30 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan, terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara miskin, sekitar 25 –50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin. Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobi, Kenya yang menyepakati peningkatan upaya bagi kesehatan ibu atau Safe Motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World Summit for Children di New York, Amerika Serikat yang dihadiri 127 negara termasuk Indonesia, membuahkan 7 tujuan utama, diantaranya menurunkan AKI menjadi 50 % pada tahun 2000. Program Safe Motherhood mulai tahun 1990, salah satu terobosannya adalah menempatkan tenaga bidan di setiap desa dan melatih dukun serta dilengkapi dengan dukun kit , sehingga diharapkan dukun
38
Embed
E3 Upaya Kesehatan Ibu Dan Anak Serta Keluarga Berencana (KB) (30-56)
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
30
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia masih belum memuaskan,
terbukti dari masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
Kematian dan kesakitan ibu hamil, bersalin,nifas dan bayi baru lahir masih merupakan
masalah besar negara berkembang termasuk Indonesia. Di negara-negara miskin, sekitar
25 –50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan dan nifas. WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahunnya
lebih dari 585.000 ibu meninggal pada saat hamil atau bersalin.
Menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar, tahun 1987 untuk
pertama kalinya di tingkat Internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di
Nairobi, Kenya yang menyepakati peningkatan upaya bagi kesehatan ibu atau Safe
Motherhood. Kemudian pada tahun 1990 World Summit for Children di New York,
Amerika Serikat yang dihadiri 127 negara termasuk Indonesia, membuahkan 7 tujuan
utama, diantaranya menurunkan AKI menjadi 50 % pada tahun 2000.
Program Safe Motherhood mulai tahun 1990, salah satu terobosannya adalah
menempatkan tenaga bidan di setiap desa dan melatih dukun serta dilengkapi dengan dukun
kit , sehingga diharapkan dukun yang sudah dilatih mampu dan mau menerapkan persalinan
3 bersih (bersih tempat, alat dan cara).
Upaya Making Pregnancy Safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu (1) setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (2) setiap komplikasi obstetric dan
neonatal ditangani mendapat pelayanan adekuat (3) setiap wanita usia subur mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi.
Dari hasil SDKI 2002-2003 derajat kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih
belum memuaskan, ditandai oleh tingginya Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu 307/100.000
KH, sedangkan angka kematian bayi 35/1000 KH. 57% kematian bayi terjadi pada masa
neonatal (0-28 hari) yaitu 20/1000 KH. Adapun penyebab langsung dari kematian Ibu
adalah perdarahan 28 %, eklampsi 24 %, infeksi 11 %, partus lama 5 %, abortus 5 % (SKRT
2001), dan lain-lain. Kondisi ini diperburuk dengan masih tingginya kehamilan dengan 4
31
terlalu (terlalu tua, terlalu muda, terlalu sering dan terlalu banyak) sebanyak 62,7 %.
Sedangkan penyebab kematian bayi baru lahir (neonatal) di Indonesia adalah asfiksia 27 %,
komplikasi pada bayi baru lahir rendah 29 %, tetanus neonatorum 10 %, masalah pemberian
makanan 10 %, infeksi 5 %, gangguan hematologik 6 %, dan lain-lain 13 %.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun
bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan keterampilan
tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan tersebut, di mana sesuai dengan
pesan pertama kunci MPS yaitu setiap persalinan hendaknya ditolong oleh tenaga kesehatan
terlatih. Di samping itu, masih tingginya persalinan di rumah dan masalah yang terkait
budaya dan perilaku dan tanda-tanda sakit pada neonatal yang sulit dikenali, juga
merupakan penyebab kematian bayi baru lahir. Menurut hasil penelitian dari 97 negara
bahwa ada korelasi yang signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu.
Semakin tinggi cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti
penurunan kematian ibu di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini di wilayah Indonesia
masih banyak pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun bayi yang masih menggunakan
cara-cara tradisional sehingga banyak merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan
bayi baru lahir.
Berdasarkan program upaya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja
puskesmas Gandusari Kabupaten Trenggalek pada tahun 2011, didapatkan hasil jumlah
kematian Ibu di Puskesmas Gandusari selama Januari sampai Desember 2011 ada 1 dari
420 jumlah kelahiran hidup yang ada, sedangkan untuk kematian bayi tahun 2011 ada 10.
Untuk hasil cakupan pemeriksaan ibu hamil (K1) di Puskesmas Gandusari tahun 2011
sebesar 97.98 % dan cakupan K4 murni sebesar 72.73 %. Jumlah ibu hamil risiko tinggi di
Puskesmas Gandusari tahun 2011 terdeteksi sebanyak 177 orang (35.75%) dari 495 ibu
hamil yang ada. Jumlah Ibu hamil dengan Hb < 11gr% diwilayah Puskesmas Gandusari
selama tahun 2011 sebanyak 67 Orang (13.5 %). Jumlah persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan selama Januari sampai dengan Desember tahun 2011 sebanyak 424 orang
dari sejumlah 453 ibu bersalin seluruhnya. Jumlah bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) diwilayah Puskesmas Gandusari selama Januari sampai dengan Desember tahun
2011 sebanyak 26 bayi (6.13%) dari sebanyak 424 persalinan yang ada. Jumlah kunjungan
32
Neonatus pertama (KN1) di Puskesmas Gandusari tahun 2011 sebanyak 421 orang
(94.18%), sedangkan kunjungan Neonatus kedua (KN2) sebanyak 421 orang (94.18%).
Masih adanya kasus kematian bayi, meningkatnya jumlah ibu hamil dengan
resiko tinggi, masih ada jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan, serta
adanya jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah, dan permasalahan yang lainnya
membuat kegiatan program KIA dan KB di puskesmas Gandusari trenggalek merupakan
hal pokok yang masih perlu menjadi perhatian serius untuk mencapai target progam ditahun
2012 ini.
1.2 Permasalahan di Masyarakat
Masih adanya kasus kematian bayi, meningkatnya jumlah ibu hamil dengan
resiko tinggi, masih ada jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga non-kesehatan, serta
adanya jumlah bayi dengan berat badan lahir rendah, dan permasalahan yang lainnya
membuat kegiatan program KIA dan KB merupakan hal pokok yang masih perlu menjadi
perhatian serius.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Menurunkan angka kematian ibu dan anak
b. Pemberdayaan masyarakat dalam deteksi dini Bumil dan Balita
c. memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA-KB secara
efektif dan efisien
1.3.2 Tujuan Khusus
a. pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai standar serta
menjangkau seluruh sasaran,
b. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh
tenaga kesehatan secara berangsur,
c. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi atau komplikasi kebidanan baik oleh tenaga
kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penganan dan
pengamatannya secara terus menerus,
33
d. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan
secara terus menerus oleh tenaga kesehatan,
e. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan
menjangkau seluruh sasaran,
f. Peningkatan pelaksanaan kegiatan pelayanan keluarga berencana (KB).
34
BAB 2
PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN INTERVENSI
2.1 PROGRAM PELAYANAN ANTENATAL
Pelayanan antenatal selengkapnya mencangkup banyak hal yang meliputi
anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium sesuai
indikasi, serta intervensi dasar dan khusus( sesuai resiko yang ada termasuk penyuluhan dan
konseling). Namun dalam penerapan operasionalnya dikenal standar minimal “5T” untuk
pelayanan antenatal, yang terdiri atas:
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
b. (Ukur )Tekanan darah
c. (Ukur) Tinggi fundus uteri
d. (Pemberian imunisasi) Tetanus toksoid lengkap
e. (Pemberian) Tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan
Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama
kehamilan, dengan ketentuan waktu sebagai berikut:
a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama ( 0-14 minggu)
b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua ( 14-28 minggu)
c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga ( 28-42 minggu)
Standar waktu pelayanan antenatal tersebut ditentukan untuk menjamin mutu
pelayanan, khususnya dalam memberi kesempatan yang cukup dalam menangani kasus
resiko tinggi yang ditemukan.
2.2 PROGRAM PERTOLONGAN PERSALINAN
Dalam program KIA dikenal beberapa jenis tenaga yang memberikan pertolongan
persalinan kepada masyarakat, jenis tenaga tersebut adalah: dokter spesialis
kebidanan,dokter umum,bidan, perawat maternitas.
Selain itu masih ada penolong persalinan yang berasal dari anggota keluarga dalam
masyarakat terpencil seperti yang banyak ditemukan di propinsi papua, namun penolong
persalinan ini umumnya tidak tercatat dan sulit untuk di identifikasi.
35
Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Sterilitas atau pencegahan infeksi
b. Metode pertolongan persalinan yang sesuai dengan standar pelayanan
c. Merujuk kasus yang memerlukan tingkat pelayanan yang lebih tinggi
Waktu yg dibutuhkan untuk peristiwa persalinan, ini terbagi atas :
a. Kala I : kala pembukaan mulai dari inpartu sampai pembukaan lengkap.
b. Kala II : kala pengeluaran mulai pembukaan lengkap serviks sampai
kelahiran janin.
c. Kala III : kala uri antara kelahiran janin sampai plasenta lahir.
d. Kala IV : paska persalinan dini plasenta lahir sampai 2 jam sesudahnya.
Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun
bayi adalah faktor pelayanan yang sangat dipengaruhi oleh kemampuan dan
keterampilan tenaga kesehatan sebagai penolong pertama pada persalinan
tersebut, di mana sesuai dengan pesan kunci MPS yaitu :
a. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu, bayi baru lahir di
tingkat pelayanan dasar dan rujukan
b. Membangun kemiteraan yang efektif
c. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat
d. Penguatan manajemen program KIA: sistem survailans, monitoring dan informasi
KIA dan pembiayaan.
2.3 PROGRAM DETEKSI DINI IBU HAMIL RESIKO TINGGI
Ibu hamil berisiko adalah ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan risiko tinggi.
Resiko tinggi atau komplikasi kebidanan pada kehamilan merupakan keadaan
penyimpangan dari normal yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi.
Faktor resiko pada ibu hamil diantaranya adalah:
a. Primigravida < 20 tahun atau > 35 Tahun.
b. Anak lebih dari 4
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.
d. Tinggi badan < 145 cm.
36
e. Berat badan < 38 kg atau LILA < 23,5 cm
f. Riwayat keluarga menderita kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat
kongenital
g. Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang atau panggul. EMPAT
TERLALU:
Terlalu muda melahirkan
Terlalu sering melahirkan
Terlalu rapat jarak melahirkan
Terlalu tua melahirkan Risiko tinggi/komplikasi suatu keadaan penyimpangan
dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu
maupun bayi. Ibu hamil dengan resiko tinggi: 1. Hb < 8gr% 2. Tekanan darah
tinggi (sistole > 150 mmHg, diastole > 90 mmHg)
h. Edema nyata
i. Eklampsia
j. Perdarahan pervaginam
k. Ketuban pecah dini
l. Letak lintang pada usia kehamilan > 32 minggu
m. Letak sungsang pada primigravida
n. Infeksi berat/sepsis
o. Persalinan premature
p. Kehamilan ganda
q. Janin yang besar.
r. Penyakit kronis pada ibu: jantung, paru, ginjal, dll.
s. Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah caesar dan komplikasi kehamilan.
2.4 PROGRAM PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN
Kejadian komplikasi kebidanan dan resiko tinggi diperkirakan terdapat pada sekitar
antara 15-20% ibu hamil. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat
diduga sebelumnya, sehingga ibu hamil harus selalu berada sedekat mungkin dengan sarana
pelayanan yang mampu memberikan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar
(PONED).
37
Kebijakan Depkes dalam penyediaan puskesmas mampu PONED adalah bahwa setiap
kabupaten atau kota harus mempunyai minimal 4 puskesmas mampu PONED. Untuk
keperluan tersebut Depkes RI telah menerbitkan pedoman khusus yang dapat menjadi acuan
pengembangan puskesmas mampu PONED. Pelayanan medis yang dapat dilakukan di
puskesmas mampu PONED meliputi pelayanan obstetri yang terdiri dari:
a. Pencegahan dan penanganan perdarahan
b. Pencegahan dan penanganan preeklamsi dan eklamsi
c. Pencegahan dan penanganan infeksi
d. Penanganan partus lama/macet
e. Pencegahan dan penanganan abortus
Sedangkan pelayanan neonatal meliputi:
a. Pencegahan dan penanganan asfiksia
b. Pencegahan dan penanganan hipotermi
c. Pencegahan dan penaganan BBLR
d. Pencegahan dan penanganan kejang atau ikterus
e. Pencegahan dan penanganan gangguan minum
Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini maka diharapkan bahwa RSU
kabupaten atau kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi
komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam. Dalam PONEK RSU harus mampu
memberikan pelayanan operasi sesar dan transfusi darah. Dengan adanya puskesmas mampu
PONED dan RS mampu PONEK maka kasus –kasus komplikasi kebidanan dapat ditangani
secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu dan bayi baru lahir.
2.5 PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN NEONATAL DAN IBU NIFAS
Dewasa ini 2/3 kematian bayi ( 60%) terjadi pada usia kurang dari I bulan, menurut
SKRT 2001, penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR 29%,asfiksia27%,dan
Tetanus neonaturum 10%.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah kematian neonatal diutamakan pada
pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan sesuai dengan standar pelayanan dan
perawatan bayi baru lahir yang adekuat termasuk perawatan tali pusat yang higienis.
38
Selain hal tersebut diatas dilakukan upaya deteksi dini dan penanganan neonatal resiko
tinggi agar segera dapat diberikan pelayanan yang diperlukan.
Resiko tinggi pada neonatal meliputi:
a. BBLR
b. Bayi dengan tetanus neonaturum
c. Bayi baru lahir dengan asfiksia
d. Bayi dengan ikterus neonatorum( ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
e. Bayi baru lahir dengan sepsis
f. Bayi lahir denagan berat lebih dari 40oogr
g. Bayi preterm dan posterm
h. Bayi baru lahir dengan cacat bawaan
i. Bayi lahir dengan persalinan dengan tindakan
2.6 PROGRAM KELUARGA BERENCANA
Keluarga Berencana adalah usaha untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran
anak. Untuk menghindari kehamilan yang bersifat sementara digunakan kontrasepsi
sedangkan untuk menghindari kehamilan yang sifatnya menetap bisa dilakukan sterilisasi.
Aborsi bisa digunakan untuk mengakhiri kehamilan jika terjadi kegagalan kontrasepsi.
Konseling awal adalah konseling yang dilakukan pertama kali sebelum dilakukan
konseling spesifik. Biasanya dilakukan oleh petugas KB lapangan (PLKB) yang
telah mendapatkan pelatihan tentang konseling kontap pria. Dalam konseling
awal umumnya diberikan gambaran umum tentang kontrasepsi.
Walaupun secara umum tetapi penjelasannya harus tetap obyektif baik keunggulan
maupun keterbatasan sebuah alat kontrasepsi dibandingkan dengan metode kontrasepsi
lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta komplikasi dan angka kegagalan yang
mungkin terjadi.
Pastikan klien mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau
menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti berbagai risiko yang mungkin terjadi.
Apabila klien dan pasangannya telah tertarik dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang alat
kontrasepsi, dirujuk pada tempat pelayanan kontrasepsi untuk tahapan konseling spesifik.
39
Macam-macam metode kontrasepsi:
2.6.1 KONTRASEPSI ORAL (PIL KB)
Pil KB mengandung hormon, baik dalam bentuk kombinasi progestin dengan
estrogen atau progestin saja. Pil KB mencegah kehamilan dengan cara menghentikan
ovulasi (pelepasan sel telur oleh ovarium ) dan menjaga kekentalan lendir servikal
sehingga tidak dapat dilalui oleh sperma.
Keuntungan pemakaian pil KB adalah mengurangi:
Resiko kanker jenis tertentu
Angka kekambuhan kram pada saat menstruasi
Ketegangan premenstruasi
Perdarahan tidak teratur
Anemia
Kista payudara
Kista ovarium
Kehamilan ektopik (kehamilan di luar kandungan)
Infeksi tuba falopii
2.6.2 KONTRASEPSI PENGHALANG ( KONDOM )
Kontrasepsi penghalang secara fisik menghalangi jalan masuk sperma ke dalam
rahim wanita. Kondom bisa melindungi pemakainya dari penyakit menular seksual
(misalnya AIDS) dan dapat mencegah perubahan prekanker tertentu pada sel-sel leher
rahim.
