1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian bangsa tumbuh dan berkembang, seiring dengan pemanfaatan sumber daya alam oleh manusia secara produktif untuk memenuhi kebutuhan hidup. Manusia memiliki kebutuhan hidup yang tidak terbatas sedangkan sumber daya alam memiliki sifat yang terbatas. Kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas dilakukan berbagai cara sehingga memberikan kepuasan melalui pemanfaatan sumber daya tersebut. Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan utama seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, air, udara dan lain-lain, sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang melengkapi kebutuhan pokok seperti mobil, sepeda motor, sepeda dan barang lainnya yang digunakan untuk menunjang aktivitas manusia. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut,
76
Embed
Ekonomi wilayah pesisir suatu pendekatan kemakmuran
Banyaknya desa tertinggal yang tidak dapat dijangkau oleh Gubernur tetapi dalam pilkada... mereka memberikan suara kepada Nur Alam dan dibalas dengan kehampaan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perekonomian bangsa tumbuh dan berkembang, seiring dengan pemanfaatan
sumber daya alam oleh manusia secara produktif untuk memenuhi kebutuhan
hidup. Manusia memiliki kebutuhan hidup yang tidak terbatas sedangkan sumber
daya alam memiliki sifat yang terbatas. Kegiatan manusia untuk memenuhi
kebutuhan yang tidak terbatas dilakukan berbagai cara sehingga memberikan
kepuasan melalui pemanfaatan sumber daya tersebut.
Kebutuhan hidup manusia terdiri dari kebutuhan primer dan sekunder.
Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi atau kebutuhan
utama seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, air, udara dan lain-lain, sedangkan
kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang melengkapi kebutuhan pokok
seperti mobil, sepeda motor, sepeda dan barang lainnya yang digunakan untuk
menunjang aktivitas manusia. Adanya kebutuhan-kebutuhan tersebut, membuat
setiap individu dalam keluarga dan kelompok masyarakat berupaya untuk
memenuhinya dengan tujuan mencapai kepuasan.
Pemenuhan kebutuhan hidup tidak terlepas dari tindakan-tindakan ekonomi.
Tindakan ekonomi berkembang dalam kehidupan manusia, seiring dengan adanya
usaha manusia untuk mengelola sumber daya alam yang terbatas untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang tidak terbatas. Sumber daya alam tersebut sangat beragam
dan tidak tersedia dalam bentuk produk siap pakai tetapi membutuhkan tindakan
2
untuk mengolah sumber daya alam untuk menghasilkan barang yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia.
Pengelolaan sumber daya alam yang sifatnya terbatas dilakukan untuk
menghasilkan barang yang dapat memenuhi kebutuhan hidup merupakan tindakan
ekonomi. Sementara itu bekerja untuk mendapatkan penghasilan pada berbagai
lapangan kerja merupakan sifat manusia sebagai angkatan kerja yang dipekerjakan
guna mewujudkan hasil kerja yang dibalas dengan pemberian upah atau gaji sesuai
dengan hasil pekerjaannya. Hal ini menunjukkan adanya usaha manusia untuk
memenuhi kebutuhan ekonomi yang bukan saja dari hasil pengolahan sumber daya
alam tetapi melalui hasil kerja.
Kebutuhan ekonomi dipengaruhi oleh pendapatan, konsumsi, dan simpanan
masyarakat. (Sudarsono, 2000:48). Pendapatan masyarakat merupakan hal penting
dalam memenuhi kebutuhan hidup terutama untuk membelanjakan kebutuhan
rumah tangga, konsumsi seperti makanan, pakaian dan barang konsumsi lainnya
sedangkan simpanan masyarakat selain uang, juga dapat berupa barang yang
memiliki nilai guna (utility) pada masa mendatang.
