Top Banner

of 29

Ekonomi Produksi

Mar 06, 2016

Download

Documents

Efisiensi Teknis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

EKONOMI PRODUKSI PERTANIANANALISI EFISIENSI PRODUKSI USAHA TERNAK ITIK KECAMATAN MOJOSARI KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :1. Bennazier Kusuma Pradhani(120321100054)2. Purbowo(12032110003. Otier Wenda(120321100116)4. Yoga Florida(120321100078)5. Lauchil Machfud(120321100095)

Shift : Kamis, 07.00 WIB

PROGRAM STUDI AGRIBISNISFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURABANGKAAN201514

DAFTAR ISI

I.PENDAHULUAN11.1Latar Belakang11.2Rumusan Masalah21.3Tujuan Penelitian3II.TINJAUAN PUSTAKA42.1 Ternak Itik42.2 Usaha Ternak Itik42.3 Produksi Ternak Itik42.4 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usaha Ternak52.5 Fungsi Produksi52.5.1Hubungan Pakan terhadap Produksi62.5.2Hubungan Kepadatan Kandang terhadap Produksi72.5.3 Hubungan Tenaga Kerja terhadap Produksi82.6Penelitian Terdahulu9III.METODE PENELITIAN103.1.Waktu Dan Lokasi Penelitian103.2.Jenis Penelitian103.3Teknik Penentuan Sampel103.4Teknik Pengumpulan Data103.5 Teknik Analisis Data103.5.1 Fungsi Produksi Cobb-douglash103.5.2 Fungsi Produksi Frontier11IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN124.1 Letak Geografis Kecamatan Mojosari124.2 Kondisi Demografi Kecamatan Mojosari134.3 Karakteristik Responden13V. HASIL DAN PEMBAHASAN145.1 Uji Asumsi Klasik145.2Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglash185.3 Analisis Fungsi Produksi Stochastik Frontier205.2 Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis225.2.1 Analisis Efisiensi Teknis22VI. PENUTUP246.1 Kesimpulan246.2 Saran24DAFTAR PUSTAKA25

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSalah satu kebijakan pemerintah dalam pembangunan subsektor peternakan di Indonesia yaitu dengan mencukupi kebutuhan pangan akan protein hewani. Dengan bertambahnya jumlah penduduk setiap harinya, subsektor peternakan memegang peranan penting dalam memperbaiki gizi masyarakat khususnya di Indonesia. Kandungan gizi pada hasil ternak beserta produk olahannya sampai saat ini diketahui mempunyai nilai yang lebih baik di bandingkan dengan kandungan gizi dari tumbuhan.Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang terus meningkat akibat bertambanya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sedangkan menurut (SAKERNAS, 2012) usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang sangat strategis dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Hal ini bisa dilihat pada kontribusi sektor peternakan sangat mempengaruhi Produk Domestik Bruto (PDB) yaitu sebesar 4.82 persen pada tahun 2012 (Tabel 1) dan mampu menyerap tenaga kerja pada subsektor peternakan sebanyak 8.241.006. Dengan adanya nilai PDB sebesar 4.82, keadaan tersebut menjadikan subsektor dalam bidang peternakan memiliki peranan penting dalam perekonomian di Indonesia.Tabel 1.Laju Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2004-2012Subsektor20082009201020112012

Tanaman bahan makanan6.064.971.641.752.9

Subsektor Perkebunan3.671.73

3.49

4.47

5.08

Subsektor Peternakan3.523.45

4.27

4.78

4.82

Subsektor Kehutanan0.03

1.82

2.41

0.85

0.16

SubsektorPerikanan5.07

4.16

6.04

6.96

6.48

Dalam kerangka pembangunan ekonomi wilayah, terlihat bahwa peran sub sektor peternakan sangat strategis dan memiliki kaitan kuat dari hulu sampai hilir dibandingkan dengan sektor lainnya. Peran strategis tersebut perlu dioptimalkan sejalan dengan startegi pemerintah membangun enam koridor pembangunan ekonomi indonesia (KPEI). Peran strategis tersebut harus dipahami oleh aparat perencana, agar produk perencana dapat akomodatif terhadap kebutuhan daerah dan aspirasi masyarakat. Secara makro, sasaranpembangunan sub sektor peternakan Direktorat Jenderal PKH tahun 2012 menargetkan pertubuhan PDB sebesar Rp 35,2 trilyun, penyerapan tenaga kerja 3,44 juta orang atau pertambahan tenaga kerja yang diserap sebanyak 128,87 ribu orang. Perkembangan usaha ternak unggas di Indonesia relatif lebih maju dibandingkan usaha ternak yang lain. Hal ini tercermin dari dari kontribbusinya yang cukup luas dalam memperluas lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan terutama sekali dalam pemenuhan keutuhan makanan bernilai gizi tinggi. Salah satu usaha perunggasan yang cuku berkembang di Indonesia adalah usaha ternak itik. Meskipun tidak sepopuler ternak itik, itik mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur dan daging. Jika dibandingkan dengan ternak unggas yang lain, ternak itik mempunyai kelebihan diantaranya adalah memiliki daya tahan terhadap penyakit. Oleh karena itu usaha ternak itik memiliki risiko yang relatif lebih kecil.Mojokerto merupakan salah satu kota dengan pengahasil sektor peternakan terbesar. Salah satu sektor peternakan yang ada di Mojokerto yaitu peternakan itik. Kebnayakan di daerah Mojokerto hampir di semua rumah bekerja sebagai peternak itik. Ini terbukti dari survei yang kami lakukan kemaren. Akan tetapi permasalahan yang di hadapi pada usaha peternakan itik diantaranya adalah pola pengusahaan yang cenderung masih tradisional, skala usaha belum ekonomis dan aspek pemasaran belum optimal. Kondisi ini harus diatasi agar usaha peternakan itik bisa semakin berkembang. Oleh karena itu kajian yang mendalam mengenai usaha ternak itik perluu di kembangkan.

