BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangDunia telah mengalami
polarisasi dari dua kekuatan sistem ekonomi, ditandai dengan adanya
dua negara adidaya sebagai representasi dari dua sistem ekonomi
tersebut, Amerika dan Sekutu Eropa Baratnya merupakan bagian
kekuatan dari Sistem Ekonomi Kapitalis, sedangkan Sistem Ekonomi
Sosialis diwakili oleh Uni Soviet dan Eropa Timur serta negara
China dan Indochina seperti Vietnam dan Kamboja. Dua Sistem Ekonomi
ini lahir dari dua muara Ideologi yang berbeda sehingga Persaingan
dua Sistem Ekonomi tersebut, hakikatnya merupakan pertentangan dua
ideologi politik dan pembangunan ekonomi. Posisi negara Muslim
setelah berakhirnya Perang Dunia ke-2 menjadi objek tarik menarik
dua kekuatan ideologi tersebut, hal ini disebabkan tidak adanya
Visi rekonstruksi pembangunan ekonomi yang dimiliki para pemimpin
negara muslim dari sumber Islami orisinil pasca kemerdekaan sebagai
akibat dari pengaruh penjajahan dan kolonialisme barat.Sistem
Ekonomi Islam tidak terlepas dari seluruh sistem ajaran Islam
secara integral dan komphensif. Sehingga prinsip-prinsip dasar
ekonomi Islam mengacu pada saripati ajaran Islam. Kesesuaian Sistem
tersebut dengan Fitrah manusia tidak ditinggalkan, keselarasan
inilah sehingga tidak terjadi benturan-benturan dalam
Implementasinya, kebebasan berekonomi terkendali menjadi ciri dan
Prinsip Sistem Ekonomi Islam, kebebasan memiliki unsur produksi
dalam menjalankan roda perekonomian merupakan bagian penting dengan
tidak merugikan kepentingan kolektif. Kepentingan individu dibuka
lebar, tidak adanya batasan pendapatan bagi seseorang mendorong
manusia untuk aktif berkarya dengan segala potensi yang
dimilikinya, kecenderungan manusia untuk terus menerus memenuhi
kebutuhan pribadinya yang tak terbatas di kendalikan dengan adanya
kewajiban setiap indivudu terhadap masyarakatnya.
BAB IIPEMBAHASAN2.1 Prinsip-prinsip ekonomiIlmu ekonomi lahir
sebagai sebuah disiplin ilmiah setelah berpisahnya aktifitas
produksi dan konsumsi. Ekonomi merupakan aktifitas yang boleh
dikatakan sama halnya dengan keberadaan manusia di muka bumi ini,
sehingga kemudian timbul motif ekonomi, yaitu keinginan seseorang
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Prinsip ekonomi adalah langkah
yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhannya dengan
pengorbanan tertentu untuk memperoleh hasil yang maksimal.2.1.1
Dasar-dasar ekonomi Islam adalah:1. Bertujuan untuk mencapai
masyarakat yang sejahtera baik di dunia dan di akhirat, tercapainya
pemuasan optimal berbagai kebutuhan baik jasmani maupun rohani
secara seimbang, baik perorangan maupun masyarakat. Dan untuk itu
alat pemuas dicapai secara optimal dengan pengorbanan tanpa
pemborosan dan kelestarian alam tetap terjaga.2. Hak milik relatif
perorangan diakui sebagai usaha dan kerja secara halal dan
dipergunakan untuk hal-hal yang halal pula.3. Dilarang menimbun
harta benda dan menjadikannya terlentar.4. Dalam harta benda itu
terdapat hak untuk orang lain yang membutuhkan, oleh karena itu
harus dinafkahkan sehingga dicapai pembagian rizki (distribusi
harta).5. Pada batas tertentu, hak milik relatif tersebut dikenakan
zakat.6. Perniagaan diperkenankan, akan tetapi riba dilarang.7.
Tiada perbedaan suku dan keturunan dalam bekerja sama dan yang
menjadi ukuran perbedaan adalah prestasi kerja.
2.1.2 Kemudian landasan nilai yang menjadi tumpuan tegaknya
sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:1. Hakikat pemilikan
adalah kemanfaatan, bukan penguasaan.2. Keseimbangan ragam aspek
dalam diri manusia.3. Keadilan antar sesama manusia.
2.1.3 Nilai instrumental sistem ekonomi Islam:1. Kewajiban
zakat.2. Larangan riba.3. Kerjasama ekonomi.4. Jaminan sosial.5.
Peranan negara.
2.1.4 Nilai normatif sistem ekonomi Islam:1. Landasan aqidah.2.
Landasan akhlaq.3. Landasan syariah.4. Al-Quranul Karim.5. Ijtihad
(Rayu), meliputi qiyas, masalah mursalah, istihsan, istishab, dan
urf.Prinsip ekonomi Islam adalah penerapan asas efisiensi dan
produktifitas, serta asas manfaat dengan tetap menjaga kelestarian
lingkungan alam. Motif ekonomi Islam adalah mencari keberuntungan
di dunia dan di akhirat selaku khalifatullah dengan jalan beribadah
dalam arti yang luas.Berbicara tentang sistem ekonomi Islam dan
sistem ekonomi kapitalis tidak bisa dilepaskan dari perbedaan
pendapat mengenai halal-haramnya bunga yang oleh sebagian ulama
dianggap sebagai riba yang diharamkan oleh al-Quran. Manfaat uang
dalam berbagai fungsi baik sebagai alat penukar, alat penyimpan
kekayaan dan pendukung peralihan dari sistem barter ke sistem
perekonomian uang, oleh para penulis Islam telah diakui, tetapi
riba mereka sepakati sebagai konsep yang harus dihindari dalam
perekonomian. Sistem bunga dalam perbankan (rente stelsel) mulai
diyakini oleh sebagian ahli sebagai faktor yang mengakibatkan
semakin buruknya situasi perekonomian dan sistem bunga sebagai
faktor penggerak investasi dan tabungan dalam perekonomian
Indonesia, sudah teruji bukan satu-satunya cara terbaik mengatasi
lemahnya ekonomirakyat. Larangan riba dalam Islam bertujuan membina
suatu bangunan ekonomi yang menetapkan bahwa modal itu tidak dapat
bekerja dengan sendirinya, dan tidak adakeuntungan bagi modal tanpa
kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko samasekali. Karena itu
Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan ummat Islam
wajib meninggalkannya (Qs.al-Baqarah:278), akan tetapi Islam
menghalalkan mencari keuntungan lewat perniagaan (Qs.83:1-62.2
LANDASAN -LANDASAN EKONOMI DALAM ISLAMLandasan Ekonomi Islam, Dalam
filsafat ilmu, ilmu terbagi atas tiga (3) bagian, yaitu: Ontologi
(segala yang berkaitan dengan terbentuknya ilmu), Epistemologi
(makna ilmu), dan Aksiologi (segi gunalaksana ilu).2.2.1 Landasan
Ekonomi Islam Ditinjau Dari Segi OntologiEkonomi konvensional, jika
dilihat dari aspek Ontologi, mereka menggunakan landasan filsafat
positivisme yang berdasarkan pada pengalaman dan kajian empiris
(nyata/ fakta), dan tidak percaya pada petunjuk tuhan (sekuler).
Dengan demikian, dalam ilmu ekonomi konvensional yang mendorong
untuk melakukan kegiatan ekonomi itu semata-mata hanya untuk
kepentingan pribadi (self-interest). Sedangkan dalam Islam yang
menjadi pendorong adalah kehendak Allah SWT, yaitu; dalam rangka
mengabdi dan mencari Ridha Allah SWT.2.2.2 Landasan Ekonomi Islam
Ditinjau Dari Segi EpistimologiSecara Epistemologi, ekonomi berasal
dari Okonomia (Greek atau Yunani), kata Oikonomia berasal dari dua
kata Oikos yang berarti rumah tangga dan Nomos yang berarti aturan.
Jadi ilmu ekonomi adalah ilmu mengatur rumah tangga. Secara
Terminology, Samuelson merumuskan, Ilmu ekonomi didefenisikan
sebagai kajian tentang perilaku manusia dalam hubungan dengan
pemanfaatan sumber-sumber prospektif yang langka untuk memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa serta mendistribusikannya untuk
dikonsumsi".Berdasarkan ruang lingkup ekonomi sebagaimana tersebut
diatas, maka Islam sebagai sebuah agama yang mengatur segala aspek
kehidupan, tentu saja mempunyai cara untuk berekonomi. Dalam kaitan
ini, Yusuf Halim al-Alim mendefinisikan ilmu ekonomi Islam sebagai
Ilmu tentang hukum-hukum syariat aplikatif yang diambil dari
dalil-dalil yang terperinci terkait dengan mencari, membelanjakan
harta.