40
Ada kondom yang ujungnya memiliki penampung semen, jika tidak ada
penampung semen, sebaiknya kondom disisakan sekitar 1cm di depan penis. Kondom
harus dilepaskan secara perlahan karena jika semen tumpah maka sperm bisa masuk
ke vagina sehingga terjadi kehamilan. Untuk menambah efektivitas pemakaian
kondom bisa ditambahkan spermisida (biasanya terkandung di dalam pelumas kondom
atau dimasukkan secara terpisah ke dalam vagina).
2.6.3 KONTRASEPSI IMPLANT
Kontrasepsi implan adalah kapsul plastik yang mengandung progestin, yang
bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan menghalangi masuknya sperma melalui
lendir serviks yang kental. 6 kapsul dimasukkan ke bawah kulit lengan atas. Setelah
diberi obat bius, dibuat sayatan dan dengan bantuan jarum dimasukkan kapsul implan.
Tidak perlu dilakukan penjahitan. Kapsul ini melepaskan progestin ke dalam aliran
darah secara perlahan dan biasanya dipasang selama 5 tahun. Interaksi dengan obat
lain jarang terjadi karena implan tidak mengandung estrogen.
Efek samping yang utama adalah perdarahan tidak teratur atau sama sekali
tidak terjadi menstruasi. Efek samping lainnya adalah sakit kepala dan penambahan
berat badan. Kapsul implan tidak larut dalam tubuh sehingga setelah 5 tahun harus
dilepaskan. Segera setelah implan dilepas, fungsi ovarium akan kembali normal dan
wanita pemakai implan kembali menjadi subur.
2.6.4 KONTRASEPSI SUNTIKAN
Medroksiprogesteron (sejenis progestin) disuntikkan 1 kali/3 bulan ke dalam
otot bokong atau lengan atas. Suntikan ini sangat efektif tetapi bisa mengganggu
siklus menstruasi. Sepertiga pemakai KB suntik tidak mengalami menstruasi pada 3
bulan setelah suntikan pertama dan sepertiga lainnya mengalami perdarahan tidak
teratur dan spotting (bercak perdarahan) selama lebih dari 11 hari setiap bulannya.
Semakin lama suntikan KB dipakai, maka lebih banyak wanita yang tidak mengalami
menstruasi tetapi lebih sedikit wanita yang mengalami perdarahan tidak teratur.
Setelah 2 tahun memakai suntikan KB, sekitar 70% wanita sama sekali tidak
mengalami perdarahan. Jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi
yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Efeknya berlangsung
lama, sehingga kesuburan mungkin baru kembali 1 tahun setelah suntikan dihentikan,
41
tetapi Medroksiprogesteron tidak menyebabkan kemandulan permanen.
Suntikan KB bisa menyebabkan penambahan berat badan yang sifatnya ringan.
Setelah pemakaian dihentikan, bisa terjadi osteoporosis yang bersifat sementara.
Medroksiprogesteron tidak menyebabkan meningkatnya resiko terhadap berbagai
kanker (termasuk kanker payudara), tetapi mengurangi resiko terjadinya kanker rahim.
1. Keuntungan memakai KB suntik:
Cocok untuk mencegah kehamilan atau menjarangkan kehamilan dalam
jangka panjang dan kesuburan dapat pulih kembali
Tidak terpengaruh “faktor lupa” dari pemakai (tidak seperti memakai PIL
KB)
Tidak mengganggu hubungan suami istri
Dapat dipakai segala umur pada masa reproduktif
Tidak mengganggu laktasi (menyusui), baik dari segi kuantitas maupun
kualitas
Dapat dipakai segera setelah masa nifas
Meningkatkan kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman
terhadap risiko kehamilan
Dapat dipakai segera setelah keguguran
Membantu mencegah terjadinya kehamilan di luar kandungan
Membantu mencegah kanker endometrium (rahim)
Membantu mencegah kejadian mioma uteri (tumor jinak rahim)
Mungkin dapat mencegah kanker indung telur (ovarium)
Mengurangi kejadian anemi kekurangan zat besi
Khusus untuk penderita epilepsi mengurangi kejadian kejang.
2. Kekurangan KB suntikan:
Perdarahan bercak , terjadi pada tahun pertama pemakaian
Jarang terjadi perdarahan yang banyak
Tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang)
Sering menaikkan Berat Badan
Dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit kepala, nyeri