Sumber daya manusia menjadi faktor yang mempengaruhi perekonomian
karena berkaitan erat dengan produktivitas dan setiap angkatan kerja yang
produktif akan menjadi aset terhadap pertumbuhan ekonomi dan mendorong tingkat
perekonomian melalui hasil-hasil produksi, sementara angkatan kerja yang tidak
produktif menghambat pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan produktivitas.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perekonomian juga ditentukan oleh sumber daya
manusia.
3
Perekonomian masyarakat pedesaan diperhadapkan dengan pertumbuhan
ekonomi yang bersumber dari kemandirian masyarakat desa untuk mengelola
sumber daya alam dan faktor-faktor produksi lainnya untuk dijadikan sebagai
sumber pendapatan masyarakat. Wilayah pedesaan sumber daya alam yang belum
diolah sepenuhnya untuk mengelola hal tersebut. Olehnya itu dibutuhkan sumber
daya manusia yang mampu memanfaatkan kekayaan alam di desa sebagai sumber
pendapatan dan lapangan kerja yang pada gilirannya akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Desa Wonua Kongga merupakan salah satu wilayah pedesaan yang berada di
Kecamatan Laeya dengan luas 1.200 ha dan jumlah penduduk 501 jiwa atau 134
kepala keluarga yang bekerja pada berbagai lapangan kerja seperti bertani, nelayan
dan pegawai negeri sipil. Pendapatan perkapita masyarakat desa Wonua Kongga
tahun 2008 Rp.166.667 per tahun (BPS Konsel, 2009) sedangkan pendapatan
perkapita masyarakat Kabupaten Konawe Selatan dalam tahun 2009 sebesar
Rp.645.850. Hal ini menunjukkan bahwa pendapatan perkapita masyarakat Desa
Wonua Kongga hanya sebesar 5,8% dari jumlah pendapatan perkapitan masyarakat
Kabupaten Konawe Selatan sehingga masyarakat membutuhkan adanya
peningkatan faktor-faktor produksi yang meliputi sumber daya manusia dan sumber
daya alam.
Kondisi ekonomi rumah tangga masyarakat desa Wonua Kongga dipengaruhi
oleh tingkat pendidikan dan status kesehatan masyarakat selain itu sumber daya
alam seperti hasil perikanan masih belum dikelola dengan baik walaupun
terbentang luas, namun produktivitas masyarakat masih rendah. Rendahnya
4
produktivitas masyarakat menyebabkan rendahnya tingkat pendapatan yang secara
langsung berhubungan dengan kondisi perekonomian rumah tangga masyarakat.
Upaya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga
tidak lepas dari pemanfaatan faktor-faktor produksi, seperti modal, tenaga kerja,
lahan sumber daya alam dan sejumlah faktor lainnya
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat (Studi Pada Desa Wonua Kongga
Kecamatan Laeya Kabupaten Konawe Selatan)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka masalah
dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : “Faktor-faktor apa yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan”
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di Desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya Kabupaten Konawe Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam meningkatkan perekonomian
rumah tangganya
5
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dalam pengambilan kebijakan
pengembangan ekonomi masyarakat
3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang relevan dengan
penelitian ini.
1.5 Ruang Lingkung Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dibatasi pada faktor-faktor yang
mempengaruhi perekonomian masyarakat di desa Wonua Kongga Kecamatan
Laeya yang meliputi Pendapatan, Sumber Daya Alam dan Sumber Daya
Manusia.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pendapatan
Pengertian pendapatan, dapat dijelaskan dari dua sisi rumah tangga atau
dikenal dengan istilah pendapatan nasional/regional dan sisi rumah tangga
masyarakat atau individu yang dikenal pendapatan perkapita.
Partadiredja (2000 : 72) mengemukakan bahwa
Pendapatan warga masyarakat adalah balas jasa sebagai pengembalian
penggunaan faktor produksi yang dimiliki. Selanjutnya dikatakan bahwa
pendapatan warga masyarakat adalah nilai seluruh barang-barang dan jasa yang
diproduksi oleh suatu masyarakat dalam satu tahun tertentu.
Dari dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan masyarakat
adalah jumlah nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat
atau daerah dalam suatu periode tertentu.
Jadi pada prinsipnya, pendapatan seorang warga masyarakat dalam pendapatan
regional, karena warga masyarakat tersebut merupakan pemilik faktor produksi
yang digunakan dalam suatu proses produksi didaerahnya.
Muyasaroh (2003 : 2) mengemukakan bahwa
Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian kewajiban dari penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa, dan aktivitas pencarian laba lainnya yang merupakan operasi yang utama berkesinambungan selama suatu periode. Pendapatan untuk suatu periode umumnya ditentukan tersendiri terlepas dari beban dengan menerapkan prinsip pengakuan pendapatanSelanjutnya Winardi (2003 118) mengemukakan bahwa
7
Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang diperoleh dari pemanfaatan modal atau kekayaan. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan seseorang adalah jumlah penggunaan kekayaan atau jasa-jasa yang dimilikinya baik dalam bentuk uang maupun berbentuk materi lainnya.
Harahap (1997 : 13) mengemukakan bahwa Peningkatan taraf hidup atau
penerapan pendapatan dalam masyarakat merupakan suatu masalah yang saling
berhubungan. Peningkatan taraf hidup berarti terpenuhinya kebutuhan konsumen
nyata, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Pendapat di atas merupakan tingkat pendapatan yang diperoleh dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan, karena hal ini berhubungan dengan tingkat konsumsi
dan tingkat kepuasan yang diterima oleh setiap individu.
Selanjutnya Badan Pusat Statistik (2007) menggolongkan pendapatan dan
penerimaan rumah tangga ke dalam 3 (tiga) bagian, yaitu :
1. Pendapatan berupa uang adalah penghasilan berupa uang yang sifatnya reguler dan diterima biasanya sebagai jasa atau kontrak prestasi. Sumber-sumber yang utama adalah gaji dan upah serta lain-lain, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pekerjaan bebas, laba dari penjualan barang yang dipelihara seperti hasil investasi, tanah, gaji pensiun dan tunjangan sosial.
2. Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasa, akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk balas jasa. Misalnya pembayaran upah, gaji yang dinilai dengan beras, pengobatan, perumahan dan rekreasi.
3. Penerimaan uang dan barang yang dipakai pedoman adalah segala penerimaan yang bersifat transfer redistribusi dan biasanya membawa perubahan ke dalam rumah tangga. Misalnya penjualan barang-barang yang dipakai, pinjaman uang, warisan dan penagihan piutang.
Pendapat di atas, dapat diartikan bahwa pendapatan yang diperoleh rumah
tangga dapat berupa uang atau barang yang diuangkan. Ditinjau dari sudut
8
ekonomi, mutu kehidupan masyarakat atau individu sangat ditentukan oleh tingkat
pendapatan yang diperoleh baik yang berupa uang atau barang.
Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat taraf hidup seseorang, Harahap
(1997 : 150) menjelaskan bahwa
Tingkat taraf hidup diartikan sebagai tingkat kesejahteraan. Sedangkan kesejahteraan itu sendiri dapat diartikan sebagai kemakmuran, yang juga berarti cukup atau tidak kekurangan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka pendapatan adalah hasil
penggunaan/penjualan faktor-faktor produksi atau asset yang dimilikinya atau
dengan kata lain pendapatan diartikan sebagai hasil kerja seseorang, baik dalam
bentuk penggunaan kekayaan maupun jasa-jasa dinilai dengan uang.
Hasibuan (2002:132) mengemukakan bahwa
Kriteria pendapatan yang ditetapkan dalam standar pendapatan nasional dan
salah satu tolak ukur tingkatan pendapatan dibagi dalam kriteria sebagai berikut :
1. Pendapatan rendah
a. Pendapatan rendah yaitu Rp.1.000.000 – Rp.10.000.000. pertahun atau
rata-rata Rp.750.000 perkapitan per bulan.
b. Tidak memiliki pekerjaan tetap
c. Tidak memiliki tempat tinggal tetap (Sewa)
d. Tingkat pendidikan yang terbatas.
