PENGARUH JUMLAH STARTER YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI URINE SAPI (Bison benasus L) TERHADAP BAU TUGAS AKHIR (TA) “untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk kenaikan kelas XII di SMA Tunas Luhur Paiton” Disusun oleh : DWI SAPRI RAMADHAN 090144 SMA TUNAS LUHUR (Full Day School) Paiton Jl. Raya Kotaanyar Telp/Fax (0335) 771666 Tahun Pelajaran 2010 – 2011
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENGARUH JUMLAH STARTER YANG DIGUNAKAN PADA
PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI URINE SAPI (Bison benasus L)
TERHADAP BAU
TUGAS AKHIR
(TA)
“untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk kenaikan kelas XII di SMA
Tunas Luhur Paiton”
Disusun oleh :
DWI SAPRI RAMADHAN
090144
SMA TUNAS LUHUR (Full Day School) Paiton
Jl. Raya Kotaanyar Telp/Fax (0335) 771666
Tahun Pelajaran 2010 – 2011
PENGARUH JUMLAH STARTER YANG DIGUNAKAN PADA
PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI URINE SAPI (Bison benasus L)
TERHADAP BAU
NAMA : Dwi Sapri Ramadhan
PEMBIMBING : Pravitasari, S.T.
ABSTRAKSI
Sapi (Bison benasus L) merupakan ternak ruminansia besar yang
mempunyai banyak manfaat baik untuk manusia ataupun tumbuhan, seperti
daging, susu, kulit, tenaga dan kotoran. Selain itu urinenya juga bisa
dimanfaatkan. Urine sapi (Bison benasus L) bisa dibuat pupuk cair sebagai
pestisida untuk tanaman. Penulis mencoba memanfaatkan urine sapi (Bison
benasus L) untuk dijadikan pupuk cair. Peneliti juga mencoba mencari hasil yang
berbeda pada kualitas pupuk cair tersebut terutama pada bau dari pupuk cair.
Tahap pertama yang harus dilakukan untuk membuat pupuk cair dari urine
sapi ini adalah mangambil urine sapi (Bison benasus L) sebanyak 30 L dan
dimasukkan pada tiga drum plastik yang masing-masing drum berisi 10 L urine
sapi, kemudian ditambahkan bahan-bahan seperti lengkuas, kunyit, temu ireng,
jahe, kencur, brotowali, masing-masing sebanyak 2 ons ditumbuk sampai halus
kemudian dimasukkan ke tiap drum plastik. Selanjutnya tetes tebu dimasukkan ke
dalam drum plastik, sebanyak 0.5 liter, 1 liter, 1.5 liter tetes tebu tersebut
mengandung starter Sacharomyces cereviceae. Fermentasi urine didiamkan
selama 14 hari.
Dari hasil yang didapat, ternyata pemberian volume starter bakteri
Sacharomyces cereviceae yang berbeda pada fermentasi urine sapi (Bison benasus
L) dapat menghasilkan pupuk cair urine sapi yang berbeda baunya. Pada drum
yang ditambahkan starter Sacharomyces cereviceae sebanyak 1,5 liter tidak
berbau urine lagi sedangkan pada drum yang ditambahkan starter sebanyak 0.5
liter dan 1 liter masih berbau urine.
Paiton, 04 Maret 2011
Pembimbing Penulis
Pravitasari, S.T Dwi Sapri Ramadhan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sapi (Bison benasus L) merupakan ternak ruminansia besar yang mempunyai
banyak manfaat baik untuk manusia ataupun tumbuhan, seperti daging, susu,
kulit, tenaga dan kotoran. Selain itu urinenya juga bisa dimanfaatkan. Urine sapi
(Bison benasus L) bisa dibuat pupuk cair sebagai pestisida untuk tanaman. Penulis
telah membuat pupuk cair dan hasilnya cukup baik
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini sangatlah mudah
dan tidak membutuhkan waktu lama serta baik untuk tanaman dibandingkan
dengan pupuk buatan pabrik. Bahan yang digunakan untuk membuat pupuk cair
ini juga mudah di dapat dan biayanya relatif murah. Dengan adanya pembuatan
pupuk cair ini masyarakat diharapkan mau mencoba membuat dan memakainya.
Produk yang dibuat ini mempunyai keunggulan tersendiri yaitu harganya
murah, pembuatannya mudah, bahan mudah didapat, dan tidak membutuhkan
waktu yang lama. Pupuk cair ini mengandung protein yang menyuburkan tanaman
dan tanah seperti padi, palawija, sayur-sayuran, buah-buahan, bunga dan lain-lain.
Produk ini berfungsi sebagai pengusir hama tikus, wereng, walang sangit, dan
penggerek serta sebagai sumber pupuk organik.
Pembuatan pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) ini membutuhkan
bahan tambahan lainnya agar urine berkomposisi kimia yang baik. Bahan
tambahan ini seperti lengkuas, kunyit, temu ireng, jahe, kencur, brotowali, dan
tetes tebu, yang berguna untuk menghilangkan bau urine ternak dan memberikan
rasa yang tidak disukai hama. Sedangkan tetes tebunya untuk fermentasi urine
sapi (Bison benasus L) dan menyuburkan mikroba yang ada di dalam tanah,
karena tetes ini mengandung bakteri Sacharomyces cereviceae. Berdasarkan
uraian tersebut penulis mengambil penelitian yang berjudul "PENGARUH
JUMLAH STARTER YANG DIGUNAKAN PADA PEMBUATAN PUPUK
CAIR DARI URINE SAPI (Bison benasus L) TERHADAP BAU ".
