Top Banner

of 37

Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

Jul 08, 2018

Download

Documents

maulidhita
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    1/102

     

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK

    (STUDI KASUS: BURUH PABRIK DI KECAMATAN CAKUNG,

    JAKARTA TIMUR)

    SKRIPSI

    DWITA MAULIDA

    0906635173

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    DEPARTEMEN GEOGRAFI

    DEPOK

    JANUARI 2014

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    2/102

     

    UNIVERSITAS INDONESIA

    PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK

    (STUDI KASUS: BURUH PABRIK DI KECAMATAN CAKUNG,

    JAKARTA TIMUR)

    SKRIPSI

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains

    DWITA MAULIDA

    0906635173

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    DEPARTEMEN GEOGRAFI

    DEPOK

    JANUARI 2014

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    3/102

    iii

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    4/102

    iv

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    5/102

    v

    KATA PENGANTAR  

    Syukur Alhamdulilah saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat

    dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini

    dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

    Sains Jurusan Geografi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Indonesia.

    Saya menyadari bahwa ini merupakan langkah awal untuk memahami

    sebagian kecil dari ilmu geografi yang diperoleh dan dipelajari selama masa

     perkuliahan. Masih banyak lagi hal yang harus dipelajari untuk memperluas

     pengetahuan. Langkah awal ini diharapkan dapat menjadi modal awal untuk

     pengaplikasian ilmu di masa depan. Dengan keterbatasan pengetahuan dan

    kemampuan yang ada, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini

    tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya

    mengucapkan terima kasih kepada:

    1. 

    Hafid Setiadi S.Si, M.T., dan Dra. Tuty Handayani M.S., selaku dosen pembimbing I dan II yang telah menyediakan waktu disela kesibukannya,

    untuk memberikan ide, masukan, motivasi, dan dengan sabar membimbing

    saya dalam masa penyusunan skripsi ini;

    2.  Dr. Djoko Harmantyo M.S., selaku ketua sidang dan Dra. Widyawati, MSP

    selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan kritik dalam

     penyusunan skripsi ini;

    3. 

    Drs. Hari Kartono M.S., selaku dosen penguji I yang telah memberikan

    masukan dan kritik dalam penyusunan skripsi ini serta banyak membantu

    saya dalam masa perkuliahan sebagai pembimbing akademik;

    4. 

    Seluruh dosen dan staf pengajar Departemen Geografi FMIPA UI yang

    telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis selama

    masa perkuliahan;

    5. 

    Seluruh karyawan dan staf Departemen Geografi FMIPA UI;

    6.  Om Duhro, Om Iwan, Om Uki, serta pihak-pihak lain yang tidak dapat

    disebutkan satu persatu yang telah bersedia diwawancara oleh saya;

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    6/102

    vi

    7.  Mama, Papa, dan Ka Ima yang selalu mendoakan, sebagai tempat curhat,

    serta memberikan dorongan baik moral maupun material selama masa

     perkuliahan sampai penyusunan skripsi;

    8. 

    Geografi 2009 yang telah menjadi keluarga baru, terutama Uci, Deasy, Hani,

    Ipur, Ali, Aster yang selalu “chibi” serta temen pulang bareng semasa kuliah,

    Fara yang katanya ga mau jadi “chibi” dan Cem, terima kasih banyak atas

    segala kekompakkan, kenangan, dukungan, dan bantuan semasa kuliah

    hingga penyusunan skripsi ini,;

    9.  Astri “balwel” sebagai sahabat sejak SMP yang selalu memberi dukungan

    dan doa selama penyusunan skripsi;

    10. 

    Ulan, Puji, Ciwe, dan Jejel sahabat ku tersayang yang selalu mendoakan

    serta memberi semangat, semoga kita tetap “lebay” dan kompak hingga

    nenek-nenek;

    11. Semua pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan

    semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

     perkembangan ilmu.

    Depok, 10 Januari 2014

    Penulis

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    7/102

    vii

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    8/102

    viii

    ABSTRAK

     Nama : Dwita Maulida

    Program Studi : GeografiJudul : Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik (Studi Kasus: Buruh

    Pabrik di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur)

    Waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat diibaratkan sebagai sumber daya.

    Karena jumlahnya terbatas yaitu sebanyak 24 jam selama satu hari. Terbatasnya

    waktu tersebut harus dimanfaatkan secara maksimal untuk beraktivitas setiap hari.

    Di Kecamatan Cakung kegiatan sektor industri merupakan kegiatan perekonomian

    yang paling mendominasi. Keberadaan sektor industri ini mendorong

     pertumbuhan pabrik yang membutuhkan penggerak kegiatan industri. Buruh

     pabrik merupakan satu dari banyak profesi yang muncul akibat pertumbuhan pabrik tersebut. Berdasarkan situasi geografi, pemanfaatan waktu luang buruh

     pabrik di Kecamatan Cakung cenderung beraktivitas di sekitar tempat tinggalnya.

    Karena berdasarkan situasi aktivitas waktu luang, lebih banyak melakukan

    aktivitas keluarga dan rumah. Kemudian berdasarkan situasi sosial, buruh pabrik

    cenderung beraktivitas bersama dengan individu lain.

    Kata kunci : Waktu Luang, Buruh Pabrik, Kecamatan Cakung

    xiv + 63 halaman; 20 gambar; 5 tabel;

    Daftar Pustaka : 25 (1977 –  2013)

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    9/102

    ix

    ABSTRACT

     Name : Dwita MaulidaStudy Program : Geography

    Title : Factory Labor‟s Leisure Time Usage (Study Case: FactoryLabor in Cakung Disctrict, East Jakarta)

    Time in daily life is a limited resource because there're only 24 hours a day. The

    limited time in a day should be used to the maximum in order to fulfill daily life.

    In District of Cakung, industrial sector is the main economic activities. The

    existence of the industrial sector is pushing the growth of the factory and as the

    result is the increasing demand of labors. Based on the geographic situation,

    labors usually doing free time activities near their house. The reasons is, based on

    their free time activities, they tend to do family activities and at home acivities.The social situation, labors tend to do activities together with other individuals.

    Key word: Leisure Time, Factory Labor, Cakung District

    xiv + 63 pages; 20 Pictures; 5 Tables;

    References: 25 (1977 –  2013)

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    10/102

    x

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ............................................................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii

    KATA PENGANTAR ............................................................................................. v

    LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ............................. vii

    ABSTRAK ........................................................................................................... viii

    ABSTRACT ........................................................................................................... ix

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

    DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

    DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii

    DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

    BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1

    1.2. 

    Rumusan Masalah ....................................................................................... 3

    1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 3

    1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 3

    1.5. 

    Batasan Penelitian ....................................................................................... 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 5

    2.1. Waktu .......................................................................................................... 5

    2.1.1. 

    Waktu dalam ilmu geografi .............................................................. 5

    2.1.2.  Waktu dalam aktivitas sehari-hari .................................................... 7

    2.2. Waktu Luang ............................................................................................... 9

    2.2.1.  Definisi ............................................................................................. 9

    2.2.2. 

    Jenis aktivitas waktu luang ............................................................. 11

    2.3. 

    Mobilitas ................................................................................................... 12

    2.4. Waktu Luang Dalam Kehidupan Buruh Pabrik ........................................ 14

    BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 16

    3.1. 

    Wilayah Penelitian .................................................................................... 16

    3.2. 

    Alur Pikir Penelitian ................................................................................. 16

    3.3. Informan .................................................................................................... 18

    3.4. 

    Pengumpulan Data .................................................................................... 19

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    11/102

    xi

    3.4.1.  Data primer ..................................................................................... 20

    3.4.2.  Data sekunder ................................................................................. 20

    3.5. 

    Analisis Data ............................................................................................. 21

    3.6. 

    Alur Kerja ................................................................................................. 22

    BAB 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN .............................. 23

    4.1. 

    Kecamatan Cakung ................................................................................... 23

    4.2. Kawasan Industri di Kecamatan Cakung .................................................. 24

    4.3. Gambaran Umum Pabrik .......................................................................... 27

    4.4. 

    Gambaran Umum Buruh Pabrik di Kecamatan Cakung ........................... 29

    BAB 5 PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK .................... 32

    5.1. 

    Waktu Luang Menurut Buruh Pabrik ....................................................... 32

    5.2. 

    Situasi Aktivitas Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik ..................... 33

    5.2.1.  Buruh pabrik yang sudah menikah ................................................. 34

    5.2.2.  Buruh pabrik yang belum menikah ................................................ 43

    5.3. 

    Situasi Sosial Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik .......................... 47

    5.4. Situasi Geografi Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik ..................... 48

    5.4.1.  Lokasi ............................................................................................. 48

    5.4.2. 

    Waktu ............................................................................................. 58

    BAB 6 KESIMPULAN ........................................................................................ 60

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 61

    LAMPIRAN .......................................................................................................... 64

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    12/102

    xii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 4.1. Kelompok pengusaha kecil dan menengah di Kawasan PIK .............. 24Tabel 5.1. Pemahaman waktu luang menurut buruh pabrik ................................. 32

    Tabel 5.2. Aktivitas waktu luang buruh pabrik yang menikah ............................ 37

    Tabel 5.3. Aktivitas waktu luang buruh pabrik belum menikah .......................... 44

    Tabel 5.4. Ketersediaan waktu luang ................................................................... 58 

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    13/102

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Bentuk visualisasi geografi waktu .................................................... 7Gambar 2.2. Bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan ................................. 13

    Gambar 3.1. Alur pikir penelitian ....................................................................... 18

    Gambar 3.2. Alur kerja penelitian ....................................................................... 22

    Gambar 4.1. Lokasi Kawasan Berikat Nusantara ................................................ 26

    Gambar 4.2. Lokasi P.T. Sayap Mas Utama ....................................................... 27

    Gambar 4.3. P.T. Sayap Mas Utama ................................................................... 28

    Gambar 4.4. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik

    (permukiman tidak teratur) ............................................................. 29

    Gambar 4.5. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik (rumah susun) ...................... 30

    Gambar 4.6. Kondisi aksesibilitas menuju rumah buruh pabrik ......................... 31

    Gambar 5.1. Warung milik informan 2 ............................................................... 34

    Gambar 5.2. Kandang itik milik informan 1 ....................................................... 35

    Gambar 5.3. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah ....... 41

    Gambar 5.4. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah dan

    aktivis ............................................................................................. 42

    Gambar 5.5. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang belum menikah ..... 46

    Gambar 5.6. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang telah menikah (tidak punya

    usaha sampingan) ........................................................................... 51

    Gambar 5.7. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang telah menikah (punya usaha

    sampingan) ..................................................................................... 52

    Gambar 5.8. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang telah menikah (aktivis) ....... 53

    Gambar 5.9. Sketsa pergerakan buruh pabrik yang belum menikah ................... 54

    Gambar 5.10. Sketsa pergerakan waktu luang buruh pabrik ................................. 56

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    14/102

    xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Informan 1 .............................................................................................................. 65

    Informan 2 .............................................................................................................. 68

    Informan 3 .............................................................................................................. 70

    Informan 4 .............................................................................................................. 72

    Informan 5 .............................................................................................................. 74

    Informan 6 .............................................................................................................. 76

    Informan 7 .............................................................................................................. 79

    Informan 8 .............................................................................................................. 82

    Informan 9 .............................................................................................................. 84

    Informan 10 ............................................................................................................ 86

    Lampiran peta lokasi rumah informan ................................................................... 88

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    15/102

     

    1

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam kehidupan sehari-hari, waktu dapat diibaratkan sebagai sumber

    daya karena jumlahnya yang terbatas, namun harus digunakan secara

    maksimal untuk melakukan aktivitas dalam satu hari. Setiap hari, semua

    orang mendapatkan jumlah waktu yang sama untuk melakukan aktivitasnya

    yaitu 24 jam (Ellegård, 1999). Penggunaan waktu 24 jam tersebut

    dialokasikan untuk berbagai aktivitas, berupa waktu untuk tidur, bekerja, dan

    waktu luang. Dalam bidang ilmu geografi, pembahasan mengenai waktu dan

    aktivitas sehari-hari dibahas lebih lanjut dalam geografi waktu. Geografi

    waktu pertama kali didalami oleh Hägerstrand pada tahun 1970. Penekanan

     bahasan dalam geografi waktu adalah aktivitas sehari-hari manusia terkait

    dengan waktu dan ruang yang disajikan dalam bentuk akuarium (Sui, 2012).

