Page 1
PROPOSAL COR-PRENEURSHIP PROJECT
EFISIENSI KEMASAN UNTUK MENURUNKAN KOMPLAIN
Oleh
Arman Mauludfi, G000804 (PPIC)
Susilawati, G000105 (QA & QC)
Rizky Caesaria Puspasari, G000218 (QA)
Hendry Riston Sinaga, G000323 (RnD Spec. Packaging)
Ahmad Fauzi, G001711 (Bussiness Technology)
Andinie Nur Asnah, G000207 (Prod Planner Cok G)
Happy Handayani Abimanyu, G000078 (Prod Planner Powder)
Kurniadi Maruf, G002379 (Produksi Coklat)
Dedi Ismanto, G001229 (Produksi Powder)
Amir Hamzah, G001525 (Warehouse PM)
2020
PT. GANDUM MAS KENCANA
Page 2
PERIODE PROJECT 17 Maret – 17 September 2020
BUDGET Rp. 100.000.000,-
TEAM
Ketua Arman Mauludfi, G00804 PPIC
Anggota Susilawati, G000105 QA & QC
R. Caesaria P,G000218 QA
Hendry Riston Sinaga, G000323 Spec. Packaging
Ahmad Fauzi, G001711 Buss. Tech
Andinie Nur Asnah, G000207 Prod Planner G
Happy Handayani Abimanyu,G000078 Prod Planner D
Kurniadi Maruf, G002379 Produksi
Dedi Ismanto, G001229 Produksi
Amir Hamzah, G001525 Warehouse
Fasilitator Johny Internal Auditor
Page 3
HALAMAN PERSETUJUAN
Cor-preneurship project disetujui Oleh Team Management :
NO NAMA POSITION TTD DATE NOTE
Page 4
Bab I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kemasan merupakan salah satu komponen penting yang harus diperhatikan dalam industri
makanan. Teknik pengemasan, dan pemilihan jenis kemasan merupakan factor yang
mempengaruhi suatu kemasan untuk memberikan perlindungan yang optimal pada suatu
produk. Sehingga, produk tersebut tetap dalam kondisi baik sampai masa kadaluarsa yang sudah
ditentukan. Bahan dan desain yang digunakan dalam pengemasan produk pangan tergantung
pada karakteristik produk yang akan dikemas. PT Gandum Mas Kencana sebagai salah satu
industry makanan pengolahan coklat dan powder menggunakan berbagai jenis kemasan seperti
alumunium foil, plastik, karton dengan berbagai turunan dan variasinya.
Penggunaan kemasan meningkat seiring dengan meningkatnya kapasitas produksi, hal
tersebut menyebabkan biaya pembelian kemasan bertambah. Sebagai contoh, pada tahun 2018
dan 2019 kapasitas produksi PT Gandum Mas Kencana berturut-turut yaitu sebesar 19.117 an
ton, dan 20.561 an ton, membutuhkan biaya pembelian untuk kemasan sebesar Rp 44,5 M pada
tahun 2018 serta Rp 48,68 M di tahun 2019.
Menurut data yang dihimpun oleh PPIC terdapat ketidaksesuaian yang signifikan antara
produk yang dihasilkan (Finished Good) dengan kemasan yang terpakai. Sebagai contoh, pada
bulan Januari 2019, bahwa terdapat kemasan yang tidak terpakai yang menyebabkan kerugian
perusahaan yang terdeteksi sebesar Rp 188.213.000 di Bulan Januari 2020. Selain menyebabkan
alokasi biaya produksi untuk pembelian kemasan yang tidak efisien, masalah ini juga memberikan
efek berkelanjutan berupa sampah kemasan tidak terpakai dan berkontribusi terhadap
pencemaran lingkungan
Page 5
Selain penggunaan kemasan yang belum efisien dan tidak terdata dengan baik, terdapat
beberapa komplain pelanggan yang berkenaan dengan kemasan. Pada tahun 2019, terjadi 39
komplain terkait kemasan di antaranya adalah karena kemasan bocor/rusak 21 kasus, isi produk
tidak sesuai kemasan 5 kasus (lihat tabel 1.1).
Tabel 1.1 Pareto Komplain packaging isseue
Komplain terkait kemasan menjadi komplain ekternal terbesar setelah komplain quality yang
merugikan perusahaan sebesar Rp 47.439.000. di tahun 2019.Namun dilihat dari jumlah
complain maka issue kemasan ini ada di peringkat pertama ( lihat Tabel 1.2)
Tabel 1.2 Pareto customer complain 2019
Page 6
Jika diidentifikasi lebih lanjut , Hipotesa dua masalah di atas pada dasarnya terjadi karena
factor External dan Internal.Faktor External tersebut adalah kemasan yang masuk dari supplier
belum sepenuhnya melalui pengechekan yang bisa memberikan jaminan kualitas karena masih
keterbatasan alat.Sedangkan factor internal adalah dari belum adanya manajemen yang baik
dalam proses pengemasan serta pengetahuan hasil kemas yang baik.Hal ini terlihat dari tingginya
selisih antara rilis kemasan oleh PPIC dengan kemasan yang digunakan oleh produksi . Adapun
berbagai factor, yaitu : tidak ada system yang memudahkan evaluasi penggunaan kemasan, tidak
adanya pendataan detail berupa jumlah kemasan rusak dan jumlah kemasan terpakai per Batch
Number (BN), serta belum adanya system informasi terintegrasi untuk memudahkan proses
request stamping. Kondisi tersebut membuat operator produksi tidak disiplin dalam
menggunakan kemasan dan akhirnya menyebabkan banyak kemasan terbuang.
Berdasarkan permasalahan tersebut, scope project yg kita pilih adalah perlu dilakukan upaya
manajerial kemasan yang baik dengan cara pembuatan standarisasi yield kemasan tiap BN
(Rendemen PM) dg membuat report analisa PM Waste jika melebihi batas standar kemudian di
lanjutkan dengan analisa Potensi Masalah.
B. TUJUAN PROJECT
1. Untuk Menekan Pemborosan Kemasan yang saat ini nilainya lumayan tinggi sekitar
200 juta/bulan atau 2,4 M setahun.
2. Untuk mengurangi komplain Pelanggan atas kualitas produk yg diterima karena
problem kemasan.
C. MANFAAT PROJECT
1. Efisiensi Kemasan yang dilakukan akan memberikan cost saving bagi perusahaan
sehingga pada akhirnya berkontribusi pada Harga yg kompetitif.
2. “Value” Perusahaan akan meningkat dibenak konsumen sebagai perusahaan yang
memberikan kepuasan yang menyenangkan dengan kualitas produk yang baik dan
harga yang layak.
Page 7
BAB II. STRATEGIC ANALYSYS
Untuk menjalankan project ini, secara internal kita sudah ada sebuah system yang
terintegrasi yaitu AX serta akan dijalankannya system barcode sehingga penggunaan kemasan ini
bisa di telusuri secara tepat per BN yang merupakan kekuatan dari GMK. Secara komplit analisa
SWOT nya bisa dilihat pada tabel 2. 1 dibawah ini :
S (Strengths) W (Weakness) O (Opportunities) T (Threats) Implementasi
ERP berupa AX
Kemampuan Operator yang berbeda
Jenis Kemasan yg banyak variannya sehingga mesin kemas berbeda
Potensi Pasar yang labelnya semakin customized
Tuntutan Kepuasan pelanggan yang semakin tinggi
Banyaknya Kompetitor yang sejenis
Tabel 2.1 SWOT Analysis
Dari Analisa SWOT diatas, agar efisiensi kemasan tercapai ada beberapa strategic option yaitu :
PLAN A : Efisiensi kemasan untuk menurun komplain dg monitoring Rendemen Kemasan
PLAN B : Tidak melakukan Analisa Rendemen Kemasan ( current Condition ).
Page 8
BAB III. RISK ANALYSIS
Dari SWOT Analysis pada Bab sebelumnya serta resiko yg mungkin muncul apabila
strategic option “A” dilakukan, maka kami mencoba untuk melakukan mapping Pro dan Kontra
sbb :
PRO KONTRA CONSUMER NEED (CUSTOM LABEL) HARGA JUAL MAKIN KOMPETITIF (
COST SAVING) INTANGIBLE VALUE PERUSAHAAN
SBG PERUSAHAAN YG CONCERN TERHDP KUALITAS
PERFORMANCE MESIN KEMAS TERMONITOR DG BAIK
POTENSI SALAH YG CUKUP BESAR DARI PRODUK SAMA TAPI BEDA TKP
KEMAMPUAN OPERATOR YG BERBEDA
INVESTASI DILUAR CAPEX 2020 LT ENDED POR ID 4XXXX
BERTAMBAH
TABEL 3.1 Mapping Pro & kontra
Selanjutnya dari Pro dan Kontra tersebut kami melakukan analisa parameter dan pembobotan
untuk menentukan apakah bisa atau tidak strategic option yang dipilih tersebut akan dilanjukan
Dengan syarat minimal passing gradenya adalah 3 (tiga).
NO DESCRIPTION KRITERIA BOBOT NILAI GRADE
1 Consumer Need (Custom Label) 1 low…….5 High 20% 5 1
2 Harga Jual Bagus 1 low…….5 High 15% 4 0.6
3 Intagible Value 1 low…….5 High 15% 4 0.6
4 Performance mesin kemas
termonitor
1 low…….5 High 10% 4 0.4
5 Potensi Salah yg cukup besar 1 High…….5 Low 10% 4 0.4
6 Kemampuan operator yg
berbeda
1 High…….5 Low 5% 4 0.2
7 Investasi diluar CAPEX 2020 1 High…….5 Low 20% 2 0.2
8 LT Ended Bertambah 1 High…….5 Low 5% 3 0.15
TOTAL 100% 3.55
Tabel 3.2 Penilaian Pro & Kontra
Page 9
Dari penilaian pemboboton seperti pada tabel 3.2 diatas didapat nilai lebih besar dari minimum
passing grade yaitu 3.55 sehingga strategic option ini tetap kami jalankan.
Selanjutnya kami melakukan mitigasi kontra dari Efisinesi Kemasan Menurunkan
complain ini sebagai berikut :
“ Memberikan pertimbangan ke TOP MGMT untuk menerbitkan Surat Rekomendasi yang isinya
menginstruksikan ke semua lini Produksi ( Cok K, Cok G, Pwd, & INCA) melakukan pencatatan
secara manual untuk kemasan yang dibuang dan disebutkan penyebabnya”, kemudian
menyerahterimakan ke warehouse.
Hal ini dilakukan karena strategic option yang dipilih adalah sebuah “Habbit” baru di GMK dan
akan memudahkan analisa penyebab masalah selama project ini dilakukan karena selama ini
pencatatan tersebut tidak dilakukan sehingga terjadi Loss data Reject kemasan.
Page 10
BAB IV. DECISION MAKING
Terkait data dari internal yang selama ini belum ada, maka kami melakukan analisa data
external dari Customer complain dan hipotesanya adalah problem kemasan reject yg tidak
terdeteksi di internal akan tertangkap di external yaitu customer. Dan aktifitas yang dilakukan
terkait strategic option yang dipilih meliputi sbb :
NoFaktor
DominanWhere When Who Budget
1
WHS
01 Jun 020
sd Sept
2020 Amir
1. 80 jt
2 SOP01-Apr-20
Cessa, Susi & H
Riston
2.
3
4 POR
15-Apr-20Acong, Makruf,
Arman, Fauzi
2 jt
1 Melakukan pengemasan Sesuai PORRelease POR Jun 2020
(after TKP
online)
1
2 POR15-Apr-20
2
2
3
20 jt
01-Apr-20
01 Jun 020
sd Sept
2020
How How MuchWhy What
1
Cell Racking Setelah Stamping
Melakukan stamping sesuai TKP
dengan dibantu Panduan yang
langsung bisa dilihat dg jelas
TKP Online dg system Barcode
Evaluasi Standarisasi Prosedur
Kemasan
Standarisasi Prosedur dan
Evaluasi Mutu Kemasan
Membuat Report PM Yield dan
Analisanya
Membuat kategorisasi pengechekan
mesin O & T
Identitas
Packaging
tidak sesuai
Agar Produk
yang diterima
konsumen tidak
ada kebocoran
dan tidak ada
Kemasan yang
dibuang
Ruang
Stamping
Arman, Dini,
Happy, Acong,
Ma'ruf & Fauzi
MENURUNKAN
PEMBOROSAN
KEMASAN
SEBESAR 90% &
CUSTOMER
COMPLAIN
TERKAIT
KEMASAN
SEBESAR 50%
Melakukan Sealing dg baik dg
terlebih dahulu cek kondisi Mesin
Mesin
Seealing
Ended POR ID 4xxxx dg rendemen
kemasan max 1 %, bila lebih wajib
dilampiri penyebab
Acong, Makruf
Membuat Report PM Yield &
Analisanya
Melakukan Test Kebocoran saat
menerima kemasan dari supplier
Beli Alat Deteksi kebocoran yg
akan digunakan saat sampling
incoming
Packaging
Label Tidak
sesuai isi
Packaging
Bocor
Arman, Dini,
Happy, Acong,
Ma'ruf & FauziEnded POR ID 4xxxx dg rendemen
kemasan max 1 %, bila lebih wajib
R