Top Banner
1 Efek klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi pada Anak* Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Inne Suherna Sasmita Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandu ABSTRAK Nyeri gigi merupakan hal yang sering dikeluhkan terutama pada anak-anak. Berbagai hal telah diupayakan dalam upaya mengendalikan rasa nyeri gigi, salah satu di antaranya adalah penggunaan obat-obatan anti nyeri. Penggunaan obat-obatan anti nyeri pada anak-anak harus hati-hati karena efek sampingnya. Untuk itu dicari bahan lain yang mengandung efek samping rendah, yaitu obat dengan bahan herbal. Bahan herbal yang diketahui dapat mengatasi nyeri adalah yang mengandung echinacea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek klinis echinacea dalam mengendalikan rasa nyeri gigi pada anak-anak. Penelitian dilakukan selama 1 tahun pada anak-anak usia 6–9 tahun yang memiliki keluhan nyeri gigi. Subjek penelitian dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok uji dan kelompok kontrol. Setiap subyek kelompok uji diberi echinacea dalam bentuk kapsul dan kelompok kontrol diberi plasebo. Keduanya diberikan dua kali sehari selama tiga hari. Parameter rasa nyeri dicatat berdasarkan skala nyeri Wong-Baker. Hasil penelitian akan diuji dengan uji t student. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya rasa nyeri gigi yang dirasakan oleh anak pada kelompok uji adalah 2,3 hari sedangkan kelompok kontrol 2,9 hari. Uji statistik dengan uji t menunjukkan nilai t hitung 3 > t tabel 2, 7, berarti terdapat efek bermakna echinacea terhadap pengendalian nyeri gigi pada anak. Kata kunci: nyeri gigi, echinacea, anak Clinical Effect of Echinacea as Dental Pain Control in Children ABSTRACT Dental pain is an often chief complaint especially by children. A lot of thing has been done in order to control dental pain. One of them was the use of analgetics. Analgetics have to be use by caution in children because of their side effects. Other efforts have to be undertaken to seek for other medication with a low side effects, such as the usage of herb medication. Herb agent which was known to have an analgetic effect is echinacea. The aim of this study is to evaluate the clinical effects of echinacea in controlling dental pain in children. The study was undertaken for a year in 6 to 9 year old children. Subjects were divided into two group, test and control group. Every subject in the test
60

Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

Aug 09, 2015

Download

Documents

jurnal
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

1

Efek klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi pada Anak*

Arlette Suzy Puspa Pertiwi, Inne Suherna Sasmita

Bagian Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran, Bandu

ABSTRAK

Nyeri gigi merupakan hal yang sering dikeluhkan terutama pada anak-anak. Berbagai hal telah diupayakan dalam upaya mengendalikan rasa nyeri gigi, salah satu di antaranya adalah penggunaan obat-obatan anti nyeri. Penggunaan obat-obatan anti nyeri pada anak-anak harus hati-hati karena efek sampingnya. Untuk itu dicari bahan lain yang mengandung efek samping rendah, yaitu obat dengan bahan herbal. Bahan herbal yang diketahui dapat mengatasi nyeri adalah yang mengandung echinacea.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek klinis echinacea dalam mengendalikan rasa nyeri gigi pada anak-anak. Penelitian dilakukan selama 1 tahun pada anak-anak usia 6–9 tahun yang memiliki keluhan nyeri gigi. Subjek penelitian dibagi kedalam 2 kelompok yaitu kelompok uji dan kelompok kontrol. Setiap subyek kelompok uji diberi echinacea dalam bentuk kapsul dan kelompok kontrol diberi plasebo. Keduanya diberikan dua kali sehari selama tiga hari. Parameter rasa nyeri dicatat berdasarkan skala nyeri Wong-Baker. Hasil penelitian akan diuji dengan uji t student.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya rasa nyeri gigi yang dirasakan oleh anak pada kelompok uji adalah 2,3 hari sedangkan kelompok kontrol 2,9 hari. Uji statistik dengan uji t menunjukkan nilai thitung 3 > ttabel 2, 7, berarti terdapat efek bermakna echinacea terhadap pengendalian nyeri gigi pada anak. Kata kunci: nyeri gigi, echinacea, anak

Clinical Effect of Echinacea as Dental Pain Control in Children

ABSTRACT

Dental pain is an often chief complaint especially by children. A lot of thing has been done in order to control dental pain. One of them was the use of analgetics. Analgetics have to be use by caution in children because of their side effects. Other efforts have to be undertaken to seek for other medication with a low side effects, such as the usage of herb medication. Herb agent which was known to have an analgetic effect is echinacea.

The aim of this study is to evaluate the clinical effects of echinacea in controlling dental pain in children. The study was undertaken for a year in 6 to 9 year old children. Subjects were divided into two group, test and control group. Every subject in the test

Page 2: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

2

group was given an echinacea capsule and for the control group was given a placebo. Both of them were given twice a day for three days. The parameter which used to measure pain was Wong-Baker Rating Scale. The result of this study was analyzed by t student test.

The result showed that the duration of dental pain for test group was 2,3 days, where as in the control group was 2,9 days. Statistical test with t test showed that tvalue3 > ttable 2,7, which showed that there was significant effect of Echinacea in controlling dental pain. It was concluded that Echinacea gave an effect of controlling dental pain which shows a short duration of dental pain. Key words: dental pain, echinacea, children

PENDAHULUAN

Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena bermacam-

macam rangsangan, antara lain; rangsang termis yang ditandai dengan perubahan suhu,

minum minuman yang panas atau dingin; mekanis terjadi melalui masuknya makanan

yang manis dan lengket, ataupun juga elektris yaitu rasa nyeri pada saat gigi dikenai

tindakan perawatan seperti dibor. Selain adanya rangsangan, nyeri juga dapat timbul

secara spontan. Keluhan nyeri yang dikemukakan oleh setiap individu bersifat subyektif

yaitu ngilu, nyeri yang kadang timbul dan berdenyut (Cohen dan Burns, 1994).

Kecemasan dan rasa nyeri merupakan dua hal yang sangat berpengaruh terhadap

perilaku pasien dalam perawatan gigi. Pengalaman rasa nyeri pada saat perawatan gigi

menjadi perhatian orang tua terhadap kesejahteraan anaknya dan memotivasi orang tua

agar segera memeriksakan gigi anaknya yang bermasalah sehingga dapat melaksanakan

tindakan preventif dengan baik (Hawes, 2003).

Kegagalan dalam mengontrol dan mencegah rasa nyeri pada anak-anak sewaktu

perawatan gigi menjadi masalah bagi dokter gigi. Hal ini disebabkan oleh dua faktor

utama, yaitu persepsi rasa nyeri dan reaksi terhadap rasa nyeri tersebut dipengaruhi oleh

kecemasan dan rasa takut terhadap rasa nyeri (Guyton, 1995).

Page 3: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

3

Sampai saat ini telah banyak diupayakan untuk mengurangi atau mengatasi rasa nyeri

pada anak-anak. Berbagai obat anti nyeri telah banyak dikembangkan termasuk

penggunaan bahan herbal. Penggunaan obat ini memegang peranan penting dalam dunia

kedokteran gigi, khususnya kedokteran gigi anak, karena penggunaan herbal tersebut

akan memudahkan dokter gigi dalam merawat pasien anak. Salah satu yang termasuk ke

dalam bahan herbal adalah echinacea.

Echinacea merupakan tanaman tradisional suku Indian yang dikenal sejak tahun 1600

Masehi. Berbagai suku Indian menggunakan tanaman ini untuk berbagai macam terapi.

Tanaman ini dapat merangsang fagositosi sel granulosit termasuk makrofag. Selain itu,

Echinacea merupakan suatu immunomodulator yang dapat merangsang dan

menyeimbangkan sistem imunologi tubuh dalam mengatasi proses preradangan atau

infeksi (PT. SOHO Industri Pharmasi, 2003).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur efek klinis echinacea terhadap

pengendalian nyeri gigi pada anak-anak. Pengendalian nyeri pada anak sangat penting

untuk ditanggulangi. Ambang rangsang nyeri anak-anak lebih rendah dari pada orang

dewasa (Farrel, 2000). Hubungan antara nyeri dengan perkembagan anak dipengaruhi

oleh persepsi anak tentang rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu

proses perawatan dan pengobatan.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendapatkan data yang bermanfaat bagi

peningkatan ilmu Kedokteran Gigi umumnya dan Kedokteran Gigi Anak khususnya

sehingga dapat menerapkan echinacea dalam pengendalian rasa nyeri gigi.

Page 4: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

4

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Klinik Kedokteran Gigi Anak Rumah Sakit Gigi

dan Mulut FKG UNPAD pada bulan April sampai November 2006. Jenis penelitian

adalah uji klinis. Populasi adalah anak-anak yang datang ke klinik Kedokteran Gigi Anak

FKG UNPAD. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposif sampling dengan kriteria

sebagai berikut usia 6-9 tahun, sedang mengeluh nyeri gigi pada gigi molar sulung

rahang bawah dengan diagnosis gangren pulpa, perkusi (+) dan tekan (+), tidak memiliki

penyakit sistemik, tidak sedang minum anti nyeri.

Tabel 1 Skala nyeri Wong-Baker (Wong, 1999)

Nilai Ekspresi wajah Deskripsi

5 Gembira Tidak sakit

4 Sedikit tersenyum Sakit sedikit sekali

3 Netral Sakit sedikit

2 Sedikit cemberut Sakit

1 Cemberut Sakit sekali

0 Menangis Sakit sekali tidak tertahan

5 4 3 2 1 0 Gambar 1. Wong-Baker Faces Rating Scale54

Page 5: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

5

Parameter yang digunakan untuk mengukur rasa nyeri adalah skala nyeri Wong-

Baker (Tabel 1). Subjek diminta untuk menunjuk gambar yang sesuai dengan rasa nyeri

yang dirasakan saat itu. Subjek dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok uji yang

mendapatkan kapsul echinacea dan kelompok kontrol yang mendapatkan placebo

(multivitamin). Masing masing diberi 2 kapsul per hari selama 3 hari. Setiap subyek

diperiksa keadaan giginya dan dicoba dilakukan open bor. Subjek dievaluasi setiap hari

selama 3 hari. Setiap kali evaluasi dicatat skala nyeri Wong Baker. Setelah selesai

evaluasi, gigi penyebab dilakukan perawatan gangren dan direstorasi dengan semen glass

ionomer. Data yang didapat akan dimasukkan ke dalam tabel dan dianalisis dengan

menggunakan uji t student.

HASIL

Hasil uji klinis efek echinacea terhadap penurunan nyeri gigi pada anak terlihat

pada tabel 2 yang menunjukkan bahwa 14 anak pada kelompok uji masih merasakan

nyeri gigi pada hari ke-3 setelah pemberian echinacea, sedangkan pada kelompok kontrol

sebanyak 49 anak. Dengan kata lain, jumlah anak yang pulih dari nyeri gigi selama dua

hari adalah sebanyak 36 anak pada kelompok uji dan 1 anak pada kelompok kontrol.

Tabel 2 Lamanya Rasa Nyeri Gigi yang Dirasakan Anak

Perlakuan Sampel n

Lama Rasa Nyeri hari ke- 1 2 3

Echinacea 50 50 50 14

Kontrol 50 50 50 49

Page 6: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

6

Tabel 3 Rata-rata Lamanya Rasa Nyeri yang Dirasakan Anak

Echinacea Kontrol Rata-rata Lamanya Nyeri

(hari) 2,3 2,9

Tabel 3 menunjukkan rata-rata lamanya nyeri gigi yang dirasakan anak setelah

pemberian echinacea. Pada kelompok uji rata-rata lamanya nyeri gigi adalah 2,3 hari,

sedangkan pada kelompok kontrol 2,9 hari. Uji statistik dengan uji t menunjukkan nilai

thitung 3 > ttabel 2,7, berarti terdapat efek bermakna echinacea terhadap penurunan nyeri

gigi pada anak (tabel 4).

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3

Hari ke-

Jum

lah

anak

echinacea

kontrol

Gambar 1 Lamanya Rasa Nyeri yang dirasakan Anak

Page 7: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

7

Tabel 4 Hasil Uji t Rata-rata Lamanya Hari Rasa Nyeri dirasakan

n Perlakuan Rata-rata Jumlah hari t hit t tab hasil

50 Echinacea 2,3

50 Kontrol 2,9

3,00 2,7 Signifikan

PEMBAHASAN

Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena

berbagai macam rangsangan. Selain itu, nyeri juga dapat timbul secara spontan. Rasa

nyeri pada gigi yang dirasakan oleh anak-anak biasanya terjadi akibat abses pulpa dan

abses dentoalveolar. Rasa nyeri ini dapat muncul kapan saja.

Nyeri gigi dapat diatasi antara lain dengan perawatan gigi yang tepat seauai

indikasi. Namun bila perawatan gigi belum dapat dilakukan karena nyeri yang dirasakan

sangat mengganggu sehingga gigi terasa nyeri bila terkena sentuhan, maka diperlukan

obat-obatan untuk mengatasi nyeri terlebih dahulu. Saat ini banyak obat-obatan anti nyeri

yang digunakan, antara lain herbal berupa echinacea.

Echinacea telah banyak diteliti oleh para ahli baik secara laboratorium

maupun klinis, baik di luar maupun di dalam negeri. Hasil penelitian Hoheisel (1997)

mengenai efektivitas echinacea sebagai terapi preventif pada kasus ISPA (Infeksi Saluran

Pernafasan Atas), dengan dosis 300 mg/hari dapat sembuh dalam waktu satu hari.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Baetgen (1999) mengenai perbandingan efektivitas

echinacea dengan kombinasi echinacea dan antibiotika pada kasus bronchitis akut. Pada

penelitian tersebut disebutkan bahwa pada terapi awal, echinacea memberikan perbaikan

Page 8: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

8

lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan kelompok antibiotika tunggal maupun

kombinasi antibiotika dan echinacea, sedangkan pada terapi selanjutnya pada infeksi

sekunder didapatkan adanya efek sinergisasi antara echinacea dan antibiotika karena

pada kelompok ini memberi prosentasi kesembuhan paling besar dibandingkan kelompok

lainnya (Mohanasundaram, 2005).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Brauer tahun 1997 didapatkan bahwa

aktivitas fagosit akibat pemberian echinacea tetap tinggi selama pemberian echinacea

berlangsung, pemberian oral lebih baik hasilnya daripada intra vena atau intra muskuler,

apabila pemberian echinacea dihentikan, aktivitas fagositik masih berlangsung di atas

normal untuk beberapa saat, aktivitas fagositik hanya akan kembali normal apabila

pemberian echinacea dihentikan (Mohanasundaram, 2005).

Pada kelompok uji menunjukkan bahwa pada hari ke-3 masih terdapat 14 orang

anak yang merasakan nyeri. Hal tersebut memungkinkan karena nyeri gigi dapat berasal

dari gigi itu sendiri maupun jaringan sekitarnya. Pada setiap subjek tidak dilakukan

pengkondisian berupa menyamakan tingkat kebersihan mulut subjek dan instruksi

kebersihan mulut. Jadi, nyeri tersebut dapat juga berasal dari kelainan jaringan sekitar

yang diderita subjek.

Penyebab lain rasa nyeri pada anak dapat juga berasal dari pulpitis disebabkan oleh

impaksi makanan pada bagian embrasur interdental, lesi karies merusak bagian marginal

ridge dan kontak normal gigi, sehingga akan muncul rasa sakit pada anak pada saat

makan. Hal ini penting untuk mengidentifikasi penyebab nyeri untuk menghindari terapi

pulpa yang tidak perlu dilakukan atau juga ekstraksi gigi yang hanya disebabkan oleh

karies. Membersihkan sisa makanan pada daerah yang karies dan memperbaiki bentuk

Page 9: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

9

tambalan akan membantu menegakkan diagnosis yang baik, bahwa gambaran yang

terlihat bukan merupakan penyakit periodontal (Finn, 2003).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 anak dapat

disimpulkan bahwa echinacea memberikan efek berupa pengendalian nyeri gigi pada

anak. Pemberian echinacea sebagai upaya pengendalian nyeri gigi pada anak perlu

disebarluaskan kepada kalangan dokter gigi. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai efek klinis Echinacea terhadap kesehatan gusi. Hal tersebut diperlukan karena

nyeri gigi dapat berasal selain dari gigi juga dari jaringan sekitar.

ACKNOWLEDGEMENT

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bagian Proyek Dana Universitas Padjadjaran Tahun Anggaran 2006

2. Rektor Universitas Padjadjaran beserta staf

3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas Padjadjaran beserta staf

4. Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran

DAFTAR PUSTAKA

Cohen, S dan RC Burns. 1994. Pathways of the Pulp. St Louis : Mosby Year Book Inc. h. 25 – 29.

Craig, K. 2005. Children’s Pain. Canadian Institute of Health research. Tersedia dalam

http://iis.dal.ca/~pedpain/ Finn, Sidney B. 2003. Clinical pedodontics : Causes of Pain in Child Dental Patients.

Delhi : W.B. Saunders Company. Hlm.120-124.

Page 10: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

10

Harborne, JB. 1996. Metode Fitokimia Edisi ke-2. Bandung : ITB. H. 59, 86 Hobbs, C. 1996. Echinacea : The Immune Herb. Santa Cruzz : Botanic Press Jacox, A, 2000. Clinical Practice Guidline Number 9 : Management of Pain. Rockville :

US Dept of Health an Human Service. Khomsan, A. 2003. Media Indonesia Online : Beberapa Jenis Herbal untuk Daya Imun,

Tersedia dalam http://[email protected] Kusuma, W. 2000. Bahan Herbal Untuk Menyegarkan Tubuh. Batam : Interaksara. H. 78

– 81 Mohanasundaram, J. 2005. Herb list. Tersedia dalam [email protected] Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi ke-5. Bandung : ITB. H. 177- 183. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6. bandung : ITB. H.

191 – 193 Wong, OL. 1999. Whaley and Wong’s Nursing Care of Infants and Children. Edisi ke-6.

New York : Mosby. h. Wright. 1996. Kennedy’s Paediatric Operative Dentistry : Behavious Management and

Pain Control. British : Great Britain at Bath Press. H. 47

Page 11: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang dapat timbul ketika terkena

bermacam-macam rangsangan, antara lain; rangsang termis yang ditandai dengan

perubahan suhu, minum minuman yang panas atau dingin; mekanis terjadi melalui

masuknya makanan yang manis dan lengket, ataupun juga elektris yaitu rasa nyeri

pada saat gigi dikenai tindakan perawatan seperti dibor. Selain adanya rangsangan,

nyeri juga dapat timbul secara spontan. Keluhan nyeri yang dikemukakan oleh setiap

individu bersifat subyektif yaitu ngilu, nyeri yang kadang timbul dan berdenyut

(Cohen dan Burns, 1994).

Kecemasan dan rasa nyeri merupakan dua hal yang sangat berpengaruh terhadap

perilaku pasien dalam perawatan gigi. Pengalaman rasa nyeri pada saat perawatan

gigi menjadi perhatian orang tua terhadap kesejahteraan anaknya dan memotivasi

orang tua agar segera memeriksakan gigi anaknya yang bermasalah sehingga dapat

melaksanakan tindakan preventif dengan baik (Hawes, 2003).

Kegagalan dalam mengontrol dan mencegah rasa nyeri pada anak-anak sewaktu

perawatan gigi menjadi masalah bagi dokter gigi. Hal ini disebabkan oleh dua faktor

Page 12: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

2

utama, yaitu persepsi rasa nyeri dan reaksi terhadap rasa nyeri tersebut dipengaruhi

oleh kecemasan dan rasa takut terhadap rasa nyeri (Guyton, 1995).

Sampai saat ini telah banyak diupayakan untuk mengurangi atau mengatasi rasa

nyeri pada anak-anak. Berbagai obat anti nyeri telah banyak dikembangkan termasuk

penggunaan bahan herbal. Penggunaan obat ini memegang peranan penting dalam

dunia kedokteran gigi, khususnya kedokteran gigi anak, karena penggunaan herbal

tersebut akan memudahkan dokter gigi dalam merawat pasien anak. Salah satu yang

termasuk ke dalam bahan herbal adalah echinacea.

Echinacea merupakan tanaman tradisional suku Indian yang dikenal sejak tahun

1600 Masehi. Berbagai suku Indian menggunakan tanaman ini untuk berbagai macam

terapi. Tanaman ini dapat merangsang fagositosi sel granulosit termasuk makrofag.

Selain itu, Echinacea merupakan suatu immunomodulator yang dapat merangsang

dan menyeimbangkan sistem imunologi tubuh dalam mengatasi proses preradangan

atau infeksi (PT. SOHO Industri Pharmasi, 2003).

Berdasarkan informasi mengenai pengobatan bahan herbal Echinacea untuk

mengurangi rasa nyeri pada pengobatan gigi anak, maka penulis tertarik untuk

meneliti lebih lanjut mengenai efek klinis Echinacea dalam menguragi nyeri gigi

pada anak-anak.

Page 13: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

3

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

Apakah terdapat efek Echinacea dalam mengurangi nyeri pada anak-anak

Page 14: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

4

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

2.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur efek klinis echinacea terhadap

pengendalian nyeri gigi pada anak-anak.

Pengendalian nyeri pada anak sangat penting untuk ditanggulangi. Ambang

rangsang nyeri anak-anak lebih rendah dari pada orang dewasa (Farrel, 2000).

Hubungan antara nyeri dengan perkembagan anak dipengaruhi oleh persepsi anak

tentang rasa nyeri. Nyeri yang dirasakan oleh anak dapat mengganggu proses

perawatan dan pengobatan.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah mendapatkan data yang bermanfaat

bagi peningkatan ilmu Kedokteran Gigi umumnya dan Kedokteran Gigi Anak

khususnya sehingga dapat menerapkan echinacea dalam pengendalian rasa nyeri gigi.

2.2 Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah didapatkan suatu data

mengenai efek klinis Echinacea dalam mengendalikan nyeri gigi pada anak sehingga

dapat digunakan secara luas oleh setiap dokter gigi sebagai alternatif pengobatan

nyeri gigi pada anak yang memiliki efek samping rendah.

Page 15: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

5

Selain itu, diharapkan Echinacea dapat digunakan tidak saja sebagai

pengendali nyeri gigi, tetapi dikembangkan dalam terapi lain mengingat manfaat

Echinacea antara lain sebagai antiinflamasi, stimulasi makrofag dan fagositosis,

anestesi lokal, serta anti spasmodik. Dengan kata lain, hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan.

Page 16: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

6

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Tinjauan Tentang Echinacea

Echinacea digunakan di Eropa pada awal tahun 1690 dan menjadi terkenal

sejak HCF Meyer pada tahun 1870 memformulasikan dan mempatenkan obat yang

mengandung echinacea. Pada tahun 1907, tanaman ini populer di Amerika Serikat

dan berkembang sangat pesat sehingga pada tahun 1916 dimasukkan ke dalam United

State National Formulary (Pharmasi, 2003; Haldin, 2004). Tanaman herbal tersebut

menjadi populer di Jerman pada tahun 1930-1980. Lebih dari 400 artikel di dalam

jurnal ilmiah membahas mengenai indikasi medis dari echinacea. Saat ini lebih dari

240 produk obat di Jerman mengandung echinacea, penjualannya telah mencapai

lebih dari 50.000 kg per tahun di Amerika. Beberapa suku di Indian menggunakan

tanaman herbal tersebut untuk berbagai macam terapi ( Pharmasi, 2003).

Umumnya tanaman herbal ini bersifat immunomodulator, yang dapat

merangsang dan menyeimbangkan sistem imunologi tubuh dalam mengatasi proses

peradangan dan atau infeksi. Kecenderungan penggunaan immunomodulator yang

berasal dari bahan herbal semakin meningkat (Pharmasi, 2003). Pengobatan dengan

bahan herbal lebih aman dan alami untuk pencegahan berbagai penyakit dan terapi

berbagai gangguan penyakit ringan. Obat herbal telah digolongkan ke dalam obat

Page 17: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

7

dengan lulus uji klinis ataupun masuk dalam kelompok obat ethical (harus dengan

resep dokter) di Eropa, sedangkan di Asia maupun Amerika obat herbal masih

tergolong suplemen. Bahan herbal adalah obat yang mudah didapat dan murah

(Kusuma, 2000). Beberapa immunomodulator herbal dengan bahan aktif salah

satunya echinacea yang telah banyak dipakai secara luas di dunia. Echinacea

merupakan suatu immunomodulator herbal yang memiliki kekuatan yang spektakuler

(Pharmasi, 2003).

Echinacea atau sering juga disebut coneflower adalah tanaman dari genus

echinacea yang mempunyai tinggi 40-60 cm merupakan tanaman herbal yang berasal

dari Amerika Utara bagian Timur. Tanaman herbal ini berwarna merah muda, ungu

atau ungu kecoklatan. Berbagai suku Indian menggunakan tanaman ini untuk

berbagai terapi (Kligler, 2003; Foster, 2004; Haldin, 2004; Hardianto, 2005).

Tanaman herbal ini terdiri dari daun-daun seperti sisir kaku dan tajam, disebut

tusukan tajam yang diumpamakan duri landak yang tajam, terlihat pada landak yang

sedang marah. Echinos adalah bahasa Yunani untuk landak (Foster, 2004).

Echinacea secara luas telah digunakan untuk kepentingan medis terutama pada

bagian akar oleh masyarakat Amerika khususnya yang berada di daerah lembah

Missouri dan dataran (Combest dan Nemecz, 2005). Tanaman herbal ini digunakan

untuk perawatan penyakit sifilis, malaria, kelainan darah dan difteri (Foster, 2004).

Page 18: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

8

Echinacea dapat juga digunakan untuk perawatan demam, batuk, flu, infeksi

saluran pernafasan, faringitis, gigitan serangga, dan beberapa penyakit kulit seperti

herpes, candida, psoriasis, eczema, dan keadaan inflamasi lainnya pada kulit (Kligler,

2003; Combest dan Nemecz, 2005). Pada zaman dahulu orang-orang Indian

menggunakan bagian akar echinacea, untuk mengobati gigitan ular dan infeksi

serangga, tetapi sekarang sudah digunakan untuk mengobati demam, cacar, arthritis,

campak, mengobati sakit gigi dan gingiva dapat juga berfungsi sebagai mouthwash

(obat kumur) (Haldin, 2004; Hoffman, 2005).

Gambar 3.1 Echinacea (Foster, 2004)

3.1.1 Komponen Aktif Echinacea

Salah satu zat penting yang terkandung dalam echinacea adalah flavonoid,

banyak terkandung dalam tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional.

Echinacea dapat digunakan dalam mengendalikan nyeri karena flavonoid

Page 19: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

9

menghambat sintesis prostaglandin (Robinson, 1995). Peneliti di Jerman

membuktikan bahwa echinacea memiliki khasiat melawan infeksi jamur dan bakteri.

Menurut Hobbs (1996), Brautigam (2000), Haldin (2004), Combest dan

Nemecz (2005) serta Foster (2005) komponen aktif echinacea terdiri dari:

1. Polisakarida, terutama pada akar bagian atas, yang berkhasiat sebagai stimulan

makrofag, meningkatkan fagositosis, anti viral, dan sebagai anti inflamasi, yang

terdiri dari inulin dan molekul lainnya, adalah:

1) heteroxylan

2) arabinogalactan, dapat juga digunakan untuk melawan sel tumor

3) fucogalactoxyloglucan

2. Metyhlglucuronoarabinoxylan

3. Rhamnoarabinogalactan

4. Caffeid Acid (Echinacoside di bagian akar) mempunyai khasiat untuk

menstimulasi fagositosis. Derivat caffeid Acid terdiri dari :

1) chicoric acid, dapat digunakan untuk meningkatkan fagositosit

2) cynarin, berfungsi untuk meningkatkan respon imun

3) clorogenic acid

5. Pyrrolizidine Alkaloids

6. Isobutylamide derivatives

Page 20: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

10

7. Alkylamide (Echinacein dan beberapa isobutylamide), berfungsi sebagai

anestesi lokal dan anti inflamasi

8. Mineral

9. Vitamin A, C, dan E

10. Fatty Acid

11. Enzim Hyaluronidase, meningkatkan produksi prostaglandin dan leukotrin,

menghambat penetrasi bakteri patogen

12. Volatile oil, terutama pada akar bagian bawah

13. Komponen minyak esensial yang berkhasiat sebagai insektisida, adalah

echinolone, humulene, vanilin, germacrene, borneol

14. Polyacetylens, Glycoprotein

15. Inulin berkhasiat untuk meningkatkan sel limfosit-T

16. Echinasoides berkhasiat untuk melawan sel-sel tumor, meningkatkan respon

imun

17. Flavonoids terdiri dari :

1) Apigenin yang berkhasiat sebagai anti spasmodik, yang termasuk turunan

flavonoid

2) Apigetrin yang berkhasiat sebagai anti spasmodik, yang termasuk turunan

flavonoid

Page 21: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

11

3) Luteolin yang berkhasiat sebagai anti inflamasi, anti spasmodik dan

antitusif, yang termasuk turunan flavonoid

3.1.2 Kandungan Flavonoid dalam Echinacea

Flavonoid merupakan senyawa fenol, yaitu beragam senyawa yang berasal dari

tumbuhan yang mudah larut dalam air. Golongan flavonoid digambarkan sebagai

deretan senyawa C6-C3-C6. kerangka karbon flavonoid terdiri atas dua gugus C6 atau

cincin benzana tersubstitusi disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson,

1995; Harborne, 1996).

Flavonoid merupakan golongan terbesar dalam senyawa fenol, dapat diekstraksi

dengan etanol 70% dan umumnya terdapat dalam tumbuhan, mulai fungus sampai

angiospermae (Robinson, 1995; Harborne, 1996). Beberapa fungsi flavonoid untuk

tumbuhan yang mengandungnya adalah pengaturan tumbuh, pengaturan fotosintesis,

dan kerja antimikroba serta antivirus (Robinson, 1995).

Gambar 3.2. Gugus Flavonoid (Robinson, 1995)

Page 22: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

12

Tumbuhan yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional

karena berbagai efeknya terhadap macam-macam organisme, yaitu dapat bekerja

sebagai inhibitor kuat pernapasan, beberapa golongan flavonoid menghambat

fosfodiestrase, aldoreduktase, monoamina oksidase, protein kinase, DNA polimerase,

dan lipooksigenase. Penghambatan lipooksigenase dapat menimbulkan pengaruh

lebih luas karena reaksi lipooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang

menuju ke hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan (Harborne dan

Marby, 1982; Robinson, 1995; Bruneton, 1999).

Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat banyak

reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid bertindak sebagai

penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida, dengan demikian melindungi

lipid membran terhadap reaksi yang merusak. Aktivitas antioksidasi flavonoid dapat

menjelaskan golongan flavonoid tertentu yang merupakan komponen aktif tumbuhan

yang digunakan secara tradisional untuk mengobati gangguan hati. Silimarin dari

silybum marianum, senyawa utama dari flavonoid diyakini melindungi membran sel

hati dan menghambat sintesis prostaglandin (Harborne dan Marby, 1982; Robinson,

1995; Bruneton, 1999).

Flavonoid oligomer dalam makanan merupakan agregasi platelet, dengan

demikian mengurangi pembekuan darah, tetapi jika dipakai pada kulit, golongan

flavonoid lain menghambat perdarahan, berefek antihipertensi, karena menghambat

Page 23: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

13

enzim pengubah angiotensin. Isoflavon tertentu merangsang pembentukan hormon

estrogen pada mamalia. Efek flavonoid yang merugikan ialah ditemukannya kuersetin

yang bersifat mutagen (Harborne dan Marby, 1982; Robinson, 1995; Bruneton,

1999).

3.1.3 Manfaat Echinacea

Berbagai manfaat echinacea membuat tanaman ini sangat bermanfaat untuk

pengobatan berbagai macam penyakit, antara lain anti inflamasi, stimulasi makrofag,

stimulasi fagositosis, anestesi lokal dan anti spasmodik.

Menurut Hobbs (1996), Haldin (2004), Combest dan Nemecz (2005), Foster

(2005), Hardianto (2005), serta Hoffman (2005), echinacea memiliki manfaat :

1. Stimulasi makrofag, meningkatkan jumlah mikroorganisme yang memakan

jaringan yang mati dan sel yang mengalami degenerasi, melawan dan

menghancurkan sel tumor

2. Anti inflamasi, mengurangi radang dan bengkak, internal dan eksternal,

menghambat enzim siklooksigenase dan lipooksigenase

3. Stimulasi fagositosis, meningkatkan kemapuan leukosit untuk membunuh bakteri,

bibit penyakit, dan benda asing lainnya

4. Insektisida, membasmi serangga

5. Anestesi lokal, mengurangi ketegangan, kegelisahan, sakit kepala dan nyeri gigi

Page 24: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

14

6. Anti spasmodis, mengurangi kejang

7. Anti viral, dapat memperkuat membran sel tubuh dan dapat menghambat

pembentukan protein virus pada proses replikasi

8. Anti mikrobial, membasmi mikroba

9. Anti bakterial, membunuh bakteri

10. Anti fungal, menghancurkan jamur

11. Anti cattarhal, mencegah radang selaput lendir dengan pengeluaran getah bening

12. Immunomudulator, meningkatkan sistem kekebalan tubuh

13. Aktivasi fibroblas, mempercepat penyembuhan luka

14. Anti hyaluronidase, regenerasi jaringan penghubung, mencegah penyebaran

infeksi

15. Anti emetis, mencegah mual dan muntah

16. Antipiretik, mengurangi demam

17. Analgesik, mengurangi rasa nyeri

18. Anti oksidan, melindungi/ menghambat hilangnya fluoresensi pychoerythin

3.1.4 Pengolahan Echinacea

Echinacea dapat dimanfaatkan dalam bentuk bunga, akar kering, minyak

ekstrak, tincture, kapsul, tablet, krim dan gel, jus, serta ramuan homeopati

(Blumenthal, 1998; Barret, 2004; Foster, 2004; Hardianto, 2005; Hoffman, 2005).

Page 25: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

15

Bagian yang dapat digunakan adalah bunga, biji, akar atau semua bagian (Hardianto,

2005).

Akar yang mengandung glikosid berkhasiat untuk melawan Streptococcus dan

Staphylococcus aureus. Akar echinacea juga mengandung chicoric acid yang

berfungsi untuk stimulasi fagositosis. Menurut komisi E, Jerman dan Monografi

WHO, akar echinacea digunakan untuk mendukung pengobatan demam, infeksi

saluran nafas, infeksi saluran urine (Hardianto, 2005). Akar Echinacea dapat juga

digunakan untuk mengobati infeksi gigitan serangga, gigitan ular, nyeri gigi dan

gingiva (Haldin, 2004). Akar kering dan bunga echinacea dapat dijadikan bentuk

tablet dan kapsul. Bentuk kapsul lebih stabil dalam meningkatkan oksidasi di bagian

permukaan (Combest dan Nemecz, 2005).

Tincture atau echinacea yang direbus dapat digunakan dalam perawatan

pyorrhea dan gingivitis, juga digunakan sebagai pembersih luka yang telah

mengering. Echinacea dalam bentuk tincture ini juga dapat digunakan untuk

membasmi Trichomonas vaginalis dan menghentikan efek rekuren yang disebabkan

oleh Candida albicans (Samochowiec, dkk, 1979; Haldin, 2004; Hoffman, 2005).

Ekstrak yang mengandung alkohol atau tincture dapat bertahan lama jika

terlindung dari cahaya dan suhu yang panas.Bentuk krim echinacea digunakan untuk

pengobatan infeksi rekuren pada vagina, dapat juga diolah menjadi jus untuk

membantu mengobati infeksi di daerah mulut (Blumenthal, 1998). Teh echinacea

Page 26: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

16

dapat digunakan untuk menyembuhkan demam, arthritis, campak dan cacar (Haldin,

2004).

3.1.5 Efek Toksik Echinacea

The American Product Herbal Association menempatkan echinacea di

peringkat pertama sebagai tanaman herbal yang paling aman digunakan,

menunjukkan bahwa echinacea baik dan aman digunakan sesuai dengan dosis yang

terdapat di label dan sesuai dengan tuntunan cara pemakaiannya, di Jerman waktu

daluarsa echinacea tidak lebih dari delapan minggu karena akan menurunkan fungsi

sistem imun. Penderita leukemia, diabetes, multiple sclerosis, hepatitis, HIV atau

AIDS, serta penyakit autoimun lainnya, merupakan kontra indikasi pemakaian

echinacea. Hal ini disebabkan echinacea dapat mengurangi efektivitas obat yang

menekan sistem imun, dapat menyebabkan terjadinya eksaserbasi penyakit auto imun

yaitu dengan meningkatkan jumlah virus HIV yang masuk (Blumenthal, 1998;

Anonim, 2005; Foster, 2005).

Echinacea dapat menyebabkan reaksi alergi dari tingkat yang ringan menjadi

anafilaksis, yaitu keadaan sulit bernafas biasanya diiringi dengan rasa tercekik dan

rasa lemas. Penderita asma dan alergi mendapat resiko yang berat jika mengkonsumsi

echinacea karena akan mengalami anafilaksis sehingga dapat memperburuk kondisi

penderita tersebut. Echinacea juga menyebabkan efek samping numbing temporer

Page 27: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

17

dan sensasi tingling pada kulit mulut yang sedang menurun sistem imunnya.

Echinacea tidak aman jika diminum oleh individu yang hamil dan menyusui (Foster,

2005).

3.1.6 Penggunaan Echinacea sebagai Bahan Obat

Hasil dari penggalian para arkeolog menunjukkan bahwa penduduk asli

Amerika telah menggunakan echinacea selama kurang lebih 400 tahun, untuk

mengobati infeksi dan semua jenis luka. Penggunaan echinacea sempat mengalami

penurunan, karena telah ditemukan antibiotik, tetapi pada kenyataannya penggunaan

echinacea meningkat pesat dan menjadi terkenal di Amerika Serikat dan Jerman pada

abad ke-20 (Foster, 2004). Hardianto (2005) dalam Echinacea Sang Simultan

Kekebalan Tubuh, mengemukakan bahwa echinacea digunakan sebagai peningkat

sistem kekebalan tubuh, sehingga sangat menguntungkan bagi kesehatan, maka

masuk akal jika echinacea digunakan sebagai obat tradisional, multivitamin atau

minuman berenergi.

Hoffman (2005) menyebutkan bahwa echinacea merupakan obat utama yang

dapat membasmi mikroba pada saat bagian tubuh kita terinfeksi. Menurut Haldin

(2004) dalam artikelnya, Echinacea Extract Powder mengemukakan bahwa

echinacea untuk dapat digunakan pada penderita gingivitis dan dapat mengurangi

Page 28: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

18

rasa nyeri gigi. Echinacea aktif terhadap Mycobacterium (tuberculosis), sel-sel yang

tidak normal, Staphylacoccus Aureus, dan Streptococcus spp (Green, 2005).

3.2 Tinjauan Nyeri Gigi pada Anak

Nyeri merupakan reaksi fisiologis yang ditimbulkan oleh rangsang yang

mencapai nilai ambang rasa nyeri pada reseptor nyeri. Mekanisme nyeri gigi berawal

dari rangsang berbahaya yang diubah impuls nyeri sampai persepsi nyeri gigi.

Rangsang diterima oleh email disampaikan ke reseptor di dentin, kemudian rangsang

diubah menjadi impuls yang kemudian disampaikan ke pulpa dan akhirnya sampai di

pusat nyeri, tempat nyeri dipersepsi. Dokter gigi hendaknya dapat menciptakan

suasana yang menyenangkan bagi anak-anak pada saat perawatan gigi sehingga

mereka merasa nyaman dan dapat menikmati kesehatannya (Wright, 1996).

Definisi nyeri yang ditetapkan oleh International Association for The Study of

Pain adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan,

berhubungan dengan kerusakan jaringan yang telah terjadi atau yang akan terjadi atau

digambarkan dengan kata-kata yang berhubungan dengan kerusakan jaringan

(Hadinoto, dkk.,1991). Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh; rasa

nyeri timbul bila terdapat kerusakan jaringan dan ini akan menyebabkan penderita

bereaksi dengan cara memindahkan stimulus nyeri. Nyeri adalah pengalaman sensoris

kompleks yang sering berkaitan dengan kerusakan jaringan (Bradley, 1995). Nyeri

Page 29: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

19

dianggap sebagai suatu istilah yang berhubungan dengan sensasi yang dibedakan

dalam kualitas, lokasi durasi dan intensitas rangsangnya.

Nyeri merupakan pengalaman kompleks yang meliputi tidak hanya komponen

sensorik, tetapi juga melibatkan reaksi motorik atau respons yang ditimbulkan oleh

rangsang yang menimbulkan nyeri, yaitu rangsang berbahaya (Hawes, 2003).

Penderita yang telah kehilangan rasa sakitnya, misalnya setelah mengalami

kecelakaan pada medula spinalis, tak akan mempunyai rasa nyeri (Guyton, 1997).

Nyeri gigi merupakan respons yang ditimbulkan oleh rangsang pada reseptor

nyeri di gigi yang akan diubah menjadi impuls nyeri dan dihantarkan melalui struktur

serabut saraf. Jaringan yang hanya mengandung reseptor nyeri atau nosiseptor

memiliki sensitifitas atau kepekaan terhadap nyeri dengan tingkat kepekaan yang

berbeda. Dentin dan pulpa termasuk jaringan yang peka terhadap nyeri (Dovgan,

2002; Mattingly dan Seward, 1996). Menurut Rensburg (1995) nyeri gigi terjadi bila

terjadi rangsangan pada nosiseptor. Nyeri gigi merupakan reaksi fisiologis dan atau

patologis yang timbul oleh rangsangan pada reseptor nyeri dan impulsnya

dihantarkan melalui struktur serabut saraf. Para ahli mengemukakan bahwa rasa nyeri

sukar atau tidak dapat didefinisikan dengan tepat karena sifat nyeri tersebut bersifat

subyektif, misalnya seorang individu mengatakan nyeri pada rangsangan dengan

intensitas kecil, tetapi individu yang lain harus diberikan rangsangan dengan

intensitas yang lebih besar untuk dapat merasakan nyeri (Cohen dan Burns, 1994).

Page 30: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

20

Berdasarkan timbulnya nyeri terdapat dua rasa nyeri utama yaitu rasa nyeri

cepat (akut) dan lambat (kronis). Nyeri akut timbul kira-kira 0,1 detik setelah

diberikan stimulus nyeri, sedangkan nyeri kronis timbul 1 detik atau lebih dan

kemudian bertambah secara perlahan selama beberapa detik kadangkala beberapa

menit (Guyton, 1997).

3.2.1 Mekanisme Nyeri Gigi

Nyeri gigi ditimbulkan oleh rangsang yang diterima melalui struktur gigi yaitu

email, kemudian diteruskan ke dentin, sampai ke hubungan pulpa-dentin, yang

mengandung reseptor nyeri dan akhirnya ke pulpa. Reseptor nyeri tersebut

merupakan nosiseptor yang berasal dari saraf maksilaris dan mandibularis dan

merupakan cabang saraf trigeminal. Rangsang yang diterima akan diubah menjadi

impuls dan dihantarkan menuju susunan saraf pusat rangsang dapat berupa rangsang

kimia, listrik, mekanis maupun termal (Rensburg, 1995).

Email adalah jaringan yang pertama kali menerima stimulus rangsangan. Email

merupakan jaringan yang sama sekali tidak peka dan rangsang yang sampai pada

daerah tersebut tidak berubah. Rangsang pada email diteruskan ke dentin bagian luar,

kemudian kanalikuli dentin sampai ke reseptor. Rangsang pada serabut saraf berujung

bebas tersebut menimbulkan impuls nyeri yang akan menyebar ke seluruh serabut

saraf (Grossman, 1995; Rensburg, 1995; Society for Neuroscience, 2002).

Page 31: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

21

Cabang saraf maksilaris yang menghantarkan impuls nyeri gigi rahang atas

(Haroen, 2000):

1. Saraf alveolaris superior anterior, menghantarakan impuls nyeri dari nyeri gigi

anterior.

2. Saraf alveolaris superior media, menghantarkan impuls nyeri gigi dari gigi

premolar dan akar mesiobukal molar pertama.

3. Saraf alveolar superior posterior, menghantarkan impuls nyeri dari gigi molar

kecuali akar mesiobukal molar pertama.

Cabang saraf mandibularis yang menghantarkan impuls nyeri dari gigi rahang

bawah yaitu saraf alveolaris inferior melalui cabang dentalis yang menghantarkan

impuls dari seluruh gigi-gigi rahang bawah (Haroen, 2000).

Serabut saraf lebih banyak bercabang pada kamar pulpa dibandingkan saluran

akar, dengan perbandingan 1:3. Percabangan serabut saraf semakin meningkat pada

ujung tanduk pulpa. Reseptor sensorik yang terdapat pada gigi adalah jenis

nosiseptor, yaitu ujung saraf bebas bermielin dan tidak bermielin. Reseptor ini

terletak di predentin, hubungan pulpa-dentin dan subodontoblas (Bradley, 1995;

Rensburg, 1995).

Serabut saraf sensorik yang masuk ke dalam pulpa merupakan sistem serabut

saraf trigeminal yaitu berasal dari ganglion trigeminalis (ganglion semilunaris

Gasseri). Serabut saraf ini dibungkus oleh suatu selubung yang terdiri dari kumpulan

Page 32: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

22

sel Schwann yang berfungsi sebagai nerolema. Sel Schwann terdiri dari mielin yang

merupakan campuran lipid dan protein. Serabut saraf bermielin ini masuk ke pulpa

melalui foramen apikal. Serabut saraf bermielin yang besar terdapat di daerah kamar

pulpa akan bercabang menjadi serabut saraf yang lebih kecil dan menyebar ke arah

koronal dan perifer gigi. Serabut saraf kemudian bercabang di daerah subodontoblas

dan membentuk suatu sistem saraf yang menyerupai suatu anyaman yang disebut

plexus of Raschkow. Pada daerah ini, serabut saraf akan melepaskan selubung

mielinnya dan berjalan melalui Zone of Weil. Serabut saraf tersebut akan berjalan

mengelilingi prosesus odontoblas dan berakhir sebagai reseptor pada predentin (Ingle,

1985; Rensburg, 1995).

Impuls nyeri gigi dihantarkan ke sistem saraf pusat melalui dua jenis serabut

saraf, yaitu serabut saraf tipe A-� yang bermielin halus dengan diameter 2-5 µm,

menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan 12-30 m / det dan serabut saraf tipe A-�

bermielin yang berdiameter 5-12 µm menghantarkan impuls nyeri dengan kecepatan

30-70 m/det. Serabut saraf lainnya yaitu serabut saraf tipe C yang tidak bermielin

dengan diameter 0,4-1,2 µm. Serabut saraf tipe C menghantarkan impuls nyeri

dengan kecepatan 0,5-2 m/det. Kedua serabut saraf ini berakhir pada nukleus spinalis

saraf trigeminal (Rensburg, 1995).

Impuls nyeri yang mengenai ujung saraf pulpa gigi dihantarkan ke saraf

maksilaris dan mandibularis dari saraf trigeminal. Serabut saraf ini berjalan dari

Page 33: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

23

ganglion Gasseri ke nukleus sensorik dari saraf trigeminal yang terletak pada medula

oblongata dan meluas ke segmen servikal traktus spinalis. Serabut saraf juga berjalan

melalui lemniskus trigeminalis ke nukleus postero-sentral dari talamus. Talamus

merupakan pusat dari seluruh impuls nyeri kasar yang selanjutnya diproyeksikan

datang ke korteks serebri. Impuls nyeri kasar ini akan diteruskan melalui neuron

penghubung korteks serebri. Di tempat ini nyeri sudah dapat dikenali dengan jelas

baik lokasi maupun diskriminasinya serta kualitas nyeri (Howe dan Whitehead, 1992;

Guyton, 1995; Rensburg, 1995).

3.2.2 Etiologi Rasa Nyeri Gigi Anak

Bayi dan anak-anak akan tertolong jika orang tua atau orang dewasa lain

disekitarnya mengerti dan dapat mengetahui rasa sakit yang mereka alami dengan

baik. Rasa nyeri dideskripsikan sebagai sensasi yang kompleks, baik pikiran maupun

perasaan pada saat mereka sakit secara fisik atau sedang terluka. Nyeri merupakan

tanda, peringatan adanya masalah fisik atau bahaya yang mesti segera diatasi. Bayi

dan anak-anak tidak dapat bertahan atau menghindar dari rasa nyeri ini, padahal ini

menjadi tanda bagi orang dewasa disekitarnya untuk mengetahui bahwa mereka

membutuhkan bantuan (Craig, 2005).

Rasa nyeri pada gigi yang dirasakan oleh anak biasanya terjadi akibat abses

pulpa dan abses dentoalveolar. Rasa nyeri ini dapat muncul kapan saja, tetapi akan

Page 34: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

24

lebih terasa pada malam hari. Rasa nyeri akan muncul tiba-tiba dan biasanya ditandai

dengan inflamasi dan infeksi pada gigi yang berlubang, mengalami trauma dan gigi

yang telah ditambal. Nyeri akan terasa selama beberapa jam terakhir pada saat tidur,

makan, minum minuman yang sangat dingin atau kegiatan lainnya. Beberapa gigi

sulung dan gigi permanen yang terkena abses dapat tidak menyebabkan rasa sakit

pada anak-anak (Finn, 2003).

Nyeri gigi terjadi akibat adanya rangsang stimulus pada dentin yang menyebar

pada kavitas gigi akibat fraktur atau karies gigi. Rasa nyeri meningkat pada gigi

permanen, email yang hipoplastik meninggalkan daerah dentin yang tidak terlindungi

sehingga dapat menyebabkan hipersensitivitas gigi. Rasa nyeri akan berkurang segera

setelah stimulus dihilangkan jika tidak maka nyeri pada gigi dan pulpa akan

bertambah. Rasa nyeri ini disebut nyeri sekunder, rasa nyeri akan terasa lebih sakit,

dalam, yang diikuti rasa nyeri primer, yaitu nyeri di bagian superfisial (Finn, 2003).

Penyebab lain rasa nyeri gigi pada anak yang berasal dari pulpitis disebabkan

oleh impaksi makanan pada bagian embrasur interdental, lesi karies merusak bagian

marginal ridge dan kontak normal gigi, sehingga akan muncul rasa sakit pada anak

pada saat makan. Hal ini penting untuk mengidentifikasi penyebab nyeri untuk

menghindari terapi pulpa yang tidak perlu dilakukan atau juga ekstraksi gigi yang

hanya disebabkan oleh karies. Membersihkan sisa makanan pada daerah yang karies

Page 35: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

25

dan memperbaiki bentuk tambalan akan membantu menegakkan diagnosis yang baik,

bahwa gambaran yang terlihat bukan merupakan penyakit periodontal (Finn, 2003).

Trauma pada jaringan keras atau lunak akan menyebabkan rasa sakit pada anak.

Kondisi patologis lainnya pada anak yang disertai nyeri orafasial termasuk parotitis

atau inflamasi pada kelenjar saliva atau infeksi, tonsillitis, tumor, dan subluksasi TMJ

(Temporo Mandibular Joint). Erupsi gigi, baik gigi sulung maupun gigi permanen,

kadang-kadang menjadi sumber rasa nyeri, khususnya jika terjadi impaksi atau

berkembangnya perikoronitis, disebabkan trauma oklusi. Trauma oklusi dan bruxism

kadang menyebabkan rasa nyeri pada anak (Finn, 2003).

Lidah terbakar biasanya merupakan gejala dari penyakit sistemik. Lidah, gusi,

dan bagian intraoral lainnya, jaringan lunak pada bibir akan terasa nyeri bila sedang

mengalami gingivostomatitis, secara klinis berupa vesikel dan terlihat iritasi yang

meluas pada permukaan korium. Rasa nyeri ini akan muncul pada saat makan dan

minum (Finn, 2003).

Anak-anak yang mengeluh nyeri pada daerah oral dan jaringan fasial hendaknya

diperiksa dengan baik dan hati-hati seperti pemeriksaan yang biasa dilakukan pada

orang dewasa. Jika setelah dilakukan pemeriksaan tidak diketahui penyebab

terjadinya nyeri maka dokter gigi harus melakukan evaluasi medis yang dapat

menunjukkan diagnosis lebih dari satu kasus penyebab nyeri di daerah oro fasial

Page 36: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

26

tersebut, contohnya leukemia dan tumor rahang dan sistem saraf pusat (McRae,

1959).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ambang rasa nyeri antara lain:

1. Lokasi gigi

Intensitas nyeri dirasakan lebih kuat pada gigi anterior daripada gigi posterior.

Hal ini disebabkan perbedan anatomi gigi anterior dengan gigi posterior. Gigi

posterior memiliki lapisan email yang tebal. Email merupakan lapisan yang dapat

menghambat rangsang nyeri sehingga intensitas rangsang yang sampai di reseptor

nyeri berkurang. Jumlah akar dan panjang gigi juga mempengaruhi ambang rangsang

nyeri gigi. Gigi yang mempunyai jumlah akar yang banyak dan panjang memiliki

ambang rangsang nyeri yang lebih tinggi.

2. Perkembangan gigi

Gigi sulung mempunyai ambang rangsang nyeri gigi yang lebih rendah daripada

gigi permanen. Hal ini disebabkan gigi sulung memiliki tanduk pulpa yang lebih

dekat dengan lapisan email yang lebih tipis daripada gigi sulung. Ambang rangsang

nyeri gigi sulung juga dipengaruhi oleh pembentukan dan resorpsi akar gigi sulung.

Pembentukan akar yang belum lengkap dan resorpsi akar gigi sulung oleh mahkota

gigi permanen akan membuat gigi menjadi tidak sensitif (Roth dan Calmes, 1981).

3. Usia

Page 37: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

27

Ambang rangsang nyeri anak-anak lebih rendah daripada dewasa. Seiring

dengan bertambahnya umur, maka ambang rangsang nyeri semakin tinggi (Farrel,

2000). Hubungan antara nyeri dengan perkembangan anak dipengaruhi oleh persepsi

anak tentang rasa nyeri. Anak yang baru lahir sudah mampu merasakan nyeri sebagai

sensasi yang mengganggu walaupun respons nyeri masih sangat sederhana, misalnya

menangis. Pada usia 5-6 tahun, anak dapat mengenali rasa nyeri dengan baik, hal ini

didukung oleh rasa takut anak berkurang dan interaksi anak dengan lingkungan

sekitarnya meningkat walaupun masih membutuhkan peran orang tua. Pada usia

12 tahun, seorang anak sudah mempunyai persepsi nyeri yang sama dengan individu

dewasa. Menurunnya rasa takut disebabkan kesadaran bahwa tidak banyak yang perlu

ditakutkan, tekanan sosial untuk menyembunyikan rasa takut dan adanya bimbingan

oleh orang yang lebih dewasa (Koch, dkk., 1991; Walco, 1999; Educational

Constrium, 2002).

Beberapa penyebab timbulnya rasa nyeri sehubungan dengan preparasi kavitas

pada gigi sulung antara lain:

1. Sensitivitas gigi dan pasien tidak sama dan reaksi yang sebanding setiap waktu.

Gigi sangat sensitif pada daerah DEJ (Dentino Enamel Junction), lapisan dalam

dentin dekat dengan pulpa, pada sementum dan daerah sangat sensitif yaitu pulpa.

Maka karies ataupun preparsi kavitas yang dangkal, atau pada sementum, terlebih

Page 38: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

28

pada pulpa akan sangat sensetif pada saat instrumentasi, terkena panas, atau saat

pengobatan atau diseksi.

2. Ada beberapa fakta yang dapat menuntun dokter gigi dalam memprediksikan

kapan gigi akan lebih atau kurang sensitif. Gigi sulung lebih sensitif daripada gigi

permanen.

Dalam perawatan infeksi sebaiknya penisilin menjadi obat pilihan utama. Selain

itu, untuk membantu perawatan gigi dalam mengurangi rasa nyeri digunakan

analgesik (Finn, 2003).

Ambang rangsang nyeri pada anak-anak lebih rendah daripada individu dewasa

karena perbedaan anatomi gigi sulung dangan gigi permanen pada tahap

perkembangan gigi anak. Anatomi gigi permanen pada periode gigi campuran

berbeda dengan gigi permanen pada individu dewasa. Foramen apikal pada gigi

permanen anak-anak belum tertutup sempurna sehingga perkembangan jaringan saraf

belum selesai (Farrel, 2000).

3.2.3 Efek Nyeri Pada Perawatan Gigi Anak

Anak-anak akan menangis, memaki-maki atau berteriak dengan keras karena

merasa sakit. Nyeri kadang-kadang timbul pada saat pemeriksaan gigi. Instrumentasi

dan preparasi karies dapat menimbulkan rasa nyeri melalui suara, tekanan dan getaran

Page 39: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

29

instrumen. Gigi sulung lebih sensitif daripada permanen. Dokter gigi hendaknya

menjelaskan terlebih dahulu rasa sakit yang akan timbul pada saat perawatan gigi

(Finn, 2003).

3.3 Aplikasi Terapi Echinacea Untuk Nyeri Gigi Anak

Flavonoid memiliki efek yang spesifik pada aktivitas sistem enzim sel-sel

mamalia, termasuk manusia. Persyaratan struktural untuk aktivitas penghambatan

sintesis prostaglandin oleh flavonoid adalah sistem cincin flavonol (Harborne dan

Mabry, 1982). Menurut Gugler dan Dengler (1973) yang dikutip Harborne dan

Mabry (1982), glikosid flavonoid kurang aktif dibandingkan dengan aglikon yang

sesuai. Reaksi reduksi dari ikatan rangkap antara C2 dan C3 mengurangi efek

penghambatan dari flavonoid, dari keberadaan kelompok keton pada C4 dan o-

hidroksilasi pada cincin B meningkatkan efek penghambatan tersebut (Harborne dan

Mabry, 1982).

3.3.1 Mekanisme Kerja Echinacea Terhadap Nyeri Gigi

Echinacea bekerja dengan cara memodulasi sistem imun tubuh, aktivasi

Natural Killer Cell, menghambat enzim hyaluronidase, menghambat enzim

Page 40: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

30

siklooksigenase dan lipooksigenase, mengaktivasi fibroblas, dan menghambat sintesis

prostaglandin.

Penghentian sintesis prostaglandin sebagian dicapai melalui sifat

siklooksigenase yang luar biasa, yaitu sifat penghancuran yang melalui autokatalisasi,

dapat juga disebut suatu enzim ”bunuh diri”. Inaktivasi prostaglandin yang terbentuk

berlangsung cepat. Enzim 15-hidroksiprostaglandin dehidrogenase pada sebagian

besar jaringan tubuh mamalia kemungkinan menjadi penyebab autokatalisasi (Murray

dkk, 1997).

Prostaglandin adalah suatu senyawa yang diproduksi oleh sel, baik sel sehat,

maupun sel yang mengalami kerusakan. Sensitisasi nyeri dapat ditimbulkan oleh

prostaglandin pada jaringan saraf dan jaringan non saraf. Salah satu zat yang

terkandung dalam echinacea, yaitu flavonoid memiliki peranan penting, karena

sifatnya yang dapat menghambat biosintesis prostaglandin. Flavonoid bekerja

menghambat fase penting pada lintasan siklooksigenase, sehingga nyeri tidak timbul

(Harborne dan Marby, 1982; Duke, 1987; Brautigam, 2000; Kusuma, 2000).

Baumann dan Von Bruchhausen (1979) yang dikutip Harborne dan Mabry

(1982), telah membuktikan bahwa catcehin (+) flavanol memproduksi zat

penghambat sintesis prostaglandin yang cukup kuat dari medula renalis pada

konsentrasi 5x10-5 M.

Page 41: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

31

3.3.2 Penggunaan Echinacea pada Nyeri Gigi Anak

Terapi echinacea adalah dengan kumur, minum teh echinacea atau jus

echinacea. Pengobatan ini secara per oral dengan absorbsi pada lambung dan masuk

ke peredaran darah. Tincture atau ekstrak echinacea dibuat dengan cara memasukkan

satu sampai dua sendok teh akar echinacea ke dalam tempat berisi air sebanyak satu

gelas, setelah itu rebus 10-15 menit. Echinacea dalam bentuk tincture ini dapat

diminum 3 kali sehari dengan dosis 1-4 ml (Hoffman, 2005, Pacholyk, 2005).

Teh echinacea dapat dibuat lebih praktis dengan mencampur beberapa tetes

ekstrak echinacea dalam bentuk tincture dengan secangkir air panas, sedangkan jus

dapat dibuat dari semua bagian echinacea (Hardianto, 2005; Hoffman, 2005).

Suplay eicosanoid berperan dalam respons nyeri didapatkan dari 250mg

echinacea angustofilia dan purpurea serta ekstrak echinacea 4% dalam bentuk

kapsul. Kapsul ini dapat digunakan untuk menghasilkan 10 mg eicosanoid (Derrida,

2003).

Mekanisme pengobatan melalui absorbsi topikal dapat dilakukan dengan cara

kompres panas echinacea sehingga menghangatkan dan mengurangi nyeri gigi.

Caranya yaitu dengan mengisi sebuah mangkuk dengan air mendidih dan

menambahkan teteas ekstrak echinacea, kemudian celupkan sehelai kain pada

campuran echinacea dengan air tersebut. Peras kain tersebut kemudian kompreskan

di bagian yang sakit sampai beberapa menit. (Pachylok, 2005).

Page 42: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

32

3.4 Kerangka Pemikiran

Nyeri merupakan reaksi fisiologis yang ditimbulkan oleh rangsang yang

mencapai nilai ambang rasa nyeri pada reseptor nyeri. Mekanisme nyeri gigi berawal

dari rangsang noksius yang diubah impuls nyeri sampai persepsi nyeri gigi. Rangsang

diterima oleh email disampaikan ke reseptor di dentin, kemudian rangsang diubah

menjadi impuls yang kemudian disampaikan ke pulpa dan akhirnya sampai di pusat

nyeri, tempat nyeri dipersepsi (Wright, 1996).

Rasa nyeri gigi yang dirasakan oleh anak-anak biasanya terjadi akibat abses

pulpa, abses dentoalveolar, dan pulpitis. Rasa nyeri ini dapat muncul kapan saja,

tetapi akan lebih terasa pada malam hari. Rasa nyeri akan muncul tiba-tiba dan

biasanya ditandai dengan inflamasi dan infeksi pada gigi yang berlubang, mengalami

trauma, dan gigi yang telah ditambal. Nyeri akan terasa selama beberapa jam terakhir

pada saat tidur, makan, meminum minuman yang sangat dingin atau kegiatan lainnya

(Craig, 2005).

Nyeri gigi yang dirasakan anak akan dapat mengganggu proses perawatan dan

pengobatan. Anak akan menjadi kurang kooperatif. Anak akan takut untuk

memeriksakan giginya, jika pada saat perawatan timbul rasa nyeri anak akan

menangis keras-kerasa, menendang-nendang, memukul-mukul, atau berteriak. Hal

lainnya yang akan dilakukan anak adalah menutup mulutnya dengan tangan, atau

Page 43: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

33

mencari perlindungan pada orang tuanya sehingga dapat menghambat proses

pengobatan (Finn, 1991).

Kalangan ilmuwan sangat menekankan tentang pentingnya peranan daya

tahan tubuh untuk mencegah terjadinya infeksi baik akut maupun kronis. Kerusakan

pada gigi dapat mengakibatkan gangguan dalam pengunyahan dan menimbulkan rasa

sakit. Pengendalian nyeri sangat penting untuk dilakukan (Gunadi, 1995)

Pengendalian nyeri pada anak biasa dilakukan dengan pemberian obat-obatan

dari bahan kimia. Saat ini sedang dikembangkan obat-obatan yang berasal dari bahan

herbal. Pemakaian herbal tidak menimbulkan efek samping (Khomsan, 2003).

Umumnya terapi ini bersifat immunomodulator, yang dapat merangsang dan

menyeimbangkan sisterm imunologi tubuh dalam mengatasi proses peradangan dan

infeksi. Salah satu bahan herbal yang merupakan suatu immunomodulator yang

memiliki kekuatan spektakuler adalah Echinacea (PT SOHO Industri Pharmasi,

2003).

Echinacea atau sering juga disebut coneflower adalah tanaman dari genus

Echinacea yang mempunyai tinggi 40 – 60 cm merupakan tanaman herbal yang

berasal dari Amerika Utara bagian timur. Tanaman ini berwarna merah muda, ungu,

atau ungu kecoklatan. Berbagai suku Indian menggunakan tanaman ini untuk

berbagai terapi (Kligler, 2003; Foster, 2004; Haldin, 2004); Hardianto, 2005).

Page 44: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

34

Salah satu zat penting yang terkandung dalam Echinacea adalah flavonoid,

banyak terkandung dalam tumbuhan yang digunakan dalam pengobatan tradisional.

Echinacea dapat digunakan dalam mengendalikan nyeri karena flavonoid

menghambat sintesis prostaglandin (Robinson, 1995).

Prostaglandin adalah suatu senyawa yang diproduksi oleh sel, baik sel sehat,

maupun sel yang mengalami kerusakan. Sensitisasi nyeri dapat ditimbulkan oleh

prostaglanding pada jaringan saraf dan jaringan non sarah. Flavonoid dalam

Echinacea bekerja menghambat fase penting dalam biosintesis prostaglandin, yaitu

pada lintasan siklooksigenase, sehingga nyeri tidak timbul (Harborne dan Marby,

1982; Duke, 1987; Brautigam, 2000; Kusuma, 2000).

Kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan menyebabkan

senyawa kimia dibebaskan dari sel-sel yang rusak sehingga menimbulkan nyeri.

Sensasi nyeri dapat timbul jika ada rangsang yang cukup adekuat. Senyawa kimia ini

disebut mediator nyeri yang merupakan rangsang bagi reseptor nyeri, yaitu

prostaglandin (Mutschler, 1991).

Prostaglandin merupakan mediator kimia terbanyak yang dihasilkan oleh

jaringan. Prostaglandin yang berperan adalah prostaglandin golongan G2 dan H2 yang

menimbulkan efek nyeri terutama yang menyertai proses radan. Peran prostaglandin

ini menyebabkan meningkatkan sensitivitas reseptor nyeri dan menjadi penentu

Page 45: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

35

timbulnya nyeri (Mutschler, 1991; Nogrady, 1992), karena prostaglandin merupakan

neurotransmitter lain.

Flavonoid merupakan senyawa fenol, yaitu beragam senyawa yang berasal

dari tumbuhan yang mudah larut dalam air. Golongan flavonoid digambarkan sebagai

deretan senyawa C6-C3-C6. Kerangka karbon flavonoid terdiri atas dua gugus C6atay

cincin benzana tersubstitusi disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson,

1995; Harborne, 1996).

Flavonoid memiliki efek yang spesifik pada aktivitas enzim sel-zel mamalia,

termasuk manusia. Persyaratan structural untuk aktivitas penghambatan sintesis

prostaglandin oleh flavonoid adalah sistem cincin flavonol (Harborne dan Mabry,

1982).

Baumann dan Von Bruchhausen (1979) yang dikutip Harborne dan Mabry,

1982) telah membuktikan catcehin (+) flvonol memproduksi zat penghambat sintesis

prostaglandin yang cukup kuat dari medua renalis pada konsentrasi 5x10-5M.

Echinacea yang berperan dalan respon nyeri didapatkan dari 250 mg

Echinacea angustofilia dan purpurea serta ekstrak Echinacea 4% dalam bentuk

kapsul (Derrida, 2003).

Page 46: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

36

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah uji klinis (eksperimental semu) pada anak-anak

yang datang berobat dengan keluhan nyeri gigi ke klini gigi anak Rumah Sakit Gigi

dan Mulut FKG- UNPAD.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Klinik Kedokteran Gigi Anak RSGM/FKG UNPAD

pada bulan April sampai dengan Oktober 2006.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi adalah anak-anak yang datang ke klinik Kedokteran Gigi Anak FKG

UNPAD. Teknik sampling yang digunakan yaitu purposif sampling dengan kriteria

sebagai berikut :

1 Usia 6 – 9 tahun

2 Sedang mengeluh nyeri gigi pada gigi molar sulung rahang bawah dengan

diagnosis pulpitis, perkusi (+) dan tekan (+)

3 Tidak memiliki penyakit sistemik dan tidak sedang minum anti nyeri

Page 47: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

37

4.4 Variabel Penelitian

Variabel penelitian : Echinacea, nyeri gigi

4.5 Definisi Operasional

1 Echinacea adalah bahan herbal yang dapat digunakan sebagai obat anti nyeri.

Echinacea yang digunakan dalam penelitian ini 250 mg Echinacea angustofilia

dan purpurea serta ekstrak Echinacea 4% dalam bentuk kapsul.

2 Nyeri gigi adalah keluhan yang disampaikan oleh subyek berupa rasa nyeri yang

dirasakannya. Parameter yang dicatat nyeri berdasarkan keluhan subyek dengan

pengukuran berdasarkan skala nyeri ekspresi wajah Wong-Baker.

Tabel 4.1 Skala nyeri Wong-Baker (Wong, 1999)

Nilai Ekspresi wajah Deskripsi

5 Gembira Tidak sakit

4 Sedikit tersenyum Sakit sedikit sekali

3 Netral Sakit sedikit

2 Sedikit cemberut Sakit

1 Cemberut Sakit sekali

0 Menangis Sakit sekali tidak tertahan

Page 48: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

38

5 4 3 2 1 0

Gambar 4.1. Ekspresi wajah menurut Skala Nyeri Wong Baker (Wong, 1999)

4.6 Alat dan Bahan Penelitian

Alat dan bahan yang digunakan adalah kaca mulut, sonde, pinset, hand scoen,

bor diamond, hand piece, gelas kumur, baki, kartu status, skala Wong-Baker, kapsul

Echinacea, formokresol, semen fosfat, semen ZnOE, Glass ionomer.

4.7 Prosedur penelitian

1. Jalannya penelitian diterangkan pada setiap subyek dan dilakukan

penandatanganan informed consent oleh orang tua/wali subyek

2. Subjek dibagi ke dalam 2 kelompok secara acak, A untuk kelompok uji dan

B kelompok kontrol.

3. Setiap subyek diperiksa keadaan giginya.

4. Subyek diminta untuk menunjukkan skala nyeri yang dirasakan saat itu

dengan skala nyeri Wong-Baker

Page 49: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

39

5. Kelompok A diberi kapsul Echinacea dan kelompok B diberi kapsul placebo

(multivitamin) untuk diminum 2 kali sehari selama 3 hari

6. Subjek dievaluasi setiap hari selama 3 hari. Setiap kali evaluasi dicatat skala

nyeri Wong Baker

7. Setelah selesai evaluasi, gigi penyebab dilakukan perawatan gangren dan

direstorasi dengan semen glass ionomer.

4.8 Teknik Analisis Data

Data yang didapat akan dimasukkan ke dalam tabel dan dianalisis dengan

menggunakan uji t student.

Page 50: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

40

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel penelitian adalah 100 anak usia 6-9 tahun yang datang berkunjung

selama periode April sampai Oktober 2006 ke Klinik Kedokteran Gigi Anak Rumah

Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran.

5.1 Hasil

Hasil uji klinis efek Echinacea terhadap penurunan nyeri gigi pada anak

terlihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Lamanya Rasa Nyeri Gigi yang Dirasakan Anak

Perlakuan Sampel n

Lama Rasa Nyeri hari ke- 1 2 3

echinacea 50 50 50 14

Kontrol 50 50 50 49

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 14 anak pada kelompok uji masih merasakan

nyeri gigi pada hari ke-3 setelah pemberian echinacea, sedangkan pada kelompok

kontrol sebanyak 49 anak. Dengan kata lain, jumlah anak yang pulih dari nyeri gigi

selama dua hari adalah sebanyak 36 anak pada kelompok uji dan 1 anak pada

kelompok kontrol.

Page 51: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

41

0

10

20

30

40

50

60

1 2 3

Hari ke-

Jum

lah

anak

echinacea

kontrol

Gambar 5.1 Lamanya Rasa Nyeri yang dirasakan Anak

Tabel 5.2 Rata-rata Lamanya Rasa Nyeri yang Dirasakan Anak

Echinacea Kontrol Rata-rata Lamanya Nyeri

(hari) 2,3 2,9

Tabel 5.2 menunjukkan rata-rata lamanya nyeri gigi yang dirasakan anak

setelah pemberian echinacea. Pada kelompok uji rata-rata lamanya nyeri gigi adalah

2,3 hari, sedangkan pada kelompok kontrol 2,9 hari. Uji statistik dengan uji t

menunjukkan nilai thitung 3 > ttabel 2,7, berarti terdapat efek bermakna echinacea

terhadap penurunan nyeri gigi pada anak.

Page 52: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

42

Tabel 5.3 Hasil Uji t Rata-rata Lamanya Hari Rasa Nyeri dirasakan

n Perlakuan Rata-rata Jumlah hari t hit t tab hasil

50 Echinacea 2,3

50 Kontrol 2,9 3,00 2,7 Signifikan

5.2 Pembahasan

Hasil penelititan menunjukkan bahwa pemberian echinacea dapat

menurunkan nyeri gigi pada anak. Nyeri gigi merupakan suatu gejala nyeri yang

dapat timbul ketika terkena berbagai macam rangsangan. Selain itu, nyeri juga dapat

timbul secara spontan. Rasa nyeri pada gigi yang dirasakan oleh anak-anak biasanya

terjadi akibat abses pulpa dan abses dentoalveolar. Rasa nyeri ini dapat muncul kapan

saja.

Nyeri gigi dapat diatasi antara lain dengan perawatan gigi yang tepat seauai

indikasi. Namun bila perawatan gigi belum dapat dilakukan karena nyeri yang

dirasakan sangat mengganggu sehingga gigi terasa nyeri bila terkena sentuhan, maka

diperlukan obat-obatan untuk mengatasi nyeri terlebih dahulu. Saat ini banyak obat-

obatan anti nyeri yang digunakan, antara lain herbal berupa echinacea.

Echinacea telah banyak diteliti oleh para ahli baik secara laboratorium

maupun klinis, baik di luar maupun di dalam negeri. Hasil penelitian Hoheisel (1997)

Page 53: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

43

mengenai efektivitas echinacea sebagai terapi preventif pada kasus ISPA (Infeksi

Saluran Pernafasan Atas), dengan dosis 300 mg/hari dapat sembuh dalam waktu satu

hari. Penelitian lain yang dilakukan oleh Baetgen (1999) mengenai perbandingan

efektivitas echinacea dengan kombinasi echinacea dan antibiotika pada kasus

bronchitis akut. Pada penelitian tersebut disebutkan bahwa pada terapi awal,

echinacea memberikan perbaikan lebih cepat dan lebih tinggi dibandingkan

kelompok antibiotika tunggal maupun kombinasi antibiotika dan echinacea,

sedangkan pada terapi selanjutnya pada infeksi sekunder didapatkan adanya efek

sinergisasi antara echinacea dan antibiotika karena pada kelompok ini memberi

prosentasi kesembuhan paling besar dibandingkan kelompok lainnya.

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Brauer (1997) didapatkan bahwa

1. Aktivitas fagosit akibat pemberian echinacea tetap tinggi selama pemberian

echinacea berlangsung

2. Pemberian oral lebih baik hasilnya daripada intra vena atau intra muskuler

3. Apabila pemberian echinacea dihentikan, aktivitas fagositik masih berlangsung di

atas normal untuk beberapa saat

4. Aktivitas fagositik hanya akan kembali normal apabila pemberian echinacea

dihentikan.

Pada kelompok uji menunjukkan bahwa pada hari ke-3 masih terdapat 14 orang

anak yang merasakan nyeri. Hal tersebut memungkinkan karena nyeri gigi dapat

Page 54: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

44

berasal dari gigi itu sendiri maupun jaringan sekitarnya. Pada setiap subjek tidak

dilakukan pengkondisian berupa menyamakan tingkat kebersihan mulut subjek dan

instruksi kebersihan mulut. Jadi, nyeri tersebut dapat juga berasal dari gingivitis yang

diderita subjek.

Penyebab lain rasa nyeri pada anak dapat juga berasal dari pulpitis disebabkan

oleh impaksi makanan pada bagian embrasur interdental, lesi karies merusak bagian

marginal ridge dan kontak normal gigi, sehingga akan muncul rasa sakit pada anak

pada saat makan. Hal ini penting untuk mengidentifikasi penyebab nyeri untuk

menghindari terapi pulpa yang tidak perlu dilakukan atau juga ekstraksi gigi yang

hanya disebabkan oleh karies. Membersihkan sisa makanan pada daerah yang karies

dan memperbaiki bentuk tambalan akan membantu menegakkan diagnosis yang baik,

bahwa gambaran yang terlihat bukan merupakan penyakit periodontal (Finn, 2003).

Page 55: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

45

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 anak dapat

disimpulkan bahwa Echinacea memberikan efek berupa pengendalian nyeri gigi pada

anak. Pengendalian terhadap rasa nyeri gigi terlihat dalam singkatnya rasa nyeri yang

dirasakan anak atau berkurang rata-rata jumlah hari rasa nyeri yang dirasakan anak.

Dari hasil penelitian tersebut, maka Echinacea dapat diterapkan sebagai alternatif

pengendalian nyeri pada anak.

6.2 Saran

1. Pemberian Echinacea sebagai upaya pengendalian nyeri gigi pada anak perlu

disebarluaskan kepada kalangan dokter gigi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek klinis Echinacea terhadap

kesehatan gusi. Hal tersebut diperlukan karena nyeri gigi dapat berasal selain dari

gigi juga dari jaringan sekitar.

Page 56: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

46

DAFTAR PUSTAKA

Barret. 2004. The Handbook of Clinically Tested Herbal Remedies. Binghamthon,

New York: The Haworth Herbal Press. Hlm. 348-350. Beek, GV. 1991. Morfologi Gigi. Diterjemahkan dari Dental Morphology an

Illustrated Guide. Alihbahasa: Lilian Yuwono, drg. Jakarta: EGC. Hlm. 13-14 Blumenthal, 1998. German Federal Institute for Drugs and Medical Devices.

Commision E.The Complete German Commision E Monographs : Theurapeutic Guides to Herbal Medicine. Austin, Tex: American Botanical Council

Bradley, M.R. 1995. Essential of Oral Physiology. St. Louis : CV Mosby Company.

5-72. Brauer, C. J. 1959. Dentistry for Children : Structure of The Primary Teeth. London :

Mc.Graw Hill-Book Company Inc.76-77. Brautigam, SE. 2000. Cellular Mechanism : How Does Echinacea Work in The

Body?.http://www.bio.davidson.edu/Biology/Courses/Molbio/Mol1%20Students/Spring2000/Caldwell/home.html

Bruneton, J. 1999. Pharmacology Phytochemistry Medicinal Plants. Second Edition.

Paris: Lavoisier. 311, 520-523. Cohen, S.; R.C. Burns.2002. Pathways of the pulp. 9th Edition. St. Louis : Mosby

Year Book Inc. 40-54. Combest, W., Nemecz, G. 2005. Echinacea. Campbell University School of

Pharmacy. Craig, Kenneth, 2005. Children’s Pain. Canadian Institute of Health Research.

http://iis.dal.ca/~pedpain/ Derbyshire, S.W. 1999. Imaging The Brain in Pain. http://www.ampainsoc.org Derrida, Michael. 2003. What is Echinacea Purpurea? Echinacea Herb. Cina: New

Tech Economic Zone. http://www.mdidea.com

Page 57: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

47

Dovgan, J.E. 2002. Tootache and Tooth Pain Guide. http://endodovgan.com Duke, J. A. 1987. Handbook of Medicinal Herbs. Florida : CRC Press. Inc. 97-298. Educational Consortium. 2002. Pediatric Pain Management.

http://www.tchpeducation.com. Farrel, M.J. 2000. Pain and Aging. http://www.ampainsoc.org Finn, Sidney B. 2003. Clinical pedodontics : Causes of Pain in Child Dental

Patients. Delhi : W.B. Saunders Company. Hlm.120-124. Foster, S. 2004. Echinacea. University of Maryland Medical Centre Green, J. 2005. Terapi Herbal. Diterjemahkan dari Natural Treatment for Life-

Treating Disease. Alihbahasa: Slamet Rianto,S. S. Jakarta : Pustakaraya. Hlm. 45-51.

Grossman, L.L. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Diterjemahkan dari Practice

Endodontics. Alih Bahasa : A. Dharma dan P. Lukmanto. Jakarta : EGC. Hlm. 105-256.

Gunadi, H.A. 1995. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jilid 1. Hal 12,

30-50, 108-111 Jakarta: Hipokrates. Guyton, A.G. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Diterjemahkan dari Review of

Medical Phsyiology. Alih Bahasa : M. Djauhari Widjajakusumah. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran. Hlm. 451-518

Guyton, AC. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran : Sensasi Somatik; Sensasi Nyeri,

Nyeri Kepala dan Sensasi Suhu. Diterjemahkan dari Textbook of Medichal Physiology. Alih Bahasa : Irawati Setiawan. Jakarta: EGC. 761-762.

Hadinoto, S., Setiawan., Soetedjo. 1991. Nyeri, Pengenalan dan Tata Laksana.

Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 1-47, 241-245. Hardianto, D. 2005. Echinacea Sang Simultan Kekebalan Tubuh. Badan Pengkajian

dan Penerapan Teknologi. http://[email protected]

Page 58: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

48

Harborne, J.B.; T.J. Marbry. 1982. The Flavonoids Advances in Research. New York:

Chapman & Hall. 700-701 Harborne, J.B. 1996. Metode Fitokimia. Edisi Kedua. Bandung: ITB. 59,86. Hobbs, C. 1996. Echinacea : The Immune Herb. Edisi kedua. Santa Cruzz : Botanic

Press. Hoffman, DL. 2005. Echinacea spp. http://HealthWorldOnLine.htm Howe, G. L., F. I. H. Whitehead. 1992. Anestesi Lokal. Diterjemahkan dari Local

Anaesthesia in Dentistry. Alih bahasa : L. Yuwono. Jakarta : Hipokrates. Hlm.1-10.

Ingle, J.J. 1985. Endodontics. 3rd Ed. Philadelphia : Lea and Fibriger. Hlm. 150-205. Katzung, B.G. 1992 Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: EGC. 244-246 Khomsan, A. 2003. Media Indonesia On Line : Beberapa Jenis Herbal Untuk Daya

Imun. http://[email protected] Kligler, B. 2003. Echinacea. New York. http://[email protected] Koch, G., T. Modeêr, s. Poulsen, et al. 1991. Pedodontics-A Clinical Approach. 1st

Ed. Copenhagen : Munksgaard. Hlm. 92-105. Kusuma, W. 2000. bahan herbal untuk Menyegarkan Tubuh. Batam : Interaksara, 78-

81. Mattingly, D.; C. Seward. 1996. Bedside diagnosis. Alih bahasa :A. Hartono.

Yogyakarta : Gajah Mada University Press. 1-30. McRae, D. 1959. Intercranial Causes of Oral and Facial Pain. Dent. Clin. N. Amer.,

Hlm. 529-542. Murray, R.K.; D.K. Granner.;P.A. Mayes.; V.W. Rodwell. 1997. Biokimia Harper.

Alihbahasa : A. Hartono. Jakarta: EGC. 246-247.

Page 59: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

49

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Bandung : ITB. 177-183 Nograndy, T. 1992. Kimia Medisinal. Bandung: ITB. 45-53. Pacholyk, A. 2005. Peacefull Mind’s :Cross Training” Support Programme.

http://www.egroups.com Patton, H.D.; A.F. Fuchs.; B. Hille.; A.M. Scher.; R. Steiner. 1989. Textbook of

Physiology. 21st ed. Philadelphia : Saunders Company. 5-72. Pinkham, J.R. 1994. Pediatric Dentistry : Infancy Through Adolescence.

Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hlm. 88-97. Pharmasi, P.T. Soho Industri. 2003. Echinacea. http://www.google.com Rensburg, B.G.J. 1995. Oral Biology. Chicago : Quitessence Pub. Co. Inc. 241-369. Rusdiyanto., D, R Hedi. 2004. Memanfaatkan Akupunktuir dan Herbal untuk

Immunitas. http://www.republika.co.id Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi keenam. Bandung :

ITB. 191-193 Roth, G.I.,; R. Calmes. 1981. Oral Biology. St. Louis : Mosby Company. 3-27. R. Haroen, e. 2000. Biologi Oral : Sistem Neurovaskuler Oro-Fasial. Bandung :

FKG. 3-29. R. Hawes, Roland. 2003. Clinical Pedodontics : The Problem of Pain and Sedation.

Philadelphia: W.B. Saunders Company. Hlm.114 Samochowiec, et al. 1979. Evaluation of The Effect of Calendula Officianalis and

Echinacea Angustifolia Extract on Trichomonas Vaginalis In Vitro. Wiad Parazytol. Hlm. 77-81.

Society for Neuroscience. 2002. Pain and Why It Hurts.

http://www.faculty.washington.edu Schroeder, H.E. 1991. Oral Structural Biology. New York : Thieme. 5-25, 100-155

Page 60: Efek Klinis Echinacea Terhadap Pengendalian Rasa Nyeri Gigi Pada Anak

50

Tarigan, R. 1995. Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta : EGC. 2-37. Walco, G. A. 1999. Pain in Infants, Children and Adolesence.

http://www.ampainsoc.org Wright, 1996. Kennedy’s Paediatric Operative Dentistry : Behaviour Management

and Pain Control. British : Great Britain at Bath Press. Hlm. 47