i EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI PARASETAMOL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Elisa Eka Adrianto NIM : 078114091 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011
127
Embed
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN - … filei EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI PARASETAMOL Skripsi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN
Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI
PARASETAMOL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Elisa Eka Adrianto
NIM : 078114091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2011
ii
Skripsi
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN
Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI
PARASETAMOL
Yang diajukan oleh :
Elisa Eka Adrianto
NIM : 078114091
telah disetujui oleh
Pembimbing
(Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. )
Tanggal :
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Pengesahan Skripsi
Berjudul
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUNMacaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI
PARASETAMOL
Oleh :
Elisa Eka Adrianto
NIM : 078114091
Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
pada tanggal :
Mengetahui,
Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma
Dekan
(Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt.)
Pembimbing :
(Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.)
Panitia Penguji : Tanda tangan
1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ………………..
2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. ………………..
3. Dr. C.J. Soegihardjo, Apt. ………………...
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“I CAN DO EVERYTHING THROUGH HIM GIVES ME STRENGTH”
(Philippians 4:13)
“Akhir dari upaya terbaik kita adalah awal dari campur tangan
Tuhan. Maka bekerjalah sebaik mungkin, lalu bersabarlah seyakin
mungkin.”
Kupersembahkan skripsi ini untuk……
Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjaga dan memberiku kekuatan
Papa Mamaku tercinta, Kedua adikku Vina dan Vani, dan keluarga besarku
yang selalu memberiku dukungan dan doa
Marco Vincentius penyemangatku
Sahabat-sahabatku tersayang
Almamaterku tercinta
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul efek
hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus jantan
terinduksi parasetamol, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali
yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya
ilmiah.
Yogyakarta, 28 Januari 2011
Penulis
(Elisa Eka Adrianto)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vi
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkatnya yang melimpah,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Efek Hepatoprotektif
Ekstrak Metanol:Air Daun Macaranga tanarius L. Pada Tikus Jantan
Terinduksi Parasetamol” dengan baik.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan
skripsi, tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat, rahmat dan penyertaan-Nya selama ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt. sebagai Dosen Pembimbing Utama skripsi ini
atas segala kesabarannya telah memberikan bimbingan, pengarahan, tuntunan,
dukungan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. sebagai Dosen Penguji skripsi atas bantuan,
masukkan dan perhatian kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
5. Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt sebagai Dosen Penguji skripsi yang telah
banyak memberikan masukan dan saran.
viii
6. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt selaku Pimpinan Laboratorium Farmasi yang
telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna
penelitian skripsi ini.
7. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. yang telah membimbing dalam
determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
8. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Yuwono dan Pak Timbul yang
telah banyak membantu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk
melakukan penelitian ini.
9. Papa Miming, Mama Ina, Oma, Opa, Vina, Vani, dan Yozh yang telah
membantu dari awal sampai akhir penelitian ini, atas doa, dukungan semangat
dan perhatiannya.
10. Mikael Marco Vincentius Karyadi sebagai sahabat seperjalanan yang tak
pernah selesai, atas doa, kasih sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan
waktunya.
11. Teman-teman “Tim Macaranga” Andreas Arry Mahendra, Arry Widya
Nugraha, Aryanti Prima Andini dan Dina Wulandari, atas kerja sama,
bantuan, suka duka, dan perjuangan dalam menyelesaikan penelitian ini
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang efek ekstrakmetanol-air daun M. tanarius untuk menurunkan aktivitas ALT-AST serum sehinggadapat digunakan sebagai hepatoprotektor, serta mendapatkan besar dosis efektifnya.
Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkappola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan,dan berat ± 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompokperlakuan. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi parasetamol 2,5 g/kg BB.Kelompok II (kontrol negatif) diberi CMC Na 1% 3,840 g/kg BB. Kelompok III(kontrol ekstrak daun M. tanarius 3,840 g/kg BB. Kelompok IV-VI (perlakuan) diberiekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kg BB; 1,280 g/kg BB; dan 3,840g/kg BB secara oral sekali sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian pada hari ke-7 semua kelompok perlakuan diberi suspensi parasetamol dosis 2,5 g/kg BB secaraoral. Empat puluh delapan jam sesudahnya, darah diambil dari sinus orbitalis matauntuk ditetapkan aktivitas ALT-AST serumnya. Data ALT-AST serum yang didapatdianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya,dilanjutkan analisis dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitasALT-AST serum antar kelompok. Kemudian dilanjutkan uji dengan Mann Whitneyuntuk melihat perbedaan tiap kelompok. Dosis efektif hepatoprotektif (ED50) dihitungdengan analisis regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanariusmempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol pada dosis0,426 g/kg BB; 1,280 g/kg BB; dan 3,840 g/kg BB dengan memberikan efekhepatoprotektif berturut-turut sebesar 39,5%; 69,2%; dan 90,7%. Nilai ED50 ekstrakmetanol-air daun M. tanarius adalah 0,629 g/kg BB.
Kata kunci : Macaranga tanarius (L.), ekstrak metanol-air, hepatoprotektif,parasetamol
xxi
ABSTRACT
The research has purpose to get information about the effect of water-methanol extract M. tanarius leaf for reducing activity of ALT-AST serum so that itcan be used as hepatoprotector and estimated quantity of effective dose.
The research was pure experimental with direct sampling design. The researchused Wistar male rats, age 2-3 months and the weight ± 150-250 grams. Rats can bedivided into six treatment groups. First group (hepatotoxin control) givenparacetamol 2.5 g/kg BW. Second group (negative control) given CMC Na 1% 3.840g/kg BW. Third group (extract control M. tanarius leaf) 3.840 g/kg BW. Fourth-sixthgroup (treatment) given water-methanol extract M. tanarius leaf dose 0.426 g/kg BW;1.280 g/kg BW; and 3.840 g/kg BW orally once a day for six days and then in theseventh day all treatment groups were given suspention of paracetamol dose 2.5 g/kgBW orally. After 48 hours, blood taken from sinus orbitalis eyes for measuring ALT-AST serum activity. Data ALT-AST serum that got and analyzed with Kolmogorov-Smirnov test to see the distribution the data and continue to the Kruskal Wallis toknow the different ALT-AST serum among the groups. Then it was continued the testwith Mann Whitney test to see the difference among the groups. Hepatoprotectiveeffective dose (ED50) was calculated by linier regresion analysis.
The result of this research showed that water-methanol extract M. tanariusleaf has hepatoprotective effect on male rat induced by paracetamol at dose 0.426g/kg BW; 1.280 g/kg BW; and 3.840 g/kg BW and give hepatoprotective effects39.5%, 69.2%, and 90.7%. Hepatoprotective effective dose (ED50) as of the water-methanol extract M. tanarius leaf was 0,629 g/kg BW.
Determinasi tanaman M. tanarius dilakukan dengan mencocokan ciri-ciri
tanaman M. tanarius dengan buku acuan (Koorders dan Valeton,1918).
Determinasi dilakukan oleh Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si., dosen
Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas JP MIPA, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan
Bahan uji yang digunakan adalah daun M. tanarius yang masih segar dan
berwarna hijau, dipetik dari Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta pada tanggal 10 Agustus 2010.
3. Pembuatan Serbuk
Daun M. tanarius dicuci bersih dibawah air mengalir. Setelah bersih daun
diangin-anginkan hingga daun tidak tampak basah lagi kemudian untuk
mengoptimalkan pengeringan, pengeringan dilakukan dengan menggunakan
oven pada suhu 50°C selama 24 jam. Setelah kering daun dibuat serbuk dan
diayak dengan ayakan nomor 50.
4. Pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Sebelum pembuatan ekstrak, daun M. tanarius dibuat serbuk terlebih dahulu
supaya kandungan fitokimia yang terkandung dalam daun M. tanarius lebih
mudah terekstrak karena luas permukaan serbuk yang kontak dengan pelarut
makin besar. Sebanyak 10 g serbuk kering daun M. tanarius diekstraksi secara
32
maserasi dengan melarutkan serbuk dalam 100 ml pelarut metanol 50% pada
suhu kamar selama 3x24 jam dengan kecepatan 140 rpm. Tujuan dilarutkan
dalam pelarut metanol adalah agar senyawa kimia yang terkandung dalam
daun M. tanarius dapat larut dalam pelarut. Setelah dilakukan perendaman,
hasil maserasi disaring dengan kertas saring. Larutan hasil saringan
dipindahkan dalam cawan porselen yang telah ditimbang sebelumnya, agar
mempermudah perhitungan randemen ekstrak yang akan diperoleh.
Selanjutnya, cawan porselen yang berisi larutan hasil maserasi tersebut
dimasukkan dalam oven untuk diuapkan selama 24 jam dengan suhu 50°C
agar mendapatkan ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang kental dengan
bobot pengeringan ekstrak yang tetap yaitu sebesar 1,92 g (Andini, 2010).
5. Penetapan konsentrasi pekat ekstrak
Menghitung rata-rata randemen ke-6 replikasi ekstrak metanol-air daun M.
tanarius kental yang telah dibuat.
Randemen ekstrak = Berat cawan ekstrak kental – berat cawan kosong
Konsentrasi ekstrak didapat dari hasil rata-rata randemen ekstrak. Konsentrasi
yang dapat digunakan adalah konsentrasi pekat yang dapat dibuat dimana
pada konsentrasi tersebut ekstrak dapat dimasukkan serta dikeluarkan dari
spuit oral. Cara pembuatannya adalah dengan melarutkan ekstrak
percawannya yaitu 1,92 g dalam labu ukur terkecil dengan pelarut yang sesuai
33
CMC Na 1%. Labu ukur terkecil yang tersedia adalah labu ukur 5 ml sehingga
konsentrasi ekstrak dapat ditetapkan yaitu sebesar 0,384 g/ml atau 384 mg/ml
atau 38,4% b/v (Andini, 2010).
6. Penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Dasar penetapan peringkat dosis adalah dari bobot tertinggi tikus dan
pemberian cairan secara peroral separuhnya yaitu 2,5 ml.
Penetapan dosis tertinggi ekstrak metanol-air daun M. tanarius adalah:
Dua dosis lainnya diperoleh dengan menurunkan 3 dan 6 kalinya dari dosis
tertinggi sehingga didapatkan dosis 1280 mg/Kg BB dan 426 mg/Kg BB.
Dosis yang akan digunakan dalam penelitian adalah 426 ; 1280 ; dan 3840
mg/kg BB.
7. Pembuatan suspending agent CMC- Na 1%
Suspending agent CMC-Na 1% dibuat dengan cara mendispersikan lebih
kurang 1,0 g CMC-Na yang telah ditimbang seksama ke dalam air
mendidih sampai volume 100,0 ml dan digunakan untuk membuat suspensi
parasetamol.
34
8. Pembuatan suspensi Parasetamol konsentrasi 25%
Suspensi parasetamol dalam CMC-Na 1% dibuat dengan cara
mensuspensikan 25 g parasetamol yang telah ditimbang seksama ke dalam
suspending CMC-Na 1% sebanyak 100 ml.
9. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksin parasetamol
Pemilihan dosis parasetamol dilakukan untuk mengetahui pada dosis
berapa parasetamol mampu menyebabkan kerusakan pada hati tikus yang
ditandai dengan peningkatan aktivitas GPT-serum paling tinggi. Dosis
hepatotoksik yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian
Linawati, Apriyanto, Susanti, Wijayanti, dan Donatus (2006), bahwa dosis
2,5 g/kg BB sudah terbukti mampu meningkatkan aktivitas ALT serum
pada tikus bila diberikan secara per oral.
b. Penetapan waktu pencuplikan darah
Menurut Olson (2006), kenaikan serum ALT dan AST akan terjadi pada
waktu 24-48 jam setelah pemejanan parasetamol. Untuk mendapatkan
waktu pencuplikan darah dilakukan orientasi dengan 3 kelompok perlakuan
waktu. Masing-masing kelompok sejumlah 5 ekor tikus. Kelompok I
diambil darah pada jam ke-24 setelah pemejanan parasetamol, kelompok II
diambil darah pada jam ke-48 setelah pemejanan parasetamol dan
kelompok III diambil darah pada jam ke-72 setelah pemejanan
35
parasetamol. Setelah pengambilan darah, darah diukur aktivitas serum ALT
dan AST-nya.
c. Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Lama waktu pemejanan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dilakukan
selama 6 hari berturut-turut, pada hari ketujuh dipejankan senyawa
hepatotoksin dan ukur aktivitas ALT dan AST-nya setelah 48 jam
pemejanan senyawa hepatotoksin.
10. Pengelompokkan dan perlakuan hewan uji
Sejumlah tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok
perlakuan masing-masing sejumlah 5 ekor. Kelompok I (kontrol hepatotoksin)
diberi suspensi parasetamol 2,5 g/kgBB secara oral. Kelompok II (kontrol
negatif) diberi suspensi CMC-Na 1% dosis 3,84 g/kgBB selama 6 hari
berturut-turut secara oral. Kelompok III (kontrol ekstrak daun M. tanarius
3,84 g/kgBB diberikan selama 6 hari berturut-turut secara oral. Kelompok IV
sampai dengan kelompok VI berturut-turut diberi ekstrak metanol-air daun M.
tanarius dosis 0,426 g/kgBB; 1,280 g/kgBB; dan 3,840 g/kgBB secara oral
sekali sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian pada hari ke-7 semua
kelompok perlakuan diberi suspensi parasetamol dosis 2,5 g/kgBB secara
oral. Setelah 48 jam diambil darahnya melalui sinus orbitalis mata. Cuplikan
darah diambil serumnya untuk diukur aktivitas ALT-AST serumnya.
36
11. Pembuatan serum
Darah tikus diambil melalui sinus orbitalis mata dan ditampung dalam
tabung sentrifugasi melalui dinding tabung, diamkan selama 15 menit,
kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan
diambil supernatannya (serum).
12. Penetapan aktivitas ALT-AST serum
Alat yang digunakan untuk menganalisis aktivitas ALT-AST serum adalah
vitalab mikro.
Aktivitas enzim diukur pada panjang gelombang 340nm, suhu 37°C,
dengan faktor koreksi -1745. Aktivitas serum ALT dan AST dinyatakan
dalam U/L. Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST dilakukan di
laboratorium Farmakologi Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata
Dharma, Yogyakarta.
Analisis dilakukan dengan cara sebagai berikut, 100 µL serum atau plasma
dicampur dengan reagen I sebanyak 800 µL, setelah itu dicampurkan 200 µL
reagen II, dan dibaca resapan setelah 1 menit. Untuk analisis fotometri dengan
AST-serum dilakukan sebagai berikut, 100 µL serum atau plasma dicampur
dengan reagen I sebanyak 800 µL, setelah itu dicampurkan 200 µL reagen II,
dan dibaca resapan setelah 1 menit.
37
F. Tata Cara Analisis Hasil
Data aktivitas ALT-AST diuji dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi data dan analisis varian untuk melihat homogenitas
varian antar kelompoknya sabagai syarat analisis parametrik. Jika data
terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan analisis variansi pola searah
(ANOVA one way) dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui
perbedaan masing-masing kelompok. Kemudian dilanjutkan dengan uji LSD
untuk melihat perbedaan antar kelompok bermakna (signifikan) (p<0,05) atau
tidak bermakna (tidak signifikan) (p>0,05). Tetapi bila distribusi tidak normal
dilakukan analisis dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan
aktivitas ALT-AST serum antar kelompok. Kemudian dilanjutkan uji dengan
Mann Whitney untuk melihat perbedaan tiap kelompok.
Data derajat kerusakan hati juga dianalisis sesuai prosedur diatas dengan
taraf kepercayaan 95%. Perhitungan persen efek hepatoprotektif terhadap
hepatotoksin parasetamol diperoleh dengan rumus :
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan khasiat
ekstrak metanol-air daun M. tanarius sebagai hepatoprotektor tikus terinduksi
parasetamol serta untuk mengetahui kisaran dosis hepatoprotektif dari ekstrak
metanol-air daun M. tanarius. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka
dilakukan serangkaian pengujian. Aktivitas ALT-AST serum digunakan sebagai
tolok ukur kuantitatif pengujian tersebut.
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman ini dilakukan untuk membuktikan kebenarannya
bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benar M. tanarius,
dimana tanaman ini sering digunakan untuk pakan ternak hewan. Bagian tanaman
yang digunakan dalam determinasi adalah batang, daun, biji, buah dan bunga.
Determinasi dilakukan secara benar dengan mencocokkan ciri-ciri yang
dimiliki sesuai dengan buku acuan. Dari determinasi dinyatakan bahwa batang,
daun, biji, buah dan bunga yang digunakan adalah benar M. tanarius.
38
39
B. Hasil Penimbangan Bobot Ekstrak Metanol-Air Daun M. tanarius
Pembuatan ekstrak metanol-air daun M. tanarius menggunakan metode
penyarian yaitu maserasi. Alasan menggunakan metode maserasi karena
pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana. Selain itu, metode maserasi
ini digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah
larut dalam cairan penyari. Digunakan cairan penyari metanol-air (50:50).
Senyawa hipotesis yang diketahui adalah golongan glikosida fenolik yang dapat
larut dalam air.
Pada standarisasi ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang dilihat
sebagai parameternya adalah bobot pengeringan tetap dengan susut pengeringan
0%. Tujuan dilakukan pengukuran parameter non spesifik yaitu parameter susut
pengeringan adalah untuk menghitung sisa zat setelah dilakukan pengeringan
pada temperatur 50°C. Ekstrak yang berada dalam cawan ditimbang setiap 1 jam
selama 24 jam atau hingga berat menjadi konstan (dinyatakan dalam persen).
Tujuannya adalah untuk menentukan batasan atau rentang mengenai seberapa
banyak senyawa yang hilang selama proses pengeringan, dimana hal ini dapat
mempengaruhi bobot ekstrak yang didapatkan sehingga akan mempengaruhi
konsentrasi dan dosis ekstrak.
Hasil dari proses pengeringan didapatkan bahwa tidak ada perubahan
bobot ekstrak sehingga diperoleh bobot pengeringan tetap yaitu pada jam ke-23
dan ke-24. Untuk susut pengeringan ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada
jam ke-23 dan ke-24 sebesar 0% sehingga dapat diketahui pelarut penyari ekstrak
40
sudah tidak ada atau tidak ada sisa. Dengan demikian, pada penelitian ini, waktu
pengeringan 24 jam yang digunakan untuk memperoleh bobot pengeringan tetap
ekstrak metanol-air daun M. tanarius.
C. Uji Pendahuluan
1. Penentuan dosis hepatotoksik parasetamol
Pada percobaan ini digunakan parasetamol sebagai hepatotoksin.
Pemilihan dosis parasetamol dilakukan untuk mengetahui pada dosis berapa
parasetamol mampu menyebabkan kerusakan pada hati tikus yang ditandai
dengan peningkatan aktivitas ALT-AST serum paling tinggi.
Dosis yang digunakan pada percobaan ini yaitu 2,5 g/kgBB. Dosis
tersebut mengacu pada penelitian sebelumnya (Linawati, dkk, 2006), dimana pada
dosis tersebut terbukti mampu meningkatkan aktivitas ALT-serum, minimal 10
kali lipat terhadap kontrol negatif (Ladoangin, 2004).
2. Penentuan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal
Penentuan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal
bertujuan untuk mengetahui selang waktu dimana parasetamol dosis 2,5 g/kgBB
memberikan efek hepatotoksik maksimal. Hal ini ditunjukkan oleh aktivitas ALT-
AST serum tertinggi pada selang waktu tertentu. Parasetamol dosis 2,5 g/kgBB
diujikan pada tikus jantan dengan selang waktu pengambilan cuplikan darah 24
jam, 48 jam, dan 72 jam.
41
Data aktivitas ALT-AST serum setelah pemberian parasetamol dosis 2,5
g/kgBB pada selang waktu 24 jam, 48 jam dan 72 jam tersaji pada tabel I.
Tabel I. Aktivitas ALT-AST serum sel hati tikus setelah pemberian
parasetamol dosis 2,5 g/kgBB pada selang waktu 24, 48, dan 72 jam
Selang Waktu (jam)Purata Aktivitas ALT-
serum ± SE (U/L)Purata Aktivitas AST-
serum ± SE (U/L)
24 343,7 ± 33,4 390,3 ± 32,6
48 1102,3 ± 66,5 804,7 ± 137,4
72 505,0 ± 12,7 326,7 ± 27,8
Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus
setelah pemberian parasetamol dosis 2,5 g/kgBB pada selang
waktu 24, 48, dan 72 jam
Rat
a-ra
taak
tivi
tas
ALT
42
Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus
setelah pemberian parasetamol dosis 2,5 g/kgBB pada selang
waktu 24, 48, dan 72 jam
Berdasarkan tabel I terlihat bahwa aktivitas ALT-serum pada selang waktu
24 jam, 48 jam, dan 72 jam berturut-turut adalah 343,7 ± 33,4 U/L, 1102,3 ± 66,5
U/L dan 505,0 ± 12,7 U/L. Dan untuk aktivitas AST- serum pada selang waktu 24
jam, 48 jam, dan 72 jam berturut-turut adalah 390,3 ± 32,6 U/L, 804,7 ± 137,4
U/L dan 326,7 ± 27,8 U/L. Aktivitas ALT-serum tertinggi terjadi pada pemberian
parasetamol 2,5 g/Kg BB dengan selang waktu 48 jam yakni 1102,3 ± 66,5 U/L
dan aktivitas AST-serum tertinggi terjadi pada pemberian parasetamol 2,5 g/Kg
BB dengan selang waktu 48 jam yakni 804,7 ± 137,4 U/L. Dalam selang waktu
24 jam, aktivitas ALT-AST serum belum mencapai angka aktivitas yang tinggi.
Hal ini dapat dikarenakan waktu untuk parasetamol menyebabkan hepatotoksik
belum mencapai maksimal. Dan pada selang waktu 72 jam sudah terjadi
Rat
a-ra
taak
tivi
tas
AST
43
penurunan aktivitas ALT-AST serum yang signifikan (p<0,05) terhadap aktivitas
ALT-AST serum pada selang waktu 48 jam.
Berdasarkan uji statistik ANOVA one way maka disimpulkan bahwa
waktu kehepatotoksikan parasetamol 2,5 g/Kg BB pada tikus mencapai maksimal
pada selang waktu 48 jam. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dosis
hepatotoksik parasetamol yang digunakan pada tikus jantan adalah 2,5 g/Kg BB
dengan selang waktu pengambilan cuplikan darah adalah 48 jam setelah
pemberian hepatotoksin parasetamol.
3. Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Berdasarkan penelitian Ladoangin (2004) yaitu mengenai efek
hepatoprotektif jus buah apel hijau dan Linawati dkk (2006) dalam penelitian efek
hepatoprotektif rebusan herba putri malu, kelompok mencit dan tikus yang
digunakan untuk menguji efek jus buah apel hijau dan rebusan herba putri malu
diberi rebusan herba putri malu dan jus buah apel hijau selama 6 hari dan pada
hari ke 7 diberi parasetamol dosis hepatotoksik. Hal ini didasarkan pada harga
aktivitas ALT-serum setelah praperlakuan jus buah apel hijau dan rebusan herba
putri malu selama 6 hari menunjukkan harga aktivitas ALT-serum yang
mengalami kenaikan atau penurunan aktivitas ALT-serum yang berbeda
bermakna menurut hasil statistik jika dibandingkan dengan praperlakuan jus buah
apel dan rebusan herba putri malu yang diberikan lebih dari 6 hari.
44
Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
dilakukan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ladoangin (2004) dan
Linawati dkk (2006), dimana penulis mengambil model penelitian tikus diberi
ekstrak metanol-air daun M. tanarius selama 6 hari dan pada hari ke 7 diberi
parasetamol dosis hepatotoksik.
4. Penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Tujuan ditetapkan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius adalah
untuk menentukan tingkatan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang
akan digunakan dalam penelitian ini. Penentuan dosis ekstrak metanol-air daun
M. tanarius didasarkan pada dosis maksimal ekstrak metanol-air daun M. tanarius
pada tikus jantan. Dosis maksimal ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada
tikus jantan didasarkan pada konsentrasi tertinggi ekstrak metanol-air daun M.
tanarius yang dapat dipejankan secara oral. Dari hasil orientasi diketahui bahwa
konsentrasi tertinggi ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang dapat dipejankan
secara oral pada tikus jantan yaitu 384 mg/ml sehingga dosis maksimal yang
diperoleh sebesar 3,84 g/kgBB. Kemudian ditentukan 3 tingkatan dosis ekstrak
metanol-air daun M. tanarius yaitu 0,426; 1,280; dan 3,840 g/kgBB.
45
D. Perbandingan Aktivitas ALT-AST serum tiap kelompok
Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M.
tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol didasarkan pada ada tidaknya
penurunan aktivitas ALT-AST serum akibat praperlakuan ekstrak metanol-air
daun M. tanarius terhadap aktivitas ALT-AST serum kontrol parasetamol.
Aktivitas ALT-AST serum (U/L) disajikan dalam bentuk purata ± SE pada tabel
II.
Tabel II. Purata ± SE aktivitas ALT-serum tikus jantan setelahpemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6 hariyang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis2,5 g/kgBB
Ket : tb = berbeda tidak bermakna (P > 0,05)b = berbeda bermakna (P < 0,05)
46
Tabel III. Purata ± SE aktivitas AST-serum tikus jantan setelahpemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksiparasetamol dosis 2,5 g/kgBB
Ket : tb = berbeda tidak bermakna (P > 0,05)b = berbeda bermakna (P < 0,05)
47
Gambar 8. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus setelahpemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6 hariyang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis2,5 g/kgBB
Gambar 9. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus setelahpemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6 hariyang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis2,5 g/kgBB
Rat
a-ra
taak
tivi
tas
ALT
Rat
a-ra
taak
tivi
tas
AST
48
1. Kontrol hepatotoksin Parasetamol dosis 2,5 g/kgBB
Kontrol hepatotoksin parasetamol 2,5 g/kg BB (kelompok I)
dibuat untuk mengetahui pengaruh induksi parasetamol 2,5 g/kgBB
terhadap sel hati tikus sekaligus digunakan sebagai patokan dalam
menganalisis efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M.
tanarius. Uji ini dilakukan dengan memejankan parasetamol dosis 2,5
g/kgBB secara oral pada tikus. 48 jam kemudian diambil darahnya
untuk diukur aktivitas ALT-AST serum.
Aktivitas ALT-serum kontrol hepatotoksin parasetamol 2,5
g/kgBB (kelompok I) adalah sebesar 977,2 ± 85,2 U/L. Bila
dibandingkan dengan aktivitas ALT-serum kontrol negatif CMC-Na
1% 3,84 g/kgBB (kelompok II) sebesar 72,8 ± 1,7 U/L maka terlihat
adanya kenaikan aktivitas ALT-serum yang begitu besar, yaitu lebih
kurang 13,4 kalinya atau sebesar 1242,3 % yang tersaji pada tabel II.
Secara statistik, kenaikan aktivitas ALT-serum kontrol hepatotoksin
(kelompok 1) terhadap kontrol negatif (kelompok II) tersebut adalah
bermakna (p<0,05).
Aktivitas AST-serum kontrol hepatotoksin parasetamol 2,5
g/kgBB (kelompok I) adalah sebesar 673,2 ± 110,4 U/L. Bila
dibandingkan dengan aktivitas AST-serum kontrol negatif CMC-Na
1% 3,84 g/kgBB (kelompok II) sebesar 100,8 ± 3,6 U/L maka terlihat
adanya kenaikan aktivitas AST-serum, yaitu lebih kurang 6,6 kalinya
49
atau sebesar 567,8 % yang tersaji pada tabel III. Secara statistik,
kenaikan aktivitas AST-serum kontrol hepatotoksin (kelompok I)
terhadap kontrol negatif (kelompok II) tersebut adalah bermakna
(p<0,05).
Kenaikan aktivitas ALT-AST serum kontrol hepatotoksin
parasetamol 2,5 g/kgBB ini menggambarkan kondisi sel-sel hati tikus
mengalami nekrosis. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan
aktivitas ALT-serum sekitar 13,4 kalinya. Menurut Ladoangin (2004)
peningkatan aktivitas ALT-serum, minimal 10 kali lipat terhadap
kontrol negatif ini sudah dapat menyebabkan nekrosis hati. Sedangkan
untuk kenaikan aktivitas AST-serum adalah sekitar 6,6 kalinya.
Menurut Linawati (cit Bergmeyer dan Bernt, 1971) terjadi kerusakan
hati jika terjadi kenaikan AST-serum sebesar 10-150 kali dari normal.
Aktivitas AST-serum kontrol hepatotoksin parasetamol ini tidak
memenuhi rentang terjadi kerusakan sel hati. Tetapi hal ini belum
dapat menjadi patokan bahwa sel hati dalam kondisi normal, karena
parameter utama terjadi kerusakan hati adalah melihat aktivitas ALT-
serumnya. Ada kemungkinan hati tikus mengalami kerusakan, tetapi
belum mengalami keparahan (nekrosis).
50
2. Kontrol negatif CMC Na 1% dosis 3,84 g/Kg BB
Kontrol negatif (kelompok II) dibuat dengan tujuan: (1)
memastikan bahwa peningkatan aktivitas ALT-serum (efek
hepatotoksik) pada tikus jantan adalah akibat pemberian hepatotoksin
parasetamol dan (2) memastikan bahwa efek hepatoprotektif pada
tikus jantan terinduksi parasetamol adalah akibat praperlakuan ekstrak
metanol-air M. tanarius. Uji ini dilakukan dengan memberikan CMC
Na 1% secara oral pada tikus 1x sehari selama 6 hari berturut-turut. 48
jam kemudian diambil darahnya untuk diukur aktivitas ALT-AST
serum.
Aktivitas ALT-serum kontrol negatif CMC Na 1% 3,84
g/kgBB (kelompok II) adalah sebesar 72,8 ± 1,7 U/L dan aktivitas
AST-serum kontrol negatif CMC Na 1% 3,84 g/kgBB adalah sebesar
100,8 ± 3,6 U/L. Angka aktivitas ALT-serum menunjukkan bahwa
kondisi hati masih normal, hal ini dapat dilihat dari angka aktivitas
ALT-serum yaitu 72,8 ± 1,7 U/L yang masih masuk dalam rentang
normal serum darah tikus putih. Menurut Hastuti (2008) rentang
normal serum darah tikus putih sebesar 29,8-77,0 U/L, sedangkan
aktivitas AST-serum sebesar 100,8 ± 3,6 U/L tidak dapat menjadi
patokan bahwa hati mengalami kerusakan sel atau nekrosis walaupun
angka aktivitas tidak masuk dalam rentang normal 19,3-68,9 U/L,
(Hastuti, 2008). Meningkatnya aktivitas AST-serum yang melebihi
51
batas rentang normal ini dapat disebabkan karena sebagian besar
enzim aspartate tidak spesifik berada didalam hati, tetapi berada dalam
otot rangka, jantung, hati, serta tersebar ke seluruh jaringan sehingga
belum dapat digunakan sebagai patokan adanya kerusakan hati.
Pada penelitian ini, nilai aktivitas ALT-AST serum kontrol
negatif CMC Na 1% 3,84 g/kgBB dijadikan patokan nilai normal
ALT-AST serum untuk penelitian ini selanjutnya.
3. Kontrol ekstrak daun M. tanarius dosis 3,84 g/kg BB
Kontrol ekstrak daun M. tanarius (kelompok III) dibuat dengan
tujuan melihat pengaruh ekstrak daun M. tanarius terhadap sel hati
tikus tanpa induksi parasetamol. Uji ini dilakukan dengan memberikan
ekstrak daun M. tanarius dosis 3,84 g/kgBB secara oral pada tikus 1x
sehari selama 6 hari berturut-turut. 48 jam kemudian diambil darahnya
untuk diukur aktivitas ALT-AST serumnya.
Aktivitas ALT-serum kontrol ekstrak daun M. tanarius dosis
3,84 g/kgBB (kelompok III) adalah 72,8 ± 1,3 U/L. Bila dibandingkan
dengan aktivitas ALT-serum kontrol negatif CMC Na 1% dosis 3,84
g/kgBB (kelompok II) sebesar 72,8 ± 1,7 U/L maka terlihat angka
aktivitas yang hampir mendekati sama (0,0). Secara statistik, angka
aktivitas ALT-serum kontrol ekstrak daun M. tanarius (kelompok III)
terhadap kontrol negatif CMC Na 1% dosis 3,84 g/kgBB (kelompok
52
II) tersebut adalah tidak bermakna (p>0,05). Hal ini menggambarkan
bahwa ekstrak daun M. tanarius tidak memberikan pengaruh
hepatotoksik pada sel hati tikus, karena nilai aktivitas ALT-serum juga
masih berada dalam rentang normal yaitu 29,8-77,0 U/L, (Hastuti,
2008)
Aktivitas AST-serum kontrol ekstrak daun M. tanarius dosis
3,84 g/kgBB (kelompok III) adalah 104,8 ± 3,5 U/L. Bila
dibandingkan dengan aktivitas AST-serum kontrol negatif CMC Na
1% dosis 3,84 g/kgBB (kelompok II) sebesar 100,8 ± 3,6 U/L maka
angka aktivitas keduanya hampir mendekati sama yaitu 3,9. Secara
statistik angka aktivitas ini tidak bermakna (p>0,05). Walaupun angka
aktivitas AST-serum kontrol ekstrak daun M. tanarius dosis 3,84
g/kgBB tidak masuk dalam rentang normal, tetapi angka ini tidak
dapat menjadi patokan terjadinya kerusakan sel hati tikus karena
enzim aspartate didalam tubuh, sebagian besar tidak spesifik berada
didalam hati saja, tetapi berada dalam otot rangka, jantung, hati, serta
tersebar ke seluruh jaringan.
4. Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis0,426; 1,280; dan 3,840 g/kgBB pada tikus jantan terinduksiparasetamol
Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air
daun M. tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol didasarkan
53
pada ada tidaknya penurunan aktivitas ALT-AST serum akibat
praperlakuan ekstrak daun M. tanarius terhadap aktivitas ALT-AST
serum kontrol parasetamol.
Dilihat dari tabel II dan III, semakin besar dosis praperlakuan
ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang diberikan, semakin besar
pula perlindungan yang diberikan pada sel hati, hal ini ditunjukkan
dengan penurunan aktivitas ALT-AST serum tikus.
Kelompok IV adalah kelompok praperlakuan ekstrak daun M.
tanarius dosis 0,426 g/kgBB. Aktivitas ALT-serum kelompok ini
adalah sebesar 590,8 ± 36,6 U/L. Bila dibandingkan dengan aktivitas
ALT-serum kontrol hepatotoksin parasetamol 2,5 g/kgBB (kelompok
I) yaitu sebesar 977,2 ± 85,2 maka aktivitas ALT-serum kelompok IV
mengalami penurunan lebih kurang 1,6 kalinya. Dapat diartikan bahwa
ekstrak daun M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB mampu menghambat
peningkatan aktivitas ALT-serum akibat induksi parasetamol 2,5
g/kgBB sebesar 39,5 %. Secara statistik, penurunan tersebut
menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak daun M. tanarius dosis
0,426 g/kgBB mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus
akibat induksi parasetamol 2,5 g/kgBB.
Kemampuan perlindungan ekstrak daun M. tanarius dosis
0,426 g/kgBB juga dapat dilihat dari aktivitas AST-serumnya.
54
Aktivitas AST-serum kelompok ini adalah sebesar 499,2 ± 24,1 U/L.
Dapat dilihat di tabel bahwa angka AST-serum juga terjadi penurunan
dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin parasetamol yaitu sebesar
1,3 kalinya. Dapat diartikan bahwa ekstrak daun M. tanarius dosis
0,426 g/kgBB mampu menghambat peningkatan aktivitas AST-serum
akibat induksi parasetamol 2,5 g/kgBB sebesar 25,8 %. Secara
statistik, penurunan tersebut menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna (p>0,05), yaitu kelompok IV pada dosis 0,426 g/kgBB
mengalami kerusakan hati. Hal ini dapat menunjukkan ekstrak daun
M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB dapat menurunkan aktivitas ALT-
AST serum sel hati akibat induksi parasetamol, karena patokan
kerusakan hati lebih spesifik pada aktivitas ALT, dimana signifikansi
pada kontrol hepatotoksin menunjukkan perbedaan yang bermakna.
Kelompok V adalah kelompok praperlakuan ekstrak daun M.
tanarius dosis 1,280 g/kgBB. Aktivitas ALT-serum kelompok ini
adalah sebesar 301,0 ± 30,7 U/L. Bila dibandingkan dengan kontrol
hepatotoksin parasetamol (kelompok I) maka aktivitas ALT-serum
kelompok V mengalami penurunan lebih kurang 3,2 kalinya. Dapat
diartikan bahwa ekstrak daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB mampu
menghambat peningkatan aktivitas ALT-serum akibat induksi
parasetamol 2,5 g/kgBB sebesar 69,2 %. Secara statistik, penurunan
tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini
55
menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak daun M. tanarius dosis
1,280 g/kgBB mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus
akibat induksi parasetamol 2,5 g/kgBB.
Kemampuan perlindungan ekstrak daun M. tanarius dosis
1,280 g/kgBB juga dapat dilihat dari aktivitas AST-serumnya.
Aktivitas AST-serum kelompok ini adalah sebesar 252,2 ± 28,7 U/L.
Dapat dilihat di tabel III bahwa angka AST-serum juga terjadi
penurunan dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin parasetamol
yaitu sebesar 2,6 kalinya. Dapat diartikan bahwa ekstrak daun M.
tanarius dosis 1,280 g/kgBB mampu menghambat peningkatan
aktivitas AST-serum akibat induksi parasetamol 2,5 g/kgBB sebesar
62,5 %. Secara statistik, penurunan tersebut menunjukkan perbedaan
yang bermakna (p<0,05). Hal ini dapat menunjukkan ekstrak daun M.
tanarius dosis 1,280 g/kgBB dapat menurunkan aktivitas ALT-AST
serum sel hati akibat induksi parasetamol.
Analisis statistik aktivitas ALT-AST serum antara kedua
kelompok tersebut menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05).
Terlihat bahwa kemampuan aktivitas ALT-serum untuk melindungi
sel hati tikus oleh ekstrak daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB
(kelompok V) sebesar 69,2 % lebih baik daripada ekstrak daun M.
tanarius dosis 0,426 g/kgBB (kelompok IV) sebesar 39,5 %. Dan
untuk kemampuan aktivitas AST-serum untuk melindungi sel hati
56
tikus oleh ekstrak daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB (kelompok V)
sebesar 62,5 % lebih baik daripada ekstrak daun M. tanarius dosis
0,426 g/kgBB (kelompok IV) sebesar 25,8 %.
Kelompok VI adalah kelompok praperlakuan ekstrak daun M.
tanarius dosis 3,840 g/kgBB. Aktivitas ALT-serum kelompok ini
adalah sebesar 91,2 ± 5,7 U/L. Bila dibandingkan dengan kontrol
hepatotoksin parasetamol (kelompok I) maka aktivitas ALT-serum
kelompok VI mengalami penurunan lebih kurang 10,7 kalinya. Dapat
diartikan bahwa ekstrak daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB mampu
menghambat peningkatan aktivitas ALT-serum akibat induksi
parasetamol 2,5 g/kgBB sebesar 90,7 %. Secara statistik, penurunan
tersebut menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak daun M. tanarius dosis
3,840 g/kgBB mampu memberikan perlindungan terhadap hati tikus
akibat induksi parasetamol 2,5 g/kgBB.
Kemampuan perlindungan ekstrak daun M. tanarius dosis
3,840 g/kgBB juga dapat dilihat dari aktivitas AST-serumnya.
Aktivitas AST-serum kelompok ini adalah sebesar 125,8 ± 7,3 U/L.
Dapat dilihat di tabel III bahwa angka AST-serum juga terjadi
penurunan dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin parasetamol
yaitu sebesar 5,3 kalinya. Dapat diartikan bahwa ekstrak daun M.
tanarius dosis 3,840 g/kgBB mampu menghambat peningkatan
57
aktivitas AST-serum akibat induksi parasetamol 2,5 g/kgBB sebesar
81,3 %. Secara statistik, penurunan tersebut menunjukkan perbedaan
yang bermakna (p<0,05). Hal ini dapat menunjukkan ekstrak daun M.
tanarius dosis 3,840 g/kgBB dapat menurunkan aktivitas ALT-AST
serum sel hati akibat induksi parasetamol.
Analisis statistik aktivitas ALT-AST serum masing-masing
kelompok tersebut juga menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05).
Terlihat bahwa kemampuan aktivitas ALT-serum untuk melindungi
sel hati tikus oleh ekstrak daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB
(kelompok VI) sebesar 90,7 % lebih baik daripada ekstrak daun M.
tanarius dosis 0,426 g/kgBB (kelompok IV) dan 1,280 g/kgBB
(kelompok V) masing-masing sebesar 39,5 % dan 69,2 %. Dan untuk
kemampuan aktivitas AST-serum untuk melindungi sel hati tikus oleh
ekstrak daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB (kelompok VI) sebesar
81,3 % lebih baik daripada ekstrak daun M. tanarius dosis 0,426
g/kgBB (kelompok IV) dan 1,280 g/kgBB (kelompok V) masing-
masing sebesar 25,8 % dan 62,5 %.
Uji efek hepatoprotektif terhadap ketiga dosis ekstrak metanol-
air daun M. tanarius diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis
praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius berturut-turut
0,426 g/kgBB; 1,280 g/kgBB dan 3,840 g/kgBB memberikan
58
keefektifan penghambatan terhadap kehepatotoksikan parasetamol
yang semakin besar. Hal ini ditunjukkan oleh adanya penurunan
aktivitas ALT-serum, berturut-turut sebesar 39,5%; 69,2%; dan 90,7%
dan dengan aktivitas AST-serum berturut-turut sebesar 25,8%; 62,5%;
dan 81,3%. Kelompok VI (pemberian praperlakuan ekstrak metanol-
air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB) merupakan kelompok yang
memiliki tingkat kerusakan hati paling rendah, sedangkan untuk
kelompok IV (pemberian praperlakuan ekstrak metanol-air daun M.
tanarius dosis 0,426 g/kgBB) memiliki tingkat kerusakan hati paling
besar. Hal ini dapat disebabkan karena jumlah kandungan zat aktif
yang terdapat pada ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426
g/kgBB belum cukup menimbulkan efek hepatoprotektif pada hewan
uji. Selain itu, karena penggunaan penyari kombinasi metanol-air
(50:50) dimana belum diketahui secara pasti kandungan glikosida
yang dapat larut dan tertarik dari ekstrak tersebut, sehingga akan
mempengaruhi penggunaan dosis ekstrak yang kecil karena
dimungkinkan bahwa kandungan dalam kombinasi tersebut akan
menurunkan aktivitas penangkapan radikal bebas. Dengan demikian,
perlu dilakukan pengembangan lebih lanjut mengenai penggunaan
penyari yang berbeda untuk dapat menarik senyawa yang mempunyai
aktivitas penangkapan radikal bebas yang lebih kuat sehingga dapat
menjangkau dosis ekstrak yang kecil.
59
Dari ketiga penurunan nilai aktivitas ALT-AST serum pada
peringkat dosis tersebut maka dapat dihitung nilai efektif dosis tengah
hepatoprotektif (ED50) seperti terlihat pada lampiran 15, menunjukkan
dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang dapat menghambat
kenaikan aktivitas ALT-AST serum terhadap sel hati terinduksi
parasetamol sebesar 50%, membutuhkan dosis sebesar 0,629 g/kgBB.
Rangkuman secara singkat dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Efektif Dosis Tengah Hepatoprotektif (ED50)
Kelompokperlakuan
Dosis(mg/kgBB)
LogDosis
Efekhepatoprotektif
(%)
ED50
(g/kgBB)
M. tanarius0,426 g/Kg BB +
parasetamol426 2,629 39,5
M. tanarius1,280 g/Kg BB +
parasetamol1280 3,107 69,2
M. tanarius3,840 g/Kg BB +
parasetamol3840 3,584 90,7
0,629
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pada dosis 0,629
g/kgBB ekstrak metanol-air daun M. tanarius mampu menurunkan
(menghambat) aktivitas ALT-AST serum yang diakibatkan
parasetamol atau berefek hepatoprotektif sebesar 50% terhadap sel hati
tikus terinduksi parasetamol. Adapun persamaan regresi linier yang
60
didapat yaitu y= 53,615 x – 100,098 dengan r= 0,995. Persamaan ini
didapat dengan cara memplotkan log dosis vs persen efek
hepatoprotektif.
Gambar 10. Persamaan garis ED50 ekstrak metanol-air daun M.
tanarius.
Dalam penelitian ini digunakan ektrak metanol-air daun M.
tanarius dengan konsentrasi terpekat yang dapat dibuat yaitu sebesar
3,840 g/kgBB. Bila dikonversikan ke manusia, dapat dihitung seperti
berikut : faktor konversi tikus (200 g) ke manusia (70 kg) adalah 56,0.
Dengan demikian, ED50 ekstrak metanol-air daun M. tanarius 0,629
g/kgBB bila dikonversikan ke manusia dengan berat badan 70 kg
y= 53,615 x – 100,098
61
adalah sebesar 7,045 g yang diperoleh dari 200/1000 x 0,629 x 56,0
untuk manusia Indonesia (50 kg) maka 50/70 x 7,045 menjadi 5,032 g.
Adanya penghambatan aktivitas ALT-AST serum
menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius mempunyai
efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol.
Kemungkinan adanya efek hepatoprotektif tersebut dapat ditinjau dari
mekanisme kerusakan hati tikus yang ditimbulkan oleh hepatotoksin
parasetamol dan aktivitas antioksidan yang terkandung pada ekstrak
metanol-air daun M. tanarius. Kandungan kimia ekstrak metanol-air
daun M. tanarius yang diduga larut dan dapat memberikan efek
hepatoprotektif adalah golongan glikosida dari senyawa didalamnya
yaitu malofenol B dan macarangiosida A. Kemungkinan mekanisme
kerja antioksidan ini dalam memberikan efek hepatoprotektif adalah
dengan menghambat oksidasi parasetamol menjadi metabolit
reaktifnya yaitu NAPQI oleh sitokrom P-450. Selain sebagai
antioksidan, kemungkinan lain senyawa malofenol B dan
macarangiosida A mampu meningkatkan jumlah enzim glutation S-
transferase dalam hati yang berfungsi sebagai enzim penetralisir setiap
metabolit reaktif, sehingga dapat dieliminasi dengan mudah oleh
tubuh. Kemungkinan lain mekanisme kerja antioksidan yaitu
malofenol B dan macarangiosida A yang dilihat dari pendekatan
struktur memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas (Matsunami,
62
dkk, 2006) akibat adanya gugus karbonil (C=O) dengan ikatan
rangkap terkonjugasi serta memiliki ikatan α-β unsaturated. Ikatan α-β
unsaturated ini mempunyai ciri khusus yaitu memiliki ikatan sigma
dan ikatan phi. Seperti telah diketahui bahwa elektron pada ikatan
sigma kuat dan elektron pada ikatan phi lemah, hal ini menyebabkan
elektron pada ikatan phi dapat berpindah atau melompat. Jika terjadi
protonasi pada ikatan α-β unsaturated, maka terjadi perpindahan
elektron seperti pada gambar 11.
Gambar 11. Prediksi perpindahan elektron ikatan α-β unsaturated
pada macarangiosida A
Pada gambar diatas, atom C pada posisi β akan bermuatan
positif karena pada ikatan phi terdapat lompatan elektron.
Dimungkinkan atom C pada posisi β ini yang akan menangkap radikal
bebas.
O O
+- -OH
a
b
α
β
63
Diketahui bahwa kerusakan hati selain diperantarai oleh
NAPBKI, kehepatotoksikan parasetamol juga terjadi melalui jalur
tekanan oksidatif. Melalui jalur tekanan oksidatif ini,
kehepatotoksikan parasetamol diyakini diperantarai oleh adanya
oksigen reaktif atau radikal bebas, seperti anion superoksida, hidrogen
peroksida, dan radikal hidroksil. Sedangkan senyawa glikosida yang
terkandung dalam daun M. tanarius diketahui mempunyai aktivitas
antioksidan. Dengan demikian, dapat diduga bahwa efek
hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus jantan
terinduksi parasetamol terkait dengan kemampuan senyawa glikosida
menetralkan oksigen reaktif atau radikal bebas pemicu kerusakan sel
hati, seperti anion superoksida, hidrogen peroksida, dan radikal
hidroksil.
E. Rangkuman Pembahasan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak metanol-air
daun M. tanarius dosis 0,426; 1,280; dan 3,840 g/kgBB (kelompok IV-VI)
mampu menurunkan aktivitas ALT-serum tikus akibat induksi hepatotoksin
parasetamol berturut-turut sebesar 39,5%; 69,2%; dan 90,7% dan aktivitas AST-
serum tikus sebesar 25,8%; 62,5%; dan 81,3%. Hasil ini menjawab permasalahan
pertama dalam penelitian ini yakni bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius
mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol.
64
Jika dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif CMC Na 1%,
kelompok kontrol M. tanarius menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun M. tanarius tidak memberi
pengaruh terhadap sel hati tikus jantan terinduksi parasetamol dan kenaikan ALT-
AST serum disebabkan oleh induksi parasetamol.
Dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius yang paling baik sebagai
hepatoprotektor adalah pada dosis 3,840 g/kgBB. Dikarenakan pada dosis ini efek
hepatoprotektif yang dihasilkan dapat menurunkan aktivitas ALT-AST serum
paling besar.
Mekanisme kerja antioksidan dari malofenol B dan macarangiosida A
dalam menghasilkan efek hepatoproktektif terkait dengan hepatotoksisitas
parasetamol terjadi akibat menghambat oksidasi parasetamol menjadi metabolit
reaktif yaitu NAPQI (N-asetil-p-benzoquinoeimine). Mekanisme yang mungkin
adalah penurunan aktivitas sitokrom P-450 dalam mengoksidasi parasetamol
menjadi NAPQI, sehingga kadar NAPQI dan toksisitas menurun.
Kemungkinan lain malofenol B dan macarangiosida A dalam memberikan
efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol dengan cara
menangkap radikal bebas yang terbentuk akibat ikatan NAPQI dengan protein.
65
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah diperoleh dan analisis yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB; 1,280 g/kgBB
dan 3,840 g/kgBB mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan
terinduksi parasetamol.
2. Dosis efektif tengah (ED50) hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M.
tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol adalah sebesar 0,629
g/kgBB.
B. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang :
1. Uji efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun
M.tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol.
2. Uji efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus
jantan terinduksi hepatotoksin lain seperti CCl4 dan galaktosamin.
DAFTAR PUSTAKA
Andini, A. P., 2010, Efek Analgesik Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius
L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III,37 , Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta
Anonim, 1986, Sediaan Galenik, 25, Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, 31, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Anonim, 2008, Informasi Spesies- Mara Macaranga tanarius L. M.A.http://www.plantamor.com/index.php?plant=804, diakses tanggal 19 Maret2010.
Anonim,2010,Prosea-Macarangatanarius,http://www.proseanet.org/prohati4/browser.php?docsid=162, diakses tanggal19 Maret 2010.
Cadman B. E., 2000, Adverse Effects of Drugs on The Liver, in Halber, R., andEdwards, C., (Eds), Clinical Pharmacy and Therapeutics, 2nd ed., 183,Churchill Livingstone, Edinburgh
Chandrasoma, P., and Taylor, C.R., 1995, Concise Pathology, Second (2nd) Ed., 620-633, FRC Path Prentice-Hall International Inc.,USA.
DiPiro, J. T., Talbert, R. L., Yee, G.I., Matzke, G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M.,2005, Pharmacotherapy A Pathopysiologic Approach, I edition, 657, 693,McGraw Hill Companies, United States of America.
Donatus, I. A., 1992, Peran Fitofarmaka dalam Upaya Pengobatan Hepatitis,Kumpulan Naskah Lengkap Simposium Nasional Hepatitis, Yogyakarta.
Donatus, I. A., 1994, Antaraksi Kurkumin dengan Parasetamol : Kajian terhadapApek Farmakologi dan Toksikologi Perubahan Hayati Parasetamol, Disertasi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Forrest, E., 2006, Hepatic Disorders, in Lee, A., (Ed.), Adverse Drug Reaction, 2nd
ed, 193, 201 – 202, Pharmaceutical Press, London.
66
67
Gunawan, S., 2007, Efek Hepatoprotektif Infusa Daun Ceplikan (Ruellia tuberoseLinn.) Pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol : Kajian Terhadap AktivitasSerum Alanin-Aminotransferase (ALT), Skripsi, Fakultas Farmasi UniversitasSanata Dharma, Yogyakarta.
Guyton, A.C., 1983, Review of Medical Physiology, diterjemahkan oleh AdjiDharma, 392-400, CV EGC, Jakarta.
Guyton, A. C., and Hall, J. E., 1996, Textbook of Medical Physiology, diterjemahkanoleh Irawati Setiawan, Edisi 9, 1103 – 1105, CV EGC, Jakarta.
Hastuti, T., 2008, Aktivitas enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologi Tikusyang Diberikan Kelapa Kopyor Pasca Induksi Parasetamol, FakultasMatematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian, Bogor
James, L.P., Mayeux, P.R., and Hinson, J.A., 2003, Acetaminophen-InducedHepatotoxicity, Vol. 31, No. 12, Departments of Pediatrics (L.P.J.) andPharmacology and Toxicology (L.P.J., P.R.M., J.A.H.), University of Arkansasfor Medical Sciences, Little Rock, Arkansas.
Katzung, B. G., 1989, Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 3, 488, EGC, Jakarta.
Katzung, B, M., dan Trevor, A. J., 1995, Examination and Board ReviewPharmacology, 4th edition, 254-255, a Lange Medical Book, United States ofAmerica.
Koorders, S.H., dan Th. Valeton, 1918, Atlas Der Baumarten Von Java, Buch und
Steindruckerei von Fa. P. W. M. TRAP, Leiden
Kumar, V, M, D., Contran, Ramzi, S,M,D., Robbins, and Stanley, L, M, D., 1992,
Ladoangin, A. A., 2004, Efek Hepatoprotektif Jus Buah Apel Hijau (Pyrus malus L.)
pada Mencit Jantan Terinduksi Parasetamol, Skripsi, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lee,W. M., 1995, Drug-induced hepatotoxicity, Med Progress 333, 17:1118-1127
Lim, T.Y., Lim, Y.Y.,and Yule, C. M., 2009, Evaluation of Antioxidant, antibacterial
and anti-tyrosinase activities of Four Macaranga species, Food Chemistry,
114, 594-599
68
Lin, J.H., Nonaka, G., and Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds.
XCIV.1)Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins
from the Leaves of Macaranga tanarius (L.) MUEL(L.), et ARG., Chem.
Pharm. Bul(L.) 38 (5) 1218-1223
Linawati, Y., Apriyanto, A., Susanti, E., Wijayanti, I., dan Donatus, A., 2006, EfekHepatoprotektif Rebusan Herba Putri Malu (Mimosa pigra, L.) Pada TikusTerangsang Parasetamol, Risalah Seminar Ilmiah Nasional Hasil Penelitian"Fitofarmaka: Imunomodulator Masa Kini", 207-217, Universitas SanataDharma, Yogyakarta.
Lingappa,V, R., 1995, Liver Desease, in McPhee,S.J., Lingappa, V.R., Ganong, W.F.,and Lange, J.D., (Eds.), Pathophysiology of Disease; An Introduction toClinical Medicine, 1st ed, 245-277, Appleton and Lange, Connecticut.
Lu, F.C.,1995, Basic Toxicology: Fundamentals Target Organs, and Risk Assesment,diterjemahkan oleh Edi Nugroho, Edisi II, 206-220, Penerbit UniversitasIndonesia.
Madan, P. L., 1977, Acetaminophen Toxicity, The Journal of Clinical Pharmacology,17, 555 – 560.
Matsunami, K., Ichiko T., Takakazu S., Mitsunori A., Kazunari K., Hideaki O, et al,2006, Radical-Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides fromMacaranga tanarius (L.) MÜLL.-ARG., 54, No. 10, 1403 – 1406
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi, K.,dkk 2009, Absolute configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranoside, macarangiosides E, and F isolated from the leaves ofMacaranga tanarius, Phytochemistry 70 (2009) 1277–1285
Total 30 292.6667 243.43877 44.44564 201.7651 383.5682 88.00 1029.00
ANOVA
AST
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 1445251.867 5 289050.373 25.378 .000
Within Groups 273358.800 24 11389.950
Total 1718610.667 29
95
Post Hoc TestsMultiple Comparisons
AST
Scheffe
95% Confidence Interval
(I) Kontrol_Perlakuan (J) Kontrol_Perlakuan
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Kontrol CMC Na 572.40000*
67.49800 .000 328.0678 816.7322
Kontrol M.tanarius 568.40000*
67.49800 .000 324.0678 812.7322
Dosis rendah 0,426 174.00000 67.49800 .286 -70.3322 418.3322
Dosis tengah 1,28 421.00000*
67.49800 .000 176.6678 665.3322
kontrol PCT
Dosis tinggi 3,84 547.40000*
67.49800 .000 303.0678 791.7322
kontrol PCT -572.40000*
67.49800 .000 -816.7322 -328.0678
Kontrol M.tanarius -4.00000 67.49800 1.000 -248.3322 240.3322
Dosis rendah 0,426 -398.40000*
67.49800 .000 -642.7322 -154.0678
Dosis tengah 1,28 -151.40000 67.49800 .435 -395.7322 92.9322
Kontrol CMC Na
Dosis tinggi 3,84 -25.00000 67.49800 1.000 -269.3322 219.3322
kontrol PCT -568.40000*
67.49800 .000 -812.7322 -324.0678
Kontrol CMC Na 4.00000 67.49800 1.000 -240.3322 248.3322
Dosis rendah 0,426 -394.40000*
67.49800 .000 -638.7322 -150.0678
Dosis tengah 1,28 -147.40000 67.49800 .465 -391.7322 96.9322
Kontrol M.tanarius
Dosis tinggi 3,84 -21.00000 67.49800 1.000 -265.3322 223.3322
kontrol PCT -174.00000 67.49800 .286 -418.3322 70.3322
Kontrol CMC Na 398.40000*
67.49800 .000 154.0678 642.7322
Kontrol M.tanarius 394.40000*
67.49800 .000 150.0678 638.7322
Dosis tengah 1,28 247.00000*
67.49800 .046 2.6678 491.3322
Dosis rendah 0,426
Dosis tinggi 3,84 373.40000*
67.49800 .001 129.0678 617.7322
kontrol PCT -421.00000*
67.49800 .000 -665.3322 -176.6678
Kontrol CMC Na 151.40000 67.49800 .435 -92.9322 395.7322
Kontrol M.tanarius 147.40000 67.49800 .465 -96.9322 391.7322
Dosis rendah 0,426 -247.00000*
67.49800 .046 -491.3322 -2.6678
Dosis tengah 1,28
Dosis tinggi 3,84 126.40000 67.49800 .628 -117.9322 370.7322
kontrol PCT -547.40000*
67.49800 .000 -791.7322 -303.0678
Kontrol CMC Na 25.00000 67.49800 1.000 -219.3322 269.3322
Kontrol M.tanarius 21.00000 67.49800 1.000 -223.3322 265.3322
Dosis rendah 0,426 -373.40000*
67.49800 .001 -617.7322 -129.0678
Dosis tinggi 3,84
Dosis tengah 1,28 -126.40000 67.49800 .628 -370.7322 117.9322
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
96
Homogeneous Subsets
AST
Scheffea
Subset for alpha = 0.05
Kontrol_Perlakuan N 1 2
Kontrol CMC Na 5 100.8000
Kontrol M.tanarius 5 104.8000
Dosis tinggi 3,84 5 125.8000
Dosis tengah 1,28 5 252.2000
Dosis rendah 0,426 5 499.2000
kontrol PCT 5 673.2000
Sig. .435 .286
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
97
Lampiran 10. Rangkuman Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov, ANOVA oneway, UjiKruskall Wallis dan Uji Mann Whitney ALT- serum tikus jantan setelah praperlakuan
ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Hasil uji Kolmogorov Smirnov : Data terdistribusi normal sehingga bisa diteruskan dengan uji
Anova oneway
Hasil uji ANOVA oneway : ternyata data tidak homogen maka diteruskan dengan uji Kruskall
Wallis dan dilanjutkan uji Mann Whitney untuk mengetahui
perbedaan antar kelompok.
Tabel VII. Rangkuman signifikansi hasil uji Mann Whitney ALT-serum tikus setelah
praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Kel I II III IV V VII 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b)
II 0,009(b) 0,833(tb) 0,009(b) 0,009(b) 0,059(tb)
III 0,009(b) 0,833(tb) 0,009(b) 0,009(b) 0,059(tb)
IV 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b)
V 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b) 0,009(b)
VI 0,009(b) 0,059(tb) 0,059(tb) 0,009(b) 0,009(b)
Keterangan :
Signifikansi < 0,05 berbeda bermakna
Signifikansi > 0,05 berbeda tidak bermakna
Keterangan :
I. Kelompok kontrol hepatotoksin parasetamol dosis 2,5 g/kgBB
II. Kelompok kontrol negatif CMC Na 1% dosis 3,840 g/kgBB
III. Kelompok kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB
IV. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB
V. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB
VI. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB
98
Lampiran 11. Rangkuman Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov dan ANOVA onewayAST-serum tikus jantan setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Hasil uji Kolmogorov Smirnov : Data terdistribusi normal sehingga bisa diteruskan dengan uji
Anova oneway
Hasil uji ANOVA oneway : data homogen maka tidak perlu dilakukan uji Kruskall Wallis dan
uji Mann Whitney, karena sudah dapat diketahui perbedaan antar
kelompok melalui uji Anova (Post Hoc).
Tabel VIII. Rangkuman signifikansi hasil uji Anova oneway (Post Hoc) AST-serum tikus
setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius
Kel I II III IV V VII 0,000(b) 0,000(b) 0,286(tb) 0,000(b) 0,000(b)
II 0,000(b) 1,000(tb) 0,000(b) 0,435(tb) 1,000(tb)
III 0,000(b) 1,000(tb) 0,000(b) 0,465(tb) 1,000(tb)
IV 0,286(tb) 0,000(b) 0,000(b) 0,046(b) 0,001(b)
V 0,000(b) 0,435(tb) 0,465(tb) 0,046(b) 0,628(tb)
VI 0,000(b) 1,000(tb) 1,000(tb) 0,001(b) 0,628(tb)
Keterangan :
Signifikansi < 0,05 berbeda bermakna
Signifikansi > 0,05 berbeda tidak bermakna
Keterangan :
I. Kelompok kontrol hepatotoksin parasetamol dosis 2,5 g/kgBB
II. Kelompok kontrol negatif CMC Na 1% dosis 3,840 g/kgBB
III. Kelompok kontrol ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB
IV. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB
V. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 1,280 g/kgBB
VI. Kelompok perlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 3,840 g/kgBB
99
Lampiran 12. Perhitungan penetapan peringkat dosis ekstrak metanol daun Macarangatanarius (L.) kelompok perlakuan
Dasar penetapan peringkat dosis: Bobot tertinggi tikus = 250 g Konsentrasi ekstrak metanol daun Macaranga tanarius yang dapat disedot dan dikeluarkan
lewat spuit peroral = 38,4 % atau 384 mg/ml Pemberian cairan secara per oral maksimal 5 ml, digunakan separuhnya saja menjadi 2,5 ml
Dengan dasar tersebut maka ditetapkan dosis tertinggiV x C = BB x D
Volume Pemberian x Konsentrasi = Berat badan x Dosis2,5 ml x 384 mg/ml = 250g BB x Dosis
- Untuk dua peringkat dosis di bawahnya, dosis tertinggi ini dibagi 3 kemudian dibagi 3lagi sehingga diperoleh 3 peringkat dosis : 3840 mg/kgBB; 1280 mg/kgBB; 426mg/kgBB.
- Perhitungan konversi dosis dari tikus ke manusia- Faktor konversi dari tikus 200 gram ke manusia 70 kg = 56,0- Rata-rata berat badan manusia Indonesia = 50 kg- Dosis untuk tikus = 3840 mg/kgBB= 3,84 g/kgBB
= 0,00384 g/g BB tikus= 0,768 g / 200 g BB tikus
- Dosis untuk manusia = 56,0 x 0,768 g = 43,008 g / 70 kgBB manusia= 30,72 g/ 50 kgBB manusia
100
Lampiran 13. Perhitungan Konversi Dosis Untuk Manusia
Angka konversi Tikus 200 g ke Manusia 70 kg = 56,0
Dosis untuk manusia = Dosis untuk tikus 200 g x (angka konversi ke manusia)
Maka ditetapkan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius :
1. Ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kgBB tikus: