HUBUNGAN PENGETEHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PETUGAS DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA DI UNIT GAWAT DARURAT RSUD SLEMAN RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH THE ADHERENCE TO CONDUCT DEFINITE PROCEDURE OF WOUND SEWING EN EMERGENCY UNIT OF SLEMAN REGENCY RSUD Dulzaini 1 , Christantie Effendy 2 , Sutono 2 NASKAH PUBLIKASI PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
HUBUNGAN PENGETEHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN PETUGAS DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA DI UNIT
GAWAT DARURAT RSUD SLEMAN
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH THE ADHERENCE TO CONDUCT DEFINITE PROCEDURE OF WOUND SEWING EN
EMERGENCY UNIT OF SLEMAN REGENCY RSUD
Dulzaini1, Christantie Effendy2, Sutono2
NASKAH PUBLIKASI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2006
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE WITH THE ADHERENCE TO CONDUCT DEFINITE PROCEDURE OF WOUND SEWING EN
EMERGENCY UNIT OF SLEMAN REGENCY RSUD
Dulzaini1, Christantie Effendy2, Sutono2
Abstract
Background: The costumers of health services at hospital expect a satisfying, quick, precise and qualified services. The quality of service is obtained by working according to the service standard applied in the institution. The adherence of the employee is influenced by many factors, such as education, capability, motivation, length of working time, facility and a definite procedure. The number of visitation to emergency unit of RSUD Sleman at 2004 was 13.975 emergency cases, 2.815 with vulnuses which consist of 2.449 were vunus laceratums, 223 were vulnus scissums, 14 were vulnus caesums. Study to the adherence of employees at 2004 about the adherence to wound sewing procedure shown that 60% employees were not obedient. Goal: To know how the relationship of knowledge and attitude with the adherence to conduct the definite procedure of wound sewing in emergency unit of RSUD Sleman. Method: Non experimental study with correlation analysis using cross sectional approach. Data collecting was conducted in two way: observation to the action of wound sewing at 20 respondents; questionnaire for the knowledge and attitude. Analysis of the study used Spearmen’s correlation statistical test. Result: The adherence rate of respondents: 10% was good, 30% was middle, and 60% was lack. Attitude: 90% was support, 10% was neutral, 0% was un correlated. Conclusion: The rate of knowledge was strongly related with the adherence of employees to conduct the definite procedure of wound sewing. The attitude was strongly related with the adherence of employees to conduct the definite procedure of wound sewing. Keywords: Knowledge, Attitude, Adherence, Definite procedure of wound sewing. 1:RSUD of Sleman Hospotal 2:School of Nursing, Medical Faculty of Gadjah Mada University
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEPATUHAN DALAM MELAKSANAKAN PROSEDUR TETAP MENJAHIT LUKA DI UNIT GAWAT
DARURAT RSUD KABUPATEN SLEMAN
Dulzaini1 Christantie Effendy2 Sutono3
INTISARI
Latar belakang : Harapan pengguna jasa pelayanan Rumah sakit adalah pelayanan yang memuaskan, cepat, tepat dan bermutu. Mutu pelayan di peroleh dengan bekerja patuh pada standar pelayanan yang berlaku di Institusi. Kepatuhan petugas di pengaruhi berbagai faktor yaitu pendidikan, kemapuan, motivasi, masa kerja , fasilitas, prosedur yang jelas. Jumlah kunjungan di unit gawat darurat RSUD Sleman tahun 2004 berjumlah 13.975 kasus gawat darurat 2.815 dengan vulnus, terdiri dari 2.449 vulnus laceratum, 223 vulnus scissum, 14 vulnus caesum. Penelitian tentang kepatuhan petugas tahun 2004 tentang kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka di dapatkan 60 % tidak patuh. Tujuan : Untuk mengetahui bagaimana hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan petugas dalammelaksanakan prosedur tetap menjahit luka di unit gawat darurat RSUD Sleman . Metode : Penelitian non eksperimental dengan metode analisa korelasi mengunakan pendekatan Cross Sectional. Pengumpulan data dengan dua cara yaitu : observasi terhadap pelaksanaan tindakan menjahit luka yang di lakukan oleh 20 responden. Pengetahuan dan sikapdengan kuisioner. Analisa penelitian di lakukan dengan uji statistik korelasi spearmen’s. Hasil penelitian : Tingkat kepatuhan responden baik 10 %, cukup 30 %, kurang 60 %. Sikap 90 % mendukung, 10 % netral, 0 % tidak mendukung.Kesimpulan : Tingkat pengetahuan berhubungan kuat terhadap kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka. Sikap berhubungan sangat kuat dengan kepatuhan petugas dalam melaksanakan prosedur tetap menjahit luka. Kata Kunci: Pengetahuan, Sikap, Kepatuhan, Prosedur tetap menjahit luka 1.RSUD Kabupaten Sleman 2.Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedoktera UGM Yogyakarta
PENDAHULUAN
Customer Rumah Sakit membutuhan pelayanan yang
memuaskan, kepuasan diperoleh dari pelayanan yang cepat,
tepat dan bermutu. Untuk ini dibutuhkan petugas yang
disiplin, terampil, sikap dan wawasan keilmuan. Kemajuan
teknologi informasi membuat masyarakat semakin tabu akan hak
pelayanan kesehatan yang diterima. Banyak institusi
pelayanan kesehatan yang dimuat di media masa karena
ketidak-puasan customer, baik terbukti bersalah atau tidak.
