8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
1/102
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK
(STUDI KASUS: BURUH PABRIK DI KECAMATAN CAKUNG,
JAKARTA TIMUR)
SKRIPSI
DWITA MAULIDA
0906635173
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
JANUARI 2014
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
2/102
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK
(STUDI KASUS: BURUH PABRIK DI KECAMATAN CAKUNG,
JAKARTA TIMUR)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains
DWITA MAULIDA
0906635173
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
DEPARTEMEN GEOGRAFI
DEPOK
JANUARI 2014
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
3/102
iii
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
4/102
iv
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
5/102
v
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat
dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Sains Jurusan Geografi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia.
Saya menyadari bahwa ini merupakan langkah awal untuk memahami
sebagian kecil dari ilmu geografi yang diperoleh dan dipelajari selama masa
perkuliahan. Masih banyak lagi hal yang harus dipelajari untuk memperluas
pengetahuan. Langkah awal ini diharapkan dapat menjadi modal awal untuk
pengaplikasian ilmu di masa depan. Dengan keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang ada, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Hafid Setiadi S.Si, M.T., dan Dra. Tuty Handayani M.S., selaku dosen pembimbing I dan II yang telah menyediakan waktu disela kesibukannya,
untuk memberikan ide, masukan, motivasi, dan dengan sabar membimbing
saya dalam masa penyusunan skripsi ini;
2. Dr. Djoko Harmantyo M.S., selaku ketua sidang dan Dra. Widyawati, MSP
selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan kritik dalam
penyusunan skripsi ini;
3.
Drs. Hari Kartono M.S., selaku dosen penguji I yang telah memberikan
masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini serta banyak membantu
saya dalam masa perkuliahan sebagai pembimbing akademik;
4.
Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Geografi FMIPA UI yang
telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis selama
masa perkuliahan;
5.
Seluruh karyawan dan staf Departemen Geografi FMIPA UI;
6. Om Duhro, Om Iwan, Om Uki, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat
disebutkan satu persatu yang telah bersedia diwawancara oleh saya;
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
6/102
vi
7. Mama, Papa, dan Ka Ima yang selalu mendoakan, sebagai tempat curhat,
serta memberikan dorongan baik moral maupun material selama masa
perkuliahan sampai penyusunan skripsi;
8.
Geografi 2009 yang telah menjadi keluarga baru, terutama Uci, Deasy, Hani,
Ipur, Ali, Aster yang selalu “chibi” serta temen pulang bareng semasa kuliah,
Fara yang katanya ga mau jadi “chibi” dan Cem, terima kasih banyak atas
segala kekompakkan, kenangan, dukungan, dan bantuan semasa kuliah
hingga penyusunan skripsi ini,;
9. Astri “balwel” sebagai sahabat sejak SMP yang selalu memberi dukungan
dan doa selama penyusunan skripsi;
10.
Ulan, Puji, Ciwe, dan Jejel sahabat ku tersayang yang selalu mendoakan
serta memberi semangat, semoga kita tetap “lebay” dan kompak hingga
nenek-nenek;
11. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
perkembangan ilmu.
Depok, 10 Januari 2014
Penulis
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
7/102
vii
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
8/102
viii
ABSTRAK
Nama : Dwita Maulida
Program Studi : GeografiJudul : Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik (Studi Kasus: Buruh
Pabrik di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)
Waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat diibaratkan sebagai sumber daya.
Karena jumlahnya terbatas yaitu sebanyak 24 jam selama satu hari. Terbatasnya
waktu tersebut harus dimanfaatkan secara maksimal untuk beraktivitas setiap hari.
Di Kecamatan Cakung kegiatan sektor industri merupakan kegiatan perekonomian
yang paling mendominasi. Keberadaan sektor industri ini mendorong
pertumbuhan pabrik yang membutuhkan penggerak kegiatan industri. Buruh
pabrik merupakan satu dari banyak profesi yang muncul akibat pertumbuhan pabrik tersebut. Berdasarkan situasi geografi, pemanfaatan waktu luang buruh
pabrik di Kecamatan Cakung cenderung beraktivitas di sekitar tempat tinggalnya.
Karena berdasarkan situasi aktivitas waktu luang, lebih banyak melakukan
aktivitas keluarga dan rumah. Kemudian berdasarkan situasi sosial, buruh pabrik
cenderung beraktivitas bersama dengan individu lain.
Kata kunci : Waktu Luang, Buruh Pabrik, Kecamatan Cakung
xiv + 63 halaman; 20 gambar; 5 tabel;
Daftar Pustaka : 25 (1977 – 2013)
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
9/102
ix
ABSTRACT
Name : Dwita MaulidaStudy Program : Geography
Title : Factory Labor‟s Leisure Time Usage (Study Case: FactoryLabor in Cakung Disctrict, East Jakarta)
Time in daily life is a limited resource because there're only 24 hours a day. The
limited time in a day should be used to the maximum in order to fulfill daily life.
In District of Cakung, industrial sector is the main economic activities. The
existence of the industrial sector is pushing the growth of the factory and as the
result is the increasing demand of labors. Based on the geographic situation,
labors usually doing free time activities near their house. The reasons is, based on
their free time activities, they tend to do family activities and at home acivities.The social situation, labors tend to do activities together with other individuals.
Key word: Leisure Time, Factory Labor, Cakung District
xiv + 63 pages; 20 Pictures; 5 Tables;
References: 25 (1977 – 2013)
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
10/102
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................. vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1
1.2.
Rumusan Masalah ....................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3
1.5.
Batasan Penelitian ....................................................................................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5
2.1. Waktu .......................................................................................................... 5
2.1.1.
Waktu dalam ilmu geografi .............................................................. 5
2.1.2. Waktu dalam aktivitas sehari-hari .................................................... 7
2.2. Waktu Luang ............................................................................................... 9
2.2.1. Definisi ............................................................................................. 9
2.2.2.
Jenis aktivitas waktu luang ............................................................. 11
2.3.
Mobilitas ................................................................................................... 12
2.4. Waktu Luang Dalam Kehidupan Buruh Pabrik ........................................ 14
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 16
3.1.
Wilayah Penelitian .................................................................................... 16
3.2.
Alur Pikir Penelitian ................................................................................. 16
3.3. Informan .................................................................................................... 18
3.4.
Pengumpulan Data .................................................................................... 19
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
11/102
xi
3.4.1. Data primer ..................................................................................... 20
3.4.2. Data sekunder ................................................................................. 20
3.5.
Analisis Data ............................................................................................. 21
3.6.
Alur Kerja ................................................................................................. 22
BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .............................. 23
4.1.
Kecamatan Cakung ................................................................................... 23
4.2. Kawasan Industri di Kecamatan Cakung .................................................. 24
4.3. Gambaran Umum Pabrik .......................................................................... 27
4.4.
Gambaran Umum Buruh Pabrik di Kecamatan Cakung ........................... 29
BAB 5 PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK .................... 32
5.1.
Waktu Luang Menurut Buruh Pabrik ....................................................... 32
5.2.
Situasi Aktivitas Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik ..................... 33
5.2.1. Buruh pabrik yang sudah menikah ................................................. 34
5.2.2. Buruh pabrik yang belum menikah ................................................ 43
5.3.
Situasi Sosial Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik .......................... 47
5.4. Situasi Geografi Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik ..................... 48
5.4.1. Lokasi ............................................................................................. 48
5.4.2.
Waktu ............................................................................................. 58
BAB 6 KESIMPULAN ........................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61
LAMPIRAN .......................................................................................................... 64
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
12/102
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Kelompok pengusaha kecil dan menengah di Kawasan PIK .............. 24Tabel 5.1. Pemahaman waktu luang menurut buruh pabrik ................................. 32
Tabel 5.2. Aktivitas waktu luang buruh pabrik yang menikah ............................ 37
Tabel 5.3. Aktivitas waktu luang buruh pabrik belum menikah .......................... 44
Tabel 5.4. Ketersediaan waktu luang ................................................................... 58
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
13/102
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Bentuk visualisasi geografi waktu .................................................... 7Gambar 2.2. Bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan ................................. 13
Gambar 3.1. Alur pikir penelitian ....................................................................... 18
Gambar 3.2. Alur kerja penelitian ....................................................................... 22
Gambar 4.1. Lokasi Kawasan Berikat Nusantara ................................................ 26
Gambar 4.2. Lokasi P.T. Sayap Mas Utama ....................................................... 27
Gambar 4.3. P.T. Sayap Mas Utama ................................................................... 28
Gambar 4.4. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik
(permukiman tidak teratur) ............................................................. 29
Gambar 4.5. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik (rumah susun) ...................... 30
Gambar 4.6. Kondisi aksesibilitas menuju rumah buruh pabrik ......................... 31
Gambar 5.1. Warung milik informan 2 ............................................................... 34
Gambar 5.2. Kandang itik milik informan 1 ....................................................... 35
Gambar 5.3. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah ....... 41
Gambar 5.4. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah dan
aktivis ............................................................................................. 42
Gambar 5.5. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang belum menikah ..... 46
Gambar 5.6. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang telah menikah (tidak punya
usaha sampingan) ........................................................................... 51
Gambar 5.7. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang telah menikah (punya usaha
sampingan) ..................................................................................... 52
Gambar 5.8. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang telah menikah (aktivis) ....... 53
Gambar 5.9. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang belum menikah ................... 54
Gambar 5.10. Sketsa pergerakan waktu luang buruh pabrik ................................. 56
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
14/102
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Informan 1 .............................................................................................................. 65
Informan 2 .............................................................................................................. 68
Informan 3 .............................................................................................................. 70
Informan 4 .............................................................................................................. 72
Informan 5 .............................................................................................................. 74
Informan 6 .............................................................................................................. 76
Informan 7 .............................................................................................................. 79
Informan 8 .............................................................................................................. 82
Informan 9 .............................................................................................................. 84
Informan 10 ............................................................................................................ 86
Lampiran peta lokasi rumah informan ................................................................... 88
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
15/102
1
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, waktu dapat diibaratkan sebagai sumber
daya karena jumlahnya yang terbatas, namun harus digunakan secara
maksimal untuk melakukan aktivitas dalam satu hari. Setiap hari, semua
orang mendapatkan jumlah waktu yang sama untuk melakukan aktivitasnya
yaitu 24 jam (Ellegård, 1999). Penggunaan waktu 24 jam tersebut
dialokasikan untuk berbagai aktivitas, berupa waktu untuk tidur, bekerja, dan
waktu luang. Dalam bidang ilmu geografi, pembahasan mengenai waktu dan
aktivitas sehari-hari dibahas lebih lanjut dalam geografi waktu. Geografi
waktu pertama kali didalami oleh Hägerstrand pada tahun 1970. Penekanan
bahasan dalam geografi waktu adalah aktivitas sehari-hari manusia terkait
dengan waktu dan ruang yang disajikan dalam bentuk akuarium (Sui, 2012).
