-
EFEKTIVITAS DAKWAH MELALUI TELEVISI KABEL
TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN AGAMA
DI KECAMATAN MAKALE KABUPATEN TANA
TORAJA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana
Sosial (S.Sos)
Pada Program StudiKomunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas Agama
Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh Bayu Budiono
NIM:105271100316
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2020 M
v
-
ABSTRAK
BAYU BUDIONO, NIM 105271100316, Efektivitas Dakwah Melalui
Televisi
Kabel Terhadap Peningkatan Pemahaman Agama di Kecamatan Makale
Kab. Tana
Toraja.Skripsi Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.Dibimbing oleh
pembimbing I Dr.
Abbas, Lc., MA. dan pembimbing II Dr. Sudir Koadhi, S.S.,
M.Pd.I.
Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui efektivitas
dakwah melalui
televisi kabel terhadap peningkatan pemahaman agama dan untuk
mengetahui
faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui televisi kabel
terhadap
peningkatan pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja
Prov.
Sulawesi Selatan.
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,
karena
penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta yang ada. Sumber data
menggunakan
data primer dan sekunder, dengan objek penelitiannya adalah
pelanggan televisi
kabel Beta dan televisi kabel Beta. Teknik pengumpulan data
menggunakan
observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian skripsi ini, Siaran Rodja Tv yang
disediakan oleh
televisi kabel Beta belum bisa dikatakan efektif karena dalam
kebanyakan
pelanggan televisi kabel Beta belum mengetahui adanya siaran
Rodja Tv, tetapi
pelanggan lebih banyak menyaksikan siaran dakwah melalui chanel
konvensional
pada program acara dakwah tertentu. Hal ini terbukti dari hasil
wawancara peneliti
terhadap beberapa masyarakat yang menjadi pelanggan televisi
kabel Beta di
Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja. Terbukti juga banyak diantara
pelanggan Tv
kabel adalah pedagang di pasar dimana mereka lebih memilih media
lain yang lebih
memudahkan mereka untuk bisa mendengarkan ceramah dan siaran
dakwah
melalui handphone (HP) sehingga bisa meningkatkan ilmu agama
ataupun
pemahaman agama mereka. Kemudian faktor pendukung dari
efektifitas televisi
kabel Beta yaitu Tv kabel adalah sarana yang memudahkan
pelanggan,
pemanfaatan siaran lokal, media televisi yang bersifat audio
visual, siaran yang
disediakan bersih. Faktor penghambatnya yaitu penempatan chanel
rodja yang
kurang tepat, sulitnya izin penyiaran beberapa chanel,
pemeliharaan jaringan yang
terganggu, dan kurangnya teknisi.
vi
-
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah swt. Yang telah
mencurahkan segala
rahmat dan hidayah-Nya kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan penulisan
skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi dan
Rasul yang telah
membimbing umatnya ke arah kebenaran yang diridoi oleh Allah
swt. dan keluarga
serta para sahabat yang setia kepadanya.
Alhamdulillah berkat hidayah dan pertolongan-Nya, peneliti
dapat
menyelesaikan tugas dan penyusunan skripsi ini, yang berjudul:
“Efektivitas
Dakwah Melalui Televisi Kabel Terhadap Peningkatan Pemahaman
Agama di
Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja” Upaya peneliti untuk
menjadikan skripsi ini
mendekati sempurna telah penulis lakukan, namun keterbatasan
yang dimiliki
penulis maka akan dijumpai kekurangan baik dalam segi penulisan
maupun dari
segi ilmiah.
Penulis menyadari, tanpa adanya bantuan dan partisipasi dari
berbagai pihak,
skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan seperti yang
diharapkan. Oleh karena
itu penulis patut menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas
Muhammadiyah
Makassar.
2. Syekh Dr. Mohammad MT. Khoory, Donatur AMCF beserta
jajarannya
yang berada di Jakarta.
3. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I. Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas
Muhammadiyah Makassar.
vii
-
4. H. Lukman Abdul Shamad, Lc. Mudir Ma’had Al-Birr
Universitas
Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Abbas Baco Miro, Lc., MA. Ketua Prodi Komunikasi dan
Penyiaran
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Dr. Abbas, Lc., MA. Pembimbing I yang dengan ikhlas
meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis hingga
terwujudnya skripsi ini.
7. Dr. Sudir Koadhi, S.S., M.Pd.I. Pembimbing II yang dengan
ikhlas
meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
hingga terwujudnya skripsi ini.
8. Para dosen yang tidak dapat penulis sebut satu per satu atas
segala ilmu yang
di berikan dan diajarkan kepada penulis selama di bangku kuliah
serta
bimbingannya yang begitu membekas di diri penulis.
9. Bapak Jufri Tajuddin selaku pemilik Televisi Kabel Beta yang
telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian pada
perusahaannya.
10. Masyarakat Kecamatan Makale dengan dukungan dan kerja
samanya serta
rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan kerja
sama
dan semangat kepada kami. Serta semua pihak yang terlalu banyak
untuk
disebut satu persatu sehingga terwujudnya penulisan ini.
11. Teristimewa penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih untuk
ayah dan
Ibu, atas segala jasanya yang tak terbalas, doa dan cinta
kasihnya yang
senantiasi mengiringi setiap langkah penulis.
viii
-
12. Teristimewa juga penulis ucapkan banyak-banyak terima kasih
dan rasa
cinta yang terdalam kepada istri tercinta atas segala dukungan,
doa dan cinta
kasihnya yang senantiasi mengiringi setiap langkah penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
adanya, baik
terhadap penulis maupun para pembaca.
Makassar, 5 Rabiul Akhir 1442 H
21 November 2020 M
Penulis
Bayu Budiono
Nim: 105271100316
ix
-
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
SAMPUL.........................................................................................
i
HALAMAN JUDUL
...........................................................................................
ii
PENGESAHAN
SKRIPSI..................................................................................
iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH
.................................................................
iv
SURAT PERNYATAAN
....................................................................................
v
ABSTRAK..........................................................................................................
vi
KATA PENGANTAR
.......................................................................................
vii
DAFTAR
ISI........................................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.......................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
..................................................................................
5
C. Tujuan
Penelitian....................................................................................
5
D. Manfaat
Penelitian..................................................................................
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Efektivitas.............................................................................
7
B. Dakwah dan Media Dakwah
..................................................................
8
1. Pengertian
Dakwah............................................................................
8
2. Pengertian Media
Dakwah...............................................................
26
C. Televisi dan Televisi Kabel
..................................................................
33
1. Pengertian Televisi (Tv)
..................................................................
33
2. Pengertian Televisi
Kabel................................................................
35
x
-
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan
Penelitian...........................................................
37
1. Jenis Penelitian
................................................................................
37
2. Pendekatan
Penelitian......................................................................
38
B. Lokasi dan Objek
Penelitian.................................................................
38
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
................................................. 38
1. Fokus Penelitian
..............................................................................
38
2. Deskripsi Fokus Penelitian
..............................................................
38
D. Sumber Data
.........................................................................................
39
1. Sumber data primer
.........................................................................
39
2. Sumber data
sekunder......................................................................
40
E. Instrumen
Penelitian.............................................................................
40
F. Teknik Pengumpulan Data
...................................................................
41
1. Observasi
.........................................................................................
41
2. Wawancara
......................................................................................
41
3. Dokumentasi
....................................................................................
41
G. Teknik Analisis Data
............................................................................
42
1. Pengumpulan Data (data colection)
................................................ 43
2. Reduksi Data (data reduction)
........................................................ 43
3. Validasi Data atau Keabsahan
Data................................................. 44
4. Penyajian Data
.................................................................................
46
5. Penarikan Kesimpulan
.....................................................................
46
xi
-
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Televisi Kabel Beta
............................................... 48
1. Sejarah Berdirinya
...........................................................................
48
2. Kondisi dan Keadaan Masyarakat/Pelanggan Televisi Kabel Beta.
50
3. Jangkauan Pelanggan Televisi Kabel Beta
...................................... 51
4. Struktur Organisasi Televisi Kabel Beta
......................................... 53
5. Daftar Siaran Televisi Kabel Beta
................................................... 54
B. Efektivitas Dakwah Melalui Televisi Kabel Terhadap
Peningkatan
Pemahaman Agama di Kecamatan Makale Kab. Tana
Toraja............. 55
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Dakwah Melalui Televisi
Kabel
Terhadap Peningkatan Pemahaman Agama
......................................... 59
1. Faktor
Pendukung............................................................................
59
2. Faktor Penghambat
..........................................................................
60
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan...........................................................................................
62
B. Saran
.....................................................................................................
63
DAFTAR PUSTAKA
.......................................................................................
64
RIWAYAT
HIDUP...........................................................................................
66
LAMPIRAN
......................................................................................................
67
xii
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat muslim yang dilahirkan di dunia ini sebagai khalifah
memiliki
kewajiban untuk menyampaikan dakwah dan menyebarluaskan dakwah.
Dakwah
bukanlah kewajiban kelompok tertentu, instansi tertentu ataupun
lembaga tertentu,
namun setiap muslim berkewajiban menyampaikan agama islam untuk
menjamin
kebahagiaan dan kesejahteraan umat manusia apabila ajaran agama
islam
senantiasa diamalkan dan dijadikan sebagai pedoman hidupnya.
Setiap muslim juga dibebani wajib mengisi keimanan hati yang
rapuh,
artinya menuntun orang yang beriman untuk tetap menjaga
keimanannya.
Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125 yang
berbunyi:
عل م ه و ا
رب ك
ن ح س ن ا
ي ا ه
ت
ب ل ل م و جا د
ا ل سن ة عظ ة
م و وال
ب ل ك م ة ك رب
ي ل سب
ا ىل
ا دع
Terjemahnya:
دي ن
م هت ب ل
ا عل م و ه و
يل ه سب
ن ع
ل ض
نب
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk1
-
h. 281
1 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, (Jakarta:CV
Darus Sunnah, 2010)
1
-
2
Dalam berdakwah dan menyebarluaskan ilmu agama tentunya peran
media
disekitar kita yang berkembang semakin modern hingga saat ini
haruslah menjadi
garda terdepan dalam memaksimalkan penyampaian isi pesan-pesan
dakwah
kepada mad’u secara berkala dan terus-menerus, media penyiaran
dakwah yang
dimaksud seperti radio, televisi, koran, majalah dan media
lainnya.