Petugas Unit Gawat Darurat selalu berpegang pada
aturan institusi. Prosedur tetap memberikan perlindungan
hukum dan menjamin mutu pelayanan yang diberikan. Pelayanan
Gawat Darurat merupakan penanggulangan penderita. gawat
darurat yang bertujuan untuk tercapainya suatu pelayanan
kesehatan yang optimal, terarah dan terpadu bagi setiap
anggota. Masyarakat yang berada dalam keadaan gawat darurat
rangkaian kegiatan harus dikembangkan baik dalam fasilitas
yang lengkap dan sumber daya manusia yang dapat diandalkan,
mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi.
Penanganan luka harus cepat dan tepat untuk mencegah
keadaan yang lebih buruk atau komplikasi yang bisa
membahayakan jiwa. Pasien dengan luka bedah mempunyai resiko
tinggi terhadap infeksi, luka bersih kurang lebih 2%, luka
bersih terkontaminasi 5%-10%, luka terkontaminasi 20% dan
luka kotor 40%. (Sabiston, 1995). Faktor-faktor yang
mempengaruhi angka-angka infeksi terhadap luka pasca bedah
adalah tehnik cuci tangan prabedah, kerusakan sarung tangan,
bahan - bahan yang digunakan dan penggunaan sistem udara
laminar. Komplikasi tindakan menjahit luka adalah over
lapping, nekrosis, infeksi, perdarahan, hematoma, dead
space, sinus, dehisensi, dan abses.
Petugas gawat darurat dokter maupun perawat
bertanggung jawab terhadap penanganan luka pasien,diperlukan
kerjasama dan hubungan kemitraan yang baik antar profesi
untuk menberikan pelayanan yang optimal. Tindakan menjahit
luka merupakan kewenangan medis dapat dilakukan perawat
profesional yang telah menerima pelimpahan wewenang.
Kepatuhan dipengaruhi berbagai faktor yaitu
pendidikan, kemampuan, motivasi, masa kerja,
fasilitas/peralatan, prosedur yanq tidak jelas sehingga
nenimbulkan variasi-variasi. Sikap, pengetahuan dan
ketrampilan nerupakan faktor yang sangat mendasar untuk
mendapatkan hasil pekerjaan yang baik dan bermutu.
Petugas Unit Gawat Darurat RSUD Kabupaten Sleman
berjumlah 26 orang yang terdiri 6 orang dokter umum plus
ATLS dan 20 perawat dengan 2 orang pendidkan S1 Keperawatan,
10 orang lulusan D III Keperawatan dan 8 orang lulusan SPK.
Data kunjungan di Unit Gawat Darurat tahun 2003 ada 11.229
pasien dengan 2.693 dijahit luka yaitu vulnus laceratum
data dengan cara observasi, pengisian kuesioner dan
pengolahan san analisa data dengan uji korelasi. Penelitian
kuantitatif non eksperimental, dengan menggunakan pendekatan
Cross-Sectional. Pengambilan data dengan kuesioner dan
observasi kepatuhan terhadap Prosedur tetap menjahit luka.
Subyek penelitian adalah semua petugas UGD RSUD Sleman
dengan kriteria inklusi : petugas dokter maupun perawat yang
melakukan tindakan jahit luka, pernah mengikuti Pelatihan
Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD).
Variabel bebas penelitian ini yaitu pengetahuan, sikap
dan variabel terkait kepatuhan petugas dalam menjahit luka
di ruang Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.Interpretasi hasil
uji korelasi memakai pedoman interpretasi (Sugiono, 1999).
Tabel 1. Pedoman untuk interpretasi terhadap koefisien
korelasi
Interval koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199]
0,20 – 0,399
0,40 – 0,99
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
Sumber : Sugiono, 1999
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik responden terdiri dari data umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir dan lama kerja.
Tabel 1. Distribusi Frekwensi Responden Berdasarkan
Karakteristik Responden di Unit Gawat Darurat
RSUD Sleman
No Karakteristik Responden Frekuensi Prosentase 1. Umur
- < 25 tahun - 26 – 35 tahun - 36 – 45 tahun - > 46 tahun
1 9 9 1
5% 45% 45% 5%
2. Jenis kelamin - Pria - Wanita
8 12
40% 60%
3. Pendidikan - S1 Keperawatan - D3 Keperawatan - SPK
2 10 8
10% 50% 40%
4. Lama kerja - 0,5 – 5 tahun - 6 – 10 tahun - 11 – 20 tahun - > 20 tahun
3 7 5 3
15% 35% 25% 15%
Sumber Data Primer 2006
Pada tabel 1 didapatkan umur responden terbanyak
berkisar antara 26 – 45 tahun (90%), dimana merupakan umur
produktif sehingga memberikan hasil pekerjaan yang maksimal.
Sedangkan sebagian besar berjenis kelamin wanita berjumlah
12 responden (60%), wanita lebih feminim sehingga kerapihan
dan penataan lingkungan lebih bagus.
Distribusi pendidikan terakhir paling banyak pada DIII
Keperawatan 10 responden(50%) dan SPK 8 responden(40%) dan
SI 2 responden. Dilihat dari lama kerja 85% responden lebih
dari 6 tahun, lama kerja memberikan kontribusi yang besar
terhadap ketrampilan dalam melakukan pekerjaan.