    Pengalokasian waktu setiap orang yang berbeda turut mengakibatkan

     jumlah waktu untuk tidur, bekerja dan waktu luang yang berbeda. Hal ini

    mengakibatkan ada seseorang yang memiliki waktu luang yang lebih sedikit

    dan adapula yang lebih banyak. Waktu luang itu sendiri dapat diartikan

    sebagai waktu bebas, artinya seseorang bebas melakukan hal apa yang ingin

    dilakukan tanpa ada aturan yang mengekang aktivitas yang harus dilakukan.

    Waktu luang menyediakan kesempatan terbaik untuk seseorang melakukan

    hal yang diinginkan dan mencapai kesenangan, kebahagiaan, hingga bebas

    mengekspresikan dirinya. Saat melakukan aktivitas waktu luang, ada yang

    melakukan aktivitas yang telah terencana dan ada pula yang menghabiskan

    waktu luangnya tanpa rencana apa pun. Berdasarkan beberapa penelitian

    yang telah dilakukan sebelumnya, waktu luang yang dimanfaatkan dengan

     baik dapat turut meningkatkan kesehatan seseorang dari aspek fisik,

    hubungan sosial, dan mental. Lebih lanjut lagi, pengaturan waktu luang yang

     baik dapat berkontribusi kepada kualitas hidup. Hal ini berkaitan dengan

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    16/102

    2

    Universitas Indonesia

    aktivitas yang dilakukan saat waktu luang sehingga dapat mengurangi  stress 

    dan meningkatkan kesehatan seseorang, dan dampaknya kualitas hidup dapat

    meningkat apabila aktivitas waktu luangnya dimanfaatkan dengan baik

    (Žganec, 2010).

    Kecamatan Cakung merupakan wilayah terluas dalam administrasi Kota

    Jakarta Timur. Lokasi Kecamatan Cakung yang terletak di sebelah timur

    Jakarta dan berbatasan langsung dengan Kota Bekasi menyebabkan

    kecamatan ini menjadi salah satu pintu masuk ke wilayah Jakarta dari Jawa

    Barat. Di Kecamatan Cakung terdapat beberapa kawasan industri, seperti

    kawasan industri Pulogadung yang menurut situs resmi kecamatan ini

    dibangun berdasarkan SK Gubernur 1b.3/2/35/69 tahun 1969 dengan luas

    areal mencapai 500 ha. Selain kawasan industri Pulogadung, di Cakung juga

    terdapat kawasan industri kayu dan meubel Klender, kawasan perkampungan

    industri kecil Penggilingan, dan kawasan sentra primer baru timur yang

    masih dalam tahap pengembangan. Keberadaan kawasan industri tersebut

    mendorong munculnya pabrik-pabrik yang membutuhkan tenaga kerja

    sebagai penggerak kegiatan industri.

    Buruh pabrik merupakan salah satu jenis profesi yang muncul dari

     berdirinya pabrik-pabrik tersebut. Dalam melakukan pekerjaannya, buruh

     pabrik memiliki pengaturan jam kerja yang ketat karena telah diatur oleh

     perusahaannya. Dalam satu hari seorang buruh pabrik dapat bekerja sekitar

    tujuh hingga delapan jam, dimana waktu kerja tersebut belum ditambah

    apabila terdapat waktu lembur. Jika ditambah waktu lembur, seorang buruh

     pabrik dapat bekerja hingga sepuluh atau sebelas jam setiap harinya. Artinyadari waktu 24 jam selama sehari yang tersedia, waktu yang tersisa hanya

    sekitar tiga belas atau empat belas jam saja. Sisa waktu tersebut sudah

    termasuk waktu untuk tidur dan waktu luang. Dengan demikian dapat

    dibayangkan berapa banyak seorang buruh pabrik memiliki waktu yang

    tersedia untuk bebas melakukan aktivitas sesuai yang dikehendakinya atau

    dapat dikatakan sebagai waktu luang. Dengan waktu luang yang hanya tersisa

     beberapa jam itulah yang dapat dimanfaatkan seorang buruh untuk

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    17/102

    3

    Universitas Indonesia

    menghilangkan rasa penat dari pekerjaannya. Padahal waktu luang itu sendiri

     penting untuk dimanfaatkan dengan baik agar dapat meningkatkan kesehatan

    seseorang.

    Berdasarkan paparan diatas mengenai terbatasnya waktu luang yang

    dimiliki oleh buruh pabrik, muncul rasa ingin tahu peneliti untuk meneliti

     bagaimana pemanfaatan waktu luang buruh pabrik dalam kesehariannya.

    1.2. Rumusan Masalah

    a.  Bagaimanakah pemanfaatan waktu luang buruh pabrik berdasarkan

     jarak antara pabrik dengan tempat tinggal?

     b. 

    Bagaimanakah mobilitas buruh pabrik dalam memanfaatkan waktu

    luang?

    1.3. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian ini adalah 

    a. 

    Untuk mengetahui pemanfaatan waktu luang buruh pabrik

     berdasarkan jarak antara pabrik dengan tempat tinggal.

     b. 

    Untuk mengetahui mobilitas buruh pabrik dalam memanfaatkanwaktu luangnya

    1.4. Manfaat Penelitian

    Manfaat dari penelitian ini adalah dapat mengetahui keterlibatan seseorang

    dengan lingkungan sekitarnya ketika melakukan aktivitas serta mengetahui

    keterlibatan seseorang dalam hubungan sosialnya.

    1.5. Batasan Penelitian

    1.  Buruh pabrik adalah pekerja yang terkait dengan aktivitas manual dan

    dianggap lebih banyak menggunakan otot (Pacione, 2005). Buruh

     pabrik dalam penelitian ini adalah pekerja tetap pabrik yang tidak

    termasuk kedalam bidang pekerjaan manajemen.

    2. 

    Waktu luang adalah waktu yang tidak digunakan untuk bekerja,

    mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    18/102

    4

    Universitas Indonesia

    (Sukadji, 2000). Waktu luang dalam penelitian ini adalah waktu yang

    tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur, dimana tidak ada peraturan yang

    mengekang aktivitas yang akan dilakukan.

    3. 

    Aktivitas waktu luang adalah aktivitas yang dilakukan pada saat waktu

    luang. Aktivitas waktu luang dalam penelitian ini memiliki tiga situasi,

    yaitu situasi aktivitas (aktivitas rutin dan tidak rutin), situasi sosial, dan

    situasi geografi (lokasi dan waktu).

    4.  Situasi aktivitas dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu aktivitas

     proyek dan aktivitas keseharian. Aktivitas proyek adalah aktivitas yang

    dilakukan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas

    keseharian adalah campuran dari berberapa aktivitas untuk tujuan yang

     berbeda-beda.

    5.  Situasi sosial dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya orang lain

    yang ikut melakukan aktivitas bersama dengan seseorang.

    6. 

    Situasi geografi dalam penelitian ini adalah tempat serta waktu

    dilakukannya suatu aktivitas.

    7.  Pergerakan adalah perjalanan yang dilakukan buruh pabrik dalam

    melakukan aktivitas waktu luang, dimana dalam penelitian ini

     pergerakan akan dikaitkan dengan dimensi ruang (lokasi) dan waktu.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    19/102

     

    5

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Waktu

    2.1.1.  Waktu dalam ilmu geografi

    Dimensi waktu merupakan dimensi yang sangat penting karena

    segala gejala di permukaan bumi tidak ada yang bersifat statis,

    khususnya fenomena kemanusiaan. Persepektif waktu dapat

    diungkapkan dalam bentuk menit, jam, hari, minggu, bulan, dekade,

    dan abad. Dalam aktivitas manusia sehari-hari juga tidak lepas dari

    dimensi waktu (Yunus, 2010). Pada kajian-kajian terdahulu tentang

    aktivitas sehari-hari manusia, geografi hanya memperhatikan aspek

    lokasi, namun dalam beberapa dekade terakhir aspek waktu juga turut

    diperhatikan. Geografi waktu menekankan kepada aktivitas sehari-hari

    manusia terkait dengan waktu dan ruang yang disajikan dalam bentuk

    akuarium. Geografi waktu pertama kali dibahas oleh Hägerstrand pada

    tahun 1970. Dalam membahas tentang geografi waktu dilakukan

     pendekatan yang dikenal dengan  Lund time geography approach.

    Pendekatan tersebut mengembangkan model masyarakat dimana

    kendala dalam aktivitas yang dirumuskan dalam bentuk fisik “lokasi

    dalam ruang, ektensi area, dan durasi waktu” (Sui, 2012). Fokus

    dalam kajian geografi waktu adalah penaksiran dari berbagai aktivitas

    dalam berbagai spasial dan hambatan sementara, dibandingkan dengan

    memprediksi perilaku berpergian secara langsung (Neutens, 2010).

    Waktu dalam kehidupan sehari-hari dapat diibaratkan sebagai

    sumber daya. Setiap hari, semua orang mendapatkan jumlah waktu

    yang sama untuk melakukan aktivitasnya yaitu 24 jam (Ellegård,

    1999). Penggunaan waktu 24 jam tersebut dialokasikan untuk

     berbagai aktivitas, berupa waktu untuk tidur, bekerja, dan waktu

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    20/102

    6

    Universitas Indonesia

    luang. Waktu luang merupakan waktu dimana seseorang bebas

    melakukan hal apa yang ingin dilakukan. Waktu luang menyediakan

    kesempatan terbaik untuk seseorang melakukan apa yang ingin

    dilakukan dan mencapai kesenangan, kebahagiaan, dan ekspresi diri.