2. Pendapatan sedang
a. Pendapatan sedang yaitu Rp.10.000.000 – Rp.25.000.000 atau Rp.
1.250.000 perkapita perbulan.
9
b. Memiliki pekerjaan tetap
c. Memiliki tempat tinggal sederhana
d. Memiliki tingkat pendidikan.
3. Pendapatan tinggi
a. Pendapatan tinggi yaitu Rp.25.000.000 – Rp.50.000.000 atau rata-rata
Rp.2.083.333 perkapita per bulan.
b. Memilik lahan dan lapangan kerja
c. Memiliki tempat tinggal tetap
d. Memiliki tingkat pendidikan
Ukuran pendapatan juga bisa dihitung melalui pendekatan pendapatan.
Pendekatan pendapatan untuk mengukur kemiskinan ini mengasumsikan bahwa
seseorang dan rumah tangga dikatakan miskin jika pendapatan atau konsumsi
minimumnya berada di bawah garis kemiskinan. Ukuran-ukuran kemiskinan ini
dihitung melalui (Hasibuan, 2002:133):
1. Head Count Index
Head Count Index ini menghitung persentase orang yang ada di bawah garis
kemiskinan dalam kelompok masyarakat tertentu.
2. Sen Poverty Index
Sen Poverty Index memasukkan dua faktor yaitu koefisien Gini dan rasio Head.
Koefisien Gini mengukur ketimpangan antara orang miskin. Apabila salah satu
faktor-faktor tersebut naik, tingkat kemiskinan bertambah besar diukur
dengan Sen.
10
3. Poverty Gap Index
Poverty Gap Index mengukur besarnya distribusi pendapatan orang miskin
terhadap garis kemiskinan. Pembilang pada pendekatan ini menunjukkan jurang
kemiskinan (poverty gap), yaitu penjumlahan (sebanyak individu) dari
kekurangan pendapatan orang miskin dari garis kemiskinan. Sedangkan
penyebut adalah jumlah individu di dalam perekonomian (n) dikalikan dengan
nilai garis kemiskinan. Dengan ukuran ini, tingkat keparahan kemiskinan mulai
terakomodasi. Ukuran kemiskinan akan turun lebih cepat bila orang-orang yang
dientaskan adalah rumah tangga yang paling miskin, dibandingkan bila
pengentasan kemiskinan terjadi pada rumah tangga miskin yang paling tidak
miskin.
2.2 Permintaan dan Penawaran
Prospek pemasaran suatu produk dimasa datang tergantung dari jumlah
permintaan dan penawaran atas produk atau jasa tersebut dengan tingkat harga dan
jumlah produk yang tersedia, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi.
Sebelum kita menelaah tentang pengertian permintaan barang, lebih dahulu kita
mengetahui tentang hukum pemintaan dengan kemiringan negatif yang
dikemukakan oleh Paul A. Semuelson dan William D. Nordhaus dalam terjemahan
oleh A. Jaka Wasana M (1990 : 161) mengemukakan bahwa makin tinggi harga
suatu barang, makin sedikit permintaan atas barang tersebut (dengan catatan bahwa
faktor-faktor lain tidak berubah) atau dijelaskan bahwa bila produsen ingin
11
menambah jumlah barang di pasar, faktor-faktor lain tidak berubah, maka jumlah
barang akan lebih banyak terjual, hanya bila harga diturunkan.”
1. Pengertian Permintaan
Bertolak dari hukum permintaan dan pendapat dari para pakar yang
mengartikan permintaan, antara lain Nopirin. (1996 : 86) mengemukakan
bahwa :
Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah sesuatu barang yang
ingin dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu
periode tertentu. Permintaan individu akan satu barang menunjukkan jumlah
produk/jasa yang siap dibeli pada berbagai kemungkinan tingkat harga.
