Top Banner
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 20 No. 2 Juli 2020: 174–196 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 174 Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi bagi Produsen dan Konsumen di Indonesia Eectiveness of Central Bank Credibility on Inflation for Producers and Consumers in Indonesia Rakhmat Prabowo a,* , & Mohamad Ikhsan a a Program Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia [diterima: 14 Januari 2019 — disetujui: 17 Oktober 2019 — terbit daring: 1 Juni 2020] Abstract This study is intended to explain the impact of central bank credibility on inflation in Indonesia at the producer and consumer level. In this study, Central Bank Credibility is measured using an index with values between 0 (zero credibility) and 1 (perfect credibility). Generalized Method of Moments (GMM) method is used to analyze the impact of central bank credibility on inflation. Based on the results, central bank credibility can reduce inflation on both producer and consumer price. Central bank credibility is more sensitive towards producer price index compared to Gross Domestic Product (GDP) deflator and wholesale price index while at the consumer level, central bank credibility is more sensitive towards core inflation compared to headline inflation. Keywords: inflation; producer side inflation; consumer side inflation; expected inflation; central bank credibility Abstrak Penelitian ini menjelaskan dampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi di Indonesia. Dampak kredibilitas Bank Sentral dianalisis pada tingkat produsen maupun konsumen. Untuk mengukur kredibilitas Bank Sentral, penelitian ini menggunakan indeks kredibilitas bernilai 0 (zero credibility) hingga 1 (perfect credibility). Metode Generalized Method of Moments (GMM) digunakan untuk menganalisis dampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi. Berdasarkan hasil empiris, kredibilitas Bank Sentral cenderung lebih memengaruhi inflasi pada Indeks Harga Produsen (IHP) dibandingkan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) dan deflator Produk Domestik Bruto (PDB). Kredibilitas Bank Sentral lebih memengaruhi inflasi inti dibandingkan dengan inflasi umum. Dari hasil empiris diketahui bahwa kredibilitas Bank Sentral lebih memengaruhi inflasi pada sisi produsen dibandingkan konsumen. Kata kunci: inflasi; inflasi harga produsen; inflasi harga konsumen; ekspektasi inflasi; kredibilitas Bank Sentral Kode Klasifikasi JEL: E31; E52; E58 Pendahuluan Literatur ekonomi, baik secara teoretis maupun empiris, menunjukkan bahwa kunci sukses imple- mentasi kebijakan moneter yang efektif sangat ter- gantung pada ekspektasi pelaku ekonomi: apa yang pelaku ekonomi percaya akan apa yang akan terjadi di masa mendatang dan kepercayaan pelaku ekono- mi terhadap Bank Sentral. Dengan kata lain, mantra * Alamat Korespondensi: Kav. DKI Blok 79/15, Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat. E-mail: [email protected]. kata “kredibilitas Bank Sentral” menjadi sangat pen- ting dalam menentukan apakah Bank Sentral dapat menerapkan suatu kebijakan moneter secara efektif (Demertzis et al., 2009; Daviga dan G ¨ urkaynak, 2015; Roubini, 2016). Ketika pelaku ekonomi memiliki kepercayaan (trust) pada kemampuan Bank Sentral- nya dalam menjalankan misi stabilitas harga, Bank Sentral tidak memerlukan “kerja keras” untuk men- capai sasarannya. Sebaliknya, ketika Bank Sentral tidak memiliki kredibilitas, maka Bank Sentral ha- rus melakukan kebijakan moneter yang lebih agresif JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196
23

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Nov 18, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 20 No. 2 Juli 2020: 174–196

p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280174

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi bagi Produsen danKonsumen di Indonesia

Effectiveness of Central Bank Credibility on Inflation for Producers andConsumers in Indonesia

Rakhmat Prabowoa,∗, & Mohamad Ikhsana

aProgram Pascasarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia

[diterima: 14 Januari 2019 — disetujui: 17 Oktober 2019 — terbit daring: 1 Juni 2020]

Abstract

This study is intended to explain the impact of central bank credibility on inflation in Indonesia at the producerand consumer level. In this study, Central Bank Credibility is measured using an index with values between 0 (zerocredibility) and 1 (perfect credibility). Generalized Method of Moments (GMM) method is used to analyze the impact ofcentral bank credibility on inflation. Based on the results, central bank credibility can reduce inflation on both producerand consumer price. Central bank credibility is more sensitive towards producer price index compared to Gross DomesticProduct (GDP) deflator and wholesale price index while at the consumer level, central bank credibility is more sensitivetowards core inflation compared to headline inflation.Keywords: inflation; producer side inflation; consumer side inflation; expected inflation; central bank credibility

AbstrakPenelitian ini menjelaskan dampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi di Indonesia. Dampakkredibilitas Bank Sentral dianalisis pada tingkat produsen maupun konsumen. Untuk mengukur kredibilitasBank Sentral, penelitian ini menggunakan indeks kredibilitas bernilai 0 (zero credibility) hingga 1 (perfectcredibility). Metode Generalized Method of Moments (GMM) digunakan untuk menganalisis dampak kredibilitasBank Sentral terhadap inflasi. Berdasarkan hasil empiris, kredibilitas Bank Sentral cenderung lebihmemengaruhi inflasi pada Indeks Harga Produsen (IHP) dibandingkan Indeks Harga Perdagangan Besar(IHPB) dan deflator Produk Domestik Bruto (PDB). Kredibilitas Bank Sentral lebih memengaruhi inflasi intidibandingkan dengan inflasi umum. Dari hasil empiris diketahui bahwa kredibilitas Bank Sentral lebihmemengaruhi inflasi pada sisi produsen dibandingkan konsumen.Kata kunci: inflasi; inflasi harga produsen; inflasi harga konsumen; ekspektasi inflasi; kredibilitas Bank Sentral

Kode Klasifikasi JEL: E31; E52; E58

Pendahuluan

Literatur ekonomi, baik secara teoretis maupunempiris, menunjukkan bahwa kunci sukses imple-mentasi kebijakan moneter yang efektif sangat ter-gantung pada ekspektasi pelaku ekonomi: apa yangpelaku ekonomi percaya akan apa yang akan terjadidi masa mendatang dan kepercayaan pelaku ekono-mi terhadap Bank Sentral. Dengan kata lain, mantra

∗Alamat Korespondensi: Kav. DKI Blok 79/15, Meruya Utara,Kembangan, Jakarta Barat. E-mail: [email protected].

kata “kredibilitas Bank Sentral” menjadi sangat pen-ting dalam menentukan apakah Bank Sentral dapatmenerapkan suatu kebijakan moneter secara efektif(Demertzis et al., 2009; Daviga dan Gurkaynak, 2015;Roubini, 2016). Ketika pelaku ekonomi memilikikepercayaan (trust) pada kemampuan Bank Sentral-nya dalam menjalankan misi stabilitas harga, BankSentral tidak memerlukan “kerja keras” untuk men-capai sasarannya. Sebaliknya, ketika Bank Sentraltidak memiliki kredibilitas, maka Bank Sentral ha-rus melakukan kebijakan moneter yang lebih agresif

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 2: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 175

untuk mencapai tujuan stabilisasi harga tersebut1.Literatur menunjukkan dalam periode ketidak-

pastian variabel kredibilitas Bank Sentral lebih sen-sitif dalam memengaruhi kemampuan Bank Sentraldalam mengendalikan harga. Demertzis et al. (2009)menyatakan bahwa kredibilitas Bank Sentral makinpenting dalam periode ketidakpastian yang tinggi.Hal ini berkaitan dengan kepercayaan pelaku pa-sar terhadap Bank Sentral dalam mengendalikankebijakan moneter dalam periode ketidakpastian.Dalam periode ketidakpastian yang tinggi, pelakuekonomi berubah menjadi ekstra hati-hati dalammengambil keputusan. Pelaku ekonomi cenderunglebih pasif dan bermain aman dalam bertindak ataumengambil keputusan, untuk itu diperlukan BankSentral yang kredibel agar dapat meredam risikoketidakpastian tersebut.

Tabel 1 menunjukkan beberapa statistik perio-de inflasi di US, UK, dan Indonesia. BerdasarkanTabel 1 terlihat bahwa inflasi yang lebih rendah cen-derung dicapai pada periode ketika Bank Sentraltransparan dengan arah kebijakan moneternya, yai-tu pada penerapan inflation targeting framework (ITF).Berdasarkan tabel tersebut juga terlihat bahwa pe-nerapan ITF juga berkontribusi meredam inflasiyang berfluktuatif pada periode sebelumnya.

Pascaperiode krisis 1997–1998, dalam upaya pe-mulihan stabilitas ekonomi, kebijakan moneter diIndonesia diarahkan untuk mengendalikan likuidi-tas di pasar uang. Transmisi kebijakan moneter ter-sebut memerlukan tenggat waktu sehingga kebijak-an moneter yang dirumuskan oleh Bank Indonesiaharus bersifat forward looking sehingga dalam pene-rapannya kredibilitas Bank Indonesia memegangperanan yang cukup besar. Salah satu upaya untukmeningkatkan kredibilitas Bank Indonesia dilaku-kan dengan menerapkan kebijakan ITF. Bordo dan

1Mencapai stabilisasi harga bukan tanpa biaya. Biaya disinfla-si minimal akan terjadi dalam jangka pendek berupa penurunanlaju pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek. Jika kebijak-an tersebut tidak efektif dalam jangka panjang, perekonomiandapat terjebak stagflasi, yaitu kontraksi pertumbuhan ekonominamun dengan inflasi tetap tinggi.

Siklos (2017) menyatakan bahwa kredibilitas BankSentral di beberapa negara berkembang mening-kat seiring dengan penerapan kebijakan inflationtargeting yang berasosiasi dengan komunikasi dantransparansi kebijakan dengan stakeholder terkait.Sehingga, dengan mengadopsi kebijakan tersebutkredibilitas Bank Indonesia diharapkan dapat di-tingkatkan.

Beberapa kajian empiris lainnya menyebutkanbahwa Bank Sentral yang kredibel memberikanmanfaat yang positif bagi perekonomian. Bebera-pa manfaat positif dari Bank Sentral yang kredibeldi antaranya performa makroekonomi yang lebihbaik (Cecchetti dan Krause, 2002), penurunan pass-through nilai tukar (de Mendonca dan Tostes, 2015;de Mendonca dan Tiberto, 2017), transmisi kebi-jakan moneter yang lebih efektif (Blinder, 2000),dan inflasi yang rendah dan stabil (Mishkin danSchmidt-Hebbel, 2007). Hal ini disebabkan BankSentral yang kredibel dapat meyakinkan pelakuusaha bahwa target inflasi yang diumumkan da-pat tercapai sehingga ekspektasi inflasi dan aktualinflasi dapat konvergen pada target inflasi yangditerapkan Bank Sentral. Hal ini dapat tercapaidikarenakan keputusan pelaku usaha untuk ber-investasi dan penentuan kontrak upah nominalakan menyesuaikan dengan target inflasi yang di-umumkan oleh Bank Sentral (Warjiyo dan Juhro,2018).

Pengalaman Indonesia selama satu dekade pene-rapan inflation targeting menunjukkan masih terda-pat deviasi yang cukup besar antara realisasi inflasidan target inflasi Bank Indonesia (lihat Gambar1). Salah satu penyebabnya diduga terkait denganpenerapan kebijakan Bank Indonesia belum sepe-nuhnya kredibel2. Berdasarkan Gambar 1, terlihatbahwa pada tahun-tahun tertentu Bank Indonesiagagal dalam mencapai target inflasinya, hal tersebut

2Deviasi antara realisasi dan target inflasi diduga disebabkanpenyesuaian inflasi administrasi (administered price) seperti ke-naikan harga bahan bakar minyak (bbm) pada tahun 2005 dan2012.