    Dalam melakukan aktivitas saat waktu luang, ada yang melakukan

    aktivitas secara sehat dan ada pula yang menghabiskan waktu

    luangnya tanpa rencana apa pun sehingga dapat menyebabkan

    masalah (Žganec, 2010). 

    Bentuk visualisasi dari geografi waktu adalah mengkonstruksi

    secara tiga dimensi (3D) dalam akuarium ruang-waktu untuk

    menggambarkan karakteristik dari garis seseorang melalui ruang dan

    waktu, penyebab pergerakan mereka, aktivitas, dan interaksi sosial

    (Neutens, 2010). Representasi dimana waktu terintegrasi orthogonal

    terhadap topografi datar membuat pemikiran yang jelas mengenai

     perilaku perjalanan, aksesibilitas, dan pola geospasial. Pada sebuah

    visualisasi ini yang paling dapat menarik perhatian adalah kecepatan,

     jika seseorang diam di suatu lokasi maka garisnya akan tergambar

    secara vertikal dalam akuarium. Kemudian jika seseorang melakukan

     perjalanan garisnya akan tergambar miring dan kecepatan perjalanan

    dapat terlihat dari kemiringan garis tersebut. Semakin miring garis

    yang terbentuk artinya kecepatan perjalanannya semakin cepat

    (Holloway dan Hubbard, 2001). Pada Gambar 2.1. dapat dilihat

     bentuk visualisasi dari geografi waktu. Pada gambar tersebut terlihat

     jumlah waktu yang tersedia yang digambarkan pada sumbu  y,

    kemudian sumbu x dan z berupa ruang atau space. Garis vertikal yang

    terbentuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan pada jam dan lokasi

    tertentu, kemudian garis miring menandakan adanya pergerakan dari

    satu lokasi ke lokasi lainnya.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    21/102

    7

    Universitas Indonesia

    2.1.2.  Waktu dalam aktivitas sehari-hari

    Thrift (1977) mengatakan bahwa ruang ( space) dan waktu (time)

    merupakan sumber daya dan dapat diatur alokasi penggunaannya

    dalam aktivitas sehari-hari. Namun nyatanya dalam sehari-hari

    terdapat beberapa hambatan yang menghambat seseorang untuk

    mengalokasikan penggunaan ruang dan waktunya (Golledge danStimson, 1997). Hambatan tersebut dibagi menjadi tiga, yaitu:

    a. 

    Hambatan kemampuan (capability contstrains)

    Membatasi aktivitas seseorang terkait dengan kemampuannya.

    Misalnya jarak yang berpengaruh kepada kemampuan individu

    dalam untuk berpergian atau berkomunikasi dengan lokasi lain

    atau kondisi fisik dan sosial seseorang yang membatasi

    kemampuannya untuk melakukan aktivitas.

     b. 

    Hambatan berpasangan (coupling constrains)

    Hambatan berpasangan adalah hambatan yang berpengaruh

    terhadap kemana, kapan, dan berapa lama seseorang harus

    menggabungkan individu lain atau objek lain untuk membentuk

    kondisi produksi, konsumsi, sosial, dan aktivitas lainnya menjadi

    satu. Hambatan ini sangat mempengaruhi bentuk dari prisma

    aktivitas sehari-hari individu.

    Gambar 2.1. Bentuk visualisasi geografi waktu

    Sumber: Thrift, 1977

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    22/102

    8

    Universitas Indonesia

    c.  Hambatan autoritas (authority constrains)

    Hambatan autoritas membatasi akses lokasi ruang atau lokasi

    waktu. Hambatan ini terbentuk karena adanya peraturan-peraturan,

    hukum, dan hambatan ekonomi yang menetapkan siapa yang

     boleh dan tidak mengakses lokasi tertentu, dengan tujuan untuk

    melindungi sumber daya atau hal lainnya.

    Selain ketiga faktor utama tersebut, ada pula faktor lainnya

    seperti penggunaan kendaraan pribadi sehingga ruang aktivitas dapat

     bertambah besar, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, dan status sosial.

    Ellegård (1999) mengatakan bahwa ketika berbicara mengenai

    aktivitas keseharian, terdapat empat konteks atau situasi yang dapat

     berhubungan dengan sudut pandang geografi waktu, yaitu konteks

     proyek, konteks keseharian, konteks sosial, dan konteks geografi.

     Namun dalam penelitian selanjutnya, Ellegård dan Bertil (2004)

    menggabungkan konteks proyek dan keseharian menjadi satu, yaitu

    konteks aktivitas. Berikut dibawah ini adalah penjelasan lebih lanjut

    mengenai konteks proyek, keseharian, sosial, dan geografi:

    a. 

    Konteks proyek (the project context )

    Konteks proyek terkait dengan aktivitas yang dilakukan

    seseorang untuk tujuan tertentu. Konteks proyek merupakan

    konfigurasi dari aktivitas-aktivitas dimana tipe aktivitas yang

     berbeda-beda dikombinasikan untuk mencapai tujuan jangka

     panjang maupun pendek.

     b. 

    Konteks keseharian (the everyday context )

    Konteks keseharian terkait dengan aktivitas yang dilakukan

    oleh seseorang dalam kurun waktu tertentu. Berbeda dengan

    konteks proyek, konteks keseharian merupakan campuran dari

     beberapa aktivitas untuk tujuan yang berbeda-beda. Konteks

    keseharian merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang dan

    tidak berubah dalam keseharian, misalnya makan, tidur, dan

     bekerja.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    23/102

    9

    Universitas Indonesia

    c.  Konteks sosial (the social context )

    Setiap aktivitas yang dilakukan dalam keseharian tidak selalu

    dilakukan seorang diri, terdapat beberapa aktivitas yang

    membutuhkan interaksi dengan orang lain. Artinya terdapat

    konteks sosial dalam aktivitas yang dilakukan oleh seseorang.

    Konteks sosial tersebut termasuk semua individu lain yang

    melakukan aktivitas bersama-sama. Konteks sosial menunjukkan

    kapan seseorang bersama dengan individu lainnya. Jika beberapa

    individu sering bersama, maka secara tidak langsung akan

    terbentuk suatu „grup‟, hal ini sering terjadi kepada remaja. 

    d. 

    Konteks geografi (the geographical context )

    Konteks geografi terkait dengan tempat serta waktu

    dilakukannya suatu aktivitas. Saat ini, konteks geografi yang

    sering dianalisa adalah hubungan antar aktivitas, lokasi serta

     pergerakan individu. Pada level individu, pola teratur dapat

    muncul dimana menunjukkan peran pusat dari tempat tinggal,

    tempat kerja, toko, serta tempat tinggal teman dan keluarga.

    2.2. Waktu Luang

    2.2.1.  Definisi

    Waktu luang dapat didefinisikan dalam berbagai arti, dari segi

    waktu, aktivitas atau kondisi pikiran. Dalam segi waktu, dapat

    diartikan bahwa waktu luang adalah waktu bebas dari semua

    kewajiban dan keperluan. Jadi dapat didefinisikan pula sebagai segala

    aktivitas dimana orang lain tidak bisa membayar kita untukmelakukan hal tertentu dan kita tidak harus melakukan sesuatu jika

    kita tidak menginginkannya. Pada akhirnya waktu luang didefinisikan

    sebagai keadaan pikiran, artinya melakukan aktivitas yang

    menyenangkan (OECD, 2009).

    Sukadji (2000) mengatakan waktu luang adalah waktu yang

    tidak digunakan untuk bekerja, mencari nafkah, melaksanakan

    kewajiban, dan mempertahankan hidup. Dalam mengisi waktu luang,

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    24/102

    10

    Universitas Indonesia

    dapat digunakan sebagai sarana mengembangkan potensi,

    meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami

    gangguan emosi, sebagai selingan dan hiburan, sarana rekreasi,

    sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau

    sebagai kegiatan menghindari sesuatu.

    Menurut Wang (2011), aktivitas waktu luang adalah aktivitas

    yang dilakukan saat waktu luang, dimana seseorang bebas melakukan

    aktivitas apa yang diinginkan untuk mengekspresikan dirinya,

     bersantai, dan merasa bahagia. Waktu luang yang dimaksud dalam

     penelitian ini adalah waktu yang tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur,

    dimana tidak ada peraturan yang mengekang aktivitas yang akan

    dilakukan. Ketika seseorang melakukan aktivitas saat waktu luang, hal

    tersebut dapat membantu mengurangi perasaan depresi dan kesepian

    sehingga membantu meningkatkan kesehatan fisik, sosial, dan kognitif

    (Cheung, 2009).

    Beberapa penelitian yang membahas mengenai aktivitas waktu

    luang mengatakan bahwa dengan memanfaatkan waktu luang dengan baik maka turut meningkatkan kondisi kesehatan dari segi fisik, sosial,

    dan kognitif. Cheung pada tahun 2009 meneliti mengenai aktivitas

    waktu luang dan hubungannya terhadap kualitas hidup dari segi

    kesehatan terhadap komunitas lanjut usia di Hongkong. Hasil dari

     penelitian ini adalah orang lanjut usia lebih banyak menghabiskan

    waktu luang mereka dengan melakukan aktivitas seperti menonton

    televisi, mendengarkan musik atau radio dan berkebun ataumemelihara binatang. Aktivitas tersebut meningkatkan kualitas hidup

    mereka dari aspek kesehatan karena terkait dengan aktivitas kognitif

    dan sosial. Waktu luang penting dalam kesehatan baik secara fisik dan

    mental.

    Definisi waktu luang yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

    waktu yang tersisa dari aktivitas bekerja dan tidur, dimana tidak ada

     peraturan yang mengekang aktivitas yang akan dilakukan.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    25/102

    11

    Universitas Indonesia

    2.2.2.  Jenis aktivitas waktu luang

    Aktivitas saat waktu luang dapat dihabiskan dengan berbagai

    cara, seperti menonton televisi, tidur, olahraga, berkunjung ke

    tetangga, berpartisipasi dalam acara-acara keagamaan, dan

    mengunjungi anggota keluarga lain. Pengaturan waktu luang yang

     baik merupakan faktor kunci untuk mengurangi  stress yang didapat

    dari pekerjaan, merasa santai, meningkatkan kesehatan, serta dapat

    meningkatkan kepuasan bekerja serta kualitas dalam bekerja. Hal ini

    dikarenakan dalam melakukan aktivitas di waktu luang, seseorang

    tidak diatur oleh peraturan-peraturan sehingga bebas mengekspresikan

    dirinya (Wang, 2011). Aktivitas yang dilakukan saat waktu luang

    dapat membangun hubungan sosial yang lebih baik, memberikan

     perasaan positif, menambah pengetahuan dan keterampilan, hingga

    dapat meningkatkan kualitas hidup.

    Dari berbagai aktivitas yang dapat dilakukan saat waktu luang,

    Žganec (2010) membagi aktivitas waktu luang kedalam tiga kategori:

    a.  Bersosialisasi dan berpergian ke luar rumah

    Jenis aktivitas: berolahraga, pergi ke kafe, mengunjungi

    lomba olahraga, dan makan di restoran.

     b.  Berkunjung ke tempat hiburan

    Jenis aktivitas: mengunjungi pameran, pergi ke teater, pergi

    ke bioskop, datang ke konser, pergi bertamasya, dan melakukan

    hobi tertentu.

    c.  Aktivitas keluarga dan rumah

    Jenis aktivitas: mengunjugi teman dan keluarga, belanja,

     pergi ke tempat ibadah, dan menonton televisi.

    Selain ketiga kategori diatas, jenis aktivitas waktu luang juga

    dapat dikategorikan berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Hal ini

    terkait dengan konteks proyek yang telah dibahas sebelumnya, dimana

     beberapa aktivitas dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya,

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    26/102

    12

    Universitas Indonesia

    seseorang ingin berkebun maka jenis aktivitas yang dilakukan seperti

    membeli bibit tanaman, menanam bibit tanaman, dan memberi pupuk.

    Dalam penelitian ini, aktivitas waktu luang akan dibagi menjadidua, yaitu jenis aktivitas dan tujuan aktivitas. Jenis aktivitas

    didalamnya termasuk situasi aktivitas dan situasi sosial yang

    menjelaskan tentang pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Situasi

    aktivitas mencakup aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak.

    Kemudian situasi sosial mencakup individu lain yang ikut terlibat

    ketika melakukan aktivitas. Tujuan aktivitas mencakup situasi

    geografi yang didalamnya terdapat lokasi serta waktu dilakukannya

    aktivitas, dimana akan terlihat mobilitas yang dilakukan.

    2.3. Mobilitas

    Mobilitas atau pergerakan adalah istilah umum yang terkait dengan

    segala tipe pergerakan manusia dalam suatu wilayah. Terdapat dua aspek

     perilaku dalam mobilitas, pertama mobilitas yang dilakukan sehari-hari atau

    temporal contohnya perjalanan ke toko, kantor, atau ke sekolah. Mobilitas

    yang seperti ini bersifat ulang-alik atau komuter dikarenakan jangka

    waktunya yang pendek (tidak untuk waktu yang lama) serta dilakukan secara

    teratur. Perilaku mobilitas pergerakan kedua adalah mobilitas yang bersifat

    lama (dalam pengertian waktu yang lebih lama) biasanya terkait dengan

    keputusan untuk meninggalkan rumahnya secara permanen untuk tinggal di

    lokasi baru yang kemudian lebih sering dikatakan sebagai migrasi. Kedua

     perilaku tersebut secara tidak langsung berdampak kepada dimensi waktu.

    Karena seseorang melakukan mobilitas melewati waktu, seringkali terdapat

    sebuah ritme dan pola aktivitas yang terbentuk dari pergerakan tersebut

    (Fellman, 2010). Dalam penelitian ini mobilitas yang akan dibahas adalah

     perilaku pertama dimana mobilitas dilakukan seseorang untuk melakukan

    aktivitas kesehariannya.

    Mobilitas yang dilakukan sehari-hari terjadi karena adanya tujuan dari

     perjalanan tersebut seperti bekerja, belajar, belanja, rekreasi, dan lainnya.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    27/102

    13

    Universitas Indonesia

    Tujuan tersebut muncul akibat adanya faktor penarik di tempat tujuan yang

    seringkali disebut juga dengan tarikan perjalanan (trip attraction). Tarikan

     perjalanan menurut Tamin (2000) adalah pergerakan berbasis rumah dengan

    tempat asal dan/atau tujuan bukan rumah atau pergerakan yang tertarik oleh

     pergerakan berbasis bukan rumah. Selain tarikan perjalanan, adapula yang

    dikatakan sebagai faktor pendorong terjadinya mobilitas yang disebut dengan

     bangkitan perjalanan (trip production). Bangkitan perjalanan menurut Tamin

    (2000) adalah pergerakan berbasis rumah yang memiliki tempat asal atau

    tujuan adalah rumah, atau pergerakan yang dibangkitkan oleh pergerakan

     berbasis bukan rumah. Dalam penelitian ini, posisi teori bangkitan dan

    tarikan perjalanan adalah sebagai penyebab terjadinya mobilitas dalam

    melakukan aktivitas ketika waktu luang. Contohnya seseorang memiliki

    waktu luang di siang hari ingin menonton film di bioskop, maka ia

    melakukan perjalanan ke mall untuk menonton, disini mall ketika siang hari

    dikatakan sebagai tarikan perjalanan dan rumah merupakan bangkitan

     perjalanan.

    Setiap individu memiliki tipe pergerakan atau mobilitas yang sama,

    namun terdapat beberapa variabel yang memepengaruhi frekuensi serta

    durasi seperti budaya, ekonomi, dan keadaan sekitar. Fellman (2010)

    mengatakan tipe pergerakan individu dapat diperluas menjadi ruang aktivitas

    mereka berdasarkan tiga variabel yang tidak saling berhubungan, yaitu:

    Gambar 2.2. Bangkitan perjalanan dan tarikan perjalanan

    Sumber: Tamin 2000

     bangkitantarikan

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    28/102

    14

    Universitas Indonesia

    a.  Usia

    Aktivitas anak usia sekolah dasar selepas sekolah akan terbatas

    dengan kemapuan berjalan atau naik sepeda ke tempat terdekat.

    Sedangkan, pelajar tingkat atas dan orang dewasa memiliki mobilitas

    yang lebih jauh karena dipengaruhi oleh kepentingan lain seperti

     berbelanja kebutuhan sehari-hari, rekreasi, menjemput anak dari sekolah,

    dan lainnya.

     b.  Kemampuan untuk bermobilitas

    Terkait dengan biaya dan usaha yang dibutuhkan untuk mengatasi

    hambatan jarak dalam melakukan perjalanan. Ketersediaan alat

    transportasi umum serta kepemilikan kendaraan mempengaruhi

     perjalanan yang dilakukan. Sehingga dapat pula dikatakan bahwa jika

    seseorang yang memiliki tingkat ekonomi lebih baik akan lebih sering

    melakukan perjalanan dibandingkan dengan mereka yang tidak.

    c. 

    Ketersediaan lokasi untuk beraktivitas

    Ada atau tidaknya sekolah, mall, pabrik, akan membatasi aktivitas

    serta pergerakan seseorang. Tidak hanya ketersediaan lokasi saja, namun

     pengetahuan tentang suatu daerah juga turut membatasi mobilitas

    seseorang. Contohnya seseorang yang tinggal di tempat terpencil dan

    memiliki akses terhadap informasi terbatas mobilitas yang dapat

    dilakukan oleh orang tersebut turut terbatas pula.

    2.4. Waktu Luang Dalam Kehidupan Buruh Pabrik

    Berdasarkan UU RI Nomor 13 2003 tentang ketenagakerjaan, pekerja

    atau buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atauimbalan dalam bentuk lain. Buruh seringkali dianggap hanya pekerja kasar

     pabrik tetapi pada kenyataannya tidak demikian, semua orang yang bekerja di

     bawah pemerintahan kekuasaan orang lain dan menerima upah juga

    dikatakan sebagai buruh. Buruh dapat pula dikatakan sebagai pekerja kerah

     biru, menurut Pacione (2005) pekerja kerah biru memiliki pekerjaan yang

    terkait dengan aktivitas manual dan dianggap lebih banyak menggunakan otot.

    Kondisi ini sama dengan buruh pabrik yang dalam pekerjaan sehari-harinya

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    29/102

    15

    Universitas Indonesia

    lebih banyak beraktivitas secara manual. Dalam penelitian ini, yang

    dimaksud dengan buruh pabrik adalah pekerja tetap pabrik yang telah

    menikah dan tidak termasuk kedalam bidang pekerjaan management . Di

    Indonesia, buruh digaji berdasarkan upah minimum regional (UMR) yang

    telah ditetapkan pemerintah. Besaran UMR tiap propinsi di Indonesia

     berbeda disesuaikan dengan beberapa pertimbangan seperti kebutuhan fisik

    minimum, indeks harga konsumen, perluasan kesempatan kerja, dan lainnya.

    Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota

    Jakarta No. 189 Tahun 2012 tentang upah minimum propinsi tahun 2013,

    upah minimum Jakarta ditetapkan sebesar Rp. 2.200.000,00 per bulan.

    Seorang buruh pabrik dalam kesehariannya memiliki pengaturan waktu

    yang ketat karena tuntutan pekerjaannya. Waktu masuk dan pulang kerja

    yang telah ditentukan berdasarkan peraturan perusahaan, membuat jumlah

    waktu yang tersisa untuk melakukan aktivitas lain menjadi terbatas.

    Pengaturan waktu kerja buruh pabrik dibagi menjadi dua berdasarkan Pasal

    77 UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pertama tujuh jam

    dalam sehari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk enam hari kerja.

    Kedua, waktu kerja buruh selama delapan jam dalam sehari dan empat puluh

     jam dalam satu minggu untuk lima hari kerja. Dalam undang-undang tersebut

    dikatakan juga apabila suatu buruh bekeja melebihi waktu kerjanya atau

    dapat dikatakan lembur, maka paling banyak waktu untuk lembur hanya

    dapat dilakukan selama tiga jam sehari dan empat belas jam untuk satu

    minggu. Berdasarkan peraturan tersebut, jika sebuah pabrik menerapkan

    waktu kerja selama tujuh jam sehari ditambah waktu lembur selama tiga jam

     pada hari yang sama maka dapat dikatakan buruh pabrik bekerja selama

    sepuluh jam selama satu hari. Buruh yang bekerja selama sepuluh jam sehari

    hanya memiliki waktu yang tersisa selama empat belas jam berupa waktu

    untuk tidur serta waktu luang. Sisa waktu tersebut yang bisa dimanfaatkan

    oleh buruh pabrik untuk menghilangkan penat dari pekerjaannya.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    30/102

     

    16

    Universitas Indonesia

    BAB 3

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Wilayah Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Alasan

     pemilihannya karena Kecamatan Cakung merupakan kawasan khusus industri

    sehinga kegiatan sektor industri mendominasi di wilayah ini. Selain hal

    tersebut, alasan lainnya karena lokasi Cakung yang terletak di Jakarta. Di

    Jakarta fenomena macet bukanlah fenomena yang asing lagi, kemacetan yang

    semkin parah berdampak mengganggu aktivitas masyarakat (Kiswondari,

    2013). Oleh karena itu peneliti menganggap bahwa waktu tempuh dari satu

    lokasi ke lokasi lain menjadi lebih penting dibandingkan dengan jarak antara

    satu lokasi dengan lokasi lainnya.

    Kecamatan Cakung merupakan salah satu dari 10 kecamatan di Jakarta

    Timur, terletak di 106o  55‟ 30” Bujur Timur sampai dengan 106o  57‟ 54”

    Bujur Timur dan 6o  09‟ 18” Lintang Selatan sampai dengan 6o  13‟ 12” 

    Lintang Selatan. Kecamatan Cakung berlokasi di sebelah timur Kota Jakarta

    Timur dan merupakan pintu gerbang menuju Jakarta dari sebelah timur.

    Batas wilayah Kecamatan Cakung sebagai berikut:

    Utara : Kecamatan Cilincing, Kota Jakarta Utara

    Timur : Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi

    Barat : Kecamatan Pulogadung, Kota Jakarta Timur

    Selatan : Kecamatan Duren Sawit, Kota Jakarta Timur

    3.2. Alur Pikir Penelitian

    Obyek dalam penelitian ini yang akan diteliti adalah buruh pabrik yang

     berada di Kecamatan Cakung. Fokus penelitian ini terletak kepada

     pemanfaatan waktu luang serta mobilitas yang dilakukan oleh buruh pabrik.

    Pemanfaatan waktu luang buruh pabrik yang akan diteliti merupakan aktivitas

    yang dilakukan selama satu minggu terakhir. Pada aktivitas waktu luang

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    31/102

    17

    Universitas Indonesia

    terbagi menjadi dua fokus, pertama mengenai jenis aktivitas dan kedua

    mengenai tujuan aktivitas.

    Jenis aktivitas didalamnya termasuk situasi aktivitas dan situasi sosialyang menjelaskan tentang pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Situasi

    aktivitas mencakup aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak. Kemudian

    situasi sosial mencakup individu lain yang ikut terlibat ketika melakukan

    aktivitas. Tujuan aktivitas mencakup situasi geografi yang didalamnya

    terdapat lokasi serta waktu dilakukannya aktivitas, dimana akan terlihat

    mobilitas yang dilakukan.

    Berdasarkan pemanfaatan waktu luang dan mobilitas tersebut akan

    dapat dipahami bagaimana pola pemanfaatan waktu luang buruh pabrik. Alur

     pikir penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3.1.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    32/102

    18

    Universitas Indonesia

    3.3. Informan

    Kriteria informan dalam penelitian ini merupakan orang yang memiliki

     pengalaman pribadi sesuai dengan permasalahan yang diteliti dan orang yang

    memiliki pengetahuan yang luas mengenai permasalahan yang diteliti.

    Sebelum melakukan survei, peneliti membangun hubungan baik dengan

    informan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

    Gambar 3.1. Alur Pikir Penelitian

    Buruh pabrik

    Aktivitas waktu

    luang

    Jenis

    aktivitas

    Tujuan

    aktivitas

    Situasi

    geografi

    Situasi

    aktivitas

    Situasi

    sosial

    Lokasi WaktuAktivitas

    rutin

    Individu lain

    yang terlibat

    Aktivitas

    tidak rutin

    Pemanfaatan waktu luang

     buruh pabrik

    Mobilitas buruh pabrikdalam memanfaatkan

    waktu luang

    Pola pemanfaatan waktu luang

     buruh pabrik

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    33/102

    19

    Universitas Indonesia

    Dalam penelitian ini diambil sepuluh informan. Berdasarkan hal tersebut,

     peneliti menemukan beberapa informan yaitu sebagai berikut:

    a. 

    Informan 1 : Haris Mukti (51 tahun), buruh pabrik asal Jakarta yangsudah bekerja menjadi buruh semenjak sekitar tahun 1980.

     b. 

    Informan 2 : Duhro (50 tahun), buruh pabrik asal Pemalang yang

    sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1982.

    c.  Informan 3 : Iwan Triadi (42 tahun), buruh pabrik asal Pemalang yang

    sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1991.

    d.  Informan 4 : Roni (40 tahun), buruh pabrik asal Pemalang yang sudah

     bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1994.

    e. 

    Informan 5 : Dwi Susanto (32 tahun), buruh pabrik asal Wonogiri

    yang sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2001.

    f. 

    Informan 6 : Agung Santoso (32 tahun), buruh pabrik asal Sragen

    yang sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2003.

    g.  Informan 7 : Sugeng Prayitno (26 tahun), buruh pabrik asal Madiun

    yang sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2006.

    h.  Informan 8 : Supri (51 tahun), buruh pabrik asal Semarang yang

    sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 1985.

    i. 

    Informan 9 : Hendra (23 tahun), buruh pabrik asal Jakarta yang sudah

     bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2008.

     j.  Informan 10 : Dwi Santoso (25 tahun), buruh pabrik asal Jakarta yang

    sudah bekerja menjadi buruh semenjak tahun 2006.

    3.4. Pengumpulan Data

    Penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif, dimana menelaah

    mengenai esensi, mencari makna dibalik frekuensi dan variansi. Dalam

     penelitian kualitatif, analisis lebih ditekankan kepada upaya mengungkapkan

    hal-hal terkait dengan proses bukan produk. Oleh karena itu sampel yang

    diambil tidak terlalu banyak karena dari padanya cukup memadai untuk

    diteliti secara mendalam berkaitan dengan proses itu sendiri. Metode

     penelitian kualitatif berangkat dari definisi atau konsep umum dan kemudian

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    34/102

    20

    Universitas Indonesia

     berdasarkan temuan lapangan konsep tersebut dapat diubahnya dalam wujud

    variabel penelitian baru yang merupakan suatu produk penelitiannya (Yunus,

    2010).

    Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2013 dengan teknik

     pengumpulan data berupa observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi.

    Observasi langsung ke lapangan dimaksudkan untuk mengetahui dan melihat

    secara langsung berbagai gejala dan perilaku. Wawancara mendalam

    dimaksudkan untuk mengetahui aspek-aspek kualitatif secara lebih mendalam.

    Kemudian dokumentasi dilakukan untuk memperluas dan melengkapi hasil

    kajian. 

    3.4.1.  Data primer

    Data primer pada penelitian ini diperoleh dari observasi

    langsung dan wawancara informan kunci. Penentuan informan kunci

    dilakukan dengan metode sampling bola salju. Pada metode sampling

     bola salju, anggota sampel yang dipilih memiliki keterkaitan

    emosional antara anggota sampel ke n dan anggota sampel ke n+1

    (Yunus, 2010). Karena anggota sampel selanjutnya merupakan pilihandari sampel sebelumnya maka terdapat kemungkinan bahwa sampel

    memiliki sifat dan karakteristik yang sama. Informan kunci yang

    dipilih dalam penelitian ini adalah buruh pabrik yang bertempat

    tinggal di Kecamatan Cakung, memiliki jenis kelamin laki-laki, serta

    memiliki waktu kerja yang sama (hari kerja lima atau enam hari dalam

    satu minggu). Data primer yang dibutuhkan dari informan kunci

    adalah:a.  Lokasi pabrik dan rumah informan

     b.  Aktivitas rutin yang dilakukan ketika waktu luang

    c. 

    Aktivitas keseharian yang dilakukan (mencakup jenis

    aktivitas yang dilakukan, lokasi aktivitas, serta bersama siapa

    aktivitas tersebut dilakukan)

    d. 

    Alasan pemilihan lokasi aktivitas yang dilakukan

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    35/102

    21

    Universitas Indonesia

    3.4.2.  Data sekunder

    Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 

    a. 

    Peta administrasi Jakarta

     b. 

    Peta administrasi Kecamatan Cakung

    c.  Citra Google Earth 

    3.5. Analisis Data

    Tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data:

    a. 

    Mengkelompokkan data aktivitas waktu luang menjadi jenis aktivitas dan

    tujuan aktivitas. Dalam jenis aktivitas, data dikelompokkan kembali

    kedalam situasi aktivitas serta situasi sosial. Pengkelompokkan data

    diseseuaikan dengan jenis aktivitas yang dilakukan serta individu lain

    yang turut terlibat didalamnya. Dalam tujuan aktivitas, data

    dikelompokkan yang didalamnya terdapat informasi spasial berupa lokasi

    dan waktu dilakukannya aktivitas.

     b.  Mengilustrasikan aktivitas keseharian dalam bentuk sketsa yang hanya

    memasukkan situasi geografi berupa lokasi dan waktu. Sketsa

    digambarkan dalam bentuk dua dimensi. Sumbu  x  pada sketsa

    menggambarkan lokasi aktivitas keseharian yang dilakukan. Kemudian

    untuk memudahkan pembacaan sketsa, peneliti menggambarkan lokasi

    aktivitas disamping garis yang terbentuk berdasarkan aktivitas yang

    dilakukan dalam 24 jam. Penggambaran lokasi aktivitas pada sketsa

    disesuaikan dengan letak lokasi sebenarnya pada lapangan. Sumbu  y

     pada sketsa merupakan waktu selama satu hari yaitu 24 jam. Garis

    vertikal yang terbentuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan pada jamdan lokasi tertentu dalam satu hari. Kemudian garis miring menandakan

    adanya pergerakan dari satu lokasi ke lokasi lainnya.

    c.  Untuk mengetahui mobilitas aktivitas waktu luang yang dilakukan oleh

     buruh pabrik, maka peneliti membuat sketsa pergerakan aktivitas, dimana

    situasi geografi yang dimasukkan dalam peta berupa lokasi serta arah

     pergerakannya.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    36/102

    22

    Universitas Indonesia

    d.  Melakukan pembahasan dan penafsiran berdasarkan data yang telah

    didapatkan sehingga dapat dipahami pemanfaatan waktu luang yang

    dilakukan buruh pabrik serta pergerakan ketika waktu luang.

    3.6. Alur Kerja

    Menentukan

    tema penelitian

    Menentukan

    masalah serta

    lokasi

     penelitian

    Studi literatur

    dan internet

    browsing

    Menulis

     proposal

     penelitian

    Mengumpulkan

    data sekunder

    Membuat catatan

    lapang

    Menentukan

    kriteria informan

    Observasi dan

    wawancara

    mendalam dengan

    informan

    Mengkategorisasi

    kan data aktivitas

    waktu luang

    Mengilustrasikan

    aktivitas waktu

    luang kedalam

    tabel

    Membuat

    transkrip

    wawancara

    Menarasikan

    fenomena yang

    ditemukan ketika

    observasi

    Melakukan pembahasan

    dan penafsiran terhadap

    data yang telah

    dikategorisasikan dan

    diilustrasikan

    Membuat visualisasi

    hasil berupa sketsa

    Menulis

    laporan akhir

    Gambar 3.2. Alur Kerja Penelitian

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    37/102

     

    23

    Universitas Indonesia

    BAB 4

    GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

    4.1. Kecamatan Cakung

    Kecamatan Cakung terletak di paling timur Kota Jakarta dengan luas

    wilayah 42,47 Km2, berbatasan langsung dengan Kota Bekasi, Jawa Barat

    mengakibatkan kecamatan ini menjadi salah satu pintu masuk ke Jakarta.