Pengalokasian waktu setiap orang yang berbeda turut mengakibatkan
jumlah waktu untuk tidur, bekerja dan waktu luang yang berbeda. Hal ini
mengakibatkan ada seseorang yang memiliki waktu luang yang lebih sedikit
dan adapula yang lebih banyak. Waktu luang itu sendiri dapat diartikan
sebagai waktu bebas, artinya seseorang bebas melakukan hal apa yang ingin
dilakukan tanpa ada aturan yang mengekang aktivitas yang harus dilakukan.
Waktu luang menyediakan kesempatan terbaik untuk seseorang melakukan
hal yang diinginkan dan mencapai kesenangan, kebahagiaan, hingga bebas
mengekspresikan dirinya. Saat melakukan aktivitas waktu luang, ada yang
melakukan aktivitas yang telah terencana dan ada pula yang menghabiskan
waktu luangnya tanpa rencana apa pun. Berdasarkan beberapa penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya, waktu luang yang dimanfaatkan dengan
baik dapat turut meningkatkan kesehatan seseorang dari aspek fisik,
hubungan sosial, dan mental. Lebih lanjut lagi, pengaturan waktu luang yang
baik dapat berkontribusi kepada kualitas hidup. Hal ini berkaitan dengan
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
16/102
2
Universitas Indonesia
aktivitas yang dilakukan saat waktu luang sehingga dapat mengurangi stress
dan meningkatkan kesehatan seseorang, dan dampaknya kualitas hidup dapat
meningkat apabila aktivitas waktu luangnya dimanfaatkan dengan baik
(Žganec, 2010).
Kecamatan Cakung merupakan wilayah terluas dalam administrasi Kota
Jakarta Timur. Lokasi Kecamatan Cakung yang terletak di sebelah timur
Jakarta dan berbatasan langsung dengan Kota Bekasi menyebabkan
kecamatan ini menjadi salah satu pintu masuk ke wilayah Jakarta dari Jawa
Barat. Di Kecamatan Cakung terdapat beberapa kawasan industri, seperti
kawasan industri Pulogadung yang menurut situs resmi kecamatan ini
dibangun berdasarkan SK Gubernur 1b.3/2/35/69 tahun 1969 dengan luas
areal mencapai 500 ha. Selain kawasan industri Pulogadung, di Cakung juga
terdapat kawasan industri kayu dan meubel Klender, kawasan perkampungan
industri kecil Penggilingan, dan kawasan sentra primer baru timur yang
masih dalam tahap pengembangan. Keberadaan kawasan industri tersebut
mendorong munculnya pabrik-pabrik yang membutuhkan tenaga kerja
sebagai penggerak kegiatan industri.
Buruh pabrik merupakan salah satu jenis profesi yang muncul dari
berdirinya pabrik-pabrik tersebut. Dalam melakukan pekerjaannya, buruh
pabrik memiliki pengaturan jam kerja yang ketat karena telah diatur oleh
perusahaannya. Dalam satu hari seorang buruh pabrik dapat bekerja sekitar
tujuh hingga delapan jam, dimana waktu kerja tersebut belum ditambah
apabila terdapat waktu lembur. Jika ditambah waktu lembur, seorang buruh
pabrik dapat bekerja hingga sepuluh atau sebelas jam setiap harinya. Artinyadari waktu 24 jam selama sehari yang tersedia, waktu yang tersisa hanya
sekitar tiga belas atau empat belas jam saja. Sisa waktu tersebut sudah
termasuk waktu untuk tidur dan waktu luang. Dengan demikian dapat
dibayangkan berapa banyak seorang buruh pabrik memiliki waktu yang
tersedia untuk bebas melakukan aktivitas sesuai yang dikehendakinya atau
dapat dikatakan sebagai waktu luang. Dengan waktu luang yang hanya tersisa
beberapa jam itulah yang dapat dimanfaatkan seorang buruh untuk
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
17/102
3
Universitas Indonesia
menghilangkan rasa penat dari pekerjaannya. Padahal waktu luang itu sendiri
penting untuk dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan kesehatan
seseorang.
Berdasarkan paparan diatas mengenai terbatasnya waktu luang yang
dimiliki oleh buruh pabrik, muncul rasa ingin tahu peneliti untuk meneliti
bagaimana pemanfaatan waktu luang buruh pabrik dalam kesehariannya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimanakah pemanfaatan waktu luang buruh pabrik berdasarkan
jarak antara pabrik dengan tempat tinggal?
b.
Bagaimanakah mobilitas buruh pabrik dalam memanfaatkan waktu
luang?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah
a.
Untuk mengetahui pemanfaatan waktu luang buruh pabrik
berdasarkan jarak antara pabrik dengan tempat tinggal.
b.
Untuk mengetahui mobilitas buruh pabrik dalam memanfaatkanwaktu luangnya
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui keterlibatan seseorang
dengan lingkungan sekitarnya ketika melakukan aktivitas serta mengetahui
keterlibatan seseorang dalam hubungan sosialnya.
1.5. Batasan Penelitian
1. Buruh pabrik adalah pekerja yang terkait dengan aktivitas manual dan
dianggap lebih banyak menggunakan otot (Pacione, 2005). Buruh
pabrik dalam penelitian ini adalah pekerja tetap pabrik yang tidak
termasuk kedalam bidang pekerjaan manajemen.
2.
Waktu luang adalah waktu yang tidak digunakan untuk bekerja,
mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
18/102
4
Universitas Indonesia
(Sukadji, 2000). Waktu luang dalam penelitian ini adalah waktu yang
tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur, dimana tidak ada peraturan yang
mengekang aktivitas yang akan dilakukan.
3.
Aktivitas waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada saat waktu
luang. Aktivitas waktu luang dalam penelitian ini memiliki tiga situasi,
yaitu situasi aktivitas (aktivitas rutin dan tidak rutin), situasi sosial, dan
situasi geografi (lokasi dan waktu).
4. Situasi aktivitas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas
proyek dan aktivitas keseharian. Aktivitas proyek adalah aktivitas yang
dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas
keseharian adalah campuran dari berberapa aktivitas untuk tujuan yang
berbeda-beda.
5. Situasi sosial dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya orang lain
yang ikut melakukan aktivitas bersama dengan seseorang.
6.
Situasi geografi dalam penelitian ini adalah tempat serta waktu
dilakukannya suatu aktivitas.
7. Pergerakan adalah perjalanan yang dilakukan buruh pabrik dalam
melakukan aktivitas waktu luang, dimana dalam penelitian ini
pergerakan akan dikaitkan dengan dimensi ruang (lokasi) dan waktu.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
19/102
5
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Waktu
2.1.1. Waktu dalam ilmu geografi
Dimensi waktu merupakan dimensi yang sangat penting karena
segala gejala di permukaan bumi tidak ada yang bersifat statis,
khususnya fenomena kemanusiaan. Persepektif waktu dapat
diungkapkan dalam bentuk menit, jam, hari, minggu, bulan, dekade,
dan abad. Dalam aktivitas manusia sehari-hari juga tidak lepas dari
dimensi waktu (Yunus, 2010). Pada kajian-kajian terdahulu tentang
aktivitas sehari-hari manusia, geografi hanya memperhatikan aspek
lokasi, namun dalam beberapa dekade terakhir aspek waktu juga turut
diperhatikan. Geografi waktu menekankan kepada aktivitas sehari-hari
manusia terkait dengan waktu dan ruang yang disajikan dalam bentuk
akuarium. Geografi waktu pertama kali dibahas oleh Hägerstrand pada
tahun 1970. Dalam membahas tentang geografi waktu dilakukan
pendekatan yang dikenal dengan Lund time geography approach.
Pendekatan tersebut mengembangkan model masyarakat dimana
kendala dalam aktivitas yang dirumuskan dalam bentuk fisik “lokasi
dalam ruang, ektensi area, dan durasi waktu” (Sui, 2012). Fokus
dalam kajian geografi waktu adalah penaksiran dari berbagai aktivitas
dalam berbagai spasial dan hambatan sementara, dibandingkan dengan
memprediksi perilaku berpergian secara langsung (Neutens, 2010).
Waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat diibaratkan sebagai
sumber daya. Setiap hari, semua orang mendapatkan jumlah waktu
yang sama untuk melakukan aktivitasnya yaitu 24 jam (Ellegård,
1999). Penggunaan waktu 24 jam tersebut dialokasikan untuk
berbagai aktivitas, berupa waktu untuk tidur, bekerja, dan waktu
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
20/102
6
Universitas Indonesia
luang. Waktu luang merupakan waktu dimana seseorang bebas
melakukan hal apa yang ingin dilakukan. Waktu luang menyediakan
kesempatan terbaik untuk seseorang melakukan apa yang ingin
dilakukan dan mencapai kesenangan, kebahagiaan, dan ekspresi diri.
Dalam melakukan aktivitas saat waktu luang, ada yang melakukan
aktivitas secara sehat dan ada pula yang menghabiskan waktu
luangnya tanpa rencana apa pun sehingga dapat menyebabkan
masalah (Žganec, 2010).