1.2 Rumusan MasalahDari latar belakang tersebut terdapat beberapa masalah antara lain:1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis usaha ternak itik di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari?2. Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab inefisiensi teknis pada Usaha ternak itik?

1.3 Tujuan PenelitianBerikut ini merupakan tujuan dilakukan penelitian, antara lain: 1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis usaha ternak itik di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari.2. Untuk menganalisis faktor-faktor penyebab inefisiensi teknis pada Usaha ternak itik.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ternak ItikItik adalah salah satu jenis unggas air dalam (water fowls) yang termasuk dalam kelas aves, ordo anseriformes, famili anatidae sub famili anatinae, tribus anatinae dan genus anas (srigandono, 1997). Itik merupakan unggas air yang cenderung mengarah pada produksi telur, dengan ciri ciri umum :tubuh ramping, berdiri hampir tegak seperti botol dan lincah (Rasyaf, 2002). Menurut Windhayarti (2002) hampir seluruh itik asli Indonesia adalah itik tipe petelur. Itik indian runner (Anas Javanica) disebut juga itik jawa karena banyak tersebar dan berkembang di daerah daerah pulau jawa. Itik itik ini mempunyai beberapa nama sesuai dengan nama daerah itik tersebut berkembang seperti itik tegal, itik mojosari dan itik karawang.2.2 Usaha Ternak ItikSistem peternakan tradisional di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa biasanya merupakan usaha skala kecil, baik ditinjau dari segi jumlah ternak maupun modal usaha. Kelemahan yang muncul pada skala usaha skala kecil adalah ketidakmampuan untuk memanfaatkan sumberdaya ternak secara efisien (Levine, 1987). Menurut Mosher (1977) usahatani yang dilakukan petani peternak di pedesaan merupakan salah usahatani keluarga yang melibatkan seluruh anggota keluarga. Pernyataan tersebut diperkuat oleh Mubyarto (1989) bahwa sebagian besar tenaga kerja dalam kegiatan usahatani berasal dari keluarga petani sendiri yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak petani. Menurut Bharoto (2001) dalam pemeliharaan secara intensif itik mamu memproduksi telur antara 240-280 butir. Itik yang dipelihara secara sistem semi intensif mampu memproduksi telur sebanyak 203-232 butir dan emeliharaan secara tradisional hanya mampu mengahsilkan telur sebanyak 124 butir.2.3 Produksi Ternak ItikTujuan akhir dari suatu usaha peternakan itik petelur adalah produksi telur yang optimal. Telur adalah hasil sekresi dari sistem produksi. Untuk mengetahui produksi telur harian dalam jangka waktu terstentu dapat dilihat dari duck day. Menurut Rasyaf (2002) duck day adalah perhitungan yang sering dipakai dalam menentukan produksi telur. Perhitungan produksi telur dapat dilakukan dalam bentuk persentase, perhitungan ini berdasarkan jumlah produksi harian, bulanan dan kelompok. Menurut Bharoto (2001) dalam pemeliharaan secara intensif itik mamu memproduksi telur antara 240-280 butir. Itik yang dipelihara secara sistem semi intensif mampu memproduksi telur sebanyak 203-232 butir dan emeliharaan secara tradisional hanya mampu mengahsilkan telur sebanyak 124 butir (Martawijaya et al.,2004).2.4 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usaha TernakBiaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi serta menjadikan barang tertentu menjadi produk, dan termasuk di dalamnya adalah barang yang dibeli dan jasa yang di bayar (Hernanto, 1996). Biaya dapat di kelompokkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel serta biaya tunai (riil) dan biaya tidak tunai (diperhitungkan). Biaya tetap adalah biaya yang penggunaanya tidak habis dalam satu masa produksi. Biaya variabel yaitu biaya yang besar kecilnya tergantung pada skala produksi antara lain pupuk, bibit, tenaga kerja.Penerimaan usahatani adalah penerimaan dari semua sumber usahatani yang meliputti jumlah penambahan inventaris, nilai penjual hasil serta nilai penggunaan rumah dan yang dikonsumsi. Penerimaan usahatani dapat dibedakan menjadi dua yaitu penerimaan tunai dan penerimaan yang di perhitungkan. Penerimaan tunai didasarkan pada hasil penjuaan produksi usahatani.2.5 Fungsi Produksi Sukirno (2003) menyatakan bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan input dan jumlah produksi disebut juga sebagai output. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk fungsional/matematis sebagai berikut:Y = f (X1,X2,X3 ,, X n)Dimana: Y = jumlah outputX1,X2,X3 ,, X n = jumlah input faktor (seperti modal, tenaga kerja, tanah atau bahan baku).Fungsi produksi pada hakikatnya terletak antara kelangkaan dan tindalan ekonomi (Suhartati dan Fathorrozi). Kelangkaan yang menimbulkan masalah ekonomi dan tindakan sebagai upaya untuk memecahkannya. Masalah ekonomi timbul karena kebutuhan manusia terbatas sementara alat pemuas kebutuhan manusia relatif sangat terbatas. Karena adanya masalah ini kemudian timbul tindakan, yakni tindakan memilih berbagai alternatif yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas tadi. Tentunya tindakan ini didasari oleh motif ingin meperoleh keuntungan dengan tetap bersandarnatif yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas tadi. Tentunya tindakan ini didasari oleh motif ingin meperoleh keuntungan dengan tetap bersandar pada prinsip-prinsip dengan biaya tertentu diharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya.Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu yang digunakan untuk mengatasi masalah kelangkaan akibat kebutuhan manusia yang relatif tidak terbatas sementara alat pemuas kebutuhan yang relatif terbatas jumlahnya.2.5.1 Hubungan Pakan terhadap ProduksiSemua bahan makanan yang diperuntukkan bagi ternak dinamakan dengan pakan. Pakan ini sumbernya dari pertanian dan perikanan, yang juga merupakan sumber pangan. Disini terlihat ada benturan sumber, misalnya ada beberapa bahan makanan yang masih dipergunakan untuk manusia dan juga ternak. Satu masalah yang sering menjadi masalah bagi unggas adalah jagung kuning, sebab bahan makanan ini masih sering digunakan untuk berbagai keperluan manusia. Oleh karena benturan sumber itu, sementara bahan-bahan makanan tersebut tersedia dalam jumlah terbatas dan harus diusahakan pula, maka ternak jelas harus mengalah. Dalam hal ini kebutuhan untuk pangan didahulukan dan untuk pakan diambil dari sisa keperluan manusia. Dari sinilah timbul suatu pemikiran untuk memanfaatkan segala potensi makanan yang tidak berbenturan dengan kebutuhan manusia (Rasyaf, 1994).Kartadisastra (1994) menyatakan bahwa menurut jenisnya, pakan dibedakan menjadi lima jenis, yaitu: 1) Grain adalah jenis pakan yang diberikan kepada itik, terdiri murni dari biji-bijian.pemberian jenis pakan ini dilakukan khusus pada sore hari, dan ditujukan untuk merangsang perkawinan pada itik-itik bibit serta untuk memperbaiki kondisi lantai (pada sistem litter). 2)Meal adalah jenis pakan yang terdiri dari satu macam bahan pakan (bijian atau bungkil) yang sudah digiling. 