    Secara administrasi Kecamatan Cakung terdiri atas tujuh kelurahan, yaitu

    Kelurahan Rawa Terate, Kelurahan Jatinegara, Kelurahan Penggilingan,

    Kelurahan Cakung Barat, Kelurahan Cakung Timur, Kelurahan Ujung

    Menteng, dan Kelurahan Pulogebang. Diantara ketujuh kelurahan yang ada,

    kelurahan yang terluas adalah Kelurahan Cakung Timur dengan luas wilayah

    9,81 Km2 dan kelurahan yang terkecil adalah Kelurahan Rawa Terate dengan

    luas wilayah 4,10 Km2. Jumlah penduduk di Kecamatan Cakung adalah

    sekitar 224.001 jiwa dengan tingkat pertumbuhan penduduk 2,63 % per tahun.

    Persentase penggunaan lahan terbesar di Kecamatan Cakung adalah

     perumahan sebanyak 45,27 % dan penggunaan industri yang terkecil yaitu

    sebanyak 24,33 % (Pemerintah Kota Jakarta Timur).

    Dari segi perekonomian, Kecamatan Cakung merupakan kawasan

    khusus industri karena kegiatan di sektor industri mendominasi pada

    kecamatan ini. Hal ini tidak lepas dari lokasi Kecamatan Cakung yang

    strategis karena terletak di pintu gerbang masuk Jakarta dari arah timur yaitu

    Provinsi Jawa Barat (Kota Bekasi), selain itu kecamatan ini juga dilintasi oleh

     jalan tol Cakung –  Cilincing yang lebih sering dikenal penduduk sebagai jalan

    tol CaCing. Di kecamaran ini terdapat pabrik-pabrik besar (berat) maupun

    kecil (ringan dan industri rumah tangga) yang menghasilkan berbagai macam

     produk. Kegiatan industri terbesar terdapat di kawasan industri Pulogadung

    (Pemerintah Kota Jakarta Timur). 

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    38/102

    24

    Universitas Indonesia 

    4.2. Kawasan Industri di Kecamatan Cakung

    Berikut dibawah ini kawasan industri yang berlokasi di Kecamatan

    Cakung:

    a. 

    Perkampungan Industri Kecil (PIK) Penggilingan

    Menurut Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta,

    Perkampungan Industri Kecil (PIK) berlokasi di Jalan Raya Penggilingan

    dengan luas area kawasan mencapai 44 Ha. Produk yang dihasilkan oleh

    kegiatan industri di kawasan ini antara lain tas, sepatu, pakaian jadi dan

    olahraga, aksesoris, peralatan rumah tangga, dan lainnya. Di PIK terdapat

    lima kelompok pengusaha kecil dan menengah, yaitu:

     b.  Kawasan industri kayu dan meubel Klender

    Pada tahun 1950-an, Klender tumbuh sebagai pusat pengrajin

    meubel kayu jati rumahan. Cikal bakalnya dimulai dari daerah sekitar

    Jatinegara Kaum dan Pulo Kambing. Produk kerajinan kayu dikerjakan

    di bengkel sekitar Klender. Para pengrajin meubel dan showroom meubel

    Klender terletak pada koridor Jalan Bekasi Timur Raya dan Jalan

    Pahlawan Revolusi Jakarta Timur. Di sepanjang koridor ini, terdapat

    lebih dari 200 pengusaha meubel baik perorangan maupun badan usaha

    (Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta).

     No. Jenis usahaJumlah

     pengusaha

    Jumlah

     pekerja

    1 Garmen 273 3.619

    2 Logam 96 927

    3 Kulit 72 632

    4 Aneka komoditi 46 491

    5 Meubel 8 37

    Sumber: Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta, 2012

    Tabel 4.1. Kelompok pengusaha kecil dan menengah di Kawasan PIK

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    39/102

    25

    Universitas Indonesia 

    c.  Kawasan industri Pulogadung

    Kawasan industri Pulogadung memiliki luas mencapai 500 ha areal

    lahan di Kecamatan Cakung yang berada di Kelurahan Jatinegara dan

    Rawa Terate. Kawasan industri ini dibangun berdasarkan SK Gubernur

    1b.3/2/35/69 yang ditetapkan tanggal 20 Mei 1969. Kawasan industri

    Pulogadung dihuni oleh lebih dari 450 investor baik lokal maupun asing

    dengan jumlah karyawan lebih kurang sebanyak 70.000 orang. Kawasan

    industri ini dikelola oleh P.T. JIEP (Jakarta Indusrial Estate Pulogadung).

    Kawasan ini dikelola secara terpadu dengan menyediakan kavling siap

     bangun, bangunan pabrik siap pakai atau sewa untuk industri menengah

    dan kecil, kelengkapan fasilitas perumahan (rumah susun), dan fasilitas

    lainnya (kompleks olahraga, fasilitas kesehatan, peribadatan, dan ruang

    terbuka hijau). Jenis industri di kawasan ini meliputi industri

     berteknologi tinggi yang tidak polutif, hemat lahan dan air (Dinas

    Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta).

    d. 

    Kawasan Berikat Nusantara (KBN)

    Berdasarkan situs resmi Kawasan Berikat Nusantara (KBN),

    kawasan ini dikelola oleh P.T. Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang

    merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). P.T. KBN didirikan

     pemerintah berdasarkan PP No. 23 Tahun 1986 untuk mengelola

    kawasan industri terpadu berstatus berikat yang berfungsi sebagai

    kawasan proses ekspor ( Export Processing Zone/EPZ) maupun industri

    umum lainnya tanpa tujuan ekspor. Kawasan ini berlokasi di tiga

    kawasan industri paling strategis di Jakarta yang dekat dengan akses tol

    lingkar luar (JOR) untuk menuju pelabuhan laut maupun pelabuhan udara.

    Ketiga kawasan tersebut adalah Kawasan Cakung seluas 176,7 Ha,

    Kawasan Marunda seluas 413,8 Ha, dan Kawasan Tanjung Priok seluas 8

    Ha. Fasilitas yang disediakan antara lain fasilitas listrik, air bersih,

    teknologi informasi dan komunikasi, kesehatan, perbengkelan, dan

    fasilitas properti non-industri lainnya.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    40/102

    26

    Universitas Indonesia 

    e. 

    Kawasan Sentra Primer Baru Timur (SPBT)

    Kawasan ini terletak di Kelurahan Pulogebang dan Kelurahan

    Penggilingan dengan landmark   kantor pemerintah Kota Jakarta Timur.

    Tujuan pembangungan SPBT adalah melakukan pembangunan dan

     pembenahan titik-titik potensial serta pemeliharaan sarana prasarana

    yang ada di kawasan SPBT dan melakukan pembangunan,

     pengembangan , dan pemeliharaan akses strategis menuju kasawan SPBT.

    SPBT mempunyai prospek kedepan yang cukup baik karena telah

    didukung sarana dan prasarana kota yang terus dibangun. Beberapa

    sarana dan prasarana perkotaan yang akan berpengaruh dengan

     pengembangan kawasan SPBT dimasa mendatang antara lain  Double  –  

    (a)

    (b)

    (c)Gambar 4.1. Lokasi Kawasan Berikat Nusantara

    (a) Kawasan Cakung, (b) Kawasan Marunda, dan (c) Kawasan Tanjung Priok

    Sumber: Situs resmi P.T. Kawasan Berikat Nusantara

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    41/102

    27

    Universitas Indonesia 

     Double Track (DDT) Manggarai –  Cikarang, Banjir Kanal Timur (BKT),

    koridor Transjakarta, dan terminal Pulogebang.

    4.3. Gambaran Umum Pabrik

    Dalam penelitian ini, buruh pabrik yang diteliti adalah buruh pabrik

    yang bekerja di P.T. Sayap Mas Utama. Pabrik ini dipilih oleh peneliti dengan

    alasan untuk mempermudah pengambilan data. Sebelumnya, peneliti telah

    mengenal beberapa buruh pabrik yang bekerja di pabrik tersebut. Pabrik ini

     berlokasi di Kawasan Perluasan Utara P.T. JIEP Jalan Tipar Cakung Kav. F5

     –   7 Jakarta Timur. Akses menuju pabrik cukup mudah, lebar jalan yang

    menjadi jalur masuk menuju pabrik selebar lebih kurang lima meter. Pabrik

    ini juga memiliki akses menuju Jalan Raya Bekasi dan Jalan Tol Cakung-

    Cilincing (CaCing). Pabrik ini berdekatan dengan pabrik lainnya yang sudah

    masuk ke dalam wilayah KBN.

    Gambar 4.2. Lokasi P.T. Sayap Mas Utama (dilingkari warna kuning)

    Sumber: Google Earth, 2013

    U

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    42/102

    28

    Universitas Indonesia 

    Produk yang dihasilkan oleh pabrik ini antara lain sabun mandi dalam

     bentuk cair dan batangan, pembersih lantai, deterjen, dan pengharum pakaian.

    Berdasarkan produk yang dihasilkan, pabrik ini termasuk ke dalam golongan

    industri aneka kimia dan serat. Berdasarkan orientasinya, industri ini masuk

    ke dalam industri yang berorientasi kepada pasar sehingga lokasi industri

     berada dekat dengan pasarnya.

    Pengaturan jam kerja di pabrik ini dibagi kedalam tiga  shift . Jam kerja

     shift   satu atau  shift   pagi untuk hari Senin sampai Jumat dari jam 06.00 s.d.

    13.30 WIB sedangkan hari Sabtu dari jam 06.00 s.d. 11.00 WIB. Jam kerja

     shift   dua atau  shift   siang untuk hari Senin sampai Jumat dari jam 13.30 s.d.

    21.00 WIB sedangkan untuk hari Sabtu dari jam 11.00 s.d. 16.00 WIB. Jam

    kerja shift  tiga atau shift  malam untuk hair Senin sampai Jumat dari jam 21.00

    s.d. 06.00 WIB sedangkan untuk hari Sabtu dari jam 16.00 s.d. 21.00 WIB.

    Penambahan jam kerja atau lembur sebanyak dua jam untuk hari Senin

    sampai Jumat dengan jumlah lembur tiap minggu mencapai delapan jam.

    Pengaturan  shift   kerja biasanya digilir setiap minggu, dimulai dari  shift   satu

    kemudian menjadi  shift   tiga lalu terakhir  shift  dua dan kembali lagi menjadi

     shift  satu.

    Gambar 4.3. P.T. Sayap Mas Utama

    Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    43/102

    29

    Universitas Indonesia 

    Di sekitar pabrik banyak terdapat warung makanan yang menjual

    makanan untuk karyawan pabrik ini. Biasanya, para karyawan membeli

    makanan di warung tersebut untuk sarapan maupun makan siang. Ketika

    istirahat pun mereka memilih berkumpul bersama sambil mengobrol di

    warung-warung tersebut. Untuk fasilitas yang disediakan oleh pabrik,

    terdapat lapangan bulu tangkis dalam ruangan (indoor ). Lapangan ini sengaja

    disediakan oleh pabrik sebagai tempat olahraga karyawan mereka. Waktu

     penggunaan fasilitas ini tidak diatur secara khusus, setiap karyawan bebas

    memanfaatkannya kapan saja. 

    4.4. Gambaran Umum Buruh Pabrik di Kecamatan Cakung

    Buruh pabrik yang tinggal di Cakung ada yang berasal dari Jakarta dan

    ada juga yang berasal dari luar Jakarta. Mereka pada umumnya tinggal atau

    mengontrak rumah dekat dengan tempat kerja mereka untuk memperkecil

     pengeluaran biaya transportasi. Pada umumnya, buruh yang tinggal dekat

    dengan pabrik hanya membutuhkan waktu tempuh menuju pabrik sekitar lima

    hingga lima belas menit saja. Selain mengontrak rumah, ada juga buruh yangmemilih tinggal di rumah susun sewa. Alasannya uang sewa yang dikeluarkan

    lebih murah dibandingkan mengontrak sebuah rumah. Lokasi rusunnya pun

    masih di Cakung dan berdekatan dengan tempat bekerja.

    Gambar 4.4. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik

    (permukiman tidak teratur)

    Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    44/102

    30

    Universitas Indonesia 

    Kebanyakan buruh pabrik tinggal di permukiman tidak teratur dengan

    kondisi lebar jalan masuk menuju rumah sekitar tiga meter bahkan ada yang

    hanya sekitar satu meter saja. Pada umumnya, lokasi tempat tinggal mereka

    masih dapat dijangkau oleh angkutan umum hanya sampai jalan rayanya saja.

    Kemudian untuk mencapai ke tempat tinggal digunakan sepeda motor karena

    lebar jalan yang sempit dan masih jauhnya jarak antara tempat tinggal mereka

    dengan jalan raya yang dilalui angkutan umum.

    Gambar 4.5. Kondisi tempat tinggal buruh pabrik(rumah susun)

    Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    45/102

    31

    Universitas Indonesia 

    Buruh pabrik di Cakung pada umumnya tinggal secara berkelompok di

    suatu tempat. Kondisi ini disebabkan kegiatan industri di Cakung yang besar

    sehingga banyak rumah-rumah yang berlokasi tidak jauh dari pabrik dijadikan

    sebagai tempat kontrakan. Oleh karena itu, tidak jarang ditemukan buruh

    yang tinggal bertetangga.

    Gambar 4.6. Kondisi aksesibilitas menuju rumah buruh pabrik

    Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    46/102

     

    32

    Universitas Indonesia

    BAB 5

    PEMANFAATAN WAKTU LUANG BURUH PABRIK

    5.1. Waktu Luang Menurut Buruh Pabrik

    Tabel 5.1. memperlihatkan tentang pemahaman waktu luang menurut

     beberapa buruh pabrik. Berdasarkan tabel tersebut terdapat pemahaman

    waktu luang menurut buruh pabrik tidak sepenuhnya satu pemikiran. Ada

     buruh yang mengartikan waktu luang sebagai waktu untuk beristirahat,

     berkumpul bersama keluarga dan bercerita. Meskipun dikatakan sebagai

    waktu untuk istirahat, ada buruh pabrik yang berpendapat tidur bukanlah

    merupakan bentuk dari istirahat. Jadi artinya, ia beranggapan bahwa waktu

    luang yang ada harus dimanfaatkan untuk melakukan suatu kegiatan atau

    aktivitas tertentu. Buruh yang mengatakan waktu luang sebagai waktu untuk

    istirahat adalah buruh yang pekerjaan utamanya adalah buruh pabrik, tidak

    memiliki pekerjaan lainnya. Pendapat ini tidak jauh berbeda dengan pendapat

    yang telah dikemukakan para ahli mengenai mengenai waktu luang (lihat

    kembali sub-bab 2.2.1.) bahwa waktu luang merupakan waktu yang tersisa

    dalam satu hari dari aktivitas lainnya seperti bekerja dan waktu luang

    dimanfaatkan untuk melakukan aktivitas secara aktif sehingga tidur tidak

    termasuk kedalam waktu luang.

    Informan Pemahaman waktu luang

    1Waktu untuk istirahat melepas lelah, bermain dengan cucu,

    menonton televisi

    2

    Waktu yang digunakan untuk kepentingan yang bermanfaat.

    Maksudnya kegiatan yang bermanfaat dalam artian dapat

    menghasilkan penghasilan tambahan

    4Waktu luang akan terbuang sia-sia apabila tidak ada aktivitas

    yang dapat menambah penghasilan

    5Waktu luang adalah waktu untuk bersantai dan istirahat, tetapi

    tidur bukan istirahat

    Tabel 5.1. Pemahaman waktu luang menurut buruh pabrik

    Sumber: Pengolahan data, 2013 

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    47/102

    33

    Universitas Indonesia

    Sedangkan, pendapat lain dikatakan oleh buruh pabrik yang

    memiliki usaha atau pekerjaan lain sebagai seorang pedagang. Mereka

     berpendapat bahwa waktu luang lebih baik dimanfaatkan untuk

    menambah penghasilan sehingga tidak terbuang sia-sia. Pendapat

    mereka berbeda dengan arti dari waktu luang yang dimaksud dalam

     penelitian ini.

    Berdasarkan pemahaman buruh pabrik tentang waktu luang yang

    merupakan waktu yang digunakan untuk beristirahat dan melepas lelah,

     peneliti menarik kesimpulan bahwa buruh pabrik mengartikan waktu

    luang sebagai waktu untuk melakukan aktivitas yang bersifat santai atau

    leisure activities.  Aktivitas yang sifatnya santai adalah aktivitas yang

    dilakukan untuk menghilangkan  stress, merasa rileks, dan melakukan

    hal-hal yang diinginkan. Contoh aktivitas yang dilakukan pun beragam

    seperti berolahraga, mengunjungi lokasi wisata, menonton televisi,

    mendengarkan radio, dan lainnya.

    5.2. Situasi Aktivitas Pemanfaatan Waktu Luang Buruh Pabrik

    Situasi aktivitas merupakan gabungan antara konteks proyek dan

    konteks keseharian. Konteks proyek merupakan aktivitas yang

    dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, baik dalam jangka pendek

    maupun panjang. Konteks keseharian merupakan aktivitas yang

    dilakukan secara berulang-ulang dan tidak berubah dalam keseharian

    (lihat kembali sub-bab 2.1.2.). Dalam penelitian ini, peneliti

    menganggap bahwa konteks keseharian dalam aktivitas merupakan

    aktivitas rutin dan konteks proyek dalam aktivitas merupakan aktivitas

    yang tidak rutin karena tidak muncul secara berulang-ulang. Berikut

    dibawah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai situasi aktivitas

     pemanfaatan waktu luang buruh pabrik yang peneliti bedakan menjadi

    dua, yaitu buruh pabrik yang sudah menikah dan belum menikah. 

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    48/102

    34

    Universitas Indonesia

    5.2.1.  Buruh pabrik yang sudah menikah

    Buruh pabrik yang telah menikah dalam pembahasan ini

    dibedakan menjadi dua, yaitu buruh yang pekerjaan hanya

    sebagai buruh pabrik saja dan buruh yang pekerjaannya selain

    sebagai buruh juga sebagai pedagang atau usaha lainnya.

    Buruh pabrik yang memiliki usaha diluar pekerjaan

    utamanya sebagai seorang buruh mempunyai aktivitas yang

    lebih banyak dibandingkan dengan buruh pabrik yang tidak

    memiliki usaha diluar pekerjaan sebagai buruh pabrik. Usaha

    tersebut dilakukan oleh mereka untuk menambah penghasilan

    yang dianggap kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-

    hari mereka bersama keluarga. Usaha yang dilakukan oleh buruh

     pabrik pun beragam mulai dari berjualan pulsa, membuka

    warung, berjualan kaos olahraga, hingga ternak itik.

    Gambar 5.1. Warung milik informan 2

    Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    49/102

    35

    Universitas Indonesia

    Keberadaan usaha tersebut mempengaruhi aktivitas waktu

    luang mereka sehingga terdapat aktivitas yang dilakukan untuk

    mendukung kegiatan usaha yang dimilikinya. Contohnya, Duhro

    (50 tahun) adalah seorang buruh pabrik yang telah bekerja

    selama lebih dari 30 tahun dan memiliki usaha warung di

    rumahnya. Setiap satu atau dua kali dalam satu minggu, ia pergi

    membeli kebutuhan warungnya di agen warung bersama dengan

    istri dan cucunya sekaligus mengajak cucunya berjalan-jalan.

    Buruh pabrik lainnya, Roni (40 tahun) memiliki usaha

     berdagang kaus olahraga. Setiap pulang kerja, ia menawarkan

     barang dagangannya kepada teman-temannya dengan langsung

    mendatangi rumahnya. Meskipun begitu, ia tidak pergi ke rumahtemannya setiap hari, aktivitas tersebut dilakukan apabila ia

    tidak lelah seusai bekerja.

    Gambar 5.2. Kandang itik milik informan 1

    Sumber: Dokumentasi pribadi, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    50/102

    36

    Universitas Indonesia

    Buruh pabrik yang pekerjaannya hanya sebagai buruh

     pabrik saja, waktu luangnya lebih banyak digunakan untuk

    kepentingan keluarga. Hampir seluruh aktivitas yang dilakukan

    selalu terkait dengan keluarga mereka. Contohnya Dwi Susanto

    (32 tahun), aktivitas waktu luangnya lebih banyak digunakan

    untuk mengurus kedua anaknya serta membantu istrinya

    melakukan aktivitas rumah tangga. Aktivitas lainnya yang

    dilakukan seperti menonton televisi dan mengobrol dengan

    tetangganya. Adapun aktivitas lainnya yang dilakukan oleh

     buruh pabrik yang tidak memiliki usaha sampingan seperti

    melakukan hobi tertentu, mengobrol dengan keluarga, solat di

    musala, olahraga, dan mengantar anggota keluarganya

     berpergian baik istri maupun anak mereka.

    Selain buruh pabrik yang memiliki usaha sampingan dan

    tidak memiliki usaha sampingan, ada pula buruh pabrik yang

    menjadi aktivis. Seorang buruh pabrik sekaligus aktivis

    memiliki pemanfaatan waktu luang yang lebih beragam dan

     pergerakannya lebih luas jika dibandingkan dengan buruh yang

    memiliki usaha maupun yang tidak. Hal tersebut disebabkan

    acara yang diselenggarakan oleh organisasi yang diikutinya dan

    lokasi acara tersebut bukanlah di Cakung. Meskipun memiliki

     pemanfaatan waktu luang yang lebih beragam, tidak berarti

    aktivitas yang dilakukan selalu seperti itu. Ada kalanya mereka

    tidak aktif dalam organisasi dan saat itu aktivitasnya tidak jauh

     berbeda dengan buruh pabrik lainnya yakni lebih banyak

    aktivitas yang dilakukan di rumah dan aktivitas untuk keluarga.