Dalam pelaksanaannya komunikasi dakwah memiliki posisi dan
pesan
mediasi yaitu penyampaian berbagai pesan dakwah. Media dakwah
dapat
digunakan untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah, baik media
antarpersonal,
media massa, dan media interaktif pada hakikatnya adalah
perpanjangan alat indera.
Artinya, media merupakan isi pesan yang dimuat oleh media.
Secara kualitatif dakwah Islam bertujuan untuk mempengaruhi
dan
mentransformasikan sikap batin dan perilaku warga masyarakat
menuju tatanan
suatu kesalehan individu dan kesalehan sosial. Dakwah dengan
pesan-pesan
keagamaan dan pesan sosialnya merupakan kesadaran untuk
senantiasa memiliki
komitmen (istiqomah) di jalan yang lurus. Dakwah adalah ajakan
yang dilakukan
untuk membebaskan individu dan masyarakat dari pengaruh
eksternal nilai-nilai
syaithaniyah dan kejahatan menuju internalisasi nilai-nilai
ke-Tuhanan.2
Melihat lingkungan sekitar kita saat ini yang dikelilingi oleh
teknologi yang
semakin canggih dan modern tentunya dakwahpun saat ini telah
banyak
menggunakan dan memanfaatkan alat-alat penyampai pesan dakwah
melalui media
massa, media massa adalah sarana penyampaian pesan-pesan,
aspirasi masyarakat,
2 M. Munir dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, (Jakarta:
Prenadamedia Group,
2006), h.1
-
3
dan sebagai alat komunikasi untuk menyebarkan berita ataupun
pesan kepada
masyarakat langsung secara luas. Untuk jenis-jenis media massa
sendiri ada media
cetak, misalnya: majalah, koran, surat kabar, dan lain-lain.
Selain itu ada media
elektronik, misalnya: radio, televisi, film atau video, serta
media siber, misalnya:
media sosial, website, portal berita, blog, dan lain-lain.3
Dalam hal ini, televisi
merupakan media elektronik yang sangat penting dalam penyampaian
informasi.
Dakwah melalui siaran televisi mempunyai nilai yang sifatnya
strategis, tidak
mengenal jarak dan rintangan dimanapun lokasi tempat masyarakat
berada televisi
dapat diakses dengan mudahnya dengan bantuan alat-alat
pendukunganya. Dengan
adanya alat-alat pendukung seperti parabola memiliki daya tarik
yang kuat
dimasyarakat untuk digunakan agar dapat menikmati siaran-siaran
televisi yang
diinginkan.
Berdasarkan hal tersebut, maka penyampaian pesan-pesan dakwah
melalui
siaran televisi kita tidak perlu lagi berkumpul disuatu majelis
taklim, meskipun
difahami dan tidak dipungkiri mendengarkan pesan-pesan agama
secara langsung
melalui taklim pahala dan keutamaannya lebih tinggi namun perlu
diketahui ketika
kita berada disuatu daerah terpencil, pelosok maupun daerah
tertinggal masyarakat
yang berada pada daerah tersebut akan sulit mendapatkan suatu
mejelis taklim yang
dibawakan oleh para dai. Namun dengan media televisi ini
masyarakat tidak harus
keluar dari rumah untuk mendapatkan nasehat-nasehat agama,
kapanpun dapat
mengakses dan menikmatinya.
3 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa : Sebuah Analisis Media
Televisi, (Jakarta :
Rineka Cipta, 1996), h. 40
-
4
Melihat keadaan masyarakat disuatu daerah dan memanfaatkan
teknologi
yang berkembang saat ini penyiaran siaran televisi saat ini
tidak hanya
menggunakan parabola bahkan masyarakat juga disuguhkan dengan
adanya televisi
kabel atau biasa disebut Tv Kabel. Tv kabel lebih terlihat
kelebihan utamanya dari
keinginan masyarakat yang ingin menyaksikan siaran televisi
namun tidak mau
repot membeli parabola, cukup mereka membayar biaya tagihan dari
jasa Tv kabel
setiap bulannya mereka bisa menikmati siaran yang disajikan.
Tv kabel berarti media penyebaran siaran televisi menggunakan
jaringan
kabel melalui stasiun dalam memberikan layanan siaran televisi
kepada
masyarakat. Selama daerah dan medan tersebut masih dapat
dijangkau dengan
kabel maka masyarakat didaerah tersebut bisa menikmatinya.
Efektivitas inilah
yang mendukung masyarakat yang tidak harus mengeluarkan dana
besar untuk
membeli parabola namun cukup dengan membayar biaya yang murah
dan
terjangkau siaran setiap bulannya kepada penyedia jasa.
Tv kabel Beta merupakan salah satu stasiun penyedia layanan Tv
kabel yang
terletak di Kecamatan Makale Kabupaten Tana Toraja, dimana Tv
kabel ini
menyediakan siaran-siaran dari berbagai channel Tv nasional
maupun
internasional. Siaran Tv nasional yang disuguhkan kepada
masyarakat tentunya
terdapat didalamnya siaran-siaran yang bernuansa islami atau
yang berisi
didalamnya nilai-nilai keislaman dan dakwah islam, misalnya
siaran insan Tv, rodja
Tv dan lain-lain. Terdapat juga siaran lokal yang digunakan dan
dimanfaatkan oleh
Tv kabel ini untuk menyiarkan keadaan atau suatu acara yang
terjadi di daerah
tersebut secara bergantian.
-
5
Siaran agama dari channel Tv nasional keagamaan seperti insan Tu
atau
yang lainnya harus bisa menjadi sarana yang dapat meningkatkan
ilmu dan
pemahaman masyarakat terhadap agama islam, begitu juga dengan
memaksimalkan
siaran Tv lokal harusnya bisa memberikan suguhan-suguhan acara
agar bisa
meningkatkan pemahaman agama dan kualitas agama masyarakat
setempat.
Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk
meneliti
efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap peningkatan
pemahaman agama di
Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas penulis dapat
merumuskan
permasalahan yang dapat dikaji sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap
peningkatan
pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja ?
2. Apa faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui Tv kabel
terhadap
peningkatan pemahaman agama?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui efektivitas dakwah melalui Tv kabel
terhadap
peningkatan pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana
Toraja
2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dakwah
melalui Tv
kabel terhadap peningkatan pemahaman agama
-
6
D. Manfaat Penelitian
Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna antara
lain
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat muslim Kecamatan
Makale tentang dakwah melalui Tv kabel Beta.
b. Memberikan wawasan dibidang keislaman melalui Tv kabel
Beta
kepada masyarakat muslim Kecamatan Makale
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian dapat memberikan penjelasan mengenai
keefektivan
dakwah Tv kabel Beta bagi masyarakat muslim dalam menambah ilmu
dan
pengetahuan keagamaan.
-
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Efektivitas
Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang
berarti
berhasil, atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik.
Efektivitas pada
dasarnya menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau
senantiasa
dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada
perbedaan
diantara keduanya.4 Definisi dari Kamus Besar Bahasa Indonesia,
bahwa kata
efektif mempunyai arti efek, pengaruh, akibat atau dapat membawa
hasil, jadi
efektivitas adalah keaktifan, daya guna, adanya kesesuaian dalam
suatu
kegiatan orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang
dituju.5
Kamus ilmiah popular mendefinisikan efektivitas sebagai
ketepatan
penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Kata efektivitas
sebagai tingkat
pencapaian organisasi dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Efektivitas
berarti daya pesan untuk mempengaruhi atau tingkat kemampuan
pesan-pesan
untuk mempengaruhi.
Efektivitas juga bisa diartikan sebagai suatu pengukuran
akan
tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya secara
matang.
Efektivias dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau
keadaan, dimana
dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang
digunakan,
233.
4 Sondang P. Siagian, Teori Efektivitas, (Bandung: Lokopedia,
2001), h. 24.
5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Efektivitas,
(Jakarta: Lokopedia, 2004), h.
7
-
8
serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang
diinginkan
dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan.6
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa efektivitas
adalah
suatu keadaan yang menunjukkan sampai sejauh mana rencana atau
tujuan
dapat tercapai. Tujuan dapat dikatakan efektif apabila semakin
banyak rencana
yang dapat dicapai, maka semakin efektif pula kegiatan tersebut,
sehingga kata
efektivitas dapat juga diartikan sebagai tingkat keberhasilan
yang dapat dicapai
dari suatu cara atau usaha tertentu sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
Media dakwah Islam dapat dikatakan efektif ketika memenuhi
kriteria,
diantaranya mampu memberikan pengaruh, perubahan atau dapat
membawa
hasil.
B. Dakwah dan Media Dakwah
1. Pengertian Dakwah
Dakwah menuju jalan Allah, maknanya adalah mengajak orang lain
agar
melaksanakan perintahNya, dan menjauhi segala laranganNya. Hal
itu berarti
memerintahkan orang lain untuk melakukan segala kebaikan, dan
melarang
orang lain dari segala keburukan. Allah subhana wata’ala ketika
menjelaskan
makna dakwah berfirman,
ل ن ة
ا
ل ي دع و إ
وا
ن ار ال
ل إ
دع و ن ك ي
ولى ئ أ
Terjemahnya:
6 Sondang P. Siagian, Teori Efektivitas, h. 24
-
9
Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga.
(Q.S Al Baqarah: 221) 7
Makna dakwah disini adalah menyeru dan mengajak serta
memerintah.
Allah berfirman ketika menceritakan seorang mukmin dari
kalangan
pengikut Firaun
ل الن ا ر ا
وت دع ون ن
جوة ى
ل الن ا دع و كم ا
ما ل
قو م
ويى
Terjemahnya:
Dan wahai kaumku! Bagaimanakah ini, aku menyerumu kepada
keselamatan, tetapi kamu menyeruku ke neraka? (Q.S Gafir: 41)8
Berdasarkan hal tersebut, maka makna dakwah secara syara’
adalah,
mengajak orang lain agar melakukan segala perintah Allah, baik
berupa ucapan
atau amalandan meninggalkan segala larangan Allah baik berupa
ucapan atau
perbuatan.
