Top Banner

of 34

Ekologi Sistematika 5 Bab

Feb 20, 2018

Download

Documents

Radha Iswara
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    1/34

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1Latar Belakang

    Perkembangan teknologi di zaman globalisasi mempengaruhi kehidupan manusia di

    berbagai aspek kehidupan baik dari aspek sosial, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Bidang

    arsitektur tidak luput dari sentuhan teknologi yang semakin merajalela. Para arsitek

    berlomba-lomba menerapkan teknologi yang baru ditemukan untuk menerapkannya pada

    desain mereka. Selain dampak positif yang ditimbulkan teknologi yang membuat semuanya

    terasa lebih mudah, tak sedikit juga penggunaan teknologi yang menyumbang dampak negatif

    bagi kehidupan manusia. Manusia tanpa sadar mengadopsi pola hidup yang tidak sehat

    karena kepraktisan teknologi. Selain itu ekosistem yang menjadi tempat manusia tinggal dan

    bernaung namun juga mendapat pengaruh teknologi menjadi semakin tidak layak huni.

    Dalam bidang arsitektur sendiri, dapat dilihat lahan-lahan hijau terbuka tidak

    memiliki ruang di tengah-tengah area pembangunan. Lahan hijau dimusnahkan karena

    keserakahan manusia. Dampak yang ditimbulkan tentu saja berbagai macam bentuk

    pencemaran, seperti polusi udara, banjir, tanah longsor, berkurangnya sumber air tanah dan

    sumber daya alam. Semakin maraknya kerusakan alam yang dirasakan manusia, tidak sedikitorang mulai tergerak untuk mengubah kehidupan mereka yang buruk menjadi kehidupan

    yang berkelanjutan (sustainable life). Penerapan konsep hidup yang berkelanjutan ini

    kemudian melatarbelakangi munculnya gagasan desain arsitektur yang berwawasan alam atau

    eco-architecture.

    Ekologi Arsitektur merupakan pembangunan berwawasan lingkungan yang

    memanfaatkan potensi alam semaksimal mungkin. Di dalam mendesain sebuah bangunan

    sudah seharusnya perancang memperhatikan kondisi atau keadaan lingkungan di sekitar yang

    akan dibangun, baik itu pengaruh lingkungan, sosial budaya, dan peraturan daerah yang

    berlaku. Konteks pembahasan yang dijabarkan pada teori ini menyangkut mengenai beberapa

    hal diantaranya penghematan penggunaan lahan pembangunan, pemanfaatan sumber daya

    seperlunya, penyesuaian fungsi bangunan dengan bentuk dan sistem struktur serta fokus

    terhadap pengurangan dampak negatif pembangunan terhadap lingkungan serta ekosistem.

    Ekologi arsitektur juga menjadi salah satu bentuk penyelamatan terhadap lingkungan dari

    dampak-dampak negatif pembangunan.

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    2/34

    2

    Dalam ekologi arsitektur dikenal istilah mendesain dengan alam (design with nature).

    Istilah tersebut secara sederhana dapat diartikan sebagai cara mendesain yang fokus pada rasa

    memiliki manusia pada alam dan juga pemahaman bahwa alam dan manusia merupakan dua

    hal yang saling ketergantungan. Dalam mendesain dengan alam ada beberapa aspek desain

    yang menjadi fokus antara lain bekerjasama dengan alam, keanekaragaman, self-designdan

    beberapa hal lainnya yang akan dipaparkan pada makalah.

    1.2Rumusan Masalah

    Dari latar belakang yang telah dipaparkan, adapun beberapa rumusan masalah yang

    dapat penulis berikan antara lain :

    1.Apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip desain ekologi khususnya prinsip

    mendesain dengan alam ?

    2.

    Bagaimana penerapan prinsip desain mendesain dengan alam dalam proses

    perencanaan maupun perancangan bangunan ?

    3.Bagaimana penerapan prinsip desain mendesain dengan alam pada suatu obyek

    banjar yakni Banjar Abianbase ?

    1.3Tujuan

    Berdasarkan pada rumusan masalah yang dijabarkan di atas, manfaat penyusunanmakalah ini diantaranya :

    1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip desain ekologi

    mendesain dengan alam (design with nature)

    2. Untuk mengetahui bentuk penerapan prinsip desain dengan alam dalam proses

    perencanaan maupun perancangan bangunan

    3.

    Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip desain mendesain dengan alam

    pada suatu obyek banjar yakni Banjar Abianbase ?

    1.4Kerangka Penugasan

    Jangka waktu pembuatan tugas berkisar selama satu bulan setelah pemberian tugas.

    Tugas dikerjakan secara berkelompok dengan masing-masing kelompok terdiri dari tiga

    hingga empat orang anggota. Tugas ini dibuat dalam bentuk makalah dan akan

    dipresentasikan di depan kelas oleh kelompok yang bersangkutan sesuai jadwal yang telah

    ditetapkan.

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    3/34

    3

    1.5Metode Penulisan

    Metode penulisan yang digunakan penulis adalah dengan studi literatur dan juga

    kajian pustaka sebagai bentuk pengaplikasian teori mendesain alam yang dipaparkan di

    literatur. Media studi literatur ini adalah website dan buku elektronik a (e-book) yang

    berkaitan dengan ekologi arsitektur. Data yang diambil dari studi pustaka adalah berupa data

    kualitatif dan disusun kembali pada makalah dengan deskripsi kualitatif. Dalam makalah

    akan dipaparkan sejelas-jelasnya mengenai topik yang dibahas melalui narasi ataupun gambar

    yang tidak bersifat numerikal.

    1.6Sistematika Penulisan

    Berdasar pada materi pembahasan, kajian-kajian teori serta hasil observasi objek studi

    kasus yang akan dijabarkan, perumusan sistematika penulisan makalah ini yaitu :

    Bab I Pendahuluan

    Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang penyusunan makalah,

    rumusan masalah yang menjadi pembahasan pada isi, tujuan penyusunan baik bagi

    keberlangsungan ilmu pengetahuan maupun masyarakat umum, kerangka penugasan,

    metode penulisan dan penyusuann makalah serta sistematiak penyusunan makalah

    dari bab pertaman hingga terakhir.

    Bab II Mendesain dengan alam

    Bab ini membahas mengenai teori-teori terkait dengan pembahasan isi dalam

    makalah yang diantaranya memuat tentang pengertian mendesain dengan alam dan

    prinsip-prinsip desainnya serta penjelasan masing-masing prinsip secara lebih

    mendetail.

    Bab III Kondisi Fokus

    Pada bab III dimuat pembahasan mengenai keadaan banjar secara umum

    dengan membaginya menjadi tiga pokok sub bahasan

    Bab IV Analisis Objek

    Bab ini membahas secara lebih mengkhusus mengenai bangunan objek

    observasi yang dikaji lebih mendalam aspek ekologisnya berdasarkan kesesuaian

    materi mendesain dengan alam pada bab II.

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    4/34

    4

    Bab V Simpulan dan Saran

    Pada bab V dimuat hasil kesimpulan dari analisis obyek observasi berdasarkan

    teori pada kajian pustaka. Hal lain yang dimuat diantaranya yaitu saran dari penulis

    terkait proses desain dengan alam.