    Hal ini dialami oleh Agung Santoso (32 tahun) yang merupakan

    seorang buruh pabrik yang telah menikah dan merangkap

    sebagai aktivis. Ketika organisasinya sedang mengadakan acara,

    ia lebih sering beraktivitas di luar Cakung, namun ketika sedang

    tidak ada acara maupun kegiatan apapun ia lebih memilih di

    rumah saja.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    51/102

    37

    Universitas Indonesia

    Berikut di bawah ini merupakan tabel aktivitas waktu

    luang yang dilakukan oleh buruh pabrik yang telah menikah:

    Informan Aktivitas rutin Aktivitas tidak rutin

    1 Mencari keong Acara pernikahan

    Mengobrol dengan keluarga Berkunjung ke tetangga

    Menonton televisi Berobat

    Beribadah di musala

    Bermain dengan cucu

    Mengurus itik

    Pengajian

    2 Belanja kebutuhan warung Solat di mesjidMengobrol dengan tetangga

    Menonton televisi

    Menjaga warung

    Olahraga

    Pengajian

    Membantu istri

    Mengurus ayam

    3 Mengantar istri belanja Bermain catur dengan tetangga

    Mengobrol dengan keluarga Mengantar anakOlahraga Berkunjung ke rumah teman

    Menonton televisi

    4 Menonton televisi Berjualan kaos

    Mengobrol dengan tetangga Membeli pakan untuk hewan

     peliharaan

    Mengobrol dengan keluarga Mengambil barang dagangan

    Olahraga Memancing

    Mengurus ayam

    5 Mengurus anak Menjemput istri

    Mengantar anak sekolah Bermain dengan anak (ke tempathiburan)

    Mengobrol dengan tetangga Acara pernikahan

    Menonton televisi Berkunjung ke rumah keluarga

    Mengobrol dengan keluarga

    6 Mengantar anak mengaji Memasang spanduk

    Menjemput anak mengaji Pendidikan dan pelatihan satgas

    Menonton televisi Aksi demo

    6 Mengobrol dengan keluarga Dialog kebangsaan

    Pengawalan penetapan KHL

    Tabel 5.2. Aktivitas waktu luang buruh pabrik yang menikah

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    52/102

    38

    Universitas Indonesia

    Jika dikelompokkan berdasarkan kategorinya, aktivitas

    waktu luang yang dilakukan oleh buruh pabrik yang sudah

    menikah antara lain adalah:

    a. 

    Aktivitas keluarga dan rumah

    Dalam aktivitas keluarga dan rumah terdapat yang

    dilakukan secara rutin dan tidak. Dikatakan aktivitas rutin

    karena aktivitas terebut muncul beberapa kali dalam

    aktivitas keseharian yang dilakukan. Contoh aktivitas

    keluarga dan rumah yang rutin dilakukan adalah menonton

    televisi, mengobrol dengan keluarga, membantu istri

    membersihkan rumah, mengurus anak, dan lainnya.

    Sedangkan aktivitas yang tidak rutin dapat dikatakan

    demikian karena aktivitas tersebut hanya muncul satu atau

    dua kali dalam aktivitas keseharian yang dilakukan. Contoh

    aktivitas keluarga dan rumah yang tidak rutin dilakukan

    adalah belanja kebutuhan warung, berkunjung ke rumah

    saudara, dan lainnya.

     b. 

    Sosialisasi dan pergi ke luar rumah

    Sama seperti aktivitas keluarga dan rumah, dalam

    aktivitas sosialisasi dan pergi ke luar rumah juga terdapat

    aktivitas yang dilakukan secara rutin dan tidak. Aktivitas

    yang rutin dilakukan seperti acara keagamaan, mengobrol

    dengan tetangga, dan olahraga.

    Informan Aktivitas rutin Aktivitas tidak rutin

    6 Pembahasan rencana mogok kerja

    Mengantar anak sekolah

    8 Mengurus burung Menjemput anakSolat di musola Berkunjung ke rumah keluarga

    Mengobrol dengan tetangga Acara pernikahan

    Menonton televisi

    Mengobrol dengan keluarga

    Sumber: Pengolahan data, 2013

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    53/102

    39

    Universitas Indonesia

    Sedangkan aktivitas yang tidak rutin dilakukan seperti

    datang ke acara pernikahan, berobat ke dokter, pergi

    memancing, berukunjung ke rumah teman, dan lainnya.

    c. 

    Berkunjung ke tempat hiburan

    Jenis aktivitas dalam kategori ini termasuk kedalam

    aktivitas yang tidak rutin dilakukan. Kemunculan aktivitas

    ini tidak tentu karena buruh pabrik yang telah menikah

     jarang ada berkunjung ke tempat hiburan secara rutin.

    Alasannya cukup beragam, ada yang beralasan tidak

    memiliki keinginan untuk jalan-jalan, adapula yang

    mengatakan tidak memiliki uang, serta ada yang

    mengatakan bekerja setiap harinya sudah membuat lelah

    sehingga ketika hari libur memilih untuk istirahat di rumah.

    Jika dihitung dari jumlah waktu yang digunakan untuk

    ketiga kategori di atas, jumlah waktu paling banyak digunakan

    untuk melakukan aktivitaskeluarga dan rumah.

    Gambar 5.3. dan 5.4. merupakan sketsa aktivitaskeseharian buruh pabrik yang telah menikah. Pada Gambar 5.3.

    terdapat dua sketsa, yaitu sketsa (a) yang merupakan contoh dari

     buruh pabrik yang memiliki usaha dan sketsa (b) yang

    merupakan contoh dari buruh pabrik yang tidak memiliki usaha.

    Kedua gambar tersebut menggambarkan sketsa aktivitas

    keseharian buruh pabrik. Sumbu  x pada sketsa menggambarkan

    lokasi aktivitas keseharian yang dilakukan. Sumbu y pada sketsamerupakan waktu selama satu hari yaitu 24 jam. Garis vertikal

    yang terbentuk menunjukkan aktivitas yang dilakukan pada jam

    dan lokasi tertentu dalam satu hari. Kemudian garis miring

    menandakan adanya pergerakan dari satu lokasi ke lokasi

    lainnya.

    Berdasarkan gambar tersebut, dapat diketahui bahwa

     buruh pabrik yang telah menikah lebih banyak menghabiskan

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    54/102

    40

    Universitas Indonesia

    waktu luang mereka untuk melakukan aktivitas di rumah mereka.

    Kemudian ketika mereka melakukan aktivitas di luar rumah,

    aktivitas mereka pada umumnya terkait dengan individu lain.

    Individu lain yang dimaksud adalah keluarga, teman, atau

    tetangga mereka. Keberadaan individu lain ini akan dibahas

    selanjutnya dalam pembahasan situasi sosial.

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    55/102

    41

    Universitas Indonesia

    Gambar 5.3. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah

    (a) memiliki usaha; (b) tidak memiliki usaha

    Sumber: Pengolahan data, 2013

    Keterangan:

     B : pabrik L : pos satpam 5 : agen warung : waktu luang

    ? : taman kanak-kanak ? : sekolah dasar 8 : rumah

    (a) informan 2 (b) informan 5

       W  a   k   t  u

       W  a   k   t  u

     B 

     B  8 

    ? 8 

     B 

     B 

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    56/102

    42

    Universitas Indonesia

    Sketsa 5.4. merupakan sketsa aktivitas buruh pabrik yang

    menikah dan seorang aktivis. Sketsa dibawah ini merupakan

    contoh aktivtas tidak rutin yang dilakukan, dimana aktivitas ini

    hanya akan muncul ketika ada acara yang diadakan oleh

    organisasi yang diikutinya. Pada grafik ini dapat terlihat, ketika

    sedang ada acara yang diselenggarakan oleh organisasi, buruh

    yang juga sebagai aktivis lebih banyak menghabiskan waktunya

    untuk melakukan aktivitas di luar rumahnya dibandingkan

    dengan buruh pabrik yang telah menikah lainnya.

    8  B 

     

    Keterangan:

      : musala  B : pabrik ; : departemen tenaga kerja dan transmigrasi

    ? : sekolah dasar 8 : rumah : waktu luang

    Informan 6

    Gambar 5.4. Sketsa aktivitas keseharian buruh pabrik yang telah menikah dan aktivis

    Sumber: Pengolahan data, 2013

       W  a   k   t  u

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    57/102

    43

    Universitas Indonesia

    5.2.2.  Buruh pabrik yang belum menikah

    Buruh pabrik yang belum menikah memiliki jumlah waktu

    luang yang lebih sedikit daripada yang telah menikah. Waktu

    luang yang dimiliki lebih sedikit karena buruh yang belum

    menikah lebih sering kerja lembur baik pada hari kerjanya

    maupun diluar hari kerjanya seperti hari Minggu. Selain itu,

     buruh yang belum menikah juga lebih bebas dari segi waktu.

    Maksudnya, mereka bebas berpergian hingga larut malam untuk

     berkumpul bersama dengan teman-temannya. Hal ini berbeda

    dengan buruh yang sudah menikah karena mereka memiliki

    kewajiban dan tanggung jawab dengan keluarganya sehingga

    tidak bisa pergi bebas.

    Aktivitas waktu luang buruh pabrik yang belum menikah

    secara umum tidak jauh berbeda dengan buruh pabrik yang

    sudah menikah. Aktivitas yang dilakukan kebanyakan berupa

    aktivitas keluarga dan rumah serta bersosialisasi dan berpergian

    ke luar rumah. Perbedaan aktivitas antara buruh yang sudah

    menikah dengan yang belum menikah adalah pergi ke tempat

    hiburan. Tidak seperti buruh yang sudah menikah yang

    kebanyakan jarang pergi ke tempat hiburan, buruh pabrik yang

     belum menikah lebih sering pergi ke tempat hiburan jika sedang

    libur. Mereka pada umumnya pergi ke tempat hiburan karena

    diajak oleh teman atau mengajak kekasih mereka berjalan-jalan

    ke tempat hiburan seperti mal. Mereka pergi ke tempat hiburan

     bersama dengan kekasihnya atau teman-temannya.

    Selain aktivitas tersebut, adapula buruh pabrik yang rutin

    membeli makanan di warung makan dekat rumahnya seperti

    yang dilakukan Sugeng (26 tahun). Sugeng memilih untuk

    membeli makanan di warung makan karena ia tinggal di Jakarta

    tidak bersama dengan keluarganya, ia mengontrak rumah di

    daerah Pulogebang bersama dengan teman-temannya. Lain

  • 8/19/2019 Dwita Maulida Skripsi FMIPA 2014

    58/102

    44