3) Mash adalah jenis pakan yang terdiri dari campuran dari beberapa meal. 4) Pellet adalah mash yang dibentuk seperti butiran setelah melalui suatu proses (pelleting). Ukuran pellet 5-8mm. 5) Crumbs/Crumble adalah pellet yang dibentuk ukuran kecil (3mm), atau biasa disebut broken pellet.2.5.2 Hubungan Kepadatan Kandang terhadap ProduksiKandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikankenyamanan bagi itik, mudah dalam tata laksana, dapat memberikanproduksi yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahankandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yangbaik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehinggakandang tersebut biasa berfungsi untuk melindungi ternak terhadaplingkungan yang merugikan, mempermudah tata laksana, menghemattempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan menghindarkanitik kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonimus, 1994).Kepadatan kandang itik yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, itik cenderung banyak minum, stress, pertumbuhan terhambat dan mudah terserang penyakit. Pengaturan kepadatan kandang itik dilakukan sedemikian rupa untuk mengatasi kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan itik. Kepadatan kandang itik juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat kenyamanan itik broiler (May dan Lott, 1992).Menurut siregar et al (1980) kepadatan kandang itik yang ideal adalah 13-17 ekor/ untuk itik seberat 1,4kg, 10-13 ekor/ untuk itik seberat 1,8kg, 8-10 ekor/untuk itik seberat 2,3kg, dan 6-8 ekor/untuk itik seberat 2,7kg.NRC (1994) mengemukakan standar untuk bobot badan itik broiler berdasarkan jenis kelamin pada umur 1-6 minggu adalah untuk itik yang berumur 1 minggu maka standar beratnya yaitu 152 gram untuk itik jantan dan 144 gram untuk itik betina; untuk itik yang berumur 2 minggu maka standar beratnya yaitu 376 gram untuk itik jantan dan 344 gram untuk itik betina; untuk itik yang berumur 3 minggu maka standar beratnya yaitu 686 gram untuk itik jantan dan 617 gram untuk itik betina untuk itik yang berumur 4 minggu maka standar beratnya yaitu 1085 gram untuk itik jantan dan 965 gram untuk itik betina; untuk itik yang berumur 5 minggu maka standar beratnya yaitu 1.576 gram untuk itik jantan dan 1.344 gram untuk itik betina; dan untuk itik yang berumur 6 minggu maka standar beratnya yaitu 2.088 gram untuk itik jantan dan 1.741 gram untuk itik betina.Jika dilihat dari perbandingan di atas maka dapat dibandingkan perbandingan antara umur dengan luas kandang yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelamin dan bobot badan.Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan Adams, 1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada itik, yakni itik saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak sehingga memudahkan masuknya parasit dan menimbulkan penyakit dan akhirnya meningkatkan angka kematian, pencapaian berat badan yang rendah dan mengurangi konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi pakan broiler umur 7 minggu menurun sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari 10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan, perluasan lantai mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit berjalan, sebaliknya lebih banyak mengantuk dan tidur (Cravener et al., 1992).2.5.3 Hubungan Tenaga Kerja terhadap ProduksiPeternakan itik broiler sebenarnya bukan padat karya dan juga tidak selalu padat modal. Peternakan itu mempunyai kesibukan temporer terutama pagi hari dan pada saat ada tugas khusus seperti vaksinasi dan lain-lain. Tugas rutin di kandang memang tidak banyak karena tugas lainnya yang menyangkut manajemen dilakukan oleh peternak atau staf. Oleh karena itulah disuatu peternakan dikenal berbagai jenis tenaga kerja, seperti tenaga kerja tetap, tenaga kerja harian dan tenaga kerja harian lepas dan kontrak.1. Tenaga kerja tetapUmumnya tenaga kerja ini staf teknis atau peternak itu sendiri. Mereka inilah yang sehari-hari berada dipeternakan dan yang menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan. Di dalam peternakan kecil, tenaga kerja tetap pada umumnya dijabat oleh peternak dan juga pemilik modal, sedangkan pada peternakan menengah dan besar umumnya diisi oleh pakar dalam bidangnya. Karena sifatnya sebagai tenaga kerja tetap atau karyawan bulanan maka gaji mereka dimasukkan ke dalam biaya tetap peternakan dan bukan biaya variabel.2. Tenaga kerja harianTenaga ini umumnya sebagai tenaga kerja kasar pelaksanaan kandang, misalnya membersihkan kelompok yang usai produksi, sesuai kategorinya, tenaga kerja harian dibayar harian atau sejumlah hari yang ia tekuni. Bila tidak masuk dia tidak dibayar.3. Tenaga kerja harian lepas dan kontrakTenaga kerja semacam ini banyak digunakan dipeternakan itik broiler sebagai akibat masa produki yang hanya 5-6 minggu saja. Sesuai dengan namanya, tenaga kerja ini memang hanya untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dan setelah itu tidak lagi ikatan. Cara ini banyak dipakai karena luwes (Rasyaf, 2003).Selanjutnya dikatakan pula bahwa tenaga kerja untuk peternakan, terutama untuk peternakan itik broiler tidak banyak. Bila peternakan itu kelak dikelola secara manual (tanpa alat-alat otomatis) maka untuk 2.000 ekor itik broiler mampu dipegang oleh satu orang pria dewasa. Bila mempergunakan alat otomatis (pemberian ransum dan minum secara otomatis) maka untuk 6.000 ekor itik cukup tenaga satu orang pria dewasa sebagai tenaga kerja kandang atau disebut anak kandang yang melakukan tugas sehari-hari di kandang. Di samping itu perlu tenaga bantu umum untuk vaksinasi, pengaturan ransum, dan kegiatan lainnya (Rasyaf, 2003).2.6 Penelitian TerdahuluRita (2009) mengenai Analisis Efisiensi Produksi Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan dan Mandiri di Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah. Data yang digunakan adalah data produksi selama satu periode pemeliharaan seluruh usaha peternakan ayam ras pedaging pola kemitraan dan mandiri antara Desember 2008 - Februari 2009 di Kota Palu Propinsi Sulawesi Tengah. Model analisis yang digunakan adalah fungsi produksi Stochastic Frontier Cobb-Douglas model Battese and Coelli, 1995 dengan opsi Technical Efficiency Effect Model.Hasil uji terhadap faktor produksi menunjukkan bahwa variabel bibit ayam (DOC) dan pakan berpengaruh nyata (significant) pada =1% dan berhubungan positif dengan produksi, dengan nilai koefisien yang cukup besar, yang artinya bahwa pertambahan bibit ayam (DOC) atau pakan akan meningkatkan produksi, sedangkan variabel vaksin, obat dan vitamin juga berpengaruh nyata namun menunjukkan hubungan yang negatif terhadap produksi, artinya bahwa perlu adanya pembatasan penggunaan vaksin, obat dan vitamin agar produksi bisa optimal.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu Dan Lokasi PenelitianPenelitian akan dilaksanakan selama satu bulan pada bulan Mei 2015 bertempat di desa Modopuro kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto. Penentuan waktu dan lokasi dipilih secara sengaja (purposive). 3.2. Jenis PenelitianPeneliti menggunakan jenis penelitian kuantitatif yang mencoba untuk menghitung dengan menggunakan fungsi produksi frontier stochastic. 3.3 Teknik Penentuan SampelPenentuan sampel dilakukan secara acak (Random Sampling) di desa Modopura dengan alasan telah sebagian besar mata pencaharian penduduk sebagai peternak bebek. 3.4 Teknik Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian adalah data primer yang diperoleh langsung dengan dua metode yaitu kuisioner dan wawancara. 3.5 Teknik Analisis DataFungsi produksi adalah hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkatan produksi yang diciptakannya. Tujuan dari kegiatan produksi adalah memaksimalkan jumlah output dengan sejumlah input tertentu. Lebih lanjut fungsi produksi yang dijelaskan oleh Nicholson (2002), fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan metematik antara input yang digunakan untuk menghasilkan suatu tingkat output tertentu. Penelitian ini menggunakan model analisis stochastic frontier dan Coub douglass. 3.5.1 Fungsi Produksi Cobb-douglashFungsi produksi Cobb Douglas adalah fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut variabel dependen atau yang dijelaskan (Y), dan yang lain disebut variabel independen atau variabel yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 2003). 3.5.2 Fungsi Produksi FrontierFungsi produksi frontier adalah fungsi produksi yang dipakai untuk mengukur bagaimana fungsi produksi sebenarnya terhadap posisi batas maksimumnya. Karena fungsi produksi adalah hubungan fisik antara faktor produksi dan produksi, maka fungsi produksi frontier adalah hubungan fisik faktor produksi dan produksi pada frontier yang posisinya terletak pada garis isoquant. Garis isoquant ini adalah tempat kedudukan titik-titik yang menunjukkan titik kombinasi penggunaan input produksi yang optimal (Soekartawi, 1994). Salah satu keunggulan fungsi produksi frontier dibandingkan dengan fungsi produksi yang lain adalah kemampuannya untuk menganalisa keefisienan ataupun ketidakefisienan teknik suatu proses produksi.Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa efisiensi teknis, efisiensi harga atau alokatif, dan efisiensi ekonomi akan dapat diketemukan pada garis isoquant (yang menggambarkan produksi frontier), yaitu: a. Efisiensi harga OA/OB < 1 b. Efisiensi teknis OB/OC < 1 c. Efisiensi ekonomi OA/OB X OB/OC = OA/OC

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis Kecamatan MojosariDusun Gedang desa Modopuro, kecamatan Mojosari, kabupaten Mojokerto merupakan sentral usaha penetasan telur itik yang terkenal di wilayah Jawa Timur. Hampir di setiap rumah di desa ini, menjadi peternak itik. Dengan dibantu dengan oven penetasan, kandang, dan alat-alat lainnya usaha itik ini dapat berjalan hingga sampai saat ini. Usaha penetasan di Dusun Gedang banyak dikerjakan oleh para wanita karena pria/suami banyak melakukan pekerjaan yang lain seperti petani, pedagang, karyawan, ternak itik dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Wanita sebagai ibu rumah tangga banyak meluangkan waktunya untuk bekerja di dalam rumah dan pria/suami melakukan pekerjaan di luar rumah. Tidak hanya masyarakat sekitar saja yang menjadi konsumen telur dan daging itik di desa Modopuro ini, tetapi dari berbagai penjuru daerah di Jawa Timur hingga Jawa Barat. Salah satunya adalah dari daerah Madura. Di Madura, khususnya di kabupaten Bangkalan banyak berdiri usaha warung makanan yang menyajikan menu utamanya adalah daging itik. Dimana dalam menyetok bahan baku, para pemilik warung tersebut akan memesan langsung daging itik yang siap dikonsumsi kepada para peternak di desa Modopuro ataupun dari para pengepul itik . Tidak hanya dari sisi kuantitas tetapi juga dari sisi kualitas, itik-itik dari desa Modopuro ini dipasarkan kepada para konsumennya. Jenis itik yang dibudidayakan begitu beragam jenisnya antara lain, itik jenis lokal yang berasal dari mojosari, jenis itik hibrida (persilangan antara itik lokal (betina) dengan itik peking (jantan), dan jenis itik peking. Tentunya, dari berbagai jenis itik yang dibudidayakan oleh para peternak di desa Modopuro ini memiliki kelebihan masing-masing, dan harganya pun berbeda-beda. Letak Wilayah Kabupaten Mojokerto terletak antara 1112013 s/d 1114047 Bujur Timur dan antara 71835 s/d 74730 Lintang Selatan. Secara geogra s Kabupaten Mojokerto tidak berbatasan dengan pantai, hanya berbatasan dengan wilayah kabupaten lainnya. Topogra wilayah Kabupaten Mojokerto cenderung cekung ditengah-tengah dan tinggi di bagian selatan dan utara. Bagian selatan merupakan bagian pegunungan yang subur, meliputi kecamatan Pacet, Trawas, Gondang, dan Jatirejo. Bagian tengah merupakan bagian dataran, sedangkan bagian utara merupakan daerah perbukitan kapur yang cenderung kurang subur. Mojosari Tinggi Rata-Rata dari permukaan Laut 100 meter Luas Daerahnya sebesar 28,85 . Sekitar 30% dari wilayah Mojokerto kemiringan tanahnya lebih dari 15 derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah dataran dengan kemiringan kurang dari 15 derajat.

4.2 Kondisi Demografi Kecamatan MojosariJumlah penduduk Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 sebesar 1.112.821 jiwa. Dari data yang ada, pertumbuhan penduduk rata-rata dalam 3 tahun terakhir mencapai 4,02%. Jumlah penduduk dalam 3 tahun terakhir adalah 78.521 Jiwa dimana jumlah penduduk laki-laki sebanyak 39.768 dan perempuan 38.753 jiwa. Jumlah penduduk di mojokerto yang bekerja di bidang pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan dan perikanan sebanyak 128.811 Orang.

4.3 Karakteristik RespondenRespoden yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari kelopok tani itik di desa yang menjadi sentra usaha ternak itik Kabupaten Mojokerto yaitu Desa Modopuro Kecamatan Mojosari. Daerah ini merupakan salah satu daerah yang termasuk kedalam wilayah administrative Kabupaten Mojokerto. Adapun karakteristik responden yang ada dalam penelitian ini dilihat dari beberapa aspek yang terdir dari Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan, luas lahan, factor-faktor produksi. Jumlah responden yang diambil sebanyak 30 orang baik laki-laki maupun perempuan. Factor-faktor produksi yang di ambil adalah jumlah pakan, vaksin, vitamin, alat incubator dan lampu.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Uji Asumsi KlasikModel regresi OLS (Ordinary Least Square) dapat dikatakan fixed jika suatu model tersebut memenuhi asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Dalam model regresi asumsi BLUE terdiri dari uji normalitas, linieritas, multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskesdastisitas. Berikut ini merupakan hasil uji BLUE hasil penelitian.1. Uji NormalitasUji normalitas bertujuan untuk mengukur apakah data yang didapatkan memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Dengan kata lain, uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah data empirik yang didapatkan dari lapangan itu sesuai dengan distribusi teoritik tertentu. Uji normalitas menggunakan uji 1 sample kolmogorov smirnov, dengan nilai signifikansinya > 0.05.Tabel 2. One Sampel Kolmogorov-Smirnov Test

Berdasarkan dari tabel diatas diketahui bahwa nilai signifikasi masing-masing variable lebih besar dari 0.05 sehingga dinyatakan bahwa data tergolong normal.2. Uji LinieritasUji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi linear.Tabel 3. Uji Linieritas

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,009. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara total produksi dan luas kandang terdapat hubungan yang linear.

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,009. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara total produksi dan jumlah bibit terdapat hubungan yang linear.

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,033. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara total produksi dan tenaga kerja terdapat hubungan yang linear.

Dari output di atas dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Linearity sebesar 0,039. Karena signifikansi kurang dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa antara total prooduksi dan pakan terdapat hubungan yang linear.3. Uji MultikolinieritasUji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi.Suatu data dapat dikatakan terbebas dari multikolinieritas apabila VIF < 10.Tabel 4. Uji Multikoliritas

Dari hasil di atas dapat diketahui nilaivariance inflation factor(VIF) tenaga kerja (1.752), pakan (1.737), dan bibit (1.955) lebih kecil dari 10, sehingga bisa diduga bahwa antar variabel independen tidak terjadi persoalan multikolinearitas.4. Uji AutokorelasiUji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Metode pengujian menggunakan uji Durbin-Watson (uji dW) dengan ketentuan sebagai berikut: Jika dW lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL) maka hopotesis nol ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. Jika dW terletak antara dU dan (4-dU), maka hipotesis nol diterima, yang berarti tidak ada autokorelasi. Jika dW terletak antara dL dan dU atau diantara (4-dU) dan (4-dL), maka tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti. Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang bergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan. Pada penelitian ini menggunakan data berjumlah 30 responden dengan variabel sebanyak 4.Table 5. Uji Autokoreasi

Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai DW sebesar 1.966. dan nilai dL = 1.1426, dU = 1.7386, 4-dU = 2.2614 dan 4-dL = 2.8574. nilai DW berada diantara dU (1.7386) < DW (1.966) < 4-Du (2.2614) sehingga dapat dinyatakan terbebas dari autokorelasi.5. Uji HeteroskesdastisitasUji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik heteroskedastisitas yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi.Table 6. Uji HeteroskesdastisitasCoefficientsa

ModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.Collinearity Statistics

BStd. ErrorBetaToleranceVIF

1(Constant).8272.294.360.722

luas_lahan.687.164.6494.194.640.9101.099

bibit-.137.098-.220-1.391.177.8731.145

tenaga_kerja.324.441.120.735.469.8231.215

pakan-.126.509-.037-.247.807.9471.055

a. Dependent Variable: total_produksi

Pada table diatas diketahui nilai signifikansi masing-masing variable luas lahan, bibit, tenaga kerja, dan pakan mempunyai nilai lebih besar dari 0.05. sehingga data dinyatakan bebas dari heteroskestastisitas. Dan data memenuhi asumsi BLUE.

5.2 Analisis Fungsi Produksi Cobb-DouglashPada analisis fungsi cob-douglash ini di selesaikan dengan menggunakan pendekatan transformasi regresi linier berganda. Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara tingkat output dengan tingkat penggunaan input-input yang digunakan dalam proses produksi.Table 7. Model SummaryModel Summaryb

ModelRR SquareAdjusted R SquareStd. Error of the EstimateDurbin-Watson

1.875a.856.848.068297931.828

a. Predictors: (Constant), pakan, bibit, luas_lahan, tenaga_kerja

b. Dependent Variable: total_produksi

Berdasarkan table hasil perhitungan diatas terlihat bahwa nilai R square sebesar 0.848 atau 84,8%. Artinya bahwa luas lahan, bibit, tenaga kerja dan pakan mampu menjelaskan jumlah produksi itik sebesar 84.8% sedangkan sisanya 15.2% dijelaskan oleh factor-faktor lainnya.

Table.8 Regresi Simultan

ANOVAb

ModelSum of SquaresdfMean SquareFSig.

1Regression3.8294.9575.218.003a

Residual4.58625.183

Total8.41529

a. Predictors: (Constant), pakan, bibit, luas_lahan, tenaga_kerja

b. Dependent Variable: total_produksi

Berdasarkan table Anova diatas nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 artinya luas lahan, bibit, tenaga kerja dan pakan berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap produksi itik di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari.Table 9. Uji Regresi ParsialCoefficientsa

ModelUnstandardized CoefficientsStandardized CoefficientstSig.Collinearity Statistics

BStd. ErrorBetaToleranceVIF

1(Constant).8272.294.360.022

luas_lahan.687.164.6494.194.000.9101.099

bibit-.137.098-.220-1.391.007.8731.145

tenaga_kerja.324.441.120.735.469.8231.215

pakan-.126.509-.037-.247.807.9471.055

a. Dependent Variable: total_produksi

Pada table coefficients menjelaskan uji parsial. Pada table diatas dapat dikatakan berpegaruh secaya parsial apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05. sehingga dapat dikatakan bahwa :a. Luas lahan berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah produksi ternak itik.b. Bibit berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah produksi ternak itik.c. Tenaga Kerja tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah produksi ternak itik.d. Pakan tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap jumlah produksi ternak itik.Pada factor tenaga kerja dan pakan tidak berpengaruh terhadap jumlah prooduksi yang dihasilkan oleh kelompok tani di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari karena, hasil produksi (anak itik) hanya di rawat kurang dari satu minggu langsung dijual oleh produsen. Maka fungsi cobb douglash dapat ditulis dengan model :Y = 0.827 LnY = 0.827 + 0.687Ln - 0.137Ln + 0.324 Ln - 0.126 Ln