Bentuk visualisasi dari geografi waktu adalah mengkonstruksi
secara tiga dimensi (3D) dalam akuarium ruang-waktu untuk
menggambarkan karakteristik dari garis seseorang melalui ruang dan
waktu, penyebab pergerakan mereka, aktivitas, dan interaksi sosial
(Neutens, 2010). Representasi dimana waktu terintegrasi orthogonal
terhadap topografi datar membuat pemikiran yang jelas mengenai
perilaku perjalanan, aksesibilitas, dan pola geospasial. Pada sebuah
visualisasi ini yang paling dapat menarik perhatian adalah kecepatan,
jika seseorang diam di suatu lokasi maka garisnya akan tergambar
secara vertikal dalam akuarium. Kemudian jika seseorang melakukan
perjalanan garisnya akan tergambar miring dan kecepatan perjalanan
dapat terlihat dari kemiringan garis tersebut. Semakin miring garis
yang terbentuk artinya kecepatan perjalanannya semakin cepat
(Holloway dan Hubbard, 2001). Pada Gambar 2.1. dapat dilihat
bentuk visualisasi dari geografi waktu. Pada gambar tersebut terlihat
jumlah waktu yang tersedia yang digambarkan pada sumbu y,
kemudian sumbu x dan z berupa ruang atau space. Garis vertikal yang
terbentuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan pada jam dan lokasi
tertentu, kemudian garis miring menandakan adanya pergerakan dari
satu lokasi ke lokasi lainnya.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
21/102
7
Universitas Indonesia
2.1.2. Waktu dalam aktivitas sehari-hari
Thrift (1977) mengatakan bahwa ruang ( space) dan waktu (time)
merupakan sumber daya dan dapat diatur alokasi penggunaannya
dalam aktivitas sehari-hari. Namun nyatanya dalam sehari-hari
terdapat beberapa hambatan yang menghambat seseorang untuk
mengalokasikan penggunaan ruang dan waktunya (Golledge danStimson, 1997). Hambatan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu:
a.
Hambatan kemampuan (capability contstrains)
Membatasi aktivitas seseorang terkait dengan kemampuannya.
Misalnya jarak yang berpengaruh kepada kemampuan individu
dalam untuk berpergian atau berkomunikasi dengan lokasi lain
atau kondisi fisik dan sosial seseorang yang membatasi
kemampuannya untuk melakukan aktivitas.
b.
Hambatan berpasangan (coupling constrains)
Hambatan berpasangan adalah hambatan yang berpengaruh
terhadap kemana, kapan, dan berapa lama seseorang harus
menggabungkan individu lain atau objek lain untuk membentuk
kondisi produksi, konsumsi, sosial, dan aktivitas lainnya menjadi
satu. Hambatan ini sangat mempengaruhi bentuk dari prisma
aktivitas sehari-hari individu.
Gambar 2.1. Bentuk visualisasi geografi waktu
Sumber: Thrift, 1977
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
22/102
8
Universitas Indonesia
c. Hambatan autoritas (authority constrains)
Hambatan autoritas membatasi akses lokasi ruang atau lokasi
waktu. Hambatan ini terbentuk karena adanya peraturan-peraturan,
hukum, dan hambatan ekonomi yang menetapkan siapa yang
boleh dan tidak mengakses lokasi tertentu, dengan tujuan untuk
melindungi sumber daya atau hal lainnya.
Selain ketiga faktor utama tersebut, ada pula faktor lainnya
seperti penggunaan kendaraan pribadi sehingga ruang aktivitas dapat
bertambah besar, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan status sosial.
Ellegård (1999) mengatakan bahwa ketika berbicara mengenai
aktivitas keseharian, terdapat empat konteks atau situasi yang dapat
berhubungan dengan sudut pandang geografi waktu, yaitu konteks
proyek, konteks keseharian, konteks sosial, dan konteks geografi.
Namun dalam penelitian selanjutnya, Ellegård dan Bertil (2004)
menggabungkan konteks proyek dan keseharian menjadi satu, yaitu
konteks aktivitas. Berikut dibawah ini adalah penjelasan lebih lanjut
mengenai konteks proyek, keseharian, sosial, dan geografi:
a.
Konteks proyek (the project context )
Konteks proyek terkait dengan aktivitas yang dilakukan
seseorang untuk tujuan tertentu. Konteks proyek merupakan
konfigurasi dari aktivitas-aktivitas dimana tipe aktivitas yang
berbeda-beda dikombinasikan untuk mencapai tujuan jangka
panjang maupun pendek.
b.
Konteks keseharian (the everyday context )
Konteks keseharian terkait dengan aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Berbeda dengan
konteks proyek, konteks keseharian merupakan campuran dari
beberapa aktivitas untuk tujuan yang berbeda-beda. Konteks
keseharian merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dan
tidak berubah dalam keseharian, misalnya makan, tidur, dan
bekerja.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
23/102
9
Universitas Indonesia
c. Konteks sosial (the social context )
Setiap aktivitas yang dilakukan dalam keseharian tidak selalu
dilakukan seorang diri, terdapat beberapa aktivitas yang
membutuhkan interaksi dengan orang lain. Artinya terdapat
konteks sosial dalam aktivitas yang dilakukan oleh seseorang.
Konteks sosial tersebut termasuk semua individu lain yang
melakukan aktivitas bersama-sama. Konteks sosial menunjukkan
kapan seseorang bersama dengan individu lainnya. Jika beberapa
individu sering bersama, maka secara tidak langsung akan
terbentuk suatu „grup‟, hal ini sering terjadi kepada remaja.
d.
Konteks geografi (the geographical context )
Konteks geografi terkait dengan tempat serta waktu
dilakukannya suatu aktivitas. Saat ini, konteks geografi yang
sering dianalisa adalah hubungan antar aktivitas, lokasi serta
pergerakan individu. Pada level individu, pola teratur dapat
muncul dimana menunjukkan peran pusat dari tempat tinggal,
tempat kerja, toko, serta tempat tinggal teman dan keluarga.
2.2. Waktu Luang
2.2.1. Definisi
Waktu luang dapat didefinisikan dalam berbagai arti, dari segi
waktu, aktivitas atau kondisi pikiran. Dalam segi waktu, dapat
diartikan bahwa waktu luang adalah waktu bebas dari semua
kewajiban dan keperluan. Jadi dapat didefinisikan pula sebagai segala
aktivitas dimana orang lain tidak bisa membayar kita untukmelakukan hal tertentu dan kita tidak harus melakukan sesuatu jika
kita tidak menginginkannya. Pada akhirnya waktu luang didefinisikan
sebagai keadaan pikiran, artinya melakukan aktivitas yang
menyenangkan (OECD, 2009).
Sukadji (2000) mengatakan waktu luang adalah waktu yang
tidak digunakan untuk bekerja, mencari nafkah, melaksanakan
kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dalam mengisi waktu luang,
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
24/102
10
Universitas Indonesia
dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan potensi,
meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami
gangguan emosi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi,
sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau
sebagai kegiatan menghindari sesuatu.
Menurut Wang (2011), aktivitas waktu luang adalah aktivitas
yang dilakukan saat waktu luang, dimana seseorang bebas melakukan
aktivitas apa yang diinginkan untuk mengekspresikan dirinya,
bersantai, dan merasa bahagia. Waktu luang yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah waktu yang tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur,
dimana tidak ada peraturan yang mengekang aktivitas yang akan
dilakukan. Ketika seseorang melakukan aktivitas saat waktu luang, hal
tersebut dapat membantu mengurangi perasaan depresi dan kesepian
sehingga membantu meningkatkan kesehatan fisik, sosial, dan kognitif
(Cheung, 2009).
Beberapa penelitian yang membahas mengenai aktivitas waktu
luang mengatakan bahwa dengan memanfaatkan waktu luang dengan baik maka turut meningkatkan kondisi kesehatan dari segi fisik, sosial,
dan kognitif. Cheung pada tahun 2009 meneliti mengenai aktivitas
waktu luang dan hubungannya terhadap kualitas hidup dari segi
kesehatan terhadap komunitas lanjut usia di Hongkong. Hasil dari
penelitian ini adalah orang lanjut usia lebih banyak menghabiskan
waktu luang mereka dengan melakukan aktivitas seperti menonton
televisi, mendengarkan musik atau radio dan berkebun ataumemelihara binatang. Aktivitas tersebut meningkatkan kualitas hidup
mereka dari aspek kesehatan karena terkait dengan aktivitas kognitif
dan sosial. Waktu luang penting dalam kesehatan baik secara fisik dan
mental.
Definisi waktu luang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
waktu yang tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur, dimana tidak ada
peraturan yang mengekang aktivitas yang akan dilakukan.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
25/102
11
Universitas Indonesia
2.2.2. Jenis aktivitas waktu luang
Aktivitas saat waktu luang dapat dihabiskan dengan berbagai
cara, seperti menonton televisi, tidur, olahraga, berkunjung ke
tetangga, berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan, dan
mengunjungi anggota keluarga lain. Pengaturan waktu luang yang
baik merupakan faktor kunci untuk mengurangi stress yang didapat
dari pekerjaan, merasa santai, meningkatkan kesehatan, serta dapat
meningkatkan kepuasan bekerja serta kualitas dalam bekerja. Hal ini
dikarenakan dalam melakukan aktivitas di waktu luang, seseorang
tidak diatur oleh peraturan-peraturan sehingga bebas mengekspresikan
dirinya (Wang, 2011). Aktivitas yang dilakukan saat waktu luang
dapat membangun hubungan sosial yang lebih baik, memberikan
perasaan positif, menambah pengetahuan dan keterampilan, hingga
dapat meningkatkan kualitas hidup.
Dari berbagai aktivitas yang dapat dilakukan saat waktu luang,
Žganec (2010) membagi aktivitas waktu luang kedalam tiga kategori:
a. Bersosialisasi dan berpergian ke luar rumah
Jenis aktivitas: berolahraga, pergi ke kafe, mengunjungi
lomba olahraga, dan makan di restoran.
b. Berkunjung ke tempat hiburan
Jenis aktivitas: mengunjungi pameran, pergi ke teater, pergi
ke bioskop, datang ke konser, pergi bertamasya, dan melakukan
hobi tertentu.
c. Aktivitas keluarga dan rumah
Jenis aktivitas: mengunjugi teman dan keluarga, belanja,
pergi ke tempat ibadah, dan menonton televisi.
Selain ketiga kategori diatas, jenis aktivitas waktu luang juga
dapat dikategorikan berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Hal ini
terkait dengan konteks proyek yang telah dibahas sebelumnya, dimana
beberapa aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya,
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
26/102
12
Universitas Indonesia
seseorang ingin berkebun maka jenis aktivitas yang dilakukan seperti
membeli bibit tanaman, menanam bibit tanaman, dan memberi pupuk.
Dalam penelitian ini, aktivitas waktu luang akan dibagi menjadidua, yaitu jenis aktivitas dan tujuan aktivitas. Jenis aktivitas
didalamnya termasuk situasi aktivitas dan situasi sosial yang
menjelaskan tentang pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Situasi
aktivitas mencakup aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak.
Kemudian situasi sosial mencakup individu lain yang ikut terlibat
ketika melakukan aktivitas. Tujuan aktivitas mencakup situasi
geografi yang didalamnya terdapat lokasi serta waktu dilakukannya
aktivitas, dimana akan terlihat mobilitas yang dilakukan.
2.3. Mobilitas
Mobilitas atau pergerakan adalah istilah umum yang terkait dengan
segala tipe pergerakan manusia dalam suatu wilayah. Terdapat dua aspek
perilaku dalam mobilitas, pertama mobilitas yang dilakukan sehari-hari atau
temporal contohnya perjalanan ke toko, kantor, atau ke sekolah. Mobilitas
yang seperti ini bersifat ulang-alik atau komuter dikarenakan jangka
waktunya yang pendek (tidak untuk waktu yang lama) serta dilakukan secara
teratur. Perilaku mobilitas pergerakan kedua adalah mobilitas yang bersifat
lama (dalam pengertian waktu yang lebih lama) biasanya terkait dengan
keputusan untuk meninggalkan rumahnya secara permanen untuk tinggal di
lokasi baru yang kemudian lebih sering dikatakan sebagai migrasi. Kedua
perilaku tersebut secara tidak langsung berdampak kepada dimensi waktu.
Karena seseorang melakukan mobilitas melewati waktu, seringkali terdapat
sebuah ritme dan pola aktivitas yang terbentuk dari pergerakan tersebut
(Fellman, 2010). Dalam penelitian ini mobilitas yang akan dibahas adalah
perilaku pertama dimana mobilitas dilakukan seseorang untuk melakukan
aktivitas kesehariannya.
Mobilitas yang dilakukan sehari-hari terjadi karena adanya tujuan dari
perjalanan tersebut seperti bekerja, belajar, belanja, rekreasi, dan lainnya.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
27/102
13
Universitas Indonesia
Tujuan tersebut muncul akibat adanya faktor penarik di tempat tujuan yang
seringkali disebut juga dengan tarikan perjalanan (trip attraction). Tarikan
perjalanan menurut Tamin (2000) adalah pergerakan berbasis rumah dengan
tempat asal dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh
pergerakan berbasis bukan rumah. Selain tarikan perjalanan, adapula yang
dikatakan sebagai faktor pendorong terjadinya mobilitas yang disebut dengan
bangkitan perjalanan (trip production). Bangkitan perjalanan menurut Tamin
(2000) adalah pergerakan berbasis rumah yang memiliki tempat asal atau
tujuan adalah rumah, atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan
berbasis bukan rumah. Dalam penelitian ini, posisi teori bangkitan dan
tarikan perjalanan adalah sebagai penyebab terjadinya mobilitas dalam
melakukan aktivitas ketika waktu luang. Contohnya seseorang memiliki
waktu luang di siang hari ingin menonton film di bioskop, maka ia
melakukan perjalanan ke mall untuk menonton, disini mall ketika siang hari
dikatakan sebagai tarikan perjalanan dan rumah merupakan bangkitan
perjalanan.
Setiap individu memiliki tipe pergerakan atau mobilitas yang sama,
namun terdapat beberapa variabel yang memepengaruhi frekuensi serta
durasi seperti budaya, ekonomi, dan keadaan sekitar. Fellman (2010)
mengatakan tipe pergerakan individu dapat diperluas menjadi ruang aktivitas
mereka berdasarkan tiga variabel yang tidak saling berhubungan, yaitu:
Gambar 2.2. Bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan
Sumber: Tamin 2000
bangkitantarikan
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
28/102
14
Universitas Indonesia
a. Usia
Aktivitas anak usia sekolah dasar selepas sekolah akan terbatas
dengan kemapuan berjalan atau naik sepeda ke tempat terdekat.
Sedangkan, pelajar tingkat atas dan orang dewasa memiliki mobilitas
yang lebih jauh karena dipengaruhi oleh kepentingan lain seperti
berbelanja kebutuhan sehari-hari, rekreasi, menjemput anak dari sekolah,
dan lainnya.
b. Kemampuan untuk bermobilitas
Terkait dengan biaya dan usaha yang dibutuhkan untuk mengatasi
hambatan jarak dalam melakukan perjalanan. Ketersediaan alat
transportasi umum serta kepemilikan kendaraan mempengaruhi
perjalanan yang dilakukan. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa jika
seseorang yang memiliki tingkat ekonomi lebih baik akan lebih sering
melakukan perjalanan dibandingkan dengan mereka yang tidak.
c.
Ketersediaan lokasi untuk beraktivitas
Ada atau tidaknya sekolah, mall, pabrik, akan membatasi aktivitas
serta pergerakan seseorang. Tidak hanya ketersediaan lokasi saja, namun
pengetahuan tentang suatu daerah juga turut membatasi mobilitas
seseorang. Contohnya seseorang yang tinggal di tempat terpencil dan
memiliki akses terhadap informasi terbatas mobilitas yang dapat
dilakukan oleh orang tersebut turut terbatas pula.
2.4. Waktu Luang Dalam Kehidupan Buruh Pabrik
Berdasarkan UU RI Nomor 13 2003 tentang ketenagakerjaan, pekerja
atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atauimbalan dalam bentuk lain. Buruh seringkali dianggap hanya pekerja kasar
pabrik tetapi pada kenyataannya tidak demikian, semua orang yang bekerja di
bawah pemerintahan kekuasaan orang lain dan menerima upah juga
dikatakan sebagai buruh. Buruh dapat pula dikatakan sebagai pekerja kerah
biru, menurut Pacione (2005) pekerja kerah biru memiliki pekerjaan yang
terkait dengan aktivitas manual dan dianggap lebih banyak menggunakan otot.
Kondisi ini sama dengan buruh pabrik yang dalam pekerjaan sehari-harinya
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
29/102
15
Universitas Indonesia
lebih banyak beraktivitas secara manual. Dalam penelitian ini, yang
dimaksud dengan buruh pabrik adalah pekerja tetap pabrik yang telah
menikah dan tidak termasuk kedalam bidang pekerjaan management . Di
Indonesia, buruh digaji berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang
telah ditetapkan pemerintah. Besaran UMR tiap propinsi di Indonesia
berbeda disesuaikan dengan beberapa pertimbangan seperti kebutuhan fisik
minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, dan lainnya.
Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 189 Tahun 2012 tentang upah minimum propinsi tahun 2013,
upah minimum Jakarta ditetapkan sebesar Rp. 2.200.000,00 per bulan.
Seorang buruh pabrik dalam kesehariannya memiliki pengaturan waktu
yang ketat karena tuntutan pekerjaannya. Waktu masuk dan pulang kerja
yang telah ditentukan berdasarkan peraturan perusahaan, membuat jumlah
waktu yang tersisa untuk melakukan aktivitas lain menjadi terbatas.
Pengaturan waktu kerja buruh pabrik dibagi menjadi dua berdasarkan Pasal
77 UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pertama tujuh jam
dalam sehari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk enam hari kerja.
Kedua, waktu kerja buruh selama delapan jam dalam sehari dan empat puluh
jam dalam satu minggu untuk lima hari kerja. Dalam undang-undang tersebut
dikatakan juga apabila suatu buruh bekeja melebihi waktu kerjanya atau
dapat dikatakan lembur, maka paling banyak waktu untuk lembur hanya
dapat dilakukan selama tiga jam sehari dan empat belas jam untuk satu
minggu. Berdasarkan peraturan tersebut, jika sebuah pabrik menerapkan
waktu kerja selama tujuh jam sehari ditambah waktu lembur selama tiga jam
pada hari yang sama maka dapat dikatakan buruh pabrik bekerja selama
sepuluh jam selama satu hari. Buruh yang bekerja selama sepuluh jam sehari
hanya memiliki waktu yang tersisa selama empat belas jam berupa waktu
untuk tidur serta waktu luang. Sisa waktu tersebut yang bisa dimanfaatkan
oleh buruh pabrik untuk menghilangkan penat dari pekerjaannya.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
30/102
16
Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Wilayah Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Alasan
pemilihannya karena Kecamatan Cakung merupakan kawasan khusus industri
sehinga kegiatan sektor industri mendominasi di wilayah ini. Selain hal
tersebut, alasan lainnya karena lokasi Cakung yang terletak di Jakarta. Di
Jakarta fenomena macet bukanlah fenomena yang asing lagi, kemacetan yang
semkin parah berdampak mengganggu aktivitas masyarakat (Kiswondari,
2013). Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa waktu tempuh dari satu
lokasi ke lokasi lain menjadi lebih penting dibandingkan dengan jarak antara
satu lokasi dengan lokasi lainnya.
Kecamatan Cakung merupakan salah satu dari 10 kecamatan di Jakarta
Timur, terletak di 106o 55‟ 30” Bujur Timur sampai dengan 106o 57‟ 54”
Bujur Timur dan 6o 09‟ 18” Lintang Selatan sampai dengan 6o 13‟ 12”
Lintang Selatan. Kecamatan Cakung berlokasi di sebelah timur Kota Jakarta
Timur dan merupakan pintu gerbang menuju Jakarta dari sebelah timur.
Batas wilayah Kecamatan Cakung sebagai berikut:
Utara : Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara
Timur : Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi
Barat : Kecamatan Pulogadung, Kota Jakarta Timur
Selatan : Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur
3.2. Alur Pikir Penelitian
Obyek dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah buruh pabrik yang
berada di Kecamatan Cakung. Fokus penelitian ini terletak kepada
pemanfaatan waktu luang serta mobilitas yang dilakukan oleh buruh pabrik.
Pemanfaatan waktu luang buruh pabrik yang akan diteliti merupakan aktivitas
yang dilakukan selama satu minggu terakhir. Pada aktivitas waktu luang
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
31/102
17
Universitas Indonesia
terbagi menjadi dua fokus, pertama mengenai jenis aktivitas dan kedua
mengenai tujuan aktivitas.
Jenis aktivitas didalamnya termasuk situasi aktivitas dan situasi sosialyang menjelaskan tentang pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Situasi
aktivitas mencakup aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak. Kemudian
situasi sosial mencakup individu lain yang ikut terlibat ketika melakukan
aktivitas. Tujuan aktivitas mencakup situasi geografi yang didalamnya
terdapat lokasi serta waktu dilakukannya aktivitas, dimana akan terlihat
mobilitas yang dilakukan.
Berdasarkan pemanfaatan waktu luang dan mobilitas tersebut akan
dapat dipahami bagaimana pola pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Alur
pikir penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
32/102
18
Universitas Indonesia
3.3. Informan
Kriteria informan dalam penelitian ini merupakan orang yang memiliki
pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan orang yang
memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.
Sebelum melakukan survei, peneliti membangun hubungan baik dengan
informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.
Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian
Buruh pabrik
Aktivitas waktu
luang
Jenis
aktivitas
Tujuan
aktivitas
Situasi
geografi
Situasi
aktivitas
Situasi
sosial
Lokasi WaktuAktivitas
rutin
Individu lain
yang terlibat
Aktivitas
tidak rutin
Pemanfaatan waktu luang
buruh pabrik
Mobilitas buruh pabrikdalam memanfaatkan
waktu luang
Pola pemanfaatan waktu luang
buruh pabrik
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
33/102
19
Universitas Indonesia
Dalam penelitian ini diambil sepuluh informan. Berdasarkan hal tersebut,
peneliti menemukan beberapa informan yaitu sebagai berikut:
a.
Informan 1 : Haris Mukti (51 tahun), buruh pabrik asal Jakarta yangsudah bekerja menjadi buruh semenjak sekitar tahun 1980.
b.
Informan 2 : Duhro (50 tahun), buruh pabrik asal Pemalang yang
sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1982.
c. Informan 3 : Iwan Triadi (42 tahun), buruh pabrik asal Pemalang yang
sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1991.
d. Informan 4 : Roni (40 tahun), buruh pabrik asal Pemalang yang sudah
bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1994.
e.
Informan 5 : Dwi Susanto (32 tahun), buruh pabrik asal Wonogiri
yang sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2001.
f.
Informan 6 : Agung Santoso (32 tahun), buruh pabrik asal Sragen
yang sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2003.
g. Informan 7 : Sugeng Prayitno (26 tahun), buruh pabrik asal Madiun
yang sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2006.
h. Informan 8 : Supri (51 tahun), buruh pabrik asal Semarang yang
sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1985.
i.
Informan 9 : Hendra (23 tahun), buruh pabrik asal Jakarta yang sudah
bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2008.
j. Informan 10 : Dwi Santoso (25 tahun), buruh pabrik asal Jakarta yang
sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2006.
3.4. Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif, dimana menelaah
mengenai esensi, mencari makna dibalik frekuensi dan variansi. Dalam
penelitian kualitatif, analisis lebih ditekankan kepada upaya mengungkapkan
hal-hal terkait dengan proses bukan produk. Oleh karena itu sampel yang
diambil tidak terlalu banyak karena dari padanya cukup memadai untuk
diteliti secara mendalam berkaitan dengan proses itu sendiri. Metode
penelitian kualitatif berangkat dari definisi atau konsep umum dan kemudian
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
34/102
20
Universitas Indonesia
berdasarkan temuan lapangan konsep tersebut dapat diubahnya dalam wujud
variabel penelitian baru yang merupakan suatu produk penelitiannya (Yunus,
2010).
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2013 dengan teknik
pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
Observasi langsung ke lapangan dimaksudkan untuk mengetahui dan melihat
secara langsung berbagai gejala dan perilaku. Wawancara mendalam
dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam.
Kemudian dokumentasi dilakukan untuk memperluas dan melengkapi hasil
kajian.
3.4.1. Data primer
Data primer pada penelitian ini diperoleh dari observasi
langsung dan wawancara informan kunci. Penentuan informan kunci
dilakukan dengan metode sampling bola salju. Pada metode sampling
bola salju, anggota sampel yang dipilih memiliki keterkaitan
emosional antara anggota sampel ke n dan anggota sampel ke n+1
(Yunus, 2010). Karena anggota sampel selanjutnya merupakan pilihandari sampel sebelumnya maka terdapat kemungkinan bahwa sampel
memiliki sifat dan karakteristik yang sama. Informan kunci yang
dipilih dalam penelitian ini adalah buruh pabrik yang bertempat
tinggal di Kecamatan Cakung, memiliki jenis kelamin laki-laki, serta
memiliki waktu kerja yang sama (hari kerja lima atau enam hari dalam
satu minggu). Data primer yang dibutuhkan dari informan kunci
adalah:a. Lokasi pabrik dan rumah informan
b. Aktivitas rutin yang dilakukan ketika waktu luang
c.
Aktivitas keseharian yang dilakukan (mencakup jenis
aktivitas yang dilakukan, lokasi aktivitas, serta bersama siapa
aktivitas tersebut dilakukan)
d.
Alasan pemilihan lokasi aktivitas yang dilakukan
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
35/102
21
Universitas Indonesia
3.4.2. Data sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:
a.
Peta administrasi Jakarta
b.
Peta administrasi Kecamatan Cakung
c. Citra Google Earth
3.5. Analisis Data
Tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data:
a.
Mengkelompokkan data aktivitas waktu luang menjadi jenis aktivitas dan
tujuan aktivitas. Dalam jenis aktivitas, data dikelompokkan kembali
kedalam situasi aktivitas serta situasi sosial. Pengkelompokkan data
diseseuaikan dengan jenis aktivitas yang dilakukan serta individu lain
yang turut terlibat didalamnya. Dalam tujuan aktivitas, data
dikelompokkan yang didalamnya terdapat informasi spasial berupa lokasi
dan waktu dilakukannya aktivitas.
b. Mengilustrasikan aktivitas keseharian dalam bentuk sketsa yang hanya
memasukkan situasi geografi berupa lokasi dan waktu. Sketsa
digambarkan dalam bentuk dua dimensi. Sumbu x pada sketsa
menggambarkan lokasi aktivitas keseharian yang dilakukan. Kemudian
untuk memudahkan pembacaan sketsa, peneliti menggambarkan lokasi
aktivitas disamping garis yang terbentuk berdasarkan aktivitas yang
dilakukan dalam 24 jam. Penggambaran lokasi aktivitas pada sketsa
disesuaikan dengan letak lokasi sebenarnya pada lapangan. Sumbu y
pada sketsa merupakan waktu selama satu hari yaitu 24 jam. Garis
vertikal yang terbentuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan pada jamdan lokasi tertentu dalam satu hari. Kemudian garis miring menandakan
adanya pergerakan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.
c. Untuk mengetahui mobilitas aktivitas waktu luang yang dilakukan oleh
buruh pabrik, maka peneliti membuat sketsa pergerakan aktivitas, dimana
situasi geografi yang dimasukkan dalam peta berupa lokasi serta arah
pergerakannya.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
36/102
22
Universitas Indonesia
d. Melakukan pembahasan dan penafsiran berdasarkan data yang telah
didapatkan sehingga dapat dipahami pemanfaatan waktu luang yang
dilakukan buruh pabrik serta pergerakan ketika waktu luang.
3.6. Alur Kerja
Menentukan
tema penelitian
Menentukan
masalah serta
lokasi
penelitian
Studi literatur
dan internet
browsing
Menulis
proposal
penelitian
Mengumpulkan
data sekunder
Membuat catatan
lapang
Menentukan
kriteria informan
Observasi dan
wawancara
mendalam dengan
informan
Mengkategorisasi
kan data aktivitas
waktu luang
Mengilustrasikan
aktivitas waktu
luang kedalam
tabel
Membuat
transkrip
wawancara
Menarasikan
fenomena yang
ditemukan ketika
observasi
Melakukan pembahasan
dan penafsiran terhadap
data yang telah
dikategorisasikan dan
diilustrasikan
Membuat visualisasi
hasil berupa sketsa
Menulis
laporan akhir
Gambar 3.2. Alur Kerja Penelitian
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
37/102
23
Universitas Indonesia
BAB 4
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1. Kecamatan Cakung
Kecamatan Cakung terletak di paling timur Kota Jakarta dengan luas
wilayah 42,47 Km2, berbatasan langsung dengan Kota Bekasi, Jawa Barat
mengakibatkan kecamatan ini menjadi salah satu pintu masuk ke Jakarta.
Secara administrasi Kecamatan Cakung terdiri atas tujuh kelurahan, yaitu
Kelurahan Rawa Terate, Kelurahan Jatinegara, Kelurahan Penggilingan,
Kelurahan Cakung Barat, Kelurahan Cakung Timur, Kelurahan Ujung
Menteng, dan Kelurahan Pulogebang. Diantara ketujuh kelurahan yang ada,
kelurahan yang terluas adalah Kelurahan Cakung Timur dengan luas wilayah
9,81 Km2 dan kelurahan yang terkecil adalah Kelurahan Rawa Terate dengan
luas wilayah 4,10 Km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Cakung adalah
sekitar 224.001 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2,63 % per tahun.
Persentase penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Cakung adalah
perumahan sebanyak 45,27 % dan penggunaan industri yang terkecil yaitu
sebanyak 24,33 % (Pemerintah Kota Jakarta Timur).
Dari segi perekonomian, Kecamatan Cakung merupakan kawasan
khusus industri karena kegiatan di sektor industri mendominasi pada
kecamatan ini. Hal ini tidak lepas dari lokasi Kecamatan Cakung yang
strategis karena terletak di pintu gerbang masuk Jakarta dari arah timur yaitu
Provinsi Jawa Barat (Kota Bekasi), selain itu kecamatan ini juga dilintasi oleh
jalan tol Cakung – Cilincing yang lebih sering dikenal penduduk sebagai jalan
tol CaCing. Di kecamaran ini terdapat pabrik-pabrik besar (berat) maupun
kecil (ringan dan industri rumah tangga) yang menghasilkan berbagai macam
produk. Kegiatan industri terbesar terdapat di kawasan industri Pulogadung
(Pemerintah Kota Jakarta Timur).
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
38/102
24
Universitas Indonesia
4.2. Kawasan Industri di Kecamatan Cakung
Berikut dibawah ini kawasan industri yang berlokasi di Kecamatan
Cakung:
a.
Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan
Menurut Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta,
Perkampungan Industri Kecil (PIK) berlokasi di Jalan Raya Penggilingan
dengan luas area kawasan mencapai 44 Ha. Produk yang dihasilkan oleh
kegiatan industri di kawasan ini antara lain tas, sepatu, pakaian jadi dan
olahraga, aksesoris, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Di PIK terdapat
lima kelompok pengusaha kecil dan menengah, yaitu:
b. Kawasan industri kayu dan meubel Klender
Pada tahun 1950-an, Klender tumbuh sebagai pusat pengrajin
meubel kayu jati rumahan. Cikal bakalnya dimulai dari daerah sekitar
Jatinegara Kaum dan Pulo Kambing. Produk kerajinan kayu dikerjakan
di bengkel sekitar Klender. Para pengrajin meubel dan showroom meubel
Klender terletak pada koridor Jalan Bekasi Timur Raya dan Jalan
Pahlawan Revolusi Jakarta Timur. Di sepanjang koridor ini, terdapat
lebih dari 200 pengusaha meubel baik perorangan maupun badan usaha
(Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta).
No. Jenis usahaJumlah
pengusaha
Jumlah
pekerja
1 Garmen 273 3.619
2 Logam 96 927
3 Kulit 72 632
4 Aneka komoditi 46 491
5 Meubel 8 37
Sumber: Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta, 2012
Tabel 4.1. Kelompok pengusaha kecil dan menengah di Kawasan PIK
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
39/102
25
Universitas Indonesia
c. Kawasan industri Pulogadung
Kawasan industri Pulogadung memiliki luas mencapai 500 ha areal
lahan di Kecamatan Cakung yang berada di Kelurahan Jatinegara dan
Rawa Terate. Kawasan industri ini dibangun berdasarkan SK Gubernur
1b.3/2/35/69 yang ditetapkan tanggal 20 Mei 1969. Kawasan industri
Pulogadung dihuni oleh lebih dari 450 investor baik lokal maupun asing
dengan jumlah karyawan lebih kurang sebanyak 70.000 orang. Kawasan
industri ini dikelola oleh P.T. JIEP (Jakarta Indusrial Estate Pulogadung).
Kawasan ini dikelola secara terpadu dengan menyediakan kavling siap
bangun, bangunan pabrik siap pakai atau sewa untuk industri menengah
dan kecil, kelengkapan fasilitas perumahan (rumah susun), dan fasilitas
lainnya (kompleks olahraga, fasilitas kesehatan, peribadatan, dan ruang
terbuka hijau). Jenis industri di kawasan ini meliputi industri
berteknologi tinggi yang tidak polutif, hemat lahan dan air (Dinas
Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta).
d.
Kawasan Berikat Nusantara (KBN)
Berdasarkan situs resmi Kawasan Berikat Nusantara (KBN),
kawasan ini dikelola oleh P.T. Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang
merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). P.T. KBN didirikan
pemerintah berdasarkan PP No. 23 Tahun 1986 untuk mengelola
kawasan industri terpadu berstatus berikat yang berfungsi sebagai
kawasan proses ekspor ( Export Processing Zone/EPZ) maupun industri
umum lainnya tanpa tujuan ekspor. Kawasan ini berlokasi di tiga
kawasan industri paling strategis di Jakarta yang dekat dengan akses tol
lingkar luar (JOR) untuk menuju pelabuhan laut maupun pelabuhan udara.
Ketiga kawasan tersebut adalah Kawasan Cakung seluas 176,7 Ha,
Kawasan Marunda seluas 413,8 Ha, dan Kawasan Tanjung Priok seluas 8
Ha. Fasilitas yang disediakan antara lain fasilitas listrik, air bersih,
teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan, perbengkelan, dan
fasilitas properti non-industri lainnya.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
40/102
26
Universitas Indonesia
e.
Kawasan Sentra Primer Baru Timur (SPBT)
Kawasan ini terletak di Kelurahan Pulogebang dan Kelurahan
Penggilingan dengan landmark kantor pemerintah Kota Jakarta Timur.
Tujuan pembangungan SPBT adalah melakukan pembangunan dan
pembenahan titik-titik potensial serta pemeliharaan sarana prasarana
yang ada di kawasan SPBT dan melakukan pembangunan,
pengembangan , dan pemeliharaan akses strategis menuju kasawan SPBT.
SPBT mempunyai prospek kedepan yang cukup baik karena telah
didukung sarana dan prasarana kota yang terus dibangun. Beberapa
sarana dan prasarana perkotaan yang akan berpengaruh dengan
pengembangan kawasan SPBT dimasa mendatang antara lain Double –
(a)
(b)
(c)Gambar 4.1. Lokasi Kawasan Berikat Nusantara
(a) Kawasan Cakung, (b) Kawasan Marunda, dan (c) Kawasan Tanjung Priok
Sumber: Situs resmi P.T. Kawasan Berikat Nusantara
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
41/102
27
Universitas Indonesia
Double Track (DDT) Manggarai – Cikarang, Banjir Kanal Timur (BKT),
koridor Transjakarta, dan terminal Pulogebang.
4.3. Gambaran Umum Pabrik
Dalam penelitian ini, buruh pabrik yang diteliti adalah buruh pabrik
yang bekerja di P.T. Sayap Mas Utama. Pabrik ini dipilih oleh peneliti dengan
alasan untuk mempermudah pengambilan data. Sebelumnya, peneliti telah
mengenal beberapa buruh pabrik yang bekerja di pabrik tersebut. Pabrik ini
berlokasi di Kawasan Perluasan Utara P.T. JIEP Jalan Tipar Cakung Kav. F5
– 7 Jakarta Timur. Akses menuju pabrik cukup mudah, lebar jalan yang
menjadi jalur masuk menuju pabrik selebar lebih kurang lima meter. Pabrik
ini juga memiliki akses menuju Jalan Raya Bekasi dan Jalan Tol Cakung-
Cilincing (CaCing). Pabrik ini berdekatan dengan pabrik lainnya yang sudah
masuk ke dalam wilayah KBN.
Gambar 4.2. Lokasi P.T. Sayap Mas Utama (dilingkari warna kuning)
Sumber: Google Earth, 2013
U
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
42/102
28
Universitas Indonesia
Produk yang dihasilkan oleh pabrik ini antara lain sabun mandi dalam
bentuk cair dan batangan, pembersih lantai, deterjen, dan pengharum pakaian.
Berdasarkan produk yang dihasilkan, pabrik ini termasuk ke dalam golongan
industri aneka kimia dan serat. Berdasarkan orientasinya, industri ini masuk
ke dalam industri yang berorientasi kepada pasar sehingga lokasi industri
berada dekat dengan pasarnya.
Pengaturan jam kerja di pabrik ini dibagi kedalam tiga shift . Jam kerja
shift satu atau shift pagi untuk hari Senin sampai Jumat dari jam 06.00 s.d.
13.30 WIB sedangkan hari Sabtu dari jam 06.00 s.d. 11.00 WIB. Jam kerja
shift dua atau shift siang untuk hari Senin sampai Jumat dari jam 13.30 s.d.
21.00 WIB sedangkan untuk hari Sabtu dari jam 11.00 s.d. 16.00 WIB. Jam
kerja shift tiga atau shift malam untuk hair Senin sampai Jumat dari jam 21.00
s.d. 06.00 WIB sedangkan untuk hari Sabtu dari jam 16.00 s.d. 21.00 WIB.
Penambahan jam kerja atau lembur sebanyak dua jam untuk hari Senin
sampai Jumat dengan jumlah lembur tiap minggu mencapai delapan jam.
Pengaturan shift kerja biasanya digilir setiap minggu, dimulai dari shift satu
kemudian menjadi shift tiga lalu terakhir shift dua dan kembali lagi menjadi
shift satu.
Gambar 4.3. P.T. Sayap Mas Utama
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
43/102
29
Universitas Indonesia
Di sekitar pabrik banyak terdapat warung makanan yang menjual
makanan untuk karyawan pabrik ini. Biasanya, para karyawan membeli
makanan di warung tersebut untuk sarapan maupun makan siang. Ketika
istirahat pun mereka memilih berkumpul bersama sambil mengobrol di
warung-warung tersebut. Untuk fasilitas yang disediakan oleh pabrik,
terdapat lapangan bulu tangkis dalam ruangan (indoor ). Lapangan ini sengaja
disediakan oleh pabrik sebagai tempat olahraga karyawan mereka. Waktu
penggunaan fasilitas ini tidak diatur secara khusus, setiap karyawan bebas
memanfaatkannya kapan saja.
4.4. Gambaran Umum Buruh Pabrik di Kecamatan Cakung
Buruh pabrik yang tinggal di Cakung ada yang berasal dari Jakarta dan
ada juga yang berasal dari luar Jakarta. Mereka pada umumnya tinggal atau
mengontrak rumah dekat dengan tempat kerja mereka untuk memperkecil
pengeluaran biaya transportasi. Pada umumnya, buruh yang tinggal dekat
dengan pabrik hanya membutuhkan waktu tempuh menuju pabrik sekitar lima
hingga lima belas menit saja. Selain mengontrak rumah, ada juga buruh yangmemilih tinggal di rumah susun sewa. Alasannya uang sewa yang dikeluarkan
lebih murah dibandingkan mengontrak sebuah rumah. Lokasi rusunnya pun
masih di Cakung dan berdekatan dengan tempat bekerja.
Gambar 4.4. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik
(permukiman tidak teratur)
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
44/102
30
Universitas Indonesia
Kebanyakan buruh pabrik tinggal di permukiman tidak teratur dengan
kondisi lebar jalan masuk menuju rumah sekitar tiga meter bahkan ada yang
hanya sekitar satu meter saja. Pada umumnya, lokasi tempat tinggal mereka
masih dapat dijangkau oleh angkutan umum hanya sampai jalan rayanya saja.
Kemudian untuk mencapai ke tempat tinggal digunakan sepeda motor karena
lebar jalan yang sempit dan masih jauhnya jarak antara tempat tinggal mereka
dengan jalan raya yang dilalui angkutan umum.
Gambar 4.5. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik(rumah susun)
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
45/102
31
Universitas Indonesia
Buruh pabrik di Cakung pada umumnya tinggal secara berkelompok di
suatu tempat. Kondisi ini disebabkan kegiatan industri di Cakung yang besar
sehingga banyak rumah-rumah yang berlokasi tidak jauh dari pabrik dijadikan
sebagai tempat kontrakan. Oleh karena itu, tidak jarang ditemukan buruh
yang tinggal bertetangga.
Gambar 4.6. Kondisi aksesibilitas menuju rumah buruh pabrik
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
46/102
32
Universitas Indonesia
BAB 5
PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK
5.1. Waktu Luang Menurut Buruh Pabrik
Tabel 5.1. memperlihatkan tentang pemahaman waktu luang menurut
beberapa buruh pabrik. Berdasarkan tabel tersebut terdapat pemahaman
waktu luang menurut buruh pabrik tidak sepenuhnya satu pemikiran. Ada
buruh yang mengartikan waktu luang sebagai waktu untuk beristirahat,
berkumpul bersama keluarga dan bercerita. Meskipun dikatakan sebagai
waktu untuk istirahat, ada buruh pabrik yang berpendapat tidur bukanlah
merupakan bentuk dari istirahat. Jadi artinya, ia beranggapan bahwa waktu
luang yang ada harus dimanfaatkan untuk melakukan suatu kegiatan atau
aktivitas tertentu. Buruh yang mengatakan waktu luang sebagai waktu untuk
istirahat adalah buruh yang pekerjaan utamanya adalah buruh pabrik, tidak
memiliki pekerjaan lainnya. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat
yang telah dikemukakan para ahli mengenai mengenai waktu luang (lihat
kembali sub-bab 2.2.1.) bahwa waktu luang merupakan waktu yang tersisa
dalam satu hari dari aktivitas lainnya seperti bekerja dan waktu luang
dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas secara aktif sehingga tidur tidak
termasuk kedalam waktu luang.
Informan Pemahaman waktu luang
1Waktu untuk istirahat melepas lelah, bermain dengan cucu,
menonton televisi
2
Waktu yang digunakan untuk kepentingan yang bermanfaat.
Maksudnya kegiatan yang bermanfaat dalam artian dapat
menghasilkan penghasilan tambahan
4Waktu luang akan terbuang sia-sia apabila tidak ada aktivitas
yang dapat menambah penghasilan
5Waktu luang adalah waktu untuk bersantai dan istirahat, tetapi
tidur bukan istirahat
Tabel 5.1. Pemahaman waktu luang menurut buruh pabrik
Sumber: Pengolahan data, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
47/102
33
Universitas Indonesia
Sedangkan, pendapat lain dikatakan oleh buruh pabrik yang
memiliki usaha atau pekerjaan lain sebagai seorang pedagang. Mereka
berpendapat bahwa waktu luang lebih baik dimanfaatkan untuk
menambah penghasilan sehingga tidak terbuang sia-sia. Pendapat
mereka berbeda dengan arti dari waktu luang yang dimaksud dalam
penelitian ini.
Berdasarkan pemahaman buruh pabrik tentang waktu luang yang
merupakan waktu yang digunakan untuk beristirahat dan melepas lelah,
peneliti menarik kesimpulan bahwa buruh pabrik mengartikan waktu
luang sebagai waktu untuk melakukan aktivitas yang bersifat santai atau
leisure activities. Aktivitas yang sifatnya santai adalah aktivitas yang
dilakukan untuk menghilangkan stress, merasa rileks, dan melakukan
hal-hal yang diinginkan. Contoh aktivitas yang dilakukan pun beragam
seperti berolahraga, mengunjungi lokasi wisata, menonton televisi,
mendengarkan radio, dan lainnya.
5.2. Situasi Aktivitas Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik
Situasi aktivitas merupakan gabungan antara konteks proyek dan
konteks keseharian. Konteks proyek merupakan aktivitas yang
dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek
maupun panjang. Konteks keseharian merupakan aktivitas yang
dilakukan secara berulang-ulang dan tidak berubah dalam keseharian
(lihat kembali sub-bab 2.1.2.). Dalam penelitian ini, peneliti
menganggap bahwa konteks keseharian dalam aktivitas merupakan
aktivitas rutin dan konteks proyek dalam aktivitas merupakan aktivitas
yang tidak rutin karena tidak muncul secara berulang-ulang. Berikut
dibawah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai situasi aktivitas
pemanfaatan waktu luang buruh pabrik yang peneliti bedakan menjadi
dua, yaitu buruh pabrik yang sudah menikah dan belum menikah.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
48/102
34
Universitas Indonesia
5.2.1. Buruh pabrik yang sudah menikah
Buruh pabrik yang telah menikah dalam pembahasan ini
dibedakan menjadi dua, yaitu buruh yang pekerjaan hanya
sebagai buruh pabrik saja dan buruh yang pekerjaannya selain
sebagai buruh juga sebagai pedagang atau usaha lainnya.
Buruh pabrik yang memiliki usaha diluar pekerjaan
utamanya sebagai seorang buruh mempunyai aktivitas yang
lebih banyak dibandingkan dengan buruh pabrik yang tidak
memiliki usaha diluar pekerjaan sebagai buruh pabrik. Usaha
tersebut dilakukan oleh mereka untuk menambah penghasilan
yang dianggap kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari mereka bersama keluarga. Usaha yang dilakukan oleh buruh
pabrik pun beragam mulai dari berjualan pulsa, membuka
warung, berjualan kaos olahraga, hingga ternak itik.
Gambar 5.1. Warung milik informan 2
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
49/102
35
Universitas Indonesia
Keberadaan usaha tersebut mempengaruhi aktivitas waktu
luang mereka sehingga terdapat aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung kegiatan usaha yang dimilikinya. Contohnya, Duhro
(50 tahun) adalah seorang buruh pabrik yang telah bekerja
selama lebih dari 30 tahun dan memiliki usaha warung di
rumahnya. Setiap satu atau dua kali dalam satu minggu, ia pergi
membeli kebutuhan warungnya di agen warung bersama dengan
istri dan cucunya sekaligus mengajak cucunya berjalan-jalan.
Buruh pabrik lainnya, Roni (40 tahun) memiliki usaha
berdagang kaus olahraga. Setiap pulang kerja, ia menawarkan
barang dagangannya kepada teman-temannya dengan langsung
mendatangi rumahnya. Meskipun begitu, ia tidak pergi ke rumahtemannya setiap hari, aktivitas tersebut dilakukan apabila ia
tidak lelah seusai bekerja.
Gambar 5.2. Kandang itik milik informan 1
Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
50/102
36
Universitas Indonesia
Buruh pabrik yang pekerjaannya hanya sebagai buruh
pabrik saja, waktu luangnya lebih banyak digunakan untuk
kepentingan keluarga. Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan
selalu terkait dengan keluarga mereka. Contohnya Dwi Susanto
(32 tahun), aktivitas waktu luangnya lebih banyak digunakan
untuk mengurus kedua anaknya serta membantu istrinya
melakukan aktivitas rumah tangga. Aktivitas lainnya yang
dilakukan seperti menonton televisi dan mengobrol dengan
tetangganya. Adapun aktivitas lainnya yang dilakukan oleh
buruh pabrik yang tidak memiliki usaha sampingan seperti
melakukan hobi tertentu, mengobrol dengan keluarga, solat di
musala, olahraga, dan mengantar anggota keluarganya
berpergian baik istri maupun anak mereka.
Selain buruh pabrik yang memiliki usaha sampingan dan
tidak memiliki usaha sampingan, ada pula buruh pabrik yang
menjadi aktivis. Seorang buruh pabrik sekaligus aktivis
memiliki pemanfaatan waktu luang yang lebih beragam dan
pergerakannya lebih luas jika dibandingkan dengan buruh yang
memiliki usaha maupun yang tidak. Hal tersebut disebabkan
acara yang diselenggarakan oleh organisasi yang diikutinya dan
lokasi acara tersebut bukanlah di Cakung. Meskipun memiliki
pemanfaatan waktu luang yang lebih beragam, tidak berarti
aktivitas yang dilakukan selalu seperti itu. Ada kalanya mereka
tidak aktif dalam organisasi dan saat itu aktivitasnya tidak jauh
berbeda dengan buruh pabrik lainnya yakni lebih banyak
aktivitas yang dilakukan di rumah dan aktivitas untuk keluarga.
Hal ini dialami oleh Agung Santoso (32 tahun) yang merupakan
seorang buruh pabrik yang telah menikah dan merangkap
sebagai aktivis. Ketika organisasinya sedang mengadakan acara,
ia lebih sering beraktivitas di luar Cakung, namun ketika sedang
tidak ada acara maupun kegiatan apapun ia lebih memilih di
rumah saja.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
51/102
37
Universitas Indonesia
Berikut di bawah ini merupakan tabel aktivitas waktu
luang yang dilakukan oleh buruh pabrik yang telah menikah:
Informan Aktivitas rutin Aktivitas tidak rutin
1 Mencari keong Acara pernikahan
Mengobrol dengan keluarga Berkunjung ke tetangga
Menonton televisi Berobat
Beribadah di musala
Bermain dengan cucu
Mengurus itik
Pengajian
2 Belanja kebutuhan warung Solat di mesjidMengobrol dengan tetangga
Menonton televisi
Menjaga warung
Olahraga
Pengajian
Membantu istri
Mengurus ayam
3 Mengantar istri belanja Bermain catur dengan tetangga
Mengobrol dengan keluarga Mengantar anakOlahraga Berkunjung ke rumah teman
Menonton televisi
4 Menonton televisi Berjualan kaos
Mengobrol dengan tetangga Membeli pakan untuk hewan
peliharaan
Mengobrol dengan keluarga Mengambil barang dagangan
Olahraga Memancing
Mengurus ayam
5 Mengurus anak Menjemput istri
Mengantar anak sekolah Bermain dengan anak (ke tempathiburan)
Mengobrol dengan tetangga Acara pernikahan
Menonton televisi Berkunjung ke rumah keluarga
Mengobrol dengan keluarga
6 Mengantar anak mengaji Memasang spanduk
Menjemput anak mengaji Pendidikan dan pelatihan satgas
Menonton televisi Aksi demo
6 Mengobrol dengan keluarga Dialog kebangsaan
Pengawalan penetapan KHL
Tabel 5.2. Aktivitas waktu luang buruh pabrik yang menikah
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
52/102
38
Universitas Indonesia
Jika dikelompokkan berdasarkan kategorinya, aktivitas
waktu luang yang dilakukan oleh buruh pabrik yang sudah
menikah antara lain adalah:
a.
Aktivitas keluarga dan rumah
Dalam aktivitas keluarga dan rumah terdapat yang
dilakukan secara rutin dan tidak. Dikatakan aktivitas rutin
karena aktivitas terebut muncul beberapa kali dalam
aktivitas keseharian yang dilakukan. Contoh aktivitas
keluarga dan rumah yang rutin dilakukan adalah menonton
televisi, mengobrol dengan keluarga, membantu istri
membersihkan rumah, mengurus anak, dan lainnya.
Sedangkan aktivitas yang tidak rutin dapat dikatakan
demikian karena aktivitas tersebut hanya muncul satu atau
dua kali dalam aktivitas keseharian yang dilakukan. Contoh
aktivitas keluarga dan rumah yang tidak rutin dilakukan
adalah belanja kebutuhan warung, berkunjung ke rumah
saudara, dan lainnya.
b.
Sosialisasi dan pergi ke luar rumah
Sama seperti aktivitas keluarga dan rumah, dalam
aktivitas sosialisasi dan pergi ke luar rumah juga terdapat
aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak. Aktivitas
yang rutin dilakukan seperti acara keagamaan, mengobrol
dengan tetangga, dan olahraga.
Informan Aktivitas rutin Aktivitas tidak rutin
6 Pembahasan rencana mogok kerja
Mengantar anak sekolah
8 Mengurus burung Menjemput anakSolat di musola Berkunjung ke rumah keluarga
Mengobrol dengan tetangga Acara pernikahan
Menonton televisi
Mengobrol dengan keluarga
Sumber: Pengolahan data, 2013
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
53/102
39
Universitas Indonesia
Sedangkan aktivitas yang tidak rutin dilakukan seperti
datang ke acara pernikahan, berobat ke dokter, pergi
memancing, berukunjung ke rumah teman, dan lainnya.
c.
Berkunjung ke tempat hiburan
Jenis aktivitas dalam kategori ini termasuk kedalam
aktivitas yang tidak rutin dilakukan. Kemunculan aktivitas
ini tidak tentu karena buruh pabrik yang telah menikah
jarang ada berkunjung ke tempat hiburan secara rutin.
Alasannya cukup beragam, ada yang beralasan tidak
memiliki keinginan untuk jalan-jalan, adapula yang
mengatakan tidak memiliki uang, serta ada yang
mengatakan bekerja setiap harinya sudah membuat lelah
sehingga ketika hari libur memilih untuk istirahat di rumah.
Jika dihitung dari jumlah waktu yang digunakan untuk
ketiga kategori di atas, jumlah waktu paling banyak digunakan
untuk melakukan aktivitaskeluarga dan rumah.
Gambar 5.3. dan 5.4. merupakan sketsa aktivitaskeseharian buruh pabrik yang telah menikah. Pada Gambar 5.3.
terdapat dua sketsa, yaitu sketsa (a) yang merupakan contoh dari
buruh pabrik yang memiliki usaha dan sketsa (b) yang
merupakan contoh dari buruh pabrik yang tidak memiliki usaha.
Kedua gambar tersebut menggambarkan sketsa aktivitas
keseharian buruh pabrik. Sumbu x pada sketsa menggambarkan
lokasi aktivitas keseharian yang dilakukan. Sumbu y pada sketsamerupakan waktu selama satu hari yaitu 24 jam. Garis vertikal
yang terbentuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan pada jam
dan lokasi tertentu dalam satu hari. Kemudian garis miring
menandakan adanya pergerakan dari satu lokasi ke lokasi
lainnya.
Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa
buruh pabrik yang telah menikah lebih banyak menghabiskan
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
54/102
40
Universitas Indonesia
waktu luang mereka untuk melakukan aktivitas di rumah mereka.
Kemudian ketika mereka melakukan aktivitas di luar rumah,
aktivitas mereka pada umumnya terkait dengan individu lain.
Individu lain yang dimaksud adalah keluarga, teman, atau
tetangga mereka. Keberadaan individu lain ini akan dibahas
selanjutnya dalam pembahasan situasi sosial.
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
55/102
41
Universitas Indonesia
Gambar 5.3. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah
(a) memiliki usaha; (b) tidak memiliki usaha
Sumber: Pengolahan data, 2013
Keterangan:
B : pabrik L : pos satpam 5 : agen warung : waktu luang
? : taman kanak-kanak ? : sekolah dasar 8 : rumah
(a) informan 2 (b) informan 5
8
W a k t u
W a k t u
8
8
B
B 8
8
8
8
5
L
L
8
? 8
8
8
?
?
B
B
8
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
56/102
42
Universitas Indonesia
Sketsa 5.4. merupakan sketsa aktivitas buruh pabrik yang
menikah dan seorang aktivis. Sketsa dibawah ini merupakan
contoh aktivtas tidak rutin yang dilakukan, dimana aktivitas ini
hanya akan muncul ketika ada acara yang diadakan oleh
organisasi yang diikutinya. Pada grafik ini dapat terlihat, ketika
sedang ada acara yang diselenggarakan oleh organisasi, buruh
yang juga sebagai aktivis lebih banyak menghabiskan waktunya
untuk melakukan aktivitas di luar rumahnya dibandingkan
dengan buruh pabrik yang telah menikah lainnya.
8
8
8 B
;
;
?
Keterangan:
: musala B : pabrik ; : departemen tenaga kerja dan transmigrasi
? : sekolah dasar 8 : rumah : waktu luang
Informan 6
Gambar 5.4. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah dan aktivis
Sumber: Pengolahan data, 2013
W a k t u
8
8
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
57/102
43
Universitas Indonesia
5.2.2. Buruh pabrik yang belum menikah
Buruh pabrik yang belum menikah memiliki jumlah waktu
luang yang lebih sedikit daripada yang telah menikah. Waktu
luang yang dimiliki lebih sedikit karena buruh yang belum
menikah lebih sering kerja lembur baik pada hari kerjanya
maupun diluar hari kerjanya seperti hari Minggu. Selain itu,
buruh yang belum menikah juga lebih bebas dari segi waktu.
Maksudnya, mereka bebas berpergian hingga larut malam untuk
berkumpul bersama dengan teman-temannya. Hal ini berbeda
dengan buruh yang sudah menikah karena mereka memiliki
kewajiban dan tanggung jawab dengan keluarganya sehingga
tidak bisa pergi bebas.
Aktivitas waktu luang buruh pabrik yang belum menikah
secara umum tidak jauh berbeda dengan buruh pabrik yang
sudah menikah. Aktivitas yang dilakukan kebanyakan berupa
aktivitas keluarga dan rumah serta bersosialisasi dan berpergian
ke luar rumah. Perbedaan aktivitas antara buruh yang sudah
menikah dengan yang belum menikah adalah pergi ke tempat
hiburan. Tidak seperti buruh yang sudah menikah yang
kebanyakan jarang pergi ke tempat hiburan, buruh pabrik yang
belum menikah lebih sering pergi ke tempat hiburan jika sedang
libur. Mereka pada umumnya pergi ke tempat hiburan karena
diajak oleh teman atau mengajak kekasih mereka berjalan-jalan
ke tempat hiburan seperti mal. Mereka pergi ke tempat hiburan
bersama dengan kekasihnya atau teman-temannya.
Selain aktivitas tersebut, adapula buruh pabrik yang rutin
membeli makanan di warung makan dekat rumahnya seperti
yang dilakukan Sugeng (26 tahun). Sugeng memilih untuk
membeli makanan di warung makan karena ia tinggal di Jakarta
tidak bersama dengan keluarganya, ia mengontrak rumah di
daerah Pulogebang bersama dengan teman-temannya. Lain
8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014
58/102
44