BAB II TINJUAN PUSTAKA 1. Definisi Eklampsia Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklamsia yang disusul dengan koma. Kejang pada penderita eklampsia tidak terjadi akibat dari kelainan neurologik dan pasien sebelumnya telah menunjukkan gejala-gejala pre eklampsia. 4 Eklampsia termasuk dalam Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), yaitu komplikasi kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema, proteinuria, atau keduanya. 4,5 Batasan yang dipakai The Committee on Terminology of the American College of Obstetrics and Gynecology (1972) adalah sebagai berikut : 1. HD sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan kehamilan : a. Pre-eklamsia Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau edema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan, bahkan setelah 24 jam post partum. 3 1.Hipertensi onset baru 3
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
1. Definisi Eklampsia
Eklampsia adalah timbulnya kejang pada penderita pre-eklamsia yang
disusul dengan koma. Kejang pada penderita eklampsia tidak terjadi akibat
dari kelainan neurologik dan pasien sebelumnya telah menunjukkan gejala-
gejala pre eklampsia.4
Eklampsia termasuk dalam Hipertensi Dalam Kehamilan (HDK), yaitu
komplikasi kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu yang ditandai dengan
timbulnya hipertensi, disertai salah satu dari : edema, proteinuria, atau
keduanya.4,5
Batasan yang dipakai The Committee on Terminology of the American
College of Obstetrics and Gynecology (1972) adalah sebagai berikut :
1. HD sebagai penyulit yang berhubungan langsung dengan kehamilan :
a. Pre-eklamsia
Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau
edema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan, bahkan setelah 24 jam post partum.3
1. Hipertensi onset baru
Tekanan darah yang menetap ≥ 140 / 90 mmHg pada ibu yang
sebelumnya memiliki tekanan darah normal. Pengukuran tekanan
darah pertama dilakukan setelah istirahat duduk 10 menit.
Pengukuran tekanan darah ini harus dilakukan sekurang-kurangnya
2 kali dengan selang waktu 6 jam dan ibu dalam keadaan istirahat.
2. Proteinuria signifikan onset baru
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin yang
kadarnya melebihi 0.3 gram/liter dalam 24 jam atau pemeriksaan
kualitatif menunjukkan 1+ atau 2+ atau 1 gram/liter atau lebih
dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter atau midstream yang
diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam
3
3. Edema nondependent onset baru
Akumulasi cairan ekstra vaskuler secara menyeluruh, dengan
kriteria :
a. Adanya pitting edema di daerah pretibia, dinding abdomen,
lumbosakral, wajah dan tangan setelah bangun pagi.
b. Kenaikan berat badan melebihi 500 gram/minggu atau 2000
gr/bulan atau 13 kg/seluruh kehamilan.
b. Eklampsia
Ialah timbulnya kejang pada penderita pre-eklamsia yang disusul
dengan koma. Kejang ini bukan akibat dari kelainan neurologik.
2. HDK sebagai penyulit yang tidak berhubungan langsung dengan
kehamilan :
Hipertensi kronik.
Hipertensi yang menetap oleh sebab apapun, yang ditemukan pada umur
kehamilan kurang dari 20 minggu, atau hipertensi yang menetap setelah 6
minggu pasca persalinan.4
3. Superimposed preeklamsia / eklamsia
Ialah timbulnya pre-eklamsia atau eklamsia pada hipertensi kronik.
lalah hipertensi dalam kehamilan pada wanita yang tekanan darahnya
normal sebelum hamil dan tidak mempunyai gejala-gejala hipertensi
kronik atau pre-eklamsia atau eklamsia. Gejala ini akan hilang setelah 10
hari pasca persalinan.4
4
Gambar 1 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan1
2. Epidemiologi Eklampsia
Eklampsia umumnya terjadi pada wanita kulit berwarna, nulipara, dan
golongan sosial ekonomi rendah. Insiden tertinggi pada usia remaja atau awal
20-an, tetapi prevalensinya meningkat pada wanita diatas 35 tahun.
Eklampsia jarang terjadi pada usia kehamilan dibawah 20 minggu, dapat
meningkat pada kehamilan mola. 4,5
Insiden eklampsia secara keseluruhan relatif stabil, 4-5 kasus /10.000
kelahiran hidup di negara maju. Di negara berkembang, insiden bervariasi
luas antara 6-100/ 10.000 kelahiran hidup.4,5
Frekuensi eklampsia bervariasi antara satu negara dengan negara yang
lain. Frekuensi rendah pada umumnya merupakan petunjuk tentang adanya
pengawasan antenatal yang baik, penyediaan tempat tidur antenatal yang
cukup, dan penanganan preeklampsia yang sempurna. Di negara-negara
berkembang frekuensi eklampsia berkisar antara 0,3% - 0,7%, sedangkan di
negara-negara maju angka tersebut lebih kecil, yaitu 0,05% - 0,1%.4,5
3. Faktor Risiko Eklampsia
a. Primigravida atau nullipara, terutama pada umur reproduksi ekstrem, yaitu
remaja < 20 tahun dan umur 35 tahun ke atas.
b. Multigravida dengan kondisi klinis :
a) Kehamilan ganda dan hidrops fetalis.
5
b) Penyakit vaskuler termasuk hipertensi esensial kronik dan diabetes
mellitus.
c) Penyakit-penyakit ginjal.
c. Hiperplasentosis :
a) Molahidatidosa,kehamilan ganda, hidrops fetalis, bayi besar, diabetes
mellitus.
d. Riwayat keluarga pernah pre-eklamsia atau eklamsia.
e. Obesitas dan hidramnion.
f. Gizi yang kurang dan anemi.
g. Kasus-kasus dengan kadar asam urat yang tinggi, defisiensi kalsium,
defisiensi asam lemak tidak jenuh, kurang antioksidan.5,6
4. Etiologi Eklampsia
Penyebab eklampsia sampai saat ini masih belum diketahui secara
pasti. Beberapa faktor yang berkaitan dengan terjadinya preeklampsia -
eklampsia adalah :
1. Faktor Imunologik
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan jarang timbul
lagi pada kehamilan berikutnya. Secara Imunologik dijelaskan bahwa pada
kehamilan pertama terdapat pembentukan “Blocking Antibodies” terhadap
antigen plasenta tidak sempurna, sehingga timbul respons imun yang tidak
menguntungkan terhadap Histikompatibilitas Plasenta. Pada kehamilan
berikutnya, pembentukan “Blocking Antibodies” akan lebih banyak akibat
respos imunitas pada kehamilan sebelumnya, seperti respons imunisasi.6
Fierlie FM (1992) mendapatkan beberapa data yang mendukung
adanya sistem imun pada penderita Preeklampsia-Eklampsia :
a) Beberapa wanita dengan Preeklampsia-Eklampsia mempunyai
komplek imun dalam serum.
b) Beberapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi system komplemen
pada Preeklampsia-Eklampsia diikuti dengan proteinuri.
Stirat (1986) menyimpulkan meskipun ada beberapa pendapat
menyebutkan bahwa sistem imun humoral dan aktivasi komplemen terjadi
6
pada Preeklampsia-Eklampsia, tetapi tidak ada bukti bahwa sistem
imunologi bisa menyebabkan Preeklampsia-Eklampsia.2
2. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pada Preeklampsia-Eklampsia didapatkan kerusakan pada endotel
vaskuler, sehingga terjadi penurunan produksi prostasiklin (PGI 2) yang
pada kehamilan normal meningkat, aktivasi penggumpalan dan
fibrinolisis, yang kemudian akan diganti trombin dan plasmin. Trombin
akan mengkonsumsi antitrombin III, sehingga terjadi deposit fibrin.
Aktivasi trombosit menyebabkan pelepasan tromboksan (TXA2) dan
serotonin, sehingga terjadi vasospasme dan kerusakan endotel.5
3. Faktor Trofoblast
Semakin banyak jumlah trofoblast semakin besar kemungkinan
terjadinya Preeklampsia. Ini terlihat pada kehamilan Gemeli dan
Molahidatidosa. Teori ini didukung pula dengan adanya kenyataan bahwa
keadaan preeklampsia membaik setelah plasenta lahir.6
4. Faktor Hormonal
Penurunan hormon Progesteron menyebabkan penurunan Aldosteron
antagonis, sehingga menimbulkan kenaikan relative Aldosteron yang
menyebabkan retensi air dan natrium, sehingga terjadi Hipertensi dan
Edema.2
5. Faktor Genetik
Menurut Chesley dan Cooper (1986) bahwa Preeklampsia / eklampsia
bersifat diturunkan melalui gen resesif tunggal.2 Beberapa bukti yang
menunjukkan peran faktor genetic pada kejadian Preeklampsia-Eklampsia
antara lain:
a) Preeklampsia hanya terjadi pada manusia.
b) Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekwensi Preeklampsia-
Eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita Preeklampsia-
Eklampsia.
c) Kecendrungan meningkatnya frekuensi Preeklampsia-Eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat Preeklampsia-Eklampsia dan
bukan pada ipar mereka.5
7
6. Faktor Gizi
Menurut Chesley (1978) bahwa faktor nutrisi yang kurang
mengandung asam lemak essensial terutama asam Arachidonat sebagai
precursor sintesis Prostaglandin akan menyebabkan “Loss Angiotensin
Refraktoriness” yang memicu terjadinya preeklampsia.6
5. Kriteria Diagnostik Eklampsia
Diagnosis eklampsia dapat ditegakkan dari gambaran klinik, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium. Eklampsia ditandai oleh gejala
preeklampsia berat dan kejang
a. Kejang dapat terjadi dengan tidak tergantung pada beratnya hipertensi
b. Kejang bersifat tonik-klonik, menyerupai kejang pada epilepsy grand mal
c. Koma terjadi setelah kejang dan dapat berlangsung lama (beberapa jam).3
Dari pemeriksaan preeklampsia dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan
yaitu;
1. Pre-eklampsia Ringan
a. Tekanan darah > 140/90 mmHg atau tekanan darah sistolik naik > 30
mmHg atau kenaikan tekanan darah diastolik > 15 mmHg tetapi <
160/110 mmHg.
b. Edema dan / atau
c. Proteinuria, setelah kehamilan 20 minggu.
2. Pre-eklampsia Berat
Temuan Laboratoriumpeningkatan tekanan darah yang berat ( ≥ 160/110 mmHg pada 2 kali pengukuran dengan jarak setidaknya 6 jam) dan tidak dalam keadaan his.