5.3 Analisis Fungsi Produksi Stochastik FrontierModel yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usaha ternak itik dilokasi penelitian yaitu model fungsi produksi Stochastic Production Frontier. Analisis ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi produksi usaha ternak itik di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto. Dalam menduga fungsi produksi, semua variabel input yang diduga berpengaruh terhadap budidaya itik dimasukkan kedalam model. Variabel tersebut terdiri dari luas lahan (X1), jumlah bibit yang digunakan (X2), jumlah tenaga kerja yang digunakan (X3), jumlah pakan yang digunakan (X4), semua variabel tersebut merupakan variabel bebas, sedangkan variabel tidak bebas (Y) adalah jumlah produksi itik anakan. Untuk menduga parameter dan input-input produksi tersebut dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dan metode MLE (Maximum Likelihood). Nilai OLS dan MLE tersebut diperoleh dengan menggunakan program frontier versi 4.1, yang dimana fungsi stochastik frontier ini akan digunakan sebagai dasar untuk mengukur efisiensi teknis.Secara empiris, peternak tidak selalu dapat mencapai tingkat efisiensi yang tinggi. Hasil yang dicapai merupakan akibat dari pengaruh faktor-faktor yang sifatnya eksternal (dapat dikendalikan oleh peternak) dan faktor-faktor yang sifatnya internal (dapat dikendalikan oleh peternak, sehingga dapat diperbaiki). Secara garis besar, proses produksi tidak efisien dikarenakan adanya ketidakefisienan secara teknis untuk mewujudkan produktivitas yang maksimal. Dan salah satu metode yang digunakan untuk mengestimasi tingkat efisiensi teknis adalah melalui fungsi produksi stochastic frontier. Fungsi produksi Stochastic Frontier diaplikasikan untuk menganalisis efisiensi teknis dan sumber-sumber inefisiensi, hasil analisis di tunjukkan pada tabel 5.1.Tabel 10. Hasil pendugaan fungsi produksi stochastic Frontier dengan menggunakan metode MLE pada peternak itik di kecamatan Mojosari kabupaten Mojokerto Variabel InputNilai DugaanStandart Error t-ratio

KonstantaLuas Lahan (X1)Bibit (X2)Tenaga Kerja (X3)Pakan (X4)5.34890.11900.4586 -0.0806 0.39390.41800.05500.08420.06880.066412.79562.16275.4419 -1.17185.9241

Log-Likehood MLE 12.7114

Sigma-squared 0.0494 0.0110 4.4802

0.9999 0.0008 1143.2326

LR 3.4848

Sumber: Data Primer Diolah, 2015Keterangan : a = nyata pada = 0.05 (1,67)b = nyata pada = 0.10 (1,31)

Nilai ratio generalized likelihood (LR) dari fungsi produksi stochastic frontier model ini adalah 3.4848 dan lebih besar dari tabel kodde dan palm pada =0,05 yaitu 8.761, hal ini terbukti dengan nilai > 0 ini berarti menolak hipotesis H0 dan menerima hipotesis H1, yang artinya bahwa fungsi poduksi stochastic frontier ini dapat menjelaskan keberadaan efisiensi dan inefisiensi teknis peternak didalam proses produksi atau terdapat pengaruh efisiensi dan inefisiensi teknis peternak dalam proses produksi.Pada tabel 10. menjelaskan varian dan parameter model efek inefisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier. Hasil analisis menunjukkan nilai gamma peternak itik sebesar 0.9999 dan nilai sigma squared sebesar 0.0494. angka tersebut menunjukkan bahwa 99.99 persen dari variabel galat didalam fungsi produksi menggambarkan efisiensi peternak atau 99.99 persen dari variasi hasil diantara peternak responden disebabkan oleh perbedaan dari efisiensi teknis (inefisiensi teknis) dan sisanya 0.01 persen disebabkan oleh oleh factor lain.Variabel luas lahan (X1), Variabel bibit memiliki nilai negatif dengan nilai koefisien sebesar 1,697 dan nyata terhadap fungsi produksi. hal ini dikarenakan, peternak memiiki sedikit keterbatasan luas lahan. Ha ini tidak sejalan dengan penelitian jahroh (2014), pada produksi itik berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 90%, karena nilai t-hitung luas lahan 2.1627 adalah lebih besar dari t-tabel =10% sebesar 1.28 artinya bahwa setiap penambahan luas lahan sebesar 10% dengan asumsi cateris paribus akan meningkatkan produksi itik sebesar nilai elastisitas input luas lahan, yakni sebesar 2.16%.Variabel bibit (X2), ditemukan bernilai positif dan perpengaruh nyata pada taraf 1 persen. Nilai sig 5.4419 > 1,310 artinya setiap penambahan bibit sebesar 10% akan meningkatkan produksi itik sebesar nilai elastisitas bibit yaitu 5.44%Variabel tenaga kerja (X3), ditemukan bernilai negatif dan dengan nilai koefisien sebesar 1.697 dan tidak nyata terhadap fungsi produksi. Hal ini karena peternak memiliki keterbatasan tenaga kerja. Variabel pakan (X4) 5.9241 bernilai negative dan berpengaruh secara nyata terhadap usaha ternak itik di Desa Modopuro. Karena nilai thitung lebih besar dari taraf 5%.

5.2 Analisis Efisiensi dan Inefisiensi Teknis5.2.1 Analisis Efisiensi TeknisEfisiensi teknis dianalisis menggunakan model fungsi produksi stochastic frontier (TE effect model). Nilai indeks efisiensi hasil analisa dikategorikan efisien jika > 0,8, karena lokasi penelitian merupakan daerah sentra usaha ternak itik. Dengan membuat tabel frekuensi menggunakan nilai TE (efisiensi teknis) hasil dari frontier maka akan diketahui rata-rata efisiensi teknis fungsi produksi stochastic frontier. Berikut adalah hasil sebaran efisiensi teknis usaha ternak itik di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari.Tabel 11 Sebaran Efisiensi Teknis Usaha ternak Itik di Desa Modopuro Kecamatan MojosariIndeks EfisiensiPeternak itik Modopuro

Jumlah(Orang)Persen(%)

