limbah cair yang berasal dari usaha dan atau kegiatan pemukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen, asrama. Air limbah domestik mengandung berbagai bahan antara lain: kotoran, urine dan air bekas cucian yang mengandung detergen, bakteri dan virus.

2. Air limbah industriAir yang dihasilkan oleh industri, baik akibat proses pembuatan atau produksi yang dihasilkan industri tersebut maupun proses lainnya. Limbah XE "Limbah" non domestik XE "domestik" adalah limbah yang berasal dari pabrik, industri, pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lain.

3. InfiltrasiInfiltrasi adalah masuknya air tanah ke dalam saluran air buangan melalui sambungan pipa, pipa bocor, atau dinding manhole. Sedangkan inflow adalah masuknya aliran air permukaan melalui tutup manhole, atap, area drainase, cross connection saluran air hujan maupun air buangan. Besarnya infiltrasi dan inflow yang masuk ke saluran air buangan tergantung pada panjang saluran, umur saluran, konstruksi material, jarak muka air tanah terhadap saluran, tipe tanah, penutup tanah dan kondisi topografi.

Limbah XE "Limbah" organik XE "organik" mengandung sisa-sisa bahan organik, detergen, minyak dan kotoran manusia. Limbah ini dalam skala yang kecil tidak akan terlalu mengganggu, akan tetapi dalam jumlah besar sangat merugikan. Dampak negatif yang dapat ditimbulkan limbah cair adalah sebagai berikut:

Gangguan terhadap kesehatan XE "kesehatan" manusiaGangguan limbah cair terhadap kesehatan XE "kesehatan" manusia dapat disebabkan oleh kandungan bakteri, virus, senyawa nitrat, beberapa bahan kimia dari industri dan jenis pestisida yang terdapat dari rantai makanan, serta beberapa kandungan logam seperti merkuri, timbal dan kadmium. Beberapa senyawa dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan genetic dan sistem reproduksi manusia, misalnya pestisida serta beberapa zat XE "zat" kimia yang berasal dari industri dan senyawa radio aktif. Gangguan terhadap keseimbangan ekosistemKerusakan terhadap tanaman dan binatang yang hidup pada perairan disebabkan oleh eutrofikasi dan pertumbuhan tanaman yang berlebihan. Hal ini dipengaruhi oleh konsentrasi XE "konsentrasi" pencemar yang tinggi dan menyebabkan penurunan oksigen terlarut karena terjadi dekomposisi dan fermentasi terhadap limbah cair yang memerlukan oksigen sebagai komponen utama, sedangkan sinar matahari terhalangi untuk masuk ke dalam air. Kurangnya sinar matahari menghambat terjadinya proses fotosintesis.

Gangguan terhadap estetika dan benda

Gangguan kenyamanan dan estetika berupa warna, bau dan rasa. Kerusakan benda yang disebabkan oleh garam-garam terlarut seperti korosif atau karat, air berlumpur, menyebabkan menurunnya kualitas tempat-tempat rekreasi dan perumahan akibat bau serta eutrofikasi.

2.2.4 Studi ToksikologiToksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek merugikan dari zat XE "zat" -zat kimia terhadap organisme hidup. Selain itu toksikologi XE "toksikologi" juga mempelajari kerusakan atau cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, dan manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi substansi atau energi, mempelajari racun tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan terhadap organisme. Serta mempelajari secara kuantitatif XE "kuantitatif" dan kualitatif XE "kualitatif" pengaruh jelek dari zat kimiawi, fisis, dan biologis terhadap sistem biologis.Limbah XE "Limbah" atau toksikan di alam ada yang bersifat tunggal dan campuran. Keberadaannya di lingkungan (terutama perairan) akan berinteraksi dengan komponen atau faktor lain. Toksisitas diartikan sebagai kemampuan racun (molekul) untuk menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan terhadapnya. Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi XE "konsentrasi" toksikan, durasi dan frekuensi pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota XE "biota" penerima. Toksikan merupakan zat XE "zat" (berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian dari tingkat organisasi biologis (populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur maupun fungsi biologis.

Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota XE "biota" dalam bentuk perubahan struktur maupun fungsional, baik secara akut XE "akut" maupun kronis XE "kronis" / sub kronis. Efek tersebut dapat bersifat reversibel XE "reversibel" sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula bersifat irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali. Tingkat toksisitas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut :1. Berkaitan dengan toksikan itu sendiri.Toksisitas dapat dipengaruhi oleh komposisi toksikan. Ada kemungkinan komponen toksikan mempunyai perbedaan toksisitas. Faktor lain adalah sifat-sifat fisik kimia toksikan.

2. Berkaitan dengan pemaparan toksikan.Toksikan akan menghasilkan efek negatif jika kontak dan bereaksi dengan target biota XE "biota" pada konsentrasi XE "konsentrasi" tertentu dan waktu tertentu. Faktor-faktor yang berkaitan dalam pemaparan toksikan adalah:

Jenis toksikan. Toksikan hidrofilik (suka air) akan terlarut dalam air dan lebih cepat mengadakan kontak reaksi dibanding toksikan hidrofobik bagi biota XE "biota" pelagik. Durasi pemaparan. Pemaparan jangka pendek (skala waktu jam dan hari) secara umum sangat pendek dibandingkan umur reproduksi biota XE "biota" dari toksikan (misalnya hidrofilik) dapat memberikan efek akut XE "akut" . Pemaparan jangka panjang (skala waktu hari, minggu, bulan dan tahun) secara umum meliputi umur generasi biota mungkin diperlukan bagi toksikan (misalnya hidrofobik) agar memberi kesempatan toksikan mengadakan kontak reaksi dan memberikan efek kronis XE "kronis" . Frekuensi pemaparan. Frekuensi pemaparan bisa sekali, berulang atau kontinu. Konsentrasi toksikan. Pada umumnya berkaitan dengan frekuensi pemaparan. Pemaparan sekali terjadi pada konsentrasi XE "konsentrasi" tinggi dan menurun untuk pemaparan berulang hingga kontinu.

3. Berkaitan dengan lingkunganSifat-sifat lingkungan yang mempengaruhi toksikan di atas juga mempengaruhi toksisitas toksikan.

4. Berkaitan dengan biota XE "biota" Toksisitas toksikan berbeda untuk berbagai spesies biota XE "biota" , karena adanya perbedaan ketahanan dan kemudahan spesies biota menerima toksikan. Perbedaan diantara spesies biota tersebut berkaitan dengan faktor-faktor genetik, umur dan status kesehatan XE "kesehatan" .

Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat toksisitas dari suatu zat XE "zat" atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan rutin suatu limbah. Uji ekotoksisitas XE "ekotoksisitas" dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu kualitatif XE "kualitatif" dan kuantitatif XE "kuantitatif" .

1. Kualitatif, ekotoksisitas XE "ekotoksisitas" Kualitatif biasanya dilakukan atas dasar penyakit yang timbul dan tidak spesifiknya gejala atau penyakit akibat keracunan karena belum ada tanda yang khas (pathognomonic). Pada umumnya, contoh uji kualitatif XE "kualitatif" ditunjukkan pada table berikut :Tabel 2.3 Gejala Keracunan dan Penyebabnya Berdaarkan Uji Kualitatif

Sumber: Rossiana, 2009

2. Kuantitatif, uji ekotoksisitas XE "ekotoksisitas" yang dilakukan pada hewan uji dengan metode penelitian epidemiologi. Dalam menganalisa pertama tama dengan mengenali sifat kimi fisika xenobiotic untuk mnenentukan portl entri dalam uji toksisitas serta hewan uji yang akan digunakan kemudian menyatakan toksisitas suatu zat XE "zat" yang dinyatakan dalam penentuan nilai LD maupun LC. Selanjutnya mengenali rantai makanan agar dapat memprediksi perginya racun apabila racun memasuki lingkungan tertentu. Zat yang terakumulasi di dalam organisme tentunya akan terakumulasi pula di organisme dengan melihat tingkat trofis yang lebih tinggi. Adapun istilah-istilah dalam uji kuantitatif XE "kuantitatif" laboratorium adalah: LC (Lethal Concentration)LC adalah konsentrasi XE "konsentrasi" zat XE "zat" yang berada di luar tubuh organisme yang menyebabkan respons berupa kematian organisme uji. Tujuannya adalah untuk mempermudah menentukan konsentrasi zat yang aman yang boleh ada di lingkungan besarnya konsentrasi bahan toksik yang menyebabkan kematian organisme uji. LC-50 (Median Lethal Concentration) juga dapat didefinisikan sebagai konsentrasi yang menyebabkan kematian sebanyak 50% dari organisme uji yang dapat diestimasi dengan grafik dan perhitungan, pada suatu waktu pengamatan tertentu, misalnya LC-50-48 jam, LC 50-96 jam sampai waktu hidup hewan uji. Adapun yang dimaksud LC50 XE "LC50" - 48 jam adalah Konsentrasi bahan toksik yang mematikan 50 % hewan uji dalam waktu pemaparan 48 jam.

LD (Dosis Letal)LD adalah Jumlah zat XE "zat" yang betul betul masuk ke dalam tubuh organisme uji yang menyebabkan respons berupa kematian organisme uji. Tujuannya adalah untuk mencari dosis XE "dosis" aman menggunakan LD50 XE "LD50" (dosis yang mematikan 50% organisme uji). Metode LD50 sering digunakan untuk memperoleh data kuantitatif XE "kuantitatif" uji toksisitas akut XE "akut" . LT ( Lethal Time )LT adalah waktu yang diperlukan untuk mematikan hewan uji pada ambang konsentrasi XE "konsentrasi" tertentu. Contohnya: 24h-LT50, yang artinya Waktu yang diperlukan oleh suatu bahan toksik untuk mematikan 50 % hewan uji dalam waktu pengamatan 24 jam.

EC (Effective Concentration)EC adalah konsentrasi XE "konsentrasi" bahan toksik yang menyebabkan efek sub-lethal. Contohnya yaitu gangguan pernapasan, abnormalitas dan perubahan fatal.

SC (Safe Concentration)SC adalah maksimum konsentrasi XE "konsentrasi" bahan toksik yang tidak menimbulkan efek terhadap organisme pada periode pendedahan yang lama, satu atau dua generasi.

Dalam ekotoksikologi, komponen yang penting adalah integrasi antara laboratorium dengan peneltian lapangan. Uji ekotoksikologi biasanya menggunakan metode eksperiment, adapun pendekatan eksperimental yang digunakan: 1. Tes Spesies (Spesifik)2. Tes Komunitas3. Tes Ekosistem terkontrol4. Studi LapanganAdapula yang disebut uji Hayati (Bioassay) yang mana merupakan Bagian Dari Uji Toksisitas Kuantitatif. Uji Hayati (Bioassay) merupakan perangkat yang digunakan untuk menentukan tingkat toksisitas suatu bahan dengan bantuan biota XE "biota" uji. Contoh Uji Hayati sebagai berikut:

Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) Uji Sub-Khronic dengan Ikan Mas.Adapun BSLT merupakan salah satu cara yang cepat dan murah untuk uji aktifitas farmakologi dari ekstrak tanaman dengan menggunakan hewan laut yaitu larva udang Artemia salina leach. Uji ini mengamati mortalitas larva udang yang di sebabkan oleh senyawa uji. Senyawa yang aktif akan menghasilkan mortalitas yang tinggi. Uji toksisitas dengan metode BSLT ini memiliki spectrum aktifitas farmakologi yang luas, prosedurnya sederhana, cepat dan tidak membutuhkan biaya yang besar, serta hasilnya dapat di percaya. Disamping itu metode ini sering dikaitkan dengan metode penapiasan senyawa antikanker. Dengan alasan-alasan tersebut, maka uji ini sangat tepat digunakan dalam penelitian bahan alam.

Metode Meyer et al. digunakan untuk mempelajari toksisitas sampel XE "sampel" secara umum dengan menggunakan telur udang (Artemia salina Leach). Penetasan Larva Udang, disiapkan bejana untuk penetasan telur udang. Di satu ruang dalam bejana tersebut diletakkan lampu untuk menghangatkan suhu dalam penetasan, sedangkan di ruang sebelahnya diberi air laut. Kedalam air laut dimasukkan + 50-100 mg telur udang untuk ditetaskan. Pada bagian telur ditutup dengan aluminium foil, dan lampu dinyalakan selama 48 jam untuk menetaskan telur. Diambil larva udang yang akan diuji dengan pipet. Sebanyak 100 L air laut yang mengandung larva udang sebanyak 10-12 ekor dipipet, kemudian dimasukkan ke dalam wadah uji. Di tambahkan larutan sampel yang akan diuji masing-masing sebanyak 100 L, dengan konsentrasi XE "konsentrasi" 10, 100, 200, 500 dan 1000 ppm. Untuk setiap konsentrasi dilakukan 3 kali pengulangan (triplikat). Larutan diaduk sampai homogen XE "homogen" . Untuk kontrol dilakukan tanpa penambahan sampel. Larutan dibiarkan selama 24 jam, kemudian dihitung jumlah larva yang mati dan masih hidup dari tiap lubang. Angka mati dihitung dengan menjumlahkan larva yang mati dalam setiap konsentrasi (3 lubang). Angka hidup dihitung dengan menjumlahkan larva yang hidup dalam setiap konsentrasi (3 lubang).Perhitungan akumulasi mati tiap konsentrasi dilakukan dengan cara berikut: akumulasi mati untuk konsentrasi 10 ppm = angka mati pada konsentrasi tersebut, akumulasi mati untuk konsentrasi 100 ppm = angka mati pada konsentrasi 10 ppm + angka mati pada konsentrasi 100 ppm, akumulasi mati untuk konsentrasi 200 ppm = angka mati pada konsentrasi 10 ppm + angka mati pada konsentrasi 100 ppm + angka mati pada konsentrasi 200 ppm. Akumulasi angka mati dihitung sampai konsentrasi 1000 ppm. Perhitungan akumulasi hidup tiap konsentrasi dilakukan dengan cara berikut: akumulasi hidup untuk konsentrasi 1000 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi 500 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm + angka hidup pada konsentrasi 500 ppm, akumulasi hidup untuk konsentrasi 200 ppm = angka hidup pada konsentrasi 1000 ppm + angka hidup pada konsentrasi 500 ppm + angka hidup pada konsentrasi 200 ppm. Akumulasi angka hidup dihitung sampai konsentrasi 10 ppm.

Dalam melakukan pengujian tidak semua dapat digunakan, adapun kriteria hewan uji adalah sebagi berikut : Tersedia luas (kultur di laboratorium, hatchery, alam) Dapat dipelihara secara baik Riwayat genetik dan umur kultur diketahui dengan baik Peka terhadap bahan racun

Organisme uji yang umum digunakan dalam uji hayati adalah:

Artemia (Brine Shrimp)

Daphnia (Daphnia carinata)

Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Ikan Bandeng (Chanos chanos) Udang Windu (Penaeus monodon)Tabel 2.4 Keuntungan dan Pembatasan Masing Masing Pendekatan Tes

Sumber : DR.Harmita, dkk. 2008Berdasarkan waktu pengujiannya, uji toksikologi XE "toksikologi" terbagi menjadi 3 tingkat yaitu tingkat satu (akut XE "akut" ), tingkat dua (sub kronis XE "kronis" ), tingkat tiga (kronis).