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 3: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...176

Tabel 1: Inflasi dan Ekspektasi Beberapa Negara Sebelum dan Sesudah Penerapan Inflation Targeting

United States United Kingdom IndonesiaYear Inflation EXP Inflation Year Inflation EXP Inflation Year Inflation EXP Inflation

Pre ITF 2005 3.4 3.03 1986 3.43 4.45 1998 58.45 27.542006 3.2 3.30 1987 4.15 4.37 1999 20.48 23.532007 2.8 2.35 1988 4.16 5.53 2000 3.69 11.892008 3.8 1.95 1989 5.76 6.36 2001 11.50 8.462009 -0.4 2.05 1990 8.06 6.47 2002 11.90 9.062010 1.6 1.63 1991 7.46 5.67 2003 6.76 8.792011 3.2 2.10 1992 4.59 4.21 2004 6.06 9.10

Post ITF 2012 2.1 2.10 1993 2.56 3.02 2005 10.45 9.012013 1.5 1.33 1994 2.22 2.58 2006 13.11 10.052014 1.6 1.13 1995 2.70 2.49 2007 6.41 8.532015 0.1 1.28 1996 2.85 2.39 2008 10.23 6.542016 1.3 1.48 1997 2.20 2.16 2009 4.39 6.282017 2.1 1.93 1998 1.82 1.92 2010 5.13 4.962018 2.4 2.25 1999 1.75 1.79 2011 5.36 5.25

Pre ITF Variance 2.13 0.37 3.19 0.91 364.71 64.14Post ITF Variance 0.58 0.20 0.18 0.18 11.29 3.88

Sumber: World Development Indicator, World Bank, tahun 2005–2018

terutama terjadi pada periode awal penerapan infla-tion targeting, akan tetapi pada periode penerapantarget inflasi deviasi inflasi tersebut menurun, kecu-ali pada beberapa periode di saat terdapat tekananpada inflasi yang disebabkan oleh supply shock.

Walaupun terdapat dugaan bahwa BankIndonesia belum sepenuhnya kredibel, akan teta-pi usaha Bank Indonesia untuk membangun kre-dibilitas dan konsistensi dalam tugasnya menja-ga inflasi berdampak positif bagi perekonomian,khususnya stabilitas harga. Berdasarkan Gambar1, terlihat bahwa tingkat inflasi aktual dalam tigatahun terakhir cenderung stabil dan berada dalamrentang target inflasi Bank Indonesia. KonsistensiBank Indonesia dalam pelaksanaan kebijakannyauntuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil jugaterlihat dari preferensi yang simetri antara inflasidengan outputgap3. Rahmahdian dan Warjiyo (2013)mendeteksi perilaku preferensi yang asimetris anta-ra inflasi dengan outputgap sebelum independensi

3Preferensi simetri antara inflasi dengan outputgap meng-gambarkan preferensi kebijakan yang lebih dipilih Bank Sentraladalah sama dan tidak ada bias kebijakan antara disinflasi ma-upun pertumbuhan ekonomi. Rahmahdian dan Warjiyo (2013)menyatakan bahwa sebelum penerapan inflation targeting, BankIndonesia cenderung lebih memilih kebijakan meningkatkanpertumbuhan ekonomi dan mengurangi pengangguran (output-gap bias). Akan tetapi, setelah penerapan inflation targeting bias,kebijakan tersebut tidak lagi terlihat.

Bank Indonesia. Preferensi asimetris tersebut dapatterlihat dari penerapan kebijakan moneter BankIndonesia yang cenderung mengutamakan kebijak-an mampu mengurangi outputgap. Namun, setelahindependensi Bank Indonesia, preferensi asimetristersebut tidak lagi terlihat.

Mengingat keuntungan dari Bank Sentral yangkredibel tersebut, maka dibutuhkan Bank Sentralyang kredibel dalam manajemen inflasi di suatunegara, terutama di tengah kondisi yang penuhketidakpastian. Kebijakan moneter yang kredibeldiharapkan menjadi suatu instrumen yang dapatmengatasi fluktuasi laju inflasi yang diakibatkanoleh gejolak eksternal ataupun guncangan pada sisipenawaran dan diharapkan dengan Bank Sentralyang kredibel stabilitas harga dapat terjaga. Dengandasar tersebut, maka kredibilitas Bank Indonesiaharus terus ditingkatkan mengingat makin tinggi-nya risiko ketidakpastian global pada periode yangakan datang.

Penelitian-penelitian terdahulu –sepengetahuanpenulis– umumnya mengaitkan kredibilitas BankSentral dan perilaku pelaku ekonomi secara agregat.Indikator inflasi yang digunakan umumnya adalahIndeks Harga Konsumen (IHK) yang lebih meng-gambarkan perilaku konsumen. “Responsiveness”

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 4: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 177

Gambar 1: Aktual Inflasi dan Target Inflasi 2005–2017Sumber: Bank Indonesia Tahun 2000–2017

dari produsen yang ditunjukkan melalui IndeksHarga Perdagangan Besar (IHPB) atau Indeks Har-ga Produsen (IHP) mungkin akan berbeda denganperilaku dari konsumen. Hubungan harga dengankonsumen pun berbeda. Mengabaikan faktor eks-pektasi dan intertemporal consumption, secara umum,konsumen akan merespons negatif setiap kenaik-an harga, sementara produsen akan menganggapkenaikan harga sebagai insentif untuk menentu-kan volume produksinya. Arah yang berbeda initentu akan mempunyai dampak terhadap ketang-gapan kredibilitas Bank Sentral terhadap indeksharga yang digunakan. Belum lagi persoalan in-tensitas penggunaan informasi harga dan ekonomiserta pengetahuan ekonomi (economic knowledge)yang berbeda antara konsumen dan produsen yangdiduga akan memberikan pengaruh terhadap hu-bungan antara indeks harga yang digunakan dankredibilitas Bank Sentral. Penelitian ini, di sampingmengulangi model terdahulu yang mengaitkan kre-dibilitas dengan indeks harga tertentu, mencobamelakukan eksplorasi terhadap penggunaan indeksharga yang lain seperti deflator Produk DomestikBruto (PDB), IHPB, dan IHP dalam kaitannya de-ngan kredibilitas dari Bank Sentral.

Berdasarkan penjelasan singkat tersebut, makaterdapat tiga pertanyaan utama yang mendasaridilakukannya penelitian ini. Pertanyaan pertama

menitikberatkan pada dampak kredibilitas banksentral terhadap inflasi dengan menggunakan datadeflator PDB, IHP, dan IHPB sebagai proksi hargaprodusen. Pada bagian ini, fokus penulis terletakpada dampak kredibilitas bank sentral terhadapinflasi pada tiga indeks harga tersebut (deflatorPDB, IHP, dan IHPB). Indeks harga tersebut diguna-kan untuk melihat sensitivitas dampak kredibilitasBank Sentral terhadap inflasi pada masing-masingindeks harga. Pertanyaan kedua menitikberatkanpada dampak kredibilitas bank sentral terhadapinflasi harga konsumen. Fokus penulis pada bagianini terletak pada dampak kredibilitas bank sentralterhadap inflasi dengan menggunakan proksi da-ta indeks harga konsumen dan inflasi inti. Hal inidilakukan untuk melihat perbedaan sensitivitasdampak kredibilitas bank sentral terhadap inflasipada kedua indeks harga konsumen tersebut. Per-tanyaan ketiga menitikberatkan pada perbedaansensitivitas dampak kredibilitas bank sentral terha-dap inflasi dari sisi produsen dan konsumen. Fokuspenulis pada bagian ini terletak pada sensitivitasdampak kredibilitas bank sentral terhadap inflasidari sisi produsen dan konsumen. Dugaan awalpenulis bahwa inflation uncertainty yang disebabkanoleh tidak kredibelnya bank sentral akan lebih me-mengaruhi ekspektasi pelaku usaha dibandingkandengan konsumen.

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 5: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...178

Struktur penulisan pada penelitian ini terdiri da-ri lima bagian. Bagian pertama merupakan latarbelakang yang mendasari dan memotivasi penulisdalam memilih topik penelitian ini. Bagian keduamembahas penelitian-penelitian sebelumnya yangtelah dilakukan terkait dengan topik penelitian ini.Bagian ketiga menjelaskan bagaimana metode em-piris yang dilakukan penulis untuk menjawab per-tanyaan dari penelitian ini. Bagian keempat berisihasil penelitian dan analisis empiris dari penelitianini, sementara bagian terakhir dari penelitian iniberisikan kesimpulan dan implikasi kebijakan bagipemangku kepentingan terkait.

Tinjauan Literatur

Tanuwidjaja dan Choy (2006) meneliti mengenaidampak kredibilitas Bank Sentral terhadap prosesdisinflasi di Indonesia menggunakan small scalemacroeconomic model. Tanuwidjaja dan Choy (2006)melakukan simulasi kredibilitas Bank Sentral padapersamaan Kurva Phillips dengan tiga simulasi,yaitu ketika Bank Sentral diasumsikan zero credibi-lity, 50% kredibel, dan perfectly credible. Penelitiantersebut dilakukan dengan periode observasi tahun1983:Q1 hingga 2003:Q4. Hasil dari penelitian terse-but menyatakan bahwa ketika Bank Sentral tidakkredibel, maka memerlukan waktu yang lama bagiinflasi untuk mencapai targetnya. Ketika tingkatkredibilitas Bank Sentral diasumsikan sebesar 50%,maka dibutuhkan waktu selama 15 kuartal bagiinflasi untuk dapat konvergen pada target infla-sinya. Jika kredibilitas Bank Sentral sepenuhnyakredibel, maka inflasi membutuhkan waktu selama12 kuartal untuk mencapai targetnya.

Penelitian Tanuwidjaja dan Choy (2006) menggu-nakan sampel observasi pada masa Bank Sentralbelum independen yang akan menyebabkan penye-suaian inflasi terhadap kondisi keseimbangannyamenjadi lebih lambat. Hal ini disebabkan pada peri-ode tersebut terdapat krisis serta persistensi inflasi

yang masih tinggi. Selain itu, pada periode terse-but konsistensi Bank Sentral dalam menjaga inflasijuga masih diragukan sebagai akibat Bank Sentralyang belum sepenuhnya independen. KredibilitasBank Sentral pada penelitian tersebut juga dibentukmelalui tiga simulasi dengan asumsi kredibilitasBank Sentral bernilai 0; 0,5; dan 1. Pengukurankredibilitas Bank Sentral pada penelitian tersebuttidak dilakukan dengan mengukur perkembanganekspektasi inflasi pelaku usaha ataupun konsumenterhadap target inflasi Bank Sentral. Hal ini akansangat berbeda dengan kondisi sesungguhnya dilapangan, bahwa ekspektasi kredibel atau tidak-nya Bank Sentral akan dipengaruhi oleh ekspektasimasyarakat akan kondisi perekonomian. Kredibi-litas Bank Sentral akan menjadi berfluktuasi sei-ring dengan perkembangan ekspektasi masyarakat.Perbedaan indeks kredibilitas tersebut dapat me-nyebabkan perbedaan dampak kredibilitas BankSentral terhadap inflasi.

Rahmahdian dan Warjiyo (2013) meneliti menge-nai dampak kebijakan moneter luar negeri terhadapkebijakan moneter Indonesia dengan menggunakanmodel Vector Auto Regression (VAR). Hasil penelitiantersebut menyatakan bahwa sebelum periode inde-pendensi Bank Sentral terdapat preferensi asimetriskebijakan moneter Bank Indonesia terhadap inflasidan output gap yang mengindikasikan adanya ma-salah konsistensi Bank Sentral dalam menerapkankebijakan moneternya. Akan tetapi, hal tersebuttidak lagi terdeteksi pascaindependensi Bank Sen-tral.

Dalam penelitiannya, Rahmahdian dan Warjiyo(2013) tidak memasukkan variabel kredibilitas BankSentral, sedangkan pengukuran kredibel atau ti-daknya Bank Sentral akan lebih tepat digunakanjika menggunakan ekspektasi inflasi masyarakatterhadap target inflasinya. Dengan menggunakanparameter kredibilitas Bank Sentral, perkembanganekspektasi inflasi masyarakat terhadap target infla-si dapat diobsevasi. Minella et al. (2003), Kara dan

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 6: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 179

Ogunc (2008), dan Correa dan Minella (2010) berar-gumen bahwa fluktuasi nilai tukar dan konstruksikebijakan moneter yang kredibel merupakan duatantangan utama Bank Sentral dalam penerapanITF pada negara berkembang. Hal ini dikarenakandepresiasi nilai tukar dapat mendistorsi ekspektasiinflasi yang dapat menyebabkan gagalnya aktualinflasi memenuhi target inflasi Bank Sentral. Berda-sarkan argumen tersebut, walaupun time inconsis-tency pada kebijakan moneter Bank Sentral sudahtidak lagi terlihat, akan tetapi supply shock maupunexternal shock dapat menyebabkan deviasi aktual in-flasi dengan target inflasi Bank Sentral yang cukupbesar yang dapat memengaruhi ekspektasi masya-rakat terhadap kredibilitas Bank Sentral. Walaupuntime inconsistency pada kebijakan moneter Bank Sen-tral sudah tidak terlihat, akan tetapi masyarakatdapat berekspektasi bahwa Bank Sentral tersebutbelum tentu kredibel sepenuhnya.

Harmanta et al. (2011) meneliti mengenai kebi-jakan penargetan inflasi pada Bank Sentral yangbelum sepenuhnya kredibel. Dalam penelitiannya,Harmanta et al. (2011) menganalisis dampak kre-dibilitas Bank Sentral pada penerapan kebijakanpenargetan inflasi di Indonesia. Hasil penelitiannyamenyatakan bahwa ekspektasi inflasi agen ekono-mi sangat dipengaruhi oleh kredibilitas kebijakanmoneter. Makin kredibel kebijakan moneter, makincepat ekspektasi inflasi terjangkar pada target in-flasinya. Kredibilitas kebijakan moneter yang baikjuga dapat meningkatkan efisiensi dari transmisikebijakan moneter. Namun, Harmanta et al. (2011)meneliti dampak kredibilitas Bank Sentral hanyadari sisi konsumen, sementara Bank Sentral yangtidak kredibel dapat meningkatkan ketidakpastianinflasi yang lebih memengaruhi produsen daripadakonsumen sehingga dengan menggunakan datainflasi secara umum dan tidak mempertimbang-kan dampak terhadap sisi produsen, maka dampakkredibilitas Bank Sentral terhadap proses disinfla-si diduga menjadi underestimate. Dengan meneliti

dampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasidi sisi produsen dan konsumen, maka penelitian inidapat memberikan pandangan lain mengenai dam-pak kredibilitas Bank Sentral terhadap ekspektasiinflasi dari sisi konsumen maupun pelaku usaha.

Hakim et al. (2013) meneliti mengenai dampakkredibilitas Bank Sentral terhadap persistensi infla-si di Indonesia. Dalam penelitiannya, Hakim et al.(2013) menyatakan bahwa pada masa penerapankredibilitas inflation targeting lite variable kredibilitastidak memiliki dampak yang signifikan terhadappersistensi inflasi, sementara pada penerapan fullfledged inflation targeting variable kredibilitas BankSentral memiliki pengaruh yang signifikan dalammengurangi persistensi inflasi. Hakim et al. (2013)meneliti dampak kredibilitas Bank Sentral terhadappersistensi inflasi hanya dengan menggunakan satujenis data, yaitu data inflasi (IHK) sementara dam-pak kredibilitas Bank Sentral dapat berbeda padakonsumen (diwakili oleh IHK) dengan produsen.

Beberapa kajian-kajian yang telah disebutkan diatas, sebagian besar menggunakan pendekatan kur-va Philips sebagai model dasar dalam menyusunmodel empirisnya. Kurva Phillips menggambar-kan trade off yang terjadi antara inflasi dengan peng-angguran yang berimplikasi pada pertumbuhanekonomi. Penulis menilai model tersebut relevandengan topik yang dibahas pada penelitian ini,yaitu trade off yang harus dipilih oleh bank sentralakibat memilih suatu kebijakan di atas kebijakanlainnya (memilih antara stabilisasi harga denganpengangguran maupun pertumbuhan ekonomi).Atas dasar tersebut, model empiris pada penelitianini dikembangkan dari persamaan kurva Phillips.

Ada beberapa asumsi yang mendasari kurvaPhilllips di antaranya yaitu ekspektasi adapatif danekspektasi rasional yang selanjutnya akan dibahaspada subbab berikutnya.

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 7: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...180

Ekspektasi Adaptif, Ekspektasi Rasional,dan New Keynesian Phillips Curve

Asumsi mendasar pada Kurva Phillips adalah ma-syarakat membentuk ekspektasi inflasinya padaperiode mendatang didasarkan pada level inflasiyang terjadi pada periode ini. Sebagai contoh, ma-syarakat akan berpikir bahwa inflasi yang akanterjadi pada periode yang akan datang akan memi-liki nilai yang sama dengan inflasi saat ini. Secaramatematis, ekspektasi adaptif dapat ditulis sebagaiberikut.

πe = πt−1 (1)

dengan πe adalah ekspektasi inflasi dan πt−1 adalahinflasi satu periode sebelumnya.

Pendekatan lain dalam membentuk ekspektasiadalah dengan mengasumsikan individu atau agenekonomi memiliki ekspektasi yang rasional. PadaKurva Phillips dijelaskan bahwa inflasi akan dipe-ngaruhi oleh ekspektasi inflasi yang terbentuk dariperilaku individu dalam membentuk ekspektasinya.Ekspektasi rasional mengasumsikan bahwa indivi-du secara optimal menggunakan semua informasiyang memungkinkan (Mankiw, 2009), termasuk in-formasi mengenai kebijakan terkini dan yang akandatang. Dalam kaitannya dengan kredibilitas BankSentral, ekspektasi rasional akan membuat agenekonomi menyusun perkiraan akan inflasi padaperiode yang akan datang dengan menggunakansemua informasi yang ada mengenai faktor-faktoryang memengaruhi inflasi pada periode sekarang,termasuk kredibilitas kebijakan moneter. Dengandasar tersebut, maka berubahnya kredibilitas BankSentral maupun perubahan kebijakan moneter akanmenyebabkan perubahan pada ekspektasi inflasi.Dalam penelitian ini, ekspektasi inflasi menggu-nakan model ekspektasi yang dikembangkan olehTakhtamanova (2008) yang mana ekspektasi inflasidiasumsikan mendekati rasional, secara matematis

dapat ditulis sebagai berikut:

πe = απT + (1 − α)πt−1 (2)

dengan πe adalah ekspektasi inflasi; α adalah kre-dibilitas Bank Sentral; πT adalah target inflasi; danπt−1 adalah inflasi satu periode sebelumnya.

Persamaan (2) menyatakan bahwa pembentuk-an ekspektasi tidak hanya didasarkan pada infla-si pada masa lalu, akan tetapi juga mempertim-bangkan tingkat kredibilitas Bank Sentral. Lebihlanjut, Takhtamanova (2008) mengembangkan NewKeynesian Phillips Curve yang diderivasi dari har-ga optimal perusahaan asing dan domestik sertamenggabungkan asumsi ekspektasi inflasi padaPersamaan (3). Secara matematis, New KeynesianPhillips Curve yang dikembangkan Takhtamanova(2008) dapat ditulis dalam persamaan sebagai beri-kut:

(3)πt = [α − (1 − α) k1ω]πT + (1 − α) (1 − k1ω)πt−1

+δk1

1 − δ

(yt − yN

t

)−µδk2

1 − δ∆et

πt = k1ω(πT− πt−1

)+ πt−1 +

δk1

1 − δ

(yt − yN

t

)−µδk2

1 − δ∆et +

[(πT− πt−1

)− k1ω

(πT− πt−1

)]α

(4)

dengan πt adalah inflasi pada periode t; α adalahkredibilitas Bank Sentral; k1 adalah derajat rigiditasharga riil; ω adalah komitmen Bank Sentral terha-dap disinflasi; πt adalah target inflasi; πt−1 adalahinflasi pada periode sebelumnya; δ adalah fraksiflexible price firms; yt adalah output aktual; yN

t ada-lah output potensial; µ adalah derajat keterbukaanekonomi; k2 adalah exchange rate pass-through real;dan ∆et adalah perubahan nilai tukar.

Persamaan (4) dapat disusun ulang menjadi ben-tuk berikut:

(5)πt = β0 + β1πt−1 + β2

(yt − yN

t

)− β3∆et + β4α

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 8: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 181

dengan:

β0 = k1ω�πT− πt−1

�β2 = δk1

1−δ

β3 =µδk2

1−δ

β4 =��πT− πt−1

�− k1ω

�πT− πt−1

��

Persamaan (5) merupakan model dasar untukmengukur dampak kredibilitas Bank Sentral terha-dap inflasi di Indonesia.

Metode

Penelitian ini bermaksud mengkaji dampak kredi-bilitas bank sentral terhadap inflasi pada sisi produ-sen maupun konsumen. Variabel kredibilitas banksentral menjadi topik utama dalam penelitian ini.Dalam menyusun variabel kredibilitas bank sen-tral penulis menghitung deviasi ekspektasi inflasidengan target inflasi yang ditetapkan bank sentral.

Guna mengkaji dampak kredibilitas bank sentralterhadap inflasi pada sisi produsen penulis meng-gunakan data deflator PDB, IHPB, serta IHP, semen-tara pada sisi konsumen, penulis menggunakandata IHK dan inflasi inti. Deflator PDB, IHPB, danIHP digunakan agar perbedaan sensitivitas dampakkredibilitas bank sentral pada masing-masing in-deks harga tersebut dapat terlihat. Sementara, IHKdan inflasi inti digunakan untuk melihat dampakkredibilitas bank sentral di masing-masing indeksharga tersebut.

Mengacu Persamaan (4) pada Tinjauan Litera-tur, small open economy new Keynesian Phillips curvedigunakan sebagai dasar model untuk menyusunmodel empiris dalam penelitian ini. Berdasarkanhal tersebut, maka variabel-variabel yang akan di-gunakan dalam penelitian ini meliputi kredibilitasbank sentral, outputgap, serta nilai tukar.

Pengukuran Kredibilitas Bank Sentral

Kredibilitas Bank Sentral didefinisikan sebagai ni-lai absolut dari deviasi antara rencana pembuat

kebijakan dengan kepercayaan publik terhadap ren-cana tersebut. Definisi lainnya menurut Svensson(2000), kredibilitas dapat diukur dari selisih antaraekspektasi inflasi dengan target inflasinya.

Tabel 2: Formula Penghitungan Indeks Kredibilitas BankSentral

Nilai Indeks Formula Kondisi

0 < Cred < 1 1 − |πe−πT|

πT |πe− πT

|< πT

0 0 |πe− πT

|> πT

Sumber: Valentin dan Rozalia (2008) dan Harmanta et al. (2011)Keterangan: Cred adalah indeks kredibilitas;

πe adalah ekspektasi inflasi;πT adalah target inflasi;dan πUp adalah batas atas inflasi.

Kredibilitas Bank Sentral pada penelitian ini dihi-tung dengan metode yang digunakan oleh Valentindan Rozalia (2008) yang mengukur perbedaan an-tara ekspektasi dan target inflasi dalam suatu in-deks kredibilitas. Indeks kredibilitas tersebut mem-fokuskan pada kemampuan Bank Sentral untukmengarahkan ekspektasi inflasi kepada target in-flasi atau pada toleransi intervalnya. KredibilitasBank Sentral akan bernilai di antara 0 hingga 1,yang mana kredibilitas Bank Sentral mendekati 1ketika ekspektasi inflasi mendekati target inflasiyang ditetapkan Bank Sentral dan kredibilitas BankSentral bernilai 0 jika ekspektasi inflasi lebih tinggidua kali lipat dari target inflasi yang ditetapkanBank Sentral. Secara matematis, pengukuran indekskredibilitas Bank Sentral dapat dinyatakan padaTabel 2.

