ii EFEK DAN DAYA ANALGESIK JAMU KUNYIT ASAM RAMUAN SEGAR KOMPOSISI 20,7% : 9,3% PADA MENCIT BETINA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Esti Nugraheni NIM : 068114124 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
107
Embed
EFEK DAN DAYA ANALGESIK JAMU KUNYIT ASAM RAMUAN … · Gambar 10 Terjadinya nyeri, penghantaran impuls, lokalisasi dan rasa nyeri serta inhibisi nyeri endogen 21 Gambar 11 Penghambatan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ii
EFEK DAN DAYA ANALGESIK JAMU KUNYIT ASAM
RAMUAN SEGAR KOMPOSISI 20,7% : 9,3%
PADA MENCIT BETINA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Esti Nugraheni
NIM : 068114124
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2010
iii
iv
v
Kadang aku merasa sendirian....
Jiwaku tertekan... Kekhawatiran menghimpit ku...
Pencobaan menghadang langkahku...
Tetapi Tuhan Yesus berkata kepadaku:
” Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan
kanan-Ku yang membawa kemenangan.” Yesaya 41:10
”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa
dan permohonan dengan ucapan syukur” Filipi 4:6
Kupersembahkan karya ini untuk :
Yesus Kristus, seorang Bapa dan sahabatku bagiku,
Bapak dan ibu tercinta,
Adikku Hery dan Toni tersayang,
Sahabat dan almamaterku yang kubanggakan
sebagai ungkapan rasa sayang dan kasihku
vi
vi
vii
PRAKATA
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan dan kasih
setiaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi
ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di
Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta; sekaligus sebagai
upaya untuk memperdalam wawasan berpikir serta menambah wacana di dunia
farmasi pada umumnya.
Pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, untuk itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M. Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Bapak Ipang Djunarko, S. Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing atas
bimbingan, pengarahan, dan dukungan selama penelitian sampai
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M. Si., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Mulyono, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah memberikan
saran dan kritik untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu yang tercinta atas seluruh kasih sayang, dukungan, nasihat,
doa dan perhatiannya hingga aku menjadi sekarang ini.
viii
6. Hery Nugraha dan Toni Irawan atas dukungan dan canda tawa yang
menjadi penghiburanku.
7. Setyo Tri Atmojo atas kasih sayang, perhatian, penghiburan, doa dan
bantuannya selama ini.
8. Keluarga besarku : Mbah Kakung, Mbah Putri, Pakdhe dan Budhe Yanto
serta anggota keluarga yang lain, terimakasih atas kasih sayang dan
dukungannya selama ini.
9. Teman-teman seperjuangan Helen Tanujaya dan Fidela Antonisca Nitasari
atas dukungan, keceriaan dan kerjasama yang telah kita jalani bersama.
10. Teman-teman FKK B 2006 : Dewi, Tanti, Anna, Oline, Ricky dan Yustin,
untuk semangat dan bantuannya selama ini. Senang bekerjasama dengan
kalian selama ini, banyak moment yang dikenang bersama kalian.
11. Teman-teman kos : Mba Aster, mba Putri, Ana, Aga, Jeanet, Titik, Lulu,
Novi, Tere untuk semangat, dukungan, keceriaan dan penghiburannya
selama ini. Senang bersama kalian. Keceriaan kalian membuatku
semangat.
12. Teman-teman KOMPA GKJ Cawas: Mba Wuri, Siwi, Naomi, mba Mita,
Ratih, Apri, Nanang, Pras dan David atas doa dan dukungannya selama
ini.
13. Mas Lilik atas bantuan dan dukungannya dalam mengerjakan skripsi ini.
14. Pak Heru, Mas Parjiman, Mas Wagiran, Mas Sigit dan Mas Yuwono yang
banyak telah membantu dalam penelitian.
ix
15. Kakak angkatan : Mba Ika dan Ci Yesika yang telah mentransferkan
ilmunya.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis.
Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu, penulis menharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Yogyakarta, Januari 2010
Penulis
x
xi
INTISARI
Jamu kunyit asam ramuan segar dibuat dari rimpang kunyit dan daging buah asam jawa. Sebelumnya telah dilakukan pengujian daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20% : 10% dan hasilnya dari ketiga peringkat dosis memiliki persen penghambatan di bawah 50%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek dan daya analgesik serta mengetahui berapa efek dan dayanya.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan rancangan penelitian acak lengkap pola searah. Pengujian daya analgesik menggunakan metode rangsang kimia. Hewan uji dibagi menjadi lima kelompok. Kelompok I (aquadest sebagai kontrol negatif), kelompok II (asetosal sebagai kontrol positif), kelompok III-V yaitu perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1.365; 2.730; 5.460 mg/kg BB. Asam asetat (25 mg/kg BB) diinjeksikan secara intraperitoneal setelah 30 menit pemberian senyawa uji. Respon geliat diamati tiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam bentuk % penghambatan terhadap geliat dengan persamaan Handersot dan Forsaith.
Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov dilanjutkan dengan ANOVA satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jamu ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik yaitu pada dosis 5460 mg/Kg BB sebesar 59,78% (Anonim, 1991) dan memiliki daya analgesik pada ketiga peringkat dosis masing-masing sebesar 40,58%; 47,46% dan 59,78%.
Kata kunci: kunyit asam, segar, metode rangsang kimia, efek analgesik, daya analgesik
xii
ABSTRACT
Fresh blended sour turmeric tonic is tonic that is made from turmeric rhizome and tamarind. An analgetic capacity test had been conducted previously, and the result of which shows that those three dose-levels give suppressing rate under 50%. This research aims to find out whether fresh blend sour turmeric tonic composition 20,7% : 9,3% have the analgesic effect and analgesic capacity and also to find out how much their analgesic effect and analgesic capacity.
This is a pure experimental research with one-way pattern, random, complete research design. The method used for the test of analgesic capacity is chemistry stimulant method. The experimented animals are divided into five groups. Group I (aqueduct as negative control), group II ( asetosal as positive control), groups III-V are the conduction of fresh blend sour turmeric tonic at the dosages of 1.365; 2.730; 5.460 mg/Kg BB. Acetate acid (25 g/kg BB) was injected interperitonially after the test material was given 30 minutes earlier. The behavior responses of the experimented animals were being observed in every five minutes for 60 minutes. The total of behavior cumulative then was changed into the form of barrier percentage toward the behavior with the equation of Handersot and Forsaith.
Then, the data obtained was analyzed with Kolmogorov-Smirnov and continued with one-way ANOVA and Scheffe test which might be trusted up to 95%.
The research result reveals that the fresh blend sour turmeric tonic composition 20,7% : 9,3% has the analgesic effect 59,78% at the dosage of 5460 mg/Kg BB (Anonim, 1991) and has the analgesic capacity each 40,58%; 47,46% and 59,78% at the three dose-levels.
asetosal yang dipilih yaitu 91 mg/Kg BB dengan % penghambatan geliat
sebesar 44,51%. Dosis tersebut digunakan dalam penelitian ini karena
merupakan dosis yang lazim digunakan manusia (Rahmawati, 2009).
5. Penetapan dosis asam asetat
Menurut Williamson (1996) asam asetat kadar 1-3 % digunakan sebagai iritant
yang menyebabkan nyeri pada pengujian daya analgesik dengan metode geliat.
Penentuan dosis asam asetat bertujuan untuk menentukan dosis efektif asam
asetat yang dapat memberikan jumlah geliat yang cukup dan mudah untuk
diamati. Peringkat dosis yang digunakan yaitu 25, 50, dan 100 mg/Kg
BBdengan konsentrasi 1%. Ketiga dosis tersebut diinjeksikan secara
interaperitoneal kepada masing-masing kelompok hewan uji. Geliat mencit
39
diamati setiap 5 menit selama 60 menit. Dosis yang dipilih adalah dosis yang
memberikan geliat tidak terlalu banyak, sehingga tidak kesulitan dalam
pengamatan, tetapi juga tidak terlalu sedikit sehingga bila sebelumnya diberi
perlakuan analgetika masih memberikan geliat sampai kurang lebih 1 jam.
Dosis efektif asam asetat yang dipilih untuk memberikan rangsang nyeri pada
uji selanjutnya yaitu 25 mg/Kg BB. Dosis asam asetat 25 mg/Kg BB dipilih
karena pada dosis tersebut sudah mampu menimbulkan respon geliat yang
memudahkan pengamatan. Selain itu, pada dosis 25 mg/Kg BB ini memiliki
jumlah geliat yang lebih banyak dibandingkan dosis 50 mg/Kg BB dan 100
mg/Kg BB (Rahmawati, 2009).
6. Penetapan kriteria geliat
Kriteria geliat ditetapkan untuk mendapatkan geliat yang sama sehingga pada
saat penelitian, geliat yang diamati tidak berbeda-beda dan akan diperoleh
hasil yang valid. Gerakan mencit yang dianggap sebagai geliat adalah kedua
kakinya ditarik ke belakang dan tubuhnya memanjang serta pada bagian
perutnya menempel pada alas tempat berpijak (Rahmawati, 2009).
7. Penetapan selang waktu pemberian rangsang
Selang waktu pemberian rangsang ditetapkan untuk mengetahui rentang waktu
antara pemberian rangsang nyeri dengan pemberian larutan uji yang digunakan
sebagai analgesik. Diharapkan pada selang waktu tersebut, larutan uji yang
diberikan secara per oral telah mengalami absorbsi dan bila diberikan rangsang
nyeri berupa asam asetat, larutan uji dapat menimbulkan efek dan respon geliat
hewan uji akan berkurang.
40
Rentang waktu yang diujikan adalah 5, 10, 15 dan 30 menit. Sebanyak 12 ekor
hewan uji, yang telah dipuasakan ± 18-22 jam dibagi ke dalam 4 kelompok.
Hewan uji diberikan asetosal dengan dosis 91 mg/Kg BB secara per oral
kemudian setelah selang waktu tiap kelompok (5, 10, 15, dan 30 menit) diinjeksi
dengan asam asetat 1% secara intraperitoneal menggunakan dosis efektif asam
asetat yang diperoleh dari penetapan dosis asam asetat.
Dalam penelitian ini selang waktu pemberian rangsang yang dipilih yaitu 30
menit, karena pada selang waktu 30 menit, respon geliat yang diperoleh
cukup sedikit dan juga menurut McEvoy (2005), 30 menit merupakan waktu
yang diperlukan untuk absorbsi asetosal (Rahmawati, 2009).
8. Seleksi hewan uji
Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih betina galur Swiss, berumur
1,5-3 bulan, dengan berat badan 20-30 gram. Semua hewan uji dipelihara
dengan kondisi dan perlakuan yang sama meliputi pakan, minum, dan
kandang. Sebelum diberi perlakuan, semua hewan uji diadaptasikan terlebih
dahulu dengan kondisi yang sama dan dipuasakan terlebih dahulu selama 18-
22 jam tanpa diberi makan, hanya diberi minum saja. Hal ini bertujuan untuk
mengurangi variasi akibat adanya makanan.
9. Penetapan dosis jamu kunyit asam ramuan segar
Dalam penelitian ini, jamu kunyit asam ramuan segar dibuat dengan komposisi
20,7% : 9,3%.
Kunyit : 20,7% x 25 g = 5,175 g
Asam : 9,3% x 25 g = 2,325 g
41
Sehingga dosis untuk manusia dewasa (50 kg) adalah 7,5 g/50 kg BB. Supaya
dosis tersebut dapat dikonversikan ke mencit, maka dihitung dosis untuk manusia
70 kg sebagai berikut:
Dosis untuk manusia 70 kg = 70 kg/50 kg x 7,5 g
= 10,5 g
Jika dosis tersebut dikonversikan ke mencit 20 g dengan angka konversi 0,0026
maka diperoleh sebagai berikut:
Dosis mencit 20 g : 10,5 g/70 kg BB x 0,0026
: 0,0273 g/20g BB
: 27,3 mg/20g BB
: 1365 mg/Kg BB
Dosis 1365 mg/Kg BB merupakan dosis terapi. Dalam penelitian ini ditetapkan 3
peringkat dosis, dengan cara menentukan kelipatannya. Angka kelipatan yang
digunakan sebesar 2 kalinya, sehingga diperoleh 3 peringkat dosis yaitu
1365mg/Kg BB (1 x 1365 mg/Kg BB); 2730 mg/Kg BB (2 x 1365 mg/Kg BB);
dan 5460 mg/Kg BB (2 x 2730 mg/Kg BB).
10. Perhitungan kebutuhan bahan jamu kunyit asam ramuan segar
Konsentrasi larutan jamu kunyit asam ramuan segar yaitu:
V x C = D x BB
0,5 ml x C = 5460mg/Kg x 20 g
C = 218,4 mg/ml
42
Larutan jamu ramuan segar kunyit asam dibuat dalam 100 ml sehingga
konsentrasi yang diperoleh adalah 21,84 g/100 ml.
Komposisi kunyit : asam = yang digunakan yaitu 20,7% : 9,3% .
Kunyit : 20,7/30 x 21,84 g = 15,07 g
Asam : 9,3/30 x 21,84 g = 6,77 g
11. Pembuatan jamu kunyit asam ramuan segar
Rimpang kunyit (bagian empu) dipisahkan dari bagian kunyit yang lain
kemudian dikupas dan dicuci. Pencucian dilakukan sebentar saja. Setelah itu,
kunyit diparut kemudian ditimbang sebanyak 15,07 g, sedangkan asam jawa
dikeluarkan dari kulitnya dan dipisahkan dari bijinya lalu ditimbang sebanyak
6,77 g. Kemudian mendidihkan aquadest. Setelah mendidih, parutan kunyit
dan daging buah asam jawa dimasukkan ke dalam aquadest yang telah
mendidih. Kemudian direbus selama 10 menit sambil diaduk-aduk. Setelah
itu, dipisahkan antara larutan dan ampasnya dengan disaring.
12. Uji daya analgesik
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 30 ekor. Hewan uji
dibagi secara acak menjadi 5 kelompok meliputi: kelompok I yaitu kontrol
negatif digunakan aquadest, kelompok II yaitu kontrol positif digunakan asetosal
dosis 91 mg/Kg BB, kelompok III-V yaitu kelompok perlakuan jamu ramuan
segar kunyit asam dengan 3 peringkat dosis yaitu 1365; 2730; 5460 mg/Kg BB.
Hewan uji diberi perlakuan secara oral dengan larutan uji dan setelah 30 menit
diinjeksi dengan asam asetat 1% secara intraperitoneal. Pengujian daya analgesik
dilakukan dengan pengamatan respon nyeri berupa geliat setelah mencit diinjeksi
asam asetat. Pengamatan dilakukan tiap lima menit selama 60 menit. Persen
43
penghambatan terhadap rasa nyeri dari masing-masing perlakuan dihitung
dengan persamaan Handersot dan Forsaith yaitu :
% penghambatan terhadap rasa nyeri = 100 – [(P/K) x 100]
Keterangan :
P = jumlah kumulatif geliat hewan uji setelah perlakuan K = jumlah rata-rata geliat hewan uji kontrol negatif
Perubahan persen penghambatan geliat terhadap asetosal dosis 91 mg/Kg BB
sebagai kontrol positif pada tiap kelompok perlakuan dihitung dengan rumus:
Keterangan:
P = % penghambatan terhadap geliat pada setiap kelompok perlakuan Kp = rata-rata % penghambatan terhadap geliat pada kelompok kontrol positif
F. Analisis Hasil
Data yang diperoleh dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat
distribusi data. Jika data terdistribusi normal dan variansi homogen maka dilanjutkan
dengan ANOVA satu arah kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe dengan taraf
kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antar kelompok tersebut bermakna
(p<0,05) atau tidak bermakna (p > 0,05).
Data hasil uji daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dianalisis dengan
uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95% untuk melihat perbedaan antara kelompok
perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dengan faktor dosis jamu kunyit asam
ramuan segar dan untuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan jamu kunyit
asam ramuan segar dengan kelompok kontrol negatif maupun kontrol positif.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identifikasi Rimpang Kunyit dan Buah Asam Jawa
Pada penelitian ini digunakan rimpang kunyit dan daging buah asam jawa
sebagai bahan untuk membuat jamu kunyit asam ramuan segar. Rimpang kunyit
dan buah asam jawa tersebut harus diidentifikasi terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa bahan yang digunakan benar-benar rimpang kunyit dan buah
asam jawa.
Identifikasi rimpang kunyit dan buah asam jawa dilakukan di bagian Biologi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Berdasarkan hasil
identifikasi, diperoleh bahwa bahan yang digunakan dalam pembuatan jamu
kunyit asam ramuan segar adalah rimpang kunyit (Curcuma domestica Val) dan
buah asam jawa (Tamarindus indica L.)
B. Efek Analgesik Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan
segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik dan berapakah efeknya
serta untuk mengetahui apakah jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7%
: 9,3% memiliki daya analgesik dan berapakah dayanya.
Metode yang digunakan untuk menguji efek dan daya analgesik dalam
penelitian ini adalah metode rangsang kimia. Menurut Vogel (2002) dengan
metode rangsang kimia, baik analgesik pusat maupun analgesik perifer dapat
terdeteksi, sehingga metode ini direkomendasikan sebagai metode untuk skrining
45
efek dan daya analgesik suatu senyawa uji. Selain itu metode ini cukup sederhana,
mudah dilakukan, dan cukup peka untuk pengujian senyawa-senyawa yang
memiliki daya analgesik lemah (Turner, 1965).
Subjek uji yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mencit betina, karena
mencit betina lebih sensitif merasakan nyeri (ambang nyeri lebih rendah), selain
itu jamu kunyit asam biasanya digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri selama
haid. Asam asetat diinjeksikan pada mencit betina sebagai zat kimia pemberi
rangsang nyeri. Asam asetat dapat menyebabkan nyeri karena menurunkan pH
jaringan akibat adanya pembebasan H+. Adanya penurunan pH tersebut
mengakibatkan terjadinya iritasi pada jaringan lokal. Rasa nyeri yang terjadi dapat
ditunjukkan dengan adanya respon mencit berupa geliat. Pemberian senyawa yang
memiliki efek analgesik dapat menekan atau mengurangi rasa nyeri yang muncul
sehingga respon geliat semakin sedikit. Respon geliat diamati tiap lima menit
selama 60 menit setelah pemberian asam asetat.
Data yang diperoleh berupa jumlah kumulatif geliat pada tiap kelompok
perlakuan. Jumlah kumulatif geliat diubah ke dalam % penghambatan terhadap
geliat dengan persamaan Handersot-Forsaith dan diuji secara statistik
menggunakan Kolmogorov-Smirnov untuk melihat apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Kemudian dilanjutkan dengan ANOVA satu arah untuk melihat
adanya perbedaan antar kelompok perlakuan dan dilanjutkan uji Scheffe dengan
taraf kepercayaan 95% untuk melihat dimana letak perbedaan antar kelompok
perlakuan.
46
Pada pengujian efek dan daya analgesik ini, jamu ramuan segar yang
digunakan dibuat dari rimpang kunyit dan daging buah asam jawa. Bagian kunyit
yang dipilih untuk membuat jamu kunyit asam ramuan segar ini adalah bagian
utama (empu) karena bagian ini lebih kuning dari bagian yang lain (cabangnya)
sehingga diperkirakan mengandung lebih banyak kurkumin. Setelah dipisahkan
dari bagian kunyit yang lain, empu kunyit ini dikupas kemudian dicuci.
Pencuciannya sebentar saja karena warna kuning dari kunyit dapat ikut terbawa
air dan diperkirakan akan mempengaruhi kadar kurkumin di dalam kunyit. Setelah
dicuci, kunyit lalu diparut kemudian ditimbang. Demikian juga dengan asam jawa
dikupas lalu diambil dagingnya kemudian ditimbang. Setelah itu, parutan kunyit
direbus bersama daging buah asam jawa dalam air yang mendidih selama 10
menit sambil diaduk-aduk. Waktu perebusan 10 menit dianggap waktu yang
optimum karena jika direbus terlalu lama, panas dapat merusak senyawa aktif
kurkumin. Pengadukan di sini berfungsi agar sari kunyit dan asam dapat keluar.
Selanjutnya, jamu didinginkan kemudian disaring untuk memisahkan jamu kunyit
asam dengan ampas kunyit dan asam. Jadi, jamu kunyit asam ramuan segar adalah
jamu kunyit asam yang dibuat dengan cara sederhana dan selalu dibuat baru.
Pengujian daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dilakukan sesuai
dengan hasil uji pendahuluan yang dilakukan oleh Rahmawati (2009). Uji
pendahuluan tersebut antara lain : penetapan dosis asetosal, penetapan dosis asam
asetat dan penetapan waktu pemberian rangsang. Dosis asam asetat yang
digunakan sebagai pemberi rangsang nyeri yaitu 25 mg/Kg BB dengan
konsentrasi 1% dan selang waktu pemberian rangsang yaitu 30 menit. Asetosal
47
digunakan sebagai kontrol positif dengan dosis 91 mg/Kg BB. Digunakan asetosal
karena asetosal merupakan obat analgesik-antiinflamasi yang sering digunakan.
Selain itu asetosal mempunyai mekanisme penghambatan yang hampir sama
dengan kurkumin yaitu menghambat enzim siklooksigenase (COX), sedangkan
kurkumin menghambat enzim siklooksigenase (COX) dan enzim lipoksigenase.
Kontrol negatif yang digunakan yaitu aquadest karena digunakan sebagai pelarut
jamu kunyit asam ramuan segar. Peringkat dosis jamu ramuan segar yaitu 1365;
2730; 5460 mg/Kg BB.
Dalam pengujian daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar, hewan uji
dibagi dalam lima kelompok terdiri dari kelompok I yaitu kontrol negatif berupa
aquadest; kelompok II yaitu kontrol positif berupa asetosal dosis 91 mg/Kg BB;
kelompok III-V yaitu kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar dosis
1365, 2730, dan 5460 mg/Kg BB.
Kurkumin dalam kunyit merupakan senyawa yang bertanggungjawab
menghasilkan efek dan daya analgesik. Kurkumin tersebut dapat menghambat
enzim siklooksigenase (COX) dan lipoksigenase, sehingga perubahan asam
arakhidonat menjadi endoperokside siklik terganggu dan biosintesis prostaglandin
serta leukotrien sebagai mediator kimiawi tidak dapat diproduksi (Bengmark,
2006). Oleh karena itu, rangsang nyeri dapat dihambat dan rasa nyeri dapat
ditekan.
48
Tabel III. Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif
Kelompok perlakuan
Rata-rata jumlah kumulatif geliat
(X ± SE)
Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol
negatif (X ± SE)
I 46,00 ± 5,35 0,00 ± 11,62 II 6,50 ± 2,04 bb 85,87 ± 4,44bb III 27,33 ± 4,57 btb 40,58 ± 9,94btb IV 24,17 ± 4,80bb 47,46 ± 10,44bb V 18,50 ± 4,86bb 59,78 ± 10,57bb
Keterangan:
bb : berbeda bermakna (p < 0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) X : rata-rata SE : standar error I : kontrol negatif (aquadest 25 g/Kg BB) II : kontrol positif (asetosal 91 mg/Kg BB) III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB
Dari data pada tabel III menunjukkan bahwa jumlah geliat berbanding
terbalik dengan % penghambatan terhadap geliat. Semakin banyak geliat berarti
semakin kecil % penghambatan senyawa uji terhadap geliat atau semakin kecil
daya analgesiknya. Dari data dapat dilihat bahwa dengan peningkatan dosis jamu
kunyit asam ramuan segar dapat meningkatkan efek analgesik jamu kunyit asam
ramuan segar. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya % penghambatan.
Kelompok kontrol negatif memiliki jumlah geliat yang paling banyak dibanding
kelompok lainnya. Kelompok kontrol positif diberi asetosal dan kelompok
perlakuan yang diberi ramuan segar mengalami penurunan jumlah geliat
dibandingkan kelompok kontrol negatif. Hal tersebut menunjukkan bahwa
49
asetosal dan jamu kunyit asam ramuan segar mampu menghambat respon geliat
mencit.
Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok
perlakuan dapat pula digambarkan sebagai diagram batang (gambar 13) yang
menggambarkan bahwa jamu kunyit asam ramuan segar dalam berbagai peringkat
dosis mempunyai persen penghambatan.
Gambar 13. Diagram batang rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan
Keterangan : I : kontrol negatif (Aquadest 25 g/Kg BB) II : kontrol positif (Asetosal 91 mg/Kg BB) III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB
50
C. Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar
Dari hasil perhitungan % penghambatan terhadap geliat juga dapat
dihitung % perubahan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar terhadap
kontrol positif yaitu asetosal 91 mg/Kg BB. Data % perubahan daya analgesik
dapat dilihat pada tabel IV.
Tabel IV. Rata-rata jumlah kumulatif geliat dan rata-rata % perubahan daya analgesik terhadap terhadap kontrol positif
Kelompok perlakuan Rata-rata jumlah kumulatif geliat
(X ± SE)
Rata-rata % perubahan daya analgesik terhadap kontrol
positif (X ± SE)
I 46,00 ± 5,35bb -100,00 ± 13,53bb II 6,50 ± 2,04 -0,00 ± 5,18 III 27,33 ± 4,57 btb -52,74 ± 11,58btb IV 24,17 ± 4,80btb -44,72 ± 12,16btb V 18,50 ± 4,86btb -30,38 ± 12,31btb
Keterangan: bb : berbeda bermakna (p < 0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) X : rata-rata SE : standar error I : kontrol negatif (aquadest 25 g/Kg BB) II : kontrol positif (asetosal 91 mg/Kg BB) III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB
Rata-rata % perubahan daya analgesik pada kelompok perlakuan dapat
juga dilihat pada diagram batang (gambar 14) yang menggambarkan bahwa
perlakuan dibandingkan dengan kontrol positif akan menunjukkan hasil yang
negatif.
51
Gambar 14. Diagram batang rata-rata % perubahan daya analgesik pada kelompok perlakuan
Keterangan : I : kontrol negatif (Aquadest 25 g/kg BB) II : kontrol positif (Asetosal 91 mg/Kg BB) III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB
Pada gambar 14 dapat dilihat bahwa perubahan % daya analgesik terhadap
kontrol positif menghasilkan hasil negatif. Hal tersebut juga dapat dilihat pada
tabel IV terlihat bahwa perubahan % daya analgesik jamu kunyit asam ramuan
segar dibandingkan dengan asetosal pada ketiga peringkat dosis berturut-turut
adalah -52,74%, -44,72%, dan -30,38%. Perubahan % daya analgesik untuk ketiga
peringkat dosis lebih kecil dibandingkan dengan asetosal. Hal ini menunjukkan
bahwa ketiga peringkat dosis kurang efektif dibanding asetosal.
52
Data % penghambatan terhadap geliat kemudian dianalisis menggunakan
ANOVA satu arah dan uji Scheffe untuk mengetahui ada perbedaan atau tidak.
Tabel V. Ringkasan analisis variansi satu arah % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan
Sumber variansi Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Rata-rata kuadrat
F hitung
Probabilitas
Antar perlakuan 26957.898 4 6739.474
12.002 .000 Eror dalam percobaan (dalam kelompok)
14037.749 25 561.510
Total 40995.647 29
Dari hasil analisis variansi satu arah (tabel V) diperoleh probabilitasnya
lebih kecil dari 0,05 (p ≤ 0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar
kelompok tersebut. Selanjutnya data diuji lagi dengan uji Scheffe dengan taraf
kepercayaan 95 % untuk mengetahui antara kelompok perlakuan mana yang
menunjukkan perbedaan atau untuk mengetahui letak perbedaan antar kelompok
perlakuan.
53
Tabel VI. Hasil analisis uji Scheffe % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif pada kelompok perlakuan
Kelompok Perlakuan
I II III IV V
I - bb btb bb bb II bb - btb btb btb III btb btb - btb btb IV bb btb btb - btb V bb btb btb btb -
Keterangan: bb : berbeda bermakna (p < 0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) I : kontrol negatif (aquadest 25 g/kg BB) II : kontrol positif (asetosal 91 mg/Kg BB) III : jamu kunyit asam ramuan segar 1365 mg/Kg BB IV : jamu kunyit asam ramuan segar 2730 mg/Kg BB V : jamu kunyit asam ramuan segar 5460mg/Kg BB
Dari hasil uji Scheffe tabel VI dapat diketahui bahwa kontrol negatif
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kontrol positif. Kontrol negatif juga
memiliki perbedaan yang bermakna terhadap kelompok perlakuan jamu kunyit
asam ramuan segar dosis 2730 mg/Kg BB dan dosis 5460 mg/Kg BB. Dari kedua
pernyataan di atas berarti bahwa dengan pemberian asetosal dan dua peringkat
dosis jamu kunyit asam ramuan segar tersebut mampu menghambat geliat mencit
akibat induksi asam asetat. Menurut Vogel (2002) dikatakan bahwa jamu kunyit
asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan dosis 5460
mg/Kg BB memiliki efek analgesik tetapi efeknya lemah, tetapi dapat dikatakan
pula bahwa hanya dosis 5460 mg/Kg BB yang memiliki efek analgesik
(Anonim,1991).
Dari hasil analisis dapat diketahui juga bahwa kontrol positif memiliki
perbedaan yang tidak bermakna dengan semua kelompok perlakuan jamu kunyit
54
asam ramuan segar. Jadi pada jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg
BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB memiliki daya analgesik. Untuk dosis
2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB dapat dikatakan memiliki daya analgesik
yang setara dengan asetosal dosis 91 mg/Kg BB, tetapi untuk dosis1365 mg/Kg
BB tidak dapat dikatakan memiliki daya analgesik setara dengan asetosal dosis 91
mg/Kg BB. Hal tersebut dikarenakan ada kejanggalan yaitu pada dosis 1365
mg/Kg BB berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif dan kontrol positif.
Sehingga dapat dikatakan pada dosis 1365 mg/Kg BB mempunyai efek analgesik
yang sama dengan kontrol negatif dan mempunyai daya analgesik yang sama
dengan kontrol positif. Jadi kemampuan dalam menghambat nyeri tidak lebih baik
daripada kontrol negatif dan tidak sebaik kontrol positif. Sehingga dapat dikatakan
bahwa efek analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB
diantara efek analgesik kontrol negatif dan tidak sebaik daya kontrol positif.
Untuk menentukan apakah jamu kunyit asam ramuan segar memiliki efek
analgesik atau tidak, menurut Anonim (1991) menyatakan bahwa pada pengujian
efek analgesik menggunakan rangsang kimia adanya efek analgesik dinyatakan
dengan persen penghambatan lebih dari 50%. Sedangkan menurut Vogel (2002),
dikatakan memiliki efek analgesik lemah jika memiliki persen penghambatan
kurang dari 70%. Persen penghambatan pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan
adalah 40,58%, 47,46% dan 59,78%. Persen penghambatan asetosal sebesar
85,87%. Dari hal tersebut di atas maka asetosal dan kelompok perlakuan dengan
dosis 5460 mg/Kg BB yang memiliki efek analgesik (Anonim, 1991). Sedangkan
55
dosis 1365 mg/Kg BB dan 2730 mg/Kg BB tidak memiliki efek analgesik karena
% penghambatannya kurang dari 50%. Sedangkan menurut Vogel (2002), pada
dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460mg/Kg BB memiliki efek
analgesik lemah karena efek analgesiknya kurang dari 70%.
Jamu kunyit asam ramuan segar dosis 1365 mg/Kg BB dan 2730 mg/Kg
BB tidak memiliki efek analgesik karena karena % penghambatannya kurang dari
50% (Anonim, 1991). Sedangkan menurut Vogel (2002), pada dosis tersebut
memiliki efek analgesik lemah karena efek analgesiknya kurang dari 70%.
Berikut ini adalah bagan persen penghambatan yang memiliki efek
analgesik maupun yang tidak memiliki efek analgesik:
% penghambatan
Keterangan : : memiliki efek analgesik lemah karena persen penghambatan kurang dari 70% (Vogel, 2002).
: memiliki efek analgesik lemah karena persen penghambatan lebih dari 70% (Vogel, 2002).
: tidak memiliki efek analgesik karena persen penghambatan kurang dari 50% (Anonim, 1991).
: memiliki efek analgesik karena persen penghambatan lebih dari 50% (Anonim, 1991).
Gambar 15. Kriteria efek analgesik
Pada semua kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar yaitu
dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna dengan asetosal sehingga dapat dikatakan pada
ketiga peringkat dosis tersebut memiliki daya analgesik, hanya saja untuk dosis
0% 50% 70% 100%
56
1365 mg/Kg BB memiliki daya analgesik yang besarnya tidak sama seperti yang
sudah dijelaskan di atas.
Menurut hasil penelitian (uji Scheffe), ketiga peringkat dosis yaitu dosis
1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB menunjukkan hubungan
berbeda tidak bermakna. Namun dari ketiga dosis tersebut hanya dosis 5460
mg/Kg BB yang memiliki efek analgesik karena mempunyai persen
penghambatan lebih dari 50% yaitu 59,78% (Anonim, 1991). Untuk itu dalam
penelitian ini, dosis yang disarankan untuk dikonsumsi agar memberikan efek
analgesik adalah dosis ketiga yaitu dosis 5460 mg/Kg BB.
Dalam penelitian Rahmawati (2009), jamu kunyit asam ramuan segar
komposisi 20% : 10% pada ketiga peringkat dosis tidak memiliki efek analgesik
menurut Anonim (1991) karena persen penghambatannya kurang dari 50%.
Menurut Vogel (2002), jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20% : 10%
pada ketiga peringkat dosis memiliki efek analgesik lemah karena persen
penghambatannya kurang dari 70%. Sedangkan dalam penelitian ini, jamu kunyit
asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% pada peringkat dosis ketiga dapat
dikatakan memiliki efek analgesik menurut Anonim (1991) karena memiliki
persen penghambatan lebih dari 50%.
Metode rangsang kimia yang digunakan untuk uji daya analgesik jamu
kunyit asam ramuan segar ini, memiliki kelemahan yaitu bahwa bila hasil uji
suatu zat menunjukkan adanya daya penghambatan terhadap geliat, belum pasti
hal tersebut akibat adanya aktivitas analgesik dari senyawa uji. Menurut Turner
(1965), adanya kemampuan menghambat geliat bisa terjadi karena senyawa uji
57
tidak hanya memiliki efek analgesik tetapi juga memiliki efek antihistamin,
parasimpatomimetik, atau simpatomimetik. Oleh karena itu, untuk membuktikan
adanya efek analgesik dari senyawa uji, perlu dilakukan uji analgesik dengan
metode lain yang lebih spesifik, seperti rektodolorimetri dan podolorimetri.
Untuk jamu kunyit asam ramuan segar dosis 2730 mg/Kg BB dapat
dikembangkan menjadi dosis efektif jamu kunyit asam ramuan segar dengan
dikonsumsi secara berulang. Hal tersebut dikarenakan jamu kunyit asam ramuan
segar pada dosis 2730 mg/Kg BB sudah memiliki perbedaan yang bermakna
dengan kontrol negatif dan berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif, atau
dengan kata lain pada dosis 2730 mg/Kg BB sudah memiliki efek dan daya
analgesik.
58
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Berdasarkan acuan Anonim (1991), jamu kunyit asam ramuan segar
komposisi 20,7% : 9,3% memiliki efek analgesik pada dosis 5460 mg/Kg BB
sebesar 59,78%. Sedangkan menurut acuan Vogel (2002), jamu kunyit asam
ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% pada semua peringkat dosis memiliki
efek analgesik tetapi lemah karena memiliki persen penghambatan kurang
dari 70%.
2. Jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20,7% : 9,3% memiliki daya
analgesik pada dosis 1365 mg/Kg BB, 2730 mg/Kg BB dan 5460 mg/Kg BB
masing-masing sebesar 40,58%; 47,46% dan 59,78%.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka untuk penelitian selanjutnya
disarankan:
1. Optimasi proses pembuatan jamu kunyit asam ramuan segar.
2. Penghitungan volume akhir jamu karena dapat mempengaruhi konsentrasi
jamu kunyit asam ramuan segar.
3. Uji efek dan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar dengan metode
lain yaitu rektodolorimetri dan podolorimetri.
59
4. Penetapan kadar senyawa kurkumin pada jamu kunyit asam ramuan segar.
5. Penelitian mengenai efek dan daya analgesik jamu kunyit asam ramuan segar
komposisi 20,7% : 9,3% dengan menggunakan dosis berulang.
60
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1977, Materia Medika Indonesia, Jilid I, 47, 51, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi, Pengujian Fitokimia dan Pengujian Uji
Klinik Kelompok Kerja Ilmiah Yayasan Pengembangan Obat Bahan Alam Phyt Medica, Jakarta
Anonim, 1992, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Materia Medika, jilid VI, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta Anonim, 1995, Farmakope Indonesia IV, 31, Departemen Kesehatan Indonesia,
Jakarta Anonim, 2001, Daftar Obat Alam (DOA), edisi II, 120, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia Badan Pimpinan Daerah Jawa Tengah Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia Dewan Pimpinan Daerah Jawa Tengah, Semarang
Anonim, 2007, Keputusan Menteri kesehatan republik Indonesia No.
381/menes/SK/III/2007 tentang Kebijakan Obat Tradisional Nasional, Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Bengmark, S., 2006, The Effect of Curcumin (Active Substance of Turmeric) on
the Acetic-Acid Induced Visceral Nociception in Rats, Pakistan Journal of Biological Science, 314
Bone, K. dan Mills, S., 2000, Principles and Practice of Phytotherapy, 569, 571,
Churchill Livingstone, New York Chasman, 2008, BMC Neuroscience, http://biomedcentral.com/content/figures,
diakses tanggal tanggal 21 Desember 2009 Dipalma J. R. dan Digregorio G. J., 1990, Basic Pharmacology in Medicine, 3rd
ed, 309, McGraw-Hill International Editions, Singapura Dollery, C., 1999, Therapeutic Drugs, 2nd ed, 216-217, Churchill Livingstone,
New York Fadeli Y., 2008, Daya Analgesik dari Campuran Ekstrak Rimpang Kunyit dan
Ekstrak Daging Buah Asam Jawa dengan Metode Simplex Lattice Design, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
61
Guyton, A. C., 1993, Textbook of Medical Physiology, diterjemahkan oleh Tengadi, K. A., 307-313, EGC, Jakarta
Guyton, A. C., and Hall, 1996, Textbook of Medical Phisiology, diterjemahkan
oleh Tengadi, L., Setiawan, I., Santosa, A., Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9, Bagian II, 76, 761-762, 443, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hite, G.J., 1995, Analgesik, dalam W.O. Foye, Principles of Medicinal Chemistry,
diterjemahkan oleh Rasyid, R., Firma, K., Haryanto, Suwarno, T., dan Mursadad, A,. Edisi II, 483-487, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
Hutapea, J.R., 1994, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, jilid III, 287-289,
Depkes RI, Jakarta Katzung, B. G., 2001, Farmakologi Dasar dan Klinik, diterjemahkan oleh Sjabana
D., 545, Salemba Medika, Jakarta Kawamori, T., Lubet, R., Steele, V.E., Kellof, G.J., Kakey, R.B., Rao., C.V., and
Reddy, B.S., 1999, Chemopreventive Effect of Curcumin, a Naturally Occuring Anti-Infalammatory Prevent, during the Promotion/Progession Stages of Colon Cancer, Cancer Res., 59, 567- 601.
Lestari, C.M., 2006, Efek Analgetika Infusa Daun Asam Jawa (Tamarindus
indica, Linn) pada Mencit Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta
Nutrisciecs Publisher Inc, New Jersey. McEvoy, G. K., 2005, AHFS Drug Information, 1951, Authority of the Board of
The American Society of Health-System Pharmacists, USA Mutschler, E, 1986, Arzneimitteewirkungen, diterjemahkan oleh Widianto, M.B.
dan Ranti, A.S., dalam Dinamika Obat, edisi IV, 177-183, 193-197, Penerbit ITB, Bandung.
Mutschler, E., dan Derrendorf, H., 1995, Drug Action, 149-165, CRC Press,
Stuttgart Neal, M. J., 1997, Medical Pharmacology at a Glance, 3rd ed, 70, Blackwell
Science, London
62
Oemijati, 1992, Uji Klinik Obat Tradisional, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Putri, 2009, Mari Mengenal, http://putrixue.wordpress.com, diakses tanggal 16 Desember 2009
Rang H.P., Dale M.M., Ritter J.M., and Moore P.K., 2003, Pharmacology, 5th edition, 562-572, Churchill Livingstone, London
Rahmawati R. I., , 2009, Uji Daya Analgesik Jamu Kunyit Asam Instan dan Jamu Kunyit Asam Ramuan Segar pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rengganis, I., 2004, Peranan Antihistamin pada Inflamasi Alergi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia www.kalbe.co.id diakses tanggal 16 Desember 2009
Roach, S. S., 2004, Introductory Clinical Pharmacology, 7th edision, 150, Lippincott Williams & Wilkins, New York
Rustam, E., Atmasari, I., dan Yanwirasti, 2007, Efek Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kunyit (Curcuma domestica Val.) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar, Jurnal Sains dan Teknologi Farmasi,12 (2), 112-115
Soegiharjo, C.J., 2002, Perkembangan Obat Tradisional dan Pembuatan Obat Tradisional, dalam Risalah Seminar Sehari Menyambut Dies Natalis Fakultas Farmasi, 3-5, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Soedibyo, M., 1998, Alam Sumber Kesehatan Manfaat dan Kegunaan, 230-231, Balai Pustaka, Jakarta
Stankovic, I., 2004, Curcumin Chemical And Technical Assessment (CTA), 4-5,
ftp://ftp.fao.org/es/esn/jecfa/cta/CTA_61_Curcumin.pdf diakses tanggal 10 Desember 2008
Suharmiati, dan Handayani, L., 1998, Bahan Baku, Khasiat, dan Cara
Pengolahan Jamu Gendong: Studi Kasus di Kotamadya Surabaya, Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, www.tempo.co.id diakses tanggal 16 Desember 2009
Sunarto, E., 2009, Manfaat Kunyit, http://sunartoedris.wordpress.com, diakses
tanggal 16 Desember 2009
63
Tjay, T. H., dan Rahardja, K., 2002, Obat-Obat Penting : Khasiat penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan ke-2, 295-310, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Turner R. A., 1965, Screening Methods in Pharmacology, Academic Press, New
York Van der Goot H, 1997, The chemistry and qualitative structure-activity
relationships of curcumin, in Recent Development in Curcumin Pharmacochemistry, Procedings of The International Symposium on Curcumin Pharmacochemistry (ISCP), August 29-31, 1995, edited by Suwijyo Pramono, Aditya Media, Yogyakarta Indonesia
Vidiani. Y, Vani Dwi, 2006, Validasi Penetapan Kadar Parasetamol Tercampur
Kunyit Asam dalam Plasma dengan Metode Kolorimetri Menggunakan Senyawa Pengkopling Vanili, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Jogjakarta
Vogel G., H., 2002, Drug Discovery and Evaluation, 716, Springer, Germany
Williamson, E. M., Okpako, D. T., dan Evans, F. J., 1996, Selection, Preparation, and Pharmacological Evaluation of Plant Material, 145, John Wiley & Sons, New York
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Pirai dalam
Ganiswara, S. G., 1995, Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, 210-212, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
Wisely, 2008, Studi Tentang Pemahaman Obat Tradisional Berdasarkan Informasi
pada Kemasan dan Alasan Pemilihan Jamu Ramuan Segar atau Jamu Instan pada Masyarakat Desa Maguwoharjo, Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
LAMPIRAN
64
65
66
Lampiran 3. Gambar larutan jamu kunyit asam ramuan segar, mencit tidak
menggeliat, dan geliat mencit yang diamati
. Gambar 16. Larutan jamu kunyit asam ramuan segar
Gambar 17. Mencit tidak menggeliat
Gambar 18. Geliat mencit yang diamati
67
Lampiran 4. Tata cara analisis hasil dengan SPSS
a. Menguji pengaruh dosis jamu kunyit asam terhadap jumlah geliat hewan uji
Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Dosis jamu merupakan variabel bebas (faktor)
2. Jumlah geliat merupakan variabel tergantung
Proses pengujian:
• Buka SPSS
• Dari menu Analyze, pilih submenu Nonparametric Test, lalu pilih Sample
K-S
Pengisian:
− Masukkan variabel tergantung ke variabel test list
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
Means
Pengisian:
− Masukkan variabel tergantung ke independent list dan masukkan variabel
bebas ke dependent list
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
One-way ANOVA
Pengisian:
− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor
− Tekan OK
68
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
One-way ANOVA, kemudian pilih Post Hoc dan pilih Scheffe
Pengisian:
− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor
− Tekan OK
b. Menguji pengaruh dosis jamu kunyit asam terhadap % penghambatan geliat
Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Dosis jamu merupakan variabel bebas (faktor)
2. Persen penghambatan geliat merupakan variabel tergantung
Proses pengujian:
• Buka SPSS
• Dari menu Analyze, pilih submenu Nonparametric Test, lalu pilih Sample
K-S
Pengisian:
− Masukkan variabel tergantung ke variabel test list
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
Means
Pengisian:
− Masukkan variabel tergantung ke independent list dan masukkan variabel
bebas ke dependent list
− Tekan OK
69
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
One-way ANOVA
Pengisian:
− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
One-way ANOVA, kemudian pilih Post Hoc dan pilih Scheffe
Pengisian:
− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor
− Tekan OK
c. Menguji pengaruh dosis jamu kunyit asam terhadap % perubahan daya analgesik
Ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Produk jamu dan dosis jamu merupakan variabel bebas (faktor)
2. Persen perubahan daya analgesik geliat merupakan variabel tergantung
Proses pengujian:
• Buka SPSS
• Dari menu Analyze, pilih submenu Nonparametric Test, lalu pilih Sample
K-S
Pengisian:
− Masukkan variabel tergantung ke variabel test list
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
Means
70
Pengisian:
− Masukkan variabel tergantung ke independent list dan masukkan variabel
bebas ke dependent list
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
One-way ANOVA
Pengisian:
− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor
− Tekan OK
• Dari menu Dari menu Analyze, pilih submenu Compare Means, lalu pilih
One-way ANOVA, kemudian pilih Post Hoc dan pilih Scheffe
Pengisian:
− Masukkan variabel bebas ke dependent list dan variable tergantung ke faktor
− Tekan OK
71
Lampiran 5. Data jumlah geliat dan hasil analisis statistik pada kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan jamu kunyit asam ramuan
segar komposisi 20, 7% : 9,3
Tabel VI. Jumlah geliat hewan uji setelah pemberian asam asetat pada kelompok perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20, 7% : 9,3
Waktu (menit)
Aquadest Asetosal Dosis I (1365 mg/kg BB) I II III IV V VI I II III IV V VI I II III IV V VI
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
76
Homogeneous Subsets
geliat
Scheffea
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
asetosal 91 mg/Kg BB 6 6.5000
dosis 5460 mg/Kg BB 6 18.5000
dosis 2730 mg/Kg BB 6 24.1667
dosis 1365 mg/Kg BB 6 27.3333 27.3333
aquadest 6 46.0000
Sig. .054 .102
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
77
Lampiran 6. Data % penghambatan geliat terhadap kontrol negatif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan
segar komposisi 20,7% : 9,3%
Tabel VII. Data % penghambatan terhadap kontrol negatif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit asam ramuan
segar komposisi 20, 7% : 9,3%
REPLIKASI KELOMPOK PERLAKUANAquadest Asetosal Dosis I (1365
mg/kg BB) Dosis II (2730
mg/kg BB) Dosis III (5460
mg/kg BB) I -19,56 95,65 8,700 0,00 15,22 II -15,22 95,65 10,87 73,91 60,87 III 17,39 73,91 54,35 50,00 50,00 IV -39,13 71,74 47,83 47,83 86,96 V 26,09 84,78 60,87 47,83 63,04 VI 30,43 93,48 60,87 65,22 82,61
X + SE 0,00 + 11,62 85,87 + 4,44 40,58 + 9,94 47,46 + 10,44 59,78 + 10,57
78
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
penghambatan
N 30
Normal Parametersa,,b Mean 46.7397
Std. Deviation 36.09602
Most Extreme Differences Absolute .179
Positive .088
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z .979
Asymp. Sig. (2-tailed) .293
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
penghambatan *
perlakuan
30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Report
penghambatan
perlakuan Mean N Std. Deviation
aquadest .0000 6 28.47625
asetosal 91 mg/Kg BB 85.8683 6 10.89124
dosis 1365 mg/Kg BB 40.5817 6 24.34979
dosis 2730 mg/Kg BB 47.4650 6 25.58983
dosis 5460 mg/Kg BB 59.7833 6 25.89602
79
Report
penghambatan
perlakuan Mean N Std. Deviation
aquadest .0000 6 28.47625
asetosal 91 mg/Kg BB 85.8683 6 10.89124
dosis 1365 mg/Kg BB 40.5817 6 24.34979
dosis 2730 mg/Kg BB 47.4650 6 25.58983
dosis 5460 mg/Kg BB 59.7833 6 25.89602
Total 46.7397 30 36.09602
Oneway
ANOVA
penghambatan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 23545.400 4 5886.350 10.335 .000
Within Groups 14239.357 25 569.574
Total 37784.757 29
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
penghambatan
Scheffe
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
aquadest asetosal 91 mg/Kg
BB
-85.86833* 13.77890 .000 -131.6401 -40.0966
dosis 1365 mg/Kg
BB
-40.58167 13.77890 .102 -86.3534 5.1901
80
dosis 2730 mg/Kg
BB
-47.46500* 13.77890 .039 -93.2368 -1.6932
dosis 5460 mg/Kg
BB
-59.78333* 13.77890 .006 -105.5551 -14.0116
asetosal 91 mg/Kg
BB
aquadest 85.86833* 13.77890 .000 40.0966 131.6401
dosis 1365 mg/Kg
BB
45.28667 13.77890 .054 -.4851 91.0584
dosis 2730 mg/Kg
BB
38.40333 13.77890 .135 -7.3684 84.1751
dosis 5460 mg/Kg
BB
26.08500 13.77890 .481 -19.6868 71.8568
dosis 1365 mg/Kg
BB
aquadest 40.58167 13.77890 .102 -5.1901 86.3534
asetosal 91 mg/Kg
BB
-45.28667 13.77890 .054 -91.0584 .4851
dosis 2730 mg/Kg
BB
-6.88333 13.77890 .992 -52.6551 38.8884
dosis 5460 mg/Kg
BB
-19.20167 13.77890 .746 -64.9734 26.5701
dosis 2730 mg/Kg
BB
aquadest 47.46500* 13.77890 .039 1.6932 93.2368
asetosal 91 mg/Kg
BB
-38.40333 13.77890 .135 -84.1751 7.3684
dosis 1365 mg/Kg
BB
6.88333 13.77890 .992 -38.8884 52.6551
dosis 5460 mg/Kg
BB
-12.31833 13.77890 .936 -58.0901 33.4534
dosis 5460 mg/Kg
BB
aquadest 59.78333* 13.77890 .006 14.0116 105.5551
asetosal 91 mg/Kg
BB
-26.08500 13.77890 .481 -71.8568 19.6868
dosis 1365 mg/Kg
BB
19.20167 13.77890 .746 -26.5701 64.9734
dosis 2730 mg/Kg
BB
12.31833 13.77890 .936 -33.4534 58.0901
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
81
Homogeneous Subsets
penghambatan
Scheffea
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
aquadest 6 .0000
dosis 1365 mg/Kg BB 6 40.5817 40.5817
dosis 2730 mg/Kg BB 6 47.4650
dosis 5460 mg/Kg BB 6 59.7833
asetosal 91 mg/Kg BB 6 85.8683
Sig. .102 .054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
82
Lampiran 7. Data % perubahan daya analgesik terhadap kontrol positif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan jamu kunyit
asam ramuan segar komposisi 20, 7% : 9,3%
Tabel VIII. Data % perubahan daya analgesik terhadap kontrol positif dan hasil analisis statistiknya pada perlakuan perlakuan jamu kunyit asam ramuan segar komposisi 20, 7% : 9,3%
REPLIKASI KELOMPOK PERLAKUAN
Aquadest Asetosal Dosis I (1365 mg/kg BB)
Dosis II (2730 mg/kg BB)
Dosis III (5460 mg/kg BB)
I -122,78 11,39 -89,87 -100,00 -82,28 II -117,72 11,39 -87,34 -13,93 -29,11 III -79,75 -13,93 -36,71 -41,77 -41,77 IV -145,57 -16,46 -44,30 -44,30 -1,27 V -69,62 -1,27 -29,11 -44,30 -26,59 VI -64,56 8,86 -29,11 -24,05 -3,80
X + SE -100,00 + 13,53 -0,00 + 5,18 -52,74 + 11,58 -44,72 + 12,16 -30,38 + 12,31
83
NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
perubahan
N 30
Normal Parametersa,,b Mean -45.5697
Std. Deviation 42.03546
Most Extreme Differences Absolute .179
Positive .088
Negative -.179
Kolmogorov-Smirnov Z .979
Asymp. Sig. (2-tailed) .293
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Means
Case Processing Summary
Cases
Included Excluded Total
N Percent N Percent N Percent
perubahan * perlakuan 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Report
perubahan
perlakuan Mean N Std. Deviation
aquadest -100.0000 6 33.16188
asetosal 91 mg/Kg BB -.0033 6 12.68506
dosis 1365 mg/Kg BB -52.7400 6 28.35752
dosis 2730 mg/Kg BB -44.7250 6 29.80002
dosis 5460 mg/Kg BB -30.3800 6 30.15804
Total -45.5697 30 42.03546
84
Oneway
ANOVA
perubahan
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 31930.830 4 7982.708 10.334 .000
Within Groups 19311.595 25 772.464
Total 51242.425 29 Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
perubahan
Scheffe
(I) perlakuan (J) perlakuan
Mean
Difference
(I-J)
Std.
Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
aquadest asetosal 91 mg/Kg
BB
-99.99667* 16.04643 .000 -153.3009 -46.6925
dosis 1365 mg/Kg
BB
-47.26000 16.04643 .102 -100.5642 6.0442
dosis 2730 mg/Kg
BB
-55.27500* 16.04643 .039 -108.5792 -1.9708
dosis 5460 mg/Kg
BB
-69.62000* 16.04643 .006 -122.9242 -16.3158
asetosal 91 mg/Kg
BB
aquadest 99.99667* 16.04643 .000 46.6925 153.3009
dosis 1365 mg/Kg
BB
52.73667 16.04643 .054 -.5675 106.0409
85
dosis 2730 mg/Kg
BB
44.72167 16.04643 .135 -8.5825 98.0259
dosis 5460 mg/Kg
BB
30.37667 16.04643 .481 -22.9275 83.6809
dosis 1.365 mg/Kg
BB
aquadest 47.26000 16.04643 .102 -6.0442 100.5642
asetosal 91 mg/Kg
BB
-52.73667 16.04643 .054 -106.0409 .5675
dosis 2730 mg/Kg
BB
-8.01500 16.04643 .992 -61.3192 45.2892
dosis 5460 mg/Kg
BB
-22.36000 16.04643 .746 -75.6642 30.9442
dosis 2.730 mg/Kg
BB
aquadest 55.27500* 16.04643 .039 1.9708 108.5792
asetosal 91 mg/Kg
BB
-44.72167 16.04643 .135 -98.0259 8.5825
dosis 1365 mg/Kg
BB
8.01500 16.04643 .992 -45.2892 61.3192
dosis 5460 mg/Kg
BB
-14.34500 16.04643 .936 -67.6492 38.9592
dosis 5.460 mg/Kg
BB
aquadest 69.62000* 16.04643 .006 16.3158 122.9242
asetosal 91 mg/Kg
BB
-30.37667 16.04643 .481 -83.6809 22.9275
dosis 1365 mg/Kg
BB
22.36000 16.04643 .746 -30.9442 75.6642
dosis 2730 mg/Kg
BB
14.34500 16.04643 .936 -38.9592 67.6492
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
86
Homogeneous Subsets
perubahan
Scheffea
perlakuan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
aquadest 6 -100.0000
dosis 1365 mg/Kg BB 6 -52.7400 -52.7400
dosis 2730 mg/Kg BB 6 -44.7250
dosis 5460 mg/Kg BB 6 -30.3800
asetosal 91 mg/Kg BB 6 -.0033
Sig. .102 .054
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.
87
BIOGRAFI PENULIS
Penulis mempunyai nama lengkap Esti Nugraheni,
dilahirkan di kota Klaten pada tanggal 9 September 1988
dari pasangan Bapak Sunarto dan Ibu Kirmini, S. Pd.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan taman kanak-
kanak di TK Pertiwi Tugu II Cawas, Klaten pada tahun
1994. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan
Sekolah Dasar di SD N Tugu II, Cawas, Klaten hingga
tahun 2000. Penulis telah melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah di SMP
Negeri 1 Cawas, Klaten pada tahun 2000 hingga tahun 2003 dan SMA Negeri 1
Klaten pada tahun 2003 hingga tahun 2006. Setamat SMA, penulis melanjutkan
pendidikan S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada
tahun 2006 hingga tahun 2010.
Semasa kuliah penulis pernah menjadi asisten Praktikum Mikrobiologi,
Praktikum Farmakognosi Fitokimia I dan Praktikum Farmakognosi Fitokimia II.
Penulis juga pernah menjadi pengurus dalam UKF Kerohanian PMK Apostolos
tahun 2006-2007. Penulis juga pernah bergabung dalam kepanitiaan INSADHA
tahun 2008 dan kepanitiaan Kampanye Infomasi Obat tahun 2008.