1 Uji Toksisitas akut XE "akut" (jangka pendek)/Tingkat IUji ini dilakukan dengan memberikan zat XE "zat" kimia yang sedang di uji sebanyak satu kali atau beberapa kali dalam jangka waktu 24 jam atau ketoksikan akut XE "akut" adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat (24 jam) setelah pemberian dalam dosis XE "dosis" tunggal. Jadi yang dimaksud dengan uji toksisitas akut adalah uji yang dilakukan untuk mengukur derajat efek suatu senyawa yang diberikan pada hewan coba tertentu, dan pengamatannya dilakukan pada 24 jam pertama setelah perlakuan dan dilakukan dalam satu kesempatan saja. Data kuantitatif XE "kuantitatif" uji toksisitas akut dapat diperoleh melalui 2 cara, yaitu dosis letal tengah (LD50 XE "LD50" ) dan dosis toksik tengah (TD50). Namun yang paling sering digunakan adalah dengan metode LD50.

Sebagian besar penelitian semacam ini dirancang untuk menentukan LD50 XE "LD50" obat. LD50 obat didefinisikan sebagai dosis XE "dosis" tunggal suatu zat XE "zat" yang secara statistik diperkirakan akan membunuh 50% hewan percobaan. Percobaan ini juga dapat menunjukkan organ sasaran yang mungkin dirusak dan efek toksik spesifiknya, serta memberikan petunjuk tentang dosis yang sebiknya digunakan dalam pengujian yang lebih lama. Jika suatu zat diberikan melalui inhalasi, uji yang harus dilakukan adalah penentuan konsentrasi XE "konsentrasi" latal median (LC50 XE "LC50" ) untuk masa pemberian tertentu atau penentuan waktu letal median (LT50) untuk kadar tertentu di udara.

Rancangan Percobaan pada ujitoksisitas akut XE "akut" dengan cara sebagai berikut:

1) Pemilihan Respon HewanRespons berbagai hewan percobaan terhadap uji toksisitas sangat berbeda, tetapi hewan percobaan yang lazim digunakan adalah salah satu galur (strain) tikus putih. Kadang-kadang digunakan mencit dan satu atau dua spesies yang lebih besar seperti anjing,babiatau kera. Tikus putih yang digunakan biasanya berusia 2-3 bulan dengan bobot badan 180-200. Tikus ini harus diaklimatisasi dalam laboratorium dan semuanyan harus sehat. Untuk tujuan ini, ada yang menggunakan Specific Pathogen Free (SPF) sehingga terjamin kesehatannya. Penggunaan tikus sebagai suatu model patologis sering tidak relevan karena sulit untuk menyamakan keadaan pada tikus dengan patologi manusia. Tikus jantan dan betina sebaiknya dievaluasi terpisah karena kadang-kadang responsnya berbeda. Penggunaan hewan percobaan yang besar membawa konsekuensi biaya yang besar pula, namun tidak jarang diperlukan hewan yang lebih besar, misalnya anjing, babi, dan kera. Umumnya 10-30 tikus dipakai dalam setiap kelompok dosis XE "dosis" dan dalam kelompok pembanding.

2) Cara Pemberian Secara umum, obat harus diberikan melalui jalur yang biasa digunakan pada manusia. Jalur oral paling sering digunakan. Jika akan diberikan per oral, zat XE "zat" tersebut harus diberikan dengan sonde. Jalur dermal dan inhalasi kini makin sering digunakan ,bukan hanya untuk zat yang digunakan manusia lewat jalur ini, tetapi juga untuk menilai bahaya terhadap kesehatan XE "kesehatan" personel yang menangani obat ini,sasaran bahan kimia dan akibat-akibat khusus peracunannya, serta memberikan tuntunan seberapa besar dosis XE "dosis" yang digunakan dalam studi yang lebih lama.Jika melalui pernapasan (inhalation), sasaran akhirnya adalah LC50 XE "LC50" (median lethal concentration = rata-rata konsentrasi XE "konsentrasi" yang mematikan)pada jangka waktu pemakaian tertentu atau LT50 (median lethal time = rata-rata waktu mematikan) melalui pemakaian konsentrasi tertentu di udara.Tikus besar dan tikus kecil (mencit) umumnya memenuhi syarat untuk digunakan dalam penentuan LD50 XE "LD50" . Pilihan ini bertolak dari kenyataan bahwa hewan-hewan tersebut ekonomis, mudah didapat, dan mudah dirawat. Selain itu, data-data toksikologi XE "toksikologi" hewan-hewan tersebut sudah tersedia sehingga memudahkan pembandingan toksisitas zat XE "zat" kimia satu dengan yang lain. Jika nilai LD50 suatu zat pada tikus besar dan mencit amat berbeda atau jika pola atau kecepatan biotransmisi zat tersebut dalam tubuh manusia diketahui jelas berbeda dari tikus dan mencit, perlu digunakan hewan yang bukan pengerat untuk uji coba. Penentuan LD50 harus dilaksanakan pada hewan jantan maupun betina, yang dewasa maupun yang muda, karena adanya perbedaan kepekaan.

3) Cara Perlakuan Umumnya perlakuan yang diberikan agar terjadi proses peracunan sama dengan cara bagaimana orang akan terkena racun tersebut. Cara paling umum adalah melalui mulut. Jika melalui mulut, zat XE "zat" itu harus diberikan dengan sonde. Peracunan denngan cara mencampurkan zat kimia dalam makanan mengakibatkan tidak tepatnya dosis XE "dosis" dan umumnya akan mengurangi toksisitas zat kimia.Dalam pembuatan larutan atau suspensi zat XE "zat" toksik, diperlukan bahan tambahan untuk memudahkan penggunaan, bahkan jika zat yang toksik tersebut merupakan cairan, diperlukan bahan pengencer. Bahan-bahan yang digunakan harus memiliki efek beracun sekecil mungking atau bahkan tanpa efek beracun, dan tidak bereaksi dengan zat yang toksik. Bahan-bahan tersebut umumnya merupakan pelarut seperti air, air garam, perasaan sayur mayur, dan turunan selulosa.Volume zat XE "zat" yang toksik dalam larutan dan suspensi dapat berpengaruh terhadap toksisitas. Volume yang terlalu besar dan berlebihan dapat menyebabkan akibat tidak langsung terhadap hewan. Sebaliknya, jika volume dikurangi, konsentrasi XE "konsentrasi" akan naik; ini merupakan kenyataan yang dapat meningkatkan toksisitas. Oleh karena itu, jika sejumlah besar zat yang toksik digunakan pada hewan, dianjurkan untuk diberikan dalam dosis XE "dosis" yang terbagi.Perlakuan melalui kulit dan pernapasan makin meningkat, tidak hanya pada zat XE "zat" kimia yang ditujukan untuk penggunaan bagi manusia, tetapi juga zat kimia yang membawa dampak gangguan kesehatan XE "kesehatan" untuk orang yang menanganinya. Cara suntikan terutama digunakan dalam menangani toksisitas akut XE "akut" obat-obat parenteral. Selain itu, agar penyerapan berlangsung segera atau sangat cepat dan sempurna atau mendekati sempurna, perlakuan umumnya dengan cara injeksi intravena (pembuluh darah balik) dan injeksi intraperioneal. Perlakuan ini juga digunakan untuk menyelidiki masalah kecepatan dan perluasan penyerapan melaui cara oral dan kulit.4) Dosis dan Jumlah HewanTujuan uji LD50 XE "LD50" adalah menetapkan dosis XE "dosis" yang akan membunuh 50% hewan dan menentukan slope (kemiringan) kurva dosis vs respon. Oleh karena itu, selain penentuan dosis yang membunuh kira-kira separuh dari hewan uji coba, dosis yang membunuh lebih dari separuh (lebih disukai yang kurang dari 90%) dan dosis ketiga yang membunuh kurang dari separuh (lebih disukai yang lebih dari 10%) perlu ditentukan. Empat atau lebih dosis sering digunakan dengan harapan paling sedikit tiga diantaranya akan jatuh pada deretan yang tepat.Secara umum, ketepatan LD50 XE "LD50" meningkat dengan naiknya penggunaan jumlah hewan per dosis XE "dosis" dan dengan menurunnya rasio antara dosis satu dan dosis berikutnya. Banyak peneliti menggunakan kira-kira 50 hewan setiap uji LD50 dan menetapkan rasio 1,2 1,5. Walaupun demikian, Weil (1952) mengusulkan untuk menggunakan 4 hewan per dosis dan sebuah rasio 2,0 terhadap dosisi yang berikutnya. Menurut hasilnya, LD50 yang didapatkan dari penyederhanaan metode ini sama dengan yang didapatkan dengan 10 hewan per dosis dan dengan rasio 1,26 meskipun lingkup keberadaannya sangat melebar. Oleh karena itu, dalam kerja yang jelas, uji LD50 seperti diusulkan Weil mungkin mencukupi.Sebaliknya, terkadang diperlukan penentuan LD50 XE "LD50" yang lebih tepat. Hasil LD50 yang lebih tepat didapatkan dengan penerapan dosis XE "dosis" dengan rasio lebih kecil di antara masing-masing dosis yang berurutan atau dosis berikutnya. Misalnya, rasio 1,2 telah digunakan dalam mendemonstrasikan kurangnya respons terhadap perbedaan siang-malam, dan perbedaan nyata dalam toksisitas di antara kelompok-kelompok.Contohnya, pada kelompok melation yang sama, tetapi menggunakan rasio 2,0 di antara dosis XE "dosis" -dosis yang berurutan, dari penentuan 100 LD50 XE "LD50" tidak dapat diambil kesimpulan karena berkaitan dengan besarnya perbedaan nilai confidence of limit atau standard of error secara statistik di antara kelompok. Rasio kecil di antara dosis-dosis yang dipakai dapat diterima hanya apabila informasi tentang pendekatan toksisitas akut XE "akut" tersedia. Jika tidak, sebuah pendekatan dapat dihasilkan dengan sebuah uji coba pendahuluan dengan prosedur seperti yang diusulkan Well (1952). Dalam menetapkan LD50 , banyak hewan diperlukan. Anjing umumnya digunakan dalam jumlah yang jauh lebih sedikit.

5) Faktor Lingkungan Kandang dapat memengaruhi LD50 XE "LD50" suatu zat XE "zat" kimia melalui beberapa cara. Misalnya LD50 isoproterenol pada tikus yang di kurung sendiri-sendiri kurang dari 50 mg/kg, sedangkan pada 10 tikus yang dikurung bersama dalam satu kandang kira-kira 800 mg/kg . Meskipun demikian, pengaruh seperti ini terhadap nilai LD50 untuk kebanyakan zat kimia hanya sedikit. Tipe kandang (dinding berlubang-lubang atau rapat) dan tipe kotoran juga dapat memengaruhi reaksi hewan terhadap zat yang toksik.

6) Temperatur XE "Temperatur" Suhu lingkungan dapat memengaruhi akibat peracunan. Misalnya, toksisitas striknin, nikotin, atropin, malation, dan sarin meningkat pada hewan dalam suhu dingin. Sementara itu, toksisitas paration, organofosfat, dan insektisida menurun akibat hipotermia. Kelembaban nisbi yang lebih tinggi dapat meningkatkan toksisitas akut XE "akut" dan menghasilkan sebuah angka dosis XE "dosis" LD50 XE "LD50" yang lebih rendah. Karena potensi pengaruh faktor-faktor ini terhadap LD50, kondisi sebenarnya pada saat uji coba dilaksanakan harus dicatat dan dilaporkan.7) Pengamatan XE "Pengamatan" dan PemeriksaanSetelah perlakuan zat XE "zat" toksik, hewan harus diperiksa tidak hanya jumlah dan waktu kematian, tetapi juga saraf sentral, saraf otonom, dan pengaruh terhadap tingkah laku termasuk reaksi awal, intensitas, dan lama reaksinya. Frekuensi pengaruh dosis XE "dosis" tidak mematikan ini harus dicatat juga untuk masing-masing kelompok dosis sehingga akibat masing-masing dosis LD50 XE "LD50" dapat diperkirakan.Jangka waktu pengamatan harus cukup lama sehingga adanya akibat yang lambat atau tertunda, termasuk kematian, tidak akan terlewat. Autopsi menyeluruh harus dilaksanakan pada setiap hewan yang mati termasuk paling sedikit beberapa dari yang tetap hidup, terutama hewan-hewan yang abnormal saat penghentian eksperimen. Autopsi memberikan informasi yang berguna mengfenai organ sasaran terutama ketika kematian tidak terjadi segera setelah pemberian dosis XE "dosis" . Pemeriksaan histopatologi terhadap organ dan jaringan yang dipilih dapat juga dilakukan.

8) Potensi RelatifPotensi masing-masing toksikan jelas berbeda. Agar nilai LD50 XE "LD50" lebih bermakna, dianjurkan untuk memeriksa pula standard error (confidence limit) dan slope pada kurva dosis XE "dosis" -respon. Jika confidence limit dua LD50 tumpang tindih,bahan dengan LD50 lebih rendah mungkin kurang beracun dibandingkan bahan lain. Data tentang slope menjadi penting ketika membandingkan dua bahan dengan LD50 yang sama. Grafik yang lebih datar tampaknya menyebabkan lebih banyak kematian dibandingkan grafik lainnya pada dosis lebih sedikit dari LD50.

Nilai LD50 XE "LD50" berguna dalam beberapa hal yaitu:a) Klasifikasi zat XE "zat" kimia berdasarkan toksisitas relatif. Klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.5 Klasifikasi zat XE "zat" Kimia Berdasarkan toksisitas Relatif

KategoriLD50 XE "LD50"

Supertoksik5 mg/kg atau kurang

Sangat toksik5-50 mg/kg

Toksik XE "Toksik" 50-500 mg/kg

Cukup toksik0,5-5 g/kg

Sedikit toksik5-15 g/kg

Tidak toksik>15 g/kg

Sumber : DR.Harmita, dkk. 2008

b) Pertimbangan bahaya akibat overdosis.c) Perencanaan studi toksisitas jangka pendek pada hewan.d) Menyediakan informasi tentang : mekanisme keracunan; pengaruh terhadap umur, seks, inang lain, dan faktor lingkungan; respons yang berbeda-beda di antara spesies dan galur.

e) Menyediakan informasi tentang reaktivitas populasi hewan-hewan tertentu.f) Menyumbang informasi yang diperlukan secara menyeluruh dalam percobaan-percobaan obat penyembuh untuk manusia.g) Kontrol kualitas; mendeteksi ketidakmurnian produk racun dan perubahan fisik bahan-bahan kimia yang mempengaruhi keberadaan hidup.2. Uji toksisitas (subkronis)/Tingkat IIUji ini dilakukan dengan memberikan zat XE "zat" kimia tersebut berulang-ulang, biasanya setiap hari, atau lima kali seminggu, selama jangka waktu kurang lebih 10% masa hidup hewan, yaitu 3 bulan untuk tikus dan 1 atau 2 tahun untuk anjing. Namun, beberapa peneliti menggunakan jangka waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat kimia selama 14 dan 28 hari.Adapun pemberian jangka waktu penelitian uji subkronis, yaitu :

Aplikasi pada kulit

: 30 hari Studi inhalasi

: 30 90 hari Uji oral

: 90 hariDosis yang diujikan divariasikan menjadi 3-4 variasi, yaitu dosis XE "dosis" tinggi (menyebabkan kematian),dosis ringan (menunjukkan NOEL). Hewan uji yang bisa digunakan seperti tikus, anjing atau kera ; (jantan : 10-20 ekor & betina : 10-20 ekor pada setiap level dosis yang diberikan).Tujuan uji subkronis ini untuk mendapatkan nilai NOEL atau NOAEL. Observasi yang dilakukan terhadap setiap organ tubuh, mortalitas, morbiditas, mata, konsusmsi makanan, berat badan, respons neurologis, perilaku tidak normal, respirasi, Elektro Kardiogram (EKG), Elektro-Encefalogram (EEG), hematologi, biokimia darah, analisis urin & tinja, kerusakan organ makroskopis.

Tubuh manusia sering terkena bahan kimia pada tingkat yang jauh lebih kecil dari dosis XE "dosis" yang mematikan dengan segera, namun waktunya lebih lama. Untuk menyelidiki kenyataan akibat akibat keracunan dalam situasi yang lebih realistis, dilakukan studi toksisitas jangka pendek dan jangka panjang.Hal hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut:

1) Spesies dan Jumlah HewanUji ini umumnya menggunakan dua atau lebih spesies hewan. Idealnya, hewan yang dipilih dapat membiotransformasikan zat XE "zat" kimia dalam cara yang sama dengan yang terjadi dalam tubuh manusia. Mengingatkan hal ini sering tidak dapt dicapai, penggunaan tikus besar dan anjing merupakan pilihan yang dapat diterima. Pilihan ini didasarkan pada ukurannya yang wajar, mudah didapat, dan karena pertimbangan cukup banyaknya informasi toksikologi XE "toksikologi" bahan-bahan kimia yang berikatan dengan hewan-hewan tersebut.Pada uji ini, digunakan jumlah jantan dan betina yang sama. Umumnya 10-30 tikus digunakan dalam setiap kelompok, juga dalam kelompok kontrol. Sebagian patokan, prosedur yang di gunakan akan memberikan data yang dapat dianalisis secra statistik. Jika menggunakan anjing, jumlah yang digunakan lebih sedikit (4-8 per kelompok) mengingatkan kemungkinan pemeriksaan yang sangat banyak pada masing-masing anjing, ukuran yang besar dan masalah biaya.2) PerlakuanPerlakuan disesuaikan dengan cara yang dimaksudkan praktik, atau sebagaimana orang dpat terkena racun bahan tersebut. Sebagian besar zat XE "zat" kimia digunakan dengan cara oral. Prosedur yang digunakan adalah dengan mencampur zat kimia pada makanan meskipun kadang-kadang juga menggunakan air minum sebagai sarana. Sarana ini sangat dianjurkan apabila ternyata zat kimia berinteraksi dengan suatu bagian makanan. Zat kimia dapat di masukkan dengan sonde atau dalam kapsul gelatin. Ini merupakan prosedur yang umum di gunakan pada anjing. Zat kimia dapat juga dicampurk dengan makanan kaleng untuk anjing dalam bentuk butiran. Cara dermal, pernapasan, dan parental terutama dilakukan untuk tujuan-tujuan khusus, misalnya uji coba produk-produk industri, pertanian, dan obat-obatan.3) Dosis dan Jangka Waktu Uji CobaTujuan studi ini adalah memeriksa tingkat toksis dan lokasi (dalam tubuh hewan) yang teracuni, juga menyelidiki kondisi kadar tanpa efek (no effect level, NEL). Dalam uji, dianjurkan memilih tiga dosisi, yaitu dosis XE "dosis" yang cukup tinggi untuk membunuh hewan, dosis rendah yang diharapkan menimbulkan kondisi tidak ada efek toksis, dan dosis menengah. Kadang-kadang ada tambahan satu atau lebih dosis untu menyakinkan tercapainya sasaran diatas. Seperti dijelaskan sebelumnya, perlu adanya kelompok control > Hewan-hewan dalam kelomok kontrol ini tidak menerima perlakuan zat XE "zat" kimia yang diuji, tetapi harus diberi semua sarana yang digunakan.Dosis yang digunakan umumnya didasarkan pada hasil yang didapat pada studu toksisistas akut XE "akut" , menggunakan LD50 XE "LD50" dan slope hasil kurva dosisirespons. Setiap informasi yang berikatan dengan dengan zat XE "zat" kimia yang iuji dan metabilsme zatknya biokumulasi, dicatat d tersebut, terutama ada atau tidak biokumulasi, dicatat dan dilaporkan.Studi penentuan lingkup percobaan telah diusulkan, terdiri atas pemberian makanan untuk jantan dan betina, masing-masing lima tikus. Setiap tikus menerima tiga tatu empat dosis XE "dosis" selama satu minggu. Kriteria akibat toksisitas adalah kematian, perubhan bobot badan, bobot relatif hati dan ginjal, serta konsumsi makanan. Hasil menunjukkan bahwa uji 7 hari jauh lebih baik dari nilai LD50 dalam memprediksi level dosis untuk studi toksisitas 90 hari.Dalam studi pada tikus, dosis XE "dosis" mungkin diberikan dalam jumlah konstan yang dinyatakan dalam mg/kg makanan (ppm) atau dalam jumlah yang dinyatakan dalam badan hewan. Hal ini umumnya dikerjakan dalam interval waktu satu minggu, selama masa pertumbuhan cepat, dan selanjutnya setiap dua minggu. Jangka waktu studi ini pada tikus umumnya selama 90 hari. Jika memakai hewan uji anjing, jangka waktu sering di perpanjang sampai 6 bulan atau bahkan 1 atau 2 tahun.Dalam sebuah sebuah ekperimen di laporkan bahwa untuk menentukan LD50 XE "LD50" diklorvos dig unakan tikus dewasa. Eksperimen tersebut menggunakan 270 ekr tikus betina dan 270 tikus jantan sebagai objek. Untuk tujuan saat ini , hanya data untuk tikus betina yang digunakan. Sepuluh ekor tikus betina di uji pada setiap dosis XE "dosis" . Setelah itu LD50 diperkirakan dari alur data kasar. Langkah pertama membuat grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Grafik ini menghasilkan sebuah kurva sigmoid yang biasanya terjadi dalam respon biologis organisme terhadap obat. baik pada akhir dosis tinggi atau rendah, garis kurva kan dibentuk pada tengah garis dan grafik akan menjadi lurus. Grafik tesebut tidak memberikan banyak informasi yang berguna, khususnya dalam hal menentukan harga LD50. Jelasnya hewan-hewan tersebut dapat bertahan atau mati. Oleh karena itu, diperlukan pemilihan dosisi lebih lanjut.

Gambar 2.1. Kurva respon-dosis XE "dosis" diklorvos pada tikus3. Uji toksisitas jangka panjang (Kronis)/Tingkat IIIPercobaan jenis ini mencakup pemberian zat XE "zat" kimia secara berulang selama 3-6 bulan atau seumur hidup hewan , misalnya 18 bulan untuk mencit, 24 bulan untuk tikus, dan 7-10 tahun anjing dan monyet. Memperpanjang percobaan kronis XE "kronis" untuk percobaan karsinogenik.Berbeda dengan percobaaan toksisitas akut XE "akut" yang terutama mencari efek toksik, maksud utama percobaan toksisitas kronis XE "kronis" ialah menguji keamanan obat. Penafsiran keamanan obat untuk manusia dapat dilakukan melalui serangkaian percobaan toksisitas terhadap hewan. Dikatakan penafsiran karena data dari hewantidak dapat dieksplorasikan begitu saja tanpa mempertimbangkan segala faktor yang membedakan antara hewan dan manusia.2.3 Studi Kasus Limbah XE "Limbah" Cair Industri XE "Industri" Karet PT. Banua Lima SejurusIndustri XE "Industri" karet XE "karet" PT. Banua Lima Sejurus terletak di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. PT. Banua Lima Sejurus memproses crumb rubber XE "crumb rubber" , yaitu karet kering yang proses pengolahannya melalui tahap peremahan. Bahan baku XE "Bahan baku" berasal dari lateks XE "lateks" yang diolah menjadi koagulum dan dari lump. Bahan baku yang paling dominan adalah lump karena pengolahan crumb rubber bertujuan untuk mengangkat derajat bahan baku mutu rendah menjadi produk yang lebih bermutu.

Gambar 2.2 Karet siap olah

Penetapan mutu berdasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual menjadi dasar penentuan kelas mutu pada jenis karet XE "karet" crepe, sheet, maupun lateks XE "lateks" pekat tidak berlaku untuk crumb rubber XE "crumb rubber" . 2.3.1 Proses Crum RubberTahap pengolahan Crumb Rubber meliputi:1. Peremahan XE "Peremahan" Kompo yang telah mengalami penuntasan selama 10-15 hari diremahkan dalam granulator. Peremahan XE "Peremahan" bertujuan untuk mendapatkan remahan yang siap untuk dikeringkan. Sifat yang dihasilkan oleh peremahan adalah mudah dikeringkan sehingga dicapai kapasitas produksi yang lebih tinggi dan kematangan remah yang sempurna.

Gambar 2.3 Proses Peremahan XE "Peremahan" 2. PengeringanKompon yang terlah mengalami peremahan selanjutnya dikeringkan dalam dryer selama 3 jam. Pemasukan kotak pengering kedalam dryer 12 menit sekali, suhu pengering 122C untuk bahan baku kompo dan 110C untuk proses WF. Suhu produk yang keluar dari dryer dibawah 40C. Pengeringan bertujuan untuk menurunkan kadar air sampai batas aman simpan baik dari serangan serangga maupun mikrobiologis, enzimatis dan hidrolis. Dalam pengeringan faktor yang dapat memepengaruhi hasil adalah lamanya penuntasan, ketinggian remahan, suhu dan lama pengeringan.

Gambar 2.4 Proses Pengeringan

3. Pengepresan XE "Pengepresan" Pengepresan XE "Pengepresan" merupakan pembentukan bandela-bandela dari remah karet XE "karet" kering. Bahan yang keluar dari pengering kemudian ditimbang seberat 35kg/bandela yang akan dikemas dalam kemasan SW dan 33,5kg/bandela untuk kemasan. Setelah itu produk dipress dengan menggunakan mesin press bandela. Ukuran hasil pengepresan 60 x 30 x 17 cm.

Gambar 2.5 Proses Pengepresan XE "Pengepresan" 4. Pembungkusan dan Pengepakan

Pembungkusan dimaksudkan untuk menghindari penyerapan uap air dari lingkungan serta bebas kontaminan lain. Setelah produk dipress, kemudian disimpan diatas meja alumunium untuk penyortiran dengan menggunakan pengutip. Setelah itu produk dibungkus dengan plastik transparan tebal 0,03 mm dan titik leleh 108C. Bandela yang telah dibungkus, kemudian dimasukkan dalam peti kemas dengan susunan saling mengunci.

Gambar 2.6 Proses Pembungkusan2.3.2 Pengolahan Limbah XE "Limbah" Cair PT. Banua Lima Sejurus

Pada proses pengolahan karet XE "karet" remah/crumb rubber XE "crumb rubber" , tergolong proses basah yang memerlukan air hampir pada setiap proses. Apalagi jika mengolah bahan baku dari karet rakyat, disebabkan tingginya kadar kotoran dalam bahan baku, pengolahan low grade ini memerlukan air yang lebih banyak daripada yang diperlukan untuk pengolahan high grade.Air untuk proses pengolahan karet XE "karet" remah, sebagian besar digunakan untuk pembersihan dan penggilingan. Untuk proses pengolahan karet remah dibutuhkan air sebanyak 40 m3/Ton Karet. Pada umumnya air limbah pabrik karet remah bersifat asam dengan pH XE "pH" 5.5 6. . Hal ini disebabkan pemakaian asam asetat atau asam format untuk proses penggumpalan lateks XE "lateks" . Untuk pengolahan lateks pekat, pemekatan lateks bahan baku dari DRC 28 35 % menjadi DRC produk lateks pekat 60% menghasilkan air limbah yang cukup banyak keluar menuju IPAL termasuk proses pencucian separatornya. Adapun baku mutu limbah cair karet sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah XE "Limbah" Cair Bagi Kegiatan Industri XE "Industri" Lampiran B.VI.Tabel 2.6 Baku Mutu Limbah XE "Limbah" Cair Untuk Industri XE "Industri" Karet

Gambar 2.7 Layout IPAL PT. Banua Lima SejurusPengolahan limbah cair di PT. Banua Lima Sejurus menggunakan Proses Lumpur Aktif XE "Lumpur Aktif" (Activated Sludge). Istilah lumpur XE "lumpur" aktif sering diartikan sebagai nama proses itu sendiri dan juga sering diartikan sebagai padatan biologik yang merupakan motor di dalam proses pengolahan.

Gambar 2.8 Proses Lumpur Aktif XE "Lumpur Aktif" Seperti pada gambar diatas, sesudah equalization tank di mana fluktuasi kwalitas/ kwantitas influen diratakan, limbah cair dimasukkan ke dalam tangki aerasi di mana terjadi pencampuran dengan mikroorganisme yang aktif (lumpur XE "lumpur" aktif). Mikroorganisme XE "Mikroorganisme" inilah yang melakukan penguraian dan menghilangkan kandungan organik XE "organik" dari limbah secara aerobik. Gambar 2.9 Proses Lumpur Aktif XE "Lumpur Aktif" PT. Banua Lima SejurusOksigen yang dibutuhkan untuk reaksi mikroorganisme tersebut diberikan dengan cara memasukkan udara ke dalam tangki aerasi dengan blower. Aerasi ini juga berfungsi untuk mencampur limbah cair dengan lumpur XE "lumpur" aktif, hingga terjadi kontak yang intensif. Sesudah tangki aerasi, campuran limbah cair yang sudah diolah dan lumpur aktif dimasukkan ke tangki sedimentasi di mana lumpur aktif diendapkan, sedangkan supernatant dikeluarkan sebagai effluen dari proses. Sebagian besar lumpur aktif yang diendapkan di tangki sedimentasi tersebut dikembalikan ke tangki aerasi sebagai return sludge supaya konsentrasi XE "konsentrasi" mikroorganisme dalam tangki aerasinya tetap sama dan sisanya dikeluarkan sebagai excess sludge.

Gambar 2.10 Bak Sedimentasi PT. Banua Lima Sejurus

Gambar 2.11 Bak Netralisasi PT. Banua Lima Sejurus

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN3.1 Hasil Pengamatan XE "Pengamatan" Pengamatan XE "Pengamatan" dilaksanakan pada tanggal 16 April 2015 di PT. Banua Lima Sejurus. Pengamatan diawali dengan melihat dan mempelajari terlebih dahulu proses pengolahan air limbah dari proses produksi karet XE "karet" . Proses pengolahan air limbah di PT. Banua Lima Sejurus menggunakan metode lumpur XE "lumpur" aktif/activated sludge dimana mikroorganisme digunakan di dalam prosesnya. Pengamatan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan sampel XE "sampel" yang diambil dari hasil output XE "output" pengolahan air limbah karet tersebut. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan jerigen dengan kapasitas 1 liter untuk menampung sampel yang kemudian dibawa ke Laboratorium Fakultas Perikanan untuk di uji kadar toksikologinya.Sampel yang diteliti adalah air pada bak netralisasi atau hasil output XE "output" dari IPAL PT. Banua Lima Sejurus yang diambil pada tanggal 16 April 2015. Kegiatan penelitian meliputi analisis kadar pH XE "pH" , TSS, amonia total, BOD XE "BOD" , COD XE "COD" . Hasil analisis limbah cair dapat dilihat pada tabel 3.1Tabel 3.1 Hasil Uji SampelNoParameterSatuanHasil UjiBaku Mutu Air Limbah XE "Limbah"

1pH XE "pH" -6,26,0 9,0

2TSSmg/L16100

3NH3 (amoniak)mg/L1,215

4BOD XE "BOD" mg/L10,96100

5COD XE "COD" mg/L12,04250

Sumber: Data Primer3.2 PembahasanToksikologi perairan mengkaji konsentrasi XE "konsentrasi" atau kuantitas bahan kimia yang diperkirakan terdapat dalam air, sedimen, atau makanan di lingkungan perairan. Selain itu, toksikologi XE "toksikologi" perairan juga mengkaji masalah transpor, distribusi, transformasi, dan nasib terakhir bahan kimia, terutama yang bersifat toksik, di lingkungan perairan. Untuk mengentahui toksisitas limbah cair industri ini, parameter yang diuji diantaranya pH XE "pH" , TSS, NH3, BOD XE "BOD" , dan COD XE "COD" .3.1.1 pH XE "pH" pH XE "pH" meskipun bukan indikator utama dari toksikologi XE "toksikologi" perairan, namun pH juga dapat menjadi indikator tingkat pencemaran XE "pencemaran" /toksikologi perairan. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota XE "biota" akuatik.pH XE "pH" pada hasil output XE "output" pengolahan limbah karet XE "karet" PT. Banua Lima Sejurus berada pada kisaran angka 6,2. pH ini masih dalam batas ambang kenetralan yang masih dapat ditolerir oleh makhluk biologis perairan. pH ini juga masih dalam baku mutu yang ditentukan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-51/MENLH/10/1995 ditentukan bahwa baku mutu pH yang boleh dibuang ke lingkungan adalah pada kisaran angka 6,0-9,0.

3.1.2 TSS (Total Suspended Solid)Zat yang tersuspensi biasanya terdiri dari zat XE "zat" organik XE "organik" dan anorganik XE "anorganik" yang melayang-layang dalam air, secara fisika zat ini sebagai penyebab kekeruhan pada air. Limbah XE "Limbah" cair yang mempunyai kandungan zat tersuspensi tinggi tidak boleh dibuang langsung ke badan air karena disamping dapat menyebabkan pendangkalan juga dapat menghalangi sinar matahari masuk kedalam dasar air sehingga proses fotosintesa mikroorganisme tidak dapat berlangsung. Hasil yang diperoleh dari uji laboratorium adalah sebesar 16 mg/L. Hasil uji memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-51/MENLH/10/1995, nilai baku mutu dari kadar TSS sebesar 100 mg/L. Hasil tersebut menyatakan bahwa air hasil dari pengolahan limbah karet XE "karet" memiliki kadar TSS yang mampu diterima oleh perairan sehingga tidak menjadi sumber toksikologi XE "toksikologi" di perairan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa air hasil pengolahan tersebut dapat dibuang secara aman ke lingkungan perairan.

3.1.3 NH3 (Amoniak XE "Amoniak" )Amoniak XE "Amoniak" merupakan derivat senyawa nitrogen organik XE "organik" yang bersifat toksik terhadap organisme yang hidup di perairan. Ammonia sangat toksik walau dalam konsentrasi XE "konsentrasi" yang sedikit. Toksisitas akut XE "akut" NH3 menyebabkan kematian sedang perlakuan kronis XE "kronis" dapat menimbulkan kerusakan ginjal, mereduksi pertumbuhan dan malfungsi otak, penurunan nilai darah serta mereduksi kapasitasi pembawa oksigen pada tubuh ikan. NH3 juga ditemukan dalam uji analisa toksisitas dari hasil output XE "output" pengolahan limbah karet XE "karet" di PT. Banua Lima Sejurus. Data yang diperoleh berada pada angka 1,2 mg/L yang dapat dikatakan memenuhi baku mutu dari total zat XE "zat" NH3 yang boleh dibuang ke lingkungan yaitu sebesar 15 mg/L sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-51/MENLH/10/1995.3.1.4 BOD XE "BOD" (Biological Oxygen Demand)BOD XE "BOD" merupakan parameter pengukuran jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bekteri untuk mengurai hampir semua zat XE "zat" organik XE "organik" yang terlarut dan tersuspensi dalam air buangan. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, jika suatu badan air tercemar oleh zat organik maka bakteri akan dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses biodegradable berlangsung, sehingga dapat mengakibatkan kematian pada biota XE "biota" air dan keadaan pada badan air dapat menjadi anaerobik yang ditandai dengan timbulnya bau busuk.Hasil uji sampel XE "sampel" menunjukkan data kadar BOD XE "BOD" pada air limbah industri karet XE "karet" dari PT. Banua Lima Sejurus adalah sebesar 10,96 mg/L. Hasil memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-51/MENLH/10/1995. Di dalam peraturan tersebut, nilai baku mutu dari kadar COD XE "COD" telah ditetapkan sebesar 100 mg/L. Hasil tersebut menyatakan bahwa air hasil dari pengolahan limbah karet memiliki kadar BOD yang mampu diterima oleh perairan sehingga tidak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa air hasil pengolahan tersebut dapat dibuang secara aman ke lingkungan perairan.

3.1.5 COD XE "COD" (Chemical Oxygen Demand)COD XE "COD" adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Nilai COD yang berlebih akan mengakibatkan kandungan oksigen terlarut di perairan menjadi rendah, akibatnya oksigen bagi sumber kehidupan makhluk air tidak dapat terpenuhi. Berdasarkan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan data yang menunjukkan kadar COD pada hasil output XE "output" pengolahan air limbah industri karet XE "karet" dari PT. Banua Lima Sejurus adalah sebesar 12,04 mg/L. Hasil memenuhi baku mutu sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup no.Kep-51/MENLH/10/1995, sebesar 250 mg/L.BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanAdapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Proses pada industri karet XE "karet" meliputi peremahan, pengeringan, pengepresan, dan pembungkusan

2. Sumber limbah cair pengolahan karet XE "karet" remah, sebagian besar dari pembersihan dan penggilingan.3. PT. Banua Lima Sejurus memenuhi baku mutu limbah cair karet XE "karet" , yaitu dengan konsentrasi XE "konsentrasi" COD XE "COD" sebesar 12,04 mg/L; BOD XE "BOD" sebesar 10,96 mg/L; TSS sebesar 16 mg/L; pH XE "pH" 6,2; dan Amonia total 12 mg/L.4.2 SaranAdapun saran dari makalah ini adalah segera menginiliti sampel XE "sampel" setelah sampling, serta harus lebih memahami materi ekotoksikoligi lebih mudah mengetahui parameter apa saja yang harus diteliti, serta dampak yang ditimbulkan. DAFTAR PUSTAKA1) Bawa, I.G.A Gede. 2009. Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik XE "Toksik" dari Daging Buah Pare (Momordica charantia L.). Jurnal Kimia 3(2): 117-124.2) Bosman, Ofan, Ferdinand Hukama Taqwa, dan Marsi. 2013. Toksisitas Limbah XE "Limbah" Cair Lateks Terhadap Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan Dan Tingkat Konsumsi Oksigen Ikan Patin. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(2): 148-160.3) Dewi, Shinta Rosalia. 2012. Uji Toksisitas Kuantitatif.http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/SRD_toxico5_Uji-Toksisitas-Kuantitatif.pdfDiakses tanggal 4 April 20154) DR.Harmita, dkk. 2008. Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.5) Fadil, Muhammad Syukri. 2011. Kajian Beberapa Aspek Parameter Fisika Kimia Air dan Aspek Fisiologis Ikan yang Ditemukan Pada Aliran Buangan Pabrik Karet di Sungai Batang Arau. Artikel. Program Studi Biologi Pascasarjana, Universitas Andalas.6) Husni, Hayatul. 2010. Uji Toksisitas akut XE "akut" Limbah XE "Limbah" Cair Industri XE "Industri" Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus Carpio Lin). Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan. Universitas Andalas.

7) ITB. 2011.Uji Toksisitas.www.kuliahftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/3-uji toksisitas.pdf.Diakses Pada Tanggal 17 April 20158) Pemerintah Indonesia. 1995. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: KEP- 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah XE "Limbah" Cair Bagi Kegiatan Industri XE "Industri" . Sekretariat Negara. Jakarta.9) Rossiana, Nia M.S. 2009. Uji Toksisitas Limbah XE "Limbah" Cair Tahu Sumedang Terhadap Reproduksi Daphnia carinata King. Laporan Penelitian.10) Sari, Fitri Purnama. 2011. Analisis Kadar COD XE "COD" , BOD XE "BOD" dan Angka Permanganat Dari Limbah XE "Limbah" Cair Industri XE "Industri" Karet yang Terdapat Pada Air Sungai Denai Di Amplas. Tugas Akhir. Program Studi Diploma 3 Kimia Analis Departemen Kimia, FMIPA Universitas Sumatera Utara, Medan.11) Sari, Rezki R. 2012. Uji Toksisitas Metode Brine Shimp Lethality Test.12) Sarwoko, Mangkoediharjo. 1999. Ekotoksikologi XE "Ekotoksikologi" Keteknikan.13) Sarwoko, Mangkoediharjo dan Ganjar Mangkoediharjo. 2009. Ekoteknologi Teknosfer. Guna Widya. Surabaya.14) Suligundi, Bonifasia Tripina. 2013. Penurunan Kadar COD XE "COD" (Chemical Oxygen Demand) Pada Limbah XE "Limbah" Cair Karet Dengan Menggunakan Reaktor Biosand Filter yang dilanjutkan dengan Reaktor Activated Carbon. Jurnal Teknik Sipil UNTAN, 13 (1): 29-43.15) Suwardin, D. 1989. Tehnik pengendalian limbah pabrik karet. Lateks 4 (2): 25-32.16) Yulianti, Dwi, Kusumo Winarno, Dan Widya Mudyantini. 2005. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremediasi dengan Azolla Microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza Sativa Linn). Jurnal BioSMART, 7 (2): 125-130. LAMPIRAN

INDEKS

A

Akut, 9, 10, 13, 14, 18, 19, 22, 25, 26, 28, 29, 30, 34, 35, 46, 49

Amoniak, ii, 46

Anorganik, 6, 15, 45

B

Bahan baku, 36

Biota, 9, 18, 19, 20, 22, 45, 46

BOD, ii, 6, 8, 44, 45, 46, 47, 48, 50

COD, ii, 6, 8, 9, 44, 45, 47, 48, 50

Crumb rubber, 36, 39

Domestik, 14, 15, 16

Dosis, 10, 21, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35

E

Ekotoksikologi, i, v, 6, 50

Ekotoksisitas, 9, 20, 21

Fisiologis, v

H

Homogen, 23

I

Industri, i, iv, 6, 8, 14, 36, 40, 49, 50

K

Karakteristik, 6, 14, 15

Karet, 6, 8, 36, 38, 39, 44, 45, 46, 47, 48

Kesehatan, v, 9, 17, 20, 27, 28

Konsentrasi, 8, 9, 14, 15, 17, 18, 19, 21, 22, 23, 26, 27, 28, 42, 45, 46, 48

Kronis, 9, 13, 19, 25, 35, 46

Kualitatif, 18, 20

Kuantitatif, 18, 20, 21, 22, 25

L

Lateks, 6, 8, 36, 39

LC50, 8, 21, 26, 27

LD50, 21, 25, 27, 28, 29, 30, 31, 34

Limbah, i, ii, iv, 6, 8, 9, 13, 14, 16, 17, 18, 36, 39, 40, 44, 45, 49, 50

Lumpur, 41, 42, 44

Lumpur Aktif, v, 41, 42

M

Mikroorganisme, 41

N

Non domestik, 14

O

Organik, 6, 15, 16, 17, 42, 45, 46

Output, 44, 45, 46, 47

P

Pencemaran, 6, 8, 15, 45

Pengamatan, 30, 44

Pengepresan, v, 38

Peremahan, v, 37

pH, ii, 39, 44, 45, 48

R

Reversibel, 19

S

Sampel, i, 8, 12, 15, 23, 44, 47, 48

Solid, 14

T

Temperatur, 14, 30

Terpapar, v

Toksik, ii, 10, 13, 31, 49

Toksikologi, 6, 18, 25, 27, 33, 45, 46

Z

Zat, v, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 20, 21, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 45, 46

Mangkoediharjo Sarwoko, Ekotoksikologi XE "Ekotoksikologi" Keteknikan (1999).

Dwi Yulianti, Kusumo Winarno, dan Widya Mudyantini, Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Karet PTPN IX Kebun Batu Jamus Karanganyar Hasil Fitoremediasi dengan Azolla Microphylla Kaulf untuk Pertumbuhan Tanaman Padi (Oryza Sativa Linn), Jurnal BioSMART Vol. 7 No. 2 (Oktober, 2005), hal 125.

Nia M.S Rossiana, Uji Toksisitas Limbah XE "Limbah" Cair Tahu Sumedang Terhadap Reproduksi Daphnia carinata King, Laporan Penelitian (2009).

Ibid.

I.G.A Gede Bawa, Isolasi dan Identifikasi Golongan Senyawa Toksik XE "Toksik" dari daging Buah Pare (Momordica charantia L.), Jurnal Kimia Vol. 3 No. 2 (2009).

Ibid.

DR. Harmita, dkk., Buku Ajar Analisis Hayati Edisi 3, (Jakarta, 2008).

Hayatul Husni, Uji Toksisitas akut XE "akut" Limbah XE "Limbah" Cair Industri XE "Industri" Tahu Terhadap Ikan Mas (Cyprinus Carpio Lin), Jurnal Jurusan Teknik Lingkungan (Universitas Andalas, 2010).

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

Sarwoko Mangkoediharjo dan Ganjar Samudro, Ekoteknologi Teknosfer (Surabaya, 2009).

Nia M.S Rossiana, Loc.Cit.

Ibid.

Shinta Rosalia Dewi, Uji Toksisitas Kuantitatif, HYPERLINK "http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/SRD_toxico5_Uji-Toksisitas-Kuantitatif.pdf" http://shintarosalia.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/SRD_toxico5_Uji-Toksisitas-Kuantitatif.pdf (akses 4 April 2015).

Ibid.

Ibid.

Ibid.

DR. Harmita, dkk, Op.Cit.

Rezki R Sari, Uji Toksisitas Metode Brine Shimp Lethality Test (2012).

Ibid.

Ibid.

DR. Harmita, dkk, Op.Cit.

Ibid.

Ibid.

Ibid.

ITB, Uji Toksisitas, HYPERLINK "http://www.kuliahftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/3-uji-toksisitas.pdf" www.kuliahftsl.itb.ac.id/wp-content/uploads/2011/09/3-uji-toksisitas.pdf. (akses 17 April 2015)

DR. Harmita, dkk, Op.Cit.