2.2.3 Landasan Ekonomi Islam Ditinjau Dari Segi
AksiologiDitinjau dari aspek Aksiologi, tujuan Ekonomi Islam adalah
bahwa setiap kegiatan manusia didasarkan kepada pengabdian kepada
Allah dan dalam rangka melaksanakan tugas dari Allah untuk
memakmurkan bumi, maka dalam berekonomi umat Islam harus
mengutamakan keharmonisan dan pelestarian alam. Kebahagiaan yang
dikejar dalam Islam bukan samata-mata kebahagiaan di dunia saja,
tetapi juga kebahagiaan di akhirat.2.3 ASPEK EKONOMI ISLAM2.3.1
Aspek Barang dan JasaBarang dan jasa yang di produksi dalam ekonomi
islam didasarkan kepada kaidah (ketentuan) pokok dalam muamalah,
yaitu apa saja yang di bolehkan kecuali yang dilarang. Ini berarti
bahwa barang dan jasa yang di produksi hendaknya barang dan jasa
yang di produksi hendaknya barang dan jasa yang halam bukan yang
diharamkan.2.3.2 Aspek Manajemen ProduksiAdanya perhitungan dan
kehati-hatian yang matang dalam proses pengolahan suatu hasil
produksi sehingga terhindar dari kerugian dna kehancuran dalam
suatu proses usaha yang dianjurkan didalam islam.2.3.3 Aspek
Penyaluran ProduksiProses penyaluran hasil produksi baik barang
maupun jasa, pada prinsipnya Islam menekankan akan adanya
kelancaran antara produsen dan konsumen sehingga aspek keadilan
menjadi hal yang utama dalam penyaluran barang dan jasa,2.3.4 Aspek
KetepatgunaanDalam ayat tersebut lebih konkrit di jelaskan kikir
maupun boros akan melahirkan akibat yang tercela dan di sesali
sehingga aspek ketepatgunaan adalah bersikap pertengahan, dengan
mempertimbangkan setiap pengalokasian teruma dalam masalah
finansial.
2.4 Tata Niaga Dalam Islam2.4.1 Pengertian tata niagaTataniaga
adalah sebagai suatu proses menyoroti gerakan perpindahan
barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor
konsumen serta segala kejadian dan perlakukan yang dialami oleh
barang. Misalnya, jagung dari usahatani dijual petani, dibeli
pedagang, diproses oleh pabrik, dijadikan tepung maizena, dipacking
dalam kantong plastik, botol atau kaleng, dipetikan dan dikirim
kedaerah lain atau eksport dan seterusnya. Dimana tataniaga
memiliki suatu system meliputi cara, model strategi penyampaian
barang-barang dan jasa-jasa dari sektor produsen kegiatan sektor
konsumen. Rangkaian dari proses penyampaian itu banyak variasinya,
yang dipengaruhi oleh keadaan sosial budaya dan perekonomian
masyarakat. Komponen-komponen yang bekerja atas suatu sistem
tataniaga tertentu selalu berusaha mencapai tujuan masing-masing.
Jadi suatu sistem tata niaga terdiri dari berbagai sistem ataupun
subsistem pengorganisasiannya.Jual beli Adalah proses pemindahan
hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan
uang sebagai alat tukarnya. Menurut etimologi, jual beli adalah
pertukaran sesuatu dengan sesuatu (yang lain). Kata lain dari jual
beli adalah al-bai, asy-syira, al-mubadah, dan at-tijarah. Menurut
terminologi, para ulama berbeda pendapat dalam mendefinisikannya,
antara lain :1. Menurut ulama Hanafiyah : Jual beli adalah
pertukaran harta (benda) dengan hartaberdasarkan cara khusus (yang
dibolehkan).2. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu : Jual beli
adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan.3. Menurut
Ibnu Qudamah dalam kitab Al-mugni : Jual beli adalah pertukaran
harta dengan harta, untuk saling menjadikan milik. Pengertian
lainnya jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual
( yakni pihak yang menyerahkan/menjual barang) danpembeli (sebagai
pihak yang membayar/membeli barang yang dijual).Pada masa
Rasullallah SAW harga barang itu dibayar dengan mata uangyang
terbuat dari emas (dinar) dan mata uang yang terbuat dari
perak(dirham).
2.4.2 Landasan atau Dasar Hukum Jual BeliLandasan atau dasar
hukum mengenai jual beli ini disyariatkan berdasarkan Al-Quran,
Hadist Nabi, dan Ijma Yakni :1. Al QuranYang mana Allah SWT
berfirman dalam surat An-Nisa : 29 Hai orang-orang yang beriman
janganlah kamu makan harta sesamamu dengan jalan yang bathil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka
diantara kamu (QS. An-Nisa : 29).Allah telah menghalalkan jual beli
dan mengharamkan riba (QS. Al-Baqarah : 275).2. SunnahNabi, yang
mengatakan: Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata pencarian
yang paling baik. Beliau menjawab, Seseorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jual beli yang mabrur. (HR. Bajjar, Hakim yang
menyahihkannya dari Rifaah Ibn Rafi). Maksud mabrur dalam hadist
adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan
merugikan orang lain. 3. Ijma Ulama telah sepakat bahwa jual beli
diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu
mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang dibutuhkannya
itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. Mengacu
kepada ayat-ayat Al Quran dan hadist, hukum jual beli adalah mubah
(boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itubisa
berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.
2.4.3 Rukun dan Syarat Jual BeliRukun dan syarat jual beli
adalah ketentuan-ketentuan dalam jual beli yang harus dipenuhi agar
jual belinya sah menurut syara (hukum islam). Rukun Jual Beli :a.
Dua pihak membuat akad penjual dan pembelib. Objek akad (barang dan
harga)c. Ijab qabul (perjanjian/persetujuan)
1. Orang yang melaksanakan akad jual beli ( penjual dan pembeli
)Syarat-syarat yang harus dimiliki oleh penjual dan pembeli adalah
:a. Berakal, jual belinya orang gila atau rusak akalnya dianggap
tidak sah.b. Baligh, jual belinya anak kecil yang belum baligh
dihukumi tidak sah. Akan tetapi, jika anak itu sudah mumayyiz
(mampu membedakan baik atau buruk), dibolehkan melakukan jual beli
terhadap barang-barang yang harganya murah seperti : permen, kue,
kerupuk, dll.c. Berhak menggunakan hartanya. Orang yang tidak
berhak menggunakan harta milik orang yang sangat bodoh (idiot)
tidak sah jual belinya. Firman Allah ( Q.S. An-Nisa(4): 5):2. Sigat
atau Ucapan Ijab dan Kabul. Ulama fiqh sepakat, bahwa unsur utama
dalam jual beli adalah kerelaan antara penjual dan pembeli. Karena
kerelaan itu berada dalam hati, maka harus diwujudkan melalui
ucapan ijab (dari pihak penjual) dan kabul (dari pihak pembeli).
Adapun syarat-syarat ijab kabul adalah : a. Orang yang mengucap
ijab kabul telah akil baliqh.b. Kabul harus sesuai dengan ijab.c.
Ijab dan kabul dilakukan dalam suatu majlis.3. Barang Yang
Diperjual BelikanBarang yang diperjual-belikan harus memenuhi
syarat-syarat yang diharuskan, antara lain :a. Barang yang
diperjual-belikan itu halal.b. Barang itu ada manfaatnya.c. Barang
itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada ditempat lain.d. Barang
itu merupakan milik si penjual atau dibawah kekuasaanya.e. Barang
itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan pembeli dengan
jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya, maupun
sifat-sifatnya.4. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern
sampai sekarang ini berupa uang).Adapun syarat-syarat bagi nilai
tukar barang yang dijual itu adalah :a. Harga jual disepakati
penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.b. Nilai tukar barang itu
dapat diserahkan pada waktu transaksi jual beli, walaupun secara
hukum, misalnya pembayaran menggunakan kartu kredit.c. Apabila jual
beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah (nilai tukar barang
yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa uang).
2.4.4 Hal-hal Yang Terlarang Dalam Jual BeliJual beli dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang, antara lain ditinjau dari segi
sah atau tidak sah dan terlarang atau tidak terlarang. 1. Jual beli
yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang terpenuhi
rukun-rukun dan syarat-syaratnya.2. Jual beli yang terlarang dan
tidak sah (bathil) yaitu jual beli yang salah satu rukun atau
syaratnya tidak terpenuhi atau jual beli itu pada dasar dan
sifatnya tidak disyariatkan (disesuaikan dengan ajaran islam).3.
Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini hukumnya
sah, tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang oleh Islam
karena sebab-sebab lain.4. Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad).
Ulama telah sepakat bahwa jual beli dikategorikan sah apabila
dilakukan oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih. Mereka
yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut : Jual beli
yang dilakukan oleh orang gila. Jual beli yang dilakukan oleh anak
kecil. Terlarang dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untuk
mengetahui perihal tentang jual beli. Jual beli yang dilakukan oleh
orang buta. Jual beli ini terlarang karena ia tidak dapat
membedakan barang yang jelek dan barang yang baik. Jual beli
terpaksa5. Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa
seizin pemiliknya. 6. Jual beli yang terhalang. Terhalang disini
artinya karena bangkrut, kebodohan, atau pun sakit. 7. Jual beli
malja adalah jual beli orang yang sedang dalam bahaya, yakni untuk
menghindar dari perbuatan zalim.8. Terlarang Sebab Shigat. Jual
beli yang antara ijab dan kabulnya tidak ada kesesuaian maka
dipandang tidak sah. Beberapa jual beli yang termasuk terlarang
sebab shiqat sebagai berikut : Jual beli Muathah. Jual beli yang
telah disepakati oleh pihak akad, berkenaan dengan barang maupun
harganya, tetapi tidak memakai ijab kabul. Jual beli melalui surat
atau melalui utusan dikarenakan kabul yang melebihi tempat, akad
tersebut dipandang tidak sah, seperti surat tidak sampai ketangan
orang yang dimaksudkan. Jual beli dengan syarat atau tulisan.
Apabila isyarat dan tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek
(tidak dapat dibaca), maka akad tidak sah. Jual beli barang yang
tidak ada ditempat akad. Terlarang karena tidak memenuhi syarat
iniqad (terjadinya akad). Jual beli tidak bersesuaian antara ijab
dan kabul. Jual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu
syarat atau ditangguhkan pada waktu yang akan datang. 9. Terlarang
Sebab Maqud Alaih (Barang jualan) Maqud alaih adalah harta yang
dijadikan alat pertukaran oleh orang yang akad, yang biasa disebut
mabi (barang jualan) dan harga. Tetapi ada beberapa masalah yang
disepakati oleh sebagian ulama, tetapi diperselisihkan, antara lain
: Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak ada. Jual
beli yang tidak dapat diserahkan. Contohnya jual beli burung yang
ada di udara, dan ikan yang ada didalam air tidak berdasarkan
ketetapan syara. Jual beli gharar adalah jual beli barang yang
menganung unsur menipu (gharar). Jual beli barang yang najis dan
yang terkena najis. Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll. Jual
beli air Jual beli barang yang tidak jelas (majhul). Terlarang
dikarenakan akan mendatangkan pertentangan di antara manusia. Jual
beli yang tidak ada ditempat akad (gaib) tidak dapat dilihat. Jual
beli sesuatu sebelum dipegangi. Jual beli buah-buahan atau tumbuhan
apabila belum terdapat buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada
buah, tetapi belum matang, akadnya fasid.10. Terlarang Sebab Syara.
Jenis jual beli yang dipermasalahkan sebab syara nya diantaranya
adalah : jual beli riba Jual beli dengan uang dari barang yag
diharamkan. Contohnya jual beli khamar, anjing, bangkai. Jual beli
barang dari hasil pencegatan barang yakni mencegat pedagang dalam
perjalanannya menuju tempat yang dituju sehingga orang yang
mencegat barang itu mendapatkan keuntungan. Jual beli waktu adzan
jumat.Terlarang dikarena bagi laki-laki yang melakukan transaksi
jual belidapat mengganggukan aktifitas kewajibannya sebagai muslim
dalam mengerjakan shalat jumat. Jual beli anggur untuk dijadikan
khamar . Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang laing. Jual
beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.
2.4.5 Barang Yang Dilarang Diperjual Belikan Dalam Islam1. Jual
beli yang diharamkan2. Barang yang tidak ia miliki.
Jangan menjual sesuatu yang tidak ada padamu. [HR Tirmidzi]. 3.
Jual beli Hashat.Yang termasuk jual-beli Hashat ini adalah jika
seseorang membeli dengan menggunakan undian atau dengan adu
ketangkasan.4. Jual beli Mulamasah.Mulamasah artinya adalah
sentuhan. Maksudnya jika seseorang berkata: Pakaian yang sudah kamu
sentuh, berarti sudah menjadi milikmu dengan harga sekian. Atau
Barang yang kamu buka, berarti telah menjadi milikmu dengan harga
sekian.5. Jual Beli NajasyBentuk praktek najasy adalah sebagai
berikut, seseorang yang telah ditugaskan menawar barang mendatangi
penjual lalu menawar barang tersebut dengan harga yang lebih tinggi
dari yang biasa. Hal itu dilakukannya dihadapan pembeli dengan
tujuan memperdaya si pembeli. Sementara ia sendiri tidak berniat
untuk membelinya, namun tujuannya semata-mata ingin memperdaya si
pembeli dengan tawarannya tersebut. Ini termasuk bentuk
penipuan.
2.4.6 Barang yang tidak boleh diperjualbelikan:1. Khamer
(Minuman Keras)Dari Aisyah ra, ia berkata:Tatkala sejumlah ayat
akhir surat al-Baqarah turun, Nabi saw keluar (menemui para
sahabat) lantas bersabda (kepada mereka), Telah diharamkan jual
beli arak. (Muttafaqunalaih: Fathul Bari IV: 417 no: 2226, Muslim
III: 1206 no: 1580, Aunul Mabud IX: 380 no: 3473, dan Nasai VII:
308). 2. Bangkai, Babi dan Patung Dari Jabir bin Abdullah ra, bahwa
ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda ketika Beliau di Mekkah
pada waktu penaklukan kota Mekkah, Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya
telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi dan patung.
Rasulullah saw ditanya, Bagaimana pendapatmu tentang lemak bangkai,
karena itu dipergunakan untuk mengecat perahu-perahu, meminyaki
kulit-kulit dan dijadikan penerangan lampu oleh orang-orang? Beliau
jawab, Tidak boleh, karena haram. Kemudian Rasulullah saw pada
waktu itu bersabda, Allah melaknat kaum Yahudi, karena ketika Allah
mengharamkan lemak bangkai, justeru mereka mencairkannya, lalu
menjualnya, kemudian mereka makan harganya. (Muttafaqun alaih:
Fathul Bari IV: 424 no: 2236, Muslim III: 1207 no: 1581, Tirmidzi
II: 281 no: 1315, Aunul Mabud IX: 377 no: 3469, Ibnu Majah II: 737
no: 2167 dan Nasai VII: 309).
3. Anjing Dari Abu Masud al-Anshari ra, bahwa Rasulullah saw
melarang harga anjing, hasil melacur, dan upah dukun. (Muttafaqun
alaih: Fathul Bari IV: 426 no: 2237, Muslim III: 1198 no: 1567,
Aunul Mabud IX: 374 no: 3464, Tirmidzi II: 372 no: 1293, Ibnu Majah
II: 730 no: 2159 dan Nasai VII: 309).
4. Gambar yang Bernyawa Dari Said bin Abil Hasan, ia berkata :
Ketika saya berada di sisi Ibnu Abbas ra tiba-tiba datanglah
kepadanya seorang laki-laki lalu bertanya kepadanya Ya Ibnu Abbas,
dan sejatinya aku berprofesi sebagai pelukis gambar-gambar ini.
Maka Ibnu Abbas berkata kepadanya, Saya tidak akan menyampaikan
kepadamu melainkan apa yang saya dengan dari Rasulullah saw. Aku
mendengar Beliau bersabda,Barang siapa yang melukis satu gambar,
maka sesungguhnya Allah akan mengadzabnya hingga ia meniupkan ruh
padanya, padahal ia tidak mungkin selam-lamanya meniupkan ruh
padanya. Maka laki-laki itu berubah dengan perubahan yang besar dan
wajahnya menguning. Kemudian Ibnu Abbas berkata kepadanya,Celaka
engkau! Jika engkau membangkang dan akan tetap meneruskan profesimu
ini, maka hendaklah engkau (menggambar) pepohonan ini; dan segala
sesuatu yang tidak bernyawa. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari IV: 416
no: 2225 dan lafadz ini bagi Imam Bukhari, Muslim III: 1670 no:
2110 dan Nasai VIII: 215 secara ringkas).