Pengukuran Outputgap

Penelitian ini menggunakan variabel outputgap. Out-putgap merupakan selisih antara PDB aktual denganPDB potensialnya. Secara matematis, outputgap di-hitung dengan menggunakan perhitungan sepertiberikut.

outputgap =

�ya− yp

yp

× 100 (6)

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 9: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...182

dengan yp adalah PDB potensial dan ya adalah PDBaktual.

Sethi dan Acharya (2019) dalam penelitiannyamenyatakan bahwa PDB potensial dapat dihitungdengan menggunakan metode Hodrick Prescott filter(HP filter). Metode HP filter memisahkan antarasiklus (fluktuasi) pada PDB dengan tren pada PDBaktual.

Model Empiris

Mengacu pada Persamaan (4), untuk menganalisisdampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasidi Indonesia dapat digunakan model dasar sebagaiberikut:

(7)In f P,Kt = β0 + β1in f P,K

t−1 + β2Outputgapt

+ β3∆ext + β4Credt + εt

dengan in f P,Kt adalah tingkat inflasi produsen (P)

atau konsumen (K); in f P,Kt−1 adalah inflasi produsen

(P) atau konsumen (K) pada periode sebelumnya;Outputgapt adalah perbedaan antara PDB aktualdengan PDB potensial; ∆ext adalah perubahan ni-lai tukar riil efektif; Credt adalah kredibilitas BankSentral; dan εt adalah error terms.

Model tersebut akan dianalisis dengan meng-gunakan sampel observasi pada periode 2000:Q1–2017:Q4. Sampel tersebut diambil dengan pertim-bangan bahwa pada periode tersebut merupakanperiode awal independensi Bank Sentral dan perio-de awal penerapan penargetan inflasi. Pada periodetersebut terdapat perbedaan struktural Bank Sen-tral yang pada periode awal penerapan penargetaninflasi, yaitu Bank Sentral mengalami perubahanindependensi pada periode 2000:Q1–2004:Q4, yangsemula independen dalam menetapkan target infla-sinya (terjadi pada periode 2000:Q1–2004:Q4) men-jadi independen dalam memilih dan melaksanakaninstrumen kebijakan moneternya (terjadi pada peri-ode 2005:Q1–2017:Q4). Oleh karena itu, terdapatdugaan bahwa kredibilitas Bank Sentral memiliki

dampak yang berbeda pada dua periode tersebut.Untuk menganalisis perbedaan dampak tersebut,maka digunakan dummy tahun yang membeda-kan kedua periode tersebut dalam model empirisdi atas. Dengan mempertimbangkan hal tersebut,maka model empiris di atas dapat ditulis ulangmenjadi:

(8)In f P,Kt = β0 + β1in f P,K

t−1 + β2Outputgapt

+ β3∆ext + β4,idiCredt + εt

dengan in f P,Kt adalah tingkat inflasi produsen (P)

atau konsumen (K); in f P,Kt−1 adalah inflasi produsen

(P) atau konsumen (K) pada periode sebelumnya;Outputgapt adalah perbedaan antara PDB aktual de-ngan PDB potensial; ∆ext adalah perubahan nilai tu-kar riil efektif; Credt adalah kredibilitas Bank Sentral;di adalah dummy tahun; d1 adalah periode 2000:Q1–2004:Q4; d2 adalah periode 2005:Q1–2017:Q4; danεt adalah error terms.

Model empiris tersebut akan diestimasi meng-gunakan metode Generalized Method of Moments(GMM). Penggunaan metode tersebut didasarkanadanya pengaruh residu terhadap lag variabel de-penden.

Data

Penelitian ini menggunakan data inflasi umum(IHK), inflasi inti (core inflation), target inflasi, eks-pektasi inflasi, nilai tukar riil efektif, PDB atas dasarharga konstan, PDB atas dasar harga berlaku, IHP,dan IHPB. Data PDB atas dasar harga konstan jugadigunakan untuk menghitung PDB potensial yangdigunakan dalam penghitungan outputgap.

Periode observasi dipilih pada rentang waktutahun 2000:Q1–2017Q:4 yang pada periode terse-but Bank Indonesia telah independen dalam mene-tapkan kebijakan moneternya. Akan tetapi, BankIndonesia mengalami perubahan struktural yangpada awalnya independen dalam menetapkan in-strumen dan tujuan kebijakan (periode awal imple-

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 10: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 183

mentasi kebijakan target inflasi) menjadi indepen-den namun dengan berkomitmen untuk mencapaitingkat inflasi yang rendah dan stabil (periode im-plementasi kebijakan penargetan inflasi).

Untuk itu dalam tulisan ini, observasi dibagimenjadi dua bagian, yaitu pada awal penerapankebijakan target inflasi (2000:Q1–2004:Q4) dan pa-da periode implementasi kebijakan target inflasi(2005:Q1–2017:Q4). Secara umum, variabel-variabeldan data-data yang digunakan dalam penelitian iniditampilkan pada Tabel 3.

Hasil dan Analisis

Pada bab sebelumnya, dapat diketahui bahwa kre-dibilitas bank sentral memegang peranan pentingdalam pelaksanaan kebijakan moneter di suatunegara. Dalam upaya menjaga stabilitas perekono-mian, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untukmengendalikan lukuiditas di pasar uang. Akantetapi, transmisi kebijakan moneter tersebut mem-butuhkan tenggat waktu sehingga kebijakan banksentral haruslah bersifat forward looking. Agar banksentral dapat menghasilkan kebijakan yang bersifatforward looking, maka bank sentral haruslah dapatmenjaga dan mengarahkan ekspektasi tidak hanyapelaku usaha namun juga seluruh pemangku kepen-tingan terkait. Berkaitan dengan itu, bank sentralyang kredibel merupakan sebuah syarat yang harusdipenuhi agar bank sentral dapat melaksanakantugasnya untuk menjaga stabilitas perekonomiansuatu negara.

Pada bab ini, selain membahas mengenai dam-pak kredibilitas bank sentral terhadap inflasi, penu-lis juga bermaksud memberikan gambaran secaraumum bagaimana perkembangan kredibilitas banksentral dan inflasi di Indonesia. Dampak kredibi-litas bank sentral terhadap inflasi pada penelitianini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama ber-usaha melihat dampak kredibilitas bank sentralterhadap inflasi dengan menggunakan data defla-

tor PDB sebagai proksi kenaikan harga produksidi sisi produsen. Selain itu, data deflator PDB, IHP,dan IHPB digunakan untuk melihat sensitivitasdampak kredibilitas bank sentral terhadap inflasipada masing-masing indeks. Bagian kedua, dam-pak kredibilitas bank sentral terhadap inflasi akandianalisis dengan menggunakan data IHK sebagaiproksi kenaikan harga konsumen. Selain itu, pa-da bagian ini juga dilakukan perbandingan antaradata inflasi umum dengan inflasi inti, yang ber-tujuan untuk menganalisis perbedaan sensitivitasdampak kredibilitas bank sentral terhadap inflasipada masing-masing indeks. Pada bagian ketigadilakukan perbandingan sensitivitas dampak kre-dibilitas bank sentral terhadap inflasi, baik dari sisiprodusen (dengan proksi data deflator GDP) dansisi konsumen (dengan proksi data IHK).

Penggunaan data inflasi yang berbeda ini dimak-sudkan untuk melihat dampak variabel kredibilitasbank sentral terhadap inflasi secara berbeda. Padalevel harga produsen, ketidakpastian inflasi yang di-sebabkan oleh tidak kredibelnya bank sentral akanlebih memengaruhi ekspektasi inflasi pelaku usahadibandingkan dengan konsumen sehingga didu-ga terdapat perbedaan dampak kredibilitas banksentral pada sisi produsen dengan sisi konsumen.

Gambaran Umum Kredibilitas BankSentral dan Inflasi di Indonesia

Kredibilitas memegang peranan penting dalammenjaga kestabilan inflasi serta meningkatkan efek-tivitas mekanisme transmisi kebijakan moneter disuatu negara. Bank Sentral yang kredibel akan da-pat meyakinkan publik bahwa melalui penerapankebijakan, maka tujuan kebijakan akan dapat dica-pai dengan baik. Dengan dasar pemikiran tersebut,maka pelaku usaha akan menyesuaikan keputus-annya dalam menentukan kontrak upah nominal,serta seberapa besar investasi yang harus dilakukanoleh pelaku usaha sesuai dengan sasaran kebijak-an yang ingin dicapai Bank Sentral (target inflasi

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 11: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...184

Tabel 3: Variabel dan Sumber Data

Variabel Notasi Data Sumber DataEkspektasi Inflasi πe Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank IndonesiaTarget Inflasi πT Target Inflasi BI Bank IndonesiaKredibilitas Bank Sentral cred Ekspektasi Inflasi dan Target Inflasi Bank Indonesia (diolah)Outputgap Outputgapt PDB atas dasar harga konstan 2010 BPS (diolah)REER Reert Real Efective Exchange Rate CEIC, BISInflasi Umum (IHK) in fk Indeks Harga Konsumen BPSInflasi Inti (core inflation) Inflasi IntiDeflator PDB PDB atas dasar harga konstan dan PDB atas dasar

harga berlakuBPS (diolah)

IHP in fp Indeks Harga Produsen BPSIHPB Indeks Harga Perdagangan Besar BPS

Sumber: BPS, BI, dan BIS

yang ditetapkan). Hal ini akan memengaruhi eks-pektasi inflasi pelaku usaha sehingga ekspektasiinflasi pelaku usaha dapat ditekan dan diarahkanmenuju sasaran inflasi yang ditetapkan Bank Sen-tral. Sebaliknya, jika Bank Sentral tidak kredibel,maka pelaku usaha tidak memiliki keyakinan bah-wa Bank Sentral akan mencapai sasaran kebijakanyang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai bentukantisipasi, pelaku usaha akan menetapkan kontrakupah berdasarkan pada inflasi yang lebih tinggi da-ri target inflasi yang ditetapkan Bank Sentral. Padaakhirnya, ekspektasi inflasi pelaku usaha tersebutakan menyebabkan inflasi aktual yang lebih tinggidari target inflasi yang ditetapkan Bank Sentral.

Guna membangun Bank Sentral yang kredibel,independensi merupakan syarat yang harus dipe-nuhi oleh Bank Sentral. Agar sasaran inflasi yangditetapkan Bank Sentral dapat dipenuhi, maka BankSentral yang kredibel diperlukan dalam menerapk-an kebijakan-kebijakannya. Kredibilitas Bank Sen-tral yang baik diharapkan dapat menekan fluktuasiinflasi dan menjaga inflasi pada taraf yang dapat di-terima oleh pelaku usaha. Dalam kasus Indonesia,kredibilitas Bank Indonesia saat ini sudah jauhmengalami perkembangan dibandingkan dengankondisi Bank Sentral pada masa sebelum krisisekonomi 1997–1998, yang mana Bank Indonesiapada saat itu berada di bawah komando peme-rintah melalui dewan moneter. Pada periode ter-sebut, Bank Indonesia secara struktural memiliki

kewajiban untuk melaksanakan dan menyukseskanprogram-program pemerintah. Akibat dari tidak in-dependennya kebijakan Bank Indonesia pada masatersebut, Bank Indonesia sering kali tidak konsis-ten serta bias terhadap kebijakan tertentu dalampenerapan kebijakannya. Hal ini meningkatkan ri-siko ketidakpastian bagi pelaku usaha dan padaakhirnya berdampak pada tingginya inflasi.