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kepatuhan
petugas terhadap Prosedur Tetap menjahit luka di Unit Gawat
Darurat RSUD Sleman dengan hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Gambaran kepatuhan petugas terhadap Prosedur Tetap,
menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
Patuh
Tidak patuh
9
11
45%
55%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasar tabel 2 kepatuhan petugas terhadap Prosefur
Tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
termasuk dalam kategori patuh 9 responden (45%). Responden
yang termasuk kategori tidak patuh 11 responden(55%).
Ketidakpatuhan reponden pada paling sering dilakukan tidak
melakukan cuci tangan sebelum melakukan tindakan yaitu 14
responden(70%), hal ini karena responden cukup memakai
sarung tangan steril. Tidak meratakan tepi luka dan menutup
luka dengan duk steril masing-masing 9 responden (45%)
karena kurang tersedianya sarana, posisi jarum tidak tepat 8
responden(40%), adaptasi luka tidak dilakukan 7
responden(35%) dan posisi gunting saat memotong benang tidak
benar 8 responden(40%), tidak membereskan alat 6
responden(30%), menyediakan set instrumen bedah minor dimana
alat yang sudah dipakai pasien sebelumnya dipakai lagi 5
responden (25%), sementara untuk item yang lain bervareasi
yang tidak dilakukan.
Tabel 3. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang luka
dan prosedur tetap di unit gawat darurat RSUD
Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
4.
Baik (75% - 100%)
Cukup (55% - 74%)
Kurang (24% - 54%)
Sangat kurang (0% - 24%)
2
6
12
0
10%
30%
60%
0%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasarkan tabel 3 menunjukkan tingkat pengetahuan
responden terbanyak yaitu baik 10%, cukup 30 dengan
pengetahuan, kurang 60% dan sangat kurang 0%. Tingkat
pengetahuan dilihat dari pendidikan responden: pendidikan S1
2 responden dengan hasil baik, pendidikan D3 ada 6 responden
dengan pengetahuan cukup, 4 responden kurang, dan pendidikan
SPK dengan pengetahuan cukup 5 responden, kurang 3
responden.
Tabel 4. Hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan protap
menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Kepatuhan
Pengetahuan Patuh Tidak
patuh
f Prosentase
Baik
Cukup
Kurang
2(10%)
4 (20%)
3 (15%)
0 (0%)
2 (10%)
9 (45%)
2
6
12
10%
30%
60%
Jumlah 9 (45%) 11 (55%) 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Hasil uji korelasi Spearman’s antara pengetahuan
dengan kepatuhan terhadap prosedur tetap ditunjukkan dengan
koefisien korelasi (p) = 0,663 dan nilai signifikan µ =
0,001. artinya antara pengetahuan dan kepatuhan terdapat
hubungan yang kuat (positif) dalam pelaksanaan tindakan
jahit luka. Tingkat hubungan negatif yakni pengetahuan yang
kurang maka kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap dalam
pelaksanaan tindakan jahit luka juga kurang. Hal ini
disebabkan kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap dalam
pelaksanaan tindakan jahit luka merupakan manifestasi dari
tahapan ranah kognitif sebuah pengetahuan atau informasi.
Dalam tingkatan ranah kognitif terdapat 2 tahap yang perlu
dilewati sebelum penerapan, tahap pertama adalah pengetahuan
(knowledge), sedangkan tahap kedua adalah pemahaman
(comprehension) sehingga kemudian dapat menerapkan ilmu
tersebut (Sahabudin, 1999 cit dina 2005). Kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap pelaksanaan tindakan jahit luka
apabila pengetahuan mengenai luka, penatalaksanaan, dan
prosedur tetap tindakan jahit luka baik, maka
penatalaksanaan tindakan jahit luka juga baik atau
sebaliknya. Pihak rumah sakit dapat membantu meningkatkan
pengetahuan petugas UGD yang diberi kewenangan melakukan
tindakan jahit luka dengan mengadakan pelatihan atau
penyegaran yang menghadirkan ahlinya, sehingga petugas dapat
memperkaya pengetahuan tentang luka, penatalaksanaannya dan
prosedur tetap.
Sikap mempunyai kesamaan dengan motif dalam arti
keduanya menunjuk adanya arah tingkah laku dan tidak pada
tingkah lakunya sendiri. Motif dapat timbul, menghilang dan
timbul kembali, tetapi sikap bersifat tetap dan dapat
menggambarkan orientasi individu yang tetap, umum terhadap
lingkungannya.
Tabel 5. Sikap responden terhadap prosedur tetap menjahit
luka di RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.
2.
3.
Mendukung
Netral
Tidak mendukung
18
2
0
90%
10%
0%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Tabel 5 menunjukkan bahwa sikap 28 (90%) responden
mendukung terhadap kepatuhan petugas, 2 (10%) responden
bersikap netral dan tidak ada yang bersikap tidak mendukung
terhadap adanya prosedur tetap dan mematuhi.
Tabel 6. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap
protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD
Sleman
Kepatuhan
Sikap Patuh Tidak patuh f Prosentase
Mendukung
Netral
Tidak Mendukung
9(45%)
0
0
9 (45%)
2 (10%)
0 (0%)
18
2
0
90%
10%
0%
Jumlah 9 (45%) 11 (55%) 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Dari tabel 6 dapat dilihat responden yang 90%
mendukung adanya prosedur tetap tetapi tingkat kepatuhan
responden masih rendah yaitu 45% karena tingkat kepatuhan
juga dipengaruhi faktor – faktor yang lain.
Hasil uji korelasi Spearman’s antara sikap dan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap tindakan jahit
luka ditunjukkan dengan nilai p = 0,810 dan µ = 0,000
sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan yang kuat. Sikap
yang tidak mendukung dapat menghambat kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap, bahkan tidak melaksanakan. Hal
tersebut dapat dikarenakan petugas menganggap bahwa dengan
pemberian antibiotik yang baik tidak akan terjadi infeksi
pada luka dijahit. Apabila sikap yang timbul adalah suatu
dukungan, maka prosedur tetap tindakan jahit luka akan
dilaksanakan oleh petugas Unit Gawat Darurat dengan sebaik –
baiknya, karena bagaimanapun juga pasien memerlukan
pelayanan yang bermutu sehingga mendapatkan penyembuhan yang
baik dan memuaskan.
KESIMPULAN
1. Tingkat pengetahuan mempunyai hubungan kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
2. Sikap petugas mempunyai hubungan sangat kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
SARAN
1. Kepada Rumah Sakit diharapkan penelitian ini dapat
dijadikan bahan pertimbangan untuk lebih memperhatikan
kualitas pelayanan Gawat Darurat pada khususnya dan
Rumah Sakit Umum Daerah Sleman pada umumnya yaitu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan
diikutkan dalam pelatihan – pelatihan penanganan gawat
darurat tentang luka dan cara penatalaksanaan, tindakan
septik aseptik yang diadakan sendiri atau oleh institusi
kesehatan lain. Tingkatkan supervisi
2. Bagi petugas ruang gawat darurat
Kepada petugas Unit Gawat Darurat baik dokter maupun
perawat diharapkan mau mematuhi prosedur tetap yang ada
sehingga mutu pelayanan di Unit Gawat Darurat dapat
dipertanggungjawabkan tetap tindakan jahit luka sehingga
tidak terjadi komplikasi dari tindakan jahit luka.
Melakukan penyegaran kembali tentang prosedur tetap dan
penatalaksanaan luka sehingga dapat meningkatkan
motivasi agar pelayanan yang diberikan dapat
dipertanggungjawabkan secara hokum maupun profesi.
3. Kepada peneliti lain diharapkan ada penelitian lanjutan
dari hasil penelitian ini dengan jumlah responden lebih
banyak sehingga didapatkan hasil yang lebih baik.
Penelitian lanjutan tentang faktor lain yang
mempengaruhi kepatuhan seperti motivasi, masa kerja,
fasilitas atau peralatan hubungannya dengan kepatuhan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terima kasih ditujukan untuk Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Dosen
Pembimbing dan Penguji, Direktur RSUD Sleman, Keluarga dan
teman – teman PSIK B 04, dan semua pihak yang telah memberi
bantuan dan bimbingan.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P dan Sri Suyati, 1995. Perilaku Keorganisasian, Penerbit Pustaka Jaya, Jakarta.
Azwar, A. 1994. Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan,
Penerbit IDI, Jakarta. Arikunto, S., 2003. Manajemen Penelitian, Cetakan Keenam,
Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Arsyad, A. 2003, Pokok-Pokok Manajemen, Cetakan Kedua, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Brown. J.S. 1995, Buku Ajar dan Atlas (Essential Surgery ; Atext And Atlas), Alih Bahasa Devi H.Ronardy, Melfiawati, EGC, Jakarta.
Buchsinar, B, 1992, Bedah Minor, Editor ; Jonathan Oswari, Penerbit Hipocrates, Jakarta.
Carve D, 1994, The Care Of Wounds, Blackwell Scientific Pub. Victoria, Austraia Christopher, 1960, Minor Surgery, Eight Edition, W.B. Sounder Company, Philadhelpia And London
Dep.Kes RI, 1998, Petunjuk Pelaksanaan Indicator Mutu Pelayanan Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik, Jakarta
Dep.Kes. 1994. Pedoman Akreditasi Rumah Sakit di Indonesia. Dirjen Yanmed,Dep.Kes, Jakarta.
Dina Martanti, P. 2004, Faktor-Faktor Yang Mempenqaruhi Pelaksanaan Teknik Relaksasi Oleh Perawat Pada Pasien Dengan Nyeri Di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Karya Tulis Ilmiah SI Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Belum dipublikasikan.
Donabedian, A. 1980, Exploration In Quality And Monitoring And Evaluation Administration Press, Ann Arbor, Michigan.
Feinberg, R., Tanafsky, R, dan Tarrant.J. 1996, Psikolog Manajemen. Cetakan Ketiga. Penerbit Mitra Utama, Jakarta.
Guwandi. J. 2002. Hospital Law. Balai Penerbit, FKUI, Jakarta.
Katz.J And Green. E. 1992. Managing Quality A Guide To
monitoring And Evaluating Nursing Service, Mosby Year Book, St. Louise.
Menkes. RI 2001, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/Menkes/SK/X1/2001, Tentang Registrasi dan Praktek Perawat.