Pappas dan Hirschey (1995 : 104) yang mengemukakan bahwa permintaan
adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh para
pelanggan selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu.
Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan mencakup harga, harga barang
yang bersangkutan, ketersediaan barang yang berkaitan, perkiraan akan
perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi konsumen,
pengeluaran periklanan dan sebagainya.
Dijelaskan pula bahwa permintaan individu tergantung dari dua faktor
yaitu nilai yang dikaitkan dengan pemerolehan dan penggunaan barang dan
jasa yang bersangkutan, dan kemampuan untuk memperolehnya. Keinginan
tanpa daya beli, mengarah pada kemauan, tetapi tidak ada permintaan.
Sudarsono (1992 : 15) mengemukakan bahwa permintaan suatu barang
adalah berbagai kemungkinan jumlah barang atau jasa yang diminta oleh
12
pembeli pada berbagai tingkat harga untuk periode waktu tertentu dan dalam
suatu pasar tertentu”.
Dijelaskan pula oleh Sudarsono (1992 : 18-20) bahwa perubahan
jumlah barang yang diminta dipengaruhi oleh dua efek yaitu efek pendapatan
dan efek pengganti yang mana kedua efek ini menunjukkan bahwa turunnya
harga dari suatu barang akan mengakibatkan jumlah barang yang diminta akan
naik dan sebaliknya apabila harga suatu barang naik mengakibatkan jumlah
barang yang diminta turun.
2. Pengertian Penawaran
Pappas dan Hirschey (1995 : 106) mengemukakan bahwa penawaran
adalah hubungan antara berbagai jumlah produk/jasa yang akan dijual pada
berbagai tingkat harga. Kondisi-kondisi yang harus dipertimbangkan,
mencakup harga barang yang bersangkutan, harga dan ketersediaan barang
yang berkaitan, perkiraan perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan
preferensi konsumen, pengeluaran periklanan, dan sebagainya.
Sudarsono, (1992 : 25) mengemukakan bahwa penawaran suatu barang
adalah berbagai kemungkinan jumlah barang yang ditawarkan oleh penjual
diberbagai tingkat harga dan pada periode tertentu. Dimana fungsi penawaran
adalah fungsi yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang atau jasa
dengan barang tersebut, artinya banyak sedikitnya barang atau jasa yang
dijual,hal ini sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa
semakin tinggi harga, semakin tinggi pula jumlah barang yang ditawarkan.
13
Sudarsono (1992 : 24) mengemukaka bahwa fungsi Penawaran adalah fungsi
yang menunjukkan hubungan antara jumlah barang dan jasa dengan harga tersebut.
Artinya sedikit banyaknya barang dan jasa yang dijual tergantung pada tinggi
rendahnya harga barang tersebut. Perubahan sedikit banyaknya barang atau jasa
yang dijual ini sesuai dengan hukum penawaran yang menyatakan bahwa semakin
tinggi harga semakin banyak pula jumlah barang yang ditawarkanatau sebaliknya
2.3 Konsep Tenaga Kerja
Pengertian ketenagakerjaan secara inklusi mencakup Tenaga Kerja (TK),
Angkatan Kerja (AK) dan Kesempatan Kerja (KK) yang masing-masing
mempunyai pengertian tersendiri. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu
melakukan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna
menghasikan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Angkatan
kerja adalah Pekerja adalah tenaga kerja yang bekerja di dalam hubungan kerja
pada pengusaha dengan menerima upah, sedangkan kesempatan kerja adalah
peluang pekerjaan yang disediakan oleh pemilik pekerjaan kepada setiap pekerja
yang memenuhi persyaratan untuk bekerja. (UU Ketenagakerjaan No. 32 Tahun
2003)
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang paling vital, karena
tanpa tenaga kerja proses produksi tidak terlaksana dengan baik. Menurut ahli
ekonomi klasik, elemen-elemen dari produksi adalah tenaga kerja, disamping tanah
dan modal.