Pada masa awal penerapan kebijakan target in-flasi, Bank Sentral independen dalam menerap-kan tujuan kebijakannya berupa target inflasi. Halini menimbulkan permasalahan, terutama karenadalam penetapan tujuan kebijakan berupa targetinflasi, Bank Indonesia dinilai tidak objektif. Se-bagai akibatnya, kebijakan yang diterapkan olehBank Sentral tidak didukung dan direspons seca-ra benar oleh pemangku kepentingan terkait, baikpelaku usaha maupun birokrasi sehingga inflasiaktual pada masa awal penerapan kebijakan targetinflasi sering kali menyimpang lebih tinggi daritarget yang ditetapkan Bank Sentral. Berdasarkanpengalaman tersebut, maka format independensiBank Indonesia diubah dari sebelumnya indepen-den dalam menerapkan tujuan kebijakan menjadiindependen dalam menggunakan instrumen kebi-jakan.

Berdasarkan penghitungan kredibilitas yang dihi-tung dengan metode yang digunakan oleh Valentindan Rozalia (2008), rata-rata kredibilitas BankIndonesia pada masa observasi berada pada kisaran

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 12: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 185

0,63, lebih tinggi dibandingkan dengan observasiyang dilakukan Harmanta et al. (2011) yang beradapada kisaran 0,5. Hal ini diduga disebabkan makinkonvergennya inflasi aktual terhadap target inflasi-nya sebagai akibat dari makin konsistennya BankSentral dalam menerapkan kebijakan moneternyauntuk mencapai inflasi yang rendah dan stabil.

Gambar 2 menunjukkan perkembangan kredibi-litas Bank Indonesia pada masa awal penerapanhingga masa implementasi kebijakan target inflasi.Berdasarkan Gambar 2, tampak terdapat fluktu-asi yang cukup besar dalam indeks kredibilitasBank Indonesia pada periode sebelum tahun 2008.Fluktuasi kredibilitas Bank Indonesia cenderunglebih stabil setelah periode 2008, sementara sebe-lum tahun 2008 indeks kredibilitas Bank Sentralcenderung berfluktuasi secara tajam. Gambaranini cukup menarik, mengingat pada periode 2008terdapat dua peristiwa penting, yaitu rendahnyamodal Bank Indonesia dibandingkan persyaratanyang ditetapkan dalam Undang-Undang (UU) No.23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia sebesar 10%dari seluruh kewajiban moneter yang dananya ber-asal dari cadangan umum maupun sumber lain.Peristiwa penting lainnya yang diduga memenga-ruhi pergerakan indeks kredibilitas Bank Indonesiayang berfluktuasi tajam tersebut, yaitu pada periodesebelum tahun 2008 terdapat dugaan tersangkut-nya sebagian besar anggota Dewan Gubernur BankIndonesia dalam kasus aliran dana Bank Indonesiakepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).Perkembangan setelah tahun 2008 juga dinilai cu-kup mengejutkan, terutama karena adanya skan-dal Bank Century yang seharusnya memengaruhikredibel atau tidaknya Bank Indonesia. Gambar3 menunjukkan perkembangan rasio kecukupanmodal Bank Indonesia dan indeks kredibilitas BankIndonesia. Undang-Undang No. 23 Tahun 1999menyatakan bahwa rasio modal Bank Indonesiaterhadap kewajiban moneternya sebesar 10%.

Gambar 3 menimbulkan dugaan bahwa rasio ke-

cukupan modal Bank Indonesia berasosiasi negatifdengan nilai indeks kredibilitasnya. Gambar 3 me-nunjukkan bahwa ketika gap antara rasio modalBank Indonesia terhadap ambang batas sesuai de-ngan UU Bank Indonesia besar pada saat yang samanilai indeks kredibilitas Bank Indonesia cenderungrendah dan sebaliknya, ketika gap rasio modal BankIndonesia terhadap ambang batas yang sesuai de-ngan UU Bank Indonesia rendah pada saat yangsama nilai indeks kredibilitas Bank Indonesia tinggi.

Berdasarkan laporan tahunan Bank Indonesiapada periode 2000–2017 tercatat hanya pada limaperiode rasio modal Bank Indonesia memenuhisyarat yang ditetapkan pada UU No. 23 Tahun1999 tersebut, yaitu pada tahun 2005, 2006, 2008,2015, dan 2016. Hal ini menimbulkan dugaan bah-wa salah satu yang menghambat perkembangankredibilitas Bank Indonesia adalah permasalahaninternal, seperti gagalnya Bank Indonesia meme-nuhi batas rasio kecukupan modalnya terhadapkewajiban moneternya seperti yang diamanatkanpada UU No. 23 Tahun 1999 sebesar 10% dari totalkewajiban moneter Bank Indonesia. Dari berbagaiperistiwa yang telah disebutkan sebelumnya, terda-pat dugaan bahwa berbagai permasalahan internalBank Indonesia memengaruhi ekspektasi pelakuusaha akan komitmen Bank Sentral dalam menjagainflasi yang rendah dan stabil.

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa perkem-bangan ekspektasi inflasi dari tahun ke tahun, teru-tama dalam tiga tahun terakhir makin terarah padainflasi aktual, sedangkan pada tabel sebelumnyaterlihat bahwa inflasi aktual makin terarah padarentang target inflasi yang ditetapkan Bank Sentral.Hal ini mengindikasikan bahwa Bank Indonesiacukup mampu mengarahkan ekspektasi inflasi pe-laku usaha, dan inflasi aktual menuju target inflasiyang ditetapkan oleh Bank Indonesia (ekspektasiinflasi dan inflasi aktual konvergen ke arah targetinflasinya). Hal ini menjadi pertanda makin me-

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 13: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...186

Gambar 2: Perkembangan Kredibilitas Bank IndonesiaSumber: Bank Indonesia Tahun 2000–2017 (diolah kembali oleh penulis)

Gambar 3: Perkembangan Rasio Modal Bank IndonesiaSumber: Bank Indonesia (2000–2017)

ningkatnya kepercayaan pelaku usaha bahwa BankSentral memiliki komitmen untuk mencapai targetinflasi yang sudah ditetapkan.

Dampak Kredibilitas Bank Sentralterhadap Inflasi

Pada subbab sebelumnya, dapat diketahui bahwakredibilitas Bank Sentral memegang peranan pen-ting dalam pelaksanaan kebijakan moneter di suatunegara. Dalam upaya menjaga stabilitas perekono-mian, kebijakan Bank Indonesia diarahkan untukmengendalikan likuiditas di pasar uang. Akan te-tapi, transmisi kebijakan moneter tersebut mem-butuhkan tenggat waktu sehingga kebijakan BankSentral haruslah bersifat forward looking. Agar BankSentral dapat menghasilkan kebijakan yang bersifat

forward looking, maka Bank Sentral haruslah dapatmenjaga dan mengarahkan ekspektasi, tidak hanyapelaku usaha namun juga seluruh pemangku kepen-tingan terkait. Berkaitan dengan itu, Bank Sentralyang kredibel merupakan sebuah syarat yang harusdipenuhi agar dapat melaksanakan tugasnya untukmenjaga stabilitas perekonomian suatu negara.

Pada subbab ini, dampak kredibilitas Bank Sen-tral terhadap inflasi dibagi menjadi dua bagian.Bagian pertama, berusaha melihat dampak kredibi-litas Bank Sentral terhadap inflasi dengan menggu-nakan data deflator PDB sebagai proksi kenaikanharga produksi di sisi produsen. Selain itu, data de-flator PDB, IHP, dan IHPB digunakan untuk melihatsensitivitas dampak kredibilitas Bank Sentral terha-dap inflasi pada masing-masing indeks. Sementara

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 14: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 187

Gambar 4: Perkembangan Ekspektasi dan Aktual InflasiSumber: Bank Indonesia Tahun 2003–2017

bagian kedua, dampak kredibilitas Bank Sentral ter-hadap inflasi akan dianalisis dengan menggunakandata IHK sebagai proksi kenaikan harga konsumen.Selain itu, pada bagian ini juga dilakukan perban-dingan antara data inflasi umum dengan inflasi inti,yang bertujuan untuk menganalisis perbedaan sen-sitivitas dampak kredibilitas Bank Sentral terhadapinflasi pada masing-masing indeks.

Penggunaan data inflasi yang berbeda ini dimak-sudkan untuk melihat dampak variabel kredibilitasBank Sentral terhadap inflasi secara berbeda. Padalevel harga produsen, ketidakpastian inflasi yang di-sebabkan oleh tidak kredibelnya Bank Sentral akanlebih memengaruhi ekspektasi inflasi pelaku usahadibandingkan dengan konsumen sehingga didu-ga terdapat perbedaan dampak kredibilitas BankSentral pada sisi produsen dengan sisi konsumen.

Dampak kredibilitas Bank Sentralterhadap Inflasi di Harga Produsen

Pada subbab ini akan dibahas lebih lanjut mengenaidampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasidi tingkat harga produsen. Berdasarkan metodologipengolahan yang sudah dijelaskan pada bab sebe-lumnya, dampak kredibilitas Bank Sentral terhadapinflasi diestimasi berdasarkan model dasar sebagai

berikut:

(9)∆in f Pt = β0 + β1∆in f P

t−1 + β2outputgapt−1

+ β3∆reert + β4,idikredibilitast + εt

Tabel 4: Dampak Kredibilitas Bank Sentral terhadapInflasi Deflator PDB

Regressor Koefisien SignifikanConstant 3,219 (0,00)***∆In ft−1 0,390 (0,00)***Outputgap 0,880 (0,00)***∆reer 0,027 (0,02)**d1 ∗ kredibility -2,293 (0,00)***d2 ∗ kredibility -2,967 (0,00)***R-squared 0,574Adj R-squared 0,540J-statistic 15,019Prob(J-statistic) 0,181

Sumber: Hasil Pengolahan PenulisKeterangan: Periode Observasi: 2000:Q1–2017:Q4;

*** signifikan pada taraf 1%;** signifikan pada taraf 5%

Variabel d1 dan d2 merupakan variabel dummytahun, yaitu variabel d1 periode awal penargetan in-flasi pada periode 2000:Q1–2004:Q4 dan variabel d2

periode implementasi penargetan inflasi pada peri-ode 2005:Q1–2017:Q4. Berdasarkan Tabel 4, variabelkredibilitas Bank Sentral berdampak negatif terha-dap inflasi deflator PDB, baik pada periode awalpenerapan kebijakan penargetan inflasi maupunpada periode implementasi kebijakan penargetan

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 15: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...188

inflasi. Akan tetapi, pada periode awal penerapanpenargetan inflasi, kredibilitas Bank Sentral me-miliki dampak terhadap inflasi yang cenderunglebih rendah dibandingkan dengan dampak kredi-bilitas Bank Sentral terhadap inflasi pada periodeimplementasi kebijakan penargetan inflasi (ditan-dai dengan nilai parameter dummy d2 sebesar -2,967yang lebih besar dari nilai parameter dummy d1

sebesar -2,293).

Dampak kredibilitas Bank Sentral yang lebih be-sar pada implementasi kebijakan penargetan inflasimenunjukkan bahwa makin tinggi capaian kredibi-litas Bank Sentral, akan menyebabkan makin besarinflasi yang dapat ditekan oleh Bank Sentral. Jikacapaian kredibilitas Bank Sentral meningkat sebesar1% dari nilai indeks kredibilitas Bank Sentral, makatekanan pada inflasi menurun sebesar 0,029% padaawal penerapan kebijakan target inflasi dan me-nurun sebesar 0,029% pada periode implementasikebijakan target inflasi.

Capaian kredibilitas ini ditandai dengan konver-gennya ekspektasi dan realisasi inflasi terhadaptarget inflasi. Pada awal penerapan kebijakan pe-nargetan inflasi, target inflasi yang ditetapkan olehBank Indonesia sering kali tidak tercapai dan devi-asi antara realisasi inflasi dengan target inflasinyasering kali terlampau tinggi. Berdasarkan data yangdiperoleh dari Bank Indonesia, pada awal periodepenerapan penargetan inflasi tercatat realisasi infla-si hanya 10,03% pada tahun 2002, tidak terlampaujauh dengan target inflasi yang ditetapkan BankIndonesia (10% ± 1%). Sementara pada tahun 2000dan 2001, realisasi inflasi melebihi target inflasi yangditetapkan dan pada tahun 2003 realisasi inflasi cen-derung lebih rendah dari target inflasinya. Hal initerutama karena pelaksanaan independensi BankIndonesia yang terlampau luas yang menyebabkanBank Indonesia dapat menetapkan target inflasinyasecara sepihak tanpa perlu melakukan koordinasidengan pemangku kepentingan terkait. Sebagai aki-batnya, Bank Indonesia menetapkan target inflasi

yang tidak sesuai dengan kondisi perekonomian.

Pascaimplementasi kebijakan penargetan inflasi,independensi Bank Indonesia mengalami perubah-an dari yang semula independen dalam menetap-kan sasaran inflasi menjadi independen dalammenggunakan instrumen kebijakan moneternyauntuk mencapai sasaran inflasi. Hal ini mengha-ruskan Bank Indonesia untuk berkoordinasi denganpemangku kepentingan terkait dalam menentukantarget inflasinya. Perubahan kebijakan tersebut me-nyebabkan inflasi secara berangsur-angsur mulaimenurun mendekati target inflasi Bank Indonesia,kecuali pada saat terdapat guncangan di sisi pe-nawaran. Dampak perubahan tersebut mening-katkan kredibilitas Bank Indonesia sehingga BankIndonesia dapat mengarahkan ekspektasi inflasipara agen ekonomi menuju target inflasi yang dite-tapkan Bank Indonesia.

Berdasarkan hasil estimasi data yang dilakukandengan spesifikasi model tersebut, terlihat bahwavariabel-variabel lainnya, seperti inflasi harga pro-dusen pada periode t− 1, output gap, dan nilai tukarmemiliki pengaruh yang sudah sesuai dengan eks-pektasi dan konsisten sesuai dengan prediksi teoridan penelitian-penelitian sebelumnya.

Pengaruh kredibilitas Bank Indonesia dari sisiprodusen juga menarik untuk dilakukan perban-dingan dengan menggunakan tiga indeks hargayang berbeda, yakni indeks harga deflator PDB,IHP, dan IHPB. Namun demikian, persamaan es-timasi ini terkendala oleh keterbatasan data, yangmana data harga produsen baru tersedia pada ta-hun 2010, implikasinya adalah variabel d1 dan d2

tidak dapat diobservasi.

Perbandingan pengaruh kredibilitas Bank Sen-tral terhadap inflasi dari sisi produsen diestimasiberdasarkan model dasar sebagai berikut:

(10)∆in f Pt = β0 + β1∆in f P

t−1 + β2outputgapt−1

+ β3∆reert + β4kredibilitast + εt

Berdasarkan Tabel 5, tampak bahwa kredibilitas

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 16: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 189

Bank Sentral memiliki dampak negatif terhadap in-flasi harga produsen, baik pada deflator PDB, IHP,maupun IHPB. Berdasarkan tabel tersebut, jika capa-ian kredibilitas Bank Sentral meningkat sebesar 1%dari nilai indeks maksimal, maka inflasi pada hargaprodusen dapat ditekan sebesar 0,018%, inflasi pa-da deflator PDB dapat ditekan sebesar 0,015%, daninflasi IHPB dapat ditekan sebesar 0,016%. Dampakkredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi harga pro-dusen terbesar terdapat pada inflasi IHP (dengannilai koefisien sebesar -1,856), sementara dampakkredibilitas Bank Sentral terendah terdapat padainflasi deflator PDB (dengan nilai koefisien sebesar-1,519). Hal ini menggambarkan bahwa kredibilitasBank Sentral merupakan faktor penting bagi produ-sen dibandingkan dengan konsumen. KredibilitasBank Sentral dapat memengaruhi inflasi harga pro-dusen melalui dampaknya pada ekspektasi inflasipelaku usaha. Pelaku usaha menetapkan upah no-minal berdasarkan target inflasi yang ditetapkanoleh Bank Sentral. Jika Bank Sentral tidak kredi-bel, maka pelaku usaha berekspektasi bahwa targetinflasi yang ditetapkan oleh Bank Sentral tidak a-kan tercapai atau Bank Sentral tidak berkomitmenuntuk mencapai target inflasinya.

Dalam hal ini, para pelaku usaha akan menganti-sipasi dengan menetapkan kontrak upah nominaldengan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi daritarget inflasinya. Hal tersebut pada akhirnya akanmendorong inflasi aktual menjadi lebih tinggi daritarget inflasinya. Apabila Bank Sentral diasumsikankredibel, maka pelaku usaha akan menetapkan kon-trak upah nominal dengan ekspektasi inflasi sesuaidengan target inflasi yang ditetapkan oleh BankSentral. Hal ini terutama disebabkan para pelakuusaha tidak lagi terpaku dengan inflasi pada peri-ode sebelumnya. Akan tetapi, para pelaku usahajuga mempertimbangkan rekam jejak Bank Sentral,apakah Bank Sentral konsisten menerapkan kebi-jakannya terkait target inflasinya sesuai denganrencana awal kebijakan yang disampaikan Bank

Sentral. Begitu pula dengan pelaku ekonomi, jikaBank Sentral kredibel, maka ekspektasi inflasi ma-syarakat akan terjangkar pada target inflasi BankSentral sehingga perilaku konsumsi masyarakatjuga akan terjangkar pada target inflasi yang dite-tapkan Bank Sentral.

Perbedaan Pengaruh Kredibilitas InflasiBank Sentral terhadap Inflasi Inti danUmum

Pada tulisan ini juga dilakukan analisis perbanding-an antara inflasi headline atau inflasi yang tercermindalam IHK dengan inflasi inti. Hal ini dilakukanterutama karena IHK masih mengandung “noises”mengingat terdapat elemen inflasi administered daninflasi dari volatile good yang tidak sepenuhnya dipe-ngaruhi oleh kebijakan Bank Sentral. Sementara itu,inflasi inti sepenuhnya dipengaruhi oleh kebijak-an Bank Sentral sehingga diperkirakan akan lebihsensitif terhadap kredibilitas Bank Sentral. Dam-pak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi padaharga konsumen diestimasi dengan model dasarsebagai berikut:

(11)∆in f Kt = β0 + β1∆in f K

t−1 + β2outputgapt−1

+ β3∆reert + β4idi ∗ kredibilitast + εt

Berdasarkan Tabel 6, kredibilitas Bank Sentralberdampak negatif terhadap inflasi harga konsu-men, baik pada perhitungan dengan menggunakanheadline inflation maupun inflasi inti, serta padaawal penerapan maupun pada periode implemen-tasi kebijakan target inflasi. Baik pada perhitungandengan menggunakan data headline inflation mau-pun inflasi inti, dampak kredibilitas Bank Sentralterhadap inflasi lebih rendah dibandingkan denganpada periode implementasi penargetan inflasi.

Berdasarkan Tabel 6, pada periode implementa-si kebijakan target inflasi meningkatnya capaiankredibilitas Bank Sentral sebesar 1% akan menye-babkan tekanan pada inflasi inti menurun sebesar

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 17: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...190

Tabel 5: Perbandingan Dampak Kredibilitas terhadap Inflasi Harga Produsen

Deflator PDB Producer Price Index (IHP) Wholesale Price Index (IHPB)Regressor Koefisien Signifikan Regressor Koefisien Signifikan Regressor Koefisien SignifikanConstant -0,745 (0,00)*** Constant 1,747 (0,00)*** Constant 2,753 (0,00)***∆In ft=1 -0,344 (0,00)*** ∆In ft=1 0,236 (0,05)** ∆In ft=1 0,132 (0,03)**Outputgap 0,674 (0,00)*** Outputgap 0,777 (0,00)*** Outputgap 0,904 (0,00)***∆reer 0,027 (0,00)*** ∆reer 0,229 (0,00)*** ∆reer 0,278 (0,00)***kredibility -1,519 (0,00)*** kredibility -1,856 (0,00)*** kredibility -1,621 (0,00)***R-squared 0,427 R-squared 0,324 R-squared 0,293Adj R-squared 0,331 Adj R-squared 0,212 Adj R-squared 0,175J-statistic 6,684 J-statistic 6,358 J-statistic 7,372Prob(J-statistic) 0,978 Prob(J-statistic) 0,784 Prob(J-statistic) 0,919

Sumber: Hasil Pengolahan PenulisKeterangan: Periode Observasi: 2010:Q1–2017:Q4;

*** signifikan pada taraf 1%;** signifikan pada taraf 5%

Tabel 6: Dampak Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi Harga Konsumen

Headline Inflation Core InflationRegressor Koefisien Signifikan Regressor Koefisien SignifikanConstant 2,146 (0,00)*** Constant 1,021 (0,09)*∆In ft−1 0,317 (0,00)*** ∆In ft−1 0,263 (0,01)***Outputgap -0,026 -0,36 Outputgap 0,078 (0,05)**reer 0,047 (0,00)*** reer 0,019 (0,00)***di ∗ kredibility -1,306 (0,00)*** di ∗ kredibility -1,604 (0,00)***d2 ∗ kredibility -1,606 (0,00)*** d2 ∗ kredibility -1,864 (0,00)***R-squared 0,481 R-squared 0,494Adj R-squared 0,439 Adj R-squared 0,454J-statistic 14,004 J-statistic 14,432Prob(J-statistic) 0,300 Prob(J-statistic) 0,273

Sumber: Hasil Pengolahan PenulisKeterangan: Periode Observasi: 2000:Q1–2017:Q4;

*** signifikan pada taraf 1%;** signifikan pada taraf 5%* signifikan pada taraf 10%

0,0186%, sementara tekanan pada headline inflationmenurun sebesar 0,016%. Pada masa awal penerap-an kebijakan target inflasi, meningkatnya capaiankredibilitas Bank Sentral sebesar 1% akan menye-babkan tekanan pada inflasi inti menurun sebesar0,016%, sementara tekanan pada headline inflationmenurun sebesar 0,013%.

Berdasarkan hasil observasi, dampak kredibilitasBank Sentral terhadap inflasi inti (nilai koefisiensebesar -1,864) lebih besar dibandingkan denganheadline inflation (nilai koefisien sebesar -1,606). Halini disebabkan kredibilitas Bank Sentral mampu me-mengaruhi pembentukan ekspektasi inflasi padakonsumen yang diakibatkan oleh guncangan padasisi permintaan agregat. Pengaruh kredibel atautidaknya Bank Sentral akan menjadi tidak efektif

jika guncangan pada inflasi tersebut disebabkanoleh guncangan pada sisi penawaran ataupun costpush inflation seperti kenaikan harga minyak dunia,kurangnya pasokan bahan pangan, ataupun per-masalahan dalam pendistribusian barang maupunjasa. Hal ini terutama karena guncangan tersebuttidak dapat diatasi oleh kebijakan moneter seca-ra langsung sehingga peran Bank Sentral dalammengurangi guncangan tersebut relatif kecil.

Menggunakan inflasi inti sebagai alternative proxyinflasi harga konsumen, ditemukan bahwa penga-ruh variabel lain seperti inflasi inti pada periodesebelumnya, output gap, dan nilai tukar telah se-suai dengan teori. Sementara pada inflasi umum,variabel-variabel seperti inflasi pada periode sebe-lumnya dan variabel nilai tukar telah sesuai dengan

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 18: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 191

teori serta penelitian terdahulu. Akan tetapi, vari-abel outputgap memiliki tanda yang berlawanandengan teori dan tidak memiliki pengaruh yangsignifikan pada inflasi umum. Hal ini terlihat padasignifikansi parameter sebesar 0,36 lebih besar daritingkat signifikansi sebesar 10% (0,1). Hal ini jugasejalan pada penelitian yang dilakukan oleh Hakimet al. (2013), bahwa output gap tidak memiliki penga-ruh yang signifikan terhadap inflasi setelah periodefull fledged inflation targeting. Hal ini berarti kenaikanoutput gap, dalam hal ini peningkatan pertumbuhanekonomi, tidak diikuti dengan kenaikan inflasi mes-kipun secara ekonomi hal itu tidak berarti. Hal inididuga karena selain pemerintah mempunyai tuju-an untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disisi lain pemerintah turut berusaha untuk menjagastabilitas daya beli masyarakat dengan melakukankebijakan diskresioner. Pemerintah dapat turut me-mengaruhi sisi penawaran dan permintaan barangyang ada di masyarakat sehingga kenaikan pertum-buhan ekonomi tidak ikut meningkatkan inflasi.Langkah yang selama ini diambil pemerintah terse-but, misalnya dengan memberikan subsidi, peng-aturan harga, bantuan langsung tunai, ataupunmemengaruhi sisi penawaran dengan membukakeran ekspor ataupun membatasi impor dan lainsebagainya. Tanda yang berlawanan arah antaratingkat output dan inflasi headline juga dapat me-nunjukkan adanya komitmen Bank Sentral dalammencapai tujuannya sesuai yang diamanatkan UUNo. 23 Tahun 1999, yaitu menjaga inflasi yang ren-dah dan stabil. Komitmen tersebut membuat BankIndonesia cenderung memberikan bobot yang lebihbesar terhadap inflasi daripada pertumbuhan eko-nomi. Peningkatan output gap akan menyebabkanmeningkatnya permintaan akan barang dan jasarelatif terhadap ketersediaannya. Hal tersebut ten-tunya akan meningkatkan inflasi. Bank Indonesiadapat melakukan intervensi berupa kebijakan mo-neter kontraktif untuk menjaga stabilitas inflasi.Namun demikian, baik langkah pemerintah mau-

pun Bank Sentral dalam memengaruhi stabilitasharga (mengendalikan inflasi) tidak berarti seca-ra ekonomi karena memiliki pengaruh yang tidaksignifikan terhadap headline inflation (terlihat darisignifikansi parameter kredibilitas).

Kredibilitas Bank Sentral dapat memengaruhiinflasi harga konsumen melalui dampaknya padaekspektasi inflasi konsumen. Dari sisi konsumen,kredibilitas Bank Sentral yang rendah menandakantidak konsistennya Bank Sentral dalam melaksana-kan kebijakannya sesuai dengan target awal yangtelah ditentukan Bank Sentral. Pelaku ekonomi a-kan merespons kredibilitas Bank Sentral yang ren-dah tersebut dengan menetapkan ekspektasi inflasiyang lebih tinggi dari target yang ditetapkan BankSentral. Sebagai akibatnya, pelaku ekonomi akanmerespons dengan meningkatkan konsumsinya diawal periode. Hal ini selanjutnya akan mendorongkonsumsi masyarakat dan meningkatkan tekananpada inflasi sehingga pada akhirnya inflasi aktualakan mendekati ekspektasi inflasi yang ditetapkanoleh masyarakat. Pada kondisi tersebut, inflasi aktu-al cenderung konvergen terhadap ekspektasi inflasimasyarakat, yang mana ekspektasi inflasi tersebutlebih tinggi dari target inflasi Bank Sentral. Akibat-nya, target inflasi Bank Sentral tidak tercapai daninflasi aktual serta ekspektasi inflasi masyarakatakan lebih tinggi dari target inflasi Bank Sentral.

Perbedaan Pengaruh Kredibilitas BankSentral terhadap IHK dan IHP

Kredibilitas Bank Sentral pada masa observasi cen-derung memiliki pengaruh yang lebih besar ter-hadap inflasi pada tingkat harga produsen diban-dingkan dengan inflasi di tingkat harga konsumen.Hal ini terlihat dari nilai parameter variabel kre-dibilitas Bank Sentral pada inflasi harga produsen(IHP) yang lebih besar dibandingkan dengan defla-tor PDB dan juga terlihat pada besarnya parameterkredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi deflatorPDB (nilai parameter koefisien kredibilitas pada Ta-

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 19: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...192

bel 4) dibandingkan besaran parameter kredibilitasBank Sentral pada headline IHK maupun inflasi inti(nilai parameter koefisien kredibilitas pada Tabel 6).Hal ini disebabkan karena pada kasus deflator PDBdengan IHP, deflator PDB terdiri dari komponenharga produsen maupun konsumen, sementara IHPdisusun dengan menggunakan harga produsen.

Dampak kredibilitas Bank Sentral pada IHP le-bih besar dibandingkan pada deflator PDB. Halini dapat disebabkan bahwa deflator PDB terdiridari rata-rata tertimbang (weighted average) dari har-ga produsen dan konsumen, sementara pada IHKtersusun dari komponen administered price, volati-le good, dan inflasi inti yang merefleksikan hargakonsumen yang mana harga konsumen relatif tidaksensitif terhadap kredibilitas Bank Indonesia. Padasisi produsen, informasi mengenai kebijakan mone-ter Bank Sentral (target inflasi, tingkat bunga, dansebagainya) akan menentukan bagaimana pelakuusaha dalam menentukan investasi maupun prosesproduksi. Untuk itu, pelaku usaha akan berusahamencari informasi mengenai kredibel atau tidaknyaBank Sentral serta kebijakan moneternya.

Pada sisi konsumen, informasi mengenai kredi-bilitas Bank Sentral serta dinamika perekonomi-an terbatas dibandingkan dengan produsen, yangmana konsumen memiliki akses yang relatif ter-batas terhadap informasi tersebut. Selain karenainformasi mengenai kredibel tidaknya Bank Sentralakan lebih memengaruhi produsen dibandingkandengan konsumen, juga terdapat dugaan bahwakonsumen tidak memerlukan informasi mengenaikredibel tidaknya Bank Sentral dalam menentu-kan keputusannya mengonsumsi barang dan jasasehingga konsumen pun tidak memberikan bobotyang lebih besar terhadap kredibilitas Bank Sentral.Hal-hal tersebut diduga merupakan faktor-faktoryang menyebabkan dampak kredibilitas Bank Sen-tral lebih besar pada IHP dibandingkan dengandeflator PDB.

Hasil observasi tersebut dapat dijadikan sinyal

bagi produsen bahwa Bank Sentral cukup kredibeldan memiliki komitmen dalam menstabilkan hargasehingga sasaran kebijakan Bank Sentral dapat dija-dikan acuan yang valid bagi pelaku usaha mengenaikondisi makro ekonomi negara tersebut. Pada pro-dusen, ketika terjadi kenaikan harga input, makaprodusen dapat melakukan berbagai penyesuai-an. Penyesuaian tersebut dapat dilakukan denganmelakukan penyesuaian terhadap biaya marginaldengan memasukkan biaya input yang lebih tinggi,melakukan strategi penyesuaian harga, ataupunmenurunkan profit untuk mempertahankan pang-sa pasar (Jongwanich et al., 2016). Oleh karena itu,produsen memerlukan panduan dari Bank Sentralmelalui kebijakan moneternya yang kredibel. Da-lam hal ini, produsen percaya bahwa Bank Sentralakan mencapai sasaran kebijakan moneter yangdipublikasikan sehingga sasaran kebijakan BankSentral tersebut dapat dijadikan acuan oleh pro-dusen dalam menentukan tingkat upah, investasi,maupun produksi barang dan jasa. Lebih lanjut,Bank Sentral yang kredibel dan berkomitmen da-lam mencapai sasaran kebijakannya dapat menjadipemandu dalam melewati situasi ketidakpastiandan nilai tukar yang berfluktuatif. Demertzis etal. (2009) menyatakan bahwa variabel kredibilitasBank Sentral akan memiliki pengaruh yang lebihbesar pada situasi ketidakpastian. Terkait dengandampak fluktuasi nilai tukar terhadap inflasi dalamnegeri, Bank Sentral memiliki peran yang cukupsignifikan di dalamnya. Melalui kebijakan mone-ternya, Bank Sentral akan memiliki peran utamadalam menstabilkan inflasi yang diakibatkan olehtekanan nilai tukar (Jongwanich et al., 2016). Olehkarena itu, kredibilitas Bank Sentral akan meme-gang peranan penting dalam menstabilkan inflasidi tengah ketidakpastian global.

Kondisi ini akan berbeda dampaknya bagi konsu-men. Bagi konsumen, kredibilitas Bank Sentral tidakserta merta dapat dijadikan acuan dalam menentu-kan tingkat konsumsi. Hal ini disebabkan kompo-

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 20: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 193

nen IHK terdiri dari komponen-komponen inflasiadministered price serta inflasi volatile good yang ti-dak terkait langsung dengan kebijakan moneterBank Sentral sehingga kebijakan moneter Bank Sen-tral menjadi kurang efektif dalam mengendalikaninflasi tersebut (Pratikto dan Ikhsan, 2016). Perma-salahan utama dalam inflasi volatile good terletakpada ketersediaan komoditas tersebut sehingga pa-da kasus ini permasalahan utama inflasi volatile goodterletak pada sisi penawaran (Pratikto dan Ikhsan,2016).

Akan tetapi, Bank Sentral masih dapat mengen-dalikan inflasi tersebut melalui kebijakan disinflasipada komponen inflasi nonmakanan (inflasi inti)melalui peningkatan suku bunga yang akan ber-dampak pada menurunnya permintaan agregat.Akan tetapi, kebijakan ini tidak akan memberikandampak yang signifikan pada inflasi karena prosesdisinflasi tidak terletak pada inflasi makanan danadministered price yang menjadi penyebab utamainflasi tersebut.

Namun, konsumen masih dapat menggunakaninformasi sasaran dan kebijakan Bank Sentral yangkredibel guna mendapatkan gambaran perekonomi-an secara luas. Gambaran perekonomian ini dapatdigunakan untuk menentukan tingkat konsumsimaupun kesejahteraan konsumen, dengan catat-an konsumen memiliki informasi lainnya terkaitdengan inflasi yang disebabkan oleh supply shock(kenaikan harga minyak dunia, kekeringan, ben-cana alam, dan sebagainya). Pada kasus ini, BankSentral dapat membantu konsumen/masyarakatdalam membentuk ekspektasi inflasinya denganmendirikan pusat informasi harga bahan panganuntuk mengurangi informasi asimetris antara pen-jual dengan pembeli. Selain itu, Bank Sentral dapatmengombinasikan kebijakan moneternya dengankebijakan instansi terkait yang mampu mendorongperbaikan pada faktor-faktor struktural. Seperti in-vestasi pada sektor pertanian dan peningkatan ku-alitas dan infrastruktur strategis yang dapat mem-

perlancar jalus distribusi.

Perlu diingat bahwa fokus kebijakan moneterkepada sasaran tunggal stabilitas harga dapat me-nyebabkan dampak negatif. Tanuwidjaja dan Choy(2006) menyatakan bahwa outputgap akan berfluk-tuasi seiring dengan kebijakan Bank Sentral dalammengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat. Kon-disi tersebut sebagai akibat dari proses disinflasiyang dilakukan Bank Sentral dalam menjaga ting-kat inflasi berada pada target inflasi Bank Sentral.Dampak negatif dan tidak signifikan dari variabeloutputgap terhadap inflasi dapat dijadikan dugaanbahwa Bank Sentral mulai condong untuk memi-lih kebijakan moneter yang pro terhadap stabilisasiharga. Hal ini tentunya bertentangan dengan fungsiregulator yang ingin mencapai kesejahteraan ma-syarakat yang optimal. Walaupun demikian, haltersebut perlu dibuktikan dengan riset lebih lanjut.

Kesimpulan

Penelitian ini mengeksplorasi pengaruh kredibilitasBank Sentral terhadap inflasi dengan memerhatikanberbagai dimensi. Pertama, dengan menggunakanindeks harga yang berbeda, penelitian ini mengeks-plorasi dampak kredibilitas Bank Sentral terhadapinflasi di sisi produsen dan konsumen. Perbanding-an ini dilakukan karena respons kredibilitas BankSentral di sisi produsen dan konsumen. Selain di-pengaruhi oleh faktor-faktor yang bekerja di sisipenawaran dan penerimaan agregat, juga dipenga-ruhi oleh respons kredibilitas Bank Sentral; ataudengan kata lain, kredibilitas Bank Sentral akanmemengaruhi respons konsumen dan produsen ter-hadap kebijakan Bank Sentral. Kedua, penelitian inijuga menginvestigasi lebih lanjut dengan melihatdampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasidari sisi konsumen dengan membandingkan antarainflasi headline dan inflasi inti. Perbandingan inidilakukan dengan tujuan untuk melihat sensitivi-tas kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi dari

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 21: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...194

sisi konsumen, yang mana inflasi inti sepenuhnyadipengaruhi oleh kebijakan Bank Sentral sehinggadiperkirakan akan lebih sensitif terhadap kredibili-tas Bank Sentral.

Hasil penelitian empiris pada studi ini membe-rikan temuan sebagai berikut. Pertama, seperti yangdiperkirakan, kredibilitas Bank Indonesia lebih sen-sitif terhadap inflasi pada IHP dibandingkan de-ngan deflator PDB dan IHPB. Kedua, seperti halnyadalam poin pertama, kredibilitas Bank Indonesialebih sensitif dalam memengaruhi inflasi inti diban-dingkan dengan inflasi headline. Ketiga, kredibilitasBank Indonesia lebih sensitif terhadap inflasi padadeflator PDB dibandingkan dengan IHK. Keempat,kredibilitas Bank Indonesia lebih sensitif dalammemengaruhi inflasi produsen dibandingkan dariinflasi konsumen.

Temuan-temuan tersebut merupakan kontribusiutama dari penelitian ini, terutama yang berkaitandengan dampak kredibilitas Bank Sentral terhadapinflasi. Penelitian ini menemukan bahwa kredibili-tas Bank Indonesia yang cenderung membaik daritahun ke tahun. Walaupun demikian, terlihat fluk-tuasi indeks kredibilitas Bank Sentral masih cukupbesar sehingga masih terdapat ruang dan membe-rikan peluang untuk memperbaiki kredibilitas BankIndonesia di masa yang akan datang.

Rekomendasi Kebijakan

Terdapat beberapa ruang perbaikan yang dapatdilakukan Bank Indonesia agar dapat memperta-hankan kredibilitasnya. Ruang perbaikan ini antaralain sebagai berikut. Pertama, tetap menjaga inde-pendensi Bank Indonesia dengan memfokuskantujuan Bank Indonesia pada sasaran tunggal untukmenetapkan inflasi seperti yang diamanatkan olehUU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Perubahan atasUU Nomor 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia.Kedua, Bank Indonesia perlu menyediakan kecu-kupan likuiditas guna melaksanakan kewajibanmoneternya dalam rangka mempertahankan kredi-

bilitas Bank Indonesia. Oleh karena itu, sebaiknyarasio kecukupan modal Bank Indonesia dijaga tetapberada di atas 10% dari total kewajiban moneterBank Indonesia. Solusi ini mungkin dapat dilaku-kan jika pinjaman pemerintah pada Bank Indonesiasebagai penyelesaian krisis moneter 1998 dikonver-sikan menjadi ekuitas Bank Indonesia .

Ketiga, peningkatan koordinasi antara BankIndonesia dengan stakeholder terkait dalam rangkamengendalikan inflasi volatile good dan administeredprice mengingat kedua komponen inflasi tersebuttidak dapat dipengaruhi oleh kebijakan monetersecara langsung. Keempat, membentuk ekspekta-si inflasi akan volatile good dan administered pricedengan menyediakan pusat informasi bahan pa-ngan bagi penjual dan pembeli guna meminimalisirinformasi asimetris antara penjual dengan pembeli.

Saran

Penelitian ini memiliki keterbatasan pada peng-gunaan data IHP sebagai proksi data inflasi disisi pelaku usaha. IHP dirilis oleh BPS pada ta-hun 2010 sehingga dampak perubahan strukturalberupa perubahan indendensi Bank Sentral yangsemula independen dalam menetapkan target men-jadi independen dalam melaksanakan instrumenkebijakan moneter Bank Indonesia yang tidak da-pat diobservasi. Selain itu, terdapat dugaan bahwadampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasiakan berkurang jika terdapat tekanan yang tinggipada inflasi seperti saat perekonomian booming atausaat terjadi depresiasi nilai tukar yang terlampautinggi yang tidak diobservasi dalam penelitian ini.

Bagi penelitian lanjutan, hal tersebut merupakanruang untuk mengembangkan penelitian mengenaidampak kredibilitas Bank Sentral terhadap inflasi.Pengembangan penelitian selanjutnya dapat dila-kukan dengan mempertimbangkan adanya dampakasimetris variabel kredibilitas Bank Sentral terha-dap inflasi pada saat kondisi ekonomi boom ataupunbust, ataupun pada saat nilai tukar sedang apresiasi

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 22: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Prabowo, R., & Ikhsan, M. 195

maupun depresiasi. Selain itu, penelitian selanjut-nya juga dapat dilakukan dengan melihat dampakkredibilitas Bank Sentral terhadap outputgap. Hal iniguna melihat apakah usaha Bank Indonesia untukmencapai kredibilitasnya dilakukan dengan meng-orbankan outputgap atau pertumbuhan ekonomi.

Daftar Pustaka

[1] BPS. (2000). Indeks Harga Perdagangan Besar Tahun 2000–2017.Badan Pusat Statistik.

[2] BPS. (2000). Indeks Harga Produsen Tahun 2000–2017. BadanPusat Statistik.

[3] BPS. (2000). Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan2000. Badan Pusat Statistik.

[4] Bank Indonesia. (2000). Indeks Harga Konsumen Gabungan di82 Kota. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia.

[5] Blinder, A. S. (2000). Central-bank credibility: why do wecare? How do we build it?. American Economic Review, 90(5),1421-1431. doi: 10.1257/aer.90.5.1421.

[6] Bordo, M. D., & Siklos, P. L. (2017). Central bank credibilitybefore and after the crisis. Open Economies Review, 28(1),19-45. doi: https://doi.org/10.1007/s11079-016-9411-2.

[7] Cecchetti, S. G., & Krause, S. (2002, July/August). Cen-tral bank structure, policy efficiency, and macroeconomicperformance: exploring empirical relationships. Review-Federal Reserve Bank of Saint Louis, 84(4), 47-60. doi:https://doi.org/10.20955/r.84.47-60.

[8] Correa, A. D. S., & Minella, A. (2010). Nonlinear mecha-nisms of the exchange rate pass-through: A Phillips curvemodel with threshold for Brazil. Revista Brasileira de Eco-nomia, 64(3), 231-243. doi: http://dx.doi.org/10.1590/S0034-71402010000300001.

[9] Daviga, T., & Gurkaynak, R. S. (2015). Is optimal mone-tary policy always optimal?. International Journal of CentralBanking, 11, 353–384.

[10] de Mendonca, H. F., & Tiberto, B. P. (2017). Effect ofcredibility and exchange rate pass-through on infla-tion: An assessment for developing countries. Internatio-nal Review of Economics & Finance, 50, 196-244. doi: ht-tps://doi.org/10.1016/j.iref.2017.03.027.

[11] de Mendonca, H. F., & Tostes, F. S. (2015). The effect of mo-netary and fiscal credibility on exchange rate pass-throughin an emerging economy. Open Economies Review, 26(4),787-816. doi: https://doi.org/10.1007/s11079-014-9339-3.

[12] Demertzis, M., Marcellino, M., & Viegi, N. (2009). An-chors for inflation expectations. DNB Working Paper, 229.De Nederlandsche Bank. Diakses 25 Maret 2019 da-ri https://www.dnb.nl/en/binaries/229%20Anchors%20for%20Inflation%20Expectations tcm47-225545.pdf.

[13] Hakim, R., Ismail, M., & Hoetoro, A. (2013). Kredibilitasbank sentral dan persistensi inflasi di Indonesia. EKU-ITAS (Jurnal Ekonomi dan Keuangan), 17(2), 155-171. doi:http://dx.doi.org/10.24034/j25485024.y2013.v17.i2.157.

[14] Harmanta, H., Bathaluddin, M. B., & Waluyo, J. (2011). Infla-tion targeting under imperfect credibility: Lessons from In-donesian experience. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,13(3), 271-306. doi: https://doi.org/10.21098/bemp.v13i3.394.

[15] Jongwanich, J., Wongcharoen, P., & Park, D. (2016).Determinants of consumer price inflation versus pro-ducer price inflation in Asia. ADB Economics WorkingPaper Series, 491. Asian Development Bank. Diakses 13Oktober 2019 dari https://www.adb.org/publications/consumer-price-inflation-vs-producer-price-inflation-asia.

[16] Kara, H., & Ogunc, F. (2008). Inflation targeting andexchange rate pass-through: The Turkish experience.Emerging Markets Finance and Trade, 44(6), 52-66. doi:https://doi.org/10.2753/REE1540-496X440604.

[17] Mankiw, N. G. (2009). Macroeconomics (7th Edition). WorthPublishers.

[18] Minella, A., De Freitas, P. S., Goldfajn, I., & Muinhos,M. K. (2003). Inflation targeting in Brazil: constructingcredibility under exchange rate volatility. Journal of In-ternational Money and Finance, 22(7), 1015-1040. doi: ht-tps://doi.org/10.1016/j.jimonfin.2003.09.008.

[19] Mishkin, F. S., & Schmidt-Hebbel, K. (2007). Does inflationtargeting make a difference?. NBER Working Paper, 12876.National Bureau of Economic Research. Diakses 5 Juni 2018dari https://www.nber.org/papers/w12876.

[20] Pratikto, R., & Ikhsan, M. (2016). Inflasi makanan danimplikasinya terhadap kebijakan moneter di Indonesia.Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia, 17(1), 58-74. doi:https://doi.org/10.21002/jepi.v17i1.658.

[21] Rahmahdian, R., & Warjiyo, P. (2013). Mengukur timeinconsistency kebijakan moneter di Indonesia. BuletinEkonomi Moneter dan Perbankan, 15(4), 335-366. doi: ht-tps://doi.org/10.21098/bemp.v15i4.71.

[22] Roubini, N. (2016, February 4). The global economy’snew abnormal. Project Syndicate. Diakses 27 Maret2019 dari https://www.project-syndicate.org/commentary/

market-volatility-in-global-economy-by-nouriel-roubini-2016-02?barrier=accesspaylog.

[23] Sethi, D., & Acharya, D. (2019). Credibility of in-flation targeting: some recent Asian evidence. Eco-nomic Change and Restructuring, 52(3), 203-219. doi:https://doi.org/10.1007/s10644-017-9224-3.

[24] Svensson, L. E. (2000). How should monetary policy beconducted in an era of price stability?. NBER Working Paper,7516. National Bureau of Economic Research. Diakses 15Mei 2019 dari https://www.nber.org/papers/w7516.

[25] Takhtamanova, Y. F. (2008). Understanding changes inexchange rate pass-through. Federal Reserve Bank of San

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196

Page 23: Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral terhadap Inflasi ...

Efektivitas Kredibilitas Bank Sentral ...196

Fransisco Working Paper, 13. Diakses 5 Juni 2018 dari https://www.frbsf.org/economic-research/files/wp08-13bk.pdf.

[26] Tanuwidjaja, E., & Choy, K. M. (2006). Central bankcredibility and monetary policy in Indonesia. Jo-urnal of Policy Modeling, 28(9), 1011-1022. doi: ht-tps://doi.org/10.1016/j.jpolmod.2006.05.003.

[27] Valentin, T., & Rozalia, R. V. (2008). Evaluation of NationalBank of Romania monetary policy credibility. Annals of theUniversity of Oradea, Economic Science Series, 17(2), 497-502.

[28] Warjiyo, P., & Juhro, S. M. (2018). Kebijakan bank sentral: Teoridan praktik. PT RajaGrafindo Persada.

[29] World Bank. (1986). World Development Indicator. WorldDevelopment Indicator Dataset.

JEPI Vol. 20 No. 2 Juli 2020, hlm. 174–196