EFEK PEN KARBON GIGI NAMBAHA NAT SEBA I EKSTRAK Diaju Memp UN AN TRAGAK AGAI ABRA K AIR-ALK ukan untuk M peroleh Gela Progra Sep NIM FAKUL NIVERSITA YO KAN SEBA ASIVE TERH KOHOL DA SKRIPSI Memenuhi Sa ar Sarjana Fa am Studi Far Oleh: ptiana Wijay M : 0781141 LTAS FARM AS SANATA GYAKART 2011 AGAI BIND HADAP SIF AUN SIRIH alah Satu Sy armasi (S.Fa rmasi ya 46 MASI A DHARMA TA DER DAN K FAT FISIS H (Piper betle yarat arm.) A KALSIUM PASTA e L.)
100
Embed
EFEK PENAMBAHAN TRAGAKAN SEBAGAI DAN K ALSIUM … · 2018-03-24 · Efek tragakan dan kalsium karbonat ... Gigi juga berfungsi sebagai salah satu alat kecantikan selain kulit tubuh,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
EFEK PENKARBON
GIGI
NAMBAHANAT SEBAI EKSTRAK
DiajuMemp
UN
AN TRAGAKAGAI ABRAK AIR-ALK
ukan untuk Mperoleh Gela
Progra
Sep
NIM
FAKULNIVERSITA
YO
KAN SEBAASIVE TERHKOHOL DA
SKRIPSI
Memenuhi Saar Sarjana Faam Studi Far
Oleh:
ptiana Wijay
M : 0781141
LTAS FARMAS SANATAGYAKART
2011
AGAI BINDHADAP SIF
AUN SIRIH
alah Satu Syarmasi (S.Farmasi
ya
46
MASI A DHARMATA
DER DAN KFAT FISIS
H (Piper betle
yarat arm.)
A
KALSIUM PASTA
e L.)
EFEK PENKARBON
GIGI
NAMBAHANAT SEBAI EKSTRAK
DiajuMemp
UN
AN TRAGAAGAI ABRAK AIR-ALK
ukan untuk Mperoleh Gela
Progra
Sep
NIM
FAKULNIVERSITA
YO
i
KAN SEBAASIVE TERHKOHOL DA
SKRIPSI
Memenuhi Saar Sarjana Faam Studi Far
Oleh:
ptiana Wijay
M : 0781141
LTAS FARAS SANATAGYAKART
2011
AGAI BINDHADAP SIF
AUN SIRIH
alah Satu Syarmasi (S.Farmasi
ya
46
MASI A DHARMATA
DER DAN KFAT FISIS
H (Piper betle
yarat arm.)
A
KALSIUM PASTA
e L.)
ii
iii
HALAMA
iv
AN PERSEMMBAHAN
v
vi
vii
PRAKATA
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan penyertaan-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi.
Selama perkuliahan, penelitian hingga proses penyusunan skripsi, Penulis
telah mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak yang berupa dukungan,
sarana, bimbingan, nasihat, kritik, dan saran. Pada kesempatan ini, Penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta
2. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukkan kepada Penulis dalam
penyusunan skripsi.
3. Rini Dwiastuti, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan
kritik dan saran.
4. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukkan, kritik dan saran kepada penulis.
5. Segenap dosen fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah
mengajar dan membimbing Penulis selama perkuliahan.
6. Papa, mama, dan Natalia atas doa, kasih sayang dan dukungannya.
7. Ricki yang selalu memotivasi, memberikan semangat, kasih sayang dan
bantuan selama penyusunan skripsi.
viii
8. Ci Yuvita atas masukan, dukungan, bantuan dan saran yang telah diberikan
selama penyusunan skripsi.
9. Fany, Yemi, dan Daniel sebagai teman satu tim atas kerjasama, bantuan,
kebersamaan, kegembiraan, dan keluh kesah selama penyusunan skripsi ini.
10. Sahabat-sahabatku Fifi, Aji, Agnes, Riris, Fetri, Putri, dan Selasih yang selalu
Sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper betle L.) dipengaruhi oleh bahan dan jumlah bahan yang digunakan dalam formulasi pasta gigi yang meliputi tragakan dan kalsium karbonat. Tragakan yang berfungsi sebagai binder dapat meningkatkan viskositas fase cair, sedangkan kalsium karbonat yang berfungsi sebagai abrasive dapat membangun sifat alir pasta gigi. Dengan kata lain, penambahan tragakan dan kalsium karbonat maupun interaksi keduanya dapat menentukan sifat fisis pasta gigi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efek penambahan tragakan sebagai binder dan kalsium karbonat sebagai abrasive terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun sirih.
Penelitian ini menggunakan desain faktorial dengan dua faktor, yaitu tragakan-kalsium karbonat serta dua level, yaitu level tinggi-level rendah tragakan dan kalsium karbonat. Kemudian dilakukan pengukuran terhadap sifat fisis pasta gigi yang meliputi viskositas dan sag 48 jam setelah pembuatan serta pengamatan profil viskositas dan sag secara periodik selama 1 bulan penyimpanan. Data dianalisis secara statistik menggunakan Design Expert 7.1.4 untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada respon viskositas tragakan, kalsium karbonat, dan interaksi keduanya memberikan efek yang signifikan. Pada respon sag, tragakan dan kalsium karbonat memberikan efek yang signifikan, namun interaksi keduanya memberikan efek yang tidak signifikan. Kata kunci: tragakan, kalsium karbonat, pasta gigi, ekstrak air-alkohol daun sirih (Piper betle L.), dan desain faktorial.
xviii
ABSTRACT
Physical properties of water-ethanol extract of betel leaf (Piper betle L.) toothpaste influenced by the material and the amount of material used in toothpaste formulation such as tragacanth and calcium carbonate. Tragacanth as binder can increase the viscosity of the liquid phase, while calcium carbonate as abrasive can build the rheology of toothpaste. In other words, the addition of tragacanth and calcium carbonate and the interaction can be determined the physical properties of toothpaste.
The aim of this study was to determine how the effect of tragacanth as binder and calcium carbonate as abrasive on physical properties of water-ethanol extract of betel leaf.
This study used factorial design with two factors, namely tragacanth-calcium carbonate and two levels, namely high level-low level of tragacanth and calcium carbonate. Then the measurements of physical properties of toothpaste that include viscosity and sag were done after 48 hours and periodically for one month of storage. The data were statistically analyzed using Design Expert 7.1.4 for knowing the significance (p<0,05) of each factor and their interaction in giving effect.
The results of this study showed that in viscosity response, tragacanth, calcium carbonate, and their interaction provide significant effect. In sag response, tragacanth and calcium carbonate provide significant effect, but their interaction does not significant effect. Keywords: tragacanth, calcium carbonate, toothpaste, water-ethanol extract of
betel leaf (Piper betle L.), and factorial design.
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Gigi merupakan salah satu organ pengunyah, yang terdiri dari gigi-gigi
pada rahang atas dan rahang bawah, lidah, serta saluran-saluran penghasil air
ludah (Tarigan, 1992). Gigi berfungsi sebagai alat pengunyah makanan, dan alat
bantu berbicara. Gigi juga berfungsi sebagai salah satu alat kecantikan selain kulit
tubuh, kulit wajah, mata, dan bibir (Ahira, 2008). Jika fungsi gigi terganggu maka
dapat menurunkan nafsu makan, kesulitan dalam pengunyahan makanan,
penurunan fungsi cerna, serta menimbulkan masalah psikologis yang dapat
mengganggu aktivitas (Widodo, 2009). Oleh karena itu, penting untuk menjaga
kesehatan gigi.
Gigi yang rusak dapat menimbulkan sakit gigi. Timbulnya sakit gigi ini
disebabkan oleh adanya bakteri Streptococcus mutans yang ada pada rongga
mulut. Streptococcus mutans mempunyai kemampuan untuk mensintesis sukrosa,
glukosa atau karbohidrat lain menjadi polisakarida ekstraselular dan asam yang
melekat pada permukaan gigi yang disebut sebagai plak gigi (Panjaitan, 2002).
Selain itu, plak juga merupakan tempat pelekatan dan pertumbuhan Streptococcus
mutans. Plak yang bersifat lengket menyebabkan jumlah Streptococcus mutans
yang melekat pada lapisan email gigi akan bertambah, sehingga pembentukan
polisakarida ekstraseluler dan asam juga meningkat. Plak akan menyebabkan
demineralisasi lapisan email pada gigi dan lama kelamaan lapisan tersebut akan
2
menipis. Plak yang menumpuk kemudian membentuk karies gigi yang akhirnya
merusak email hingga melubangi gigi dan menyebabkan sakit gigi (Besford,
1996). Untuk mengurangi jumlah Streptococcus mutans dapat dilakukan dengan
cara menggosok gigi dengan pasta gigi yang mengandung abrasive dan senyawa
yang berkhasiat sebagai antibakteri. Senyawa yang berkhasiat sebagai antibakteri
ini dapat berasal dari senyawa kimia maupun senyawa alam. Contoh senyawa
kimia yang berkhasiat sebagai antibakteri adalah fluoride, sedangkan senyawa
alam yang berkhasiat sebagai antibakteri dapat berasal dari tanaman sirih.
Tanaman sirih merupakan anggota suku Piperaceae. Salah satu bagian dari
tanaman sirih yang dimanfaatkan sebagai pengobatan adalah daunnya. Daun sirih
dapat digunakan untuk pengobatan berbagai macam penyakit diantaranya obat
sakit gigi dan mulut, sariawan, luka bekas cabut gigi, penghilang bau mulut,
antibakteri, batuk dan serak, hidung berdarah, keputihan, wasir, tetes mata,
gangguan lambung, gatal-gatal, kepala pusing, dan trachoma (Syukur dan
Hernani, 1999). Daun sirih segar mengandung 0,7 – 2,6 % minyak atsiri, yaitu
Pasta gigi yang baik akan dapat memberikan penampakan yang halus,
homogen, dan berkilau. Selain itu juga, harus bebas dari gelembung udara serta
memberikan warna yang menarik (Garlen, 1996).
Pasta gigi harus stabil selama penyimpanan dan aman saat digunakan.
Pasta gigi yang baik harus dapat mempertahankan viskositas, pH, konsentrasi zat
aktif dan tidak memisah selama penyimpanan (Garlen, 1996).
3. Mekanisme pembersihan gigi oleh pasta gigi
Abrasive pada pasta gigi akan mengangkat plak, pelikel, kotoran, sisa
makanan, dan kotoran lainnya yang menempel pada permukaan gigi. Mekanisme
14
pembersihan gigi oleh abrasive ini adalah secara mekanis yang dibantu dengan
penggunaan sikat gigi. Dengan penggunaan sikat gigi maka abrasive juga dapat
masuk sampai sela-sela gigi sehingga kotoran yang ada di sela-sela gigi dan plak
yang terdapat pada permukaan gigi tersebut akan terangkat. Saat kotoran dan plak
pada gigi sudah terangkat maka akan dengan mudah kotoran dan plak tersebut
dibilas dengan air pada saat proses berkumur (Garlen, 1996 dan Mitsui, 1997).
4. Sifat fisis dan metode evaluasi pasta gigi
Sifat fisis pasta gigi dipengaruhi oleh bahan dan jumlah bahan yang
digunakan dalam formula pasta gigi. Bahan dalam pasta gigi yang dapat
mempengaruhi sifat fisis pasta gigi ini antara lain tragakan sebagai binder dan
kalsium karbonat sebagai abrasive. Tragakan adalah bahan yang digunakan untuk
mempertahankan fase padatan dan fase cairan untuk tetap menyatu secara
homogen dan tidak terpisah, sedangkan kalsium karbonat adalah bahan yang
bertindak sebagai fase padatan yang mengisi formula pasta gigi dalam
menghasilkan pasta gigi yang kompak dan kalsium karbonat ini mengisi setengah
bagian dari total formula (Young, 1972). Bila dilihat dari fungsi tragakan dan
kalsium karbonat ini maka dapat disimpulkan bila jumlah dari tiap bahan tersebut
terlalu banyak atau pun terlalu sedikit maka akan terbentuk pasta gigi yang kurang
memenuhi sifat fisis pasta gigi. Sifat fisis pasta gigi yang dipengaruhi antara lain
berat jenis, cohesiveness, extrudability, viskositas, dan sag. Saat sifat fisis pasta
gigi ini terpenuhi maka akan dihasilkan pasta gigi yang stabil. Untuk mengetahui
apakah sifat fisis pasta gigi terpenuhi atau tidak maka perlu dilakukan
pengevaluasian pada pasta gigi yang dihasilkan. Pengevaluasian sifat fisis pasta
15
gigi dapat dilakukan melalui berbagai metode, antara lain berat jenis,
cohesiveness, extrudability, viskositas, dan sag (Garlen, 1996).
a. Berat jenis. Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan
dari suatu zat terhadap kerapatan air pada temperatur yang sama. Berat jenis pada
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama pada suhu 40 atau
temperatur lain yang tertentu (Martin, Swarbick, dan Cammarata, 1993). Berat
jenis pada pengukuran sifat fisis pasta gigi merupakan fungsi dari
pengidentifikasian abrasive dan konsentrasi abrasive serta humektan dan air.
Pasta gigi dengan kalsium karbonat sebagai abrasive akan mempunyai berat jenis
sekitar 1,5 – 1,6. Jika berat jenis dari suatu formula pasta gigi terpenuhi maka nilai
berat jenis tersebut berguna untuk mendeterminasi terjadinya aerasi yang
berlebihan saat proses pembuatan serta untuk memverifikasi bahwa formulasi
telah dilakukan dengan benar (Garlen, 1996).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur berat jenis pasta gigi adalah
aluminium piknometer. Prosedur yang dilakukan dalam menggunakan aluminium
piknometer ini adalah dengan memasukkan pasta gigi ke dalam aluminium
piknometer sampai penuh untuk kemudian ditimbang. Setelah itu, dilakukan juga
penimbangan terhadap air dengan prosedur yang sama seperti saat menimbang
pasta gigi. Berat jenis yang terukur merupakan perbandingan massa pasta gigi
terhadap massa sejumlah volume air pada suhu yang sama (Anonim, 2008b).
16
Gambar 4. Aluminium piknometer (Anonim, 2008b)
b. Cohesiveness. Cohesiveness adalah kemampuan pasta gigi untuk
melekat pada gigi dan pada sikat gigi. Sampai saat ini belum ada prosedur standar
yang dapat digunakan untuk mengukur cohesiveness pasta gigi, namun terdapat
prosedur sederhana yang dapat digunakan untuk menggambarkan cohesiveness
suatu pasta gigi. Prosedur tersebut adalah dengan cara menimbang pasta gigi
dengan berat tertentu lalu pasta gigi tersebut dikeluarkan di atas lapisan metal dan
diletakkan pada aliran air yang konstan. Semakin lama waktu yang dibutuhkan
untuk menghilangkan seluruh pasta gigi yang melekat pada lapisan metal tersebut
menunjukkan semakin besarnya cohesiveness pasta gigi tersebut. Pengevaluasian
ini memerlukan pasta gigi standar sebagai pembanding. Jika waktu yang
diperlukan antara pasta gigi standar dengan pasta gigi yang diuji adalah sama
maka pasta gigi yang diuji tersebut sudah memenuhi parameter cohesiveness. Hal
yang harus diperhatikan dalam pengevaluasian cohesiveness adalah berat dari
pasta gigi pembanding dan pasta gigi yang diuji harus sama. Selain itu juga,
kecepatan aliran air dan tekanaannya harus konstan. Jika berat pasta gigi,
kecepatan aliran air dan tekanannya konstan maka diharapkan akan memberikan
hasil pengukuran yang reprodusibel (Garlen, 1996). Jika cohesiveness terpenuhi
maka akan mencegah pasta gigi yang dapat melekat lama pada gigi dan sikat gigi
sehingga menyebabkan pasta gigi tersebut mudah dibilas pada saat proses
berkumur dan saat proses pembersihan sikat gigi.
17
c. Extrudability. Extrudability merupakan ukuran terhadap kekuatan yang
diperlukan untuk mengeluarkan pasta gigi dari tube. Extrudability dikontrol oleh
konsistensi pasta gigi dan diameter tube (Garlen, 1996). Extrudability dapat
diukur dengan menggunakan alat Instron tensiometer.
Gambar 5. Instron tensiometer (Block, 1975)
Mekanisme kerja Instron tensiometer adalah dengan memberikan tekanan
pada pasta gigi dalam tube sampai pasta gigi tersebut keluar. Tekanan yang
diberikan pada pasta gigi tersebut kemudian akan terlihat pada alat (Block, 1975).
Jika extrudability terpenuhi maka pasta gigi akan mudah dikeluarkan dari dalam
tube dengan sedikit pemberian tekanan, namun tidak semua pasta gigi yang
mudah dikeluarkan dari tube itu memenuhi sifat fisis pasta gigi, yaitu
extrudability. Pasta gigi yang dipilih adalah pasta gigi dengan extrudability
tertinggi dan memperhatikan karakteristik pasta gigi lainnya (Garlen, 1996).
d. Viskositas. Viskositas adalah tahanan dari suatu cairan untuk mengalir,
semakin tinggi viskositas maka semakin besar tahanannya. Terdapat dua sistem
penggolongan bahan menurut aliran dan deformasinya, yaitu sistem Newton dan
sistem non-Newton. Pada sistem Newton diketahui bahwa peningkatan gaya geser
18
(shear stress) akan menaikkan kecepatan geser (shear rate). Sistem Newton ini
berlaku pada senyawa dengan tipe Newtonian seperti air, alkohol, gliserin, dan
larutan sejati. Pada tipe non-Newtonian, viskositas tidak berbanding lurus dengan
kecepatan geser. Sistem non-Newtonian berlaku untuk sistem dispersi antara fase
cairan dan fase padatan seperti larutan koloid, emulsi, suspensi cair, salep, pasta
dan produk serupa termasuk dalam sistem non-Newton (Martin, et al., 1993).
Idealnya suatu sediaan pasta gigi menunjukkan sifat aliran pseudoplastik dan
tiksotropi (Pader, 1993).
Pada tipe pseudoplastis, viskositas akan menurun dengan meningkatnya
kecepatan geser. Sifat ini disebut juga shear thinning (Martin, et al., 1993). Shear
thinning merupakan sifat yang penting dari pasta gigi. Pada kecepatan geser yang
rendah, viskositas pasta gigi harus cukup tinggi untuk mencegah pengeluaran
pasta gigi yang terlalu cepat dari tube dan mampu bertahan pada sikat gigi (Pader,
1993). Sifat alir pseudoplastis ini paling banyak ditunjukkan oleh dispersi
hidrokoloid dalam air seperti tragakan, alginat, metil selulosa, dan
polivinilpirolidon (Martin, et al., 1993).
Gambar 6. Kurva aliran pseudoplastis (Martin, et al., 1993)
Pada sistem aliran pseudoplastis dapat terjadi fenomena tiksotropi.
Tiksotropi adalah suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman
19
suatu bahan yang kehilangan konsistensinya karena shearing. Tiksotropi
merupakan suatu sifat yang diinginkan dalam suatu sediaan dispersi, yang
idealnya harus mempunyai konsistensi yang tinggi dalam wadah, namun dapat
dikeluarkan dan tersebar dengan mudah (Martin, et al., 1993).
Pengukuran viskositas dapat dilakukan dengan menggunakan viskometer.
Gambar 7. Viskometer RION (Anonim, 2003)
Jika viskositas terpenuhi maka akan dapat mencegah pengeluaran pasta gigi yang
terlalu cepat dari dalam tube dan pasta gigi tersebut mampu bertahan pada sikat
gigi (Pader, 1993).
e. Sag. Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan
bentuknya setelah dikeluarkan dari dalam tube. Ketika diaplikasikan pada sikat
gigi, pasta gigi sebaiknya tidak boleh masuk kedalam bulu-bulu sikat gigi. Sifat
fisis pasta gigi ini dapat divisualisasikan dengan menekan keluar pasta gigi pada
sikat gigi, kertas, ataupun kaca. Diameter silinder pasta gigi yang dikeluarkan
tersebut idealnya menunjukkan perubahan yang sekecil mungkin setelah 1 menit
(Garlen, 1996). Jika sag terpenuhi maka pasta gigi tidak akan masuk kedalam
sela-sela sikat gigi yang dapat menyebabkan kesulitan dalam proses pembersihan
gigi.
20
D. Bahan-bahan Pasta Gigi
1. Abrasive
Abrasive adalah padatan yang tidak larut yang berfungsi membersihkan
dan mengkilapkan gigi saat digunakan dengan sikat gigi (Garlen, 1996). Abrasive
yang digunakan pada pasta gigi harus selalu seimbang antara kemampuannya
dalam membersihkan permukaan gigi dan kemungkinan terjadinya pengerusakan
pada permukaan gigi. Pasta gigi sebaiknya tidak memiliki agen pembersih lebih
dari yang diperlukan untuk menjaga gigi tetap bersih (bebas dari plak, sisa
makanan, dan pewanaan gigi) (Rieger, 2000). Konsentrasi abrasive pada
formulasi pasta gigi adalah sebesar 20 – 50 % dari total formula (Garlen, 1996).
Abrasive merupakan salah satu bahan yang dapat membangun sifat alir
pasta gigi. Abrasive yang biasanya digunakan adalah kalsium karbonat, silika, dan
kalsium fosfat (Anonim, 2008a).
2. Binder
Binder digunakan untuk menjaga konsistensi antara bagian cairan dan
padatan untuk membentuk pasta gigi yang halus dan stabil. Binder akan
mengingkatkan viskositas fase cair serta menjaga viskositas produk akhir dengan
mencegah hilangnya air dari pasta gigi yang telah terbentuk. Konsentrasi binder
yang digunakan dalam formulasi pasta gigi adalah 0,9 - 2,0 % dari total formula.
Salah satu binder yang dapat digunakan dalam formulasi pasta gigi adalah
tragakan (Garlen, 1996).
21
3. Humektan
Humektan digunakan untuk mencegah hilangnya lembab pada pasta gigi
yang dapat menyebabkan pasta gigi menjadi kering dan mengeras, misalnya saat
tutup pasta gigi dilepas (Mitsui, 1997). Bahan yang biasanya digunakan sebagai
humektan dalam formulasi pasta gigi adalah gliserin.
Gliserin merupakan salah satu humektan yang baik digunakan dalam
formulasi pasta gigi. Hal ini disebabkan karena gliserin lebih stabil, tidak toksik,
dan berkontribusi dalam pemberian rasa pada pasta gigi (Rieger, 2000). Gliserin
merupakan cairan viscous. Gliserin merupakan alkohol dan mempunyai tiga gugus
–OH yang bertanggung jawab terhadap kelarutan di air. Gliserin dapat bercampur
dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, dalam eter, dalam
minyak lemak dan dalam minyak menguap (Anonim, 1999).
H2C
OH
CH
OH
CH2
OH
Gambar 8. Rumus bangun gliserin (Mitsui, 1997)
4. Pemanis
Pemanis digunakan untuk memberikan rasa yang manis ada pasta gigi agar
dalam pemakaiannya dapat terasa nyaman. Pemanis yang biasanya digunakan
dalam formulasi pasta gigi adalah natrium sakarin (Mitsui, 1997). Konsentrasi
natrium sakarin yang diperbolehkan adalah 0,05 - 0,25 % dari total formula
(Garlen, 1996).
22
NNa
S
O
O
O Gambar 9. Rumus bangun natrium sakarin (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2006)
5. Pengawet
Pengawet digunakan untuk melindungi pasta gigi dari pertumbuhan
mikroorganisme (Rieger, 2000). Penggunaan air, humektan, dan gum alami pada
formulasi pasta gigi memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme pada sediaan.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penambahan pengawet seperti natrium benzoat
dengan konsentrasi 0,05 - 0,5 % untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
ini (Rowe, et al., 2006).
O
ONa
Gambar 10. Rumus bangun natrium benzoat (Rowe, et al., 2006)
6. Aquadest
Aquadest digunakan sebagai pelarut dalam formulasi pasta gigi. Aquadest
yang digunakan harus bebas dari bakteri untuk meminimalkan kontaminasi
bakteri. Semakin banyak air yang digunakan maka semakin banyak pula pengawet
yang digunakan (Garlen, 1996).
7. Surfaktan
Surfaktan atau detergen digunakan untuk menghasilkan busa. Busa ini
diperlukan untuk membantu abrasive dalam proses pembersihan gigi. Busa akan
membasahi gigi dan partikel makanan, untuk kemudian mengangkat kotoran
23
tersebut pada saat pencucian. Tetapi penggunaan surfaktan saja tidak cukup untuk
membersihkan plak gigi. Hal ini disebabkan karena plak merupakan polisakarida
yang tidak larut dan bersifat asam (Mitsui, 1997). Oleh karena itu diperlukan
abrasive dalam proses pembersihan gigi. Jumlah surfaktan yang dibutuhkan
bervariasi antara 1,5 – 5 % dari total formula. Surfaktan yang paling sering
digunakan adalah natrium lauril sulfat dan magnesium lauril sulfat (Young, 1972).
Surfaktan yang digunakan sebaiknya tidak berasa, tidak toksik, dan tidak iritatif
pada rongga mulut (Rieger, 2000).
Saat ini telah dikembangkan pasta gigi tanpa detergen. Hal ini disebabkan
karena dengan penggunaan detergen akan menyebabkan penurunan produksi
saliva. Saliva kaya akan oksigen, dan dengan berkurangnya produksi saliva maka
oksigen juga akan berkurang. Penurunan jumlah oksigen ini menyebabkan rongga
mulut menjadi tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri anaerob yang
memproduksi sulfur. Jika sulfur meningkat akan menyebabkan bau mulut
(Bucher, 2005).
E. Tragakan
Tragakan adalah gum kering yang dihasilkan dari Astragalus gummifer
Labillardiere atau spesies Astragalus famili Leguminosae lain yang hidup di
kawasan Asia. Tragakan berwarna putih kekuningan, tembus cahaya, tidak
berbau, dan bersifat asam, yaitu pada pH 5 - 6 namun pada pH 4 - 8 tragakan akan
bersifat sangat stabil (Rowe, et al., 2006).
24
Gum tragakan mempunyai struktur yang bercabang, heterogen, dan
merupakan polisakarida yang terdiri dari 30 % tragakantin yang merupakan
polisakarida yang dapat larut dalam air dan 70 % bassorin yang merupakan
polisakarida yang tidak larut air namun dapat mengembang dalam air. Ketika
ditambahkan pada air, tragakantin akan larut dan memberikan cairan koloidal, dan
bassorin akan mengembang membentuk strukur gel (Balaghi, Mohammadifar, dan
Zargaraan, 2010). Tragakantin terdiri dari arabinogalactan dan tragakanic acid,
sedangkan bassorin terdiri dari methoxylated acid (Jones, 2008).
Tragakan telah banyak digunakan dalam bidang formulasi karena sifatnya
yang tidak toksik. Pada konsentrasi 0,2 - 1,30 % tragakan dapat digunakan sebagai
binder, thickener, dan pengemulsi dan pada konsentrasi 4,8 – 6 % digunakan
dalam formulasi cairan oral (Jones, 2008).
Pada konsentrasi 1 %, gum tragakan akan memberikan viskositas sebesar
300 – 3000 cps. Larutan gum tragakan yang bersifat pseudoplatik akan
menunjukkan penurunan viskositas pada suhu yang tinggi dan memberikan yield
value yang baik. Saat dikombinasikan dengan penggunaaan gliserin, akan
menghasilkan viskositas yang sinergis (Anonim, 2004).
F. Kalsium Karbonat
Kalsium karbonat (CaCO3) merupakan mineral yang dapat digunakan
sebagai abrasive pada pasta gigi. Kalsium karbonat bersifat tidak larut dalam air,
berwarna putih, tidak berbau, dan tersedia dalam berbagai tingkat kerapatan,
mulai dari ringan sampai sangat berat (Garlen, 1996). Kalsium karbonat
25
merupakan abrasive yang efisien sebagai pembersih namun tidak cukup
mengkilapkan gigi (Rieger, 2000).
Tingkat abrasivitas kalsium karbonat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu,
ukuran partikel dan kekerasannya. Semakin kecil ukuran partikel maka tingkat
abrasivitasnya juga akan semakin kecil dan sebaliknya, semakin besar ukuran
partikel maka tingkat abrasivitasnya juga akan semakin besar (Anonim, 2010).
Ukuran partikel kalsium karbonat yang biasa digunakan dalam formulasi pasta
gigi berkisar dalam range 2 – 20 µm dan ukuran partikel diatas 20 µm akan
menyebabkan goresan pada email (Rieger, 2000).
Skala kekerasan dari suatu mineral dapat ditentukan dengan Moh’s
Hardness number. Skala tersebut diberikan pada nilai 1 – 10. Untuk mineral yang
paling halus akan diberikan skala 1, sedangkan untuk mineral yang paling keras
akan diberikan skala 10 (Anonim, 2010). Moh’s Hardness number juga digunakan
untuk menentukan tingat kekerasan abrasive pada pasta gigi. Kalsium karbonat
berada pada skala 3. Skala ini menunjukan bahwa kalsium karbonat dinilai kurang
abrasive namun cukup kasar untuk memberikan pembersihan yang baik pada gigi
(Anonim, 2010).
G. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan
mengevaluasi secara obyektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap
kualitas produk. Desain faktorial digunakan untuk mendeterminasi secara
simultan efek dari beberapa faktor dan interaksinya (Bolton, 1997).
26
Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan regresi, yaitu teknik untuk
memberikan model hubungan antara variabel respon dengan satu atau lebih
variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisis tersebut berupa persamaan
matematika (Bolton, 1997).
Desain faktorial dua level berarti ada dua faktor (misal A dan B) yang
masing-masing faktor diuji pada dua level yang berbeda yaitu level rendah dan
level tinggi. Desain faktorial dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui
faktor yang dominan berpengaruh secara signifikan terhadap suatu respon
(Bolton, 1997).
Optimasi campuran dua bahan (berarti ada dua faktor) dengan desain
faktorial (two level factorial design) dilakukan berdasarkan rumus:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + B12 X1X2 (1)
Dengan: Y = respon hasil atau sifat yang diamati
X1, X2 = level bagian A, level bagian B
b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan
b0 = rata-rata hasil semua percobaan
b1, b2, b12 = koefisien yang dihitung dari hasil percobaan
Pada desain faktorial dua level dan dua faktor diperlukan empat percobaan (2n = 4,
dengan 2 menunjukan level dan n menunjukan jumlah faktor). Penamaan formula
untuk jumlah percobaan = 4 adalah formula (1) untuk percobaan I, formula a
untuk percobaan II, formula b untuk percobaan III, dan formula ab untuk
percobaan IV (Bolton, 1997). Respon yang ingin diukur harus dapat
27
dikuantitatifkan. Rancangan percobaan desain faktorial dengan dua fakor dan dua
level:
Tabel II. Rancangan percobaan desain faktorial dengan 2 faktor dan 2 level Percobaan Faktor A Faktor B Interaksi
1 - - + a + - - b - + -ab + + +
Keterangan: (-) = level rendah (+) = level tinggi Formula 1 = faktor I level rendah, faktor II level rendah Formula a = faktor I level tinggi, faktor II level rendah Formula b = faktor I level rendah, faktor II level tinggi Formula ab = faktor I level tinggi, faktor II level tinggi
Berdasarkan persamaan tersebut, dengan substitusi secara matematis,
dapat dihitung besarnya efek masing-masing faktor, maupun efek interaksinya.
Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata-rata respon pada
level tinggi dan rata-rata respon pada level rendah. Konsep perhitungan efek
menurut Bolton (1997) sebagai berikut:
Efek faktor I = ((a-(1)) + (ab-b)) / 2
Efek faktor II = ((b-(1)) + (ab-a)) / 2
Efek faktor III = ((ab-b) - (a-1)) / 2
Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki
efisiensi yang maksimum untuk memerkirakan efek yang dominan dalam
menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini
memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek
interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapat mengurangi jumlah penelitian
jika dibandingkan dengan meneliti dua efek faktor secara terpisah (Bolton, 1997).
28
H. Landasan Teori
Daun sirih mempunyai aktivitas antibakteri terhadap Streptococcus mutans
yang terdapat pada gigi. Daun sirih yang diekstraksi menggunakan pelarut air-
alkohol mampu menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans pada
konsentrasi 1 % berdasarkan metode difusi agar dengan cakram kertas (metode
Bauer-Kirby) (Suwondo, 2007).
Sediaan yang dapat mengakomodasi khasiat antibakteri ekstrak air-alkohol
daun sirih adalah dengan diformulasikan dalam bentuk pasta gigi. Dengan dibuat
sediaan dalam bentuk pasta gigi maka ekstrak air-alkohol daun sirih akan terjebak
dalam matrik tiga dimensi yang dibentuk oleh binder atau gelling agent yang
digunakan dalam formulasi pasta gigi. Ekstrak air-alkohol daun sirih yang
terjebak dalam matrik akan menyebabkan ekstrak tersebut terlindungi dari
oksidasi sehingga kestabilan dan konsentrasi zat aktif serta daya antibakterinya
dapat dipertahankan.
Bahan dan jumlah bahan yang digunakan dalam formula pasta gigi
merupakan salah satu kriteria penting yang perlu diperhatikan agar diperoleh
sediaan pasta gigi yang memiliki sifat fisis yang sesuai dengan syarat sediaan
yang ditentukan. Dalam pembuatan sediaan pasta gigi, bahan dan jumlah bahan
yang berpengaruh terhadap sifat fisis pasta gigi adalah tragakan yang berfungsi
sebagai binder dan kalsium karbonat yang berfungsi sebagai abrasive.
Variasi jumlah tragakan dan kalsium karbonat diyakini akan memberikan
efek yang dapat diukur kebermaknaannya dalam menentukan parameter-
parameter sifat fisis sediaan pasta gigi. Desain eksperimen yang memungkinkan
29
untuk mengevaluasi secara simultan efek penambahan tragakan dan kalsium
karbonat serta interaksi keduanya secara signifikan adalah metode desain
faktorial. Desain faktorial pada dua level dan dua faktor (Full Factorial Design
22) merupakan metode rasional untuk menyimpulkan dan mengevaluasi secara
obyektif efek faktor terhadap kualitas suatu sediaan.
I. Hipotesis
Variasi jumlah tragakan dan kalsium karbonat pada level yang diteliti
memberikan efek signifikan terhadap sifat fisis pasta gigi ekstrak air-alkohol daun
sirih yang meliputi viskositas dan sag.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi eksperimental dengan
desain penelitian secara desain faktorial.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
penambahan tragakan dan kalsium karbonat dengan 2 level.
b. Variabel tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah
sifat fisis pasta gigi yaitu viskositas dan sag.
c. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah lama penyimpanan, suhu penyimpanan, intensitas cahaya,
sifat dari wadah penyimpanan, kecepatan dan lama pengadukan mixer.
d. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali
dalam penelitian ini adalah suhu ruangan dan kelembaban udara.
2. Definisi operasional
a. Ekstrak air-alkohol daun sirih. Ekstrak air-alkohol daun sirih adalah
ekstrak kering daun sirih berupa serbuk halus, diekstraksi dengan pelarut air-
alkohol dengan perbandingan 1 : 1 yang diproduksi oleh Javaplant
31
b. Faktor. Faktor adalah besaran yang mempengaruhi respon, dalam
penelitian ini digunakan 2 faktor, yaitu penambahan tragakan dan kalsium
karbonat.
c. Level. Level adalah nilai untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat 2
level, yaitu level rendah dan level tinggi. Level rendah penambahan tragakan
adalah 1 gram dan level tinggi 1,25 gram. Level rendah penambahan kalsium
karbonat adalah 40 gram dan level tinggi 47,55 gram.
d. Respon. Respon adalah besaran yang diamati perubahan efeknya,
besarnya dapat dikuantitatif. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisis pasta
gigi.
e. Sifat fisis pasta gigi. Sifat fisis pasta gigi adalah parameter untuk
mengetahui kualitas fisis pasta gigi, dalam penelitian ini adalah viskositas dan sag
48 jam setelah pembuatan serta stabilitas viskositas dan sag setelah 1 bulan
penyimpanan.
f. Viskositas. Viskositas adalah suatu pertahanan dari suatu cairan untuk
mengalir. Satuan viskositas pasta gigi adalah dPas.
g. Sag. Sag adalah ketidakmampuan pasta gigi untuk mempertahankan
bentuknya selama 1 menit setelah pasta gigi tersebut dikeluarkan dari dalam tube.
Satuan sag adalah milimeter.
h. Efek. Efek adalah respon yang disebabkan variasi level dan faktor.
i. Desain faktorial. Desain faktorial adalah desain penelitian yang dapat
digunakan untuk mengevaluasi efek penambahan tragakan dan kalsium karbonat.
32
C. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat-alat gelas pyrex Japan,
mixer (Miyako), timbangan METTLER PL 300 Switzerland, Viskometer seri VT
04 (RION-JAPAN), dan tube pasta gigi.
D. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak air-alkohol daun
sirih yang diproduksi oleh Javaplant Surakarta, Indonesia; gliserin
Sag Efek |-2,00| |-1,33| 0,33 Kontribusi (%) 55,38 24,62 1,54
Keterangan: - (negatif): efek dari faktor tersebut dapat menurunkan sifat fisik pasta gigi. + (positif): efek dari faktor tersebut dapat meningkatkan sifat fisik pasta gigi.
Persamaan desain faktorial yang diperoleh dalam penelitian ini
ditunjukkan oleh tabel IX.
53
Tabel IX. Persamaan desain faktorial
Sifat Fisis Persamaan desain faktorial Nilai p Signifikan jika nilai p<0,05
Sag Y = 38,958 – (23,461)A – (0,574)B + (0,353)AB (4)
0,0091 Signifikan 0,8154
Keterangan: A = Tragakan (gram) B = Kalsium Karbonat (gram)
Persamaan desain faktorial pada tiap respon berfungsi untuk
memprediksikan respon yang akan diperoleh dengan menggunakan faktor
penelitian yang sama, yaitu tragakan dan kalsium karbonat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa persamaan yang diperoleh untuk respon viskositas dan sag
signifikan (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa persamaan tersebut valid.
Kevalidan persamaan juga dapat dilihat dari nilai R2. R2 mempunyai rentang nilai
0 – 1. Semakin besar nilai R2 maka persamaan yang dihasilkan akan semakin
valid (Shtatland, Moore, dan Barton, 2000). Nilai R2 untuk persamaan viskositas
adalah 0,9927, sedangkan nilai R2 untuk persamaan sag adalah 0,8154, sehingga
dapat dikatakan bahwa persamaan yang dipakai valid.
1. Viskositas
Perhitungan efek untuk viskositas pada tabel VIII menunjukkan bahwa
efek tragakan sebesar 80,00, efek kalsium karbonat sebesar 63,33, dan efek
interaksinya sebesar 40,00. Efek tragakan, kalsium karbonat, dan interaksinya
bernilai positif yang berarti bahwa penggunaan tragakan, kalsium karbonat, dan
interaksinya akan meningkatkan viskositas pasta gigi. Tragakan mempunyai
kontribusi sebesar 52,89 %, kalsium karbonat sebesar 33,15 %, dan interaksinya
sebesar 13,22 %. Jadi, tragakan mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada
54
kalsium karbonat dan interaksinya dalam menentukan viskositas, yaitu dengan
meningkatkan viskositas pasta gigi.
Tabel X. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada respon viskositas setelah 48 jam
Hubungan antara tragakan dan kalsium karbonat serta interaksi keduanya
memberikan efek yang signifikan terhadap viskositas bila nilai p<0,05. Hasil
analisis data viskositas (tabel X), diperoleh nilai p<0,05 menunjukkan bahwa
tragakan dan kalsium karbonat serta interaksi keduanya memberikan efek yang
signifikan terhadap viskositas.
Tragakan merupakan binder yang dapat meningkatkan viskositas (Rowe,
2009). Semakin banyak jumlah tragakan yang digunakan, maka viskositas pasta
gigi yang dihasilkan akan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena tragakan
akan semakin dapat mengikat bahan-bahan lainnya yang terdapat dalam formula
pasta gigi membentuk struktur yang kompak dan tidak terpisah. Kalsium karbonat
juga mempunyai peran dalam meningkatkan viskositas. Hal ini disebabkan karena
55
kalsium karbonat mengisi sebagian besar dari total formula pasta gigi. Dengan
demikian, viskositas suatu sediaan pasta gigi dapat dipengaruhi oleh jumlah
tragakan dan kalsium karbonat yang digunakan. Adanya jumlah tragakan dan
kalsium karbonat yang sesuai akan menyebabkan fase cair dan fase padat tetap
menyatu secara homogen dan tidak terpisah, sehingga dapat meningkatkan
viskositas.
Grafik hubungan merupakan gambaran dari interaksi dua faktor yang
digunakan. Grafik hubungan juga dapat menunjukkan gambaran dari efek faktor
pada tiap respon. Hubungan antara tragakan dan kalsium karbonat terhadap
viskositas pasta gigi dapat dilihat pada grafik berikut:
Kalsium karbonat level rendah Tragakan level rendah Kalsium karbonat level tinggi Tragakan level tinggi
16a 16b Gambar 16. Grafik hubungan tragakan dan kalsium karbonat terhadap respon viskositas
setelah 48 jam
Berdasarkan gambar 16a dapat dilihat bahwa tidak terdapat overlapping
SD. Hal ini menunjukan bahwa peningkatan jumlah kalsium karbonat akan
menaikkan viskositas. Demikian pula dengan menaikkan jumlah tragakan pada
level rendah dan level tinggi kalsium karbonat akan menaikkan viskositas secara
56
signifikan. Pada gambar 16b juga menunjukkan bahwa dengan menaikkan jumlah
tragakan akan menaikkan viskositas. Demikian pula dengan menaikkan jumlah
kalsium karbonat pada level rendah dan level tinggi tragakan akan menaikkan
viskositas secara signifikan. Oleh karena itu, dalam percobaan dapat digunakan
tragakan dengan jumlah yang tinggi dan kalsium karbonat dengan jumlah yang
rendah. Hal ini disebabkan karena % kontribusi kalsium karbonat lebih rendah
dalam menaikkan viskositas dibandingkan dengan tragakan, sehingga kalsium
karbonat dapat digunakan pada level yang rendah dan tragakan pada level yang
tinggi untuk menghasilkan nilai viskositas yang tinggi. Interaksi antara tragakan
dan kalsium karbonat dalam menentukan viskositas pasta gigi dapat dilihat pada
grafik, yaitu adanya garis-garis yang tidak sejajar.
2. Sag
Perhitungan efek untuk sag pada tabel VIII menunjukkan bahwa efek
tragakan sebesar |-2,00|, efek kalsium karbonat sebesar |-1,33|, dan efek
interaksinya sebesar 0,33. Efek tragakan bernilai negatif yang berarti bahwa
penggunaan tragakan akan menurunkan sag, sedangkan efek kalsium karbonat,
dan interaksinya bernilai positif yang berarti bahwa penggunaan kalsium
karbonat, dan interaksinya akan meningkatkan sag. Tragakan mempunyai
kontribusi sebesar 55,38 %, kalsium karbonat sebesar 24,62 %, dan interaksinya
sebesar 1,54 %. Jadi, tragakan mempunyai pengaruh yang lebih besar daripada
kalsium karbonat dan interaksinya dalam menentukan sag, yaitu dengan
menurunkan sag.
57
Tabel XI. Hasil analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert pada respon sag setelah 48 jam
Hasil perhitungan ANOVA dengan Design Expert menghasilkan nilai p
untuk respon sag. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa tragakan, dan
kalsium karbonat memberikan efek yang signifikan secara statistik terhadap
respon sag, sedangkan interaksi keduanya memberikan efek yang tidak signifikan.
Semakin banyak jumlah tragakan yang digunakan pada formulasi pasta
gigi, maka tragakan akan semakin mampu mengikat bahan-bahan lainnya yang
terdapat dalam formula pasta gigi untuk membentuk struktur pasta gigi yang
kompak. Hal ini akan menyebabkan pasta gigi tidak akan berubah bentuk saat
dikeluarkan dari dalam tube. Pasta gigi yang tidak berubah bentuk ini akan
membuat perubahan diameter silinder pasta gigi semakin kecil, sehingga sag juga
akan semakin kecil. Penggunaan kalsium karbonat juga menyebabkan penurunan
sag, karena semakin banyak kalsium karbonat yang digunakan pasta gigi yang
terbentuk akan semakin padat.
58
Berdasarkan nilai efek interaksi tragakan dan kalsium karbonat pada tabel
VIII, dapat diketahui bahwa interaksi keduanya dapat meningkatkan nilai sag. Hal
ini berkebalikan dengan pengaruh interaksi kedua faktor tersebut terhadap
viskositas, yaitu meningkatkan viskositas. Jika interaksi antara tragakan dan
kalsium karbonat adalah meningkatkan viskositas maka seharusnya interaksi
tragakan dan kalsium karbonat adalah menurunkan sag. Namun, pengaruh
interaksi kedua faktor tersebut sangat kecil. Hal ini dapat dilihat dari nilai %
kontribusi interaksi tragakan dan kalsium karbonat, yaitu hanya sebesar 1,54 %.
Selain itu, berdasarkan nilai p efek interaksi pada tabel XI dapat dilihat bahwa
interaksi antara tragakan dan kalsium karbonat memberikan efek yang tidak
signifikan terhadap nilai sag sehingga dapat diabaikan dalam menentukan respon
sag.
Hubungan antara tragakan dan kalsium karbonat terhadap sag dapat dilihat
pada grafik berikut:
Kalsium karbonat level rendah Tragakan level rendah Kalsium karbonat level tinggi Tragakan level tinggi
17a 17b Gambar 17. Grafik hubungan tragakan dan kalsium karbonat terhadap respon sag setelah
48 jam
59
Pada gambar 17a dapat dilihat bahwa dengan meningkatkan jumlah
kalsium karbonat akan menurunkan nilai sag. Saat menggunakan tragakan dengan
jumlah yang rendah, kalsium karbonat akan memberikan efek yang signifikan
terhadap nilai sag, sedangkan pada saat menggunakan tragakan pada jumlah yang
tinggi, kalsium karbonat tidak memberikan efek yang signifikan terhadap nilai
sag. Hal ini ditunjukkan dengan adanya overlapping SD sehingga untuk alasan
ekonomis lebih dipilih penggunaan kalsium karbonat pada level rendah, karena
pada kalsium karbonat level rendah sudah cukup memberikan respon terhadap
penurunan sag. Oleh karena itu, lebih dipilih penggunaan tragakan dengan jumlah
yang tinggi dengan kalsium karbonat level rendah dalam menentukan nilai sag.
Pada gambar 17b juga didapatkan bahwa dengan meningkatkan jumlah
tragakan akan menurunkan nilai sag. Demikian pula dengan menaikkan jumlah
kalsium karbonat pada level rendah dan level tinggi tragakan akan menaikkan
viskositas secara signifikan. Oleh karena itu, dalam percobaan dapat digunakan
tragakan dengan jumlah yang tinggi dan kalsium karbonat dengan jumlah yang
rendah. Hal ini disebabkan karena % kontribusi kalsium karbonat lebih rendah
dibandingkan dengan tragakan, sehingga dapat digunakan kalsium karbonat pada
level yang rendah dan tragakan pada level yang tinggi untuk menghasilkan nilai
sag yang kecil. Interaksi antara tragakan dan kalsium karbonat dalam menentukan
sag dapat dilihat pada grafik, yaitu adanya garis-garis yang tidak sejajar (gambar
17).
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pada respon viskositas dan
sag, faktor tragakan dan kalsium karbonat pada level rendah dan tinggi dapat
60
menentukan respon karena memberikan efek yang signifikan pada level yang
diteliti.
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tragakan, kalsium karbonat dan interaksi keduanya memberikan efek yang
signifikan terhadap viskositas sebagai parameter sifat fisis pasta gigi.
2. Tragakan dan kalsium karbonat memberikan efek yang signifikan terhadap
sag, sedangkan interaksi keduanya tidak memberikan efek yang signifikan
terhadap respon sag sebagai parameter sifat fisis pasta gigi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat
diberikan adalah sebaiknya dilakukan pengujian sifat fisis pasta gigi yang belum
dapat dilakukan dalam penelitian ini karena adanya keterbatasan alat, misalnya
berat jenis, cohesiveness, dan extrudability, sehingga dapat dihasilkan pasta gigi
yang dapat memenuhi parameter dan karakteristik sifat fisis pasta gigi yang baik.
62
DAFTAR PUSTAKA Ahira, A., 2008, Perawatan Gigi, http://AsianBrain.com, diakses tanggal 3 April
2010. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1980, Materia Medika
Indonesia, Jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 95-98.
Tim Delta Pamungkas, 1997, Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT. Delta
Pamungkas, Jakarta, pp. 158-160. Anonim, 1999, Martindale The Complete Drug Reference, 32nd ed., diterjemahkan
oleh Parfitt, Kathleen, Pharmaceutical Press, USA, pp. 1471. Anonim, 2003, Viscotester VT-03F/04F, http://rion.co.jp/english/, diakses tanggal
2 September 2010. Anonim, 2004, Rheology Control Additives, Laporan Penelitian, R.T. Vanderbilt
Company, Inc., Norwalk. Anonim, 2008a, Formulating Toothpaste Using Carbopol®* Polymer,
Pharmaceutical Bulletin, The Lubrizol Corporation, Ohio, 24, 1-18. Anonim, 2008b, Specific Gravity, http://coleparmer.com, diakses tanggal 18
Januari 2011. Anonim, 2009, Khasiat Daun Sirih, http://kimia.upi.edu, diakses tanggal 1
Februari 2010. Anonim, 2010, Specialty Minerals Calcium Carbonates in Toothpaste and Oral
Care Products, http://specialtyminerals.com/specialty-applications/specialty-markets-for-minerals/personal-care-and-cosmetics/toothpaste/, diakses tanggal 16 Juni 2010.
Balaghi, S., Mohammadifar, M.A., dan Zargaraan, A., 2010, Physicochemical and
Rheological Characterization of Gum Tragacanth Exudats from Six Spesies of Iranian Astragalus, Food Biophysics, 5 (1), 59.
Besford, J., 1996, Mengenal Gigi Anda Petunjuk Bagi Orang Tua, ARCAN,
Jakarta, pp. 19. Block, M., 1975, Four Methods for the Characterization of Dentrifrices and Other
Semisolids, Journal of the Society of Cosmetics Chemist, 26, 189-204.
63
Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, 3rd ed., Marcel Dekker Inc., New York, pp. 84-85, 308-337, 533-545.
Bucher, G., 2005, Should You Be Using A Sodium Lauryl Sulfate Free
Toothpaste?, http://therabreath.com, diakses tanggal 9 September 2010. Collett, J., dan Moreton, C., 2002, Modified Release Peroral Dosage Form, in
Aulton, M.E., Pharmaceutics the Science of Dosage Form Design, 2nd ed., Churchill Livingstone, New York, pp. 299-300.
Damayanti dan Mulyono, 2005, Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab
dari Masa ke Masa, Agromedia Pustaka, Jakarta, pp. 7-8. Darwis, S.N., 1992, Potensi Sirih (Piper betle L.) sebagai Tanaman Obat, Warta
Tumbuhan Obat Indonesia, 1 (1), 9-11. Fonseca, S., 2006, Basic of Compounding for Dentistry, Part 1: Effective
Approaches and Formulations, International Journal of Pharmaceutical Compounding, 10 (2), 122.
Garlen, D., 1996, Toothpastes, in Lieberman, H.A., (Ed.), Pharmaceutical Dosage
Forms: Dysperse Systems Vol 1, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 423-442.
visoflora-9490.jpg, diakses tanggal 11 September 2010. Jones, D., 2008, Tragacanth Description-Some Great Medicinal Uses and
Benefits of Tragacanth-Herbal Medicine, http://ezinearticles.com/?Tragacanth-Description---Some-Great-Medicinal-Uses-and-Benefits-of-Tragacanth---Herbal-Medicines&id=996773, diakses tanggal 8 September 2010.
Martin, A., Swarbick, J., dan Cammarata, A., 1993, Physical Pharmacy, 3rd ed.,
Lea & Febiger, Philadelphia, pp. 1077-1096. Mitsui, T., 1997, New Cosmetic Science, Elsevier, Netherlands, pp. 479-487. Pader, M., 1993, Dentifrice Rheology, in Laba, D., (Ed.), Rheological Properties
of Cosmetics and Toiletries, Marcel Dekker Inc., New York, pp. 347-372. Palombo, E.A., 2009, Traditional Medicinal Plant Extracts and Natural Products
with Activity Against Oral Bacteria: Potential Application in the Prevention and Treatment of Oral Disease, eCAM Oxford Jornal, 3.
64
Panjaitan, M., 2002, Hambatan Natrium Fluorida dan Varnish Fluorida terhadap Pembentukan Asam Susu oleh Mikroorganisme Plak Gigi, Cermin Dunia Kedokteran, 126, 40-44.
New York, pp. 594-596, 608-623. Rowe, R.C., Sheskey, P.J., dan Quinn, M.E., 2006, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 5th ed., Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, United Kingdom, pp. , 785-786.
Schuurs, A.H.B., 1993, Patologi Gigi Geligi, UGM Press, Yogyakarta, pp. 139. Shtatland, E.S., Moore, S., dan Barton, M.B., 2000, Why We Need an R2 Measure
of Fit (and not only one) In Proc Logistic and Proc Genmod, SUGI’25 Proceedings, SAS Institute Inc., Boston.
Stephen dan Chrum, 1995, Carbohydrate technology,
http://eu.lib.kmutt.ac.th/elearning/Courseware/BCT611/Chap4/chapter4_5.html, diakses tanggal 21 Desember 2010.
Suwondo, S., 2007, Skrining Tumbuhan Obat yang Mempunyai Aktivitas
Antibakteri Penyebab Karies Gigi dan Pembentuk Plak, Jurnal Bahan Alam Indonesia, 6 (2), 65-72.
Syamsuhidayat dan Hutapea, 1991, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid I,
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Jakarta. Syukur, C., dan Hernani, 1999, Budidaya Tanaman Obat Tradisional, PT.
Penebar Swadaya, Jakarta, pp.7. Tarigan, R., 1992, Karies Gigi, Hipocrates, Jakarta, pp. 1. Thurairajah, N., dan Rahim, Z.H.A., 2003, Thin Layer Chromatography
Separation of Compound of Biological Interest from Piper betle, Investing in Innovation, 3, 27-28.
Widodo, 2009, Gigi Tetap Sehat, http://tribunbatam.co.id/index2.php?option=com
_content&do_pdf=1&id=25458, diakses tanggal 16 April 2010. Young, A., 1972, Practical Cosmetic Science, Mills and Boon Limited, London,
pp.113-116.
65
LAMPIRAN
Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih Produksi
Javaplant
66
Lampiran 2. Proses Ekstraksi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih Produksi
Javaplant
67
68
Lampiran 3. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial
1. Notasi
Formula Faktor A Faktor B Interaksi1 - 1 - 1 +1 a +1 - 1 - 1 b - 1 +1 - 1 ab +1 +1 +1
Keterangan=
Level tinggi : +
Level rendah: -
Faktor A: Tragakan
Faktor B: Kalsium Karbonat
2. Percobaan Desain Faktorial
Formula Tragakan (gram) Kalsium Karbonat (gram) 1 1 40 a 1,25 40 b 1 47,55 ab 1,25 47,55
69
Lampiran 4. Data Uji Sifat Fisis Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih
1. Viskositas
Data viskositas: 48 jam, 7 hari, 14 hari, 21 hari, dan 1 bulan penyimpanan.
Formula 1
Replikasi Viskositas (dPas) 48 jam 7 hari 14 hari 21 hari 1 bulan
Lampiran 6. Data Hasil Analisis Menggunakan Desain Expert
a. Analisis menggunakan ANOVA dengan Desain Expert
i. Viskositas Setelah 48 jam
Final Equation in Terms of Coded Factor:
Y = 315,00 + (40,00)A + (31,67)B + (20,00)AB
Final Equation in Terms of Actual Factors:
Y = 1675,077 – (1535,364)A – (39,294)B + (42,384)AB
75
ii. Sag Setelah 48 jam
Final Equation in Terms of Coded Factor:
Y = 4,83 – (1,00)A – (0,67)B + (0,17)AB
Final Equation in Terms of Actual Factors:
Y = 38,958 – (23,461)A – (0,574)B + (0,353)AB
76
b. Cek Normalitas
i. Viskositas Setelah 48 jam
Normal Plot of Residuals
Residual vs. Predicted
Box-Cox For Power Transforms
77
ii. Sag Setelah 48 jam
Normal Plot of Residuals
Residual vs. Predicted
Box-Cox For Power Transforms
L
E
E
K
Lampiran 7
Ekstrak Air
Ekstrak air-a
Kromatogr
7. Dokumen
r-Alkohol D
alkohol hasil
am KLT ek
ntasi
Daun Sirih
l ekstraksi
kstrak air-al
Ekst
lkohol daun
trak air-alkoh
n sirih pada
hol produksi
a sinar UV 2
78
i Javaplant
254 nm
79
Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih
F 1 F a
F b F ab
Alat-alat yang digunakan pada penelitian:
Viskometer seri VT 04 (RION-JAPAN) Mixer (Miyako)
80
Timbangan METTLER PL 300 Switzerland Tube pasta gigi
Kaca bundar berskala
81
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi yang berjudul “Efek Penambahan Tragakan sebagai Binder dan Kalsium Karbonat sebagai Abrasive terhadap Sifat Fisis Pasta Gigi Ekstrak Air-Alkohol Daun Sirih (Piper betle L.)” ini memiliki nama lengkap Septiana Wijaya. Penulis lahir di Bandar Lampung pada tanggal 7 September 1988 dan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Alihan Wijaya dan Ibu Lili. Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1995-2001 di SD Xaverius 2 Bandar Lampung, kemudian melanjutkan pendidikan pada tahun 2001-2004 di SMP Fransiskus 1 Bandar Lampung. Pada
tahun 2004-2007 penulis menyelesaikan pendidikan di SMA Fransiskus Bandar Lampung. Pada tahun 2007 penulis mengawali pendidikannya sebagai mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan berhasil menyelesaikannya pada tahun 2011.
Selama kuliah, penulis pernah menjadi asisten pada praktikum Biokimia (2010) dan FTS Semisolid Liquid (2010). Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kemahasiswaan dan kepanitiaan antara lain JMKI, HGT, peserta PKM (2009) dengan judul ”Pembuatan Nata dari Kulit Buah Rambutan” dan “Formulasi Sediaan Cold Cream Antihistamin Ekstrak Umbi Bawang Merah (Allium cepa L.) dengan Metode Simplex Lattice”, serta aktif dalam kegiatan Campus Ministry.