5. Buah-Buahan yang Belum Nyata Jadinya Dari Anas bin Malik ra,
dari Nabi saw, bahwa beliau melarang menjual buah-buahan hingga
nyata jadinya dan kurma hingga sempurna. Beliau ditanya, Apa
(tanda) sempurnanya? Jawab Beliau Berwarna merah atau kuning.
(Shahih: Shahihul Jamius Shaghir no: 6928 dan Fathul Bari IV: 397
no: 2167). Darinya (Anas bin Malik) ra, bahwa Rasulullah saw
melarang menjual buah-buahan sebelum sempurna. Kemudian Beliau
ditanya, Apa (tanda) sempurnanya? Beliau menjawab,Hingga berwarna
merah. Kemudian Rasulullah saw bersabda, Bagaimana pendapatmu
apabila Allah menghalangi buah itu untuk menjadi sempurna, maka
dengan alasan apakah seorang di antara kamu akan mengambil harta
saudaranya. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari: IV: 398 no: 2198 dan
lafadz ini milik Imam Bukhari, Muslim III: 1190 no: 155 dan Nasai
VII: 264).
6. Biji-Bijian yang Belum Mengeras Dari Ibnu Umar ra, bahwa
Rasulullah saw melarang menjual buah kurma hingga nyata jadinya,
dan (melarang) menjual gandum hingga berisi serta selamat dari
hama; Beliau melarang penjualnya dan pembelinya. (Shahih:
Mukhtashar Muslim no: 917, Muslim III: 1165 no: 1535, Aunul Mabud
IX: 222 no: 3352, Tirmidzi II: 348 no: 1245 dan Nasai VII:
270).
2.5 Hutang Piutang2.5.1 Pengertian Hutang PiutangDi dalam fiqih
Islam, utang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan
istilah Al-Qardh. Makna Al-Qardh secara etimologi (bahasa) ialah
Al-Qathu yang berarti memotong. Harta yang diserahkan kepada orang
yang berhutang disebut Al-Qardh, karena merupakan potongan dari
harta orang yang memberikan utang.Sedangkan secara terminologis
(istilah syari), makna Al-Qardh ialah menyerahkan harta (uang)
sebagai bentuk kasih sayang kepada siapa saja yang akan
memanfaatkannya dan dia akan mengembalikannya (pada suatu saat)
sesuai dengan padanannya.Atau dengan kata lain, utang piutang
adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman
kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai
perjanjian dengan jumlah yang sama.Sedangkan menurut ahli fiqih
utang atau pinjaman adalah transaksi antara dua pihak yang satu
menyerahkan uangnya kepada yang lain secara sukarela untuk
dikembalikan lagi kepadanya oleh pihak kedua dengan hal yang
serupa. Atau seseorang menyerahkan uang kepada pihak lain untuk
dimanfaatkan dan kemudian dikembalikan lagi sejumlah yang
diutang.2.5.2 Hukum Utang PiutangHukum memberi utang piutang
bersifat fleksibel tergantung situasi dan toleransi, namun pada
umumnya memberi hutang hukumnya sunnah. Akan tetapi memberi utang
atau pinjaman hukumnya bisa menjadi wajib ketika diberikan kepada
orang yang membutuhkan seperti memberi utang kepada tetangga yang
membutuhkan uang untuk berobat karena keluarganya ada yang sakit.
Hukum memberi utang bisa menjadi haram, misalnya memberi hutang
untuk hal-hal yang dilarang dalam ajaranIslam.Memberikan utang atau
pinjaman kepada orang lain yang sangat membutuhkan adalah hal yang
dianjurkan karena di dalamnya terdapatunsur tolong-menolong dan
akan diberikan pahala yang besar oleh Allah SWT.Dalil dari Al-Quran
adalah firman Allah: Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada
Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah),
maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan
lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah:
245)Adapun yang menjadi dasar utang piutang dapat dilihat pada
ketentuan Al-Quran dan Al-Hadits, dalam Al-Quran terdapat dalam
surat Al-Maidah ayat 2 yang berbunyi : Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong
dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah SWT amat berat siksa-Nya. (Q.S al-Maidah
: 2)
Sedangkan dalam sunnah Rasululllah SAW. Dapat ditemukan antara
lain dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah sebagai
berikut:
(( Seorang muslim yang mempiutangi seorang muslim dua kali,
seolah-olah telah bersedekah kepadanya satu kali.
2.5.3 Keutamaan Memberi UtanganSyariat Islam menjanjikan
serangkaian keutamaan bagi mereka yang memberikan pinjaman kepada
saudaranya dengan niat yang tulus penuh keikhlasan.Seseorang yang
mau membantu saudaranya saat ditimpa kesulitan, maka Allah SWT akan
membantunyadi akhirat nanti. Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa
yang membebaskan atas diri seorang muslim, satu penderitaan dari
penderitaan-penderitaan di dunia, maka Allah akan mengangkatnya
dari kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memudahkankesusahan
yang ada pada seseorang, maka Allah akan memudahkan urusannya di
dunia dan akhirat. (HR Muslim)Keutamaan yang lain adalah, bahwa
pahala memberikan utang atau pinjaman ternyata lebih besar dari
seorang yang menyedekahkan hartanya. Sabda Rasulullah SAW :Saya
melihat pada waktu di-isra-kan, pada pintu surga tertulis Pahala
shadaqah sepuluh kali lipat dan pahala pemberian utang delapan
belas kali lipat lalu saya bertanya pada Jibril Wahai Jibril,
mengapa pahala pemberian utang lebih besar ? Ia menjawab Karena
peminta-minta sesuatu meminta dari orang yang punya, sedangkan
seseorang yang meminjam tidak akan meminjam kecuali ia dalam
keadaan sangat membutuhkan. (HR Ibnu Majah)2.5.4 Anjuran
Menghindari UtangMeskipun aktifitas utang piutang bukanlah hal yang
tercela dalam Islam, namun sejak awal syariat kita menganjurkan
kepada kita untuk menahan diri agar tidak berutang kecuali
benar-benar terpaksa.Karena tanpa disadari, seorang yang berutang
akan tersiksa dengan utangnya secara tidak langsung. Rasulullah SAW
pun berdoa untuk terhindar dari lilitan utang , beliau berdoa : Ya
Tuhanku! Aku berlindung diri kepadaMu dari berbuat dosa dan utang.
Kemudian ia ditanya: Mengapa Engkau banyak minta perlindungan dari
utang ya Rasulullah? Ia menjawab: Karena seseorang kalau berutang,
apabila berbicara berdusta dan apabila berjanji menyalahi." (HR
Bukhari)Bahkan anjuran untuk menghindari utang ini digambarkan
dalam beberapa riwayat, dimana Rasulullah SAW tidak ingin
menyolatkan mereka yang meninggal dalam keadaan berutang, tetapi
menyuruh para sahabat untuk menshalatkannya.Diriwayatkan bahwa
suatu ketika Rasulullah SAW didatangkan jenazah orang yg berutang,
maka beliau bertanya apakah ia meninggalkan harta untuk melunasi
utangnya. Jika diberitakan bahwa ia meninggalkan harta untuk
melunasi utangnya, Rasulullah menshalatinya, jika tidak maka
Rasulullah mengatakan kepada kaum muslimin : shalatilah sahabatmu
(HR Muslim)Namun hal di atas tidak berlangsung untuk seterusnya,
setelah masa fathu makkah (kemenangan atas makkah ), setiap kali
ada yang meninggal Rasulullah SAW senantiasa menegaskan : jika ia
berutang dan tidak meninggalkan harta, maka aku adalah walinya,
namun jika ia meninggalkan harta yang cukup maka itu untuk ahli
warisnya
2.5.5 MenambahBayaranUtangMelebihkan bayaran dari sebanyak
utang, kalau kelebihan itu memang kemauan yang berutang dan tidak
atas perjanjian sebelumnya, maka kelebihan itu boleh (halal) bagi
yang mengutangkannya, dan menjadi kebaikan untuk orang yang
membayar utang.Sabda Rasulullah SAW :Maka sesungguhnya sebaik-baik
kamu ialah orang yang sebaik-baiknya pada waktu membayar utang
(Muttafaqun Alaih).Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah telah
berutang hewan, kemudian beliau bayar dengan hewan yang lebih tua
umurnya dari pada hewan yang yang beliau utang itu, dan Rasulullah
bersabda, Orang yang paling baik diantara kamu ialah orang yang
dapat membayar utangnya dengan yang lebih baik. (HR. Ahmad &
Tirmidzi).Adapun tambahan yang dikehendaki oleh yang berpirutang
atau telah menjadi perjanjian sewaktu akad, hal itu tidak boleh.