Mukiyat. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Cetakan Kesatu, Penerbit Mandar Maju, Bandung.
Muhamad. R. 2000. Pengaruh Karakteristik Perawat Terhadap Kepatuhan Perawat Pada SAK Di IRMA II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, Karya Tulis Ilmiah S1 Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta. Belum dipublikasikan
Novi Akrodana, 2004. Kepatuhan Petugas Dalam Melaksanakan Frosedur Tetap Menjahit Luka Di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman. Karya Ilmiah SI Program Studi 11mu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM. Yogyakarta. Belum dipublikasikan
Sobiston.C.D 1995, Buku Ajar Bedah (Essential Of Surgery), Alih Bahasa : Petrus And.rianto, Timan, EGC, Jakarta
Sondang P, Siagian, 2000. Manajemen Strategik. Cetakan ketiga. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
karakteristik responden di Unit Gawat Darurat RSUD Seman
No Karakterstik Responden Frekuensi Prosentase
1. Umur - <25 tahun 1 5% - 26-35 tahun 9 45% - 36-45 tahun 9 45% - >46 tahun 1 5%
2. Jenis Kelamin - Pria 8 40% - Wanita 12 60% 3. Pendidikan - S1 Keperawatan 2 10% - D3 Keperawatan 10 50% - SPK 8 40%
4. Lama kerja . – 0,5-5tahun 3 15% . – 6-10tahun 7 35% . – 11-20tahun 5 25% . - >20tahun 3 15% Sumber Data Primer 2006
27
28
Pada tabel 2 di dapatkan umur responden terbanyak
berkisar antara 26-45 tahun(90%), dimana merupakan umur
produktif sehingga memberikan hasil pekerjaan yang
maksimal.Sedangkan sebagian besar berjenis kelamin wanita
berjumlah 12 responden(60%), wanita lebih feminim
sehingga kerapian dan penataan lingkungan lebih bagus.
Distribusi pendidikan terakhir paling banyak pada D3
Keperawatan 10 responden(50%) dan SPK 8 responden(40%).
Dilihat dari pendidikan responden untuk tenaga vokasional
cukup mendukung hasil pekerjaan yang baik. Dilihat dari
lama kerja 85% responden lebih dari 6 tahun.lama kerja
memberikan kontribusi yang besar terhadap ketrampilan
dalam melakukan pekerjaan. Hal ini dibuktikan ada 15%
responden dengan lama kerja antara 10 tahun – 20 tahun
pendidikan SPK dengan kategori patuh.
2. Kepatuhan menjahit luka
Tabel 3. Gambaran kepatuhan petugas terhadap Prosedur
Tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1. Patuh 9 45%
2. Tidak patuh 11 55%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasar tabel 3 kepatuhan petugas terhadap Prosefur
Tetap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
termasuk dalam kategori patuh 9 responden(45%).
Responden yang termasuk kategori tidak patuh 11
responden(55%). Ketidakpatuhan reponden pada paling
29
sering dilakukan tidak melakukan cuci tangan sebelum
melakukan tindakan yaitu 14 responden(70%), hal ini
karena responden cukup memakai sarung tangan steril.
Tidak meratakan tepi luka dan menutup luka dengan duk
steril masing-masing 9 responden(45%) karena kurang
tersedianya sarana, posisi jarum tidak tepat 8
responden(40%), adaptasi luka tidak dilakukan 7
responden(35%) dan posisi gunting saat memotong benang
tidak benar 8 responden(40%), tidak membereskan alat 6
responden(30%), menyediakan set instrumen bedah minor
dimana alat yang sudah dipakai pasien sebelumnya dipakai
lagi 5 responden(25%), sementara untuk item yang lain
bervareasi yang tidak dilakukan.
3. Hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan
kepatuhan petugas terhadap Prosefur Tetap menjahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Hasil penelitian secara khusus mengenai hubungan
antara variable pengetahuan dan sikap dapat kita lihat
pada tabel dan pembahasan berikut:
a. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan petugas Unit Gawat Darurat yang
diberikan wewenang menjahit luka diukur dalam kategori
baik dengan skor 75%-100%, cukup dengan skor 55%-74%,
kurang dengan skor 25%-54% dan sangat kurang 0%-24%.
Tingkat pengetahuan responde dapat dilihat pada gambar
dan tabel berikut:
30
Tabel 4. Gambaran tingkat pengetahuan responden tentang
luka dan prosedur tetap di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
No Kategori Frekuensi Prosentase
1.Baik(75%-100%) 2 10%
2.Cukup (55%-74%) 6 30%
3.Kurang (24%-54%) 12 60%
4.Sangat kurang(0%-24%) 0 0%
Jumlah 20 100%
Sumber Data Primer 2006
Berdasarkan tabel 4 diatas, menunjukkan tingkat
pengetahuan responden terbanyak yaitu baik 10%, cukup 30
dengan pengetahuan, kurang 60% dan sangat kurang
0%.Tingkat pengetahuan dilihat dari pendidikan
responden: pendidikan S1 2 responden dengan hasil
baik(10%), pendidikan D3 ada 6 responden dengan
pengetahuan cukup(30%), 4 responden kurang(20%), dan
pendidikan SPK dengan pengetahuan cukup 5
responden(25%), kurang 3 responden(15%).