Dalam makna ini Syaikhul Islam berkata, “Yaitu ajakan beriman
kepada
Allah dan kepada segala hal yang dibawa oleh para rasulNya serta
ajakan
kepada menaati mereka dengan sesuatu yang mereka perintahkan.
Maka
dakwah kepada sesuatu yang dibawa para rasul adalah termasuk
dakwah kepada
Allah.
Dakwah kepada Allah maknanya adalah memerintahkan dan
mengajak
makhluk dan hamba untuk menaati perintah Allah, berupa iman
kepadaNya dan
kepada segala hal yang dibawa oleh para Rasul, termasuk
didalamnya adalah
7 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, (Jakarta:CV
Darus Sunnah,2010) h.
35
8 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, h. 472
-
10
agama secara keseluruhan. Oleh karena itu, dakwah dalam
Al-Quran
diungkapkan dalam bentuk seruan dan ajakan, seperti ungkapan,
“Wahai
manusia! Wahai orang-orang yang beriman! Wahai ahli kitab! Wahai
Bani
Israil! Wahai anak-anak Adam!” dan kalimat lainnya yang
menunjukkan makna
permintaan, perintah, dan ajakan.9
a. Unsur-Unsur Dakwah
1) Subjek Dakwah
Subjek dakwah adalah seorang atau sekumpulan orang yang
menjadi
sumber ide, sehingga pesan dakwah akan sangat dipengaruhi oleh
keahlian,
kecerdasan, keterampilan, sikap, dan tingkah laku subjek dakwah.
Akibat
perkembangan ilmu dan teknologi yang membawa masyarakat
permasalahan yang semakin kompleks, maka dakwah juga dituntut
untuk
berkembang atau berubah baik dari segi pendekatan, metode,
maupun
teknik penyampaiannya. Dakwah yang mengikuti pola kehidupan
umat
tidak akan kehilangan relevansi dan justru mengena pada sasaran
dakwah.
Untuk dapat menemukan pendekatan dakwah yang tepat, subjek
dakwah baik yang berwujud perorangan maupun organisasi-
harus
memenuhi dua syarat yaitu tafaqquh fid diin dan tafaqquh fin
naas.10
Tafaqquh fid diin ialah paham akan risalah atau materi dakwah
yang
akan disampaikan, serta mampu menerapkan ajaran tersebut ke
dalam
realitas kemasyarakatan yang kongkrit dalam konteks budaya
setempat.
9 Beni Sarbeni, Begini Seharusnya Berdakwah, (Jakarta: Darul
Haq, 2018), h. 19-20.
10 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Semarang: Ramadhani, 1981), h.
148
-
11
Contoh dalam hal ini adalah pendekatan budaya yang dilakukan
oleh Wali
Songo. Dalam dakwahnya mempergunakan cara-cara yang luwes,
menafsirkan secara baru cerita wayang yang telah dikenal rakyat
ke dalam
nuansa Islam. Sehingga al-Qur’an dapat diterima secara enak
oleh
penguasa-penguasa di daerah pedalaman.11
Sedangkan tafaqquh fin naas adalah paham akan keadaan sosio-
kultural dari sasaran dakwah, juga permasalahan yang
dihadapinya. Subjek
dakwah mampu untuk mengatasi masalah dan kebutuhan kongkrit
sasaran
dakwah berdasar dan berpedoman kepada cara-cara ilmiah yang
dibenarkan
oleh al-Qur’an atau Hadist.12
Termasuk dalam bagian ini adalah menguasai ilmu jiwa,
sosiologi,
demografi, sosiografi dan ilmu kemasyarakatan lainnya. Dari dua
syarat
tersebut dapat ditemukan pendekatan dakwah yang tepat, yang
pada
gilirannya masyarakat sebagai sasaran dakwah akan merasa perlu
dan butuh
terhadap dakwah serta mau menyambut seruan dakwah karena
merasa
kepentingannya diperhatikan.
Pendekatan dakwah menuntut kualifikasi yang baik dari subjek
dakwah. Menurut Syeikh Muhammad Abduh kualifikasi seorang
da’i
adalah:
11 Rosihan Anwar, Demi Dakwah, (Bandung: Al Ma’arif, 1976), h.
9
12 Rosihan Anwar, Demi Dakwah, h. 9
-
12
1) hendaklah seseorang pemberi dakwah mempunyai pengetahuan
yang sempurna tentang al-Qur’an, Hadits, Sejarah Nabi,
Sejarah
para sahabat;
2) berpengetahuan tentang keadaan umat yang didakwahi,
sosial,
ekonomi, dan budaya;
3) berpengetahuan tentang sejarah supaya dapat mengetahui dari
mana
sumber kerusakan akhlaq dan timbulnya adat istiadat yang
mengganggu kecerdasan berfikir;
4) berpengetahuan tentang ilmu bumi atau geografi, sehingga
diketahui
kondisi geografi suatu daerah yang menjadi medan dakwah;
5) menguasai ilmu jiwa, ilmu akhlaq dan mengamalkannya;
6) mengetahui kehidupan dan kesenian yang berlaku dikalangan
umat;
serta
7) menguasai ilmu sosiolog, politik, dan bahasa.13
Syekh Al-Maroghy dalam tafsirnya juz 4 menambahkan bahwa
seorang
da’i harus memenuhi syarat-syarat:
1) alim dibidang al-Qur’an, Sunnah, menguasai biografi
Rasulullah
SAW, dan Khulafaurrosyidin;
2) mampu memahami kondisi atau hal ihwal dari sasaran dakwah
yaitu
tentang masalah-masalah yang dihadapi mereka, potensi yang
dimiliki, tabiat/wataknya, akhlak, serta kehidupan
sosialnya;
3) menguasai bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang
13 Hamka, Tafsir Al Azhar juz 4, (Jakarta: Pustaka Panjimas,
1982), h. 47-51
-
13
didakwahi, sebagaimana Rasulullah SAW memerintahkan kepada
beberapa sahabat untuk mempelajari bahasa Ibrani guna
dijadikan
alat berdialog dengan orang Yahudi yang bertetangga dengan
beliau
dan untuk mengetahui hakekat mereka; dan
4) memahami agama, aliran, dan mazhab-mazhab atau
sekte-sekte
umat agar da’i mengetahui mana yang batil yang terkandung di
dalamnya. Sebab apabila seseorang itu tidak memahami tentang
adanya kebatilan yang dianutnya itu, tentulah orang tersebut
akan
sulit menerima kebenaran yang dibawa oleh da’i.14
Uraian di atas menegaskan bahwa pengetahuan agama belum
cukup
untuk menjadi seorang da’i. Butuh kemampuan lain seperti
pengetahuan
umum, bahasa, serta kemampuan untuk merumuskan dan mencari
pemecahan masalah umat. Materi dakwah yang disampaikan akan
terasa
aktual dan tidak membosankan, juga membuka mata pada realitas
yang
tengah dialami oleh umat.
2) Objek Dakwah
Sasaran dakwah ialah manusia yang diajak ke jalan Tuhan atau
yang
menjadi sasaran dari usaha dakwah. Sasaran dakwah
bermacam-macam
bentuk dan keadaannya, ada yang sudah Islam ada yang belum, ada
yang
cerdas dan ada yang bodoh, ada yang kaya dan miskin, ada yang
tebal
imannya dan masih tipis imannya. Kemudian ada yang hanya
14 M. Rosyid Ridla, Afif Rifa’i dan Suisyanto, Pengantar Ilmu
Dakwah: Sejarah,
Perspektif, dan Ruang Lingkup,(Yogyakarta: Samudra Biru, 2017).
h. 36-37
-
14
memperlihatkan keperluan beragama pada peristiwa-peristiwa
penting
dalam kehidupan mereka seperti pada waktu lahir, nikahan,
meninggal, dan
sebagainya. Jadi masyarakat sasaran dakwah adalah beragam,
beragam
dalam budaya, tingkat keagamaannya, kondisi sosial ekonominya,
dan
sebagainya.
Masyarakat sebagai sasaran dakwah dengan segala
kompleksitasnya
harus dipelajari atau diteliti terlebih dahulu. Karena berdakwah
di kalangan
anak-anak akan berbeda penyampaian dengan remaja atau orang tua.
Begitu
juga dengan cara berdakwah di kalangan buruh, mahasiswa, petani,
guru,
pedagang, pejabat pemerintah, tentara, wanita dan sebagainya.15
Semua
perlu dipelajari karena setiap sasaran dakwah dengan
karakteristiknya
memerlukan pendekatan atau cara dakwah yang berbeda. Asumsinya
adalah
suatu metode dakwah yang cocok diterapkan pada suatu
kelompok
masyarakat, belum tentu dapat diterapkan pada kelompok lain.
Sasaran dakwah terbagi menjadi dua yaitu sasaran internal
yang
terdiri dari semua lapisan masyarakat yang sudah memeluk agama
Islam.
Serta sasaran eksternal yaitu masyarakat yang belum memeluk
agama
Islam. Dalam menyampaikan dakwahnya seorang da’i harus
memperhatikan karakteristik sasaran atau objek dakwah, yang
meliputi
jenis kelamin, umur, pendidikan, ekonomi atau status sosial,
hingga pada
level geografis atau area tempat hidupnya umat.16 Karena perlu
diketahui
15 A. Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam,(Yogyakarta:
Nida, 1971), h. 26
16 Masdar Helmy, Dakwah Dalam Alam Pembangunan, (Semarang: Toha
Putra, 1973), h.
61
-
15
bahwa sasaran dakwah adalah masyarakat yang selalu berubah,
berubah
aspirasinya, berubah pandangan hidupnya, berubah cita rasanya,
sehingga
materi dakwah yang disampaikan pada waktu lalu mungkin tidak
relevan
lagi disampaikan pada saat sekarang. Karena itu sampaikanlah
ajaran Islam
dengan orientasi dan analisa yang berbeda serta gaya berbeda
pula.
3) Materi Dakwah
Materi dakwah ialah bahan-bahan yang dipergunakan untuk
berdakwah dalam rangka mencapai tujuan dakwah. Adapun
sumber-sumber
materi dakwah adalah al-Qur’an dan Hadits, sejarah perjuangan
Nabi dan
ilmu pengetahuan umum. Materi dakwah tersebut merupakan
akumulasi
dari keseluruhan ajaran Islam yang ada dalam al-Quran dan
Sunnah. Dalam
pelaksanaannya, masing-masing materi dakwah tersebut dapat
dijabarkan
secara proporsional sesuai dengan kebutuhan sasaran dakwah.
Materi dakwah adalah pesan, isi atau muatan yang disampaikan
da’i
kepada umat. Secara garis besar, materi dakwah dapat
dikelompokkan ke
dalam masalah akidah, syari’ah, ibadah, muamalah, akhlak, dan
urusan
publik. Menggunakan bahasa lain, Ali Yafie menyebutkan lima
pokok
materi dakwah, yaitu masalah kehidupan, manusia, harta benda,
ilmu
pengetahuan, masalah akhlak.17 Konsep tentang iman misalnya,
dapat
dijelaskan tentang ragam dan cakupan dari persoalan keimanan
baik yang
sudah dikonsep dalam al-Qur’an maupun Sunnah. Begitu pula
tentang
17 Julianto Saleh Ismijati, Ed., Ilmu Dakwah Perspektif Jender,
(Aceh: Bandar Publishing,
2009), h. 38
-
16
hukum Islam dapat dijabarkan dalam dimensi yang sangat luas
ketika
bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari.
Cakupan materi dakwah yang lengkap dan komprehensif tersebut
akan mempengaruhi kondisi keislaman seorang penerima dakwah.
Oleh
karena itu, semakin lengkap, sempurna, dan rinci penyampaian
pesan
dakwah, maka akan semakin sempurna pemahaman dan penerimaan
seseorang terhadap pesan dakwah yang disampaikan. Begitu
juga
sebaliknya, pemahaman atau materi dakwah yang disampaikan
secara
parsial justru mengundang masalah baru berupa pemahaman yang
dangkal,
dapat juga keliru, bahkan berpeluang mengarah pada
radikalisme.
Materi dakwah yang baik adalah materi yang sesuai dengan apa
yang
dibutuhkan oleh objek dakwah, dengan demikian mereka merasa
mendapat
manfaat dari materi yang disampaikan. Materi dakwah tidak
hanya
membahas masalah akhirat saja, tetapi juga masalah keduniaan
yang tengah
dihadapi. Sebab Risalah dibawakan justru untuk memecahkan
persoalan-
persoalan hidup yang nyata dalam berbagai aspeknya.18
Permasalahan materi dakwah pada saat sekarang ini ialah
kebanyakan materi dakwah yang disampaikan cenderung berkisar
pada
masalah fiqih ibadah saja, jarang sekali menyentuh fiqih
muamalah dan
akhlak, apalagi yang berhubungan dengan masalah sosial, ekonomi
dan
politik. Hal ini menimbulkan kesan Islam kurang lengkap dan
kurang
mempunyai relevansi dengan konteks permasalahan umat. Materi
dakwah
18 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, h. 89
-
17
tidak secara langsung mengenai kebutuhan masyarakat,
masalah-masalah
kemasyarakatan kurang tersentuh oleh dakwah atau para da’i
kurang
perhatian terhadap masalah-masalah itu sehingga merasa tak
berkewajiban
menjawabnya.
4) Metode Dakwah
Metode dakwah di sini menyangkut cara bagaimana dakwah
dilaksanakan. Dalam berdakwah penggunaan metode yang tepat
sangat
berpengaruh terhadap hasil yang didapatkan. Suatu usaha agar
supaya
tujuannya tercapai memerlukan suatu pedoman atau cara, demikian
juga
dengan usaha dakwah. Dalam al-Qur’an telah ditetapkan mengenai
sebagian
pedoman pelaksanaan dakwah yaitu terdapat dalam surat an-Nahl
ayat 125:
ن رب ك ح س ن ا
ي ا ه
ت
ب ل ل م و جا د
ا ل سن ة عظ ة
م و وال
ب ل ك م ة ك رب
ي ل سب
ا ىل
ا دع
Terjemahnya:
دي ن
م هت ب ل
ا عل م و ه و
يل ه سب
ن ع
ل ض
ن ب
ا عل م ه و
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk.19
Secara garis besar, terdapat tiga metode dakwah, yakni bil
hikmah,
mau’idzah hasanah, dan mujadalah. Pertama, metode dakwah melalui
bil
hikmah atau dapat dimaknai dengan kebijaksanaan (tindakan yang
baik dan
tepat). Cara hikmah menurut Mukti Ali adalah kesanggupan para
da’i untuk
menyiarkan Islam dengan mengingat waktu dan tempat serta
masyarakat
-
18
19 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, h.281
-
19
yang dihadapi.20 Artinya dalam berdakwah perlu memperhatikan
situasi dan
kondisi objek dakwah, kemudian menyesuaikan materi dengan
situasi dan
kondisi objek dakwah tersebut.
Dakwah dengan metode hikmah (kebijaksanaan) ini jangkauannya
lebih luas, tidak sekedar menyampaikan pesan dakwah dengan lisan
atau
tulisan saja. Dakwah dengan metode ini bisa dikatakan sebagai
dakwah bil
ro’yi, artinya bagaimana mengajak orang lain untuk melaksanakan
ajaran
agama Islam dengan metode argumentasi, alasan-alasan,
dalil-dalil serta
penalaran yang dapat diterima akal apabila sasaran dakwahnya
adalah kaum
intelektual. Metode ini juga digunakan dengan menekankan amal
nyata atau
dengan suri tauladan yang baik dari juru dakwah bila sasaran
dakwahnya
adalah masyarakat awam.
Oleh karena itu, penekanan metode ini adalah aplikasi dari
ajaran
Islam yang dilakukan oleh juru dakwah. Akumulasi dari proses
dakwah
dengan metode bil hikmah ini adalah lahirnya tatanan sosial yang
sesuai
dengan norma agama, karena dalam metode dakwah ini selalu
menekankan
aplikasi nyata secara bersama-sama antara juru dakwah dan
sasaran dakwah
terhadap pesan dakwah yang sudah disusun secara sistematis.
Kedua, metode dakwah yang mau’idzah hasanah atau tutur kata
yang baik yakni berupa nasehat-nasehat, anjuran ataupun
didikan-didikan
yang mudah dipahami. Ketika dakwah dilaksanakan dengan tutur
kata yang
baik, maka akan dapat mengundang simpati objek dakwah dan
dapat
20 A. Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam, h. 14
-
20
mengetuk hati mereka untuk mengikuti ajakan dakwah. Agar
kata-katanya
diikuti oleh objek dakwah maka tindak laku seorang da’i harus
merupakan
contoh teladan yang baik bagi orang lain. Sering kali perbuatan
yang baik
itu lebih ampuh pengaruhnya daripada kata-kata yang baik.21
Untuk dapat menyajikan materi dakwah menjadi suatu hal yang
mudah dipahami, bukanlah perkara mudah. Diperlukan suatu
kepandaian
dan kebijaksanaan (hikmah), bagaimana membuat tutur kata yang
baik dan
kapan saat yang tepat untuk menyampaikannya. Metode dakwah ini
lebih
menekankan dalam bentuk tutur kata yang baik dalam penyampaian
pesan
dakwah. Banyak macamnya dakwah dengan metode ini antara
lain,
pengajian umum, majelis taklim, penataran dan khutbah Jumat,
serta
berbagai kegiatan keagamaan, seperti perayaan hari besar dan
lain
sebagainya.
Ketiga, metode dakwah yang mujadalah. Metode ini digunakan
apabila ada pertanyaan atau bantahan dari objek dakwah, maka
jawablah
dengan cara yang baik, ajaklah berdebat dengan cara yang baik
sehingga
memuaskan mereka. Dalam menjawab pertanyaan objek dakwah
maupun
dalam berdebat dengan mereka perlu pula diperhatikan tingkat
kecerdasan
mereka sebagaimana sabda Nabi yang menyuruh kita untuk
berbicara
kepada manusia menurut kecerdasan mereka. Sebagaimana tersebut
dalam
21 A. Mukti Ali, Faktor-Faktor Penyiaran Islam, h. 12
-
21
hadits sebagai berikut yang artinya “Berbicaralah kepada manusia
menurut
kecerdasan mereka masing-masing.”22
Dalam diskusi yang harus dijaga adalah perdebatan yang
terjadi
dengan cara baik, sabar, tidak sempit dada. Sebab juru dakwah
harus
mengerti bahwa tujuannya bukan menang dalam perdebatan tetapi
dapat
memuaskan lawan dan membawanya kepada kebenaran.23 Dengan
demikian dalam berdiskusi diperlukan kebijaksanaan. Contoh
dakwah
dengan cara ini adalah dialog antara Islam dan Kristen yang
bahkan sudah
dibukukan.
Dakwah melalui bertukar pikiran harus dilakukan dengan sopan
santun dan cara-cara yang baik, agar pesan dakwah yang
disampaikan dapat
diterima dengan baik. Kegiatan dakwah dengan metode ini antara
lain dalam
bentuk kegiatan seminar, diskusi, dialog agama dan konseling
agama.
Metode dakwah ini menekankan adanya argumentasi yang rasional
dalam
menyampaikan pesan-pesan dakwah, karena antara juru dakwah dan
sasaran
dakwah akan terjadi interaksi secara langsung, sehingga semakin
kuat
logika berpikir yang diterapkan, maka akan lebih besar
pengaruhnya.
Dalam melaksanakan kegiatan dakwah, metode yang sudah
dibahas
di atas dapat diterapkan secara bersama-sama, bahkan sulit
dalam
melakukan dakwah hanya dengan menggunakan satu metode tertentu.
Oleh
karena itu, dakwah yang menggunakan beberapa metode akan
terlaksana
22 Zakiah Darajat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental,
(Jakarta : Bulan Bintang,
1979), h. 58
23 Abdul Kadir Munsyi, Metode Diskusi dalam Dakwah, (Surabaya:
Al Ikhlas, 1981), h. 57
-
22
dengan baik dibanding menggunakan satu metode tertentu.
Penentuan
penggunaan metode dakwah harus mempertimbangkan situasi dan
kondisi
masyarakat sebagai sasaran saat berlangsungnya kegiatan
dakwah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode dakwah
merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan di dalam
menghadapi
berbagai macam objek dakwah yang berada dalam berbagai situasi
dan
kondisi. Hikmah merujuk pada cara atau taktik dakwah, sedang
mau’idzah
hasanah lebih menunjukkan kepada bentuk dakwah. Dalam
pengembangannya metode al-qur’an tersebut dapat dikembangkan
sesuai
dengan situasi dan kondisi objek dakwah. Heterogenitas objek
dakwah
membutuhkan metode yang berbeda-beda untuk menghadapinya.
Kemudian berdasarkan ayat tersebut, Syekh Muhammad Abduh
dalam tafsir Al-Manar juz III yang dikutip oleh M. Natsir
menyimpulkan
bahwa:
1. Metode bil hikmah digunakan untuk menghadapi golongan
cerdik
pandai atau ilmuwan, di mana dalam dakwah kepada mereka
disertai
dengan alasan-alasan, dalih dan hujjah yang dapat diterima
oleh
kekuatan akal mereka.
2. Mau’idhoh hasanah digunakan untuk menghadapi golongan
awam
yang belum dapat berfikir secara kritis. Dakwah dengan cara
mau’idhoh
hasanah ini berupa anjuran, didikan dan ajaran-ajaran yang
mudah
dipahami.
-
23
3. Mujadalah bil lati hiya ahsan digunakan untuk golongan di
antara
dua golongan di atas, yaitu berupa diskusi, tukar fikiran secara
baik,
karena golongan ini mempunyai tingkat kecerdasan yang belum
begitu
tinggi sehingga tidak sesuai dilayani dengan hikmah maupun
mau’idhoh
hasanah.24
b. Macam-Macam Dakwah
Secara umum dakwah Islam dapat dikategorikan kedalam tiga
macam,
yaitu:
1. Dakwah bi al-lisan
Dakwah bi al-lisan yaitu dakwah yang secara langsung
disampaikan
dalam wujud lisan sehingga ada interaksi yang terjalin antara
pemberi
dakwah dengan orang yang mendengarkan dakwah tersebut.
Dengan
dakwah lisan atau dakwah langsung, seseorang bisa langsung
mendengarkan dan memahami apa yang telah disampaikan oleh
pemberi
dakwah, jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka orang
tersebut bisa
langsung menanyakan langsung hal tersebut agar lebih jelas dan
mampu
dipahami. Dakwah yang dilaksanakan dengan lisan dilakukan antara
lain
dengan ceramah-ceramah, khutbah, diskusi, nasihat, dan
lain-lain. Metode
ceramah ini tampaknya sudah sering dilakukan oleh para juru
dakwah, baik
ceramah di majlis taklim, khutbah jumat di masjid-masjid atau
ceramah
pengajian. Dari aspek jumlah, dakwah melalui lisan (ceramah) ini
sudah
24 M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Semarang: Ramadhani, 1981) h.
159
-
24
cukup banyak dilakukan oleh para juru dakwah di
tengah-tengah
masyarakat.
2) Dakwah bi al-hal
Dakwah bi al-hal secara etimologi merupakan gabungan dari
kata
dua kata yaitu kata dakwah dan al-hal. Kata dakwah artinya
menyeru,
memanggil. Sedangkan kata al-hal berarti keadaan. Jika dua kata
tadi
dihubungkan maka dakwah bi al-hal mengandung arti
“memanggil,
menyeru dengan menggunakan keadaan, atau menyeru, mengajak
dengan
perbuatan nyata”.
Dakwah secara terminologis mengandung pengertian: mendorong
manusia agar berbuat kebijakan dan menuntut pada petunjuk,
menyeru
mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan
munkar agar
mereka mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.
Dakwah bi al-hal yaitu memanggil, menyeru manusia kejalan
Allah
SWT untuk kebahagiaan dunia dan akhirat dengan menggunakan
keadaan
manusia yang didakwahi atau memanggil ke jalan Allah SWT
untuk
kebahagiaan manusia dunia dan akhirat dengan perbuatan nyata
yang sesuai
dengan keadaan manusia. Dakwah bil al-hal adalah dakwah
dengan
perbuatan nyata seperti yang dilakukan oleh Rasulullah Saw,
terbukti bahwa
pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan adalah pembangunan
masjid
Quba, mempersatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan
ukhuwah
Islamiyah.25
25 Samsul Munir, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), h.
97-98
-
25
Dakwah bil hal merupakan aktivitas dakwah islam yang
dilakukan
dengan tindakan nyata atau amal nyata terhadap kebutuhan
penerima
dakwah. Sehingga tindakan nyata tersebut sesuai dengan apa
yang
dibutuhkan oleh penerima dakwah. Al-Qur’an menyebutkan
kegiatan
dakwah dengan “Ahsanul qaul Wal Haal” (ucapan dan perbuatan
yang
baik). Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Fushilat ayat
33, sebagai
berikut:
م ن ن
ن إ
ل وق ا
ل ااا مل ص
وع
ا
ل إ
د ع ا
ن م
والً ق
ن س ي
أ ح ن م سل
وم
ال م
Terjemahnya:
Siapakah yang paling baik perkataannya dripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata:
“Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?”.26
Dakwah bi al-hal yaitu dakwah dengan perbuatan nyata yang
meliputi
keteladanan. Misalnya dengan tindakan amal karya nyata yang dari
karya
nyata tersebut hasilnya dapat dirasakan secara konkret oleh
masyarakat
sebagai objek dakwah.27 Dakwah bi al-hal dilakukan oleh
Rasulullah,
terbukti bahwa ketika pertama kali tiba di Madinah yang
dilakukan Nabi
yaitu membangun masjid Al-Quba, mempersatukan kaum Anshor
dan
Muhajirin. Kedua hal ini merupakan dakwah nyata yang dilakukan
oleh
Nabi yang dapat dikatakan sebagai dakwah bi al-hal
26 Kementrian Agama RI, Al-quran dan Terjemahnya, h. 480
27 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h.11
-
26
3) Dakwah bi al-Qalam
Dakwah bi al-qalam, yaitu dakwah melalui tulisan yang
dilakukan
dengan keahlian menulis surat kabar, majalah, buku, maupun
internet.
Jangkauan yang dapat dicapai oleh dakwah bi al-qalam ini lebih
luas dari
media lisan, demikian pula metode yang digunakan tidak
membutuhkan
waktu secara khusus untuk kegiatannya.
c. Tujuan Dakwah
Dakwah memiliki tujuan yang beragam sesuai dengan latar
belakang
misi penyelenggaraan dakwah itu sendiri. Hakikatnya adalah
dakwah
bertujuan untuk menyampaikan kebenaran, memahamkan ajaran
kebenaran
yang ada dalam al-Qur’an, serta mengajak manusia mengamalkan
ajaran
Islam. Amin dan Mashur menjelaskan tujuan dakwah ke dalam dua
bagian,
yakni tujuan dakwah secara umum untuk tercapainya kebahagiaan
hidup
manusia di dunia dan akhirat. Adapun tujuan dakwah secara khusus
dapat
dilihat dari segi obyek dan materi dakwah yang disampaikan. Dari
segi
obyek dakwah, penyelenggaraan dakwah bertujuan:
1) Terbentuknya pribadi muslim yang taat kepada Allah SWT
dan
berakhlak mulia;
2) Terbentuknya keluarga sakinah;
3) Terciptanya masyarakat yang sejahtera, damai, dan Islami;
dan
-
27
4) Terbentuknya masyarakat dunia yang penuh dengan
kedamaian,
ketenangan, keadilan tanpa adanya diskriminasi dan
ekspoitas.28
Tujuan dakwah di atas terlebih dahulu mengarah pada
kemaslahatan
ummat Islam, kemudian barulah memandang kepada kedamaian dunia.
Ini
juga membuktikan bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil
‘alamin.
Sedang tujuan dakwah ditinjau dari segi materi dakwah
meliputi:
1) Tujuan akidah, tertanamnya akidah yang mantap bagi tiap-tiap
manusia;
2) Tujuan akhlak, terwujudnya pribadi muslim yang berbudi luhur
dan
berakhlakul karimah; dan
3) Tujuan hukum, terbentuknya umat manusia yang mematuhi
hukum-
hukum yang telah disyari’atkan Allah SWT.29
2. Pengertian Media Dakwah
Hamzah Ya’qub membagi media dakwah itu menjadi lima,
sebagaimana yang dikutip oleh Moh. Ali Aziz :
Lisan, inilah media dakwah yang paling sederhana yang
menggunakan lidah
dan suara. Media ini dapat berbentuk pidato, ceramah, kuliah,
bimbingan,
penyuluhan, dan sebagainya.
Tulisan, buku majalah, surat kabar, korespondensi (surat,
e-mail, sms),
spanduk dan lain-lain.
Lukisan, gambar, karikatur, dan sebagainya.
Audio visual, yaitu alat dakwah yang dapat merangsang indera
pendengaran
28 Masyhur, Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, (Yogyakarta: Al
Amin Press, 1997),
h. 168-179
29 Masyhur, Amin, Dakwah Islam dan Pesan Moral, h. 24-25
-
28
atau penglihatan dan kedua-duanya. Bisa berbentuk televisi,
slide, internet, dan
sebagainya.
Akhlak, yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran
Islam
yang dapat dinikmati dan didengarkan oleh mad’u.30
Ada beberapa macam media dalam suatu proses dakwah. Secara
umum
media-media benda yang dapat digunakan sebagai media dakwah
terdiri dari :
a. Media Visual
Media visual adalah bahan-bahan atau alat yang dapat
dioperasikan
untuk kepentingan dakwah melalui indra penglihatan. Yang
termasuk dalam
media ini diantaranya yaitu:
(1) Film Slide
Film slide ini berupa rekaman gambar pada film positif yang
telah diprogram sedemikian rupa sehingga hasilnya sesuai dengan
apa
yang telah diprogramkan. Pengoperasian film slide melalui
proyektor
yang kemudian gambarnya diproyeksikan pada screen. Kelebihan
dari
film slide ini adalah mampu memberikan gambaran yang jelas
kepada
audiens tentang informasi yang disampaikan oleh seorang juru
dakwah.31
(2) Overhead Proyektor (OHP)
OHP adalah perangkat keras yang dapat memproyeksikan
program kedalam screen dari program yang telah disiapkan
melalui
30 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2004) h.
120
31 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 116-117
-
29
plastik transparan. Perangkat ini tepat sekali untuk
menyampaikan
materi dakwah kepada kalangan terbatas baik sifat maupun
tempatnya.
Kelebihan menggunakan media ini adalah program dapat disusun
sesuai
dengan selera da’i dan apalagi jika diwarnai dengan seni grafis
yang
menarik. Sedangkan kelemahannya yaitu memerlukan ruangan
khusus
yang beraliran listrik juga menuntut kreatifitas da’i dalam
mengungkapkan informasi melalui seni grafis yang menarik.
(3) Gambar dan Foto
Gambar dan foto merupakan dua materi visual yang sering
dijumpai, keduanya sering dijadikan media iklan yang cukup
menarik
seperti surat kabar, majalah dan sebagainya. Dalam
perkembangannya
gambar dan foto dapat dimanfaatkan sebagai media dakwah. Dalam
hal
ini, gambar dan foto yang memuat informasi/pesan yang sesuai
dengan
materi dakwah. Seorang da’i yang inovatif akan mampu
memanfaatkan
gambar dan foto untuk kepentingan dakwahnya secara efektif
dan
efisien. Kelebihan dari media ini adalah kesesuaiannya antara
dakwah
dengan perkembangan situasi melalui pemberitaan surat kabar,
atau
majalah serta keaslian situasi melalui pengambilan foto
langsung. Biaya
tidak mahal dan dapat dilakukan kapan saja dengan tidak
bergantung
kepada berkumpulnya komunikan. Kelemahannya, da’i tidak
dapat
memonitor langsung keberhasilan dakwah, salain itu menuntut
kreatifitas dan inovasi da’i
-
30
b. Media Audio
Media audio adalah alat yang dioperasikan sebagai sarana
penunjang kegiatan dakwah yang ditangkap melalui indera
pendengaran.32
1. Radio
Dalam melaksanakan dakwah, penggunaan radio sangatlah
efektif dan efisien. Jika dakwah dilakukan melalui siaran radio
dia akan
mudah dan praktis, dengan demikian dakwah akan mampu
menjangkau
jarak komunikan yang jauh dan tersebar. Disamping itu radio
mempunyai daya tarik yang kuat. Daya tarik ini ialah
disebabkan
sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya
yakni
musik, kata-kata dan efek suara.33
2. Tape Recorder
Tape recorder adalah media elektronik yang berfungsi merekam
suara ke dalam pita kaset dan dari pita kaset yang telah berisi
rekaman
suara dapat diplayback dalam bentuk suara. Dakwah dengan
tape
recorder ini relatif mengahabiskan biaya yang murah dan
dapat
disiarkan ulang kapan saja sesuai kebutuhan. Di samping itu da’i
dapat
merekam program dakwahnya disuatu tempat dan hasil
rekamannya
disebarkan pada kesempatan lain dan seterusnya.34
32 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 116-117
33 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 120
34 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 119-120
-
31
c. Media Audio Visual
Media audio visual adalah media penyampai informasi yang
dapat
menampilkan unsur gambar dan suara secara bersamaan pada
saat
menyampaikan pesan dan informasi.35
1) Televisi
Di beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak
menghabiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau dakwah
Islam
dapat memanfaatkan media ini dengan efektif, maka secara
otomatis
jangkauan dakwah akan lebih luas dan kesan keagamaan yang
ditimbulkan akan lebih mendalam.36 Program-program siaran
dakwah
yang dilakukan hendaknya mengenai sasaran objek dakwah dalam
berbagai bidang sehingga sasaran dakwah dapat meningkatkan
pengetahuan dan aktifitas beragama melalui program-program
siaran
yang disiarkan melalui televisi.
2) Film
Jika film digunakan sebagai media dakwah maka harus diisi
misi
dakwah adalah naskahnya, diikuti skenario, shooting dan
actingnya.
Memang membutuhkan keseriusan dan waktu yang lama membuat
film
sebagai media dakwah karena disamping prosedur dan prosesnya
lama
dan harus professional juga memerlukan biaya yang cukup
besar.
35 Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 120
36 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 154
-
32
Namun dengan media film ini dapat menjangkau berbagai
kalangan.37
3) Internet
Dengan media internet dakwah dapat memainkan peranannya
dalam menyebarkan informasi tentang Islam keseluruh penjuru,
dengan
keluasan akses yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batasan
wilayah,
cultural dan lainnya. Menyikapi fenomena ini, Nurcholis
Madjid
mengatakan :
“Pemanfaatan internet memegang peranan amat penting, maka
umat
Islam tidak perlu menghindari internet, sebab bila internet
tidak
dimanfaatkan dengan baik, maka umat Islam sendiri yang akan
rugi.
Karena selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga
menyediakan
informasi dan data yang kesemuanya memudahkan umat untuk
bekerja.”
Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh
jaringan internet dalam membentuk jaringan dan pemanfaatan
dakwah,
maka dakwah dapat dilakukan dengan membuat jaringan-
jaringan
informasi tentang Islam atau sering disebut dengan cybermuslim
atau
cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajikan dan
menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas dan metode
yang
beragam variasinya.38 Begitu pula dengan media sosial yang
semakin
berkembang saat ini seperti youtube, facebook, Instagram dan
37 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 121
38 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 156
-
33
sebagainya yang harus dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya
oleh
seorang da’i karena efektifitas pada saat ini sangat tinggi.
d. Media Cetak
Media cetak adalah untuk menyampaikan informasi melalui
tulisan
yang tercetak. Media ini sudah lama dikenal dan mudah dijumpai
dimana-
mana.39
1) Buku
Para ulama salaf telah mempergunakan media buku sebagai
media dakwah yang efektif. Bahkan buku-buku dapat bertahan
lama,
dan menjangkau masyarakat secara luas menembus ruang dan
waktu.
Para da’i atau ulama penulis cukup banyak yang telah
mengabadikan
namanya dengan menulis dan mengarang buku sebagai kegiatan
dakwahnya. Seperti halnya Imam Al-Ghazali menulis Ihya’
‘Ulumuddin, Imam Nawawi menulis Riyadh Ash-Shalihin, dan
lain-
lain.40
2) Surat kabar
Surat kabar beredar dimana-mana, karena di samping harganya
yang murah beritanya juga sangat up to date dan memuat berbagai
jenis
berita. Surat kabar cepat sekali peredarannya karena jika
terlambat
beritanya akan out of date. Dakwah melalui surat kabar cukup
tepat dan
cepat beredar melalui berbagai penjuru. Karena itu dakwah
melalui surat
39 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 120
40 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 123
-
34
kabar sangat efektif dan efisien yaitu dengan cara da’i menulis
rubrik di
surat kabar tersebut misalnya berkaitan dengan rubrik agama.
3) Majalah
Majalah mempunyai fungsi yaitu menyebarkan informasi atau
misi yang dibawa oleh penerbitnya. Majalah biasanya mempunyai
ciri
tertentu, ada yang khusus wanita, remaja, pendidikan,
keagamaan,
teknologi, kesehatan, olahraga, dan sebagainya. Sekalipun
majalah
mempunyai ciri tersendiri tetapi majalah masih dapat
difungsikan
sebagai media dakwah, yaitu dengan jalan menyelipkan misi
dakwah
kedalam isinya, bagi majalah bertema umum. Jika majalah
tersebut
majalah keagamaan, maka dapat dimanfaatkan sebagai majalah
dakwah.
Jika berdakwah melalui majalah maka seorang dai’i dapat
memanfaatkannya dengan cara menulis rubrik atau kolom yang
berhubungan dengan dakwah Islam.41
Media dakwah sangat diperlukan untuk menyempurnakan
tercapainya pesan dakwah yang akan diterima oleh mad’u, berbagai
bentuk
media dakwah dapat diterapkan dengan menyesuaikan kondisi dari
si
penerima pesan dakwah atau mad’u itu sendiri.
C. Televisi dan Televisi Kabel
1. Pengertian Televisi (Tv)
Kata televisi terdiri dari kata tele yang berarti “jarak” dalam
bahasa
Yunani dan kata visi yang berarti “citra atau gambar” dalam
bahasa Latin. Jadi,
41 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, h. 124
-
35
kata televisi berarti suatu sistem penyajian gambar berikut
suaranya dari suatu
tempat yang berjarak jauh.42
Pendapat lain menyebutkan, televisi dalam bahasa Inggris
disebut
television. Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh
dan visi (vision)
yang berarti penglihatan.43
Televisi adalah media pandang sekaligus media dengar (audio-
visual).
Ia berbeda dengan media cetak yang lebih merupakan media
pandang. Orang
memandang gambar yang ditayangkan di televisi, sekaligus
mendengar atau
mencerna narasi atau narasi dari gambar tersebut.44
Televisi merupakan salah satu bentuk media sebagai alat
komunikasi
massa. Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan
melalui media
massa pada sejumlah besar orang. Media komunikasi yang termasuk
massa
yaitu radio siaran, televisi, film yang dikenal sebagai media
elektronik, serta
surat kabar dan majalah yang keduanya termasuk media
cetak.45
Jadi, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan media
komunikasi
massa yang memiliki perpaduan antara audio dan visual, yang mana
masyarakat
dapat melihat mendengar melalui audio dan melihat melalui
visual.
42 Sutisno P.C.S., Pedoman Praktis Penulisan Skenario Televisi
dan Video, (Jakarta: PT
Grasindo, 1993), h. 1
43 Onong Uchijana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,
(Bandung: PT. Itra
Aditya Bakti, 2003), h. 174
44 Adi Badjuri, Jurnaslitik Televisi, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2010), h. 39
45 Rema Karyanti S. Komunikasi Massa: Suatu Pengantar (Bandung:
Simbiosa Rekatama
Media, 2005), h. 3
-
36
2. Pengertian Televisi Kabel
Televisi kabel atau cable television adalah sistem penyiaran
acara
televisi lewat isyarat frekuensi radio yang ditransmisikan
melalui serat
optik yang tetap atau kabel coaxial dan bukan lewat udara
seperti siaran televisi
biasa yang harus ditangkap antena (over-the-air). Selain acara
televisi, acara
radio FM, dan telepon juga dapat disampaikan lewat kabel.
Sistem ini banyak dijumpai di Amerika Utara, Eropa, Australia,
Asia
Timur, Asia Tenggara, Amerika Selatan, dan Timur Tengah.
Televisi kabel
kurang berhasil di Afrika karena kepadatan penduduk yang rendah
di berbagai
daerah. Seperti halnya radio, frekuensi yang berbeda digunakan
untuk
menyebarkan banyak saluran lewat satu kabel. Sebuah kotak
penerima
digunakan untuk memilih satu saluran televisi. Sistem televisi
kabel modern
sekarang menggunakan teknologi digital untuk menyiarkan lebih
banyak
saluran televisi daripada sistem analog.46
Televisi kabel bukan hal yang asing lagi bagi kalangan
masyarakat di
Indonesia. Pengguna Televisi kabel di Indonesia sudah terhitung
banyak karena
ketersediaan data dan informasi yang baru dan tidak terbatas
menjadi salah satu
simulator masyarakat dalam mencari serta membaca berbagai
pengetahuaan
yang disediakan Pada Televisi kabel. Televisi kabel atau
Community Antena
Television (CATV) merupakan media penghubung melalui kabel
coaxial antara
operator siaran televisi dan pelanggan. Televisi kabel, juga
bisa diartikan
sebagai media kabel yang terhubung dari rumah kerumah
masyarakat. Televisi
46 https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi_kabel
https://id.wikipedia.org/wiki/Televisihttps://id.wikipedia.org/wiki/Televisihttps://id.wikipedia.org/wiki/Radiohttps://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optikhttps://id.wikipedia.org/wiki/Serat_optikhttps://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antenna_(radio)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Antenna_(radio)&action=edit&redlink=1https://id.wikipedia.org/wiki/Teleponhttps://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttps://id.wikipedia.org/wiki/Eropahttps://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Asia_Timurhttps://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Selatanhttps://id.wikipedia.org/wiki/Timur_Tengahhttps://id.wikipedia.org/wiki/Afrikahttps://id.wikipedia.org/
-
37
kabel yang digunakan banyak masyarakat dikarenakan ketidak
mampuan
masyarakat mebeli parabola sendiri, atau juga tidak ingin repot
memasang
parabola sendiri . Karena dengan adanya televisi kabel ini
membantu
masyarakat bisa menyaksikan siaran-siaran yang tidak dapat
dijangkau parabola
pada umumnya. Pada umumnya televisi kabel di Indonesia
memberikan jasa
televisi kabelnya dengan berbagai siaran konvensional maupun
siaran agama
kemudian memungut biaya pada setiap pelanggan sebagai imbalan
jasa.
Manfaat dari adanya penyelenggaraan Televisi kabel dalam
masyarakat adalah
sebuah kondisi yang sangat menguntungkan dikarenakan
penyelenggaraan
Televisi kabel dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan
hiburan bagi
masyarakat di daerah-daerah yang tidak terlayani siaran Televisi
jika
menggunakan antena biasa. Kehadiran Televisi kabel juga membawa
manfaat
bagi masyarakat belum memperoleh pekerjaan sebab
terselenggaranya aktivitas
Televisi kabel maka menjadikan dan menyediakan suatu lapangan
pekerjaan
dan menggerakkan sumber ekonomi daerah, serta menumbuhkan
rasa
kepedulian terhadap suatu kesenian dan budaya lokal,
termasuk
mengaktualisasikan bahasa daerah, lagu-lagu daerah dan prosesi
pernikahan
adat. Hal ini menyangkut pada kebijakan dan adanya keikutsertaan
pemerintah
daerah dalam menjalankan program-program yang bersumber dari
daerahnya
masing-masing.
-
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif,
karena
penelitian ini berupaya mengumpulkan fakta yang ada, penelitian
ini terfokus
pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana
adanya,
yang diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh.
“Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan
untuk
menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain yang sudah
disebutkan, yang
hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan.”47
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian
misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan
dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.48 Jenis
penelitian
ini digunakan untuk mengetahui efektivitas dakwah melalui Tv
kabel terhadap
peningkatan pemahaman agama di Kecamatan Makale Kab. Tana
Toraja.
47 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Ed. rev., cet Ke-14
(Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 3
48 Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi,
Cet. Ke-30, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, 2012), h. 6
37
-
38
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan deskriptif, yaitu
untuk
mengkaji dan memaparkan secara rinci berdasarkan judul
penelitian. Selain itu,
pendekatan deskriptif ini tidak berat pada observasi dan suasana
alamiah
(naturalisasi setting).49
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan Tv kabel yaitu
Tv kabel
Beta yang berlokasi di Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja,
Sulawesi
Selatan.
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini adalah efektivitas channel atau siaran
agama yang
disediakan Televisi Kabel Beta sebagai Media Dakwah dalam
Meningkatkan
Pemahaman Agama Islam di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja serta
apa
saja yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dakwah melalui
Televisi
kabel terhadap peningkatan pemahaman agama.
2. Deskripsi Fokus Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian diatas, maka deskripsi fokus
penelitian ini
adalah efektifitas televisi kabel yang dimaksud adalah
penggunaan televisi
kabel sebagai media dalam mendakwahkan agama islam melalui
siaran-siaran
islam seperti rodja Tv, insan Tv ataupun yang lainnya yang
disediakan oleh Tv
49 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi
Contoh Analisis
Statistik. (Bandung : Rosdakarya, 1999). h.25
-
39
kabel Beta di Kecamatan Makale Kab. Tana Toraja. Apakah
pelanggan Tv
kabel Beta terbantu dengan adanya siaran-siaran islam tersebut
sehingga dapat
meningkatkan pemahaman agama mereka secara umum dan akhirnya
bisa
dikatakan efektif.
D. Sumber Data
Sumber data merupakan bagian paling urgen dalam penelitian,
karena
dengan data inilah seseorang dapat menganalisis suatu masalah,
menarik
kesimpulan dan mencari solusi dari permasalahan yang diteliti.
Sumber data dalam
penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh. Apabila
peneliti
menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya,
maka
sumber data disebut responden, yaitu orang yang merespon atau
menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis maupun
lisan.50 Penelitian
ini menggunakan dua sumber data yang berkaitan dengan pokok
permasalahan
yang hendak diungkapkan, yaitu sumber data primer dan sumber
data sekunder.
1) Sumber data primer
Sumber data primer merupakan sumber data yang diperoleh dari
sumber
pertama yang memberikan informasi berkaitan dengan masalah
penelitian yang
diteliti. Sumber data primer adalah data yang diperoleh dan
digali langsung oleh
sumber pertama atau subjek penelitian.51 Adapun data utamanya
adalah
informasi yang didapatkan dari responden dalam bentuk catatan
tertulis dan
rekaman suara yang berkaitan dengan hasil wawancara dengan
subyek
50 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, Ed. rev., cet Ke-14
(Jakarta: Rineka Cipta,2010), h. 172
51 Muhammad, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers,
2008), h. 103
-
40
penelitian. Data primer yang diperoleh dari responden yaitu
pelanggan dan
pihak televisi kabel Beta mengenai efektivitas dakwah melalui Tv
kabel
terhadap peningkatan pemahaman agama.
2) Sumber data sekunder
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang bersumber
dari
bacaan seperti buku, jurnal, hasil penelitian, surat kabar dan
lain sebagiannya
yang dapat mendukung data primer. “Sumber data sekunder itu
merupakan
sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul
data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.”52 Sumber data
sekunder pada
penelitian ini adalah dokumen- dokumen, buku-buku dan data lain
yang
berkaitan dengan efektivitas dakwah melalui Tv kabel terhadap
peningkatan
pemahaman agama.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen artinya sesuatu yang digunakan untuk mengerjakan
sesuatu.53
Dalam penelitian ini, instrumen utama yang digunakan adalah
peneliti itu sendiri
atau human instrument.54 Kedudukan peneliti sebagai instrumen
dalam penelitian
kualitatif adalah hal yang primer karena ia sekaligus sebagai
perencana, pelaksana
pengumpulan data, penganalisis dan penafsir data serta pelapor
hasil penelitian.55
52 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta,2009), h. 225
53 M. Yahya Y. Al-Barry dan L. Sofyan Yacob, Kamus Induk Ilmiah
Seri Intelektual (Cet.
I; Surabaya: Targe Press, 2003), h. 32
54 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,h. 15
55 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 112
-
41
Adapun instrumen pendukung antara lain pedoman observasi,
pedoman
wawancara, tape recorder, alat tulis, handphone dan kamera.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
“Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan,
meliputi
kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan
seluruh alat indra.”56 Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
terhadap
objek di tempat terjadi atau berlangsung peristiwa, sehingga
observasi berada
bersama objek yang diteliti.
2. Wawancara
Wawancara (interview) merupakan teknik pengumpulan data
melalui
proses tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya
pertanyaan datang
dari pihak yang mewawancarai dan jawaban diberikan oleh yang
diwawancara.
Wawancara adalah suatu bentuk kegiatan menghimpun atau
mencari
informasi secara langsung dengan mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan pada
responden. Wawancara yang dimaksud disini adalah teknik
untuk
mengumpulkan data yang akurat untuk keperluan proses pemecahan
masalah
tertentu yang sesuai dengan data.57
3. Dokumentasi
“Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya
barang-barang
tertulis, dengan melaksanakan metode dokumentasi, peneliti
menyelidiki
56 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, h. 199
57 Muhammad, Metodologi Penelitian, h. 51
-
42
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.”58
Metode ini digunakan dalam rangka mendapatkan data yang
lengkap,
akurat dari pemirsa Tv kabel Beta berupa foto atau gambar hasil
wawancara
terkait aktivitas siaran Tv kabel Beta sebagai media dakwah
Islam.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan
data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang
penting dan apa yang dapat dipelajari serta memutuskan apa yang
dapat diceritakan
kepada orang lain.59
Penulis menggunakan teknik analisis data kualitatif dengan
menggunakan
metode berfikir induktif dan deskriptif. “Berpikir induktif
berpijak pada fakta-
fakta yang bersifat khusus, kemudian diteliti dan akhirnya
ditemui pemecahan
persoalan yang bersifat umum.”60
“Deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat
ini berlaku,
di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis
dan
menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini terjadi
atau ada.”61
h. 21
58 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, h. 201
59 Lexy J Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Ed. Revisi,
Cet. ke-30, h. 248
60 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010),
61 Mardalis, Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal, h.
26
-
43
Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis untuk
mendapatkan
konklusi. Adapaun metode yang penulis gunakan untuk menganalisis
data adalah:
1. Pengumpulan Data (data colection)
Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan
dokumentasi
dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek,
yaitu deskripsi dan
refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang berisi
tentang apa yang
dilihat, didengar, dirasakan dan dialami sendiri oleh penelitian
tanpa adanya
pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang
dijumpai.
Sedangkan catatan refleksi yaitu catatan yang memuat kesan,
komentar
tafsiran peneliti tentang temuan yang dijumpai dan merupakan
bahan rencana
pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Untuk mendapatkan
catatan ini peneliti
melakukan wawancara dengan beberapa informan.
2. Reduksi Data (data reduction)
Reduksi data adalah proses pemilihan dan pemusatan perhatian
penelitian
melalui seleksi yang ketat terhadap fokus yang akan dikaji lebih
lanjut, penajaman
fokus, pembuatan ringkasan hasil pengumpulan data
pengorganisasian data
sehingga siap untuk dianalisis lebih lanjut begitu selesai
melakukan pengumpulan
data secara keseluruhan.62
Peneliti akan mereduksi data dengan melakukan seleksi,
membuat
ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke polapola
dengan
62 A. Maical Huberman and B Miles Mathaw, Analisis Data
Kualitatif, Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru, penerjemah; Tjetjep Rohandi Rohidi,
(Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 1992), h. 171
-
44
membuat transkip, penelitian untuk mempertegas, memperpendek,
membuat fokus,
membuat bagian yang tidak penting dan mengatur agar dapat
ditarik kesimpulan.
Data yang berasal dari hasil wawancara dengan subjek penelitian
dan dokumentasi
yang didapat akan diseleksi oleh peneliti. Kumpulan data akan
dipilih dan
dikategorikan sebagai data yang relevan dan data yang mentah.
Data yang mentah
dipilih kembali dan data yang relevan sesuai dengan rumusan
masalah dan tujuan
penelitian akan disiapkan untuk proses penyajian data
3. Validasi Data atau Keabsahan Data
Maksud dan tujuan dari validasi data ini adalah untuk mengecek
apakah
laporan atau temuan yang diperoleh dalam penelitian tersebut
betul-betul sesuai
dengan data. Untuk menjamin keabsahan data digunakan teknik
kriteria derajat
kepercayaan. Derajat kepercayaan yang direncanakan untuk
digunakan dalam
penelitian ini adalah 3 cara dari 9 cara yang dikembangkan oleh
Moleong63, yaitu
(1) ketekunan pengamatan, (2) triangulasi, (3) pemeriksaan
sejawat (4) review
informan
1) Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan dalam penelitian ini berarti peneliti
melakukan
pengamatan secara teliti, rinci dan terus menerus selama proses
penelitian
berlangsung. Hal ini dapat dilakukan peneliti dengan cara
melaksanakan
observasi dengan cermat, wawancara secara intensif, dan ikut
terlibat dalam
beberapa kegiatan yang dibutuhkan peneliti ketika ingin
memperoleh data
63 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung :
PT. Remaja Rosda
Karya, 2000), h. 175
-
45
yang benar-benar valid sehingga terhindar dari hal-hal yang
tidak diinginkan,
seperti, pura-pura, penipuan dan kedustaan.
2) Triangulasi
Teknik triangulasi dapat dilakukan dengan dua cara:
Pertama triangulasi dengan teori melakukan konfirmasi dengan
teori
yang digunakan, baik mendukung maupun yang bertentangan. Yakni
ketika
peneliti sudah menemukan teori dari hasil wawancara yaitu
dilakukan uji
ulang dengan teori yang digunakan dalam penelitian
Kedua triangulasi dengan sumber (informan): melakukan
pengecekan
informasi pada informan yang telah memberikan informasi agar
data yang
didapat benar-benar valid. Apakah data yang diberikan oleh
informan sesuai
dengan ungkapan pertamanya atau tidak.
3) Pengecekan Sejawat
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara
atau
hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan
rekan-rekan
sejawat.64
Pengecekan sejawat yang dimaksudkan disini adalah
mendiskusikan
proses dan hasil penelitian dengan dosen pembimbing atau teman
mahasiswa
yang sedang/telah mengadakan penelitian kualitatif atau pula
orang yang
berpengalaman mengadakan penelitian kualitatif. Hal ini
dilakukan dengan
harapan peneliti mendapatkan masukan-masukan baik dari segi
metodologi
64 Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 332
-
46
maupun konteks penelitian. Disamping itu, peneliti juga
senantiasa berdiskusi
dengan teman pengamat yang ikut terlibat dalam pengumpulan data
untuk
merumuskan kegiatan pemberian tindakan selanjutnya.
4) Review Informan
Cara ini digunakan jika peneliti sudah mendapatkan data yang
diinginkan, kemudian unit-unit yang telah disusun dalam bentuk
laporan
dikomunikasikan dengan informannya. Terutama informan yang
dipandang
sebagai informan pokok (key informan), yaitu pemilik televisi
kabel dan
pelanggan televisi kabel. Hal ini perlu dilakukan untuk
mengetahui apakah
laporan yang ditulis tersebut merupakan pernyataan atau
deskripsi sajian yang
bisa disetujui mereka.
4. Penyajian Data
Display data adalah penyajian dan pengorganisasian data kedalam
satu
bentuk tertentu sehingga terlihat sosoknya secara utuh. Dalam
penyajian data
dilakukan secara induktif yakni menguraikan setiap permasalahan
dalam
permasalah penelitian dengan memaparkan secara umum kemudian
menjelaskan
secara spesifik.
5. Penarikan Kesimpulan
Menurut Arifin penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif
dilakukan
melalui dua tahap, yakni menyusun simpulan pertama dan
-
47
menarik simpulan akhir setelah kegiatan pertama selesai.65
Berpedoman pada
pendapat Arifin tersebut, penarikan kesimpulan/verifikasi yang
dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pertama, menyusun simpulan sementara. Dikatakan sementara
karena
selama penelitian masih berlangsung, akan diperoleh data
tambahan, maka perlu
dilakukan verifikasi data, yaitu dengan cara mempelajari
data-data yang ada dan
melakukan diskusi dengan teman sejawat dengan tujuan agar data
yang diperoleh
lebih tepat dan objektif. Demikian seterusnya sampai proses
penelitian selesai.
b. Kedua, menarik kesimpulan akhir setelah kegiatan pertama
selesai.
Penarikan kesimpulan ini dilakukan dengan jalan membandingkan
kesesuaian
pernyataan responden dengan makna yang terkandung dalam masalah
penelitian
secara konseptual.
65 A. Maical Huberman and B Miles Mathaw, Analisis Data
Kualitatif, Buku Sumber
Tentang Metode-Metode Baru, penerjemah; Tjetjep Rohandi Rohidi,
h. 173
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Televisi Kabel Beta
1. Sejarah Berdirinya
Televisi kabel Beta berdiri pada tahun 2000 dengan tujuan
didirikannya
yaitu sebagai bisnis, media hiburan dan membantu masyarakat Tana
Toraja
khususnya di Kecamatan Makale agar lebih mudah mendapatkan
informasi
yang masyarakat inginkan dikarenakan pada tahun 2000an receiver
parabola
yang harganya masih sangat mahal bagi masyarakat. Televisi kabel
Beta
didirikan oleh Jufri Tajuddin selaku owner dari televisi kabel
Beta bersama
dengan 2 saudaranya. Tv kabel Beta ini adalah televisi kabel
lokal dan swasta
yang bergerak dibidang komersil dengan tujuan membantu
masyarakat dan
mencari untung sebanyak-banyaknya.66
Pada awal tahun didirikannya televisi kabel Beta ini hanya
memiliki
sekitar 50an pelanggan dengan biaya pemasangan Rp100.000 untuk 1
rumah
dan iuran sebesar Rp15.000 serta chanel yang disediakan hanya 6
chanel,
seiring berjalannya waktu mulai berkembang di tahun 2006 dengan
pelanggan
900an hingga saat ini pelanggan yang ada sekitar 1.500an dengan
iuran sebesar
Rp25.000 dan biaya pemasangan Rp400.000 serta chanel yang
diberikan
sebanyak 27 siaran. Sebuah televisi kabel mencapai kesuksesannya
ketika
dilihat dari banyaknya pelanggan atau banyaknya masyarakat
yang
66 Hasil wawancara dengan Jufri Tajuddin, pemilik televisi kabel
Beta, pada tanggal 20
November 2020
48
-
49
menggunakan jasa televisi kabel di suatu daerah tersebut serta
berhasil
membuat karyawannya sejahtera maka akan menghasilkan karyawan
yang
bertanggung jawab dan bekerja mengembangkan dan mengelola
televisi kabel
dengan baik. Televisi kabel Beta merupakan televisi kabel swasta
yang
tergabung dalam PT. Toraja Media Mandiri dan telah mengantongi
izin usaha
dan izin penyiaran dari pemerintah setempat. Televisi kabel Beta
beralamat di
Jalan Nusantara No. 25, Kelurahan Bombongan, Kecamatan
Makale,
Kabupaten Tana Toraja dan telah berjalan sejak tahun 2006 yang
dimana siaran
yang disediakan dapat dinikmati 24 jam oleh pelanggannya.67
Televisi kabel Beta sebagai televisi kabel lokal yang terletak
di daerah
mayoritas beragama Nasra