0.50 0.5927

0.60 0.69930

0.70 0.79620

0.80 0.89 8 27

0.90 0.995 16

Total30100

Rata rata0.763

Minimun0.504

Maksimum0.991

Sumber : Data Primer Diolah , 2015Tabel 11 menunjukkan bahwa nilai rata-rata efisiensi teknis dari fungsi stochastic frontier adalah 0.763 dengan nilai terendah 0.504 dan nilai tertinggi 0.991. Secara rata-rata peternak responden masih memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil yang lebih maksimal, tidak seperti yang di peroleh peternak saat ini yaitu nilai rata-rata tidak efisien secara teknis karena nilai indeks efisiensi < 0,8. Peternak itik di lokasi penelitian yang memiliki nilai efisiensi teknis lebih kecil dari 0,8 perlu melakukan upaya peningkatan manajerial usaha ternak. Upaya ini bisa dicapai dengan menerapkan keterampilan dan teknik budidaya yang dilakukan oleh peternak yang paling efisien. Berdasarkan nilai rata-rata efisiensi teknis pada model tersebut dapat dikemukakan bahwa secara rata-rata peternak responden masih memiliki kesempatan untuk memperoleh hasil potensial yang lebih tinggi hingga mencapai hasil maksimal dan tidak seperti yang diperoleh peternak pada saat ini yaitu rata-rata tidak efisien secara teknis. Hal ini disebabkan karena didaerah penelitian belum menggunakan variabel-variabel input secara proporsional. Usaha ternak itik tidak efisien secara teknis diduga disebabkan oleh penggunaan input belum optimal yang dilakukan oleh peternak. Jika peternak yang efisien teknisnya terendah dapat mencapai efisiensi teknis tertinggi maka peternak dapat meningkatkan output sebesar 50,85 persen (1-0,504/0,991)x 100%.

VI. PENUTUP

6.1 KesimpulanTingkat efisiensi produktifitas peternak itik, antara lain:a. Menggunakan fungsi produksi cobb douglash yaitu apabila peternak menambah luas lahan seluas 1% maka produksi itik naik sebesar 68,7%. apabila peternak menambah bibit sebanyak 1% maka produksi itik turun sebesar 13,7%. apabila peternak menambah tenaga kerja sebanyak 1% maka produksi itik naik sebesar 32,4%. apabila peternak menambah pakan sebanyak 1% maka produksi itik berkurang sebesar 12,6%.b. Menggunakan fungsi frontier, antara lain: Variabel luas lahan (X1), Variabel bibit memiliki nilai negatif Variabel bibit (X2), ditemukan bernilai positif dan perpengaruh nyata pada taraf 1 persen. Nilai sig 5.4419 > 1,310 artinya setiap penambahan bibit sebesar 10% akan meningkatkan produksi itik sebesar nilai elastisitas bibit yaitu 5.44% Variabel tenaga kerja (X3), ditemukan bernilai negatif dan dengan nilai koefisien sebesar 1.697 dan tidak nyata terhadap fungsi produksi. Variabel pakan (X4) 5.9241 bernilai negative dan berpengaruh secara nyata terhadap usaha ternak itik di Desa Modopuro. rata-rata efisiensi teknis dari fungsi stochastic frontier adalah 0.763 dengan nilai terendah 0.504 dan nilai tertinggi 0.991.

6.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian, maka saran dari penelitian ini adalah:1. Sebaiknya peternak menggunakan input yang harus sesuai dengan anjuran. Agar output yang dihasilkan lebih besar dibandingkan inputnya. 2. Agar produksi maksimal, maka petani haarus menambah luas lahan untuk budidaya ternak itik.

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Yanuar. 2010. Analisis efisiensi teknis, alokatif dan ekonomi usaha Tambak bandeng di kabupaten pati. Universitas Sebelas Maret. SurakartaBadan Pusat Statistik. 2014. Jawa Timur Dalam Angka 2010. Penerbit: BPS. Jawa Timur Bergtold.2014. Prediction of firm-Level Tevhnical Efficiencies with A Generalized Frontier Production Function and panel Data. Journal of Econometric.Dinas Pertanian Kabupaten Sumenep. 2014. Profil Usaha Tani Padi, Jagung, Kedelai, dan Tebu di Kabupaten Sumenep. Penerbit : Dinas Pertanian SumenepFauziah, E. 2010. Analisis Efisiensi Teknis Usahatani Tembakau (suatu kajian dengan menggunakan fungsi produksi frontier sthokhastik). Embriyo,VII (1), issn 0216-0188Haryani, Dewi. 2009. Analisis Efisiensi Usahatani Padi Sawh Pada Program Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu di Kabupaten Serang Provinsi Banten. Institut Pertanian Bogor: Bogor.Ihsanudin. 2009. Modul Metode Kuantitatif Bisnis I. Universitas Trunojoyo MaduraJahroh , S. Ratna, W. Im retta, G. Analisis efisiensi usahatani padi semi organik di Kecamatan Gigombong Bogor. 2013.IPBProdesta, Rosana. 2009. Pengaruh Penggunaan Benih Bersertifikat Terhadap Efisiensi dan Pendapatan Usaha Tani Pandan Wangi.Skripsi. Institut Pertanian Bogor : Bogor. Diakses tanggal 23 April 2015.Rahayu, W. & Riptanti, E, W. 2010. Analisis Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor- faktor Produksi Pada Usahatani Kedelai Di Kabupaten Sukoharjo. Caraka Tani, XXV(1): 119-125Saptana. 2012. Konsep Efisiensi Usahatani Pangan dan Implikasinya Bagi Peningkatan Produktivitas. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Sundari, 2009. Analisis efisiensi ekonomi usahatani wortel (Daucus Carrota)Di Kabupaten Karanganyar. Magister Ekonomi dan Studi Pembangunan Kosentrasi Agribisnis dan Kelembagaan.Yusuf, Ahmad. 2008. Analisis Efisiensi Ekonomi dan Daya Saing Jagung Pada Lahan Kering di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan (Analysis of Economic Efficiency and Competitiveness of Dryland Maise at Kabupaten Tanah Laut South Kalimantan). Forum Pasca Sarjana Volume 31 No.2.

LAMPIRAN 1.