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    5/34

    5

    by working with living processes, we respect the needs of

    all species while meeting our own. Enganging in process

    that regenerate rather than deplete, we become more

    alive-

    Gambar 1 : Diagram Sub BahasanDesign with Nature,

    Sumber :Ecological Design - 10th Anniversary Ed

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Mendesain dengan Alam

    Artinya : Ketika kita bekerja dengan alam kita akan menghargai kebutuhan semua spesies,

    selain kita juga memenuhi kebutuhan hidup kita sendiri kita juga ikut serta dalam

    menumbuhkan. Lebih baik daripada menguras, dan hal itu membuat kita menjadi lebih hidup.

    2.2Bekerjasama dengan Alam (A Partnership with Nature)

    Evolusi merupakan suatu tahapan terciptanya mahluk hidup. Selain itu, evolusi juga

    membuat suatu proses lahiriah bahwa mahluk hidup tumbuh, berkembang, serta bertahan

    hidup karena bisa berdampingan dengan alam. Mendesain dengan alam adalah strategi

    menyelesaikan permasalahan di lingkungan untuk menghilangkan dampak yang berbahaya.

    Beberapa pihak yang diuntungkan dari proses mendesain dengan alam antara lain, manusia

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    6/34

    6

    dan ekosistemnya, hal ini sangat baik untuk mengatasi isu pemanasan global (global

    warming) yang semakin gencar dibicarakan.

    Dalam buku Ecological Design yang ke-10 konsep bekerjasama dengan alam

    memiliki pengertian sederhanaWe are in nature and nature is in us atau suatu hubungan

    mengikat antara manusia dengan alam, dan begitu juga sebaliknya.Tidak ada desain yang

    seharusnya menghancurkan integritas alam, karena pada dasarnya manusia memiliki sifat

    saling ketergantungan dengan ekosistem tempat tinggalnya. Dalam buku Ekological Design

    yang ke-10, Ian McHarg menuliskan mata kita tidak memisahkan kita dari alam, tetapi

    menyatukan kitaoleh karena itu, kebiasaan buruk manusia yang merusak lingkungan perlu

    ditinggalkan. Dimulai dari kesadaran diri sendiri untuk berbuat yang lebih baik terhadap

    alam, agar terciptanya lingkungan yang harmonis dan selaras. Karena alam adalah unsur

    penting bagi kehidupan serta penghubung desain menemukan identitas dan persamaan yang

    berkontribusi untuk kesehatan secara keseluruhan.

    Struktur-struktur alam selalu terbentuk sebagai peredaran alam. Sebuah bangunan

    adalah buatan manusia. Walaupun demikian, menurut paham orang jawa bangunan dianggap

    milik wahyu atau jiwa. Berarti bangunan juga jadi organisme alam, seperti ada anggapan

    bahwa seluruh dunia juga jadi organism. Organisme alam yang mengalami kelahiran,

    kehidupan, dan kematian sebagai konsep mikrosmos yang meniru makrosmos yang tidak

    terhingga. Alam sebagai pola perencanaan eko-arsitektur yang holistis kemudian dapat

    disimpulkan dengan persyaratan berikut:

    a. Penyesuaian pada lingkungan alam setempat

    Arsitektur dapat menyesuaikan karakter bangunan dengan lingkungan setempat.

    Lingkungan setempat baik itu di desa ataupun di kota, pada area waterfront ataupun di

    perbukitan, akan menyesuaikan bentuk fisik bangunan ataupun utilitas yang akan

    diterapkan pada bangunan.

    b.

    Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan mengirit

    penggunaan energi

    Sumber daya alam dapat dibedakan menjadi sumber daya yang dapat diperbaharui

    dan tidak dapat diperbaharui. Terkait desain ekologis, penggunaaan sumber daya alam

    harus dipertimbangkan dengan baik. Misalnya penggunaan marmer sebagai elemen

    bawah merupakan salah satu contoh pemborosan sumber daya. Marmer sebagai salah

    satu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, penggunaannya harus semakin

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    7/34

    7

    diminimalisir dengan mengganti marmer dengan bahan penutup alas yang bahan

    bakunya dapat diperbaharui, seperti bambu.

    Penghematan sumber daya juga dapat diterapkan dengan penggunaan energi alternatif

    sebagai pengganti energi tak terbarukan. Misalnya sumber energi listrik dapat

    bersumber dari tenaga surya, melihat kondisi alam Indonesia yang mendapatkan

    penyinaran matahari sepanjang tahun.

    c. Memelihara sumber lingkungan

    Pemeliharan sumber lingkungan sebagai salah satu wujud bekerjasama dengan alam

    adalah salah satu hal yang penting. Sumber lingkungan yang bisa dipelihara dan

    menjadi sumber kehidupan manusia adalah air. Air dipelihara dengan menggunakan

    water treatment. Air hujan yang jatuh ke tanah ataupun sumber air dimurnikan

    dengan teknologi pemurnian air komunal. Air bersih yang dihasilkan kemudian dapat

    digunakan beraktivitas oleh manusia. Air kotor dan air buangan kemudian dapat

    dimanfaatkan kembali dengan pemurnian sederhana yang dilakukan mandiri oleh

    masing-masing penduduk. Air hasil filtrasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai air

    untuk menyiram tanaman sehingga air kembali ke tanah dan proses pemeliharaan air

    kembali berulang.

    d. Memperbaiki keadaan alam

    Dibandingkan melakukan sesuatu yang merusak alam karean mengikuti tren desain

    yang ada, masyarakat sebaiknya berpikir ulang terkait dampaknya terhadap

    lingkungan. Misalnya penggunaan perkerasan untuk pekarangan rumah yang dipilih

    karena lebih praktis dan tidak kotor saat diinjak jika dibandingkan tanah saja. Namun

    perkerasan tersebut malah menimbulkan berkurangnya daerah resapan air yang akan

    menyebabkan banjir. Jika memang sangat diperlukan perkerasan, sebaiknya user

    menyediakan lubang resapan biopori pada jarak-jarak tertentu.

    e.

    Mengurangi ketergantungan pada sistem pusat energi (listrik, air) dan mengurangi

    produksi limbah (air limbah, sampah)

    Setiap jaringan energi seperti listrik atau air minum membutuhkan banyak energi

    dalam persediaan dan mengakibatkan banyak kerugian. Pembuangan air

    limbah/mengancam lingkungan alam dan sumber air minum. Jika energi alternatif

    diterapkan pada suatu tempat (misalnya energy surya) dan air limbah diolah langsung

    dan secara alami, ketergantungan dan kehilangan (transmission loss) dapat dicegah.

    (Sumber :Ecological Design - 10th Anniversary Ed, hal. 125-127)

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    8/34

    8

    2.3 Waste Equal Food

    Secara sederhana waste equal food dapat diartikan sebagai pemanfaatan kembali

    limbah atau barang-barang tak berguna untuk diolah menjadi sesuatu yang fungsional atau

    memiliki nilai. Konsep waste equal food biasanya diterapkan di ranah industri, misalnya

    mengubah limbah produk menjadi barang-barang yang memiliki nilai jual.

    Komunitas hutan mempertahankan kehidupan mereka dengan cara yang tidak mudah

    karena melewati proses panjang, seperti proses alami tumbuh-tumbuhan yang telah tua

    berganti menjadi tumbuh-tumbuhan baru yang berlangsung selama berpuluh-puluh tahun.