Tabel 5. Hubungan antara pengetahuan dengan Kepatuhan
protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Kepatuhan Pengetahuan
Patuh Tidak patuh
Baik 2(10%) 0(0%) Cukup 4(20%) 2(10%)
Kurang 3(15%) 9(45%) Jumlah 9(45%) 11(55%)
Sumber Data Primer 2006
Hasil uji korelasi Spearman’s antara pengetahuan
dengan kepatuhan terhadap Prosedur Tetap ditunjukan
31
dengan koefisien korelasi (p)= 0,663 dan nilai signifikan
µ=0,001. Interpretasi menurut Sugiono (1999) antara
pengetahuan dan kepatuhan terdapat hubungan yang
kuat(positip) dalam pelaksanaan tindakan jahit luka.
Tingkat hubungan negatif yakni pengetahuan yang kurang
maka kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap dalam
pelaksanaan tindakan jahit luka juga kurang. Hal ini
disebabkan kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap
dalam pelaksanaan tindakan jahit luka merupakan
manifestasi dari tahapan ranah kognitif sebuah
pengetahuan atau informasi. Dalam tingkatan ranah
kognitif terdapat 2 tahap yang perlu dilewati sebelum
penerapan, tahap pertama adalah pengetahuan(knowledge),
sedangkan tahap kedua adalah pemahaman(comprehension)
sehingga kemudian dapat menerapkan ilmu tersebut
(Sahabudin,1999 cit dina 2005). Kepatuhan petugas
terhadap prosedur tetap pelaksanaan tindakan jahit luka
apabila pengetahuan mengenai luka, penatalaksanaan, dan
prosedur tetap tindakan jahit luka baik, maka
penatalaksanaan tindakan jahit luka juga baik atau
sebaliknya. Pihak rumah sakit dapat membantu meningkatkan
pengetahuan petugas UGD yang diberi kewenagan melakukan
tindakan jahit luka dengan mengadakan pelatihan atau
penyegaran yang menghadirkan ahlinya, sehingga petugas
dapat memperkaya pengetahuan tentang luka,
penatalaksanaannya dan prosedur tetap.
32
b. Sikap
Sikap mempunyai kesamaan dengan motif dalam arti
keduanya menunjuk adanya arah tingkah laku dan tidak pada
tingkah lakunya sendiri. Motif dapat timbul, menhilang
dan timbul kembali, tetapi sikap bersifat tetap dan dapat
menggambarkan orientasi individu yang tetap, umum
terhadap lingkungannya (Walgito,1994).
Gambaran sikap petugas terhadap Prosedur tetap
menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman seperti
dalam gambar dan table berikut:
Tabel 6. Sikap responden terhadap Prosedur Tetap
menjahit luka di RSUD Sleman
No Kategori N Prosentase
1. Mendukung 18 90 %
2. Netral 2 10 %
3. Tidak mendukung 0 0 %
Jumlah 20 100 %
Sumber Data Primer 2006
Tabel 6. menunjukkan bahwa sikap 28(90%) responden
mendukung terhadap kepatuhan petugas, 2(10%) responden
bersikap netral dan tidak ada yang bersikap tidak
mendukung terhadap adanya prosedur tetap dan mematuhi.
Tabel 7. Hubungan antara sikap dengan kepatuhan terhadap
protap menjahit luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman
Sikap Kepatuhan Patuh Tidak patuh
Mendukung Netral Tidak mendukung
9(45%) 9(45%) 0 2(10%) 0 0(0%)
Jumlah 9(45%) 11(55%) Sumber Data Primer 2006
33
Dari tabel 7. dapat dilihat responden yang 90% mendukung
adanya prosedur tetap tetapi tingkat kepatuhan responden
masih rendah yaitu 45%, karena tingkat kepatuhan juga
dipengaruhi faktor-faktor yang lain.
Hasil uji korelasi Spearman’s antara Sikap dan
Kepatuhan petugas terhadap posedur tetap tindakan jahit
luka ditunjukkan dengan nilai koefisien korelasi p=0,810
dan signifikan µ=0,000 interpretasi menurut Sugiono
(1999) dapat dikatakan terdapat hubungan yang sangat
kuat. Sikap yang tidak mendukung dapat menghambat
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap, bahkan tidak
melaksanakan. Hal tersebut dapat dikarenakan petugas
menganggap bahwa dengan pemberian antibiotik yang baik
tidak akan terjadi infeksi pada luka dijahit. Apabila
sikap yang timbul adalah suatu dukungan, maka prosedur
tetap tindakan jahit luka akan dilaksanakan oleh petugas
Unit Gawat Darurat dengan sebaik-baiknya, karena
bagaimanapun juga pasien memerlukan pelayanan yang
bermutu sehingga mendapatkan penyembuhan yang baik dan
memuaskan.
4. Kelemahan Penelitian
a. Kelemahan dalam sehingga penelitian ini yaitu
observasi/pengamatan terhadap kepatuhan
responden terhadap prosedur tetap menjahit luka
hanya dilakukan dua sampai tiga kali pada
masing-masing responden sehingga dimungkinkan
terjadi bias dalam pengamatan, akan lebih baik
apabila dilakukan pengamatan berkali-kali sampai
batas jenuh sehingga hasilnya juga lebih
memberikan gambaran yang sesungguhnya.
34
2. Keterbatasan penelitian: Peneliti tidak melakukan uji kesepahaman alat
yang digunakan oleh observer dan kegiatan yang
akan di observasi sehingga dimungkinkan
ketidaksamaan persepsi item –item observasi dan
hasil observasi bias.
35
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.Tingkat pengetahuan mempunyai hubungan kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap mejahit luka
di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
2. Sikap petugas mempunyai hubungan sangat kuat dengan
kepatuhan petugas terhadap prosedur tetap mejahit
luka di Unit Gawat Darurat RSUD Sleman.
B. Saran
1. Bagi Rumah sakit
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan
pertimbangan untuk lebih memperhatikan kualitas
pelayanan Gawat Darurat pada khususnya dan Rumah
Sakit Umum Daerah Sleman pada umumnya yaitu
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dengan
diikutkan dalam pelatihan-pelatihan penatalaksanaan
luka, prosedur septik dan aseptik yang diadakan
sendiri atau oleh institusi kesehatan lain.
Meningkatkan supervisi terhadap petugas dalam
memberikan pelayanan. Memberikan penghargaan kepada
petugas secara adil.
2. Bagi Petugas Ruang Gawat Darurat
Petugas gawat darurat baik dokter maupun perawat
diharapkan mau mematuhi prosedur tetap yang ada
sehingga mutu pelayanan di Unit Gawat Darurat dapat
dipertanggung-jawabkan dan memberikan kepuasan pada
35
36
pasien, termasuk prosedur tetap tindakan jahit luka
sehingga tidak terjadi komplikasi dari tindakan
jahit luka. Melakukan penyegaran kembali tentang
prosedur tetap sehingga dapat meningkatkan motivasi
agar pelayanan yang diberikan dapat dipertanggung-
jawabkan secara hukum maupun profesi.
3. Bagi Peneliti Lain
Diharapkan ada penelitian lanjutan dari hasil
penelitian ini dengan jumlah responden lebih banyak
sehingga didapatkan hasil yang lebih baik. Juga
masih banyak faktor lain yang mempengaruhi kepatuhan
seperti motivasi, masa kerja, fasilitas atau
peralatan hubungannya dengan kepatuhan.
37
Lampiran 5
Nama :
Jenis Kelamin :
Dinas / Shift : Pagi / Sore
Keadaan luka : 1. Jenis jahitan : …………………………
2. Jenis luka : Robek / potong Iris
3. Ukuran luka : Panjang/lebar/ Dalam
Tgl observasi :
Nama observer :
1. Kriteria persiapan material ( alat dan bahan )
No Aspek yang dinilai Dikerjakan
Ya Tidak
Ket
1 Menyediakan 1 set instrumen bedah minor
2 Menyediakan larutan desinfektan
3 Menyediakan jarum jahit, benang duk lubang, sarung tangan dan kasa hidrofil pada tempat yang steril
4 Menyediakan korentang untuk mengambil alat dan bahan yang steril
5 Menyiapkan piala ginjal / bengkok dan tempat sampah
6 Menggunakan fasilitas pencahayaan yang baik seperti lampu
Jumlah skore
2. Kriteria persiapan pasien
No Aspek yang dinilai Dikerjakan
Ya Tidak
Ket
1 Memberi posisi psien senyaman mungkin baik bagi pasien maupun petugas yang akan melakukan tindakan
2 Memberitahu pasien tentang kondisi dan tindakan yang akan dilakukan
38
3 Melepas perhiasan atau asesoris yang dipakai oleh pasien atau penghalang daerah luka yang akan dijahit seperti pakaian rambut disingkirkan sehingga dapat mempermudah dalam melakukan tindakan
4 Menjaga privasi pasien dengan
menutup gorden/pintu
Jumlah skore
3. Kriteria Menjahit luka
No Aspek yang diteliti Dikerjakan
Ya Tidak
Ket
1 Perawat/dokter mencucui tangan sesuai prosedur yang benar
2 Memakai sarung tangan sesuai dengan prosedur yang benar
3 Mengusap daerah sekitar luka dengan larutan povidon Iodine 10% dari tepi luka kemudian menjauhi luka seluas 3 – 5 cm
4 Memberikan anestesi lokasi sesuai dengan prosedur yang benar
5 Membersihkan sekitar luka dengan savlon, membuang kotoran / benda asing yang terdapat dalam luka
6 Membilas dengan NaCl 0,9 % dengan cara irigasi sampai bersih
7 Memberikan larutan povidone Iodine 10% pada luka
8 Meratakan tepi luka
9 Menutup luka dengan duk lobang steril dan luka siap dilakukan penjahitan
10 Menggunakan pinset bergerigi halus untuk sedikit mengangkat tepi luka
11 Memasang jarum lengkung (penampang bulat untuk menjahit jaringan dan penampang jarum antara 2/3 depan dan 1/3 belaknag dan mengunci klem
12 Memasukkan jarum pada kulit dengan
39
posisi tegak membentuk 90 derajat dan bahu adduksi
13 Melakukan penusukan 1 cm dari tepi luka didekat tempat yang dijepait dengan mengangkat kulit dan kulit ditegangkan
14 Mendorong jarum maju dengan gerakan supinasi pergelangan tangan dan adduksi bahu serentak dalam arah melengkung sesuai dengan lengkungan jarum
15 Setelah jarum muncul dari balik kulit ujung jarum ditarik dengan klem pemegang jarum dengan menarik benang sampai ujungnya tersisa 1- 2 cm dari kulit
16 Melakukan penusukan ke tepi luka yang lain dari dalam dengan kedalaman dan cara yang sama
17 Tangan kiri memegang benang yang lebih panjang dengan klem pemegang jarum
18 Membuat lilitan pada benang panjang dengan klem pemegang jarum
19 Menjepit dan menarik benang sisa 1-2 cm dengan klem pemegang jarum dan membuat simpul
20 Memotong benang dengan menyatukan ujung gunting yang terbuka pada benang digeser sampai ½ cm dari simpul, diputar miring 45 derajat dan dikatubkan sehingga benang terpotong
21 Melakukan adaptasi luka sehingga hasil jahitan tidak terlalu ketat dan tepi luka saling bertemu
22 Simpul diletakkan ditepi luka
23 Menutup luka dengan kas hidrofil dan melakukan fiksasi dengan plester
24 Membereskan alat-alat yang telah dipakai
25 Perawat / dokter mencuci tangan sesui prosedur dengan benar
Jumlah skor
40
Lampiran 8
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada Yth.
Bapak / Ibu Petugas
Di Ruang UGD RSUD Sleman
Perkenankanlah kami mohon kesediaan Bapak/Ibu
meluangkan waktu sebentar untuk mengisi kuesioner
berikut.
Peneliti adalah mahasiswa Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM, yang sedang
melaksanakan penelitian mengenai hubungan pengetahuan dan
sikap dengan kepatuhan petugas terhadap protap menjahit
luka di Ruang UGD RUD Sleman.
Peneliti tidak akan memberikan dampak yang
merugikan bagi Bapak/Ibu sebagai responden. Kami akan
menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang akan
Bapak / Ibu berikan, sehingga kami mohon agar kuesioner
ini diisi apa adanya serta dengan sebenar-benarnya demi
obyektifitas penelitian.
Demikian permohonan untuk menjadi responden atas
kesediaannya diucapkan terima kasih.Semoga Tuhan Yang
Maha Esa membalas budi Bapak/Ibu sekalian. Amin
Peneliti
Dulzaini
04/182536/EIK/0044
41
Lampiran 9
Persetujuan Menjadi Responden
Setelah membaca dan memahami isi penjelasan pada
lembar pertama, saya bersedia turut berpartisipasi
sebagai responden dalam penelitian yang akan dilakukan
oleh Dulzaini, Mahasiswa PSK FK UGM dengan judul
“Hubungan Pengetahuan dan Sikap Dengan Kepatuhan dalam
melaksanakan prosedur tetap menjahit luka di Ruang Unit
Gawat Darurat RSUD Sleman.”
Saya memahami bahwa penelitian ini tidak akan
merugikan bagi saya dan keluarga saya. Oleh karena itu,
saya bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
Responden
(…………………………)
42
Lampiran 6
Kuesioner Penelitian
Petunjuk:
a. Isilah Biodata diri anda dengan lengkap.
b. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
c. Pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling
sesuai dengan pendapat saudara, seperti yang
digambarkan oleh pertanyaan.
d. Berilah tanda silang (X) atau (√) pada salah satu
pilihan yang tertera di belakang pertanyaan untuk
menunjukkan jawaban yang saudara pilih.
Biodata:
1. Umur : ………. tahun
2. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
3. Lama kerja : ………. tahun
4. Pangkat/golongan : …………
5. Pendidikan terakhir :
a. S1 Kedokteran
b. S1 Keperawatan
c. D III Keperwatan
d. SPK
Petunjuk untuk pertanyaan no 1-15 berilah tanda (√) pada
satu jawaban yang saudara pilih!
No Pertanyaan B S
1
2
Luka didefinisikan sebagai kerusakan atau
putusnya suatu jaringan kulit atau jaringan di
bawahnya.
Luka infeksi adalah luka lebih dari 6 jam setelah
kejadian.
43
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Luka robek (vulnus laceratum) merupakan luka di
mana tepi luka tajam dan licin akibat benda
tajam.
Penjahitan luka dapat dilakukan pada semua luka
terbuka.
Pemberian anestesi lokal sebaiknya dilakukan
sesudah luka dibersihkan.
Pembersihan luka yang paling baik menggunakan
betadin/povidone iodine 10%
Tujuan tindakan penjahitan luka adalah
menghentikan perdarahan.
Debridemen adalah usaha untuk membersihkan luka
dari benda asing saja.
Tindakan aseptic adalah cara untuk memperoleh dan
memelihara keadaan steril.
Petugas cukup mencuci tangan dengan alkohol dalam
melakukan tindakan jahit luka.
Jahitan primer adalah untuk mempertahankan
kedudukan tepi luka yang saling dihubungkan
selama proses penyembuhan.
Adaptasi luka setelah penjahitan untuk
mempercepat penyembuhan.
Simpul pada jahitan luka lebih kuat akan lebih
baik proses penyembuhannya.
Dehisensi komplikasi luka akibat jahitan yang
terlalu longgar.
Tindakan penjahitan luka yang baik akan
menghasilkan penyembuhan baik.
Jumlah Skor
Keterangan : B : Benar S : Salah
44
Petunjuk untuk pertanyaan no 16-20 berilah tanda (√) pada