BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Di seluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 1,2 milyar.sedangkan menurut Badan kesehatan dunai (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 medatang akan mencapai 11.34 % atau 28,8 juta jiwa, sednag balita tinggal 6,9 %.hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk lansia akan menjadi penduduk terbesar di dunia. Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah mewujudkan
hasil yang positif diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran
dan keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan
usia harapan hidup.
Di seluruh dunia ± 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60 tahun dan
diperkirakan pada tahun 2015 akan mencapai 1,2 milyar.sedangkan menurut Badan kesehatan
dunai (WHO) penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 medatang akan mencapai 11.34 %
atau 28,8 juta jiwa, sednag balita tinggal 6,9 %.hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk
lansia akan menjadi penduduk terbesar di dunia.
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak keberhasilan pembangunan,
menyebabkan meningkatnya permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya
secara alami akan mengalami masa tua dengan segala keterbatasannya terutama dalam masalah
kesehatan. Hal tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok lansia lebih banyak
menderita penyakit yang menyebabkan ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih
muda. Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya menderita berbagai macam
gangguan fisiologi yang bersifat kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan
mengalami kemunduran
Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses
degeneratif (penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak muncul pada usia lanjut. Selain
itu masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi penyakit
menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi, stroke, diabetes mellitus
dan radang sendi atau rematik. Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2010 (rumah sakit yang mengirim laporan untuk rawat jalan (RL2B)
adalah 41,05% dari total jumlah RS yang teregistrasi dalam SIRS), 10 peringkat terbesar
1
penyakit penyebab rawat jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok usia 45-64 tahun
dan 65+ tahun yang paling tingggi adalah hipertensi esensial sedang sebab sakit lainnya hampir
sama kecuali pada kelompok umur 45 -64 tahun terdapat gangguan refraksi, penyakit kulit dan
pulpa sedangkan pada kelompok umur >65 tahun terdapat katarak, penunjang sarana kesehatan
dan penyakit jantung iskemik lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup secara produktif sesuai
kemampuannya. Pada lansia pekerjaan yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia
harus beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak dari pada otot, kemampuan
melakukan aktifitas sehari-hari (Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada lima macam diantaranya
makan, mandi, berpakaian, mobilitas dan toileting. Untuk memenuhi kebutuhan lansia
diperlukan pengetahuan atau kognitif dan sikap yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam
kemandirian pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam pemenuhan kebutuhan ADL.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek sehingga orang bisa menerima, merespon, menghargai, bertanggung jawab dalam
memenuhi kebutuhan ADL. Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan prasarana. Perilaku
merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku
itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni faktor dari luar diri seseorang
(faktor eksternal) dan faktor dari dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh
karena itu perilaku manusia sangat bersifat kompleks yang saling mempengaruhi dan
menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan kebutuhan ADL pada lansia.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian serius ditengah keluarga dan
masyarakat terutama dalam hal pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini
disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana, tenaga dan kemampuan untuk
merawat diri. sedangkan keluarga tidak mampu untuk membantu lansia.Untuk itu diperlukan
2
gambaran untuk membantu masyarakat memahami kebutuhan aktivitas sehari-hari lansia pada
penderita hipertensi dan penyakit penyerta untuk membantu meningkatkan kemandirian mereka.
Tabel 1. Prevalensi Hipertensi Menurut Provinsi di Indonesia, Riskesdas 2007
Keterangan : PU1: prevalensi berdasarkan pengukuran dan termasuk kasus yang sedang minum obat hipertensi
PU2: prevalensi berdasarkan pengukuran, tanpa kasus yang sedang minum obat hipertensi
PD/O: prevalensi berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau minum obat hipertensi
Cakupan Nakes: proporsi kasus hipertensi yang telah didiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau
minum obat hipertensi
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah “bagaimana tingkat kemandirian lansia dengan hipertensi disertai penyakit
penyerta dalam melakukan aktivitas fisik sehari-hari di wilayah kerja puskesmas
Kembangbahu?”
3
C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui gambaran kemandirian aktivitas kehidupan sehari-hari lansia dengan
hipertensi disertai penyakit penyerta di wilayah kerja puskesmas Kembangbahu.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Instasi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam upaya program peningkatan kualitas
kesehatan dan kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi yang
berada pada wilayah Puskesmas Kembangbahu.
2. Bagi Masyarakat
Sebagai dasar pengetahuan dan pemikiran serta menjadi informasi dalam memahami
kemandirian pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia dengan hipertensi.
3. Bagi Peneliti lain
Menambah pengetahuan dan pengalaman khusus dalam melakukan penelitian terhadap
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kemandirian pemenuhan kebutuhan
sehari-hari lansia dengan hipertensi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. LANJUT USIA
a. Definisi
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena
adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua,
kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik,
mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).
Menurut World Health Organization (WHO) (1988) pengelompokkan lansia terdiri dari:
1. Young-old : umur 60-69 tahun
2. Middle-age old : umur 70-79 tahun
3. Old-old : umur 80-89 tahun
4. Very old_old : umur >90 tahun
Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 tahun 1992, manusia lansia adalah seseorang
yang usianya 60 tahun keatas dan mengalami perubahan fisik, kejiwaan dan sosial. Perubahan ini
memberikan pengaruh kepada seluruh aspek kehidupan termasuk kesehatan.
b. Aspek Pelayanan Lansia
Boedhi Darmojo (2004) menyatakan bahwa menjadi tua bukanlah suatu penyakit atau sakit,
tetapi merupakan suatu proses perubahan dimana kepekaan bertambah atau batas kemampuan
adaptasi menjadi berkurang yang sering dikenal dengan geriatric giant yaitu lansia akan
mengalami tigabelas i. Tigabelas i tersebut yaitu immobility, instability (falls), intelectual
konstipasi, udem ekstremitas bawah, shoulder and elbow pain.
- Kontra indikasi : Sick sinus Syndrome, AV Block.
Nifedipin 10 mg
- Indikasi: hipertensi ringan sampai berat.
- Dosis : 3 x 10 - 20mg
- Efek samping : sama dengan diltiazem.
- Kontraindikasi : sama dengan diltiazem.
6. Tapering off dan dosis pemeliharaan
Adalah penghentian terapi hipertensi dengan mengurangi dosis secara perlahan. Hal ini
ditujukan untuk menghindari efek “rebound fenomena”, yaitu peningkatan kembali tekanan
darah setelah penghentian terapi obat-obatan secara mendadak. Penurunan dosis disesuaikan
dengan penurunan tekanan darah.
D. OSTEOARTRITIS
a. Epidemiologi
Osteoartritis merupakan penyakit sendi pada orang dewasa yang paling umum di dunia. Felson (2008) melaporkan bahwa satu dari tiga orang dewasa memiliki tanda-tanda radiologis terhadap OA. OA pada lutut merupakan tipe OA yang paling umum dijumpai pada orang dewasa. Penelitian epidemiologi dari Joern et al (2010) menemukan bahwa orang dewasa dengan kelompok umur 60-64 tahun sebanyak 22% . Pada pria dengan kelompok umur yang sama, dijumpai 23% menderita OA. pada lutut kanan, sementara 16,3% sisanya didapati menderita OA pada lutut kiri. Berbeda halnya pada wanita yang
27
terdistribusi merata, dengan insiden OA pada lutut kanan sebanyak 24,2% dan pada lutut kiri sebanyak 24,7%.
b. Patogenesis Osteoartritis
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan, pelumas dan pemberi nutrisi. Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III, VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.
Selain kondrosit, sinoviosit juga berperan pada patogenesis OA, terutama setelah terjadi sinovitis, yang menyebabkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Sinoviosit yang mengalami peradangan akan menghasilkan Matrix Metalloproteinases (MMPs) dan berbagai sitokin yang akan dilepaskan ke dalam rongga sendi dan merusak matriks rawan sendi serta mengaktifkan kondrosit. Pada akhirnya tulang subkondral juga akan ikut berperan, dimana osteoblas akan terangsang dan menghasilkan enzim proteolitik.
c.Faktor risiko
faktor risiko OA antara lain:
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Ras
4. Genetik
5. Life style : merokok, kurang konsumsi vitamin D
6. Faktor metabolik: obesitas, osteoporosis, penyakit lain
d. Kriteria diagnosis osteoarthritis:
1. Nyeri sendi yang bertambah perlahan dalam jangka waktu yang lama.
28
2. Hambatan gerakan sendi bertambah sejalan dengan bertambanya nyeri
3. Kaku sendi terjadi kurang dari 30 menit.
4. Rasa gemertak pada sendi yang sakit (krepitasi).
5. Terjadi pembesaran sendi (deformitas) secara perlahan
6. Perubahan gaya berjalan.
Pasien dikatakan positif osteoartritis bila mengalami nyeri sendi dengan minimal 3 dari 6 kriteria tersebut di atas.
Count% within Usia% within Kemandirian% of TotalCount% within Usia% within Kemandirian% of TotalCount% within Usia% within Kemandirian% of TotalCount% within Usia% within Kemandirian% of Total
60 - 69 th
70 - 79 th
>79 th
Usia
Total
Dependenberat
Dependensedang
Dependenringan Independen
Kemandirian
Total
Tabel 2 menunjukkan bahwa gambaran tingkat kemandirian lansia dengan
hipertensi adalah mayoritas independent (mandiri) yaitu18 orang (60,0%), sedangkan
untuk dependen berat hanya 1 orang (3,3%), dependen sedang yaitu 8 orang (26,7), dan
dependen ringan hanya 3 orang (10,0%).
3. Hubungan Antara Tingkat Kemandirian
dengan Usia
Hubungan antara tingkat kemandirian dengan usia dengan hipertensi diuji dengan
menggunakan uji Chi – square, hasil uji yang didapatkan adalah tidak ada korelasi
antara tingkat kemandirian dengan usia, dengan nilai p yaitu 0,099 (p > 0,05).
Chi-Square Tests
10,667a 6 ,0999,677 6 ,139
5,439 1 ,020
30
Pearson Chi-SquareLikelihood RatioLinear-by-LinearAssociationN of Valid Cases
Value dfAsymp. Sig.
(2-sided)
10 cells (83,3%) have expected count less than 5. Theminimum expected count is ,17.
a.
B. Pembahasan
38
Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui gambaran tingkat kemandirian lansia
dengan hipertensi. Data yang digunakan diambil dari pasien poli lansia di Puskesmas
Kembangbahu.
Sampel dipilih secara random dari beberapa pasien hiperetensi di Poli Lansia. Dari
masing-masing responden yang memenuhi kriteria inklusi yang dibuat dalam penelitian ini
yaitu orang yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kembangbahu, usia > 60 tahun, dan
bersedia menjadi responden dalam penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian
ini adalah bukan penduduk asli daerah tersebut, menderita demensia, tidak sehat secara
mental, dan tidak bersedia menjadi responden. Jika kriteria inklusi dan eksklusi terpenuhi
maka bisa menjadi responden dari penelitian.
Penelitian dilakukan dengan cara memberikan kuisioner yang berisi daftar pertanyaan
untuk dapat menilai tingkat kemandirian lansia dalam melakukan kegiatan sehari-hari pada
penderita hipertensi.
Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam
arteri yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi, yang dibawa oleh darah terhambat
sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan
kerusakan ginjal dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan
tekanan darah akan didapat dua angka. angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung
berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung
berelaksasi(diastolik). Dikatakan tekanan darah tinggi jika pada saat duduk tekanan sistolik
mencapai 140 mmhg atau lebih, atau tekanan diastolik mencapai 90 mmhg atau lebih, atau
keduanya. Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik.
Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun keatas karena
adanya proses penuaan berakibat menimbulkan berbagai masalah kesejahteraan di hari tua,
kecuali bila umur tersebut atau proses menua itu terjadi lebih awal dilihat dari kondisi fisik,
mental dan sosial (Mangoenprasodjo, 2005).
39
ADL adalah kegiatan melakukan pekerjaan rutin sehari-hari. ADL merupakan aktivitas
pokok pokok bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan, berpakaian
(berdandan), mandi, dan berpindah tempat. Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002)
ADL adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan setiap hari untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan hidup sehari-hari.
Dari penelitian yang dilakukan di wilayah kerja tersebut, diketahui bahwa tingkat
kemandirian lansia tidak berhubungan dengan tingkat usia pada lansia. Yang berhubungan
terhadap hal tersebut adalah lansia dengan hipertensi disertai penyakit penyerta seperti
osteoartritis, diabetes mellitus, myalgia, atralgia. Pada penelitian kali ini, penyakit penyerta
yang paling banyak dijumpai adalah osteoartritis.
40
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Tingkat kemandirian lansia usia 60-69 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kembangbahu pada kategori independent sebesar 66,7%.
2. Tingkat kemandirian lansia usia 70-79 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kembangbahu pada kategori dependent ringan sebesar 60,7%.
3. Tingkat kemandirian lansia usia >79 tahun di wilayah kerja Puskesmas
Kembangbahu pada kategori dependent sedang sebesar 25%.
4. Tidak didapatkan hubungan antara tingkat kemandirian dengan usia.
5. Osteoartritis merupakan penyakit penyerta yang paling banyak mempengaruhi
tingkat kemandirian pasien lansia dengan hipertensi.
B. Saran
1. Tenaga Kesehatan
a. Lebih aktif dalam menganalisa permasalahan kesehatan pada masyarakat
terutama lansia.
b. Lebih sering berinteraksi dengan masyarakat untuk menindak lanjuti suatu
penyakit yang dialami oleh komunitas masyarakat tertentu.
2. Puskesmas
a. Perlu dilakukan penyuluhan, penempelan poster, serta pembagian brosur
mengenai penyakit hipertensi & osteoartritis.
b. Melakukan interaksi yang proaktif dengan masyarakat di dusun yang berkaitan
dengan kesehatan lansia.
41
DAFTAR PUSTAKA
1. Hypertensi disease in http://www.nejm.com2. Hypertensi disease in http://www.bmj.com3. Hypertensi disease in http://www.medlineplus.com3. Hypertensi Disease. Available from http://www.emedicine.com/topic1027 [updated 2006
Mar 30; cited 2008 Apr 16]
4. Sugiarto, Andi. 2005. Penilaian Keseimbangan Dengan Aktivitas Kehidupan Sehari-Hari Pada Lansia Dip Anti Werdha Pelkris Elim Semarang Dengan Menggunakan Berg Balance Scale Dan Indeks Barthel. Semarang : UNDIP.