    Banyak organisme yang berperan dalam kelangsungan hidup ekosistem hutan dengan cara

    hidup yang membentuk sebuah siklus sehingga kehidupannya bisa dikatakan berkelanjutan.

    Berbeda dengan siklus hidup komunitas hutan, proses hidup manusia terkini bersifat

    berbanding terbalik. Manusia mengubah bahan mentah (raw material) menjadi polutan

    berbahaya, mengeksploitasi segala sumber daya alam yang ada hingga tak ada yang bisa

    disimpan lagi untuk kehidupan di masa yang akan datang. Hal ini dikarenakan manusia tidak

    berpikir untuk memproses limbah yang dihasilkannya menjadi berguna atau memiliki nilai

    ekonomis, sehingga tidak merugikan lingkungan.

    Jika suatu usaha dapat merubah limbah menjadi makanan, maka hal ini akan

    mengurangi limbah dan juga mengurangi kebutuhan terhadap bahan mentah (raw material).

    Usaha tersebut dapat menciptakan industrial ekologi yang terintegrasi penuh dengan daur

    ulang material alami. Adapun point dari industrial ekologi antara lain :

    Mengubah limbah menjadi sumber daya

    Menghindari limbah menjadi polutan

    (Sumber :Ecological Design - 10th Anniversary Ed, hal. 127-137)

    Polusi yang kini terjadi juga disebabkan oleh kesalahan pada desain. Ketika industri

    tradisional mengabaikan keberadaan decomposer, industri ekologi seharusnya

    memanfaatkannya dengan baik. Industri ekologi tidak boleh mengabaikan proses penguraian.

    Konsultan industri Hardin Tibbs mengamati Kunci dari industri ekologis adalah mengkaji

    ulang limbah sebagai produk, namun juga proses seleksi aktif terhadap limbah reuse.

    Limbah yang tidak dimanfaatkan adalah salah satu tanda kegagalan desain. Limbah tersebut

    dapat menyebabkan 2 macam polusi : toxic pollution dan scale pollution. Toxic pollution

    adalah polusi yang disebabkan limbah berbahaya yang dapat mengganggu kesehatan manusia

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    9/34

    9

    dan ekosistem. Scale pollution adalah limbah seperti karbon dioxida dan CFC yang

    jumlahnya tidak sedikit.

    Strategi untuk mengubah limbah menjadi lebih berguna atau memiliki nilai ekonomis

    menjadi salah satu hal penting jika kita ingin sepenuhnya menikmati hidup yang lebih baik.

    Manusia dapat meniru siklus matahari sebagai suatu proses keberlanjutan penggunaan

    material. Dengan mengubah proses linear dari limbah menjadi siklus daur ulang, manusia

    dapat mengurangi dampak dari segala sesuatu yang dibuat dan bangun.

    Salah satu contoh pemanfaatan limbah pada bangunan adalah adalah limbah tegel

    yang dapat dimanfaatkan menjadi beton bertulang. Yang dimaksud dengan limbah tegel

    keramik disini adalah tegel keramik yang tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya akibat

    ketidak sempurna dan tidak sesuai dengan standar, tegel yang mengalami kerusakan sehingga

    menjadi barang sortiran, tegel bongkaran yang sering terjadi karena berubahnya fungsi ruang

    atau bagunan lama menjadi baru dan lain lain. Limbah tegel keramik tersebut biasanya

    dibuang begitu saja tanpa mempertimbangkan efek yang akan terjadi di lingkungan sekitar,

    walaupun pembuangannya di lokasi yang memang telah disediakan untuknya seperti untuk

    urugan atau peninggian tanah bangunan.

    Limbah tegel keramik yang berupa limbah padat yaitu terdiri dari pecahan pecahan keramik

    memilki masa yang padat dan keras, memungkinkan digunakan sebagai bahan campuran

    beton, dalam hal ini difungsikan sebagai pengganti pasir pada beton bertulang.

    (Sumber : Aningtyas. 2001. Tesis Pemanfaatan Limbah Bangunan Beton Sebagai Bahan

    Semen Alternatif, Universitas Gadjah Mada)

    2.4 Acti ve Landscape

    Joseph Needham, sejarawan besar Cina dan peradaban, menceritakan kisah menarik

    tentang perdebatan kuno antara insinyur air Konghucu dan Tao. Insinyur Tao berpendapat

    bahwa tanah sebagai space aktif memberikan fungsi ekologis sekaligus dapat memenuhi

    keutuhan manusia. Sedangkan insinyur Konghucu berpendapat dengan merespon lansekap,

    kebutuhan pada air yang merupakan hal penting dalam pemenuhan kebutuhan utama dapat

    terpenuhi.

    Lansekap aktif adalah salah satu bentuk pernacangan ruang terbuka yang memiliki

    nilai fungsional selain sebagai area hijau. Landsekap aktif dapat menampung kebutuhan dan

    aktivitas penggguna, seperti kebutuhan akan rekreasi dan olahraga. Lansekap sebagai salah

    satu bagian perancangan juga ikut ambil bagian dalam menciptakan desain ekologis. Dalam

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    10/34

    10

    perancangan ruang luar, lansekap aktif selain mengakomodasi kebutuhan user juga harus

    mengakomodasi kebutuhan lingkungan. (Sumber : Hakim, Rustan. 2012. Komponen

    Perancangan Arsitektur Lansekap : edisi kedua. PT Bumi Aksara : Jakarta)

    Sebuah lansekap aktif yang dipertahankan dan diurus dengan baik dapat mempengaruhi

    pola aliran udara serta polusi, lansekap aktif yang tidak benar-benar liar juga dapat

    dikendalikan dengan cara proyek air konvensional dan sistem pertanian, keadaan tersebut

    secara tidak langsung akan memenuhi kebutuhan alih fungsi lahan kosong untuk memberikan

    dampak positif terhadap menusia beserta lingkungan. Contohnya metode pengendalian

    ekologi pengendalian banjir, metode ini bergantung pada lansekap yang baik dengan

    ketersediaan vegetasi moderat, meminimalisir erosi, serta pengaliran air secara alamiah.

    Tujuannya adalah dapat mengembalikan ekosistem sehingga user dapat mengoptimalkan

    lahan yang tersedia tanpa terkena musibah banjir. (Sumber : Ecological Design - 10th

    Anniversary Ed, hal. 137-142)

    2.5 Self-design

    Self design dapat didefinisikan sebagai salah satu carabenda atau organisme merespon

    kebutuhan hidupnya terhadap keadaan lingkungan. Sistem self-design, dapat merespon

    dengan baik berbagai gangguan yang muncul karena dapat memperkuat hal yang berharga

    dalam situasi tertentu, serta fleksibel dalam menata ulang dengan mempertahankan integritassecara keseluruhan. Setiap elemen dalam self-design adalah sumber pengetahuan, hal ini

    dikarenakan masing-masing desainer memiliki cara tersendiri untuk menyelesaikan masalah

    dengan solusi yang layak. Alih-alih menggunakan sejumlah besar energi, bahan, dan

    kecerdasan untuk mengontrol sistem, memungkinkan lebih mudah untuk mendorong

    kecenderungan diri merancang sendiri. (Sumber : Ecological Design - 10th Anniversary Ed,

    hal. 142-151)

    Konsepself designdiwujudkan oleh seorang arsitek dengan desain yang dipengaruhi

    oleh tuntutan aktivitas civitas dan tuntuntan untuk merespon gejala lingkungan, seperti iklim,

    topografi, geologi, dan faktor alam lainnya. Kondisi alam yang berbeda akan menuntut

    respon desain yang berbeda. Respon desain yang berbeda secara otomatis akan menghadirkan

    langgam berbeda pada masing-masing bangunan.

    Self-design juga diterapkan pada pemilihan material untuk bangunan. Dalam

    menerapkan konsep ini, arsitek cenderung dituntut untuk memanfaatkan material atau sumber

    daya alam yang tersedia pada daerah dimana bangunan tersebut dibangun. Bukan hal tidak

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    11/34

    11

    mungkin untuk mengambil material dari daerah lain, namun pemilihan material lokal tetap

    diutamakan.

    Contoh penerapanself designadalah perbandingan antara sistem bangunan tropis dan

    bangunan di daerah dingin.

    Bangunan Tropis Lembab Igloo

    Konsep rumah tropis, pada dasarnya adalah

    adaptasi bangunan terhadap iklim tropis,

    dimana kondisi tropis membutuhkan

    penanganan khusus dalam desainnya.

    Pengaruh terutama dari kondisi suhu tinggi

    dan kelembaban tinggi, dimana pengaruhnya

    adalah pada tingkat kenyamanan berada

    dalam ruangan. Tingkat kenyamanan seperti

    tingkat sejuk udara dalam rumah, oleh aliran

    udara, adalah salah satu contoh aplikasi

    konsep rumah tropis. Meskipun konsep

    rumah tropis selalu dihubungkan dengan

    sebab akibat dan adaptasi bentuk (tipologi)

    bangunan terhadap iklim, banyak juga

    interpretasi konsep ini dalam tren yang

    berkembang dalam masyarakat; sebagai

    penggunaan material tertentu sebagai

    representasi dari kekayaan alam tropis,

    seperti kayu, batuan ekspos, dan material asli

    yang diekspos lainnya.

    Igloo atau snowhouse, adalah jenis tempat

    penampungan yang dibangun dari salju,

    awalnya dibangun oleh Inuit. Salju

    digunakan karena kantong-kantong udara

    yang terperangkap di dalamnya membuat

    sebuah insulator. Di luar, suhu dapat

    serendah -45 C tetapi di dalam suhu dapat

    berkisar dari -7 C hingga 16 C ketika

    dihangatkan oleh panas tubuh sendiri.

    Arsitektur, yang Igloo gunakan unik karena

    berupa kubah yang dapat diangkat keluar dari

    blok independen bersandar pada satu sama

    lain dan dipoles agar sesuai tanpa struktur

    pendukung tambahan selama konstruksi.

    (Sumber : Arsitektur Tropis. https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/)

    (Sumber : Bangunan Antartika. http://materiarsitektur.blogspot.co.id/2014/05/bangunan-

    antartika.html)

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    12/34

    12

    2.6 Keselarasan antara mahkluk hidup (Ecotones)

    Ecotones merupakan kondisi alam dimana terjadinya penggabungan antara 2 jenis

    alam atau lebih. Keunikan ecotones sendiri ialah dari percampuran lingkungan alam yang

    bersifat halus dan lembut. Lingkungan ecotones ni merupakan lingkungan yang mengawali

    terjadinya produktifitas tinggi dimana keankeragaman hayati dapat bertumbuh kembang

    dengan baik pada alam ini.

    Rawa merupakan suatu contoh ecotones yang paling mudah untuk dijadikan sebagai

    acuan-acuan keselarasan hidup, dimana pertemuan air laut dengan air sungai, sehingga

    menciptakan air payau yang merupakan tempat yang sangat baik untuk spesies kehidupan

    laut maupun sungai untuk berpupolasi atau berkembang biak di tempat yang subur ini.

    Dunia arsitektur sering bertentangan dengan sifat ecotones ini, hal ini disebabkan oleh

    manusia. Pembangunan pada daerah rawa, merupakan hal yang menghancurkan rawa-rawa

    itu sendiri atau ecotones secara perlahan-lahan. Sebaiknya kita sebagai perancang kelaknya

    agar lebih memilah dan lebih berpikir guna meminimalisir kerusakan dan menjaga

    keeseimbangan alam. (Sumber :Ecological Design - 10th Anniversary Ed, hal. 152-156)

    2.7 Keanekaragaman Hayati (Biodiversity)

    Keanekaragaman hayati ialah pola yang mempertahankan antara keseimbangan padabumi ini, evolusi pada masa kini telah banyak memunahkan spesies yang tentunya

    disebabkan oleh manusia dan perkembangan. Dunia perancangan ekologi yang paling

    mendalam ialah aspek keanekaragaman hayati, menurut ahli biologis bryan NortonBahwa

    keanekaragaman hayati adalah segala sesuatu yang ada. Karena semua aspek dapat kita

    kaitkan dengan keanekaragaman pada lanskap bumi yang luas ini.

    Keanekaragaman ini sendiri bersifat tidak statis, hal inilah yang dapat kita kaitkan

    dengan menjaga alam, lanskap yang kita miliki. Sehingga, sebagai seorang desainer tentunya

    tidak begitu saja melupakan sisi atau wujud alam sendiri. Serta harus menitik beratkan 3

    (tiga) hal yaitu: mempertahankan populasi asli, melindungi perwakilan setiap jenisnya, dan

    menghormati skala luas ekologi. Sehingga dalam 3 (tiga) hal tersebut jika diterapkan

    setidakanya kita akan dapat meminimalisir kerusakan alam, kepunahan serta global warming

    yang menjadi perbincangan terkini di dunia. (Sumber :Ecological Design - 10th Anniversary

    Ed, hal. 156-164)

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    13/34

    13

    BAB III

    KONDISI FOKUS

    3.1 Banjar Abianbase

    Banjar Abianbase merupakan studi objek yang akan kami gunakan pada mata kuliah

    ekologi arsitektur ini. Berdasarkan hasil pertemuan dan wawancara antara kami dengan pihak

    prajuru banjar (Kelian Dinas dan kelian Adat) berdasarkan hal tersebut kami mendapatkan

    informasi yang dapat bermanfaat guna mata proses pembelajaran mata kuliah ini.

    Banjar adalah sebuah tempat yang sudah tidak asing lagi didengar pada daerah Bali,

    tempat ini merupakan tempat berkumpulnya semua warga desa guna mengadakan sebuah

    musyawarah (sangkep), mendapatkan informasi terbaru mengenai hal yang berkaitan dengan

    Gambar : Sketsa Denah Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    14/34

    14

    odalan, upacara adat, dan informasi darurat yang biasanya diumumkan dengan menggunakan

    Bale Kulkul. Bale Banjar Abianbase merupakan sebuah ruang yang digunakan sebagai

    tempat pertemuan tradisional warga Dusun Abianbase Kelurahan Kuta. Banjar Abianbase

    sendiri terletak pada Jalan Raya Kuta, Desa Pekraman Denpasar, Kelurahan Kuta, Kecamatan

    Kuta, Kabupaten Badung. Kuta merupakan salah satu tempat tujuan bagi para wisatawan

    untuk berlibur di Bali, sehingga daerah ini terkenal hingga mancanegara, serta hal inilah

    yang menjadikan daerah ini sangat strategis, banyak terdapat bangunan hotel, villa, toko, dan

    usaha lain yang terlihat pada sekitar site. Wilayah ini dahulu merupakan lahan yang tandus,

    dan penuh dengan pohon kelapa kini telah menjadi wilayah urban yang sesak dan bising.