Tambahan itu tidak halal atas yang berpiutang untuk
mengambilnya.Sabda Rasulullah SAW :Tiap-tiap piutang yang mengambil
manfaat, maka itu salah satu dari beberapa macam riba (HR
Baihaqi).
2.6 ASURANSI2.6.1 Pengertian asuransi Kata Asuransi berasal dari
bahasa Belanda assurantie, dan dalam bahasa Inggris disebut
insurance. Kata tersebut kemudian disalin dalam bahasa Indonesia
dengan kata pertanggungan. Kemudian dalam bahasa Arab asuransi
digunakan dengan istilah at-tamin, penanggungnya disebut muammin,
dan tertanggung disebut dengan muamman lahu atau mustamin. Menurut
Adiwarman Karim, attamin, asuransi atau pertanggungan adalah suatu
akad yang konsekwensinya salah satu pihak menjanjikan pihak lain
untuk menanggung kerugian yang mungkin dihadapinya sebagai imbalan
dari apa yang diberikan kepadanya yang disebut premi asuransi.
Sementara dalam Kitab Undang-Undang Perniagaan (Wetboek van
Koophandel) bahwa yang dimaksud dengan asuransi adalah suatu
persetujuan dimana pihak yang meminjam berjanji kepada pihak yang
dipinjam untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti
kerugian, yang mungkin akan diderita oleh yang dijamin karena
akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas akan terjadi. Jadi
Asuransi adalah sebuah akad pertanggungan yang mengharuskan
penanggung (muamin) atau dalam hal ini adalah perusahaan untuk
memberikan kepada nasabah atau kliennya (Muamman) sejumlah harta
sebagai konsekwensi daripada akad itu, baik itu berbentuk imbalan,
gaji atau ganti rugi barang dalam bentuk apapun sesuai dengan yang
tertera dalam akad ketika terjadi bencana maupun kecelakaan atau
terbuktinya sebuah bahaya yang tertera dalam akad (transaksi),
sebagai imbalan uang (premi) yang dibayarkan secara rutin, berkala
maupun secara kontan dari klien atau nasabah tersebut kepada
perusahaan asuransi (muammin) disaat hidupnya.
2.6.2 Manfaat AsuransiPada dasarnya asuransi memberikan manfaat
bagi pihak tertanggung, antara lain:1. Rasa aman dan
perlindunganPolis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan
memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin timbul.
Kalau risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak
tertanggung (insured) berhak atas nilai kerugian sebesar nilai
polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara tertanggung dan
penanggung.2. Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih
adilPrinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk
menentukannilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh
pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara cermat
faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk
mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung sudah membuat
kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar
nilai pertangguangan, semakin besar pula premi periodik yang harus
dibayar oleh tertanggung.3. Polis asuransi dapat dijadikan sebagai
jaminan untuk memperoleh kredit.4. Berfungsi sebagai tabungan dan
sumber pendapatanPremi yang dibayarkan setiap periode memiliki
substansi yang sama dengan tabungan. Pihak penanggung juga
memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus
(sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak).5. Alat penyebaran
risikoRisiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi
tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan.6. Membantu
meningkatkan kegiatan usahaInvestasi yang dilakukan oleh para
investor dibebani dengan risikokerugian yang bisa diakibatkan oleh
berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan
lain-lain).
2.6.3 Berbagai Alasan Terlarangnya AsuransiBerbagai jenis
asuransi asalnya haram baik asuransi jiwa, asuransi barang,
asuransi dagang, asuransi mobil, dan asuransi kecelakaan. Secara
ringkas, asuransi menjadi bermasalah karena di dalamnya terdapat
riba, qimar (unsur judi), dan ghoror (ketidak jelasan atau
spekulasi tinggi).Berikut adalah rincian mengapa asuransi menjadi
terlarang:1. Akad yang terjadi dalam asuransi adalah akad untuk
mencari keuntungan (muawadhot). Jika kita tinjau lebih mendalam,
akad asuransi sendiri mengandung ghoror (unsur ketidak jelasan).
Ketidak jelasan pertama dari kapan waktu nasahab akan menerima
timbal balik berupa klaim. Tidak setiap orang yang menjadi nasabah
bisa mendapatkan klaim. Ketika ia mendapatkan accident atau resiko,
baru ia bisa meminta klaim. Padahal accident di sini bersifat tak
tentu, tidak ada yang bisa mengetahuinya. Boleh jadi seseorang
mendapatkan accident setiap tahunnya, boleh jadi selama
bertahun-tahun ia tidak mendapatkan accident. Ini sisi ghoror pada
waktu. Sisi ghoror lainnya adalah dari sisi besaran klaim sebagai
timbal balik yang akan diperoleh. Tidak diketahui pula besaran
klaim tersebut. Padahal Rasul shallallahu alaihi wa sallam telah
melarang jual beli yang mengandung ghoror atau spekulasi tinggi
sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata, - -
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melarang dari jual beli
hashoh (hasil lemparan kerikil, itulah yang dibeli) dan melarang
dari jual beli ghoror (mengandung unsur ketidak jelasan) (HR.
Muslim no. 1513).2. Dari sisi lain, asuransi mengandung qimar atau
unsur judi. Bisa saja nasabah tidak mendapatkan accident atau bisa
pula terjadi sekali, dan seterusnya. Di sini berarti ada spekulasi
yang besar. Pihak pemberi asuransi bisa jadi untung karena tidak
mengeluarkan ganti rugi apa-apa. Suatu waktu pihak asuransi bisa
rugi besar karena banyak yang mendapatkan musibah atau accident.
Dari sisi nasabah sendiri, ia bisa jadi tidak mendapatkan klaim
apa-apa karena tidak pernah sekali pun mengalami accident atau
mendapatkan resiko. Bahkan ada nasabah yang baru membayar premi
beberapa kali, namun ia berhak mendapatkan klaimnya secara utuh,
atau sebaliknya. Inilah judi yang mengandung spekulasi tinggi.
Padahal Allah jelas-jelas telah melarang judi berdasarkan keumuman
ayat, Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,
maysir (berjudi), (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan (QS. Al
Maidah: 90). Di antara bentuk maysir adalah judi.3. Asuransi
mengandung unsur riba fadhel (riba perniagaan karena adanya sesuatu
yang berlebih) dan riba nasiah (riba karena penundaan) secara
bersamaan. Bila perusahaan asuransi membayar ke nasabahnya atau ke
ahli warisnya uang klaim yang disepakati, dalam jumlah lebih besar
dari nominal premi yang ia terima, maka itu adalah riba fadhel.
Adapun bila perusahaan membayar klaim sebesar premi yang ia terima
namun ada penundaan, maka itu adalah riba nasiah (penundaan). Dalam
hal ini nasabah seolah-olah memberi pinjaman pada pihak asuransi.
Tidak diragukan kedua riba tersebut haram menurut dalil dan ijma
(kesepakatan ulama).4. Asuransi termasuk bentuk judi dengan taruhan
yang terlarang. Judi kita ketahui terdapat taruhan, maka ini sama
halnya dengan premi yang ditanam. Premi di sini sama dengan taruhan
dalam judi. Namun yang mendapatkan klaim atau timbal balik tidak
setiap orang, ada yang mendapatkan, ada yang tidak sama sekali.
Bentuk seperti ini diharamkan karena bentuk judi yang terdapat
taruhan hanya dibolehkan pada tiga permainan sebagaimana disebutkan
dalam hadits Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Tidak ada taruhan dalam lomba kecuali dalam perlombaan
memanah, pacuan unta, dan pacuan kuda (HR. Tirmidzi no. 1700, An
Nasai no. 3585, Abu Daud no. 2574, Ibnu Majah no. 2878. Dinilai
shahih oleh Syaikh Al Albani). Para ulama memisalkan tiga permainan
di atas dengan segala hal yang menolong dalam perjuangan Islam,
seperti lomba untuk menghafal Al Quran dan lomba menghafal hadits.
Sedangkan asuransi tidak termasuk dalam hal ini.5. Di dalam
asuransi terdapat bentuk memakan harta orang lain dengan jalan yang
batil. Pihak asuransi mengambil harta namun tidak selalu memberikan
timbal balik. Padahal dalam akad muawadhot (yang ada syarat
mendapatkan keuntungan) harus ada timbal balik. Jika tidak, maka
termasuk dalam keumuman firman Allah Taala, Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku saling
ridho di antara kamu (QS. An Nisa: 29). Tentu setiap orang tidak
ridho jika telah memberikan uang, namun tidak mendapatkan timbal
balik atau keuntungan.6. Di dalam asuransi ada bentuk pemaksaan
tanpa ada sebab yang syari. Seakan-akan nasabah itu memaksa
accident itu terjadi. Lalu nasabah mengklaim pada pihak asuransi
untuk memberikan ganti rugi padahal penyebab accident bukan dari
mereka. Pemaksaan seperti ini jelas haramnya.
2.6.4 Kriteria Asuransi Yang HalalAsuransi sistem syariah pada
intinya memang punya perbedaan mendasar dengan yang konvensional,
antara lain:1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli
(tolong-menolong). Di mana nasabah yang satu menolong nasabah yang
lain yang tengah mengalami kesulitan. Sedangkan akad asuransi
konvensional bersifat tadabuli (juAl beli antara nasabah dengan
perusahaan).2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi
syariah (premi) diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem
bagi hasil (mudharabah). Sedangkan pada asuransi konvensional,
investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem
bunga.3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik
nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk
mengelolanya. Sedangkan pada asuransi konvensional, premi menjadi
milik perusahaan dan perusahaan-lah yang memiliki otoritas penuh
untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut.4. Bila ada
peserta yang terkena musibah, untuk pembayaran klaim nasabah dana
diambilkan dari rekening tabarru (dana sosial) seluruh peserta yang
sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong-menolong. Sedangkan dalam
asuransi konvensional, dana pembayaran klaim diambil dari rekening
milik perusahaan.5. Keuntungan investasi dibagi dua antara nasabah
selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola, dengan
prinsip bagi hasil. Sedangkan dalam asuransi konvensional,
keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tak ada klaim,
nasabah tak memperoleh apa-apa.6. Adanya Dewan Pengawas Syariah
dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan.
Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen, produk serta
kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam.
Adapun dalam asuransi konvensional, maka hal itu tidak mendapat
perhatian.2.7 RIBA DALAM EKONOMI ISLAM2.7.1 Pengertian RibaDitinjau
dari Bahasa Arab riba memiliki makna tambahan, tumbuh, dan menjadi
tinggi. Riba menurut Bahasa adalah menambah dan berkembang,
sedangkan menurut istilah adalah tambahan dalam hal-hal tambahan
tertentu.Adapun pengertian riba menurut beberapa Ulama adalah
sebagai berikut :a. Menurut Mughni Muhtaj oleh Syarbini, riba
adalah suatu akad atau transaksi atas barang yang ketika akad
berlangsung tidak diketahui kesamaannya menurut syariat atau dengan
menunda penyerahan kedua barang yang menjadi objek akad atau salah
satunya.b. Menurut Al-Jurnaini merumuskan definisi riba yaitu
kelebihan atau tambahan pembayaran tanpa ada ganti atau imbalan
yang disyariatkan dari salah seorang bagi dua orang yang membuat
akad.c. Menurut Imam Ar-Razi dalam tafsir Al-Quran, riba adalah
suatu perbuatan mengambil harta kawannya tanpa ganti rugi, sebab
orang yang meminjamkan uang 1000 rupiah mengganti dengan 2000
rupiah, maka ia mendapat tambahan 1000 rupiah tanpa ganti.d.
Menurut Ijtima Fatwa Ulama Indonesia, riba adalah tambahan tanpa
imbalan yang terjadi karena penanggungan dalam pembayaran yang
diperjanjikan sebelumnya atau biasa disebut dengan riba nasiat2.7.2
Hukum Riba dalam IslamDalam Islam memungut riba atau mendapatkan
keuntungan berupa riba pinjaman haram. Riba diharamkan dalam
keadaan apapun dan dalam bentuk apapun.diharamkan atas pemberian
piutang dan juga atas orang yang berhutang darinya dengan
memberikan bunga baik yang berhutang itu adalah orang miskin atau
orang kaya. Berkaitan dengan hal tersebut,hukum riba telah
dipertegas dala Al-Quran dan Al-Hadist sebagai berikut :a. Dalam
surah al-Baqarah ayat 275, Allah berfirman orang-orang yang makan
(mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seeperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu adalah disebabkan mereka berkata
(berpendapat) sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal
Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.
Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan Rabbnya, lalu
terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambil dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah)
kepada Allah. Orang-orang yang mengukangi (mengambil riba) maka
orang itu adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya .b.
Firman Allah dalam surah al-Baqarah ayat 278-279, Hai orang-orang
yang beriman bertakwalah kepada Allah dan tingalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak
mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka permaklumkanlah bahwa
Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari
pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kami tidak menganiaya
dan tidak (pula) dianiayac. Dalam surah Ali AImran:130 Allah
berfirman, hai orangorang yang beriman, janganlah kammu memakan
riba dengan berlipat ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah supaya
kamu mendapatkan keberuntungan.d. Dari Abu Hurairah ra bahwa Nabi
Muhammad saw bersabda, jauhilah 7 hal yang membinasakn, pertama
melakukan kemusyrikan kepada Allah, kedua sihir, ketiga membunuh
jiwa yang telah diharamkan kecuali dengan cara yang haq. Keempat
makan riba, kelima memakan harta anak yatim, keeenam melarikan diri
pada hari pertemuan dua pasukan, dan ketujuh menuduh berzina dengan
perempuan baik-baim yang tidak tahu menahu tentang urusan ini dan
beriman kepada Allah.e. Dari Jabir ra Rasulullah saw melaknat
pemakan riba, pemberi makan riba, dua saksinya, dan penulisnya. Dan
beliau bersabda, mereka semua sama.f. Dari Abdullah bin Hazhalah ra
dari Nabi saw bersabda, satu dirham yang riba dimakan seseorang
padahl ia tahu adalah lebih berat daripada tiga puluh enam
pelacur.g. Dari Ibnu Masud ra bahwa Nabi saw bersabda, riba itu
memounyai tujuh puluh tiga pintu, yang paling ringan (dasarnya)
seperti seorang anak menyetubuhi ibunya.
2.7.3 Sebab-sebab Riba DiharamakanAda beberapa alasan mengapa
Islam sangat melarang keras riba dalam perekonomian Islam adalah
:a. Bahwa kehormatan harta manusia sama dengan kehormatan
darahynya. Oleh karena itu mengambil harta kawannya tanpa ganti
sudah pasti haramb. Bergantung pada riba dapat menghalangi manusia
dari kesibukan kerja sebab jika si pemilik uang yakin bahwa degan
melauli riba dia akan memperoleh tmabahan uang baik kontan maupun
berjangka, maka ia akan memudahkan persoalan mencari penghidupan
sehingga hamper-hampir dia tidak mau menanggung beratnya usaha,
dagang, dan pekerjaan yang beratc. Riba akan menyebabkan
terputusnya sikap yang baik (maruf) antara sesama dalam bidang
pinjam meminjam. Sebab jika riba itu haram maka seseorang akan
merasa senang meminjamkan uang 1000 rupiah dan kembalinya 1000
rupiah juga. Sedangkan riba jika riba dihalalkan maka sudah pasti
kebutuhan orang akan menganggap berat denga pinjamannya 1000 rupiah
diharuskan mengembalikan 2000 rupiah.d. Pada umumya pemberi piutang
adalah orang kaya sedangkan peminjam adalah orang miskin. Maka
pendapat yang membolehkan riba berarti meberikan jalan kepada orang
kaya untuk mengambil harta orang miskin yang lemah sebagai
tambahan. Sedangkan tidak layak berbuat demikian sebagai sarana
memperoleh rahmat dari Allah swt.
2.7.4 Cara Menghindari Riba dalam Ekonomi IslamPandangan tentang
riba dalam era kemajuan zaman kini juga mendorong maraknya
perbankan Syariah dimana konsep keuntungan bagi penabung di dapat
dari sistem bagi hasil bukan dengan bunga seperti pada bank
konvensional pada umumnya. Karena, menurut sebagian pendapat bunga
bank termasuk riba. Hal yang sangat mencolok dapat diketahui bahwa
bunga bank itu termasuk riba adalah ditetapkannya akad di awal jadi
ketika nasabah sudah menginventasikan uangnya pada bank dengan
tingkat suku bunga tertentu, maka akan dapat diketahui hasilnya
dengan pasti. Berbeda dengan prinsip bagi hasil yang hanya
memberikan nisbah bagi hasil untuk deposannya. Hal diatas
membuktikan bahwa praktek pembungaan uang dalam berbagai bentuk
transaksi saat ini telah memenuhi kriteria riba yang terjadi pada
zaman Rasulullah saw yakni riba nasiat. Sehingga praktek pembungaan
uang adalah haram. Sebagai pengganti bunga bank, Bank Islam
menggunakan berbagai cara yang bersih dari unsur riba antara
lain:a. Wadiah atau titipan uang, barang dan surat berharga atau
depositob. Mudarabah adalah kerja sama antara pemlik modal dengan
pelaksanaan atas dasar perjanjian profit and loss sharingc. Syirkah
(perseroan) adalah diamana pihak Bank dan pihak pengusaha sama-sama
mempunyai andil (saham) pada usaha patungan (jom ventura)d.
Murabahan adalah jual beli barang dengan tambahan harga ataaan.u
cost plus atas dasar harga pembelian yang pertama secara jujure.
Qard hasan (pinjaman yag baik atau benevolent loan), memberikan
pinjaman tanpa bunga kepada para nasabah yang baik sebagai salah
satu bentuk pelayanan dan penghargaanf. Menerapkan prinsip bagi
hasil, hanya memberikan nisbah tertentu pada deposannya, maka yang
dibagi adalah keuntungan dari yang di dapat kemudian dibagi sesuai
dengan nisbah yang disepakati oleh kedua belah pihak. Misalnya,
nisbahnya dalah 60% : 40%, maka bagian deposan 60% dari total
keuntungan yang di dapat oleh pihak bank.Selain cara-cara yang
telah diterapkan pada Bank Syariah, riba juga dapat dihindari
dengan cara berpuasa. Mengapa demikian? Karena seseorang yang
berpuasa secara benar pasti terpanggil untuk hijrah dari sistem
ekonomi yang penuh dengan riba ke sistem ekonomi syariah yang penuh
ridho Allah. Puasa bertujuan untuk mewujudkan manusia yang bertaqwa
kepada Allah swt dimana mereka yang bertaqwa bukan hanya mereka
yang rajin shalat, zakat, atau haji, tapi juga mereka yang
meninggalkan larangan Allah swt.Puasa bukan saja membina dan
mendidik kita agar semakin taat beribadah, namun juga agar aklhak
kita semakin baik. Seperti dalam muamalah akhlak dalam muamalah
mengajarkan agar kita dalam kegiatan bisnis menghindari judi,
penipuan, dan riba. Sangat aneh bila ada orang yang berpuasa dengan
taat dan bersungguh-sungguh namun masih mempraktekan riba. Sebagai
orang yang beriman yang telah melaksanakan puasa, tentunya orang
itu akan meyakini dengan sesungguhnya bahwa Islam adalah agama yang
mengatur segala aspek kehidupan (komprehensif) manusia, termasuk
masalah perekonomian. Umat Islam harus masuk ke dalam Islam ssecara
utuh dan menyeluruh dan tidak sepotong-potong. Inilah yang
dititahkan Allah pada surah al-Baaqarah : 208, Hai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara kaffah (utuh dan
totalitas) dan jangan kamu ikuti langkah-langkah syetan.
Sesungguhnya syetan itu adalah musuh nyata bagimu.Ayat ini
mewajibkan orang beriman untuk masuk ke dalam Islam secara
totalitas baik dalam ibadah maupun ekonomi, politik, social,
budanya, dan sebgainya. Pada masalah ekonomi, masih banyak kaum
muslim yang melanggar prinsip islam yaitu ajaran ekonomi Islam.
Ekonomi Islam didasarkan pada prinsip sayariah yang digali dari
Al-Quran dan sunnah. Dalam kitab fiqih pun sangat banyak ditemukan
ajaran-ajaran muamalah Islam. Antara lain mudharabah, murabahah,
wadiah, dan sebagainya.
2.7.5 Manfaat Berekonomi Tanpa Dengan RibaKeharusan berekonomi
secara syariah ini lantaran penerapanya memiliki manfaat yang
sangat besar bagi umat Islam. Pertama umat Islam bisa menjalankan
agamanya dalam bidang ekonomi yang pada gilirannya menggiringnya
kepada pengamalan Islam secara utuh. Kedua, menerapkan dan
mengamalkan sistem ekonomi sayariah mendapat dua keuntungan, yaitu
duniawi dan ukhiawi. Keuntungan duniawi berupa uang, keuntungan
akhirat berupa pahala ibadah melalui pengamalan syariah Islam dan
terhindar dari dosa riba. Ketiga, memajukan ekonomi Islam lewat
lembaga keuangan syariah, berarti umat Islam berupaya mengentaskan
kemiskinan.
2.8 Etika dalam Berbisnis2.8.1 DEFINISI ETIKASecara etimologi,
Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikosmempunyai
beragam arti : pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa
yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib,
tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak
moralitas atau tindakan-tindakan moral. Ketiga, aktualisasi
kehidupan yang baik secara moral.
DEFINISI BISNISKata bisnis dalam Al-Quran biasanya yang
digunakan al-tijarah, al-bai, tadayantum, dan isytara. Tetapi yang
seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab
tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa
tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga.At-tijaratun
walmutjaryaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus
al-munawwir).
DEFINISI ETIKA BISNIS DALAM EKONOMI ISLAMDari uraian diatas,
maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat prinsip moral
yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah, sedangkan
bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku
bisnis, maka etika diperlukan dalam bisnis.Dengan demikian dapat
dipahami bahwa, Etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik
yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi,
maupun dalam interaksi bisnisnya dengan stakeholdersnya.b
al-Asfahani dalam al-mufradat fi gharib al-Quran , at-Tijarah
bermakna pengelolaan harta benda untuk mencari keuntungan.
2.8.2 DASAR HUKUM1. Al Baqarah : 282Yang artinya:Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan
janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah
mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang
berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. jika yang berhutang itu
orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau Dia sendiri
tidak mampu mengimlakkan, Maka hendaklah walinya mengimlakkan
dengan jujur. dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari
orang-orang lelaki (di antaramu). Jika tak ada dua oang lelaki,
Maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa Maka yang
seorang mengingatkannya. janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi
keterangan) apabila mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu
menulis hutang itu, baik kecil maupun besar sampai batas waktu
membayarnya. yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah dan lebih
menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan)
keraguanmu. (Tulislah mu'amalahmu itu), kecuali jika mu'amalah itu
perdagangan tunai yang kamu jalankan di antara kamu, Maka tidak ada
dosa bagi kamu, (jika) kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah
apabila kamu berjual beli; dan janganlah penulis dan saksi saling
sulit menyulitkan. jika kamu lakukan (yang demikian), Maka
Sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu;dan Allah Maha
mengetahui segala sesuatu. Bermuamalah ialah seperti berjualbeli,
hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya.2. An Nisa' :
29Yang artinya :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan
jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu. Larangan membunuh diri sendiri mencakup juga
larangan membunuh orang lain, sebab membunuh orang lain berarti
membunuh diri sendiri, karena umat merupakan suatu kesatuan.3. At
Taubah : 24Yang artinya:Katakanlah: "Jika bapa-bapa, anak-anak,
saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan
yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah
dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik.4. An Nur : 37Yang artinya :laki-laki
yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual
beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan
(dari) membayarkan zakat. mereka takut kepada suatu hari yang (di
hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang.5. As Shaff : 10Yang
artinya :Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang
pedih?.2.8.3 Berikut ini ada 5 ketentuan umum etika berbisnis dalam
Islam1. Kesatuan (Tauhid/Unity)Dalam hal ini adalah kesatuan
sebagaimana terefleksikan dalam konsep tauhid yang memadukan
keseluruhan aspek-aspek kehidupan muslim baik dalam bidang ekonomi,
politik, sosial menjadi keseluruhan yang homogen, serta
mementingkan konsep konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
Dari konsep ini maka islam menawarkan keterpaduan agama, ekonomi,
dan sosial demi membentuk kesatuan. Atas dasar pandangan ini pula
maka etika dan bisnis menjadi terpadu, vertikal maupun horisontal,
membentuk suatu persamaan yang sangat penting dalam sistem Islam.2.
Keseimbangan (Equilibrium/Adil)Islam sangat mengajurkan untuk
berbuat adil dalam berbisnis, dan melarang berbuat curang atau
berlaku dzalim. Rasulullah diutus Allah untuk membangun keadilan.
Kecelakaan besar bagi orang yang berbuat curang, yaitu orang-orang
yang apabila menerima takaran dari orang lain meminta untuk
dipenuhi, sementara kalau menakar atau menimbang untuk orang selalu
dikurangi.Kecurangan dalam berbisnis pertanda kehancuran bisnis
tersebut, karena kunci keberhasilan bisnis adalah
kepercayaan.Al-Quran memerintahkan kepada kaum muslimin untuk
menimbang dan mengukur dengan cara yang benar dan jangan sampai
melakukan kecurangan dalam bentuk pengurangan takaran dan
timbangan. Dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang benar. Itulah yang lebih utama
(bagimu) dan lebih baik akibatnya, (Q.S. al-Isra: 35).Dalam
beraktivitas di dunia kerja dan bisnis, Islam mengharuskan untuk
berbuat adil,tak terkecuali pada pihak yang tidak disukai. Hal ini
sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al-Maidah ayat 8 yang
artinya: Hai orang-orang beriman,hendaklah kamu jadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah SWT,menjadi saksi
dengan adil. Dan janganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap suatu
kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil.Berlaku adillah karena
adil lebih dekat dengan takwa.3. Kehendak Bebas (Free
Will)Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis
islam, tetapi kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif.
Kepentingan individu dibuka lebar. Tidak adanya batasan pendapatan
bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan bekerja
dengan segala potensi yang dimilikinya.Kecenderungan manusia untuk
terus menerus memenuhi kebutuhan pribadinya yang tak terbatas
dikendalikan dengan adanya kewajiban setiap individu terhadap
masyarakatnya melalui zakat, infak dan sedekah.4. Tanggung jawab
(Responsibility)Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang
mustahil dilakukan oleh manusia karena tidak menuntut adanya
pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk memenuhi tuntunan
keadilan dan kesatuan, manusia perlu mempertaggungjawabkan
tindakanya secara logis prinsip ini berhubungan erat dengan
kehendak bebas. Ia menetapkan batasan mengenai apa yang bebas
dilakukan oleh manusia dengan bertanggungjawab atas semua yang
dilakukannya.5. Kebenaran: kebajikan dan kejujuranKebenaran dalam
konteks ini selain mengandung makna kebenaran lawan dari kesalahan,
mengandung pula dua unsur yaitu kebajikan dan kejujuran. Dalam
konteks bisnis kebenaran dimaksudkan sebagia niat, sikap dan
perilaku benar yang meliputi proses akad (transaksi) proses mencari
atau memperoleh komoditas pengembangan maupun dalam proses upaya
meraih atau menetapkan keuntungan. Dengan prinsip kebenaran ini
maka etika bisnis Islam sangat menjaga dan berlaku preventif
terhadap kemungkinan adanya kerugian salah satu pihak yang
melakukan transaksi, kerjasama atau perjanjian dalam bisnis,
disebutkan dalam hadits Jabir bin Abdillah bahwa Rasulullah e
melaknat mereka semuanya dan menegaskan bahwa mereka semua sama
saja (Shahih Muslim No. 1598)6. Tidak memakan harta orang lain
dengan cara bathilTidak halal bagi seorang muslim untuk mengambil
harta orang lain secara tidak sah. Allah I dengan tegas telah
melarang hal ini dalam kitabNya. Ini meliputi segala kegiatan yang
dapat menimbulkan kerugian bagi orang lain yang menjadi rekakan
bisnisnya, baik itu dengan cara riba, judi, kamuflase harga,
menyembunyikan cacat barang atau produk, menimbun, menyuap,
bersumpah palsu, dan sebagainya. Orang yang memakan harta orang
lain dengan cara tidak sah berarti telah berbuat dhalim (aniaya)
terhadap orang lain. Allah I berfirman: Dan janganlah sebahagian
kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan
yang bathil dan kamu membawa harta itu kepada hakim, supaya kamu
dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
dosa, padahal kamu mengetahui.(QS Al Baqarah 188)7. Komitmen
terhadap peraturan dalam bingkai syariatSoerang pebisnis muslim
tidak akan membiarkan dirinya terkena sanksi hukuman undang-undang
hukum positif yang berlaku di tenagh masyarakat. Misalnya dalam hal
pajak, rekening membenahi sistem akuntansi agar tidak terkena
sangsi karena melanggar hukum. Hal itu dilakukannya bukan untuk
menetapkan adanya hak membyuat hukum ekpada manusia, tetapi
semata-mata untuk mengokohkan kewajiban yang diberikan Allah I
padanya dan mencegah terjadinya keruskan yang mungkin timbul8.
Tidak membahayakan/merugikan orang lainRasulullah e telah
memberikan kaidah penting dalam mencegah hal-hal yang membahayakan,
dengan sabdanya Tidak dihalalkan melakukan bahaya atau hal yang
membahayakan orang lain (Irwaul Ghalil No 2175). Termasuk katagori
membahayakan orang lain adalah menjual barang yang mengancam
kesehatan orang lain seperti obat-obatan terlarang, narkotika,
makanan yang kedaluwarsa. Atau melakukan hal yang membahayakan
pesaingnya dan berpotensi menghancurkan usaha pesaingnya, seperti
menjelek-jelekkan pesaing, memonopoli, menawar barang yang masih
dalam proses tawar-menawar oleh orang lain. Seorang pebisnis muslim
hendaknya bersikap fair dalam berkompetisi, dan tidak melakukan
usaha yang mengundang bahaya bagi dirinya maupun orang lain.9.
Loyal terhadap orang berimanPebisnis muslim sekaliber apapun
tetaplah bagian dari umat Islam. Sehingga sudah selayaknya ia
melakukan hal-hal yang membantu kokohnya pilar-pilar masyarakat
Islam dalam skala interasional, regional maupun lokal. Tidak
sepantasnya ia bekerjasama dengan pihak yang nyata-nyata
menampakkan permusuhannya terhadap umat Islam. Ini merupakan bagian
dari prinsip Al Wala (Loyalitas) dan Al Bara (berlepas diri) yang
merupakan bagian dari aqidah Islam. Sehingga ketika melaksanakan
usahanya, seorang muslim tetap akan mengutamakan kemaslahatan bagi
kaum muslimin dimanapun ia berada. Allah I berfirman : Janganlah
orang-orang mumin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan
meninggalkan orang-orang mumin. Barang siapa berbuat demikian,
niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri -Nya. Dan hanya kepada Allah
kembali. (QS Ali Imran 28)10. Mempelajari hukum dan adab muamalah
islamDunia bisnis yang merupakan interaksi antara berbagai tipe
manusia sangat berpotensi menjerumuskan para pelakunya ke dalam
hal-hal yang diharamkan. Baik karena didesak oleh kebutuhan perut,
diajak bersekongkol dengan orang lain secara tidak sah atau karena
ketatnya persaingan yang membuat dia melakukan hal-hal yang
terlarang dalam agama. Karena itulah seorang Muslim yang hendak
terjun di dunia ini harus memahami hukum-hukum dan aturan Islam
yang mengatur tentang muamalah. Sehingga ia bisa memilah yang halal
dari yang haram, atau mengambil keputusan pada hal-hal yang tampak
samar (syubhat).Mengingat pentingnya mempelajari hukum-hukum jual
beli inilah, Khalifah Umar bin Khatab mengeluarkan dari pasar
orang-orang yang tidak paham hukum jual beli.
BAB IIIPENUTUP3.1 SimpulanSistem ekonomi Islam tidak sama dengan
sistem-sistem ekonomi yang lain. Ia berbeda dengan sistem ekonomi
yang lain. Ia bukan dari hasil ciptaan akal manusia seperti sistem
kapitalis dan komunis. Ia adalah berpandukan wahyu dari Allah SWT.
Sistem ciptaan akal manusia ini hanya mengambil kira
perkara-perkara lahiriah semata-mata tanpa menitikberatkan soal
hati, roh dan jiwa manusia. Hasilnya, matlamat lahiriah itu sendiri
tidak tercapai dan manusia menderita dan tersiksa kerananya.
Berlaku penindasan, tekanan dan ketidakadilan. Yang kaya bertambah
kaya dan yang miskin bertambah miskin. Ekonomi Islam pula.sangat
berbeda.3.2 SaranSistem Ekonomi Islam merupakan perwujudan dari
paradigma Islam. Pengembangan Sistem Ekonomi Islam bukan untuk
menyaingi sistem ekonomi kapitalis atau sistem ekonomi sosialis,
tetapi lebih ditujukan untuk mencari suatu sistem ekonomi yang
mempunyai kelebihan-kelebihan untuk menutupi kekurangan-kekurangan
dari sistem ekonomi yang telah ada. Islam diturunkan ke muka bumi
ini dimaksudkan untuk mengatur hidup manusia guna mewujudkan
ketentraman hidup dan kebahagiaan umat di dunia dan di akhirat
sebagai nilai ekonomi tertinggi. Umat di sini tidak semata-mata
umat Muslim tetapi, seluruh umat yang ada di muka bumi. Ketentraman
hidup tidak hanya sekedar dapat memnuhi kebutuhan hidup secara
limpah ruah di dunia,tetapi juga dapat memenuhi kebutuhan sebagai
bekal di akhirat nanti.jadi harus ada keseimbangan dalam memenuhi
kebutuhan di dunia maupun di akhirat nanti.
Page | 1