14
Ravianto. J (1996:32) mengemukakan bahwa tenaga kerja merupakan
bentuk keunikan tingkah laku dari jenis manusia dan meningkatkan produktivitas
dengan memperbaiki kondisi kerja merupakan landasan bagi pengisian hidup secara
baik serta memberikan arti bagi kehidupan manusia.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja digolongkan secara luas
mencakup tenaga kerja intelektual dan tenaga kerja fisik serta mencakup setiap
aspek kehidupan kerja. Hal ini berarti bahwa individu dipandang sebagai kesatuan
sosial.
Payaman J. Simanjuntak (2002 : 23) mengemukakan pengertian tenaga
kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang
mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus
rumah tangga.
Berdasarkan pengertian di atas berarti tenaga kerja sudah mencakup
angkatan kerja yang belum bekerja, Disamping itu tenaga kerja terdiri dari tenaga,
buruh, pengusaha, pemerintah dan sebagainya. Akan tetapi tenaga kerja diartikan
sebagai sumber daya manusia yang bisa diharapkan partisipasinya dalam usaha
meningkatkan produktivitasnya.
Tambunan T. (2006 : 2), mengemukakan bahwa seorang penduduk
dikatakan bekerja bila penduduk tersebut melakukan kegiatan dengan maksud
memperoleh penghasilan atau keuangan selama paling sedikit satu jam sehari
(termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu suatu usaha) dalam
seminggu sebelum wawancara, bekerja satu jam tersebut harus dilakukan berturut-
turut dan tidak boleh terputus.
15
Selanjutnya Suroto (1998 : 2) mengemukakan bahwa pasar kerja adalah
seluruh kebutuhan tenaga kerja dan persediaan tenaga kerja dalam masyarakat, atau
seluruh permintaan dan penawaran tenaga kerja dalam masyarakat, dengan seluruh
mekanisme yang memungkinkan adanya transaksi produktif antara orang yang
menawarkan tenaganya dengan pihak pengusaha yang membutuhkan tenaga
tersebut.
Handoko Hani T (1984 : 390) berbagai prinsip yang berlaku diperhatikan
dalam manajemen tenaga kerja adalah :
1. Memadukan tenaga kerja dengan pekerjaan.
Prinsip ini mengandung arti bahwa orang-orang harus dipilih untuk pekerjaan-
pekerjaan atas dasar berbagai perbedaan karakteristik dan profesi individual.
2. Menetapkan standar-standar pelaksanaan.
Standar-standar pelaksanaan kerja harus ditetapkan untuk semua pekerjaan agar
tanggung jawab dan apa yang diharapkan para tenaga kerja.
3. Memberikan penghargaan atas prestasi kerja.
Bila standar-standar telah ditetapkan, manajemen perlu memberikan
penghargaan kepada para tenaga kerja yang dapat mencapai atau melebihi
standar untuk motivasi kerja.
4. Merumuskan secara jelas tanggung jawab tenaga kerja.
Bila tanggung jawab pekerjaan tidak jelas dan berubah-ubah dan para pekerja
akan frustasi. Hasilnya dapat berupa kualitas rendah dan konflik di antara
individu-individu.
16
2.4 Konsep Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan
pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan
disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara.
Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic
growth); pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan
sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.
(Supriyanto, 1998:54)
Agus Mulyana (2004:57) mengemukakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut.
Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan
ekonomi. Perbedaan antara keduanya adalah pertumbuhan ekonomi
keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya kenaikan dalam standar
pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan, sedangkan pembangunan
ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan produksi, tetapi juga
terdapat perubahan-perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada
berbagai sektor perekonomian seperti dalam lembaga, pengetahuan, dan teknik.
Mardiasmo (2004:29) mengemukakan bahwa sumber daya alam yang dimiliki
mempengaruhi pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor