i EFEK ANTIINFLAMASI DAN ANALGESIK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) Program Studi Ilmu Farmasi Oleh : Jeffry Ben Martin NIM : 068114158 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
136
Embed
EFEK ANTIINFLAMASI DAN ANALGESIK JUS BUAH …i EFEK ANTIINFLAMASI DAN ANALGESIK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS SKRIPSI Disusun untuk memenuhi salah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
i
EFEK ANTIINFLAMASI DAN ANALGESIK JUS BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.) PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS
SKRIPSI
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh :
Jeffry Ben Martin
NIM : 068114158
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
ii
Skripsi
EFEK ANTI-INFLAMASI DAN ANALGESIK JUS BUAH PEPAYA
(Carica papaya L.) pada MENCIT BETINA GALUR SWISS
Yang diajukan oleh :
Nama : Jeffry Ben Martin
NIM : 068114158
telah disetujui oleh:
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Pengesahan Skripsi Berjudul
EFEK ANTIINFLAMASI DAN ANALGESIK JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya L.) PADA MENCIT BETINA GALUR SWISS
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia
memberikan kekekalan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang
dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
(Pengkhotbah 3:11)
Ku persembahkan karya ini untuk: Tuhan Yesus sumber kekuatanku Papa dan Mamaku, kedua adikku, dan seluruh keluarga tercinta
Teman-temanku Almamaterku
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
vi
PRAKATA
Penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa oleh
karena berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Efek Analgesik dan Anti-Inflamasi Jus Buah Pepaya (Carica papaya L.) pada
Mencit Betina Galur Swiss” ini dengan baik.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S. Farm.) Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tidak lepas dari bantuan dari berbagai pihak,
baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt, selaku pembimbing utama skripsi ini atas segala
kesabaran untuk selalu mendukung, memotivasi, membimbing, dan memberi
masukan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini
2. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan
masukkan kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
3. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku penguji skripsi atas bantuan dan masukkan
kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
4. Rita Suhadi, M.Si. Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata
Dharma.
5. Agatha Budi Susiana, M.Si., Apt., selalu pembimbing akademik penulis atas
segala pendampingan, dukungan dan bimbingan selama ini.
vii
6. Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku pimpinan laboratorium Farmasi yang telah
memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna penelitian skripsi
ini.
7. Mas Parjiman, Mas Heru, Mas Kayat, Mas Yuwono, dan semua staf laboratorium
Farmasi yang telah bersedia membantu dan menemani selama penelitian
berlangsung, atas segala bantuan dan dinamika selama di laboratorium.
8. Mama dan Papa, atas dukungan, kasih sayang, dan doa yang terbaiki sehingga
penulis tetap bersemangat dalam penyusunan skripsi ini.
9. Kedua adikku, Boboy dan Pemi.
10. Rekan-rekan penelitian, Dewi, Tanti, Ricky, Felix, dan Gun atas bantuan,
kerjasama, perjuangan, dan suka duka yang dialami selama penelitian.
11. Ngapak Team, Anton, Aan, Jimmy, Yoki, Pungki, Jati, dan Felix atas
kebersamaan, semangat, dan keceriaannya.
12. Teman-temanku, Yacob dan Yosef, serta anak-anak Kos Flaurent Yustine, Gracia,
Dian, dan Vanni atas dukungan moral dan semangatnya.
komputernya dalam penulisan skripsi ini; dan Ray, terima kasih untuk settingan
komputernya.
14. Teman-teman FKK B angkatan 2006 atas kebersamaan selama ini.
15. Komputerku yang setia menemani hari-hari ku, bahkan hingga saat yang
terakhirnya memberikan andil dalam penyusunan skripsi ini.
viii
16. Pihak-Pihak lain yang turut membantu penulis namun tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna termasuk
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik, saran, dan masukan
dari berbagai pihak demi kemajuan di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap bahwa skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak, baik mahasiswa, lingkungan akademis, masyarakat, serta memberikan
sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kefarmasian. Atas perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 10 Mei 2010
Penulis
ix
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
x
INTISARI
Banyak penyakit memiliki manifestasi klinis berupa inflamasi. Salah satu gejala
inflamasi adalah nyeri. Jika inflamasi dihambat, maka akan menurunkan rasa nyeri juga. Oleh karena itu, penelitian untuk penemuan obat baru dengan efek antiinflamasi dan analgesik sangat berharga. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah jus buah pepaya memiliki efek antiinflamasi dan analgesik serta seberapa besar daya antiinflamasi dan analgesik yang mungkin dimiliki jus buah pepaya (Carica papaya L.). Metode yang digunakan adalah metode Langford yang dimodifikasi untuk uji efek antiinflamasi dan untuk metode rangsang kimia untuk uji analgesik.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Variabel utama adalah dosis jus buah pepaya (Carica papaya L.), sedangkan variabel tergantungnya adalah efek analgesik dan antiinflamasi jus buah pepaya (Carica papaya L.). Variabel tergantung diukur dengan melihat % proteksi geliat dan % daya anti-inflamasi seperti yang terdapat pada cara kerja. Data yang diperoleh kemudian digunakan untuk mencari persentase daya analgesik dan antiinflamasinya. Distribusi data dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov, dilanjutkan uji ANOVA satu arah dan uji Scheffe dengan taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jus pepaya memiliki efek antiinflamasi dan analgesik. Efek antiinflamasi yang dinyatakan oleh daya antiinflamasi jus buah pepaya pada dosis 7,5 g/kgBB; 15,0 g/kgBB; dan 30,0 g/kgBB berturut-turut adalah 20,72%; 37,44%; dan 62,06%, sedangkan daya analgesiknya berturut-turut adalah 19,77%; 40,70%; dan 55,04%.
Kata kunci: analgesik, antiinflamasi, jus buah pepaya, Carica papaya L.
xi
ABSTRACT
Many diseases have an inflammation as clinical manifestations. One of the
symptoms of inflammation is pain. If inflammation is inhibited, it will reduce pain as well. Thus the research for new drug discovery with anti-inflammatory and analgesic effects is very valuable. The purpose of this study is to determine if papaya juice has anti-inflammatory and analgesic effects and how much anti-inflammatory and analgesic potency of papaya juice (Carica papaya L.). This research used modificated Langford method to test the anti-inflammatory effects and to chemical stimulation method for testing analgesics.
This research was a pure experimental study of completely randomized one-way pattern design. The main variable is the dose of papaya juice (Carica papaya L.), whereas dependent variable is the analgesic and anti-inflammatory papaya juice effects (Carica papaya L.). The dependent variable is measured by looking at % twisting protection and % anti-inflammatory power as found in the procedure. The obtained data then used to find the percentage of analgesic and antiinflammatory power. Distribution data were analyzed with Kolmogorov-Smirnov test, followed by one-way ANOVA and Scheffe test with 95% confidence level.
The results showed that papaya juice has anti-inflammatory and analgesic effects. Anti-inflammatory effects are expressed by anti-inflammatory power of papaya juice at a dose of 7.5 g/kgBW; 15.0 g/kgBW; and 30.0 g/kgBW respectively 20.72%; 37.44%; dan 62.06%, while the analgesic power respectively 19.77%; 40.70%; dan 55.04%.
Key words: analgesics, anti-inflammatory, papaya juice, Carica papaya L.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. iv
PRAKATA .................................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... ix
INTISARI ...................................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xviii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xix
BAB I ............................................................................................................................ 1
Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√n)
52
Gambar 7. Grafik rata-rata bobot udema
pada orientasi rentang waktu pemberian diklofenak
Keterangan : waktu pemberian diklofenak adalah sebelum pemberian karagenin
Dari analisis variansi satu arah diketahui nilai probabilitasnya 0,001 (< 0,05),
hal ini menunjukkan bahwa keempat kelompok terdapat perbedaan. Selanjutnya
untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antarkelompok, dilanjutkan dengan uji
Scheffe. Data dan analisisnya dapat dilihat pada tabel VI.
Tabel VI. Hasil uji Scheffe bobot udema pada orientasi rentang waktu pemberian diklofenak
Waktu (menit) 15 menit 30 menit 45 menit 60 menit 15 menit - B B B 30 menit B - TB TB 45 menit B TB - TB 60 menit B TB TB - Keterangan : TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) B = Berbeda bermakna (p < 0,05)
Berdasarkan hasil uji Scheffe di atas, rentang waktu pemberian diklofenak 15
menit berbeda secara signifikan terhadap rentang waktu pemberian diklofenak 30, 45,
55.5
74.769.23 67.3
01020304050607080
0 10 20 30 40 50 60 70
Bobo
t Ude
ma
(mg)
Waktu (menit)
Orientasi Waktu Pemberian Dosis Diklofenak
53
dan 60 menit sebelum mencit diinjeksi karagenin 1% secara subplantar. Sedangkan
waktu pemberian diklofenak selain 15 menit (30, 45, dan 60 menit) berbeda tidak
signifikan. Di samping itu, rentang waktu pemberian diklofenak 15 menit
menimbulkan udema yang paling rendah. Hal tersebut berarti diklofenak telah dapat
menimbulkan efek secara maksimal pada waktu tersebut sehingga dipilih waktu
pemberian diklofenak 15 menit.
2. Uji pendahuluan analgesik
a.
Uji analgesik yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan metode induksi
rangsang kimia. Dalam metode ini, senyawa penginduksi nyeri diinjeksikan – dalam
penelitian ini adalah asam asetat – secara intraperitoneal pada mencit putih betina
dengan selang waktu tertentu.
Penetapan dosis asam asetat
Orientasi terhadap dosis asam asetat bertujuan untuk mendapatkan dosis asam
asetat yang memberikan jumlah geliat yang tidak terlalu banyak ataupun sedikit
sehingga pengamatan menjadi lebih mudah. Asam asetat adalah suatu iritan yang
merusak jaringan secara lokal, yang menyebabkan nyeri pada rongga perut. Hal itu
disebabkan oleh kenaikan ion H+ akibat turunnya pH di bawah 6 yang menyebabkan
membran sel luka. Luka pada membran sel ini akan mengaktifkan enzim fosfolipase
pada fosfolipid membran sel sehingga menghasilkan asam arakidonat yang akhirnya
akan membentuk prostaglandin. Terbentuknya prostaglandin ini akan meningkatkan
sensitivitas reseptor nyeri sehingga mencit akan memberikan respon dengan cara
menggeliat untuk menyesuaikan keadaan yang dirasakannya.
54
Pemilihan dosis asam asetat bertujuan untuk mendapatkan dosis asam asetat
yang memberikan respon geliat dalam jumlah yang tidak terlalu banyak ataupun
sedikit, agar mempermudah pengamatan. Konsentrasi yang digunakan didasarkan
pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu 1% (Putra, 2003). Dosis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah, 25; 50; 75; dan 100 mg/kgBB. Hasil orientasi
berupa geliat pada empat peringkat dosis dapat dilihat pada tabel VII.
Tabel VII. Rata-rata jumlah geliat pada orientasi dosis asam asetat Kelompok Perlakuan
Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√n)
Hasil pengujian pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa pada kelompok
kontrol karagenin 1% menghasilkan rata-rata bobot udema paling besar di antara
kelompok perlakuan lainnya, yaitu sebesar 99,88 mg. Kelompok kontrol negatif
(aquades) juga menghasilkan rata-rata bobot udema yang hampir sama dengan
kelompok kontrol karagenin 1%, yaitu sebesar 99,48 mg. Hal ini menunjukkan bahwa
karagenin 1% dan aquades tidak memiliki daya antiinflamasi.
61
Gambar 11. Diagram batang rata-rata bobot udema kaki mencit kelompok
perlakuan
Keterangan : Cara membaca kode : JBP = Jus Buah Pepaya, angka yang mengikutinya merupakan dosisnya dalam g/kgBB. Contoh : JBP 7,5 adalah jus buah pepaya dosis 7,5 g/kgBB
Pada kelompok kontrol positif (diklofenak), rata-rata bobot udema yang
dihasilkan sangat kecil dibandingkan kelompok lain, yaitu sebesar 30,84 mg. Hal ini
menunjukkan bahwa diklofenak telah terbukti memiliki daya antiinflamasi sebagai
obat antiinflamasi non steroid (OAINS). Data persen penghambatan terhadap
inflamasi dapat dilihat pada tabel XIV.
62
Tabel XIV. Rata-rata persen daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan Kelompok Uji Jumlah
Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√n)
Persen daya antiinflamasi masing-masing kelompok uji kemudian dianalisis
menggunakan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%.
Gambar 12. Diagram batang persen daya antiinflamasi kelompok perlakuan
JBP = Jus Buah Pepaya, angka yang mengikutinya merupakan dosisnya dalam g/kgBB. Contoh : JBP 7,5 adalah jus buah pepaya dosis 7,5 g/kgBB
63
Data tabel XIV menunjukkan bahwa persen daya antiinflamasi mengalami
peningkatan seiring dengan kenaikan dosis jus buah pepaya, dari dosis 7,5 g/kgBB
hingga dosis 30,0 g/kgBB. Kemudian analisis dilanjutkan dengan melakukan uji
Scheffe untuk mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan bermakna atau tidak.
Data dan analisis uji Scheffe dapat dilihat pada tabel XV.
Tabel XV. Uji Scheffe persen (%) daya antiinflamasi kelompok perlakuan Kelompok Karagenin Aquadest Diklofenak JBP
7,5 JBP 15,0
JBP 30,0
Karagenin - TB B B B B Aquadest TB - B B B B
Diklofenak B B - B B TB JBP 7,5 B B B - B B JBP 15,0 B B B B - B JBP 30,0 B B TB B B B
Keterangan : TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) B = Berbeda bermakna (p < 0,05) JBP = Jus Buah Pepaya, angka yang mengikutinya merupakan dosisnya dalam g/kgBB. Contoh : JBP 7,5 adalah jus buah pepaya dosis 7,5 g/kgBB
Berdasarkan hasil uji Scheffe diketahui bahwa dosis 30,0 g/kgBB memiliki
persen daya antiinflamasi yang berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif
diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB. Kontrol positif menghasilkan persen penghambatan
nyeri sebesar 69,17%, sedangkan pada jus pepaya dosis 30,0 g/kgBB sebesar 62,06%.
Dengan demikian, dosis yang paling optimal untuk jus buah pepaya dalam penelitian
ini adalah dosis 30,0 g/kgBB.
Dalam penelitian ini, kelompok perlakuan jus buah pepaya pada berbagai
peringkat dosis memiliki daya inflamasi, meskipun pada dosis 7,5 g/kgBB dan 15,0
g/kgBB memiliki daya yang lebih kecil dari daya antiinflamasi diklofenak. Karena
64
memiliki daya antiinflamasi, maka kelompok-kelompok tersebut dapat dibandingkan
potensi relatif daya antiinflamasinya dengan diklofenak sebagai kontrol positif. Rata-
rata persen (%) potensi relatif kelompok perlakuan dapat dilihat pada tabel XVI.
Tabel XVI. Rata-rata persen (%) daya antiinflamasi dan rata-rata persen (%) potensi relatif kelompok jus buah pepaya pada 3 peringkat dosis dibandingkan
Keterangan : X = Mean (Rata-rata) SE = Standard Error (SD/√n)
Gambar 15. Diagram batang persen penghambatan nyeri kelompok perlakuan
JBP = Jus Buah Pepaya, angka yang mengikutinya merupakan dosisnya dalam g/kgBB. Contoh : JBP 7,5 adalah jus buah pepaya dosis 7,5 g/kgBB
69
Persen proteksi nyeri pada masing-masing kelompok uji kemudian dianalisis
menggunakan analisis variansi satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Dari analisis
variansi satu arah yang dilakukan, diperoleh nilai probabilitasnya 0,000 yang berarti
lebih kecil dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa pada kelompok uji terdapat
perbedaan. Selanjutnya untuk mengetahui perbedaan antarkelompok tersebut
bermakna atau tidak, pengujian dilanjutkan dengan uji Scheffe. Data dan analisis uji
Scheffe dapat dilihat pada tabel XIX.
Tabel XIX. Hasil Uji Scheffe persen penghambatan rangsang nyeri pada kelompok perlakuan
Kelompok Aquadest Parasetamol JBP 7,5 JBP 15,0 JBP 30,0 Aquadest - B B TB B
Parasetamol B - B TB TB JBP 7,5 B B - TB B JBP 15,0 B TB TB - B JBP 30,0 B TB B B -
Keterangan : TB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) B = Berbeda bermakna (p < 0,05) JBP = Jus Buah Pepaya, angka yang mengikutinya merupakan dosisnya dalam
g/kgBB. Contoh : JBP 7,5 adalah jus buah pepaya dosis 7,5 g/kgBB
Berdasarkan tabel XVIII, persen penghambatan nyeri terlihat meningkat seiring
dengan kenaikan dosis jus buah pepaya, mulai dosis 7,5 g/kgBB sampai pada dosis
30,0 g/kgBB. Persen penghambatan nyeri yang paling besar dimiliki oleh kontrol
positif, sebesar 67,05 ± 4,20%. Sedangkan yang paling mendekati pada kelompok uji
adalah pada jus pepaya dosis 30,0 g/kgBB, sebesar 55,04 ± 3,64%.
Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa antara kelompok jus buah pepaya dosis
15,0 g/kgBB dan 30,0 g/kgBB dengan kelompok kontrol positif berbeda tidak
70
bermakna. Hal ini artinya kelompok jus pepaya dosis 15,0 g/kgBB dan 30,0 g/kgBB
memiliki kemampuan menghambat nyeri yang hampir sama dengan parasetamol.
Dosis 30,0 g/kgBB dapat dikatakan memiliki efek analgesik sebab nilai persen
penghambatan nyerinya lebih dari 50% (Anonim, 1991). Dari keseluruhan dosis
perlakuan, dosis 30,0 g/kgBB adalah yang memenuhi syarat sebagai suatu analgesik
lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dosis optimum perlakuan dengan
jus buah pepaya pada penelitian ini adalah dosis 30,0 g/kgBB.
Perubahan persen penghambatan rangsang nyeri terhadap kontrol positif dapat
dilihat pada tabel XX.
Tabel XX. Perubahan persen penghambatan nyeri pada kelompok perlakuan Kelompok Uji Jumlah
Berdasarkan tabel XXI di atas, diketahui bahwa jus buah pepaya pada dosis
30,0 g/kgBB memiliki daya antiinflamasi dan analgesik sekaligus. Dengan kata lain,
75
jus buah pepaya pada dosis tersebut dapat digunakan untuk pengobatan inflamasi
sekaligus meredakan rasa nyeri yang mungkin timbul pada inflamasi.
Gambar 18. Histogram Daya Antiinflamasi dan Daya Analgesik Jus Buah
Pepaya dibandingkan dengan kontrol positif pada Berbagai Peringkat Dosis Keterangan : Kontrol positif = Kalium diklofenak = Parasetamol JBP = Jus Buah Pepaya, angka yang mengikutinya merupakan dosisnya
dalam g/kgBB. Contoh : JBP 7,5 adalah jus buah pepaya dosis 7,5 g/kgBB
Dari tabel XXI dan gambar 17 dapat disimpulkan bahwa seiring dengan
meningkatnya dosis jus buah pepaya, terjadi kenaikan daya antiinflamasi dan
analgesik dari jus buah papaya tersebut dibandingkan dengan masing-masing kontrol
76
yang digunakan. Hal ini menunjukkan peringkat dosis memiliki pengaruh terhadap
daya antiinflamasi dan analgesik. Semakin besar dosis jus buah pepaya diberikan,
kemungkinan daya antiinflamasi dan analgesik yang diberikan semakin besar.
Dalam penelitian ini, konsentrasi jus buah pepaya yang digunakan sebesar 90%.
Tidak menutup kemungkinan bahwa konsentrasi jus tersebut dapat dinaikkan menjadi
100% untuk melihat apakah daya antiinflamasi dan analgesik yang dihasilkan juga
mengalami peningkatan atau tidak. Selain itu, untuk pengujian efek antiinflamasi dan
analgesik dapat dilakukan dengan menggunakan kontrol positif yang sama. Dengan
kontrol positif yang sama, diharapkan penelitian ini akan menjadi lebih bermakna
karena dapat membandingkan antara daya antiinflamasi dengan daya analgesik yang
dihasilkan. Sedang dalam penelitian ini sendiri, daya antiinflamasi dan analgesik
masing-masing dibandingkan dengan kontrol positif yang digunakan pada uji yang
dilakukan. Daya antiinflamasi dan analgesik yang dihasilkan tidak dapat
dibandingkan sebab kontrol positif yang digunakan berbeda.
77
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Jus buah pepaya pada dosis 30,0 g/kg BB memiliki efek antiinflamasi dan
analgesik.
2. Daya antiinflamasi jus buah pepaya pada dosis 7,5 g/kgBB; 15,0 g/kgBB; dan
30,0 g/kgBB yang dinyatakan oleh daya antiinflamasi berturut-turut adalah
20,72%; 37,44%; dan 62,06%. Daya analgesik jus buah pepaya pada dosis 7,5
g/kgBB; 15,0 g/kgBB; dan 30,0 g/kgBB berturut-turut adalah 19,77%;
40,70%; dan 55,04%.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian tentang :
1. Penelitian mengenai efek antiinflamasi dan analgesik dari jus buah pepaya dengan
menggunakan kontrol positif yang sama.
2. Penelitian mengenai toksisitas dari jus buah pepaya dalam berbagai peringkat
dosis.
3. Penelitian mengenai pengaruh lama masa dan frekuensi pemberian jus buah
pepaya terhadap daya antiinflamasi.
78
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, T., 2008, Pengaruh Pemberian Jus Buah Pepaya (Carica papaya L.)
Terhadap Kerusakan Histologis Lambung Mencit Yang Dinduksi Indometasin, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Anonim, 1991, Penapisan Farmakologi Pengujian Fitokimia dan Pengujian Klinik,
49, 259, Yayasan Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alami Phytomedika, Jakarta.
Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia, hal 273-274, 357,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengawasan Obat dn Makanan, Jakarta
Anonim, 2008, The Biology of Carica papaya L.(papaya, papaw, paw-paw), 15-17,
27, Departement of Health and Ageing Australia, Australia Chandrika, U.G., Jansz, E.R., Wikramasinghe, S.M.D.N., and Warnasuriya, N.D.,
2003, Bioconversion of Pro-Vitamin A Carotenoids and Antioxidant Activity of Carica papaya Fruits, J.Natn.Sci.Foundation Sri Lanka, 31(3&4), 437-444
Denko, C.W., 1992, A Role of Neuropeptide in Inflammation, In : Whicher, J. T. and
Evan S. W, Biochemistry of Inflammation, 177-181, Kluwer Pub, London Derle, D.V., Gujar, K.N., and Sagar, B.S.H., 2006, Adverse Effect Associated with
the Use of Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs : An overview, Indian J. Pharmacol, 68(4), 409-414
DiPiro, J. T., Tabert, R.L., Yee, G.C., Matzke, G.R., Wells,B.G., and Posey, M.,
2008, Pharmacotherapy: A Patophysiologic Approach, 7th ed., 989-1002, McGraw-Hill, USA.
Djunarko, I., Donatus, I.A., dan Noni, 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) terhadap Daya Antiradang Diklofenak pada Mencit Jantan, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 1, 10-17.
Dwiprahasto, I., 2002, Epidemiologi dan Masalah Penggunaan Analgesik-
Antiinflamasi Non Steroid, dalam Dwiprahasto, I., Kristin, E., At Thobari, J., Penggunaan Analgesik dan Antiinflamasi secara Rasional, Edisi I, 1-26, Bagian Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta
79
Gryglewski, R.J., 1977, Some Experimental Models for the Study of Inflammation and Anti-Inflammatory Drugs, in I. L. Bonta, J. Thomson, and K. Brune, Inflammation: Mechanism and Their Impact on Therapy, p 19-21, Birkhaueser Verlag Basel, Rotterdam.
Guyton, W.F., 1986, Text-book of Medical Physiology, diterjemahkan oleh Tengadi,
K.A., Edisi 7, Bagian II, 307-312, EGC, Jakarta Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S., 1992, Kimia Organik Jilid 2, Edisi Ketiga, 415 -
417, Penerbit Erlangga, Jakarta Haila, K., 1999, Effects of Carotenoids and Carotenoid-Tocopherol Interaction on
Lipid Oxidation In Vitro. 1) Scavenging of Free Radicals. 2) Formation and Decomposition of Hydroperoxides, Dissertation, EKT-series 1165. University of Helsinki.
Halliwell, B., Hoult, J.R., and Blake, D.R., 1988, Oxidant, Inflammation, and Anti-
inflammatory Drugs, FASEB J., 2(13): 2867-2873 Hanson, G.R., 2000, Analgesic, Antipyretic, and Anti Inflammatory Drugs, in
Gennaro (Ed.), Remmington : The Science and Practice of Pharmacy, 20th Edition, p 1456, Lippincott Williams and Wilkins, USA.
Harborne, J.B., 1987, Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan, 234-245, ITB,Bandung, Hariyatmi, 2004., Kemampuan Vitamin E Sebagai Antioksidan terhadap Radikal Bebas
Pada Lanjut Usia. Jurnal MIPA UMS Vol 14. No. 1 (52-60). Henson, P.M., and Murphy, S.C., 1989, Mediator of Inflammatory Process, 404,
Elseiver, Amsterdam Hite, G.J., 1995, Principal of Medicinal Chemisty, diterjemahkan oleh Rasyid R.,
Firma, K., Haryanto, Suwarno, T., dan Murasad, A., Edisi II, Gadjah Mada Unuversity Press, Yogyakarta
Ignatius, G.E., Zarraga, M.D., and Ernest R. S., 2007, Coxibs and Heart Disease,
Journal of The American College of Cardiology, 49, 1-14. Kee, J.L. and Hayes, E.R., 1996, Pharmacology: A Nursing Process Approach,
diterjemahkan oleh Peter Anugrah, 1st Edition, 310-321, Penerbit EGC, Jakarta.
80
Khanna, N. and Sarma, S.B., 2001, Antiinflammatory and Analgesic Effect of Herbal Preparation: Septilin, Indian J. Med. Sci, 55(4), 195-202.
Kohli, K., Ali, J., and Raheman, Z., 2005, Curcumin: A natural Antiinfammatory
Agent, Indian J.Pharmacol, 37(3), 141-147. Kumar, V., Cotran, R.S., and Robbins, S.L., 1997, Basic Pathology, 6th Edition, 25-
45, W.B. Saunde Company, Philadelphia. Kumar, V., Abbas, A.K., and Fausto, N., 2005, Robbins and Cotran Pathologic Basis
of Diseases, 7th Edition, 70, Elsevier Saunders, Philadelphia. Langford, F.D., Holmes, P.A., and Emele, J.F., 1972, Objective Methods to
Evaluation of Analgesic/Anti Inflammatory Activity, J. Pharm. Sci., 61(1), 75-77.
Lieber, C.S. and Leo, M.A., 1999, Alcohol, Vitamin A, and β Carotene: Adverse
Interactions, Including Hepatotoxicity and Carcinogenicity, Am. J. Clin. Nut, 69(6), 1071-1085
Muhlisah,F., 2001, Tanaman Obat Keluarga, 1 – 3, Penerbit Swadaya, Jakarta Mutschler, E., 1986, Arzneimmitelwirkungen, diterjemahkan oleh Widianto dan
Ranti, Dinamika Obat, Edisi V, 177 – 197, ITB, Bandung Mutschler, E., 1995, Drug Action, 5th edition, 151, CRC Press, Stuttgart Niswati, M.C., 2008, Perbandingan Pengaruh Jus Buah Pepaya (Carica papaya L.)
dan Simetidin Terhadap Kerusakan Histologi Lambung Mencit Yang Dinduksi Indometasin, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pekiner, B.G., 2003, Vitamin E As An Antioxidant, J. Fac. Pharm, Ankara, 32(4)
243-267, 2003 Price, S.A., and Wilson, L.N., 1992, Patophysiology, dierjemahkan oleh Peter
Anugerah, Edisi 4, Buku I, hal 36-57, EGC, Jakarta. Pratimasari, D., 2009, Uji Aktivitas Penangkap Radikal Buah Carica papaya L.
Dengan Metode DPPH dan Penetapan Kadar Fenolik serta Flavonoid Totalnya, Skripsi, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta, Solo
81
Putra, D.AG., 2003, Efek Analgesik Air Perasan Umbi Wortel (Daucus carota L.) pada Mencit Putih Betina, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., and Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th ed .,
231-237, 244-250, 562-567, Churchill Livingstone, London. Robbins, S.L., dan Kumar, V.N., 1995, Pathophysiology, diterjemahkan oleh Peter
Anugerah, Patofisiologi, Edisi 4, Buku I, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Ronse Decraene, L.P., and Smets, E.F., 1999, The Floral Development an Anatomy of Carica papaya (Caricaceae), 582 – 598, Canadian Journal of Botany 77
Benzilidin)-Siklopentanon pada Mencit Betina Galur Swiss dengan Metode Langford Termodifikasi, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Wilmana, P.F., 1995, Analgesik Anti-inflamasi Nonsteroid dan Obat Pirai, dalam
Ganiswara, S.G.(Editor), Farmakologi dan Terapi, Edisi IV, hal 207-223, Bagian Farmakologi- Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
82
LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto buah pepaya
Lampiran 2. Foto jus pepaya
83
Lampiran 3. Foto geliat mencit yang memenuhi definisi operasional
84
Lampiran 4. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan setelah diinjeksi karagenin 1% pada rentang waktu tertentu dan hasil analisis
statistiknya Mencit Bobot udema kaki mencit (gram) pada rentang waktu (jam) setelah
Std. Deviation 18.20446 Most Extreme Differences Absolute .266
Positive .266 Negative -.159
Kolmogorov-Smirnov Z .922 Asymp. Sig. (2-tailed) .363 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
85
Oneway Descriptives
Udem
N Mean Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
1 jam 3 124.5333 1.10151 .63596 121.7970 127.2696 123.80 125.80
2 jam 3 113.7667 10.71276 6.18502 87.1547 140.3787 101.40 120.20
3 jam 3 154.2000 3.00500 1.73494 146.7352 161.6648 150.80 156.50
4 jam 3 113.6333 7.03160 4.05969 96.1659 131.1008 107.30 121.20
Total 12 126.5333 18.20446 5.25518 114.9668 138.0999 101.40 156.50
ANOVA Udem
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 3296.527 3 1098.842 25.196 .000 Within Groups 348.900 8 43.612 Total 3645.427 11
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons Udem Scheffe
(I) waktu_pemotongan
(J) waktu_pemotongan
Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
1 jam 2 jam 10.76667 5.39212 .331 -8.0661 29.5994
3 jam -29.66667* 5.39212 .004 -48.4994 -10.8339
4 jam 10.90000 5.39212 .322 -7.9328 29.7328 2 jam 1 jam -10.76667 5.39212 .331 -29.5994 8.0661
3 jam -40.43333* 5.39212 .001 -59.2661 -21.6006 4 jam .13333 5.39212 1.000 -18.6994 18.9661
3 jam 1 jam 29.66667* 5.39212 .004 10.8339 48.4994 2 jam 40.43333* 5.39212 .001 21.6006 59.2661 4 jam 40.56667* 5.39212 .001 21.7339 59.3994
4 jam 1 jam -10.90000 5.39212 .322 -29.7328 7.9328 2 jam -.13333 5.39212 1.000 -18.9661 18.6994 3 jam -40.56667* 5.39212 .001 -59.3994 -21.7339
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
86
Homogeneous Subsets Udem
Scheffea
waktu_pemotongan N
Subset for alpha = 0.05
1 2
4 jam 3 113.6333 2 jam 3 113.7667 1 jam 3 124.5333 3 jam 3 154.2000 Sig. .322 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 5. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan waktu
pemberian diklofenak dan hasil analisis statistiknya Mencit
Bobot udema kaki mencit (gram) pada rentang waktu (menit) setelah
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Udem Scheffea
waktu_pemberian_diklofenak N
Subset for alpha = 0.05
1 2
15 menit 3 55.5000 60 menit 3 67.3000 45 menit 3 69.2333 30 menit 3 74.7000 Sig. 1.000 .192 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
89
Lampiran 6. Data bobot udema kaki mencit hasil uji pendahuluan dosis diklofenak dan hasil analisis statistiknya
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
udem 9 69.5667 8.08981 58.00 82.60
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
udem N 9 Normal Parametersa,,b Mean 69.5667
Std. Deviation 8.08981 Most Extreme Differences Absolute .149
Positive .132 Negative -.149
Kolmogorov-Smirnov Z .446 Asymp. Sig. (2-tailed) .989 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Mencit Bobot udema kaki mencit (gram) pada pemberian diklofenak 3
4.48 mg/kg BB 10.23333* 2.39150 .015 2.5632 17.9035 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
91
Homogeneous Subsets Udem
Scheffea
dosis_diklofenak N
Subset for alpha = 0.05
1 2
4.48 mg/kg BB 3 60.2667 5.6 mg/kg BB 3 70.5000 3.36 mg/kg BB 3 77.9333 Sig. 1.000 .056 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 7. Data jumlah geliat pada penetapan dosis asam asetat dan selang
waktu pemberian asam asetat berserta hasil analisis statistiknya
Data jumlah geliat pada penetapan dosis asam asetat dan hasil analisis statistiknya Menit Dosis 25
mg/kgBB
Dosis 50
mg/kgBB
Dosis 75
mg/kgBB
Dosis 100
mg/kgBB
I II III I II III I II III I II III
5 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 1 1
10 0 2 7 1 9 3 9 14 9 7 14 17
15 6 5 4 7 8 8 11 13 12 18 12 15
20 10 9 7 8 4 6 11 11 11 9 8 4
25 2 6 2 9 5 4 8 7 6 11 5 5
30 1 1 1 1 7 7 4 3 4 2 5 8
35 2 1 2 1 1 2 2 2 2 8 7 8
40 1 2 0 2 1 1 1 2 0 4 4 4
45 0 0 2 2 1 0 1 0 2 4 3 5
50 1 1 0 2 1 2 1 0 1 5 5 4
55 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5 4 4
60 0 0 0 0 0 1 0 0 0 4 2 1
∑ 23 27 25 33 37 34 49 53 47 78 71 76
92
NPar Tests Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Geliat 12 46.0833 19.84695 23.00 78.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Geliat
N 12 Normal Parametersa,,b Mean 46.0833
Std. Deviation 19.84695 Most Extreme Differences Absolute .176
Positive .176 Negative -.145
Kolmogorov-Smirnov Z .611 Asymp. Sig. (2-tailed) .849 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Geliat Scheffea
Penetapan_dosis_AsamAsetat N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
Dosis 25mg/kgBB 3 25.0000 Dosis 50mg/kgBB 3 34.6667 Dosis 75mg/kgBB 3 49.6667 Dosis 100mg/kgBB 3 75.0000 Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
94
Data jumlah geliat pada penetapan selang waktu pemberian dan hasil analisis statistiknya
Menit Waktu pemberian 5
menit
Waktu pemberian 10
menit
Waktu pemberian 15
menit
I II III I II III I II III
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0
10 4 4 8 0 0 1 0 0 2
15 5 7 3 0 2 0 2 2 4
20 8 5 1 2 7 2 2 3 4
25 6 3 8 5 4 5 1 3 3
30 2 3 4 5 3 4 4 1 1
35 2 2 4 3 3 1 0 1 0
40 2 3 2 4 3 5 2 0 1
45 3 1 2 3 3 3 3 3 0
50 3 3 1 2 3 1 2 1 0
55 1 2 2 4 3 2 1 0 0
60 1 0 0 0 3 3 0 0 0
∑ 37 33 35 28 31 27 17 14 15
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
geliat 9 26.3333 8.84590 14.00 37.00
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
geliat
N 9 Normal Parametersa,,b Mean 26.3333
Std. Deviation 8.84590 Most Extreme Differences Absolute .197
Positive .188 Negative -.197
Kolmogorov-Smirnov Z .590 Asymp. Sig. (2-tailed) .877 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
10 menit -13.33333* 1.53960 .000 -18.2712 -8.3954 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Geliat Scheffea
waktu N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
15 menit 3 15.3333 10 menit 3 28.6667 5 menit 3 35.0000 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
96
Geliat Scheffea
waktu N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3
15 menit 3 15.3333 10 menit 3 28.6667 5 menit 3 35.0000 Sig. 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Lampiran 8. Data jumlah geliat pada penetapan dosis parasetamol dan hasil analisis statistiknya
Menit Dosis 68,26
mg/kgBB
Dosis 91
mg/kgBB
Dosis 113,75
mg/kgBB
I II III I II III I II III
5 0 0 1 0 0 0 0 0 0
10 5 5 8 0 1 1 3 0 0
15 4 3 3 3 1 2 2 3 2
20 0 0 2 3 2 1 2 2 2
25 1 2 3 0 1 1 0 0 1
30 3 3 0 0 1 0 0 0 1
35 0 0 0 2 0 1 1 1 0
40 1 0 0 0 0 0 0 1 0
45 0 2 0 1 0 1 2 1 0
50 0 0 0 2 2 2 0 2 0
55 0 0 0 0 0 0 1 0 0
60 0 0 0 0 0 0 0 0 0
∑ 14 15 17 10 8 6 11 10 7
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Geliat2 9 10.8889 3.75648 6.00 17.00
97
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Geliat2
N 9 Normal Parametersa,,b Mean 10.8889
Std. Deviation 3.75648 Most Extreme Differences Absolute .155
Positive .155 Negative -.130
Kolmogorov-Smirnov Z .465 Asymp. Sig. (2-tailed) .982 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dosis 91mg/kgBb 1.33333 1.53960 .702 -3.6046 6.2712 *. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Geliat2 Scheffea
Dosis_parasetamol N
Subset for alpha = 0.05
1 2
Dosis 91mg/kgBb 3 8.0000 Dosis 113,75 mg/kgBB 3 9.3333 Dosis 68,26mg/kgBB 3 15.3333 Sig. .702 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
99
Lampiran 9. Data jumlah geliat pada uji efek analgesik berserta hasil analisis statistiknya
Between Groups 3870.160 4 967.540 50.604 .000 Within Groups 382.400 20 19.120 Total 4252.560 24
101
Post Hoc Tests Multiple Comparisons
jumlah_geliat Scheffe
(I) uji_analgesik (J) uji_analgesik Mean
Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
kontrol positif (parasetamol)
kontrol negatif (aquades)
-34.60000* 2.76550 .000 -43.9637 -25.2363
JBP dosis I -24.40000* 2.76550 .000 -33.7637 -15.0363
JBP Dosis II -13.60000* 2.76550 .002 -22.9637 -4.2363
JBP Dosis III -6.20000 2.76550 .320 -15.5637 3.1637 kontrol negatif (aquades)
kontrol positif (parasetamol)
34.60000* 2.76550 .000 25.2363 43.9637
JBP dosis I 10.20000* 2.76550 .028 .8363 19.5637 JBP Dosis II 21.00000* 2.76550 .000 11.6363 30.3637 JBP Dosis III 28.40000* 2.76550 .000 19.0363 37.7637
JBP dosis I kontrol positif (parasetamol)
24.40000* 2.76550 .000 15.0363 33.7637
kontrol negatif (aquades)
-10.20000* 2.76550 .028 -19.5637 -.8363
JBP Dosis II 10.80000* 2.76550 .018 1.4363 20.1637 JBP Dosis III 18.20000* 2.76550 .000 8.8363 27.5637
JBP Dosis II kontrol positif (parasetamol)
13.60000* 2.76550 .002 4.2363 22.9637
kontrol negatif (aquades)
-21.00000* 2.76550 .000 -30.3637 -11.6363
JBP dosis I -10.80000* 2.76550 .018 -20.1637 -1.4363 JBP Dosis III 7.40000 2.76550 .170 -1.9637 16.7637
JBP Dosis III kontrol positif (parasetamol)
6.20000 2.76550 .320 -3.1637 15.5637
kontrol negatif (aquades)
-28.40000* 2.76550 .000 -37.7637 -19.0363
JBP dosis I -18.20000* 2.76550 .000 -27.5637 -8.8363 JBP Dosis II -7.40000 2.76550 .170 -16.7637 1.9637
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
102
Homogeneous Subsets jumlah_geliat
Scheffea
uji_analgesik N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol positif (parasetamol) 5 17.0000 JBP Dosis III 5 23.2000 23.2000 JBP Dosis II 5 30.6000 JBP dosis I 5 41.4000 kontrol negatif (aquades) 5 51.6000 Sig. .320 .170 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 10. Data persen proteksi geliat pada uji efek analgesik
kontrol karagenin -.40000 3.83157 1.000 -14.2697 13.4697 JBP dosis I 20.28000* 3.83157 .001 6.4103 34.1497 JBP dosis II 36.98000* 3.83157 .000 23.1103 50.8497 JBP dosis III 61.56000* 3.83157 .000 47.6903 75.4297
kontrol karagenin kontrol positif (diklofenak)
69.04000* 3.83157 .000 55.1703 82.9097
kontrol negatif (aquades) .40000 3.83157 1.000 -13.4697 14.2697 JBP dosis I 20.68000* 3.83157 .001 6.8103 34.5497 JBP dosis II 37.38000* 3.83157 .000 23.5103 51.2497 JBP dosis III 61.96000* 3.83157 .000 48.0903 75.8297
JBP dosis I kontrol positif (diklofenak)
48.36000* 3.83157 .000 34.4903 62.2297
kontrol negatif (aquades) -20.28000* 3.83157 .001 -34.1497 -6.4103 kontrol karagenin -20.68000* 3.83157 .001 -34.5497 -6.8103 JBP dosis II 16.70000* 3.83157 .011 2.8303 30.5697 JBP dosis III 41.28000* 3.83157 .000 27.4103 55.1497
JBP dosis II kontrol positif (diklofenak)
31.66000* 3.83157 .000 17.7903 45.5297
kontrol negatif (aquades) -36.98000* 3.83157 .000 -50.8497 -23.1103 kontrol karagenin -37.38000* 3.83157 .000 -51.2497 -23.5103 JBP dosis I -16.70000* 3.83157 .011 -30.5697 -2.8303 JBP dosis III 24.58000* 3.83157 .000 10.7103 38.4497
JBP dosis III kontrol positif (diklofenak)
7.08000 3.83157 .641 -6.7897 20.9497
111
kontrol negatif (aquades) -61.56000* 3.83157 .000 -75.4297 -47.6903 kontrol karagenin -61.96000* 3.83157 .000 -75.8297 -48.0903 JBP dosis I -41.28000* 3.83157 .000 -55.1497 -27.4103 JBP dosis II -24.58000* 3.83157 .000 -38.4497 -10.7103
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
bobot_udem Scheffea
uji_antiinflamasi N
Subset for alpha = 0.05
1 2 3 4
kontrol positif (diklofenak) 5 30.8400 JBP dosis III 5 37.9200 JBP dosis II 5 62.5000 JBP dosis I 5 79.2000 kontrol negatif (aquades) 5 99.4800 kontrol karagenin 5 99.8800 Sig. .641 1.000 1.000 1.000 Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 13. Tabel % daya antiinflamasi dan potensi relatif