    Persoalan persoalan urbanisasi menjadi bagian keseharian warga banjar. Warga banjar pun

    kini semakin berkembang dengan beragam pekerjaan dan asal-usulnya. Bale banjar ini telah

    mengalami revitalisasi, karena keinginan dari karma banjar sendiri. Masalah lain adalah usia

    bangunan bale banjar yang telah cukup berumur, sehingga harus segera direvitalisasi agar

    aktifitas yang ada di dalamnya dapat terakomodasi secara memadai, aman dan nyaman.

    Disebelah bale banjar ini terdapat bangunan The Banjar, merupakan sebuah bangunan

    yang bergerak di bidang hotel, restaurant dan spa. Bangunan yang terletak pada sebelah site

    banjar ini merupakan pihak yang sangat berperan dalam mendanai penuh proyek hingga usia

    dan memfasilitasi maintance Banjar Abianbase setiap bulannya. Simbiosis mutualisme

    merupakan sistem yang ditawarkan pihak The Banjar dengan pihak krama Banjar Abianbase,

    hal ini didasari agar tamu atau pengunjung yang menginap atau berbelanja pada The Banjar

    mendapatkan pelayanan yang tidak dimiliki oleh hotel lainnya, karena pada perencanaan

    revitalisasi dimaksud agar terdapat side entrance yang langsung berhubungan dengan site

    hotel, sehingga jika terdapat acara banjar seperti upacara adat, odalan, latihan menari,

    megambel diharapakan agar tamu hotel terkagum dan melihat sesuatu kebudayaan yang

    belum pernah mereka lihat sebelumnya.

    Tahun 2012 dimulailah renovasi bale banjar Abianbase yang dibantu penuh Pihak The

    Banjar dengan pendanaan empat miliar rupiah, sehingga krama banjar Abianbase tidak perlu

    mengeluarkan pendanaan sedikitpun. Revitalisasi ini bertujuan kepada pembenahan tata

    ruang, meningkatkan fleksibilitas dan daya tampung ruang serta mengantisipasi

    perkembangan kegiatan banjar. Renovasi bale banjar ini melibatkan seorang arsitek

    profesional untuk mempersiapkan desain. Wayan Wimba Anenggata dan tim, tim ini adalah

    konsultan kepercayaan pihak The Banjar. Mereka mempersiapkan itu dengan semangat agar

    karyanya dapat menjadi suatu titik note sehingga banyak warga yang dapat mengetahui

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    15/34

    15

    karyanya. Oleh karena itu, pertimbangan kreatif, pengalaman panjang dalam desain arsitektur

    dan pengetahuan dalam karya-karya modern diharapkan dapat membawa kembali semangat

    bangunan tradisional dari bale banjar Abianbase.

    3.2 Proses Perancangan dan Pengerjaan

    Gambar : Tampak Bale Banjar

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

    Gambar : Perspektif Bale Banjar

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    16/34

    16

    Proses perancangan dan pengerjaan bangunan ini dimulai dengan melakukan

    studi terhadap kondisi masa lalu, kini, dan yang akan datang dengan mengakomodasi

    berbagai komponen yang menunjang bagi terbentuknya proses perencanaan.

    Munculah konsep tempekan

    yang secara filosofis membagi ruang berdasarkan

    Gambar : Proses Perancangan Lanskap

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

    Gambar : Sketsa Landscape Arsitektur

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    17/34

    17

    wilayah tata letak yaitu poros yang menjadi pusat sertakangin-kauhdankaja-kelod

    yang menjadi satelitnya.

    Gagasan dituangkan ke dalam perencanaan arsitektur utama pada ruang bale

    banjar yang mengikuti konsep tradisional danenrance yang bersifat style kerajaan

    Majapahit dengan mengaplikasikan lansekap yang meniru keadaan nyata alam dengan

    bebatuannya yang khas, sehingga civitas dapat beraktivitas dengan harmonis dan

    tercapainya Tri Hita Karana. Ruang utama bale banjar (wantilan) dibuat dengan atap

    bersusun dengan penyangga 12 tiang besar yang menggunakan struktur baja

    (modern). Atap bersusun ini jika dilihat dari atas merupakan formasi yang membentuk

    Tri Mandala dengan pendekatan lain menggunakan filosofi yang lazim bagi bangunan

    tradisional, yaitu Tiga Dunia (Bhur, Bwah,Swah) yaitu aspek kepala bangunan yang

    direalisasikan dengan atap, badan bangunan yang direalisasikan dengan sesaka, serta

    kaki bangunan yang direalisasikan dengan adanya bataran.

    Banjar ini juga menerapkan konsep bentuk mengikuti fungsi hal ini terlihat

    jelas pada penempatan kalangan di bagian madya wantilan dengan dikelilingi

    kalangan disekitarnya, kemudian jadilah bentuk atap bersusun tersebut. Pada bagian

    ruang utama bale banjar menghadap ke dalam, dibuat level menyerupai panggung

    yang berfungsi sebagai wadah aktifitas banjar, baik kesenian, sabung ayam, maupun

    kegiatan banjar lainnya. Dengan melalui tangga dari bagian belakang banjar maka

    akan sampai di lantai dua tempat menyimpan dan berlatih gamelan sekaligus pada

    bagian luarnya kita dapat berjalan mengitari sekeliling atap bagian utama. Finishing

    Gambar : Sketsa Konsep

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    18/34

    18

    dari tiap bagian dengan pemilihan materi yang beragam dikerjakan begitu rapi dan

    modern mampu memberikan penawaran ruang dan estetika bagi kepentingan saat ini

    dan masa depan. Integrasi antara fungsi tradisional bale banjar dan penataannya yang

    bernuansa modern, membuat bale banjar Abianbase secara kesatuan menjadi selaras

    dengan ruang sekitarnya yang urban.

    Patung sendiri merupakan simbolis dari suatu watak tokoh yang terkenal

    dalam arsitektur Bali maupun pewayangan, berfungsi sebagai sosok yang

    melambangkan penjagaan terhadap banjar dari segala hal buruk dan menetralisir hal-

    hal negatif yang ada di banjar. Hal ini sendiri biasa diaplikasikan pada bangunan

    arsitektur tradisional atau bangunan suci di daerah Bali. Finishing patung Banjar

    Abanbase ini sendiri langsung dipahat di tempat, dengan seniman yang berasal dari

    Desa Celuk, Kabupaten Gianyar.

    Gambar : Proses PembuatanPatung pada Objek

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    19/34

    19

    Terdapat pengalikasian pepatraan dengan motif tanaman, jika ditinjau dengan

    arsitektur tradisional Bali secara lebih mendalam tidak hanya terdapat satu jenis

    ukiran melainkan tiga jenis. Diantaranya penggabungan patra punggel, patra olanda,

    patra wangga beserta ukiran berbentuk wajah Hanoman, dalam mitologi hindu

    disimbolkan dengan raja kera yang membantu Dewa Rama sebagai penjelmaan Dewa

    Wisnu ketika turun ke dunia dalam misi pencarian Dewi Sinta sebagai penjelmaan

    Dewi Laksmi yang diculik oleh Rahwana. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa

    makna dari ukiran tersebut adalah menceritakan tentang perjalanan sang Dewa di

    dalam hutan dengan penuh kerja keras untuk menyelamatkan Dewi agar dapat

    kembali bersama dan berbahagia, juga mengajarkan suatu pola yang berproses begitu

    pula dengan proses perancangan bangunan ini hingga difinishing agar terciptanya

    kesejahteraan serta keharmonisan didalamnya.

    Gambar : Proses Finishing Bale Banjar

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    20/34

    20

    3.3 Posisi dan Fungsi

    Gambar : Lokasi Objek

    Sumber : google.com

    Gambar : Situasi Objek

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    21/34

    21

    Jika dilihat dari Jalan Raya Kuta, maka bale banjar ini akan memberi impresi

    yang bukan hanya menarik perhatian kita, tetapi secara kuat memberikan gambaran

    dan kesan keindahan yang tercipta dari hasil pencapaian esetetik perancangnya. Sejak

    awal, memang bangunan bale banjar Abianbase ini diposisikan untuk menjadi sebuah

    landmarkdi area memasuki daerah Kuta ini.

    Banjar Abianbase yang baru ini banyak memberikan nilai-nilai baru bagi

    aktifitas banjar, seperti disampaikan oleh Kelian Banjar Abianbase. Mereka mengakui

    bahwa selain memberikan kebanggaan bagi Abianbase, bale banjar yang baru ini

    memperkuat tali persaudaraan diantara warga masyarakat. Masyarakat berharap

    fungsi banjar akan semakin mengakomodasi setiap kegiatan warga.

    Gambar : Objek Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    22/34

    22

    BAB IV

    ANALISIS

    4.1 Desain dengan Alam

    Dalam ekologi arsitektur dikenal istilah mendesain dengan alam (design with nature).

    Istilah tersebut secara sederhana dapat diartikan sebagai cara mendesain yang fokus pada rasa

    memiliki manusia pada alam dan juga pemahaman bahwa alam dan manusia merupakan dua

    hal yang saling ketergantungan. Dalam mendesain dengan alam ada beberapa aspek desain

    yang menjadi fokus antara lain bekerjasama dengan alam, waste equal food, lansekap aktif,

    self-design, ecotones, keanekaragaman.

    Bangunan arsitektur pada masa kini terlihat sebagai bangunan yang berkesan

    mengutamakan tiga aspek utama didalam dunia perancangan yang meliputi keindahan,

    kekuatan, dan fungsional, hal ini sendiri merupakan sudut pandang keegoisan seorang

    perancang bangunan (arsitek) yang mengutamakan ide kreatif, inovatif yang membuat

    bangunan menjadi baik dari segi tiga aspek utama didalam perancangan, sehingga

    pemahaman ilmu dari Ekologi Arsitektur sendiri kerap tersudutkan maupun terlupakan. Hal

    yang dapat dilihat secara garis besar adalah penggunaan material rancangan yang tidak

    menggunakan bahan lokal daerah, namun menggunakan material yang berasal dari luar

    daerah, sehingga terjadi banyak penggunaan energi guna pencarian bahan, pengiriman bahan

    melalui akomodasi yang mengakibatkan perusakan alam berlebih dan tentunya membuat

    rancangan tersebut tidak memenuhi syarat Ekologi Arsitektur.

    4.1.1 Bekerjasama dengan Alam

    Pengaplikasian desain yang menerapkan

    prinsip bekerjasama dengan alam merupakan

    topik yang akan kami bahas secara singkat.

    Dalam buku Ecological Design yang ke-10

    konsep bekerjasama dengan alam memiliki

    pengertian sederhana we are nature and

    nature is in usatau suatu hubungan mengikat

    antara manusia dengan alam, dan begitu juga

    sebaliknya.

    Gambar : Wantilan Bale Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    23/34

    23

    Pada dasarnya terdapat lima hal yang harus diperhatikan dalam menerapkan prinsip

    bekerjasama dengan alam, yaitu :

    1. Penyesuaian pada Lingkungan Setempat

    Pada Banjar Abian Base ini

    kesesuaian terhadap penerapan prinsip

    penyesuaian pada lingkungan setempat

    terlihat pada akulturasi arsitektur masa

    kini dengan arsitektur tradisional Bali

    yang menerapkan material baja pada

    supper strukturnya kemudian

    dikombinasikan dengan bentuk kolom

    arsitektur tradisional Bali serta

    pengaplikasian patung kura-kura

    berfungsi sebagai penyangga. Ditinjau

    dari filosofisnya pada mitologi hindu

    saat pemutaran gunung mandara giri,

    dewa wisnu menjaga poros dunia agar

    tetap seimbang dengan berubah menjadi

    waraha atau kura-kura. Sehingga

    terciptanya kesesuaian bentuk yang

    mampu mewadahi fungsi bangunan

    dengan baik.

    2. Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui

    Isu global warming yang makin berkembang sangat diperhatikan oleh arsitek

    yang merancang bangunan ini dengan mempertimbangkan pemanfaatan sumber

    energi yang tidak dapat diperbaharui sekecil mungkin. Hal tersebut terlihat pada

    bangunan ini dengan penggunaan lampu led dengan watt yang kecil serta

    penempatan massa bangunan cenderung memikirkan kegiatan yang diwadahi

    tersebut dapat mendapatkan sinar matahari langsung di siang hari agar tidak

    menggunakan lampu. Udara dingin berhembus dari bukaan bawah dan udara

    panas keluar dari bukaan atas hal ini juga benar-benar diperhatikan arsitek dengan

    Gambar : Wantilan Bale Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    24/34

    24

    menempatkan massa bangunan wantilan pada sisi tengah dan tidak terhalang

    bangunan lainnya yang ada disamping utaranya, namun udara yang masuk

    menuju wantilan nantinya akan diteruskan menuju ke bangunan yang ada di

    bagian selatan wantilan dan barulah dikeluarkan melalui bukaan atas pada

    bangunan tersebut.

    3.

    Memelihara sumber lingkungan

    Dengan adanya berbagai jenis tanaman yang terdapat di banjar ini sejak dahulu

    menjadikan daya tarik tersendiri dari aspek terjaganya sumber lingkungan yang

    ada. Tanaman-tanaman ini sudah diwarisi oleh beberapa generasi, tanaman

    tersebut antara lain jepun yang dalam kegiatan upacara di Bali bunganya selalu

    difungsikan sebagai salah satu sarana. Tanaman jepun ini sempat mengalami

    kerusakan akibat proses pembangunan banjar namun hal tersebut menjadikan

    pembelajaran bagi krama banjar sehingga pihak banjar berinisiatif tetap

    Gambar : Skema Pergerakkan Angin dan Masuknya Sinar Matahari

    Sumber : Dokumen Pribadi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    25/34

    25

    memberikan penyangga bambu pada tanaman ini serta memberi beberapa

    bebatuan besar sehingga kelestariannya dapat terjaga hingga sekarang, terdapat

    tanaman nangka yang berdiri kokoh menjulang sejak dulu biasanya selalu

    difungsikan krama banjar sebagai bahan dasar pembuatan lawar saat adanya

    kegiatan upacara, selain itu terdapat tanaman mangga yang selalu dipakai sebagai

    bahan rujak yang dibagikan pada masyarakat saat adanya kegiatan rapat ataupun

    tamu yang datang saat ada kunjungan.

    4. Memperbaiki keadaan alam

    Kesadaran pihak banjar untuk memperbaiki keadaan alam terlihat jelas pada

    penataan perkerasan dan soft scape sebagai kombinasi dari area hijau yang ada,

    fungsinya disamping sebagai bentuk estetika juga untuk menanggulangi banjir

    saat hujan, kareana pada saat hujan kondisi tanah di wilayah ini relatif baik

    sehingga air tidak mengalir ke riol dan dapat langsung terserap ketanah namun

    proses tersebut memerlukan waktu, dan jika secara bersamaan terdapat kegiatan

    Gambar : Peletakkan Tanaman pada Titik Tertentu

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    26/34

    26

    masyarakat dibanjar ini akan menjadikan wilayah wantilan atau yang lainnya

    akan menjadi kotor. Dalam hal ini lah terihat bahwa keadaan alam tersebut

    diperbaki sehingga tidak menyebabkan kotor pada lantai dengan membuat

    perkerasan sebagai pijakan di areal natah banjar.

    5. Mengurangi ketergantungan pada sistem energi dan produksi limbah

    Banjar Abianbase ini tidak menggunakan pencahayaan dan penghawaan buatan

    saat siang hari, hal ini terlihat dengan seimbangnya ruang terbuka serta dinding

    yang minim. Selain untuk mengoptimalkan cahaya dan angin hal ini juga

    berkaitan dengan fungsi dari banjar itu sendiri yang seharusnya mewadahi

    berbagai kegiatan masyarakat banjar di area terbuka. Misalnya, tajen ataupun

    ngelawar dan berbagai upacara lainnya. Selain itu produksi limbah dibanjar ini

    relatif minim karena pengolahan sisa-sisa kegiatan upacara di banjar ini yang

    masih bermanfaat diolah kembali menjadi pupuk dengan adanya kerjasama dari

    pihak hotel.

    Gambar : PenggabunganHard Scapedan Soft Scape

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    27/34

    27

    4.1.2 Waste Equal Food

    Sisi positif pada sisa penggunaan batu bata merah sebagai bahan finishing

    estetika dari bangunan ini. Penggunaan batu bata merah pada tampilan bangunan ini

    mencerminkan sifat efisiensi dan kepedulin perancang (arsitek) terhadap sisi ekologiyaitu pemanfaatan limbah sisa olahan yang dapat digunakan kembali sehingga

    material tidak terbuang dengan begitu saja.

    Batu bata merah yang identik dengan bangunan arsitektur Bali membuat

    bangunan ini memiliki budaya dan tradisi didalam tampilannya. Dengan demikian

    kontribusi bangunan terhadap kelestarian budaya dan tradisi disekitar memiliki nilai

    lebih serta sisi pemanfaatan barang bekas olahan yang dapat dimanfaatkan dengan

    baik.

    4.1.3 Lansekap Aktif

    Banjar Abianbase ini menerapkan aspek lansekap aktif yang ditunjukkan dengan jalur

    sirkulasi yang telah disediakan dengan jalan setapak untuk mengakses berbagai massa

    bangunan di areal banjar ini, selain itu pijakan ini juga dapat menambah nilai estetika

    serta membantu mencegah kotornya lantai akibat becek ditanah saat musim hujan

    tiba. Berdasarkan area hijaunya di banjar ini dibuat taman kecil pada sekitar bagian

    padmasana serta pengaplikasian beberapa tanaman di dekat massa bangunan yang

    Gambar : Penggunaan material hasil dari sisa bangunan pada ruangan Dapur Umum

    Sumber : Dokumen Observasi

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    28/34

    28

    Gambar : Lanskap Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

    ada, juga pada bagian atas penyengker banjar diberi tanaman camplung merambat.

    Untuk penempatan pola massa di banjar ini menerapkan pola massa memusat dengan

    massa bangunan wantilan sebagai pusatnya, serta dengan adanya pertimbangan bahwa

    banjar pada umumnya berfungsi sebagai wadah berbagai kegiatan krama banjar maka

    dibuatlah berbagai spot dengan area terbuka guna mengoptimalkan kegiatan

    musyawarah, upacara, perlombaan, dan sebagainya.

    4.1.4Self-design

    Self-design merupakan pemaparan yang berdasarkan pertimbangan civitas,

    aktifitas dan respon terhadap alam. Objek Banjar Abian Base sendiri telah diterapkan

    pertimbangan iklim, topografi, geologi, dan penggunaan material sekitar. Adaptasi

    bangunan bale banjar sendiri dapat dilihat dari pendirian masa bangunan yang

    terpisah sehingga dapat meningkatkan aksen perbedaan fungsi ruang maupun

    pengguna dari ruangan tersebut. Konsep bataran diterapkan pada setiap masa

    bangunan yang ada mengingat daerah Bali merupakan iklim tropis basah sehingga

    kadar air dalam tanah cukup tinggi bataran ini sendiri merupakan antisipasi respon

    terhadap alam agar mencegah civitas merasa tidak nyaman terhadap letak site Banjar

    Abianbase. Site pada daerah kuta juga menambah dasar pertimbangan rawan banjir

    sehingga dilaksanakan peninggian tanah 50cm dari ketinggian jalan raya (aspal).

    Lanskap penghijauan bangunan merupakan salah satu daya dukung agar air

    yang terdapat akibat hujan tidak langsung terlewatkan karena dapat disimpan pada

    tanah dari lanskap. Material yang digunakan telah mencerminkan self design yaitu

    Penerapan konsep bataran

    sebagai aksen pembatasruang & mencegah

    tampiasan air mengenai

    elemen bawah ban unan

    Penerapan batu koral sebagai

    transisi antara cucuran air hujan

    yang turun menuju tanah

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    29/34

    29

    Penerapan batuan ekspose sebagai

    representasi material sekitar

    Penerapan lanskap sebagaipenyejuk dan penyerap air

    Gambar : Lanskap Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

    Gambar : Lanskap dan Bangunan Banjar AbianbaseSumber : Dokumen Observasi

    penggunaan batu bulit ekspose pada lanskap bangunan, penerapan kayu pada sesaka

    dan upper struktur, batu bata merah yang mencirikan khas material lokal diterapkan

    pada setiap bangunan Banjar.

    .

    4.1.5 Ecotones

    Prinsip ekologi arsitektur yaitu menjaga keseimbangan dengan alam, hemat

    energy dan bahan baku, bangunan ini memiliki nilai yang cukup baik. Hal ini terlihat

    dengan bukaan bangunan yang membuat adanya biasan sinar yang masuk kedalam

    bangunan secara alami dan udara yang bersirkulasi dengan bebas sehingga kesehatan

    didalam bangunan dapat terjaga. Hal ini akan berdampak besar pada penghematanenergy dalam prinsip keseimbangan alam ekologi.

    Konsep natah yang digunakan merupakan penerapan keseimbangan antara

    bangunan dengan ruang terbuka atau lanskap, perpaduan dari hal tersebut

    menimbulkan hal yang tidak terkesan penuh dengan bangunan dan

    mempertimbangkan faktor iklim tropis basah yang memiliki musim penghujan dan

    kemarau, lanskap sangat berfungsi sebagai penyejuk dan penyimpan air yang

    berlebihan pada musim penghujan.

    Konsep Natah sebagaikeseimbangan alam antara

    bangunan dengan lanskap

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    30/34

    30

    Penerapan Bahan Ijuk(Material Lokal)

    Penerapan Bahan Batu Bata(Material Lokal)

    Gambar : Bale Kulkul Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

    Gambar : Wantilan Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

    Penerapan Bahan Genteng(Material Lokal)

    Material bangunan terbilang cukup baik dalam hal penghematan. Dengan

    menggunakan bata merah sebagai bahan utama bangunan yang terbilang cukup

    familiar dengan bangunan arsitektur Bali, batu bata merah menjadi bahan yang mudah

    ditemukan dan memiliki nilai tradisi dan budaya khususnya pada daerah Bali.

    Penggunaan material ijuk sebagai penutup atap bale kulkul dan genteng sebagai

    penutup atap bangunan utama memberikan kemudahan dalam pencarian dan

    persiapan bahan baku ketika perancangan.

    Ornamen dan dekorasi ukiran patung yang cukup banyak guna memberikan

    estetika dan nilai tradisi dan budaya pada bangunan ini memberikan nilai kurang pada

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    31/34

    31

    Ornamen keseimbangan alam

    yang menggambarkan

    suasana hutan belantara

    berbahan Paras JogjaOrnamen keseimbangan alam

    Penjaga hutan belantara

    berbahan Paras Jogja

    Gambar : Proses Finishing Bale Banjar

    Sumber : Dokumen Arsip Kelian Banjar

    penghematan bahan baku dari bangunan ini namun sisi ini kita dapat kaitkan dengan

    tampilan keseimbangan alam berupa hutan dan penjaga hutan belantara dalam

    arsitektur Bali.

    4.1.6 Biodiversity

    Biodiversity merupakan keanekaragaman spesies yang terdapat pada lokal

    setempat. Hubungan ini berdampak pada bangunan yang dirancang. Bale banjar

    merupakan sebuah wadah guna kegiatan sosial baik gotong royong, adat istiadat,

    maupun upacara keagamaan. Lanskap yang baik merupakan hal yang mendukung

    keanekaragaman dapat dilestarikan keberadaanya. Tumbuhan yang berada pada site

    Banjar Abianbase memiliki sisi ekologis didalam penerapan vegetasi yang berguna

    terhadap civitas dan keanekaragaman hayati. Upacara keagamaan dalam masyarakatHindu di Bali menggunakan sarana prasarana yang identik dengan bunga, bunga ini

    merupakan hal yang penting sehingga didalam suatu site tentunya dibutuhkan vegetasi

    guna pendukung dari upacara keagamaan tersebut.

    Vegetasi yang kami lihat pada Banjar Abianbase berasal dari lokal setempat.

    Memiliki multi fungsi baik segi penghijauan dan penggunaan dalam upacara

    keagamaan :

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    32/34

    32

    Gambar : Vegetasi Banjar Abianbase

    Sumber : Dokumen Observasi

    Pohon Jepun

    Tanaman PlaTanaman Plawa

    Tanaman Pucuk

    Rejuna

    Pohon jepun merupakan, menghasilkan bunga jepun yang dapat digunakan sebagai

    sarana persembahyangan

    Tanaman pucuk rejuna, menghasilkan bunga pucuk rejuna yang digunakan sebagai

    sarana mengias pelinggih pada padmasana Tanaman plawa merupakan tanaman yang pohon dan rantingnya dapat digunakan

    sebagai sarana penghias penjor dan daun dari plawa digunakan sebagai alternatif

    Pohon nangka yang buahnya dapat digunakan sebagai bahan makanan lawar untuk

    acara memasak bersama pada kegiatan banjar.

    Pohon mangga yang buahnya dapat dimakan dan daunnya dapat digunakan sebagai

    bahan sarana banten (porosan)

    Vegetasi yang cukup banyak dan didukung oleh pohon manga dan pohon

    nangka sebagai perindang akan mendukung keanekaragaman baik vegetasi maupun

    burungburung lokal setempat khusunya pada pagi hari burung dapat hinggap pada

    pohon perindang dan berkicau. Hal ini merupakan dampak positif pada daerah kuta

    yang penuh dengan bangunan layaknya perkotaan.

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    33/34

    33

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Simpulan

    Mendesain dengan alam adalah salah satu konsep perencanaan desain ekologi

    yang menjadikan alam sebagai fokus utama rancangan. Suatu desain tidak seharusnya

    meniadakan kepentingan alam, namun sebaliknya desain dan alam harus saling

    menunjang kebutuhan satu sama lainnya. Desain yang baik adalah desain yang tidak

    merusak alam atau bahkan meningkatkan mutu alam sekitar. Hal-hal yang menjadi

    sub konsep mendesain dengan alam, antara lain :

    a. Bekerjasama dengan alam

    b. Waste equals food

    c. Active Landscape

    d.

    Self-design

    e. Ecotones

    f. Biodiversity

    Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan aspek mendesain dengan

    alam sebagai kajian pustaka, dapat ditarik kesimpulan bahwa Banjar Abianbase initelah mengedepankan aspek desain dengan alam dan merupakan salah satu bangunan

    yang dapat dikatakan memiliki nilai ekologis.

    5.2 Saran

    Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan antara lain :

    1. Penerapan bekerjasama dengan alam bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti

    memulai melakukan kegiatan water treatment plantpada area pribadi (hunian).

    2. Mendesain dengan alam bukan semata-mata kegiatan mendesain pada lahan

    kosong. Namun sebaliknya, mendesain dengan alam harus bisa meningkatkan

    mutu lahan terbangun yang sebelumnya tidak merespon keadaan alam. Sehingga

    ruang terbuka hijau tidak semakin menyusut karena kebutuhan manusia akan

    papan.

  • 7/24/2019 Ekologi Sistematika 5 Bab

    34/34

    DAFTAR PUSTAKA

    ____. Arsitektur Tropis. https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/ (5 Oktober 2015

    16:11)____. Bangunan Antartika. http://materiarsitektur.blogspot.co.id/2014/05/bangunan-

    antartika.html (5 Oktober 2015 16:11)

    Aningtyas. 2001. Tesis Pemanfaatan Limbah Bangunan Beton Sebagai Bahan Semen

    Alternatif, Universitas Gadjah Mada

    Cowan, Stuart dan Van der Ryn. 2007. Ecological Design :10th Anniversay Edition (hal.

    125-164)

    Hakim, Rustan. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap : edisi kedua. PT BumiAksara : Jakarta

    McDonough, William. 1998. Waste Equals Food Our Future and the Making of Things

    Journals