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan oleh peneliti, maka rumusan
masalah yang dapat ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Apakah ada pengaruh jumlah starter yang digunakan pada pembuatan
pupuk cair dari urine sapi (Bison benasus L) terhadap bau?
1.3 Batasan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis memberi batasan-batasan penelitian agar
penelitian ini menjadi lebih fokus dan terarah. Batasan penelitiannya, antara lain :
1. Urine sapi yang digunakan berasal dari sapi (Bison benasus L) jantan
jawa, sebanyak 10 liter.
2. Bahan yang ditambahkan pada proses fermentasi adalah lengkuas,
kunyit, temu ireng, jahe, kencur, butrowali, masing-masing sebanyak 2
ons.
3. Starter yang dibuat dari tetes tebu dan bibit bakteri Sacharomyces
sereviceae yaitu sebanyak 0.5, 1, dan 1.5 L.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Penulisan karya ilmiah ini di buat atas dasar beberapa tujuan umum yang
ingin dicapai peneliti yaitu :
1. Tujuan membuat karya ilmiah ini untuk menambah pengalaman tentang
penulisan karya ilmiah sebagai bekal menghadapi tugas akhir di
perkuliahan.
2. Untuk memenuhi tugas sebagai syarat kenaikan kelas XII.
1.4.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :
1. Memanfaatkan urine sapi (Bison benasus L) untuk dibuat pupuk cair.
2. Mengetahui pengaruh jumlah starter yang digunakan terhadap bau dari
pupuk cair tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
Penulis memilih penelitian ini karena memiliki beberapa manfaat, antara lain :
1. Memanfaatkan limbah peternakan khususnya urine sapi untuk di jadikan
pupuk cair.
2. Meningkatkan intensifikasi pertanian.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berwirausaha sendiri.
4. Untuk perkembangan teknologi pertanian.
1.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan dan informasi yang diperoleh
peneliti, maka dugaan sementara dari permasalahan yang ditemui penulis yaitu,
“ada pengaruh jumlah starter yang digunakan pada pembuatan pupuk cair dari
urine sapi (Bison benasus L) terhadap bau” karena starter yang digunakan ini
mengandung bakteri Sacharomyces cereviceae sehingga semakin banyak starter
yang digunakan semakin cepat proses fermentasinya dan bahan-bahan yang
digunakan tidak terlalu lama terendam dan tidak membusuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian urine sapi (Bison benasus L)
Siapa bilang air kencing sapi merusak lingkungan. Buktinya, sapi di Sumatra
Barat (Sumbar), tepatnya di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam. Air
kencing dari satu ekor sapi mampu menyuburkan sekitar empat hektare sawah
yang setiap hektarenya bisa menghasilkan enam hingga delapan ton padi atau
gabah.Air kencing, ya tetap air kecing, yang keluar dari alat vital sapi,Kandungan
kimia urine sapi adalah N : 1,4 sampai 2,2 %, P: 0,6 sampai 0,7%, dan K 1,6
sampai 2,1. Namun sebelum keluar dari tubuh sapi itu, makanan sapi harus
direkayasa dulu. Awalnya, hasil penemuan yang disebut sistem pupuk organik
urine sapi (kosarin), semata-mata memang bukan untuk menyuburkan tanaman
atau tumbuhan. Melainkan untuk menyuburkan sapi. Cara menggemukkan sapi ini
dengan memberikan makanan jeram dicampur garam dan enzym Bossdext
(Setiono Hadi, 2004)
2.2 Kajian Bahan-bahan
2.2.1 Jahe
Peningkatan produksi jahe di Indonesia sangat
diperlukan, yang dapat dilakukan melalui perbaikan
tehnik budidaya terutama pada fase awal
pertumbuhan tanaman. Penggunaan pupuk kandang
dan urin sapi sebagai zat pengatur tumbuh
diharapkan mampu memperbaiki pertumbuhan
tanaman jahe sehingga produksinya meningkat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
beberapa jenis pupuk kandang, pengaruh konsentrasi
urin sapi dan interaksi antara penggunaan beberapa macam pupuk kandang dan
konsentrasi urine sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jahe muda ( Hary
Witriyono, 1993).
Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di negara kita. Jahe
merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas dipakai,
antara lain sebagai bumbu masak, pemberi aroma dan rasa pada makanan seperti
roti, kue, biscuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe juga digunakan
dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe muda dimakan
sebagai lalaban, diolah menjadi asinan dan acar. Disamping itu, karene dapat
memberi efek rasa panas dalam perut, maka jahe juga digunakan sebagai bahan
minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup.
Jahe yang nama ilmiahnya Zingiber officinale sudah tak asing bagi kita, baik
sebagai bumbu dapur maupun obat-obatan. Begitu akrabnya kita, sehingga tiap
daerah di Indonesia mempunyai sebutan sendiri-sendiri bagi jahe. Nama-nama
daerah bagi jahe tersebut antara lain halia (Aceh), bahing (Batak karo), sipadeh