EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA TESIS Oleh RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 Universitas Sumatera Utara
95
Embed
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
DI SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG
PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Universitas Sumatera Utara
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP
PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA
TESIS
Tesis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Dapat Memperoleh Gelar Magister Pertanian pada Program Studi Magister Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
Oleh
RISMAULI BASA GULTOM 107039013/MAG
PROGRAM STUDIMAGISTER AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2013
Universitas Sumatera Utara
Judul : Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan Dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Di Sumatera Utara
Nama : Rismauli Basa Gultom NIM : 107039013 Program Studi : Magister Agribisnis
Menyetujui Komisi Pembimbing,
Ketua (Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si)
Anggota (Ir. Iskandarini, M.M, PhD)
Ketua Program Studi,
Dekan,
(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS)
(Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS)
Universitas Sumatera Utara
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Tim Penguji pada Rabu, 22
Januari 2014
Tim Penguji
Ketua : Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si ______________________
Anggota : 1. Ir. Iskandarini, M.M,Ph.D _______________________
2. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec ______________________
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul :
EFEKTIFITAS BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DI SUMATERA UTARA
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan, Rismauli Basa Gultom NIM. 107039013
Universitas Sumatera Utara
Dipersembahkan kepada :
Orangtua, Abang, Kakak dan SeluruhKeluarga
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
RISMAULI BASA GULTOM. Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2013.
Dalam membangun pertanian yang tangguh diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, untuk itu diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh dan persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh, serta pengaruh efektifitas bapelluh terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.
Data yang digunakan merupakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden di tiga kelembagaan bapelluh yaitu di Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non Kelembagaan. Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif dan signifikan pada tingkat kesalahan 10%, persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan efektifitas kelembagaan bapelluh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%..
Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Efektifitas, Kinerja, Bapelluh.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
RISMAULI BASA GULTOM. The Effectiveness of the Executive Board of Agriculture, Fishery, and Forestry Counseling on the Improvement of the Performance of Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors in North Sumatera. Graduate School of the University of Sumatera Utara. The capability of using all human resources optimally is needed to develop strong agriculture; therefore, strong agricultural personnel are needed in organizing, servicing, and counseling which are in line with their qualification and specification in order to get the sustainable process of the agricultural development. The objective of the research was to analyze and find out the influence of the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors before and the establishment of Bapelluh (Counseling Executive Board), the influence of the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors on the effectiveness of Bapelluh institution, and the influence of the effectiveness of Bapelluh on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera. The data consisted of primary data with 66 respondents used as the samples in the three institutions: Pure Institutional, Mixed Counseling Institutional, and Non-Institutional. The result of the analysis showed that the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors before and after the establishment of Bapelluh in North Sumatera had positive and significant influence at the wrong margin of 10%, the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors had positive and significant influence on the effectiveness of Bapelluh institutional in North Sumatera at the level of reliability of 95%, while the effectiveness of Bapelluh institutional had positive and significant influence on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera at the level of reliability of 95%. Keywords: Motivation, Perception, Effectiveness, Performance, Bapelluh
Universitas Sumatera Utara
RIWAYAT HIDUP
RISMAULI BASA GULTOM, Lahir di Medan, Sumatera Utara pada
tanggal 10 Pebruari 1967 dari Almarhum Bapak Drs. Dj. Gultom dan Ibu T.S.
boru Manullang. Penulis merupakan anak ke-6 (enam) dari 6 (enam) bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1974, masuk Sekolah Dasar, SD. ST. Antonius V Medan, lulus tahun
1980
2. Tahun 1980, masuk Sekolah Menengah Pertama, SMP Katolik Tri Sakti,
Medan, lulus tahun 1983
3. Tahun 1983, masuk Sekolah Menengah Atas, SMA Negeri V, Medan
4. Tahun 1984, pindah ke SMA Negeri I Medan, lulus tahun 1986
5. Tahun 1986, diterima di Perguruan Tinggi Negeri, Universitas Sumatera
Utara, lulus tahun 1991
6. Tahun 1992, CPNS di Departemen Pertanian dan ditempatkan di Bidang
Pengumpulan dan Penyajian Data, Pusat Data dan Informasi, Jakarta
7. Tahun 1993, menjadi PNS dan ditempatkan di Bidang Statistik Pertanian,
Pusat Data dan Informasi, Departemen Pertanian, Jakarta
8. Tahun 1994, staf di Bidang Informasi Produk dan Jaringan Pasar, Pusat
Pengembangan Informasi Pasar, Badan Agribisnis, Departemen Pertanian,
Jakarta
9. Tahun 1996, staf di Bidang Pengolahan Tanaman Pangan dan Hortikultura,
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Ditjen Industri Primer
dan Pengolahan Hasil Pertanian
Universitas Sumatera Utara
10. Tahun 1998, staf di Bidang Pasar Internasional Perkebunan, Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina
Pengolahan dan Pengembangan Hasil Pertanian (BP2HP)
11. Tahun 2001, Kepala Sub Bagian Evaluasi Program, Bagian Evaluasi,
Setditjen BP2HP
12. Tahun 2002, Kepala Sub Bagian Data dan Informasi, Bagian Perencanaan,
Setditjen BP2HP
13. Tahun 2004, Kepala Bagian Humas, di Sekretariat Daerah, Pemerintah
Kabupaten Samosir
14. Tahun 2006, Kepala Bidang Program, di Dinas Pertanian, Pemerintah
Kabupaten Samosir.
15. Tahun 2007, staf di Badan Informasi dan Komunikasi, Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara
16. Tahun 2010, Kepala Sub Bagian Program di Bagian Tata Usaha, Badan
Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi
Sumatera Utara
17. Tahun 2010, melanjutkan pendidikan S2 di Program Studi Magister
Agribisnis, Universitas Sumatera Utara
18. Bulan September Tahun 2013 sampai dengan sekarang, staf di Bidang
Kerjasama, Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
kasih dan karuniaNya sehingga usulan penelitian ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan dan materi yang disajikan dalam
usulan penelitian ini jauh dari kesempurnaan, dikarenakan kekurangan dan
keterbatasan kemampuan yang dimiliki, sehingga masukan dan saran diharapkan
dapat melengkapinya.
Tersusunnya tesis ini tidak terlepas dari motivasi, bantuan dan dukungan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS, sebagai Dekan Fakultas Pertanian
2. Dr. Ir. Tavi Supriana Hutasuhut, MS, sebagai Ketua Program Studi Magister
Agribisnis
3. Dr. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si, sebagai Pembimbing I
4. Ir. Iskandarini Soetadi, MM, Ph.D, sebagai Pembimbing II
5. Dr. Ir. Setia Negara Lubis, MS, sebagai Penguji I
6. Ir. Diana Chalil, M.Si. Ph.D, sebagai Penguji II
7. Para dosen Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
8. Staf Tata Usaha, di Program Studi Magister Agribisnis, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
9. Orangtua, abang, kakak dan para keponakan tersayang, yang selalu
memberikan doa, dukungan dan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir ini
Universitas Sumatera Utara
10. Drs Pulung Hutabarat, AK, MM, mantan Kepala Bakorluh Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (periode 2010-2012) yang
memberi ijin penulis untuk mengikuti pendidikan Program S2 di Fakultas
Pertanian USU, Medan
11. Ibu Ir. Ellen Nova, MMA, Kepala Bidang Kerjasama, Bakorluh Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara yang memberikan
dukungan dan keleluasaan waktu untuk menyelesaikan studi penulis.
12. Sahabatku Dra. Leny Harstati, MM, Ir. Irmansyah Harahap, MT. HMA dan
Ir. Mohammad Iqbal, M.Si, M. Iriansyah SE., M.Si., yang terus-menerus
memberikan semangat untuk menyelesaikan studi S2 penulis.
13. Rekan-rekan alumni SMAN V Medan Angkatan’ 86, Syafiatun Siregar,
Endang Sari Siregar, Yuliani Siregar, Ifa Rita, Meutia Nauly, Elizar
Rangkuti, Mutmainah Lubis, Elmi Laut Tawars, Titik Sunasty, Suaib AK dan
rekan-rekan lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu yang
menguatkan, mendukung dan menolong kesembuhan penulis sehingga
penulis bisa kembali melanjutkan perkuliahan yang tertunda.
14. Para penyuluh pertanian di kabupaten kota di Sumatera Utara yang telah
membantu mengisi kuesioner mendukung penelitian penulis
15. Teman-teman MAG, Angkatan III yang telah memberikan dukungan selama
perkuliahan berlangsung.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tesis ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Medan, Januari 2014
Penulis
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
Hal.
ABSTRAK ………………………………………………………………… i
ABSTRACK ………………………………………………………….…… ii
RIWAYAT HIDUP …………………………………………………….… iii
KATA PENGANTAR …………………………………………….……… vi
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... ix
DAFTAR TABEL ………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xv
BAB. I PENDAHULUAN ………………………………………………… 1
1.1. Latar Belakang ……………………………………………..… 1 1.2. Perumusan Masalah ………………………………...………… 6 1.3. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 7 1.4. Kegunaan Penelitian ………………………………………… 8
3.1. Metode Pemilihan Lokasi ……………………………………… 23 3.2. Metode Pengambilan Sampel ……………………………….… 24
Universitas Sumatera Utara
3.3. Metode Pengumpulan Data ………………………………...… 26 3.4. Metode Analisi Data ………………………………………...… 27 3.5. Model Analisis ………………………………………………… 28 3.5.1. Analisis Regresi ……………………………………….. 28 3.5.1.1. Autokorelasi ......................................................... 29 3.5.1.2. Normalitas …………………………………….. 32 3.5.1.3. Multikolinearitas ………………………….……. 32 3.5.2. Analisis Uji Statistik ………………………………… 34 3.5.2.1. Uji Statistik F ……………………………….… 34 3.5.2.2. Uji Statistik t …………………………………. 34 3.5.2.3. Uji Koefisien Determinan (R2) ………………... 35 3.6. Defenisi dan Batasan Operasional ………………………….…. 36 3.6.1. Defenisi ………………………………………………… 36 3.6.2. Batasan Operasional ……………………………………. 37
BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………….. 38
4.1. Deskripsi Wilayah ……………………………………………. 38 4.1.1. Lokasi dan Keadaan Geografis ………………….……… 38 4.1.2. Tanaman Pangan ……………………………………….. 39 4.1.3. Perkebunan ……………………………………………… 44 4.1.4. Kehutanan ……………………………………………… 45 4.1.5. Peternakan ……………………………………………… 46 4.1.6. Perikanan ……………………………………………… 47 4.2. Deskriftif Data ……………………………………………….. 49 4.2.1. Demografi Responden …………………………………. 49 4.3. Hasil Analisis ………………………………………………… 54 4.3.1. Hasil Uji Prasyarat Analisis ………………………….…. 54 4.3.2. Hasil Uji Normalitas ……………………………………. 59 4.3.3. Pengujian Masalah Autokorelasi …………………….... 61 4.3.4. Uji Multikolinearitas ……………………………………. 62 4.4. Hasil Uji Model ……………………………………………….. 63 4.4.1. Uji t Statistik (Uji Parsial) ……………………………… 63 4.4.2. Uji F Statistik (Uji Serempak) ……………………….… 65 4.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R2) ……………………….. 66 4.5. Pembahasan ……………………………………………………. 67 4.5.1. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan,
dan Kehutanan Sebelum Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitasn Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ……………………………….
67
4.5.2. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Sesudah Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitasn Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan ……………………………….
68
4.5.3. Pengaruh Persepsi Penyuluh Terhadap Efektifitas Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertan ian, Perikanan dan
69
Universitas Sumatera Utara
Kehutanan …………………………………………..…… 4.5.4. Pengaruh Efektifitas dari Kelembagaan Penyuluhan
Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan ………………………………….……………
23. Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)
Dengan Motivasi Penyuluh SebelumBapelluh (X1)……. ………...
59
24 Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)
Dengan Motivasi Penyuluh Sesudah Bapelluh (X2)……. ………...
60
25 Hasil Uji Normalitas pada Model Efektifitas Bapelluh (Y1)
Dengan Persepsi Penyuluh (X3) …………………………………
60
26 Hasil Uji Normalitas pada Model Kinerja Penyuluh (Y2) 61
27 Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas …………………. 62
28 Nilai VIF dari Korelasi Variabel-…… Bebas ………………… 63
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal.
1. Skema Kerangka Pemikiran…..………………………………….. 21
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
No Judul Hal.
1. Data Penelitian
Bagian I
Bagian II ……………………….…………………………………..
74
2. Hasil Estimasi Model Efektifitas(Y1) ……………………………. 77
3. Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas ………………………….. 78
4. Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ……………… 79
5. Estimasi Model Efektifitas ………………………………………... 80
6. Hasil Estimasi Model Efektifitas (Y1)……………………….......... 81
7. Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas …………………………… 82
8. Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ……………. ... 83
9. Estimasi Model Efektifitas ……………………………………...... 84
10. Hasil Estimasi Model Efektifitas (Y1 85 ) …………………………….
11 Hasil Uji Normalitas Model Efektifitas …………………………… 86
12 Hasil Uji Autokorelasi (LM-test) Model Efektifitas ………………. 87
13 Estimasi Model Efektifitas ………………………………………... 88
14 Hasil Uji Model Kinerja (Y2 89 ) ……………………………………...
15 Hasil Uji Normalitas Model Kinerja (Y2 90 ) …………………………
16 Hasil Uji Autokorelasi (LM-Test) Model Kinerja (Y2 91 ) …………….
17 Estimasi Model Kinerja (Y2 92 )
………………………………………
18 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Bebas (Independence) ……... 93
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
RISMAULI BASA GULTOM. Efektifitas Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Peningkatan Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara. Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, 2013.
Dalam membangun pertanian yang tangguh diperlukan kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, untuk itu diperlukan aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses pembangunan pertanian tangguh tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan mengetahui pengaruh motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh dan persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh, serta pengaruh efektifitas bapelluh terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.
Data yang digunakan merupakan data primer dengan jumlah sampel sebanyak 66 responden di tiga kelembagaan bapelluh yaitu di Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non Kelembagaan. Hasil analisis menjelaskan bahwa motivasi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan bapelluh di Sumatera Utara berpengaruh secara positif dan signifikan pada tingkat kesalahan 10%, persepsi penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 95%. Sedangkan efektifitas kelembagaan bapelluh berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan sebesar 95%..
Kata Kunci : Motivasi, Persepsi, Efektifitas, Kinerja, Bapelluh.
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
RISMAULI BASA GULTOM. The Effectiveness of the Executive Board of Agriculture, Fishery, and Forestry Counseling on the Improvement of the Performance of Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors in North Sumatera. Graduate School of the University of Sumatera Utara. The capability of using all human resources optimally is needed to develop strong agriculture; therefore, strong agricultural personnel are needed in organizing, servicing, and counseling which are in line with their qualification and specification in order to get the sustainable process of the agricultural development. The objective of the research was to analyze and find out the influence of the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors before and the establishment of Bapelluh (Counseling Executive Board), the influence of the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry Counselors on the effectiveness of Bapelluh institution, and the influence of the effectiveness of Bapelluh on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera. The data consisted of primary data with 66 respondents used as the samples in the three institutions: Pure Institutional, Mixed Counseling Institutional, and Non-Institutional. The result of the analysis showed that the motivation of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors before and after the establishment of Bapelluh in North Sumatera had positive and significant influence at the wrong margin of 10%, the perception of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors had positive and significant influence on the effectiveness of Bapelluh institutional in North Sumatera at the level of reliability of 95%, while the effectiveness of Bapelluh institutional had positive and significant influence on the performance of the Agriculture, Fishery, and Forestry counselors in North Sumatera at the level of reliability of 95%. Keywords: Motivation, Perception, Effectiveness, Performance, Bapelluh
Universitas Sumatera Utara
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian
tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam
memanfaatkan segala sumberdaya secara optimal, mengatasi segala hambatan dan
tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap
perubahan yang terjadi serta berperan aktif dalam pembangunan nasional dan
pembangunan wilayah. Untuk mewujudkan pertanian tangguh tersebut diperlukan
aparat pertanian yang tangguh dibidang pengaturan, pelayanan dan penyuluhan
sesuai kualifikasi dan spesialisasi yang diperlukan bagi kelangsungan proses
pembangunan pertanian tangguh tersebut.
Keberhasilan pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan bukan
hanya ditentukan oleh kondisi sumberdaya pertanian, perikanan dan kehutanan
tetapi juga ditentukan oleh peran penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
yang sangat strategis dan kualitas sumberdaya manusia yang mendukungnya,
yaitu SDM yang menguasai serta mampu memanfaatkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolaan sumberdaya pertanian,
perikanan dan kehutanan secara berkelanjutan.
Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan memiliki peran yang
berfungsi untuk; memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku
usaha; mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke
sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat
Universitas Sumatera Utara
mengembangkan usahanya; meningkatkan kemampuan kepemimpinan,
manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha; membantu pelaku
utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi
organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola
berusaha yang baik, dan berkelanjutan; membantu menganalisis dan Memecahkan
masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan
pelaku usaha dalam mengelola usaha; menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan
pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan; dan melembagakan nilai -
nilai budaya pembangunan pertanian yang maju dan modern bagi pelaku utama
secara berkelanjutan.
Untuk meningkatkan peran penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan dalam pembangunan pertanian, perikanan dan kehutanan perlu adanya
sinergitas dan penyamaan persepsi terhadap kegiatan-kegiatan penyuluhan di
daerah dengan program penyuluhan di pusat, sesuai dengan peran pemerintah
sebagai regulator, koordinator dan supervisor, maka Kementerian Pertanian,
Kementerian Perikanan dan Kelautan, dan Kementerian Kehutanan, melalui
Satuan Kerja Badan Koordinasi, Dinas yang menangani penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan memfasilitasi dana dekonsentrasi kegiatan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan Tahun 2012.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari Badan Koordinasi
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (2011),
Implementasi UU No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (SP3K) di Sumatera Utara sampai saat ini belum
Universitas Sumatera Utara
optimal namun telah menunjukkan perkembangannya, hal ini dapat dilihat dari
aspek-aspek, sebagai berikut :
1. Kelembagaan :
a. Pada tingkat provinsi telah terbentuk Badan Koordinasi Penyuluhan
Pertanian Perikanan dan Kehutanan (Bakorluh).
b. Pada tingkat kabupaten/kota telah terbentuk 6 (enam) Badan Pelaksanan
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bapelluh); 1 (satu)
Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1
(satu) Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian; 3 (tiga) Badan Pelaksana
Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan ; 4
(empat) Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan; 1 (satu)
Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan
Pangan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; 1 (satu) Badan Ketahanan Pangan
dan Pelaksana Penyuluhan; 2 (dua) Badan Ketahanan Pangan dan
Penyuluhan Pertanian; 12 Non Kelembagaan (berada pada Dinas Pertanian
dan atau Kelautan)
2. Ketenagaan
Data tenaga penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tercatat 3186
orang terdiri dari :
a. Penyuluh Pertanian PNS sebanyak 1210 orang.
b. Penyuluh Perikanan PNS sebanyak 53 orang.
c. Penyuluh Kehutanan sebanyak 88 orang.
Universitas Sumatera Utara
d. Tenaga Harian Lepas – Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP)
sebanyak 1818 orang; dan
e. Penyuluhan Perikanan PPTK sebanyak 17 orang.
3. Penyelenggaraan
a. Program penyuluhan sebagai acuan dalam penyelenggaraan penyuluhan
telah disusun di setiap tingkatan wilayah mulai dari tingkat kecamatan
sampai dengan tingkat provinsi. Sedangkan di tingkat desa masih
tergantung pada kesiapan daerah setempat.
b. Telah terdistribusi dan terbangunnya sarana dan prasarana penyuluhan
pertanian untuk mendukung penyelenggaraan penyuluhan sejak tahun
2006.
Tabel 1. Kelembagaaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera utara
NO KELEMBAGAAN KAB./KOTA 1 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan (Sesuai UU No.16 Tahun 2006)
1. Karo 2. Pakpak Barat 3. Tapanuli Utara 4. Padang Lawas 5. Nias Selatan 6. Toba samosir
2 Kantor Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
1. Tapanuli Tengah
3 Kantor Informasi Penyuluhan Pertanian 1. Labuhan Batu
4 Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, Kehutanan dan Ketahanan Pangan
1. Simalungun 2. Serdang Bedagei 3. Tapanuli Selatan
5 Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan
1. Binjai 2. Asahan 3. Madina 4. Batubara
6 Kantor Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dan Ketahanan Pangan
1. Nias Barat
Universitas Sumatera Utara
7 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
1. Labuhan Batu Utara 2. Labuhan Batu Selatan
8 Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan
1. Samosir
9 Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Pertanian
1. Kota Padang Sidempuan 2. Nias
10 Non Kelembagaan (Berada pada Dinas Pertanian dan atau Kelautan)
1. Medan 2. Deli Serdang 3. Dairi 4. Langkat 5. Paluta 6. Humbahas 7. Tebing Tinggi 8. P. Siantar 9. Sibolga 10. Tanjung Balai 11. Nias Utara 12. Gunung Sitoli
Sumber : Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Prov. Sumut (2011).
Berdasarkan kondisi umum sumberdaya penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan serta hasil- hasil yang telah dicapai selama periode 2005-2011 di
Provinsi Sumatera Utara, maka permasalahan yang dihadapi dalam pemantapan
sistem penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan guna mewujudkan
sumberdaya manusia yang profesional, kreatif, inovatif dan berwawasan global,
adalah sebagai berikut:
a. Lemahnya kapasitas kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan.
b. Lemahnya kapasitas kelembagaan petani.
c. Belum optimalnya jumlah dan kompetensi penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan.
d. Belum optimalnya penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan.
Universitas Sumatera Utara
e. Belum optimalnya dukungan sarana-prasarana dan pembiayaan dalam
penyelenggaraan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
Sepanjang sejarah penyuluhan di sektor pertanian, perikanan dan
kehutanan, kelembagaan penyuluhan terus berubah-ubah. Tenaga penyuluh sering
merasa kehilangan induk akibat berganti-ganti unit kerja yang menangani
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan jauh dari tingkat kesejahteraan yang
diharapkan. Penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan sehingga
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan pada awalnya berada di
bawah Badan Pengendali Bimas kemudian berpindah ke Pemda, setelah itu
berpindah di bawah BIPP dan kembali berpindah ke Dinas Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan bila Pemerintah Kabupaten/Kota yang memiliki lembaga tersebut.
Tetapi bila Pemerintah Kabupaten/Kota belum memiliki lembaga tersebut,
administrasi penyuluh tetap berada di Dinas terkait.
Oleh sebab itu perlu diadakan penelitian mengenai Efektifitas Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan terhadap Peningkatan
Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara.
1.2. Perumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskanlah identifikasi
masalah-masalah yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap
efektifitas badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
di Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap
efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
sesbelum pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan di Sumatera Utara.
3. Bagaimana motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan terhadap
efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah
pembentukan Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan di Sumatera Utara
4. Bagaimana efektifitas dari keberadaan kelembagaan penyuluhan terhadap
peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan didaerah
penelitian di Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
terhadap kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di
Sumatera Utara.
2. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
sebelum pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.
3. Menganalisis motivasi kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
sesudah pembentukan badan pelaksanaan penyuluhan pertanian, perikanan
dan kehutanan di Sumatera Utara.
4. Menganalisis efektifitas dari kelembagaan penyuluhan terhadap
peningkatan kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan dan pengambilan keputusan bagi
Bupati/Walikota sehingga berkeinginan untuk membentuk Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
2. Untuk memberikan motivasi kepada penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan lapangan, lebih meningkatkan kinerjanya karena tingkat
kesejahteraan Penyuluh Lapangan turut meningkat.
Universitas Sumatera Utara
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 16 tahun 2006 pada tanggal
15 Nopember 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan, selanjutnya disingkat dengan UUSP3K, maka terbukalah sejarah baru
penyuluhan di Indonesia. Undang-undang ini sangat diharapkan dan dinantikan
oleh banyak insan yang terlibat dalam penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan secara luas. Karena tanpa undang-undang semacam itu pelaksanaan
penyuluhan terabaikan tanpa landansan yang kuat dan jelas. Ini terbukti dengan
naik-turunnya kegiatan penyuluhan di lapangan yang tidak selalu mendapatkan
dukungan kebijakan dan anggaran yang memadai. Hal ini diperkuat dengan
kenyataan bahwa penyuluhan di bidang pertanian secara luas itu tidak pernah
mantap (jelas) arah dan tujuannya. Lebih-lebih lagi setelah memasuki era 1990-an
dan lebih lagi setelah 1999 yaitu setelah diberlakukannya Undang-undang tentang
Otonomi Daerah, yang menyerahkan tanggungjawab penyelenggaraan
penyuluhan kepada Pemerintah Daerah, baik pemerintah provinsi maupun
pemerintah kabupaten/kota. Dari kebijakan-kebijakan tentang penyuluhan
pertanian yang diambil oleh berbagai pemerintah daerah, jelas sekali bahwa
persepsi mereka tentang arti pentingnya penyuluhan dan bagaimana penyuluhan
itu harus dilakukan sangatlah beragam. Tak heran bila kelembagaan penyuluhan
di daerah misalnya, yang dengan susah payah dibangun selama Orde Baru,
dengan mudahnya “diacak-acak” dan bahkan banyak yang dibubarkan. SDM
Penyuluhan yang dengan jerih payah direkrut, dididik/dilatih, dan dikembangkan
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan tak berfungsi, sehingga banyak diantaranya yang akhirnya alih fungsi,
bahkan ada beberapa yang keluar dari sektor pertanian (Slamet M, 2010).
Sebenarnya, dasar untuk membentuk kelembagaan penyuluhan dapat
mengacu pada huruf N butir 6 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun
2007 tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi Perangkat Daerah yang
berbunyi : “ Pengaturan mengenai organisasi lembaga lain seperti Lembaga
Penyuluhan, Penanggulangan Bencana, unit Pelayanan Perijinan Terpadu,
Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, Badan Narkotika dan lain –lain
akan diatur tersendiri dan merupakan perangkat daerah diluar jumlah yang
ditetapkan dalam kriteria.”
Menurut pengamatan yang sudah dilakukan, kendala pertama yang muncul
adalah masalah kelembagaan penyuluhan di daerah, baik di tingkat provinsi
maupun di tingkat kabupaten/kota. Dalam kurun waktu 15 tahun terakhir,
kelembagaan penyuluhan di daerah sudah berulangkali mengalami perubahan, dan
UU No 16 tahun 2006 juga mengamanatkan adanya perubahan lagi. Amanat ini
bertabrakan dengan PP No 8 tahun 2003, tentang struktur pemerintah daerah yang
membatasi jumlah institusi/dinas di daerah, yang meskipun PP tersebut sudah
diubah dengan PP 41 tahun 2007, tetap saja menyisakan kendala bagi
dibentuknya Badan Koordinasi Penyuluhan di tingkat provinsi dan lahirnya Badan
Pelaksana Penyuluhan di tingkat kabupaten/kota. Rupanya selain kelembagaan
penyuluhan pertanian, ada juga sektor lain yang memerlukan adanya institusi
tambahan (Slamet M, 2010).
Berdasarkan UU No.16 tahun 2006, yang dimaksud dengan tenaga
penyuluh pertanian, perikanan, dan kehutanan meliputi penyuluh PNS (penyuluh
Universitas Sumatera Utara
pemerintah), penyuluh swasta dan/atau penyuluh swadaya. Pada hakekatnya
setiap orang yang mempunyai pengetahuan tentang pertanian, perikanan dan
kelautan serta mampu berkomunikasi dapat menjadi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan. Pelaku penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
meliputi; penyuluh funsional, penyuluh non fungsional, penyuluh tenaga kontrak,
penyuluh swasta, penyuluh swadaya dan penyuluh kehormatan.
Dalam rangka memenuhi kebijakan satu desa satu penyuluh secara
bertahap Kementerian Pertanian telah merekrut Tenaga Harian Lepas Tenaga
Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TB PP), untuk Provinsi Sumatera Utara
sebanyak 1818 orang. Untuk meningkatkan produktifitas, efektivitas dan efisiensi
THL-TB PP dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping dan konsultan
pelaku utama dan pelaku usaha, maka perlu diberi honorarium dan BOP bagi
THL-TB PP.
Melalui revitalisasi penyuluhan pertanian diharapkan penyuluh pertanian
dapat berfungsi secara optimal dalam memfasilitasi petani dan keluarganya serta
pelaku usaha pertanian lainnya untuk mewujudkan peningkatan pendapatan serta
kesejahteraan petani.
Penyelenggaraan penyuluhan di Sumatera Utara menuntut adanya
keterpaduan dalam satu sistem penyuluhan pertanian yang terpadu dari berbagai
instansi dan kelembagaan terkait, dengan maksud untuk memberdayakan petani
dan keluarganya serta masyarakat pertanian lainnya. Salah satu upaya untuk
meningkatkan pemberdayaan tenaga penyuluh pertanian adalah dengan
memberikan Biaya Operasional Penyuluh (BOP). BOP dimaksudkan untuk
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan gairah penyuluh pertanian dalam memfasilitasi kegiatan
penyuluhan ditingkat petani.
Untuk meningkatkan keaktifan kelembagaan penyuluhan dan kinerja
penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar penyuluhan dapat
diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Penyelenggaraan penyuluhan yang
efektif dan efisien diperlukan pembiayaan yang memadai untuk memenuhi biaya
penyuluhan.
Sumber biaya untuk penyuluhan disediakan melalui APBN, APBD baik
Provinsi maupun Kabupaten/Kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral,
sumber lain yang sah dan tidak mengikat. Pembiayaan penyuluhan yang berkaitan
dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh
PNS, serta sarana dan prasarana bersumber dari APBN, sedangkan pembiayaan
penyelenggaraan penyuluhan kehutanan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan,
bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan program
penyuluhan.
Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan di Provinsi berada pada
Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Bakor P3K)
dan dua Kabupaten/Kota berada pada Badan Pelaksana Penyuluh Pertanian,
Perikanan, dan Kehutanan (BP4K). Untuk itu perlu ada keseragaman jabatan dan
tunjangan agar tidak terjadi konflik di daerah.
Tugas pokok penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan adalah
melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan
petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga
Universitas Sumatera Utara
mampu bertani lebih baik, berusaha lebih menguntungkan serta membina
kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera.
Adapun tugas pokok penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
adalah:
1. Mengidentifikasi potensi wilayah dan agrosistem serta kebutuhan teknologi
dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan.
2. Menyusun programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
3. Menyusun Rencana Kerja Penyuluhan Pertanian (RKPP)
4. Menerapkan metode penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan
5. Menyusun materi penyuluhan.
6. Mengembangkan swadaya dan swakarsa petani dan nelayan
7. Mengevaluasi dan melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan serta dampaknya.
(Anonimous, 2000).
Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial maupun faktor
ekonomi yang mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan. Beberapa faktor
sosial ekonomi yang mempengaruhinya adalah:
1. Faktor Sosial
a. Umur
Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari.
Tenaga kerja dalam usia yang sangat produktif (22-65 tahun) memiliki
potensi kerja yang masih produktif. (Anonimous, 1991: 45)
Universitas Sumatera Utara
b. Tingkat Pendidikan.
Penempatan seorang penyuluh sangat ditentukan oleh pendidikan yang
dimilikinya, pendidikan juga sangat berpengaruh pada perilaku seorang
PPL. Tetapi jika didalam memilih penyuluh ini terlalu ditekankan pada
kualitas akademis, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan
dikemudian hari karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang
tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik.
(Suhardiyono, 1992: 29)
c. Masa kerja Penyuluh
Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif
daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah. (Suhardiyono, 1992: 31)
2. Faktor Ekonomi
a. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga sering menjadi pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk menerima inovasi. Konsekuensi penerimaan
inovasi akan berpengaruh terhadap sistem keluarga, dimulai dari anak-
anak, istri dan anggota keluarga lainnya. Semakin besar jumlah anggota
keluarga akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah
tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan
berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga. (Soekartawi, 1988:
32)
b. Total Pendapatan
Meningkatnya pendapatan maka meningkat pula pengeluaran untuk
keperluan rumah tangga dan pembentukan modal. Menurunnya
Universitas Sumatera Utara
pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan
modal (Tohir, 1991: 187).
2.1.1. Efektifitas
Efektifitas kinerja kelembagaan penyuluhan ditentukan oleh kesesuaian
pelaksanaan job description atau pelaksanaan dari uraian tugas yang menjadi
tanggung jawab kelembagaan itu sendiri terhadap para penyuluh dalam penentuan
posisi jabatannya. Berdasarkan hasil analisis pekerjaan, setiap penyuluh dibebani
tanggung jawab untuk melaksanakan uraian tugas pada posisi jabatan sebagai
pejabat fungsional dan pelaksana lapangan penyuluhan pertanian. Hasil kerjanya
tersebut harus dipertanggung jawabkan sebagai perwujudan akuntabilitasnya
kepada organisasi yang menugaskannya, maupun kepada masyarakat tani sebagai
'klien' yang dilayaninya.
Efektifitas kinerja kelembagaan penyuluhan sejak proses perencanaan,
pengembangan program, pelaksanaan hingga proses pelaporan dan evaluasi
berimplikasi pada proses pembelajaran masyarakat tani. Efektifitas kinerja
kelembagaan penyuluhan dalam perencanaan dan pengembangan program
bukanlah sekedar hasil dalam bentuk program penyuluhan dan rencana kegiatan,
melainkan prosesnya yang mencirikan proses pembelajaran bagi penyuluh
maupun bagi masyarakat dan bagi aparat tidak kalah pentingnya. Sebagai agen
perubahan (change agent) dalam pembangunan pertanian, kelembagaan
penyuluhan haruslah mampu belajar untuk mendorong penyuluh dan masyarakat
menemukenali kebutuhan mereka sendiri untuk berubah kearah yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Persepsi
Rakhmat (2003) menguraikan definisi persepsi sebagai suatu pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna
pada stimulus inderawi (sensory stimuli). Persepsi untuk objek berupa benda mati
disebut sebagai persepsi objek, sedangkan persepsi terhadap manusia biasanya
disebut sebagai persepsi interpersonal.
Thoha (1986) menjelaskan bahwa persepsi pada hakekatnya merupakan
proses yang dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik melalui penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan,
dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa
persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukan
suatu pencatatan yang benar terhadap situasi.
2.1.2.1. Proses Pembentukan Persepsi
Rakhmat (2003) menguraikan beberapa konsep yang terlibat dalam proses
persepsi yaitu:
a. Sensasi. Sensasi merupakan tahap paling awal dalam penerimaan
informasi. Sensasi adalah pengalaman elementer yang berhubungan
dengan kegiatan alat indera dan tidak memerlukan penguraian verbal,
simbolis, atau konseptual. Perbedaan kapasitas alat indera dapat
menyebabkan perbedaan sensasi. Perbedaan sensasi dapat menyebabkan
terjadinya perbedaan persepsi.
Universitas Sumatera Utara
b. Perhatian (Attention). Perhatian terjadi bila seseorang mengkonsentrasikan
dirinya hanya pada salah satu alat indera saja, dan mengesampingkan
masukan- masukan dari alat indera lainnya.
3. Memori memegang peranan penting dalam mempengaruhi persepsi
maupun berpikir. Memori melewati tiga proses yaitu perekaman,
penyimpanan, dan pemanggilan. Perekaman adalah pencatatan informasi
melalui reseptor indera dan sirkit saraf internal. Penyimpanan menentukan
berapa lama, dalam bentuk apa, dan di mana informasi tersebut bersama
seseorang.
2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Rakhmat (2003) mengkategorikan dua faktor yang menentukan persepsi
yaitu:
a. Faktor fungsional (faktor personal). Kebutuhan dan pengalaman masa lalu
termasuk dalam faktor ini. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau
bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon pada
stimuli tersebut. Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
lazim disebut sebagai kerangka rujukan.
b. Faktor struktural (faktor situasional). Faktor ini berasal dari sifat
stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkan pada sistem saraf
individu. Berdasarkan teori Gestalt, seseorang mempersepsikan sesuatu
secara keseluruhan, dan tidak melihatnya sebagai suatu bagian yang
terpisah.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin “movere” yang berarti “dorongan” atau
“daya penggerak”. Motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan
kebutuhan atau suatu tujuan. Motivasi adalah suatu kekuatan yang dihasilkan dari
keinginan seseorang untuk memuaskan kebutuhannya (misalnya rasa lapar, haus
dan bermasyarakat (Malayu, 2003).
Robbins (1996) yang dikutip Makarim (2003) menyatakan bahwa motivasi
dapat dilihat dari adanya usaha mencari suatu sasaran secara bersama yang
bermanfaat bagi seseorang, atau bagi orang lain di dekatnya, kemudian menjalin
kerja sama yang dilandasi oleh semangat dan daya juang yang tinggi.
2.1.3.1. Proses Motivasi
Menurut Newcomb dkk. (1985) yang dikutip Susantyo (2001), motivasi
merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap,
kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang.
Selanjutnya, Wahjosumidjo (1987) menyatakan bahwa motivasi sebagai proses
psikologis diakibatkan oleh faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut
intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut factor ekstrinsik. Faktor di dalam diri
seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman, dan pendidikan, atau
berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan. Sedang faktor di luar
diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pimpinan,
kolega, atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik factor intrinsik
maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Wahjosumidjo (1987) menggolongkan dua faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi individu yaitu faktor yang berasal dari dalam individu
(intern) dan faktor yang bersumber dari luar individu (ekstern). Yang termasuk
faktor intern adalah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan
sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lampau, aspirasi atau harapan masa
depan, latar belakang sosial budaya, serta persepsi individu terhadap
pekerjaannya. Faktor ekstern meliputi tuntutan kepentingan keluarga, kehidupan
kelompok, lingkungan kerja maupun kebijaksanaan yang berkaitan dengan
pekerjaannya.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dikutip penulis dari penelitian Apandi (2009) yang
berjudul “Pengaruh Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan terhadap Produktivitas Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Lapangan di 4 (empat) Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) terpilih
yaitu UPTD Wilayah Ciawi, UPTD Wilayah Caringin, UPTD Wilayah Dramaga,
dan UPTD Wilayah Cibungbulang, dengan jumlah 46 orang. Data yang
dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Variabel yang diduga
mempengaruhi produktivitas kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
yaitu persepsi, motivasi, dan faktor-faktor lain umur, tingkat pendidikan,
pengalaman kerja, jumlah tanggungan keluarga, dan ada atau tidak penghasilan
lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum dan sesudah adanya otonomi daerah,
persepsi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan tersebut cenderung ke arah
Universitas Sumatera Utara
negatif. Hasil analisis menunjukkan bahwa produktivitas kerja penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan lapangan dipengaruhi oleh motivasi 0,44;
tingkat pendidikan 0,30; dan sumber penghasilan lain -0,27. Besarnya pengaruh
bersama 0,31; besanya pengaruh di luar model 0,69. Variabel yang paling kuat
pengaruhnya terhadap produktivitas kerja adalah variabel motivasi. Kata kunci :
produktivitas kerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan.
2.3. Kerangka Penelitian
Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial maupun faktor
ekonomi yang mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan. Faktor-faktor
tersebut akan dapat mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yang dibawahi
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan saat berada di
Lapangan, dimana juga dapat diketahui bagaimana sikap penyuluh, persepsi serta
motivasi dalam melakukan penyuluhan mempunyai peranan penting dalam
meningkatkan kinerja para penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan saat
berada dilapangan. Badan pelaksana penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan juga harus dapat memberikan kepuasan kerja terhadap penyuluh-
penyuluh di lapangan sehingga ada sinergitas antara badan pelaksana penyuluhan
pertanian, perikanan dan kehutanan dengan penyuluh pertanian di lapangan baik
dari segi persepsi maupun motivasi. Sehingga dengan adanya koordinasi yang
baik antara kelembagaan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di
Provinsi Sumatera Utara dengan penyuluh pertanian di kabupaten/kota dapat
menimbulkan efektifitas dari kelembagaan itu sendiri serta peningkatan kinerja
yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan : Menyatakan Hubungan
Gambar 1. Skema kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah merupakan dugaan sementara atau pendapat yang masih
kurang sempurna dalam arti masih harus dibuktikan dan diuji kebenarannya.
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara persepsi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan.terhadap efektifitas kelembagaan bapelluh di
Sumatera Utara.
2. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas
kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara.
PERSEPSI Penyuluh
Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di Lapangan
MOTIVASI Penyuluh
Kinerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Meningkat
Terjadi Efektifitas
Universitas Sumatera Utara
3. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara motivasi penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas
kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara
4. Adanya pengaruh positif dan signifikan antara efektifitas penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan bapelluh.terhadap efektifitas
kelembagaan bapelluh di Sumatera Utara..
Universitas Sumatera Utara
III. METODE ANALISA DATA
3.1. Metode Pemilihan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja), di ke-3
(tiga) jenis kelembagaan penyuluhan di Sumatera Utara. Lokasi tersebut diambil
dengan pertimbangan bahwa Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan di
Sumatera Utara dibagi dalam 3 (tiga) jenis kelembagaan penyuluhan yaitu
Kelembagaan Penyuluhan Murni, Kelembagaan Penyuluhan Campuran dan Non
Kelembagaan.
Tabel 2. Data Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menurut Kabupaten/Kota.
Mean -0.000916Median -0.004169Maximum 3.720393Minimum -4.245125Std. Dev. 1.577191Skewness -0.306228Kurtosis 3.546168
Jarque-Bera 1.851859Probability 0.396163
) ternyata nilai Probability Obs*R-squared
Universitas Sumatera Utara
adalah sebesar 0.001002 lebih kecil dari α = 5% (Probability R² > 0,05) yang
berarti terdapat gejala autokorelasi.
4.3.1.3. Uji Multikolinieritas
Salah satu penyimpangan terhadap asumsi klasik adalah terdapatnya
multikolinieritas, atau terjadinya hubungan linier yang sempurna (perfect) atau
exact diantara beberapa atau semua variabel bebasnya, yang menimbulkan
kesulitan untuk dapat melihat pengaruh variabel penjelas terhadap variabel yang
dijelaskan.
Tabel 27. Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas
X1 X2 X3 Y2
X1 1.000000 0.837457 0.282145 0.659151
X2 0.837457 1.000000 0.325371 0.625085
X3 0.282145 0.325371 1.000000 0.592070
Y2 0.659151 0.625085 0.592070 1.000000
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari tabel nilai matriks korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat
multikolineritas data. Suatu variabel dikatakan terdapat multikolineritas apabila
korelasi antar kedua variabel lebih dari nilai R squared. Berdasarkan hasil
perhitungan regresi maka tidak ada variabel yang memiliki nilai lebih tinggi dari
0.894433 untuk fungsi efektifitas Bapelluh dan 0.942659 untuk fungsi kinerja
penyuuh di Sumatera Utara.
Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah multikolinearitas
yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah jika VIF lebih besar dari 10
dan 2jR lebih besar dari 0,90 maka variabel memiliki kolinearitas yang tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 28. Nilai VIF dari Korelasi Variabel-Variabel Bebas
X1 X2 X3 Y2
X1
X2 3.348224
X3 1.086491 1.118401
Y2 1.768284 1.641312 1.539757
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Dari nilai VIF dari korelasi variabel-variabel bebas pada tabel 4.5 tidak
terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10, jadi tidak ada
variabel yang terjadi kolinieritas ganda (multicollinearity).
4.4. Hasil Uji Model
Analisis statistik digunakan untuk melihat validasi dari model yang
digunakan dalam penelitian ini. Pengujian secara statistik dilakukan terhadap hasil
regresi model. Adapun pengujian secara statistik meliputi pengujian terhadap
besaran t-Statistik F Statistik , dan nilai R2
4.4.1. Uji t statistik (Uji parsial)
.
Uji t atau uji parsial ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat secara parsial atau satu persatu. Dari hasil estimasi model
untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan kinerja penyuluh (Y2
1. Motivasi Sebelum (X
) diperoleh nilai t hitung
untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut
1) dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai thitung =
6.29 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan
bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.10, Sehingga variabel
Universitas Sumatera Utara
X1 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 90% secara
positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh (Y1), yang artinya
bahwa jika terjadi peningkatan X1 sebesar 1 poin, maka Efektifutas
Bapelluh (Y1
2. Motivasi sesudah (X
) akan mengalami peningkatan sebesar koefisiennya
yaitu sebesar 1,669 poin, cateris paribus.
2) dalam dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai
thitung = 6.386614 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.10,
Sehingga variabel X2 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan
sebesar 90% secara positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh
(Y1), yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan X2 sebesar 1 poin,
maka Efektifutas Bapelluh (Y1
3. Persepsi Penyuluh (
) akan mengalami peningkatan sebesar
koefisiennya yaitu sebesar 1,598 poin, cateris paribus.
X3) dalam dalam Efektifitas Bapelluh (Y1) nilai
thitung = 5.978618 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.01,
Sehingga variabel X3 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan
sebesar 95% secara positif akan mempengaruhi Efektifitas Bapelluh
(Y1), yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan X3 sebesar 1 poin,
maka Efektifutas Bapelluh (Y1
4. Efektifitas Bapelluh (Y
) akan mengalami peningkatan sebesar
koefisiennya yaitu sebesar 4,639 poin, cateris paribus.
1) dalam Kinerja Penyuluh (Y2) nilai thitung =
14.996 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.0000. Hal ini
menunjukkan bahwa nilai probabilitas lebih kecil dari α = 0.01,
Universitas Sumatera Utara
Sehingga variabel Y1 signifikan pada tingkat derajat kepercayaan
sebesar 95% secara positif akan mempengaruhi Kinerja Penyuluh (Y2),
yang artinya bahwa jika terjadi peningkatan Efektifutas Bapelluh (Y1)
sebesar 1 poin, maka Kinerja Penyuluh (Y2
4.4.2 Uji F statistik (Uji Serempak)
) akan mengalami
peningkatan sebesar koefisiennya yaitu sebesar 14,996 poin, cateris
paribus.
Uji F atau uji serepak ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas
secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari hasil estimasi
model untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan kinerja penyuluh (Y2
1. Untuk variabel motivasi sebelum bapelluh (X
) diperoleh :
1) diperoleh nilai F
hitung sebesar 39.56792 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)
yaitu Motivasi Penyuluh Sebelum (X1), secara simultan dan signifikan
bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas
Bapelluh (Y1
2. Untuk variabel motivasi sesudah bapelluh (X
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
2) diperoleh nilai F hitung
sebesar 40.78884 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)
yaitu Motivasi Penyuluh Sesudah (X2), secara simultan dan signifikan
bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas
Bapelluh (Y1
3. Untuk variabel persepsi penyuluh (X
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
3) diperoleh nilai F hitung sebesar
35.74387 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal ini
Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Efektifitas Bapelluh (Y1)
yaitu Persepsi Penyuluh (X3), secara simultan dan signifikan bersama-
sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas Bapelluh
(Y1
4. Hasil estimasi model untuk Kinerja Penyuluh (Y
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
2) diperoleh nilai F
hitung sebesar 224.8998 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000. Hal
ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Kinerja Penyuluh (Y2)
yaitu Efektifitas Bapelluh (Y1) secara simultan dan signifikan
bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Efektifitas
Bapelluh (Y1
4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R
) pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.
2
Uji koefisien determinasi (R
)
2) digunakan untuk melihat seberapa besar
variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat. Dari hasil estimasi
untuk Efektifitas Bapelluh (Y1) dan Kinerja penyuluh (Y2
1. Untuk variabel motivasi penyuluh sebelum bapelluh (X
) diperoleh :
1) dengan nilai
R2 sebesar 0.848961. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar
84,89% variabel Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel
Motivasi Penyuluh Sebelum (X2
2. Untuk variabel motivasi penyuluh sesudah bapelluh (X
) bapelluh. Sedangkan sisanya sebesar
15,11% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
2) dengan nilai
R2 sebesar 0.850721. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar
85,07% variabel Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel
Motivasi Penyuluh Sesudah bapelluh (X3). Sedangkan sisanya sebesar
14,93% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.
Universitas Sumatera Utara
3. Untuk variabel persepsi penyuluh (X3) dengan nilai R2
4. Untuk hasil estimasi Kinerja Penyuluh (Y
sebesar
0.843170. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 84,32% variabel
Efektifitas Bapelluh dapat dijelaskan oleh variabel persepsi penyuluh.
Sedangkan sisanya sebesar 15,68% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model.
2) diperoleh nilai R2 sebesar
0.9427. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 94,27% variabel
Kinerja Penyuluh (Y2) dapat dijelaskan oleh variabel Efektifitas
Bapelluh (Y1
4.5. Pembahasan
). Sedangkan sisanya sebesar 5,73% dijelaskan oleh
variabel lain diluar model.
4.5.1. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Sebelum Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitas
Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan.
Motivasi merupakan faktor pendorong dalam melakukan suatu pekerjaan.
Dalam melaksanakan tugas-tugas sebagai penyuluh pertanian, sebagian besar
penyuluh pertanian melaksanakan tugas karena kebutuhan akan berprestasi.
Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan yang dimiliki oleh seseorang untuk
mewujudkan hasil kerja (kinerja) yang lebih baik daripada orang lain. Makin
tinggi motivasi akan membuat kinerja penyuluh pertanian semakin tinggi pula.
Dari pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh nilai probability t-
statistik sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan positif, yang berarti variabel
Universitas Sumatera Utara
tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas
kelembagaan penyuluhan.
Hal ini mengandung arti bahwa bila terjadi peningkatan motivasi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum bapelluh sebesar 100 persen, akan
meningkatkan efektifitas kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara sebesar 63,83 persen, dan
sebaliknya.
4.5.2. Pengaruh Motivasi Kerja Penyuluh Pertanian, Perikanan dan
Kehutanan Sesudah Pembentukan Badan Pelaksanaan Penyuluhan
Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Terhadap Efektifitas
Keberadaan Kelembagaan Penyuluhan.
Dari pengujian dengan menggunakan uji t diperoleh nilai probability t-
statistik sebesar 0.0000 lebih kecil dari α = 5% dan positif, yang berarti variabel
tersebut memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap efektifitas
kelembagaan penyuluhan.
Hal ini mengandung arti bahwa bila terjadi peningkatan motivasi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah bapelluh sebesar 100 persen, akan
meningkatkan efektifitas kelembagaan Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di Sumatera Utara sebesar 42,62 persen, dan
sebaliknya.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Amelia Nani dan Tri Ratna (2010)
dalam jurnal penyuluhan pertanian volume 5 no 1 yang menyatakan sebanyak
20,41% penyuluh pertanian di kabupaten Subang melaksanakan tugasnya sebagai
penyuluh pertanian didorong oleh motivasi untuk berafiliasi atau bersosialisasi
Universitas Sumatera Utara
dengan orang lain terutama kepada petani. Mereka ingin menjalin hubungan yang
akrab dengan orang lain, banyak teman, bekerja bersama-sama dengan orang lain
dan memiliki perhatian yang mendalam terhadap teman sesama penyuluh
pertanian dan petani. Hanya 4,08% penyuluh pertanian ini selalu berusaha
mempengaruhi orang lain. Jika dalam kelompok, selalu berusaha menjadi
pemimpin, pendapat atau keyakinannya benar sehingga percaya dirinya tinggi dan
pandai mempengaruhi orang lain mulai dari persuasiasi (membujuk) sampai
dengan koersi (pemaksaan). Mereka inilah penyuluh pertanian yang dapat
berpindah tugas menjadi pejabat structural. Terdapat 10,20% penyuluh pertanian
yang bekerja karena ingin berprestasi dan berafiliafi. Penyuluh pertanian yang
mempunyai motivasi kurang terfokus atau merupakan gabungan dari motivasi
ingin berprestasi, motivasi ingin kekuasaan (jabatan) dan motivasi karena ingin
berafiliasi sebanak 8,16%. Mereka adalah penyuluh pertanian yang menjalankan
tugas seadanya, tidak ingin menonjol dan tidak mengejar prestasi. Sehingga dari
hasil penelitian yang dilakukan pada Badan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian,
Perikanan dan Kehutanan di kabupaten/ kota Propinsi Sumatera Utara. Terlihat
bahwa penyuluh lebih termotivasi untuk bekerja di lapangan dan meningkatkan
prestasi kerja serta dekat dengan masyarakat, dari pada mereka harus menduduki
jabatan structural tetapi tidak dapat bersosialisasi dengan para petani.
4.5.3. Pengaruh Persepsi Penyuluh Terhadap Efektifitas Badan Pelaksanaan
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Faktor personal yang terdiri dari kemampuan, pengalaman, motif dan
persepsi yang cukup baik dari penyuluh, dapat mengimbangi keterbatasan sarana
kerja dan status kelembagaan penyuluhan. Hal tersebut dapat dibuktikan dari
Universitas Sumatera Utara
analisis hubungan dan pengaruh persepsi terhadap efektifitas badan pelaksana
penyuluhan di kabupaten/ kota.
Dari hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa ada hubungan secara
signifikan antara persepsi dengan efektifitas kelembagaan bapelluh secara positif.
Karena nilai probability t-statistik di bawah α = 5% yaitu sebesar 0,0000. Dengan
nilai koefisien sebesar 0.627906 menunjukkan bahwa jika apabila persepsi
penyuluh meningkat maka akan meningkatkan efektifitas badan pelaksanaan
pertanian, perikanan dan kehutan. Peningkatan tersebut jika diukur secara
Quantity, maka persespsi penyuluh meningkat 100 persen akan meningkatkan
efektifitas bapelluh sebesar 62,79 persen. Jadi dalam penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa persepsi berhubungan positif dan signifikan terhadap
efektifitas kelembagaan bapelluh kabupaten/ kota di propinsi Sumatera Utara.
4.5.4. Pengaruh Efektifitas dari Kelembagaan Penyuluhan Terhadap Kinerja
Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan.
Hasil penelitian menunjukkan nilai probability t-statistik lebih kecil dari α
= 5% serta menunjukkan arah positif. Yang berarti bahwa efektifitas dari
kelembagaan penyuluhan mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap
kinerja penyuluh pertanian. Artinya apabila efektifitas kelembagaan bapelluh
meningkat 100 persen, akan meningkatkan kinerja kelembagaan bapelluh sebesar
81,74 persen.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis dan penelitian dan teori yang
menyatakan bahwa ada hubungan positif dan signifikan antara efektifitas dan
kinerja. .
Universitas Sumatera Utara
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi motivasi penyuluh
pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum dan sesudah pembentukan badan
Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, menjelaskan pengaruh persepsi
penyuluh pertanian terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan, serta menjelaskan pengaruh efektifitas kelembagaan
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan, serta menjelaskan terhadap kinerja
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sebelum pembentukan
badan Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.
2. Motivasi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan sesudah pembentukan
badan Pelaksana Penyuluhan, Perikanan dan Kehutanan, berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara
3. Persepsi penyuluh pertanian berpengaruh positif dan signifikan terhadap
efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di
Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
4. Efektifitas kelembagaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan
berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian,
perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara.
5.2. Saran
1. Dengan adanya hubungan yang positif antara motivasi penyuluh sebelum
dan sesudah bapelluh, persepsi penyuluh dan efektifitas badan pelaksana
penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan, diharapkan pemerintah lebih
meningkatkan peran dan fungsi serta keberadaan kelembagaan bapelluh
tersebut agar menjadi suatu badan/ lembaga yang lebih efektif dan efisien
sehingga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan
kinerja penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan di Sumatera Utara
khususnya.
2. Berdasarkan keterbatasan penelitian, perlu dilakukan penelitian yang sejenis
dengan menambahkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi kinerja
dan umumnya, khususnya kinerja penyuluh.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Awis. 2011. Majalah Penyuluhan Kehutanan; Komunikasi Edukasi Wana Lestari (Kenari). Edisi 1 tahun 2011, Pusat Reorientasi Penyuluhan Kehutanan di Era BP2SDM Kehutanan. Pusat Pelayanan Penyuluhan Kehutanan. BP2SDM Kehutanan.
Azul, 2012. Analisis efektifitas kinerja penyuluh. Bang Azul.blogspot.com.
Bakoorluh. 2011. Statistik Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Medan
Cochran, W.G. 2005. Teknik Penarikan Sampel. Terjemahan Rusdiansyah. Jakarta. UI-Press
Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Metode dan Teknik Penyuluhan. Pusat Pengembangan Penyuluhan. BPSDM KP
Furqon. 2008. Statistik Terapan untuk Penelitian. Bandung. Alfabeta
Hays 1973 dalam Azwar,Saifuddin.2010. Asumsi-asumsi dalam inferensi statistika. Azwar.staff.ugm.ac.id
Kunia, Ahmad. 2010.Pemilihan Uji Dalam Penelitian (Studi tentang uji-t berpasangan). Skripsimahasiswa.blogspot.com
Nachrowi,N.D dan Usman,H. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta. PT.Raja Grafindo Persada
PP No.43 tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluh Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV.Alfabata
Suhardiyono, L. 1992. PENYULUHAN: Petunjuk Bagi Penyuluh Pertanian. Jakarta. Penerbit Erlangga
Umar,H. 2005. Sumberdaya Manusia dalam Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama
UU. No 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluh Pertanian, Perikanan dan Kehutanan